//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Satria

Pages: 1 ... 8 9 10 11 12 13 14 [15] 16 17 18 19 20 21 22 ... 45
211
Diskusi Umum / Re: Memahami Sutta Menggunakan Logika
« on: 26 May 2011, 09:44:06 PM »
Boleh dishare apa hasil kesimpulan karakteristik umat budhis yg kk sudah pelajari? Apakah lebih baik atau buruk atau sama saja dengan umat lain? Apakah karakter dasar umat budhis yg satu dengan yg lain sama? Apakah kk tau sejauh mana umat tersebut memahami ajarannya?

segala sesuatu, memiliki persamaan dan perbedaan. karakteristik umat buddha memiliki banyak perbedaan dengan umat lainnya, tak sedikit pula persamaannya. terlebih dahulu, akansaya kemukakan persamaannya.

umumnya orang tidak memahami logika dengan baik. <= ini persamaan umat Buddha dengan umat-umat agama lain.

umat fanatik pada ajaran agamanya <= ini persamaan umat buddha dengan umat lainnya


mempercayai sesuatu belum mereka lihat. Umat agama  lain mempercayai adanya Tuhan, yang belum pernah mereka lihat, dan mereka mempersembahkan seluruh hidupnya pada sesuatu yang mereka belum lihat tersebut. sdangkan umat Buddha mempercayai adanya Nibana, seluruh aktifitas hidup ditarik ke dalam Jalan Mulia berunsur 8, yang semuanya ditujukan untuk merealisaikan nibbana, sesuatu yang belum pernah mereka lihat pula. sama saja.

egois dan emosional. semua umat juga bersikap amat baik dan lemah lembut. mereka tampak penuh kasih dan sayang. tapi cobalah sentil "keyakinan" mereka. semua umat juga, termasuk umat buddha juga kemarahannya akan sangat meluap-luap.

perbedannya.

kalo umat lain emosional disebut "kebakaran jenggot"

kalo umat buddha marah disebut "kebakaran bulu ketek".

nah itu ...

dan masih banyak lagi.

212
sayang anda hanya posting sebagian, yang utuh dong  ^-^
dalai lama sebagai simbol kedamaian antar umat beragama, tidak mungkin dia akan menjelekan agama lain, tidak mungkin dia akan menekankan egonya agar orang mendengarkan dia tentang kepercayaan dia kepada kepercayaan lain.. coba bro , posting yang full jangan di potong2

beliau tidak menjelekan agama lain, apakah alasannya karena dia sebagai "simbol kedamaian antar umat" atau karena "kebijaksanaan" beliau sendiri?

dan karna anda bukan simbol kedamaian itu, berarti anda boleh menjelekan agama orang lain. begitu?

213
ga salah koq pak... cm klo ditelaah menggunakan logika tingkat 99 jg ga nemu relasi topik yg dibahas dengan apa yg anda uraikan... walau pun di uraian anda dituliskan dalai lama tetap saja tidak ada hubungan... lain klo di thread ini kita membahas kejelekkan islam ato kita menjelekkan islam hanya karena segelintir teroris yg beragama islam, nah klo gtu pasti sesuai dengan uraian anda... gtu loh bos... katanya logika anda sangat tinggi dalam membahas sesuatu, koq tumben lg tumpul bos ? kudu meditasi yg lebih dalam bos... ;D

silahkan telaah kembali jawaban saya. jika anda menyimak dengan benar, anda akan menemukan relasinya.

214
ya memang itu penilaian saya terhadap anda, tetapi coba tanya member lain, ada enggak yang seperti saya penilaian nya  atau hanya saya saja yang menilai anda seperti itu, yang saya tau anda akan senang jika pertanyaan atau pernyataan anda yang salah ,ada yang menyetujui dan membenarkan, tetapi anda akan tidak suka menerima koreksi atau kritikan dari orang lain. :)

ho..ho... anda salah faham. siapa bilang saya tidak suka menerima koreksi. semua diskusi ini sangat menyenangkan bagi saya. boleh dibilang "terlalu menyenangkan", kendatipun mereka mengkritik dengan cara mencemooh dan berlebih-lebihan. tapi dengan jujur saya katakan, itu sangat menyenangkan. dan tidak ada yang tidak saya sukai, kecuali mereka yang sudah terlihat hanya melontarkan cacian dan makian saja, tanpa memberikan kritikan-kiritkan yang bermanfaat saya renungkan. itulah satu-satunya hal yang tidak saya sukai.

