Alaggadupama Sutta
Majjhima Nikaya 22
I have heard that on one occasion the Blessed One............
The Water-Snake Simile
"Monks, there is the case where some worthless men study the Dhamma: dialogues, narratives of mixed prose and verse, explanations, verses, spontaneous exclamations, quotations, birth stories, amazing events, question & answer sessions [the earliest classifications of the Buddha's teachings]. Having studied the Dhamma, they don't ascertain the meaning (or: the purpose) of those Dhammas 5 with their discernment. Not having ascertained the meaning of those Dhammas with their discernment, they don't come to an agreement through pondering. They study the Dhamma both for attacking others and for defending themselves in debate. They don't reach the goal for which [people] study the Dhamma. Their wrong grasp of those Dhammas will lead to their long-term harm & suffering. Why is that? Because of the wrong-graspedness of the Dhammas.
"Suppose there were a man needing a water-snake, seeking a water-snake, wandering in search of a water-snake. He would see a large water-snake and grasp it by the coils or by the tail. The water-snake, turning around, would bite him on the hand, on the arm, or on one of his limbs, and from that cause he would suffer death or death-like suffering. Why is that? Because of the wrong-graspedness of the water-snake. In the same way, there is the case where some worthless men study the Dhamma... Having studied
the Dhamma, they don't ascertain the meaning of those Dhammas with their discernment. Not having ascertained the meaning of those Dhammas with their discernment, they don't come to an agreement through pondering. They study the Dhamma both for attacking others and for defending themselves in debate. They don't reach the goal for which [people] study the Dhamma. Their wrong grasp of those Dhammas will lead to their long-term harm & suffering. Why is that? Because of the wrong-graspedness of the Dhammas.
"But then there is the case where some clansmen study the Dhamma... Having studied the Dhamma, they ascertain the meaning of those Dhammas with their discernment. Having ascertained the meaning of those Dhammas with their discernment, they come to an agreement through pondering. They don't study the Dhamma either for attacking others or for defending themselves in debate. They reach the goal for which people study the Dhamma. Their right grasp of those Dhammas will lead to their long-term welfare & happiness. Why is that? Because of the right-graspedness of the Dhammas.
"Therefore, monks, when you understand the meaning of my statements, that is how you should remember them. But when you don't understand the meaning of my statements, then right there you should ask me or the experienced monks.
Demikianlah yang kudengar, suatu ketika Sang bhagava..............
Perumpamaan ular air...
Para bhikkhu ada kasus beberapa manusia tak berharga (menurut versi Burma diterjemahkan sebagai manusia kosong-empty man, maksudnya kosong dari kesempatan mencapai Magga Phala) belajar Dhamma: sutta, Geyya, veyyakarana, gatha, Udana, ittivuttaka, Jataka, dan Vedalla (maksudnya jawaban atas pertanyaan, contohnya: Cula vedalla, Maha Vedalla, Samaditthi, Sakkapanha dlsbnya). Tanpa menyelidiki dengan kebijaksanaan pada arti atau maksud dari naskah tersebut, oleh karena itu naskah tersebut tetap tidak jelas. Ia mempelajari Dhamma hanya untuk menyerang orang lain dan bertahan dalam debat. Mereka tidak mendapatkan manfaat yang menjadi tujuan orang-orang belajar Dhamma.
Mengartikan naskah-naskah tersebut secara salah akan mereka pada penderitaan dan kesengsaraan yang panjang, mengapa? Karena mengartikan Dhamma secara salah.
Umpamanya ada seseorang yang memerlukan ular air, mencari ular air, berkelana mencari ular air. Lalu bertemu dengan ular air yang besar, lalu ia menangkap pada ekor atau badannya. Ular air tersebut lalu berputar dan mematuk tangannya, lengan atas, atau salah satu anggota tubuhnya, dan disebabkan oleh hal itu ia akan mengalami menderita kematian atau penderitaan seperti kematian. Mengapa demikian? Karena ia memegang ular air secara salah. Demikian juga kasus beberapa manusia tak berharga belajar Dhamma:....tanpa menyelidiki dengan kebijaksanaan pada arti atau maksud dari naskah tersebut, oleh karena itu naskah tersebut tetap tidak jelas. Ia mempelajari Dhamma hanya untuk menyerang orang lain dan bertahan dalam debat. Mereka tidak mendapatkan manfaat yang menjadi tujuan orang-orang belajar Dhamma.
