Salam semuanya,
wa pengen bertanya, apakah yang dipikirkan oleh Buddha Gotama pada saat meditasi sehingga pikirannya itu bisa menjadi Pengetahuan Luas dan menjadikannya SAMMA SAMBUDDHA? Bila dipikir oleh umat awam seperti wa, bila dilakukan pemusatan pikiran dan pengendalian diri seperti hanya mengerti pada pusat tertentu. Mengapa sebuah pikirannya bisa mencapai hal tersebut.
Bila teman-teman ada yang mengetahui kisi-kisi ini. Mengapa kalian tidak dapat merealisasikannya dengan sempurna. Apakah susah bila sudah ada kisi-kisinya? Sebenarnya apa yang dipikirkan beliau?
_/\_
Mungkin lebih enteng untuk dipikir begini. Anggap saja pikiran kita adalah sumber air dan halangan kita adalah sebuah batu. Bagaimana air tersebut menghancurkan batu yang keras? Dengan langsung diterjang mungkin saja tidak dapat menghancurkan batu tersebut. Ada kemungkinan batu tersebut hanya terhempas dan mengikuti arus tersebut. Tapi bila air tersebut dilobangi sedikit demi sedikit di satu titik. Lama-lama batu tersebut akan berlobang tapi bukan hancur. Inilah maksud wa. Apa yang sebenarnya yang dipikirkan BUDDHA GOTAMA? Bagaimana menghancurkan batu tersebut?
Dulu Beliau tidak mencoba untuk berpikir...
Bisa diutarakan lebih detil apakah yang dimaksud dengan tidak mencoba untuk berpikir?
Saat bermeditasi, Pertapa Gotama tidak berusaha memikirkan pikiran-Nya. Justru Beliau menyadari gejolak batin-Nya dengan konsentrasi dan fokus serta penuh perhatian. Tidak lagi mencerap dan menimbun persepsi. Pertapa Gotama tidak mencekoki pikiran-Nya dengan konsep-konsep, paradigma-paradigma maupun kesan-kesan. Beliau menyaksikan sendiri realita dari dunia ini. Dan karenanya, pikiran Beliau pun terhenti. Beliau melihat semua hal atas dasar sebagaimana adanya; tidak lagi dipengaruhi imajinasi, fantasi ataupun spekulasi. Melihat realitas dunia, menembus fatamorgana kehidupan, terlepas dari kehampaan, mencapai Pencerahan, meraih Pembebasan Mutlak; merealisasi Nibbana.
Ketika Anda mengenali pikiran Anda, Anda akan mengenali dunia ini.
Dengan kata singkat adalah memberhentikan pikiran? Bisa ya? Lalu apa yang terjadi pada engkau upasaka?
tony tony chopperrr ;D ,
mungkin itulah istimewanya dari orang yang telah mencapai keBuddha-an ;D ;D ;D ;D ;D
punya Sabbannu<= namanya Sabannu ya klo gak salah?
setelah mencapai keBuddhaan maka mungkin timbullah Sabannu secara bersamaan, mungkin kali ya ;D ;D ;D ;D
metta cittena,
Citta ;D
kita belum bisa merealisasikan Nibbana karena kita masih memiliki Tanha lhe... ;D ;D ;D
Metta cittena,
Citta ;D
;D ;D ;D
;D ;D ;D
Bagaimana prosesnya dev sebelum menjadi Buddha bukan setelah. Mengapa kita tidak bisa menyingkirkan dia? Punya tips and trik?
Bukan menghentikan pikiran. Pikiran sendiri dalam konsep Buddhisme terlalu kaku untuk dijelaskan dalam tataran konteks Bahasa Indonesia. Dalam Bahasa Pali, pikiran dikenal dengan istilah mano, citta dan (kadang) vinnana. Pikiran yang terhenti dalam meditatif ini adalah pikiran yang 'memikirkan sesuatu; mencerap, menciptakan gagasan, memunculkan impuls-impuls batin.' Pertapa Gotama tidak terisolasi oleh kebiasaan cara kerja dari pikiran ini. Beliau melepaskan sifat biologis ini, dan Beliau mencapai keadaan di mana batin dapat melihat gejolak yang terjadi padanya secara nyata dan real.
