Seringkah anda mendengar pernyataan,
Percuma belajar Dhamma tetapi tidak di praktikkan... terdengar akrab?
Ini jelas adalah pernyataan keliru sama sekali. ketika saya baru-baru belajar Dhamma seorang bhikkhu senior mengatakan kepada saya, bila kita belajar Dhamma akan berbuah berupa kebijaksanaan dan kecerdasan, waktu itu saya berpikir kok bisa? apa hubungannya?
Belakangan setelah lebih jauh mempelajari Dhamma, perlahan-lahan misteri itu semakin terbuka dan saya semakin melihat hubungannya.
Sewaktu kecil saya seringkali mempermainkan dan kadang menyiksa binatang, waktu itu saya tidak tahu bahwa perbuatan itu tidak baik. Bila berhasil menangkap tikus dalam perangkap saya lalu membawa tikus tersebut dan mencelupkannya ke laut hingga mati kehabisan napas, dan berbagai hal buruk lainnya.
Sewaktu mulai mengenal Dhamma, mulai belajar Pancasila, saya baru tahu bahwa membunuh mahluk hidup itu salah. Tetapi apakah saya menghentikan pembunuhan mahluk hidup setelah mengenal Dhamma? Tidak. Saya masih kadang-kadang melakukan pembunuhan terhadap mahluk hidup (saya sangat menikmati memancing, menangkap kepiting, menangkap kodok). Nampaknya seolah-olah pengetahuan Dhamma tak berguna bagi saya, seolah-olah Dhamma tak mengubah apapun.
Tetapi anggapan itu salah. Memang benar saya masih melakukan pembunuhan mahluk hidup, tetapi ada yang berubah dalam pembunuhan-pembunuhan itu dibandingkan dengan pembunuhan-pembunuhan sebelumnya, pada pembunuhan setelah mengenal Dhamma ada rasa penyesalan dan takut ketika melakukan pembunuhan, karena tahu bahwa hal itu salah, sebelumnya saya melakukan hal itu tanpa rasa takut. Lama kelamaan rasa takut dan penyesalan semakin dominan sehingga saya mulai meninggalkan pembunuhan mahluk hidup, bahkan terhadap nyamuk sekalipun berusaha tidak membunuh.
Dari pengalaman ini saya kemudian menyadari sebabnya mengapa dikatakan bahwa membunuh bila tahu itu salah, lebih kecil kamma buruknya dibandingkan bila membunuh tanpa mengetahui bahwa itu salah. Disini mulai nampak kaitan dengan Abhidhamma juga yaitu: bila kita membunuh disertai pengetahuan bahwa itu salah maka pembunuhan itu tidak lagi disertai dengan kegembiraan dikala melakukannya, dengan kata lain pembunuhan tidak lagi dilakukan sepenuh hati. Inilah sebabnya kammanya buruknya lebih kecil.
Pengalaman diatas hanya merupakan penggalan kecil manfaat belajar Dhamma. Manfaat lainnya selain kecerdasan dan kebijaksanaan yaitu: bila kita belajar Dhamma akan membawa kita ke Nibbana. Mungkin sebagian orang akan kaget bila mendengar pernyataan ini, masa iya? belajar Dhamma membawa kita ke Nibbana? begini sebabnya:
Memang benar bila kita belajar dhamma kita tak dapat mencapai Nibbana, yang dimaksudkan disini adalah: pada waktu kita belajar Dhamma (sedang menyimak uraian guru/berpikir) memang tak dapat mencapai Nibbana kan? karena pada waktu itu kita dalam keadaan belajar Dhamma kita tidak dalam keadaan meditatif, wajar bila kita tak dapat mencapai Nibbana bila kita belajar Dhamma, tetapi jangan dilupakan bahwa ada hal yang sangat penting, yaitu bila kita belajar Dhamma maka Dhammachanda dan samvega (perasaan urgency untuk mempraktekkan Dhamma) secara pelan-pelan akan tumbuh. Diumpamakan bagai seseorang yang belajar sastra Perancis misalnya, karena sering diajarkan dan diterangkan segala hal mengenai Perancis maka perasaan ingin mengunjungi Perancis akan tumbuh.