215
Yg di Bold.

Bro Satria, Buddhisme berbeda banyak hal dengan Agama Wahyu. Salah satu perbedaan tsb adalah Buddha menganjurkan para muridnya untuk berpikiran kritis alih2 mempercayai apapun sedangkan bagi Agama Wahyu, meragukan apa yg tertulis di Kitab mereka adalah hal yg tabu.

agama wahyu yang mana?

yahudi, kr****n, atau Islam ?

Yahudi yang man? kr****n yang mana? Islam yang mana?

apa anda mengira semua itu sama? apa anda yakin semua agama wayhu itu sama? apakah anda mengerti semua mengenai seluk beluk agama wahyu? bagaimana kalau sesungguhnya anda tidaklah banyak tau soal agama wahyu, kecuali permukaan saja?

seandainya sang Buddha menganjurkan muridnya berpikir kritis, seharusnya anda semua mendukung saya yang berpikir kritis tentang agama Buddha. tapi coba anda perhatikan, di sini mengapa justru saya dicemooh dan dihina terus menerus? apakah sikap mereka mencerminkan murid buddha? apakah sikap mereka mencerminkan bahwa mereka pengikut Buddha yang baik? Justri di forum ini saya sangat merasakan, bahwa kritikan-kritikan yang sangat bertenangan dengan keyakinan buddhis merupakan sesuatu yang tabu. jangan menutup mata, silahkan lihat sendiri!

Quote
Didukung oleh teknologi internet, perdebatan ini menjadi semakin mudah, terfasilitasi oleh sarana diskusi online. Dan tidak sedikit, yg dalam berdebat kelihatan galak, auban, dll... Tapi ini adalah dinamika diskusi online, hal yg wajar. Dan lagipula, apa yg terlihat disini tidak demikian dikehidupan nyata. Biasanya yg galak2 di dunia maya, dikehidupan nyata malah sebaliknya, culun dan sopan.

cara sikap seseorang di dunia nyata dengan di forum online, mungkin sama mungkin tidak. ada kemungkinan sama, ada kemungkinan tidak. sedikit banyak ada perbedaan. tapi, saya tidak pernah bertemu seorang budhis pun di dunia nyata. maka hanya menyimpulkan apa-apa yang saya dapat ketahui secara langsung, yaitu sikap mereka di forum ini. dan saya berpikir, bila sikap mereka di forum online sudah seperti ini, kemungkinan di dunia nyata juga tidak jauh beda.

Quote
Bandingkan dengan milis2 / forum2 agama samawi, adem ayem, rukun2, topik banyak tapi pendek2, selalu kata setujuuuu... apa yg mau dibahas, sedikit2 'hanya tuhan yg tau' atau 'tidak baik meragukan allah'... kecuali jika ada member ateis ,skeptis, atau agama lain yg menyamar masuk, baru diskusi jadi rame...

dan menurut saya, tidak semua agam wahyu seperti itu. kesalahan fahaman umat budhis terhadap agama wahyu, seperti kesalahan umat agama wahyu terhadap budhisme. keduanya saling salah faham.

Quote
Bro Satria bisa merasakan sendiri ke diri Bro kan? Bahwa sejak mempelajari Buddhisme merasa lebih bebas berpikir dibanding agama lama?

itu benar.

Quote
Dan Bro juga jadi berani mengkritisi Ajaran Dhamma yg sedang dipelajari ini. Bro bergabung bersama2 umat Buddha di forum ini kan tidak dengan tujuan ingin dianggap 'anak domba hilang yg kembali' kan? Tidak untuk dimanis2kan dan disanjung2. Bro datang kesini untuk sharing dan debat, untuk bertukar pikiran dan mengasah prinsip.

itu betul.


sebagaimana saya katakan, tidak keberatan saya untuk dicaci maki sekalipun, asal diantara caci maki itu mereka menyelipkan kata-kata yang bisa saya pelajari. tapi kalo orang yang tujuannya hanya menghina dan tidak ada maksud "memberi pelajaran", maka dari seluruh kata-katanya hanya hinaan, tidak ada pelajaran bermanfaat yang bisa saya renungkan.