Saya belum bisa melawan kecenderungan biologis ini. Semoga saya bisa menaklukkannya, begitu pula Anda dan semua makhluk lainnya.
Hm... sulit dicerna..
Tapi jadi ingat film sun wu kong.
Tong sam cong sering berkata "ISI ADALAH KOSONG, KOSONG ADALAH ISI". Apa coba?
Melepaskan sifat biologis? Hm... Ada pendapat lain dari teman-teman?
hahaha... kok biologis nyambungnya....
Semua orang memiliki kecenderungan untuk mengikuti naluri alamiahnya. Seperti marah ketika dihina, senang ketika dipuji, sedih ketika mendapatkan musibah. Sang Buddha adalah orang yang sudah sadar. Beliau menyadari bahwa itu semua hanyalah gejolak batin saja. Semua hal dan benda di dunia ini netral, namun pikiran kita yang memilahnya berdasarkan persepsi untuk menjadi 'suka' maupun 'duka'. Ketika kita sudah melihat realitas dan menaklukkan diri sendiri (baca : mengalahkan kecenderungan sifat biologis), kita akan berdiam dalam satu keadaan mental yang damai dan tercerahkan.
Sang Buddha pernah menyinggung bahwa orang-orang yang suka menari dan menyanyi (terbuai dalam irama musik yang hedonis) adalah bagaikan orang gila. Demikian pula orang yang senang bergirangan dan menangis sedih terisak-isak, semuanya layaknya orang yang kurang waras.
Perbedaan antara Orang Yang Sadar (Buddha) dengan orang awam, adalah bagaikan perbedaan kewarasan antara seorang yang normal dengan seorang yang gila (sakit jiwa).
apa yang dipikirkan oleh toni sehinggan ingin mengetahui hal ini.. :P ;D
Perenungan apa yang dipikirkan sang guru Buddha pada akhir hayat.
Rahasianya di Udana 8.3 tentang kata yang Mutlak itu, 'Sesuatu itu', apakah itu?.
Sehingga yang awam sebut alamiah itu, guru Buddha bilang bukan yang alamiah,
sehingga umat/awam terus berputar di (polemik-polemik) jalan umum, masih terikat dalam khayal fenomena-fenomena cengkaraman yang disebut alamiah 'aku',
berbicara tentang anicca dukkha anatta (hanya ciri kesementaraan yang berkondisi, menunjuk tertuju kepada diri sendiri, ciri diri sendiri) tetapi memakai mantel awam 'aku', atta (yang) anatta, bersifat khayal, apalagi bila berbicara tentang kemutlakan, yang Mutlak. Apakah hukum kebenaran Mutlak itu ada kebetulan? mengapa mengikat segala apa yang ada di seluruh semesta?,
sebab seperti yang diyakini umat, oleh karena diri sendiri, pikiran dan perbuatan manusia mendapat keselamatan/kesempurnaan tetapi yang sesungguhnya (sebenarnya) semua terikat (ada penundukan) pada hukum kebenaran itu sendiri (yang mutlak), bukan dari karena kebetulan sikap dan tindakan pilihan manusia menurut kehendak(bebas)nya masing-masing,
tetapi pada akhirnya mereka yang dapat tercerahkan karena menyadari pengajaran (kebenaran) jalan unggul bukan lagi jalan umum,
itulah mengapa sehingga ada pelurusan pengajaran pada masa akhir-akhir hayat oleh guru Buddha.
kutipan :
"Subhuti, keberadaan konsepsi keakuan dikatakan oleh Tathagatha sebagai bukan keberadaan konsepsi diri tetapi orang awam menganggapnya sebagai keberadaan konsepsi keakuan. Subhuti, orang awam dikatakan oleh Tathagatha sebagai bukan orang awam. Oleh sebab itu dinamakan orang awam."
