Apa yang sebaiknya dilakukan untuk organisasi Buddhis yang tidak diakui di Walubi?
Sebab sekarang banyak orang yang membuat organisasi Buddhis sendiri dengan tujuan untuk kepentingan pribadi semata. Jadi organisasi tersebut dijadikan kedok.
Jika digunakan untuk hal baik masih bagus, tetapi jika digunakan untuk hal yang jelek bukankah merugikan umat Buddhis yang lain?
Ada pendapat bagaimana menyikapi hal ini?
			
			
			
				QuoteJika digunakan untuk hal baik masih bagus, tetapi jika digunakan untuk hal yang jelek bukankah merugikan umat Buddhis yang lain?
apakah ada jaminan, jika diakui walubi artinya organisasi itu baik & bagus?
yg penting: dhammacitta.org
ga butuh pengakuan, tapi punya prestasi ;D 
			
 
			
			
				:)) 
			
			
			
				hip hip hore ^:)^
			
			
			
				Ya yang berwenang memang mesti melakukan kontrol atas hal ini>
			
			
			
				Organisasi/aliran yg Di akui walubi juga,kadang masih menimbulkan kontroversi.
Langkah yg diambil,
sebaiknya laporin ke DHAMMACITTA aja,entar di proses ama badan intelligent Dc
:hammer:
			
			
			
				dulu KASI ga diakui walubi lho.....dan org lainnya yg ga di dalam walubi lagi seperti MBI, Magabudhi
			
			
			
				Quote from: Menang on 08 March 2009, 10:37:09 AM
Apa yang sebaiknya dilakukan untuk organisasi Buddhis yang tidak diakui di Walubi?
Ada pendapat bagaimana menyikapi hal ini?
Sebaiknya sih "ikuti kata hati" aja lah... :))
Kalo pengen dukung, yah dukung... (pastinya tujuan org tsb baik lah)
Kalo pengen "jihad" (baca:jidat >> ngambil dari tetangga)... yah kita ngaca dulu lah (what for)... :))
Kalo kata hati masih ragu, yah urus diri sendiri dulu lah... :))
			
 
			
			
				Quote from: xenocross on 08 March 2009, 12:34:37 PM
dulu KASI ga diakui walubi lho.....dan org lainnya yg ga di dalam walubi lagi seperti MBI, Magabudhi
jadi kalo gitu gimana dong, apa kita bikin wadah baru lg aja
yang penting diakui walaupun gak ada anggotanya
wakakak
			
 
			
			
				Quote from: Menang on 08 March 2009, 10:37:09 AM
Apa yang sebaiknya dilakukan untuk organisasi Buddhis yang tidak diakui di Walubi?
Sebab sekarang banyak orang yang membuat organisasi Buddhis sendiri dengan tujuan untuk kepentingan pribadi semata. Jadi organisasi tersebut dijadikan kedok.
Jika digunakan untuk hal baik masih bagus, tetapi jika digunakan untuk hal yang jelek bukankah merugikan umat Buddhis yang lain?
Ada pendapat bagaimana menyikapi hal ini?
Pertanyaan ini didasari oleh pemikiran bahwa WALUBI adalah wadah tunggal agama Buddha. Pemikiran ini adalah salah. 
WALUBI BUKAN wadah tunggal agama Buddha di Indonesia. Saat ini agama Buddha tidak memiliki wadah tunggal. Seperti yang kita liat kita memiliki KASI yang merupakan organisasi yang juga besar dan keberadaannya diakui oleh pemerintah. Nanti jangan-jangan justru muncul pertanyaan: Apa yang sebaiknya dilakukan untuk organisasi Buddhis yang tidak diakui di KASI? Kan repot dan kasihan umat awam.
Jadi tidak ada wadah tunggal agama Buddha di Indonesia untuk saat ini. saran saya, telitilah sebelum membeli  ;D
			
 
			
			
				at. Bro Menang
emang Bro mengenal organisasi WALUBI, sampai seberapa 'dalam' ?
			
			
			
				Quote from: tesla on 08 March 2009, 11:03:00 AM
QuoteJika digunakan untuk hal baik masih bagus, tetapi jika digunakan untuk hal yang jelek bukankah merugikan umat Buddhis yang lain?
apakah ada jaminan, jika diakui walubi artinya organisasi itu baik & bagus?
yg penting: dhammacitta.org
ga butuh pengakuan, tapi punya prestasi    ;D 
siapa dulu LOKOMOTIF-nya ? ? ?
yang paling penting LOKOMOTIF-nya... kalau LOKO-nya bener, maka jalannya akan benar... kalau LOKO jalan-nya ngawur... kasihan GERBONG-GERBONG-nya...
			