Quote
Bro juga tau bahwa member disini tidak semuanya Buddhist dan tidak semua yg Buddhist adalah Buddhist dari lahir. Banyak yg baru menjadi Buddhist meninggalkan agama lamanya setelah berdebat panjang disini.. termasuk saya. Saya baru 5 tahun belakangan tau beda antara Kwan-im dan Gautama.

ya, saya sadar. tidak seharusnya saya membuat kata-kata tidak menyenangkan untuk memancing emosi kawan-kawan.

tapi di sisi lain, saya sadar bahwa bahasa yang saya gunakan adalah "bahasa Logika". tanpa "hal menyenangkan" atau "hal membencikan" kawan-kawan di sini tidak akan memiliki kekuatan untuk menyimak apa yang hendak saya sampaikan. saya jamin itu. karena logika sangat "njelimet","memusingkan" dan "membosankan".   oleh karena itu, dengan menyentuh emosi mereka, maka mereka memiliki semangat dan energi untuk bisa menyimak apa yang hendak saya sampaikan. apakah anda bisa memahami maksud saya?

Quote
Ajahn Brahmavamso berkata bahwa: Lebih baik kaku dengan prinsip Dhamma dan fleksibel dalam bergaul ketimbang sebaliknya....

Artinya, untuk mendiskusikan prinsip Dhamma, lebih baik kita terus terang dan jelas bahkan keras, ketimbang diam2, setuju (padahal nggak setuju), bermanis2 hanya untuk menyenangkan lawan diskusi... hasilnya adalah kemunduran bagi kita dan kesalahpahaman bagi orang lain.

itu benar.

Quote
Dan, diluar diskusi, dalam pergaulan, kita kembali fleksibel. 

::


mudah-mudahan begitu.

216
Diskusi Umum / Re: Memahami Sutta Menggunakan Logika
« on: 26 May 2011, 09:08:14 PM »
Ini saya bajak dari bro ryu khusus untuk anda :DKesimpulannya mengapa anda membicarakan tolak ukur, mengapa membabarkan logika anda?

karena saya ingin belajar. apa yang ingin saya pelajari? yaitu karakteristik umat budhis. budhisme itu sendiri bisa saya pelajari dari berbagai referensi yang telah disebarkan oleh umat budhis itu sendiri, tapi karakteristik umat budhis dapat lebih saya selami di sini, di forum dhammacitta ini.

dengan begitu, saya tidak akan menduga-duga lagi, bagaimana karakteristik umat buddhis. ini adalah sebuah pembuktian ilmiah dari sebuah proses hipotesa. inilah yang menjadi tujuannya sebenarnya. jika ada yang berpikir bahwa apa yang saya lakukan adalah untuk memperoleh pujian, atau ingin ideologi saya dapat diterima, itu salah besar. sebagaimana saya katakan, bila saya ingin ideologi saya dapat diterima di forum ini atau di forum lainnya, itu sangat mudah bagi saya. dan saya telah bereskperimen sebelumnya. tapi bukan itu yang saya inginkan. berkali-kali saya katakan ini. jika masih ada yang tidak mengerti maksud dari yang saya lakukan ini, itu karena kebodohannya sendiri.

Quote
Mengapa anda mengutak-atik dan memplesetkan isi Tipitaka? Jika punya murid banyak, kenapa anda tidak ajarkan saja kepada mereka agar menc
apai Therajana? ;D

saya hanya mengkaji tripitaka dengan menggunakan logika. kalau anda tafsirkan "memplesetkan", itu terserah anda. di sini, saya tidak menemukan seorangpun yang bisa melakukan bantahan terhadap argumen-argumen. sangat sulit menemukan orang yang bisa berargumen. tapi menemukan orang yang menghina dan mencaci maki itu mudah dan banyak.