Diantara umat manusia hanya sedikit yang dapat mencapai pantai seberang, sebagian besar hanya berjalan hilir mudik di tepi sebelah sini.
semoga memperkaya wawasan pencerahan
good hope and love
IMO
Inilah yang ada dalam pikiran Sang Buddha :
Ketika berdiri, berjalan, duduk, berbaring, Selagi tiada lelap Ia tekun mengembangkan kesadaran ini – Yang dikatakan: Berdiam dalam Brahma ...
dan ini :
Kasih sayangnya kesegenap alam semesta
Dipancarkannya pikirannya itu tanpa batas
Keatas, kebawah dan kesekeliling
Tanpa rintangan, tanpa benci dan permusuhan
CMIIW ya ..
[at] equator,
ujung-ujungnya bahkan guru Buddhapun pilihannya ini yah?
kutipan :
Inilah yang ada dalam pikiran Sang Buddha :
Ketika berdiri, berjalan, duduk, berbaring, Selagi tiada lelap Ia tekun mengembangkan kesadaran ini – Yang dikatakan: Berdiam dalam Brahma ...
dan hal ini hanya mengekspresikan perbuatan pikiran dan tindakan menurut pilihan yang diatas :
Kasih sayangnya kesegenap alam semesta
Dipancarkannya pikirannya itu tanpa batas
Keatas, kebawah dan kesekeliling
Tanpa rintangan, tanpa benci dan permusuhan
mungkin maksudnya berdiam dalam dhamma yah..
seperti Kisah Dhammarama Thera
Seorang bhikkhu yang selalu berdiam dalam Dhamma
dan gembira dalam Dhamma,
yang selalu merenungkan dan mengingat-ingat akan Dhamma,
maka bhikkhu itu tidak akan tergelincir dari Jalan Benar Yang Mulia.
kalo gak salah dalam RAPB, dia mikir perbuatan baik dia di masa&kehidupan lampau.
apa tuh namanya parami yak ?
[at] encarta,
DHAMMA itu apa?, ketentuan yang pasti bukan?
pada akhirnya klo hanya ada satu pilihan, itu disebut atau menjadi pilihan bebas atau penundukan diri (bahkan terhadap guru Buddhapun suatu keharusan)?
[at] hatred,
Buddhanya ngelamunin masa lalu dong?
dhamma by ajahn chah
Dhamma merupakan sesuatu yang berlimpah ruah di mana saja. Di sini, di daratan atau di dalam air... di mana saja... Dhamma selalu ada di sana. Dhamma itu sempurna dan lengkap, tetapi latihan kitalah yang belum lengkap.
Sang Buddha yang Tercerahkan dengan Sempurna mengajarkan satu cara yang dengannya kita semua dapat berlatih dan mengenali Dhamma. Ia bukan sesuatu yang besar, hanyalah sesuatu yang kecil, tetapi benar. Misalnya, lihatlah rambut. Jika kita mengenali hanya sehelai rambut, maka kita mengetahui setiap helai, baik milik kita maupun orang lain. Kita mengerti mereka hanya sekedar "rambut". hanya dengan mengenali sehelai rambut kita mengetahui semuanya.
Atau lihatlah manusia. Jika kita melihat kondisi-kondisi alamiah/sebenarnya di dalam diri kita sendiri maka kita juga akan mengerti semua orang lainnya di dunia ini, karena semua orang adalah sama. Begitu pula Dhamma. Ia merupakan sesuatu yang kecil tetapi juga besar. Jadi untuk melihat kebenaran satu kondisi haruslah melihat kebenaran dari mereka semuanya. Bilamana kita mengetahui kebenaran sebagai apa adanya, semua persoalan akan berakhir.
terus yg berdebat soal bendera mana?
[at] coedabgf
ya, waktu dijahilin mara, kalo gak salah inget (lagi 8) ) dia ngingetin pas dia jadi kelenci deh.
[at] encarta,
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8658.0
QuoteRahasianya di Udana 8.3 tentang kata yang Mutlak itu, 'Sesuatu itu', apakah itu?.
menurut saya, tidak tepat utk memikirkan "apakah itu?"
hal itu berada diluar jangkauan, segala upaya mendeskripsikannya hanya akan jatuh ke perangkap atta lagi. Dlm Mulapariyaya Sutta, Sang Buddha menjelaskan, bagaimana seseorang mengkonsepsikan berbagai objek
termasuk nibbana & bersukacita di dalamnya.