Suatu ketika bhikkhu Culapanthaka dibilang tak berguna oleh kakak beliau Y.A. Mahapanthaka karena tak mampu menghafalkan sebait syair selama tiga bulan, lalu ketika bhikkhu Culapanthaka menangis sendirian Sang Buddha menghampiri beliau lalu menghibur dan mengatakan "tak ada yang sia-sia dalam ajaranku", disini Sang Buddha secara tegas menyatakan seseorang yang mempelajari Dhamma tak akan sia-sia. Oleh karena itu kita harus selalu menambah pengetahuan Dhamma.
Manfaat mempelajari Dhamma lainnya yang besar bagi kita semua yaitu: berkat jasa-jasa mereka yang mempelajari Dhamma maka kita dapat menemukan Dhamma hingga saat ini. Tak bisa dibayangkan bila tak ada orang yang mau mempelajari Abhidhamma, Sutta atau Vinaya. Mungkin ajaran Sang Buddha telah lenyap hanya ratusan tahun setelah Sang Buddha Parinibbana. Karena tak ada yang belajar Dhamma, maka tak ada orang yang mampu menerangkan Dhammasangani misalnya. Untunglah dengan adanya para abdi Dhammma (yang mempelajari dan mengajarkan Dhamma) maka kita dapat mengenal Buddha Dhamma hingga sekarang.
Ada kelebihan lain dari seorang yang belajar Dhamma dibandingkan meditator yang tidak belajar Dhamma, seringkali mereka yang belajar Dhamma mampu menguraikan Dhamma lebih baik daripada meditator yang tak belajar Dhamma, karena mereka yang belajar Dhamma mempelajari berbagai hal lebih detil. Tetapi dalam hal praktek seorang meditator tentu mengetahui lebih banyak sehubungan dengan praktek jenis meditasi yang dilakukannya.
Memang harus diakui bahwa pencapaian batin seorang meditator lebih tinggi daripada seorang yang hanya mempelajari Dhamma. Tetapi pengetahuan seseorang yang mempelajari Dhamma lebih luas daripada mereka yang tidak mempelajari Dhamma, oleh karena itu ia nampak lebih cerdas di mata orang-orang. Oleh karena itu yang terbaik bagi kita adalah menyeimbangkan antara belajar Dhamma dan meditasi, karena kedua hal ini sangat mendukung satu sama lain. Seorang siswa yang belajar Dhamma dan juga berlatih meditasi akan mampu menerangkan kaitan berbagai faktor Dhamma yang nampaknya terfragmentasi dan mampu menerangkannya sebagai suatu bentuk kesatuan yang utuh.
Semoga kita maju terus dalam Dhamma.
Sukhi hotu,
_/\_
iya, w setuju kali bro ccc :yes: :yes: :yes:
semenjak kenal BuddhaDhamma kali ya...wnya dah gak mo mukul2 kecoa lagi...>.<""""
dulu waktu kecil, asal nampak kecoa, langsung cepet2 ambil sandal lalu dipukul...>.<"""""
sekarang, dah nggak lagii\;D/\;D/\;D/
ingat2 gitu lagi hati iba jadinya....-_-""""
sekarang juga dah nggak mukul nyamuk lagiii\;D/\;D/\;D/
dulu waktu kecil sering banget asal nampak nyamuk mo aja dipukul nyamuknya...>.<""""""""
Bahkan kini klo nampak nyamuk, nyamuknya kadang w perhatiin :)) :)) :))
klo dah gatal kali, baru nyamuknya diusir pelan-pelan :)) :)) :))
kayaknya nyamuk gak bisa kebanyakan makan ya? :-? :-? :-?
asal sudah gendut perutnya, pasti susah terbangnya...
kena angin yg rada kencang dikit, sudah berdarah alias sudah dead kayaknya..T_T""""
semoga si nyamuk juga dapat mengenal Dhamma kelak...
serta makhluk lainnya juga...
Semoga semua makhluk berbahagia.... _/\_
Metta Cittena,
Citta _/\_
Tulisan yang bagus sekali Bro Mbah Fabian,
semoga ini dapat mengurangi arogansi praktisi dalam berhadapan dengan teoriwan.
_/\_
Wow.......Cerita yang Empiris dan sangat memotivasi .........Two Thumbs up.... ^:)^ GRP automatically sent.... ;D
Tulisan bro Fabian C memang kelas berat deh,
QuotePercuma belajar Dhamma tetapi tidak di praktikkan... terdengar akrab?
pernyataan tsb diatas juga bisa diubah menjadi...