Quote
Diskusi yg seperti ini tidak ada manfaatnya dan membuahkan karma buruk buat anda yg bermaksud menyesatkan orang lain.

Semoga anda berhasil digigit ular yang dimaksud ;D

anda yakin 100 % bahwa saya bermaksud menyesatkan orang lain? apakah sangat mustahil kalau anda yang salah faham terhadap saya?

lagi pula anda itu aneh. menganggap diskusi ini tidak bermanfaat, tapi anda betah di sini. kenapa anda tidak memilih thread lain yang anda anggap bermanfaat?

217
Diskusi Umum / Re: Memahami Sutta Menggunakan Logika
« on: 26 May 2011, 09:00:14 PM »
Kutipan Digha Nikaya, 12. Lohiccasutta:


'... Di sini, Lohicca, seorang guru yang telah meninggalkan keduniawian dan menjalani kehidupan tanpa rumah, tetapi belum mencapai buah pertapaan. Dan tanpa mencapai tujuan ini, ia mengajarkan muridnya satu ajaran, dengan mengatakan: "ini untuk kebaikanmu, ini untuk kebahagiaanmu." Namun muridnya tidak ingin memperhatikannya, mereka tidak mendengar, mereka tidak membangkitkan pikiran untuk mencapai pencerahan, dan nasihat si guru dicemooh. Ia harus dicela dengan mengatakan: "Yang Mulia ini telah meninggalkan keduniawian ... nasihatnya dicemooh. Ini bagaikan seorang laki-laki yang terus menerus mendekati seorang perempuan yang menolaknya dan merangkulnya walaupun ia telah berpaling." Aku menyatakan ini sebagai ajaran jahat yang berdasarkan kemelekatan, karena apakah yang dapat dilakukan seseorang untuk orang lain? Ini adalah guru pertama yang layak dicela ... '



Di sini ada contohnya, tapi lebih parah. Tidak menjalani hidup petapa, berbohong mengenai pencapaian buah pertapaan, mengajar ajaran ngaco dan ditolak, tapi tetap bersikeras mengajar karena kemelekatan. Mungkin karena memang tidak punya malu juga.



menjalani hidup sebagai pertapa, bukan jaminan seseorang akan mencapai pencerahan. di dalam seluruh sutta, sang Buddha tidak pernah menyatakan bahwa semua yang meninggalkan hidup berumah tangga, maka ia akan mencapai pencerahan yang lebih tinggi dari pada perumah tangga. tidak ada pernyataan seperti itu sama sekali.

adakah yang berani menjamin bahwa saya telah berbohong? siapa yang berani mengatakan bahwa dirinya yakin 100 % bahwa saya berbohong? sedangkan dia tidak pernah bertemu saya, tidak  pernah menyaksikan saya bermeditasi, dan tidak mengamati apa yang terjadi pada saat saya sedang bermeditasi. bagaimana mungkin dia mengetahui sepenuhnya terhadap buah pertapaan yang saya jalani?

218
Diskusi Umum / Re: Memahami Sutta Menggunakan Logika
« on: 26 May 2011, 08:54:04 PM »
Tanggapan ente gak nyambung ama tanggapan ane bro............... :outoftopic:
Coba baca sekali lagi, apa yang ane maksud dengan tanggapan ane sebelumnya.

sebaiknya anda cermati lagi jawaban saya. maka anda akan memahami sambungannya dengan jelas.

219
prasaan kita membahas hal lucu yg terjadi di masjid, kita ga bicara kebodohan umat agama tertentu, sensi amat... efek dr meditasi itu seharusnya lebih sabar, jgn mudah terpancing tuk masalah kecil nan lucu gini...

tp aa liat, bathin bro lsng bergejolak hanya krn menyangkut masjid/islam... bro satria, klo alquran aa robek didepan bro satria/ulama anda, apa reaksi anda ?

seperti nya anda saja yang sensi. saya hanya menyatakan diantara umat budhis masih ada orang yang bijak, contohnya YM Dalai Lama. apa itu salah?