Siapa yang terperangkap siapa/apa?
bukan memikirkan, tetapi sedikit berehipassiko, menggali, menyelidiki apakah ada kemungkinan kebenaran tersembunyi diluar konsep pandangan yang sudah terbentuk secara umum tentang pengertian 'sesuatu itu'. seperti yang tertulis dinyatakan oleh guru Buddha oleh karena itulah ada kemungkinan terbebas.
Anggap saja misal sutra-sutra penjelasannya ada dibukakan, tak dirahasiakan oleh guru Buddha, siapa yang tercekat tak mau melihat sehingga tidak mengerti/mendapat? siapa seseorang atau sekumpulan orang yang tercekat atau bukan tercekat (atta diri)? siapa yang tercerahkan?
semoga membantu menghancurkan cekatan
good hope and love
QuoteAnggap saja misal sutra-sutra penjelasannya ada dibukakan, tak dirahasiakan oleh guru Buddha,
dari sudut pandang Theravada, dhamma telah dibabarkan sempurna. tidak bersifat rahasia.
kalau sudut pandang mainstream lain, saya tidak tahu.
sebenarnya dengan proses cara-cara jalan awam/umum, menanggalkan atta dengan tetap memakai jubah atta menemukan kebenaran sejati (the Truth) atau menemukan/mendapatkan (pengetahuan kebenaran) baru dapat membedakan dan melepaskan segala kesia-siaan atta yang bersifat anicca dukkha anatta?
seperti guru Buddha, kasyapa, ananda, guru-gur Zen dan mereka yang tercerahkan, seperti yang ditanyakan umat buddhist seberapa lama sesungguhnya mereka mencapai pencerahan?
jawabannya bisa ada dari dua sudut pandang :
1. awam bilang dari jalan umum, proses yang panjang.
2. yang tercerahkan bilang saat pencerahan (mendapatkan pengetahuan kebenaran), tidak lagi melihat jalan yang panjang.
oleh karena itu mengapa yang tercerahkan tetap bersikap samadhi, senantiasa tidak lengah/berjaga/sadar.
Quoteseperti guru Buddha, kasyapa, ananda, guru-gur Zen dan mereka yang tercerahkan, seperti yang ditanyakan umat buddhist seberapa lama sesungguhnya mereka mencapai pencerahan?
jawabannya bisa ada dari dua sudut pandang :
1. awam bilang dari jalan umum, proses yang panjang.
2. yang tercerahkan bilang saat pencerahan (mendapatkan pengetahuan kebenaran), tidak lagi melihat jalan yang panjang.
YA Ananda menjelaskan, semua yg tercerahkan melewati salah satu dari 4 jln.
(sorry2 lagi2 pandangan Theravada)
Bagaimana ceritanya Ananda tercerahkan, karena kepenuhan pengetahuan intelektualnya (segala pengetahuan yang terekam tentang kehidupan guru Buddha selama ia mengikuti Buddha) dan segala pengetahuan proses pelatihannya atau mengetahui itu, menemukan/mendapatkan pencerahan the Truth (pengetahuan kebenaran sejati) baru dapat membedakan dan dapat menanggalkan cekatan atta yang sebelumya belum disadari yang bersifat anicca dukkha anatta sehingga ia seketika tercerahkan menjadi Buddha nature being, bukan yang terkondisi lagi oleh kekhayalan yang sementara/tidak kekal (jubah aku attanya sendiri)?
Quote from: coedabgf on 20 February 2009, 09:27:00 AM
Siapa yang terperangkap siapa/apa?
bukan memikirkan, tetapi sedikit berehipassiko, menggali, menyelidiki apakah ada kemungkinan kebenaran tersembunyi diluar konsep pandangan yang sudah terbentuk secara umum tentang pengertian 'sesuatu itu'. seperti yang tertulis dinyatakan oleh guru Buddha oleh karena itulah ada kemungkinan terbebas.