Setelah SUKSES banyak belajar (membaca) Dhamma tetapi belum dipraktekan,
Hal2 penting apa yg dapat dilakukan tahap berikutnya ?
QuotePercuma belajar Dhamma
pernyataan ini juga kurang pas, karna BELAJAR DHAMMA adalah telah selangkah lebih maju dari pada yg tidak belajar dhamma.
TIDAK DI PRAKTIKAN adalah hambatan atau kegagalan tahap berikutnya. Nah tahap inilah yg perlu dicari solusinya.
Berilah semangat dan solusi bagi orang2 yg telah belajar dhamma tetapi belum sanggup mempraktekannya. Tetapi jangan malah membuat mereka "putus asa" atau menganggapnya negatif.
bagaimana menurut yg lain?
dear bro,
setiap tulisan ada tujuan yg ingin diraih...... disini ko fabian ingin sharing mengenai pengalaman beliau tentang manfaat setelah belajar dhamma, bukan mengecilkan arti mereka yang belum bisa mempraktekkan dhamma
justru beliau ingin mendorong/menggugah mereka agar tidak kecil hati kalau baru bisa belajar tapi belum bisa mempraktekkan
Diatas ko fabian sudah memberikan beberapa manfaat dari belajar dhamma (Walau belum bisa mempraktekkannya)
Quotebila kita belajar Dhamma maka Dhammachanda dan samvega (perasaan urgency untuk mempraktekkan Dhamma) secara pelan-pelan akan tumbuh. Diumpamakan bagai seseorang yang belajar sastra Perancis misalnya, karena sering diajarkan dan diterangkan segala hal mengenai Perancis maka perasaan ingin mengunjungi Perancis akan tumbuh.
QuoteSuatu ketika bhikkhu Culapanthaka dibilang tak berguna oleh kakak beliau Y.A. Mahapanthaka karena tak mampu menghafalkan sebait syair selama tiga bulan, lalu ketika bhikkhu Culapanthaka menangis sendirian Sang Buddha menghampiri beliau lalu menghibur dan mengatakan "tak ada yang sia-sia dalam ajaranku", disini Sang Buddha secara tegas menyatakan seseorang yang mempelajari Dhamma tak akan sia-sia. Oleh karena itu kita harus selalu menambah pengetahuan Dhamma.
QuoteManfaat mempelajari Dhamma lainnya yang besar bagi kita semua yaitu: berkat jasa-jasa mereka yang mempelajari Dhamma maka kita dapat menemukan Dhamma hingga saat ini. Tak bisa dibayangkan bila tak ada orang yang mau mempelajari Abhidhamma, Sutta atau Vinaya. Mungkin ajaran Sang Buddha telah lenyap hanya ratusan tahun setelah Sang Buddha Parinibbana. Karena tak ada yang belajar Dhamma, maka tak ada orang yang mampu menerangkan Dhammasangani misalnya. Untunglah dengan adanya para abdi Dhammma (yang mempelajari dan mengajarkan Dhamma) maka kita dapat mengenal Buddha Dhamma hingga sekarang.
QuoteAda kelebihan lain dari seorang yang belajar Dhamma dibandingkan meditator yang tidak belajar Dhamma, seringkali mereka yang belajar Dhamma mampu menguraikan Dhamma lebih baik daripada meditator yang tak belajar Dhamma, karena mereka yang belajar Dhamma mempelajari berbagai hal lebih detil. Tetapi dalam hal praktek seorang meditator tentu mengetahui lebih banyak sehubungan dengan praktek jenis meditasi yang dilakukannya.
QuoteMemang harus diakui bahwa pencapaian batin seorang meditator lebih tinggi daripada seorang yang hanya mempelajari Dhamma. Tetapi pengetahuan seseorang yang mempelajari Dhamma lebih luas daripada mereka yang tidak mempelajari Dhamma, oleh karena itu ia nampak lebih cerdas di mata orang-orang. Oleh karena itu yang terbaik bagi kita adalah menyeimbangkan antara belajar Dhamma dan meditasi, karena kedua hal ini sangat mendukung satu sama lain. Seorang siswa yang belajar Dhamma dan juga berlatih meditasi akan mampu menerangkan kaitan berbagai faktor Dhamma yang nampaknya terfragmentasi dan mampu menerangkannya sebagai suatu bentuk kesatuan yang utuh.