220

anda hanya ingin membuat orang kagum dengan anda , tapi malah sebaliknya , tidak ada seorangpun yang kagum atas kata2 anda , yang jika di lihat secara umur (33th) dimana seseorang yang sudah cukup matang dalam hidup akan berkata, berpikir dan bertindak dengan bijak. tapi saya tidak melihanya ada pada diri anda
 _/\_

ya itu menurut penialaian anda saja. menurut saya, tidak demikian. tapi orang bebas menilai orang lain menurut semau-mau dirinya saja. silahkan! mumpung di negeri ini ada kebebasan berbicara.

221
Diskusi Umum / Re: Memahami Sutta Menggunakan Logika
« on: 26 May 2011, 03:42:29 PM »
benarlah apa yang di firmankan Allah di dalam Quran,"mereka mengingkari kebenaran dan mereka membohongi diri mereka sendiri karena dzulman dan ulwan. maka perhatikan saja, apa yang akan terjadi pada orang-orang yang bersikap destruktif."

dzulman = faktor mental yang mendorong seseorang menyusahkan diri sendiri karena kebencian dan keserakahan.

ulwan = rasa gengsi.

222
Diskusi Umum / Re: Memahami Sutta Menggunakan Logika
« on: 26 May 2011, 03:36:21 PM »
Kalo menurut ane,

Melalui contoh dari TS, contoh penerapan logika yang disajikan di atas justru menunjukkan ke-sia2an penggunaan logika di dalam memahami sabda Buddha. Hal ini bahkan diungkapkan oleh TS sendiri pada paragraf yang terakhir. (bold biru pada kutipan dibawah).



Setelah panjang lebar memaparkan penerapan logika pada satu kalimat dari Sutta, pada kesimpulan akhir TS malah merujuk pada "dasar" PENGALAMAN dan PENGAMATAN sebagai metoda pengujian kebenaran Sutta. Jadi secara tidak langsung, TS sendiri mengakui bahwa pengetahuan akan kebenaran suatu Sutta adalah berdasarkan PENGALAMAN dan PENGAMATAN, bukan utak utik kata dengan suatu metoda, bahkan mengarang kalimat yang disebut tidak ada dalam sutta hanya dengan sedikit plintiran agar sesuai dengan hukum2 logika, yang mana kalimat tersebut secara penggunaan bahasa Indonesia adalah tidak wajar dan terlalu dibuat-buat seperti orang yang kemampuan berbahasa komunikatifnya kurang.

Dengan kata lain, penjelasan penerapan hukum logika di atas adalah bagaikan seseorang yang mengklaim suatu kemenangan yang dimenangkan oleh orang lain, yaitu metoda logika diklaim sebagai pemenang, sementara yang benar2 memenanginya adalah "pengalaman dan pengamatan" (langsung).

Jadi apabila seluruh usaha penerapan metoda logika pada contoh di atas dihilangkan, dengan menyisakan bagian PENGALAMAN dan PENGAMATAN saja, dan tanpa mengganti kalimat dengan penambahan kata "yang" dan merubah posisi tidak kekal ke depan serta mengganti kata segala menjadi setiap, yaitu ke bentuk aslinya "SEMUA BENTUKAN TIDAK KEKAL". Maka seseorang yang melakukan pengamatan dan mengalami ketidakkekalan segala bentukan secara langsung oleh dirinya sendiri akan meyakini sabda Buddha tersebut, tanpa harus mengutak-utik kalimat itu ke dalam metoda logika yang notabene adalah termasuk di dalam kategori yang disebut sebagai "bentukan" itu sendiri, yaitu bentukan pikiran.

Jadi, secara tidak langsung TS sendiri menyatakan ke-absurdan metoda logikanya sendiri. Sehingga berdasarkan pada penjelasan contoh di atas itu sendiri, mengarahkan bahwa, judul thread ini menjadi ada sambungannya, yaitu,

Memahami Sutta Menggunakan Logika .......adalah sia-sia.

Karena "hanya" melalui pengalaman pengamatan secara langsung oleh diri sendiri sajalah seseorang dapat mengetahui kebenaran.
(Lihat kembali yang dibold biru pada kutipan di atas)


berikut ini adalah kesimpulan saya :

Quote
Setiap bentukan adalah yang terkondisi”

dan berikut ini adalah pengalaman dan pengamatan saya yang saya pastikan merupakan penglaman dan pengamatan semua orang yang mau mengamati dengan benar :

Quote
Setiap yang tidak kekal adalah yang terkondisi.”

coba anda perhatikan sekali lagi, apakaha anda melihat bedanya?