"Tetapi ada orang-orang yang belajar Dhamma... Setelah belajar Dhamma, mereka menyelidiki dengan kebijaksanaan pada arti atau maksud dari naskah tersebut, oleh karena itu naskah tersebut menjadi jelas. Ia mempelajari Dhamma bukan untuk menyerang orang lain dan atau mempelajari Dhamma untuk bertahan dalam debat. Mereka mendapatkan manfaat yang menjadi tujuan orang-orang belajar Dhamma.
Ia mengartikan naskah-naskah tersebut secara benar sehingga membawa kesejahteraan dan kebahagiaan untuk waktu yang panjang, mengapa? Karena ia mengartikan Dhamma secara benar.
Umpamanya ada seseorang dari suku tertentu yang memerlukan ular air, mencari ular air, berkelana mencari ular air. Lalu bertemu dengan ular air yang besar, lalu ia menekan ular itu dengan kayu yang terbelah, setelah menekan ular tersebut dengan kayu bercabang. lalu ia memegang lehernya dengan mantap, kemudian walau pun ular itu melingkari tangannya, lengan atas atau anggota tubuh yang manapun, ia tak akan mengalami penderitaan kematian atau penderitaan seperti kematian. Mengapa demikian? Karena ia memegang ular air secara benar. Demikian juga kasus seseorang dari suku tertentu belajar Dhamma:....Setelah belajar Dhamma, mereka menyelidiki dengan kebijaksanaan pada arti atau maksud dari naskah tersebut, oleh karena itu naskah tersebut menjadi jelas. Ia mempelajari Dhamma bukan untuk menyerang orang lain dan atau mempelajari Dhamma untuk bertahan dalam debat. Mereka mendapatkan manfaat yang menjadi tujuan orang-orang belajar Dhamma.
Ia mengartikan naskah-naskah tersebut secara benar sehingga membawa kesejahteraan dan kebahagiaan untuk waktu yang panjang, mengapa? Karena ia mengartikan Dhamma secara benar.
Oleh karena itu O para bhikkhu, jika kamu mengerti arti dari pernyataan Saya, demikianlah kamu harus mengingatnya. Tetapi jika kamu tidak mengerti arti dari pernyataan saya, langsung saja saat itu kamu bertanya kepada saya atau bertanya kepada Bhikkhu yang telah berpengalaman.
bagaimana kita tahu pandangan benar dan pandangan salah bos?
Quote from: fabian c on 20 March 2009, 11:15:04 AM
"Monks, there is the case where some worthless men study the Dhamma: dialogues, narratives of mixed prose and verse, explanations, verses, spontaneous exclamations, quotations, birth stories, amazing events, question & answer sessions [the earliest classifications of the Buddha's teachings]. Having studied the Dhamma, they don't ascertain the meaning (or: the purpose) of those Dhammas 5 with their discernment. Not having ascertained the meaning of those Dhammas with their discernment, they don't come to an agreement through pondering. They study the Dhamma both for attacking others and for defending themselves in debate. They don't reach the goal for which [people] study the Dhamma. Their wrong grasp of those Dhammas will lead to their long-term harm & suffering. Why is that? Because of the wrong-graspedness of the Dhammas.
apa tidak salah tempat? seharusnya di board 'Studi Sutta/Sutra' :)
atau mungkin masih ada hubungan dg pengalaman meditasi rekan fabian yah? mengingat styling bold anda biasanya memiliki makna tersirat kepada orang lain, apakah ada yg mempelajari dhamma utk menyerang & bertahan dalam debat yah... siapa ya?? ;D
Quote from: ENCARTA on 20 March 2009, 12:14:35 PM
bagaimana kita tahu pandangan benar dan pandangan salah bos?