Jadi kiranya ko fabian justru sudah memberikan semangat agar mereka yang baru bisa belajar dhamma tidak berputus asa, bhw suatu saat akan bisa mempraktekkan (tentunya tergantung dari individunya yah, mau atau tidak)
semoga bermanfaat
metta
Saudara Gunawan yang baik,
Terima kasih atas GRPnya.... ^:)^
_/\_
Kalau manfaat ke Vihara apa ya ?
Banyak yang bilang, umat Buddha ga perlu ke Vihara, yang penting berbuat baik saja
Apakah itu benar adanya ?
tulisan yg bagus sekali :)
memang sebaiknya ada keseimbangan antara teori dan praktek .
thanks bro _/\_
Quote from: Lokkhitacaro on 07 April 2009, 11:35:49 AM
Kalau manfaat ke Vihara apa ya ?
Banyak yang bilang, umat Buddha ga perlu ke Vihara, yang penting berbuat baik saja
Apakah itu benar adanya ?
Manfaat Vihara = Yang Pasti tempat menanam Jasa Kebajikan spt Puja Bakti , Berdana Materi di Kotak yg sdh di sediakan , Berdana Makanan atau Catupacaya kpd Bhante, Bertemu Kalyanamitta, Ikut Kegiatan Vihara spt Badminton,Futsal,Baca Parita di Rumah Duka atau Rumah Sakit, Fangsen, Dhamma Class , Mendengarkan Dhamma Desana dll.
Berbuat Baik tanpa pengertian yang benar juga tidak menjamin bisa terlahir di alam-alam Bahagia, Pengertian benar bahwa perbuatan baik jika di lakukan akan mengikis keserakahan, kebencian dan kebodohan batin kita juga mengikis Kemelekatan kita.
Thanks & Best Regards
Gunawan S S
+1 Buat Gunawan
Mudah2an suatu saat kita bisa bertemu
Penjelasan bagus seperti Bro Upasaka
Quote from: Gunawan on 07 April 2009, 12:24:16 PM
Quote from: Lokkhitacaro on 07 April 2009, 11:35:49 AM
Kalau manfaat ke Vihara apa ya ?
Banyak yang bilang, umat Buddha ga perlu ke Vihara, yang penting berbuat baik saja
Apakah itu benar adanya ?
Manfaat Vihara = Yang Pasti tempat menanam Jasa Kebajikan spt Puja Bakti , Berdana Materi di Kotak yg sdh di sediakan , Berdana Makanan atau Catupacaya kpd Bhante, Bertemu Kalyanamitta, Ikut Kegiatan Vihara spt Badminton,Futsal,Baca Parita di Rumah Duka atau Rumah Sakit, Fangsen, Dhamma Class , Mendengarkan Dhamma Desana dll.
Berbuat Baik tanpa pengertian yang benar juga tidak menjamin bisa terlahir di alam-alam Bahagia, Pengertian benar bahwa perbuatan baik jika di lakukan akan mengikis keserakahan, kebencian dan kebodohan batin kita juga mengikis Kemelekatan kita.
Thanks & Best Regards
Gunawan S S
kenapa?
perbuatan baik jika di lakukan akan mengikis keserakahan, kebencian dan kebodohan batin kita juga mengikis Kemelekatan kita. ???
Quote from: ENCARTA on 07 April 2009, 01:15:16 PM
Quote from: Gunawan on 07 April 2009, 12:24:16 PM
Quote from: Lokkhitacaro on 07 April 2009, 11:35:49 AM
Kalau manfaat ke Vihara apa ya ?
Banyak yang bilang, umat Buddha ga perlu ke Vihara, yang penting berbuat baik saja
Apakah itu benar adanya ?
Manfaat Vihara = Yang Pasti tempat menanam Jasa Kebajikan spt Puja Bakti , Berdana Materi di Kotak yg sdh di sediakan , Berdana Makanan atau Catupacaya kpd Bhante, Bertemu Kalyanamitta, Ikut Kegiatan Vihara spt Badminton,Futsal,Baca Parita di Rumah Duka atau Rumah Sakit, Fangsen, Dhamma Class , Mendengarkan Dhamma Desana dll.