223
Diskusi Umum / Re: Memahami Sutta Menggunakan Logika
« on: 26 May 2011, 03:32:17 PM »
Hiburan baru nih.

Evolusi logika 'master':
I
Semua bentukan tidak kekal.
Semua yang terkondisi adalah tidak kekal

II
Semua bentukan adalah yang tidak kekal
Semua yang terkondisi adalah yang tidak kekal

III
Setiap bentukan adalah yang terkondisi
Setiap yang tidak kekal adalah yang terkondisi.

------------------
I
Semua kalkun bersayap
Semua kampret bersayap

II
Semua kalkun adalah yang bersayap
Semua kampret adalah yang bersayap

III
Setiap kalkun adalah kampret
Setiap yang bersayap adalah kampret.


Demikianlah yang berkesimpulan setiap yang bersayap termasuk pinguin adalah kampret, dan setiap kalkun = kampret, telah melihat dhamma.

Sekian dan terima kasih.



saya tidak tau, anda tidak memperhatikan dengan benar, ataukah anda dengan sengaja menyimpangkan logika yang saya contohkan. logika saya, jelas sekali tidak seperti yang anda contohkan itu. alurnya berbeda. anda tidak memperhatikan hal ini :

Quote
Sayangnya, kedua kalimat tersebut tidak dapat dan tidak boleh melahirkan kesimpulan apapun, karena melanggar hukum dasar logika No. 6, yaitu premis tidak boleh sama-sama menidak.

Tetapi, bila kita mengkonversi nya ke dalam kata benda, maka apakah kita dapat membuat suatu kesimpulan?

Semua bentukan adalah yang tidak kekal
Semua yang terkondisi adalah yang tidak kekal

Penambahan kata “yang” tersebut tidak mengubah essensi dari kalimatnya, jadi penambahan kata “yang” diperbolehkan sepanjang tidak melanggar hukum logika. Tapi sayang, kedua kalimat itupun melanggar hukum dasar logika untuk disimpulkan, yaitu hukum dasar yang ke-3 yang menyatakan bahwa midle term harus bersifat “meniap”. Sedangkan dalam kedua kalimat tersebut kedua midle term tidak meniap. Jadi tidak bisa dan tidak boleh melahirkan kesimpulan apapun.

224
Diskusi Umum / Re: Memahami Sutta Menggunakan Logika
« on: 26 May 2011, 03:29:33 PM »
bukannya anda sendiri yang mengakui dan menilai? dan kata2 anda yang seperti di bold diatas sebagai tolak ukur nya.
anda yang mengatakan, anda yang mengakui, maka anda juga harus dapat menerima  :)

bukan. anda telah salah faham. justru saya menanyakan kepada indra, apa tolak ukurnya. dan saya menyatakan bahwa yang menilai saya itu adalah sdr. Indra. dan saya menduga yang menjadi tolak ukurnya adalah pendapat indra sendiri. itu baru dugaan. jika benar dugaan saya, barulah saya mengakuinya. tapi indra belum memberikan jawaban tentang apa yang menjadi tolak ukurnya, maka kesimpulan pun belum muncul.

225
Diskusi Umum / Re: Memahami Sutta Menggunakan Logika
« on: 26 May 2011, 03:26:29 PM »
Buat memahami bbrp kata saja..penjabarannya begitu..panjang..
Blm lagi jika penjabarannya di jabarkan menurut logika..
Trus hasil penjabarannya..di jabarkan lgi menurut logika..


panjang, tapi dijamin pasti benar, tidak ada keraguan.

lagi pula panjang itu kan bila ditulis. kalo kita sudah terbiasa dengan logika, maka ribuan kesimpulan dapat diambil dalam waktu beberapa detik saja.

Pages: 1 ... 8 9 10 11 12 13 14 [15] 16 17 18 19 20 21 22 ... 45