 
			
			
				kalo gw pribadi gak pernah mengakui Walubi sebagai wadah tunggal umat Buddhis, selama ketuanya masih bos Berca Grup.
			
			
			
				I blm tahu, apa prestasi dhammacitta? 
Jd mau tahu bgaimana prestasi dhammacitta, apakah dapat piala, atau dapat apa?
			
			
			
				Johsun bisa di lihat sendiri di board Pengembangan Buddhisme:
~ DhammaCitta Perduli
~ DC Press
~ Project DhammaCitta
~ Penerjemahan & Teks Buddhisme
saat ini project utama pada DC Press adalah pencetakan Digha Nikaya (Bagian dari Tipitaka) versi Indonesia pertama kali yg lengkap dalam sejarah Negara Indonesia ^-^
mudah2an sukses :jempol:
			
			
			
				oh ya, pihak DhammaCitta sendiri tidak dapat apa2 (mis: piala) dari prestasinya.
project ini dilakukan dg iklash & tulush, tanpa mengharapkan imbalan apa2 & pengakuan dari siapapun seperti yg saya katakan sebelumnya:
GA BUTUH PENGAKUAN
      GA BUTUH IMBALAN (mis:piala)
:)
			
				Jadi, kalau phak yang mengatakan bhwa dhammacitta ini termasuk web berprestasi, maksudnya siapakah yang berhak memberi penilaian bhwa sebuah web diberi kategori prestise dan belum prestise. Apakah pihak ini diakui oleh nasional?
Contohnya kayak sctv award, atau oscar dan semacamnya.
cmiiw.
Maaf jadi ott
			
			
			
				Quote from: xenocross on 08 March 2009, 12:34:37 PM
dulu KASI ga diakui walubi lho.....dan org lainnya yg ga di dalam walubi lagi seperti MBI, Magabudhi
xeno sebrang, iya w pernah baca di buku, katanya klo gak salah, MBI itu dulu juga bagian dari WALUBI tapi sekarang MBI dah memisahkan diri
iya, w setuju sama pengembara, WALUBI itu bukan wadah tunggal agama Buddha di Indonesia, tapi menurut w, hanya saja WALUBI itu perwakilan dari semua organisasi Buddhis yang ada di Indonesia
Quote from: Johsun on 09 March 2009, 02:09:01 PM
Jadi, kalau phak yang mengatakan bhwa dhammacitta ini termasuk web berprestasi, maksudnya siapakah yang berhak memberi penilaian bhwa sebuah web diberi kategori prestise dan belum prestise. Apakah pihak ini diakui oleh nasional?
Contohnya kayak sctv award, atau oscar dan semacamnya.
cmiiw.
Maaf jadi ott
Menurut wnya, umat Buddha ;D ;D ;D ;D
diakui ato nggak kayaknya gak masalah... ;D ;D ;D
selama DC gak melenceng.... ;D ;D ;D
Mo berprestasi ato nggaknya, toh DC kan tujuan dibuat oleh Tuhan DC tulus, gak memikirkan mengejar penghargaan2...\ ;D /\ ;D /\ ;D /
tapi klo dapat penghargaan, bagus lhoo... ;D ;D ;D
Metta Cittena,
Citta _/\_
			
 
			
			
				[-o< berdoa dulu sama tuhan
			
			
			
				menurut gw sih walubi sendiri uda jadi alat politik bagi para pemimpinnya
			
			
			
				harusnya yang benar WALUBI itu milik umat buddhis Indonesia, tapi kenyataan nya WALUBI milik siapa ?
 _/\_
			
			
			
				WALUBI jaman dulu : PerWALIan Umat Buddha Indonesia
WALUBI saat ini : PerWAKILan Umat Buddha Indonesia
Organisasi harus dilihat kembali pada individu yg menjalankan organisasi, bukan pada diakui atau tidaknya
			
			
			
				Quote from: chocoedd on 09 March 2009, 01:20:47 PM
kalo gw pribadi gak pernah mengakui Walubi sebagai wadah tunggal umat Buddhis, selama ketuanya masih bos Berca Grup.
agree with you...
			