Berbuat Baik tanpa pengertian yang benar juga tidak menjamin bisa terlahir di alam-alam Bahagia, Pengertian benar bahwa perbuatan baik jika di lakukan akan mengikis keserakahan, kebencian dan kebodohan batin kita juga mengikis Kemelekatan kita.
Thanks & Best Regards
Gunawan S S
kenapa?
perbuatan baik jika di lakukan akan mengikis keserakahan, kebencian dan kebodohan batin kita juga mengikis Kemelekatan kita. ???
dear bro,
Dalam berbuat baik, ada yg disertai dengan pengertian benar dan tanpa disertai pengertian benar (Nanasampayutta dan Nanavipayutta)
jika tanpa disertai dengan pengertian benar maka perbuatan itu bisa saja seharusnya baik (contoh berdana) namun disertai dengan akusala citta (biasanya pamrih)
Padahal berdana seharusnya adalah utk mengikis kemelekatan, bukan utk mendapat pamrih seperti kekayaan, dll
Hasil dari perbuatan seperti ini adalah bhw saat menerima akibat/vipakanya, kita tidak merasa senang/kurang puas akan akibat itu
Kenapa demikian? karena tidak adanya pengertian benar wkt melakukan, membuat kita juga menerima akibat/vipakanya tanpa pengertian juga
Demikianlah kiranya pentingnya pengertian yg benar dalam melakukan perbuatan baik
Sedikit tambahan, dalam berbuat baik hendaknya kita juga melakukannya dengan senang (somanassa) dan secara spontan (asankharikam)
Hasil dari melakukan perbuatan baik secara spontan, disertai rasa senang dan dengan pengertian yg benar akan memberikan akibat/vipaka yg paling "utuh"
semoga bermanfaat
metta
Quote from: Equator on 07 April 2009, 12:31:52 PM
+1 Buat Gunawan
Mudah2an suatu saat kita bisa bertemu
Penjelasan bagus seperti Bro Upasaka
Yup, bro Gunawan memang mantabs!!.....
Buat saya, dia sebagai teladan/contoh org yg terus memperdalam dan mempraktekkan dhamma dalam keseharian ^:)^
Weleh Bro Markos bisa saja nich , Thanks atas Penjelasan mengenai perbuatan baik secara abhidhamma......... ^:)^ saya masih Cupu dan sangat lambat dalam menerima pelajaran Dhamma yang saya terima. Mudah-mudahan saya bisa mempunyai Samvega dan Dhammachanda seperti Bro Fabian C dan Teman-teman lainnya di DC.
Mohon Bimbingan nya dari semua Member di DC........ ^:)^
[at] Bro Equator = I Hope So...... :)
_/\_
Thanks & Best Regards
Gunawan S S
Quote from: fabian c on 06 April 2009, 10:53:04 PM
..... Memang benar saya masih melakukan pembunuhan mahluk hidup, tetapi ada yang berubah dalam pembunuhan-pembunuhan itu dibandingkan dengan pembunuhan-pembunuhan sebelumnya, pada pembunuhan setelah mengenal Dhamma ada rasa penyesalan dan takut ketika melakukan pembunuhan, karena tahu bahwa hal itu salah, sebelumnya saya melakukan hal itu tanpa rasa takut. Lama kelamaan rasa takut dan penyesalan semakin dominan sehingga saya mulai meninggalkan pembunuhan mahluk hidup, bahkan terhadap nyamuk sekalipun berusaha tidak membunuh.....
Maaf saya repost nih, sebab thread ini bersinggungan dengan thread lain..
Menilik dari postingan Bro Fabian, saya ingin menanyakan juga suatu hal, yaitu rasa penyesalan dan takut, hal ini selalu dialami oleh kita sebagai makhluk setelah berbuat yang tidak benar sesuai hati nurani kita yang terdalam
Setelah kita mengenal Dhamma, kita menjadi takut akan akibat dan jatuh dalam rasa penyesalan yang mendalam, beberapa orang yang batinnya masih belum kuat, akan merasakan Dukkha yang mendalam sampai hanyut dalam kemurungan
Apakah dengan demikian batin seseorang yang baru mengenal Dhamma dan mulai berusaha menerapkan ajaran akan lebih rentan, dibanding orang yang belum mengenal Dhamma dan masih asyik dalam perbuatan2 buruknya?