Anggap saja misal sutra-sutra penjelasannya ada dibukakan, tak dirahasiakan oleh guru Buddha, siapa yang tercekat tak mau melihat sehingga tidak mengerti/mendapat? siapa seseorang atau sekumpulan orang yang tercekat atau bukan tercekat (atta diri)? siapa yang tercerahkan?
semoga membantu menghancurkan cekatan
good hope and love
Betul sekali yg disebut bro tesla diatas : Dhamma sudah sempurna dibabarkan, jadi tidak ada rahasia apapun dalam usaha pencapaian nibbana, yg disembunyikan oleh Guru Buddha
pada waktu muncul pertanyaan : "siapa yang tercerahkan?", berarti sudah kembali masuk ke paham atta
Nah bagaimana mau ehipassiko Anatta, kalau masih menggunakan konsep Atta?
semoga bermanfaat
metta
Quote from: coedabgf on 20 February 2009, 09:57:04 AM
oleh karena itu mengapa yang tercerahkan tetap bersikap samadhi, senantiasa tidak lengah/berjaga/sadar.
Dear Bro,
Secara Thervada, pada waktu bersamadhi, batin Arahat adalah dalam kondisi "nibbana"
Tapi pada waktu keseharian, batin Arahat adalah dalam kondisi "Kiriya" atau fungsional
Tolong dibedakan bahwa dalam keseharian, kondisi batin Arahat tidak selalu dalam kondisi "nibbana"
Hal serupa mirip seperti mereka yg sudha mencapai Jhana
Dalam bersamadhi, kondisi batinnya adalah Jhana
Tapi dalam keseharian, kondisi batin mereka bisa kusala atau akusala
Semoga bermanfaat
metta
:backtotopic:
Quote from: Toni on 19 February 2009, 09:38:58 PM
Salam semuanya,
wa pengen bertanya, apakah yang dipikirkan oleh Buddha Gotama pada saat meditasi sehingga pikirannya itu bisa menjadi Pengetahuan Luas dan menjadikannya SAMMA SAMBUDDHA? Bila dipikir oleh umat awam seperti wa, bila dilakukan pemusatan pikiran dan pengendalian diri seperti hanya mengerti pada pusat tertentu. Mengapa sebuah pikirannya bisa mencapai hal tersebut.
Bila teman-teman ada yang mengetahui kisi-kisi ini. Mengapa kalian tidak dapat merealisasikannya dengan sempurna. Apakah susah bila sudah ada kisi-kisinya? Sebenarnya apa yang dipikirkan beliau?
_/\_
menurut saya, dhamma yg diajarkan Buddha bukanlah suatu pengetahuan "extra" yg berada di luar dunia. jadi yg diajarkan bukanlah sesuatu yg bersifat menambahkan, justru
sebaliknya yg diajarkan adalah mengurangkan pandangan-pandangan yg ada. Buddha menyebutnya itu adalah pandangan2 yg salah...
jadi kalau ingin belajar agama Buddha, bukan berusaha menambahkan pandangan2. justru sebaliknya kita didorong utk melepas pandangan2 yg ada sebelumnya. mengenai kenapa kebanyakan kita tidak dapat merealisasikannya, menurut saya sederhana saja: kita terlanjur melekat pada pandangan2 kita. terutama pandangan tentang diri (sakkaaya ditthi).
Quote from: coedabgf
Siapa yang terperangkap siapa/apa?
bukan memikirkan, tetapi sedikit berehipassiko, menggali, menyelidiki apakah ada kemungkinan kebenaran tersembunyi diluar konsep pandangan yang sudah terbentuk secara umum tentang pengertian 'sesuatu itu'. seperti yang tertulis dinyatakan oleh guru Buddha oleh karena itulah ada kemungkinan terbebas.
Anggap saja misal sutra-sutra penjelasannya ada dibukakan, tak dirahasiakan oleh guru Buddha, siapa yang tercekat tak mau melihat sehingga tidak mengerti/mendapat? siapa seseorang atau sekumpulan orang yang tercekat atau bukan tercekat (atta diri)? siapa yang tercerahkan?