 
			
			
				Diakui atau tidak hanya masalah kesepakatan saja (https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fwww.pic4ever.com%2Fimages%2Fkaffeetrinker_2.gif&hash=8809bfff8f4d0658b1f666b82ea95fdb19f75718)
Kalo ga sesuai sama visi dan misi pribadi, biasanya yang timbul adalah penolakan (https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fwww.pic4ever.com%2Fimages%2F164.gif&hash=f307674ea00bf1990da8c6e8bd4be68e4dd0a6e9)
Buat saya pribadi disini sih, yang penting saya diakui sebagai member DC saja, bukan yang laen(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fwww.pic4ever.com%2Fimages%2F160.gif&hash=67246dc43230d7cc82b46fd91f8095a5a5e240fc) 
Terlebih kalo dapat grp, duh senangnya (https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fwww.pic4ever.com%2Fimages%2FBananeyessss.gif&hash=a40206cadca5ae54f4ceed312e6aaf9ee0f7e0ea) 
			
			
			
				Hmm saya sendiri bingung ... organisasi yg ada skrg ini byk bener... 
apa bisa dibantu dilist, organisasi mana yg diakui dan jg sebaliknya ?
siapa yg berwenang kasih predikat diakui & sebaliknya ?
			
			
			
				Kalo wa bilang sih, ga perlu sertifikasi atau predikat apapun deh.....
Tinggal liat aja gimana para pengurus organisasi itu. Kalo kelakuan pengurus selaras dengan Buddha Dhamma, silahkan diikuti
Tapi kalo ga selaras, silahkan ditinggalkan
Misal DC. 
Kalau memang kelakuan pengurusnya ga selaras, lambat laun pasti akan ditinggalkan kok
Disini justru membuktikan mengenai Tilakkhana, utamanya Anicca : tidak ada yg kekal karena selalu berubah
metta
			
			
			
				Piala, Sertifikat? selama ini DhammaCitta Peduli , DhammaCitta Peduli Pendidikan & DhammaCitta Press sebenarnya bisa memperoleh beberapa sertifikat baik oleh para donatur, orang yang terbantu, pihak vihara, sekolah... tapi apakah itu diperlukan? Dhammacitta Peduli berdiri dengan misi dan visi menolong orang yang membutuhkan dengan segenap kekuatan dan kemampuan yang dimiliki, sertifikat maupun piagam penghargaan laennya sama sekali tidak diperlukan oleh DhammaCitta Peduli maupun DhammaCitta Press.
Yang perlu diperoleh DhammaCitta adalah senyuman dan kebahagiaan. _/\_ :) :lotus:
			
			
			
				kalau elsolyana sesat gak ya? jadi kangen...
			
			
			
				Memangnya Walubi itu adalah pentolan segala organisasi Buddhis yang diakui (baca:baik) ?
Apakah bisa dipastikan bahwa para petinggi Walubi sendiri juga orang baik (baca:pure bukan karena kepentingan sendiri)?
			
			
			
				Quote from: markosprawira on 16 March 2009, 04:20:51 PM
Kalo wa bilang sih, ga perlu sertifikasi atau predikat apapun deh.....
Tinggal liat aja gimana para pengurus organisasi itu. Kalo kelakuan pengurus selaras dengan Buddha Dhamma, silahkan diikuti
Wah setuju bgt .. 
			
 
			