Dengan catatan orang yang tidak mengenal Dhamma, rasa malu dan takutnya (hiri & otapa) sudah tak berlaku bagi dirinya, tapi bagi orang yang mulai mengenal Dhamma, dia akan merasa maluuu terus dan takut ini takut itu.. mohon penjelasannya dari saudara-saudari seDhamma.. terima kasih
Quote from: Lokkhitacaro on 08 May 2009, 11:24:04 AM
Quote from: fabian c on 06 April 2009, 10:53:04 PM
..... Memang benar saya masih melakukan pembunuhan mahluk hidup, tetapi ada yang berubah dalam pembunuhan-pembunuhan itu dibandingkan dengan pembunuhan-pembunuhan sebelumnya, pada pembunuhan setelah mengenal Dhamma ada rasa penyesalan dan takut ketika melakukan pembunuhan, karena tahu bahwa hal itu salah, sebelumnya saya melakukan hal itu tanpa rasa takut. Lama kelamaan rasa takut dan penyesalan semakin dominan sehingga saya mulai meninggalkan pembunuhan mahluk hidup, bahkan terhadap nyamuk sekalipun berusaha tidak membunuh.....
Maaf saya repost nih, sebab thread ini bersinggungan dengan thread lain..
Menilik dari postingan Bro Fabian, saya ingin menanyakan juga suatu hal, yaitu rasa penyesalan dan takut, hal ini selalu dialami oleh kita sebagai makhluk setelah berbuat yang tidak benar sesuai hati nurani kita yang terdalam
Setelah kita mengenal Dhamma, kita menjadi takut akan akibat dan jatuh dalam rasa penyesalan yang mendalam, beberapa orang yang batinnya masih belum kuat, akan merasakan Dukkha yang mendalam sampai hanyut dalam kemurungan
Apakah dengan demikian batin seseorang yang baru mengenal Dhamma dan mulai berusaha menerapkan ajaran akan lebih rentan, dibanding orang yang belum mengenal Dhamma dan masih asyik dalam perbuatan2 buruknya?
Dengan catatan orang yang tidak mengenal Dhamma, rasa malu dan takutnya (hiri & otapa) sudah tak berlaku bagi dirinya, tapi bagi orang yang mulai mengenal Dhamma, dia akan merasa maluuu terus dan takut ini takut itu.. mohon penjelasannya dari saudara-saudari seDhamma.. terima kasih
dear bro lokkhi,
kalau saya boleh ikut omong.....
kalau kita lihat ke batin, yang dimaksud dengan hiri dan ottapa adalah 2 cetasika dari 19 sobhanasadharana-cetasika (19 cetasika
indah yg selalu muncul bersamaan)
dari kata "indah", bisa dilihat adanya rasa indah sewaktu menghindari perbuatan jahat.... jadi beda dengan rasa takut ini dan itu spt yg anda sebut diatas
Rasa takut ini dan itu sebenarnya adalah dosa mula citta, dimana kita tahu yg benar, tahu konsekuensi dari berbuat jahat, tapi kita sebenarnya masih senang dengan akusala
Ini bisa dilihat di pernyataan yg anda sebut dibawah ini :
QuoteSetelah kita mengenal Dhamma, kita menjadi takut akan akibat dan jatuh dalam rasa penyesalan yang mendalam, beberapa orang yang batinnya masih belum kuat, akan merasakan Dukkha yang mendalam sampai hanyut dalam kemurungan
Kemurungan, penyesalan, dsbnya itu adl manifestasi dari dosa mula citta yg saya sebut diatas, yg sebenarnya merupakan rasa benci krn takut akan akibat berbuat jahat tapi kita sebenarnya masih senang berbuat yg jahat
Rasa takut ini dan itu memang baru merupakan perpindahan dari batin yg akusala, menuju ke batin yg kusala
Hendaknya rasa takut (dosa mula citta) ini bisa kita sadari bhw tidak ada gunanya kita berbuat akusala lagi, hanya akan membuat kita terlahir dan terlahir kembali.... Ini yg seringkali dilewatkan oleh org2, mereka hanya mengenang kenikmatan2, kemelekatan2 dari berbuat jahat
Dengan menyadari dan merenungkan hal ini, akan membuat batin kita menjadi "dewasa", menjadi jauh dari hal2 yg akusala, dan dekat dengan hal2 yg kusala
semoga bs bermanfaat
metta