Pandangan salah = ilusi
Pandangan benar = sesuai fakta
bagaimana membedakan ilusi dan fakta
yang bagaimana ilusi , yang bagaimana fakta
Quote from: ENCARTA on 20 March 2009, 07:47:14 PM
bagaimana membedakan ilusi dan fakta
yang bagaimana ilusi , yang bagaimana fakta
Jelas bukan dgn mata, tetapi dgn
pengetahuan, pengalaman, dll...
spt banyak magician menggunakan cermin utk
menipu penonton... ataupun kecepatan tangan..
(maklum kemampuan mata hanya berkisar 30 frame per detik...)
mungkin tanya david coperfield....lebih tau
Quote from: ENCARTA on 20 March 2009, 07:47:14 PM
bagaimana membedakan ilusi dan fakta
yang bagaimana ilusi , yang bagaimana fakta
Untuk membedakan ini Anda harus praktek Dhamma dengan baik. Berjalannya dengan kemajuan batin maka Anda akan tahu dengan jelas mana ilusi dan fakta. Karena ini meyangkut panna seseorang. Kalau menyangkut keduniawian maka pembedaan ini sesuai dengan tingkat kecerdasan dan panna seseorang yg disertai pengalaman2 tertentu. Misal Anda tau Anda akan di tipu atau tidak
Berikut contoh2 mengenai aspek Dhamma
contoh 1 :
Saya ambil contoh yg nyata yg sering diperdebatkan. Kebanyakan orang percaya pada atta. Ini adalah ilusi faktanya tidak demikian. Lalu bagaimana kita mau melihat fakta. Tentu saja praktek karena ini menyangkut Dhamma yg halus.
Contoh 2 :
Contoh kehidupan sehari-hari : Banyak orang berpikir minum minuman keras asal tidak mabuk tidak masalah, karena merupakan tuntutan pekerjaan atau kehidupan sosial dimana kita berada. Dan ketika Anda melakukan ini , Anda mendapat banyak teman bahkan pendapatan yg berlimpah. Anda menanggap ini sebuah kebenaran dalam cara bergaul sehingga mendapatkan penghasilan yg baik karena jaringan/network kerja Anda. Tapi berjalannya dengan waktu Anda terlena dengan apa yg Anda anggap kebenaran, sehingga Anda dalam setiap pesta menjalin kerjasama ujung2nya mabuk dan akhirnya menjadi kebiasaan. Banyak yg mengatakan minum minuman keras asal tidak mabuk tidak mengapa. Sekali memang tidak mabuk, dua kali masih tidak mabuk, tapi ketika sati Anda lengah maka Anda akan mabuk. Padahal tanpa minuman keraspun Anda masih mendapat network dan pendapatan yg baik. Karena yg paling penting bukan gaya hidup dan ikut2an melainkan karakter Anda sendiri.
Contoh 3 : Seperti referensi sutta yg ditulis oleh om fabian diatas. Banyak orang mengerti dhamma berdasarkan pemahaman pribadi berdasarkan naskah2 buddhist tanpa menyelidiki melalui praktek. Dan Ia tidak bergaul dengan orang yg telah mencapai kebijaksanaan. Dan menanggap pandangan dia telah sesuai dengan dhamma. Sehingga ia tersesat dalam pandangannya. Apa yg menyebakan orang itu demikian karena moha yg beranak menjadi wujud ego. Salah satu cara terlepas dari ini adalah memiliki kerendahan hati dan keterbukaan hati.
smoga contoh2 diatas bisa menjadi perbandingan yg jelas
Smoga bermnafaat. _/\_
Ini Sutta yang sangat bagus. Sayang sekali tidak dipost keseluruhannya.
persepsi oh persepsi...
dikau bagaikan cermin...
wah sangat mengejukan
kalau istilah bergaul dengan orang yang mencapai kebijaksanaan, praktek nya bisa melalui internet saja? ^^!