			
				Awignam nama Buddham. ^:)^  ^:)^  ^:)^
Salam bahagia san sejahtera bagi seluruh makhluk.
Ada baiknya kita kembali pada essensi & hakikat dari ajaran sang Buddha.
Dimana keseimbangan, pengendalian diri baik luar maupun dalam, didasarkan pada "KESADARAN, KESABARAN, KEBAHAGIAAN DAN CINTA KASIH." Segala sesuatu yang mana motivasinya dan dedikasinya tidak sesuai dengan SAMAYA, jelas bahwa itulah Buddhist palsu. Ibaratnya, mereka memakai baju sebagai perhiasan untuk nampak "elegant", padahal Buddha sendiri meninggalkan segala bentuk keduniawian. Apakah para pengikutnya lupa ?
Ini sama saja halnya : "Buddha, saya percaya dan mengikut ajaran Buddha, tapi biarkan saya menggendong dunia di punggung saya."
Tahukah anda sekalian, dengan mendiskusikan hal negatif, sama saja kita menebar benih lebih bersemi, menggandakan negativity dimana Mara bersembunyi ??
Untuk menjadi seorang Buddhist, demikian halnya organisasi/Sangha Buddhist, manakah yang lebih legal : pengakuan kelompok manusia, atau pengakuan Dharma di hadapan sang Buddha sendiri ??
Ada baiknya, hentikan membincangkan hal negative, mulailah melakukan hal positive. Kita, umat Buddha Indonesia, dengan populasi 0,7% dari seluruh rakyat Indonesia  :o  :(:'(, haruskah terpecah dan akhirnya punah ??
Tidakkah merasa rindu dengan kejayaan Wangsa Buddha di Indonesia seperti Jaman Srivijaya, Syailendra dan Majapahit masa kepemimpinan mereka, kita lebih dari 60% yang bisa hidup dalam damai, bahagia dan sejahtera; tidakkah yang 0,7 % sekarang ini bisa mengembalikannya ?? Mungkinkah ??
JAWABAN SAYA : "Segala sesuatu adalah mungkin, jika kita berhenti memikirkan dan melakukan hal-hal yang menjadikannya tidak mungkin. Sebab segala sesuatu dikendalikan dari dalam diri kita sendiri. Kendalikan diri kita dan mulailah 'peduli' dengan diri kita, dengan itu, kita siap untuk berbagi damai, bahagia dan sejahtera dengan semua makhluk. Peranan Guru dan pemimpin organisasi/Sangha sangat menentukan juga bagaimana para murid/pengikutnya berpola pikir dan berbuat. :D ^-^ "
Salam.
 _/\_ ;)
			
			
			
				Quote from: Nayaka Dwipa on 28 April 2012, 07:26:08 PM
Awignam nama Buddham. ^:)^  ^:)^  ^:)^
Salam bahagia san sejahtera bagi seluruh makhluk.
Ada baiknya kita kembali pada essensi & hakikat dari ajaran sang Buddha.
Dimana keseimbangan, pengendalian diri baik luar maupun dalam, didasarkan pada "KESADARAN, KESABARAN, KEBAHAGIAAN DAN CINTA KASIH." Segala sesuatu yang mana motivasinya dan dedikasinya tidak sesuai dengan SAMAYA, jelas bahwa itulah Buddhist palsu. Ibaratnya, mereka memakai baju sebagai perhiasan untuk nampak "elegant", padahal Buddha sendiri meninggalkan segala bentuk keduniawian. Apakah para pengikutnya lupa ?
Ini sama saja halnya : "Buddha, saya percaya dan mengikut ajaran Buddha, tapi biarkan saya menggendong dunia di punggung saya."
Tahukah anda sekalian, dengan mendiskusikan hal negatif, sama saja kita menebar benih lebih bersemi, menggandakan negativity dimana Mara bersembunyi ??
Untuk menjadi seorang Buddhist, demikian halnya organisasi/Sangha Buddhist, manakah yang lebih legal : pengakuan kelompok manusia, atau pengakuan Dharma di hadapan sang Buddha sendiri ??
Ada baiknya, hentikan membincangkan hal negative, mulailah melakukan hal positive. Kita, umat Buddha Indonesia, dengan populasi 0,7% dari seluruh rakyat Indonesia  :o  :(:'(, haruskah terpecah dan akhirnya punah ??
Tidakkah merasa rindu dengan kejayaan Wangsa Buddha di Indonesia seperti Jaman Srivijaya, Syailendra dan Majapahit masa kepemimpinan mereka, kita lebih dari 60% yang bisa hidup dalam damai, bahagia dan sejahtera; tidakkah yang 0,7 % sekarang ini bisa mengembalikannya ?? Mungkinkah ??
JAWABAN SAYA : "Segala sesuatu adalah mungkin, jika kita berhenti memikirkan dan melakukan hal-hal yang menjadikannya tidak mungkin. Sebab segala sesuatu dikendalikan dari dalam diri kita sendiri. Kendalikan diri kita dan mulailah 'peduli' dengan diri kita, dengan itu, kita siap untuk berbagi damai, bahagia dan sejahtera dengan semua makhluk. Peranan Guru dan pemimpin organisasi/Sangha sangat menentukan juga bagaimana para murid/pengikutnya berpola pikir dan berbuat. :D ^-^ "
Salam.
 _/\_ ;)
biar-lah yang berbeda tetap berbeda... yang sama tetap sama... jika berbeda, maka akui-lah memang berbeda... yang sama tidak perlu di bedakan... yang beda tidak perlu di sama-kan...
anda yakin dengan jalan ini, saya yakin dengan jalan itu yang berbeda... biarlah kita sepakat untuk berbeda...