Quote from: bond on 21 March 2009, 09:40:57 AM
Quote from: ENCARTA on 20 March 2009, 07:47:14 PM
bagaimana membedakan ilusi dan fakta
yang bagaimana ilusi , yang bagaimana fakta
Untuk membedakan ini Anda harus praktek Dhamma dengan baik. Berjalannya dengan kemajuan batin maka Anda akan tahu dengan jelas mana ilusi dan fakta. Karena ini meyangkut panna seseorang. Kalau menyangkut keduniawian maka pembedaan ini sesuai dengan tingkat kecerdasan dan panna seseorang yg disertai pengalaman2 tertentu. Misal Anda tau Anda akan di tipu atau tidak
Berikut contoh2 mengenai aspek Dhamma
contoh 1 :
Saya ambil contoh yg nyata yg sering diperdebatkan. Kebanyakan orang percaya pada atta. Ini adalah ilusi faktanya tidak demikian. Lalu bagaimana kita mau melihat fakta. Tentu saja praktek karena ini menyangkut Dhamma yg halus.
Contoh 2 :
Contoh kehidupan sehari-hari : Banyak orang berpikir minum minuman keras asal tidak mabuk tidak masalah, karena merupakan tuntutan pekerjaan atau kehidupan sosial dimana kita berada. Dan ketika Anda melakukan ini , Anda mendapat banyak teman bahkan pendapatan yg berlimpah. Anda menanggap ini sebuah kebenaran dalam cara bergaul sehingga mendapatkan penghasilan yg baik karena jaringan/network kerja Anda. Tapi berjalannya dengan waktu Anda terlena dengan apa yg Anda anggap kebenaran, sehingga Anda dalam setiap pesta menjalin kerjasama ujung2nya mabuk dan akhirnya menjadi kebiasaan. Banyak yg mengatakan minum minuman keras asal tidak mabuk tidak mengapa. Sekali memang tidak mabuk, dua kali masih tidak mabuk, tapi ketika sati Anda lengah maka Anda akan mabuk. Padahal tanpa minuman keraspun Anda masih mendapat network dan pendapatan yg baik. Karena yg paling penting bukan gaya hidup dan ikut2an melainkan karakter Anda sendiri.
Contoh 3 : Seperti referensi sutta yg ditulis oleh om fabian diatas. Banyak orang mengerti dhamma berdasarkan pemahaman pribadi berdasarkan naskah2 buddhist tanpa menyelidiki melalui praktek. Dan Ia tidak bergaul dengan orang yg telah mencapai kebijaksanaan. Dan menanggap pandangan dia telah sesuai dengan dhamma. Sehingga ia tersesat dalam pandangannya. Apa yg menyebakan orang itu demikian karena moha yg beranak menjadi wujud ego. Salah satu cara terlepas dari ini adalah memiliki kerendahan hati dan keterbukaan hati.
smoga contoh2 diatas bisa menjadi perbandingan yg jelas
Smoga bermnafaat. _/\_
Saudara Bond yang baik,
mengenai contoh yang kedua memang benar, bila kita ingin menjaga sila, maka kemungkinan besar kita akan menemukan jalan mempertahankan sila.
Alkohol sebagai obat juga seringkali hanya sebagai alasan. Pernah suatu ketika dengan mobil camping saya sendirian pergi ke Grand Canyon, suhu luar mobil sangat dingin (tengah malam), saya lalu tidur dengan menggunakan comforter (kita kenal istilahnya bedcover-salah penamaan). Saya tutup seluruh badan hingga kepala, supaya kehangatan tubuh terjaga... Ketika saya bangun pagi saya melihat di atap kap mobil dan di sekeliling mobil ada es....
Jadi sebenarnya minum supaya hangat umumnya hanya alasan... ada cara lain menghangatkan tubuh, bila memang benar ingin menjaga sila...
Sukhi hotu,
_/\_
Quote from: ENCARTA on 21 March 2009, 10:12:26 AM
wah sangat mengejukan
kalau istilah bergaul dengan orang yang mencapai kebijaksanaan, praktek nya bisa melalui internet saja? ^^!
praktek melalui internet paling2 hanya mencapai kulit lapisan luar saja, tidak sampai sum-sum tulang yg terdalam. Itu pun syukur2 prakteknya benar ;D.
Yang pasti di maksud bergaul orang yg mencapai kebijaksanaan adalah mengunjungi para arya, menjadikannya kalyanamitta. Yg dapat membimbing kita . _/\_