Quote from: markos prawira
Betul sekali yg disebut bro tesla diatas : Dhamma sudah sempurna dibabarkan, jadi tidak ada rahasia apapun dalam usaha pencapaian nibbana, yg disembunyikan oleh Guru Buddha
pada waktu muncul pertanyaan : "siapa yang tercerahkan?", berarti sudah kembali masuk ke paham atta
Nah bagaimana mau ehipassiko Anatta, kalau masih menggunakan konsep Atta?
seperti yang ditulis bro tesla :
jadi kalau ingin belajar agama Buddha, bukan berusaha menambahkan pandangan2. justru sebaliknya kita didorong utk melepas pandangan2 yg ada sebelumnya. mengenai kenapa kebanyakan kita tidak dapat merealisasikannya, menurut saya sederhana saja: kita terlanjur melekat pada pandangan2 kita. terutama pandangan tentang diri (sakkaaya ditthi).
Anggap saja tulisan ini sebagai tepukan seorang teman buat perenungan (kedalam/melihat diri) sahabat umat yang memiliki kebijaksanaan pengetahuan tetapi masih belum mendapat pencerahan :
'Anggap saja misal sutra-sutra penjelasannya ada dibukakan, tak dirahasiakan oleh guru Buddha, siapa yang tercekat tak mau melihat sehingga tidak mengerti/mendapat? siapa seseorang atau sekumpulan orang yang tercekat atau bukan tercekat (atta diri)? siapa yang tercerahkan?'
Quote from: markos prawira
Dear Bro,
Secara Thervada, pada waktu bersamadhi, batin Arahat adalah dalam kondisi "nibbana"
Tapi pada waktu keseharian, batin Arahat adalah dalam kondisi "Kiriya" atau fungsional
Tolong dibedakan bahwa dalam keseharian, kondisi batin Arahat tidak selalu dalam kondisi "nibbana"
Hal serupa mirip seperti mereka yg sudha mencapai Jhana
Dalam bersamadhi, kondisi batinnya adalah Jhana
Tapi dalam keseharian, kondisi batin mereka bisa kusala atau akusala
Quote from: coedabgf
sebenarnya dengan proses cara-cara jalan awam/umum, menanggalkan atta dengan tetap memakai jubah atta menemukan kebenaran sejati (the Truth) atau menemukan/mendapatkan (pengetahuan kebenaran) baru dapat membedakan dan melepaskan segala kesia-siaan atta yang bersifat anicca dukkha anatta?
seperti guru Buddha, kasyapa, ananda, guru-gur Zen dan mereka yang tercerahkan, seperti yang ditanyakan umat buddhist seberapa lama sesungguhnya mereka mencapai pencerahan?
jawabannya bisa ada dari dua sudut pandang :
1. awam bilang dari jalan umum, proses yang panjang.
2. yang tercerahkan bilang saat pencerahan (mendapatkan pengetahuan kebenaran), tidak lagi melihat jalan yang panjang.
oleh karena itu mengapa yang tercerahkan tetap bersikap samadhi, senantiasa tidak lengah/berjaga/sadar.
Sesuatu itu.
sebab saat keluar dari realitas (keberadaan) kesadaran kehidupan pengetahuan kebenaran sejati tersebut (the Truth), seorang yang tercerahkan kembali berada dalam keadaan yang terkondisi (sementara/khayal). Yang tercerahkan memandang segala sesuatu di dunia ini sudah dalam keadaan non dualisme atau sunya oleh karena yang tercerahkan sudah mendapatkan pengetahuan kebenaran dan menyelami kenyataan kebenaran yang sesungguhnya sehingga (sudah) dapat membedakan dan melepaskan segala kesia-siaan atta yang bersifat anicca dukkha anatta, tak terikat atau mengikatkan diri lagi kepada ciri dunia meskipun hidup berada, terlibat dan menggunakan segala apa yang ada di dunia.
Menjawab pertanyaan apakah seorang tercerahkan dapat mengalami kemerosotan, seperti syair 'sedetik manusia bisa menjadi Buddha, Buddha bisa menjadi manusia', (yaitu) ketika yang tercerahkan mengikatkan diri (menyenangi) lagi kepada yang terkondisi, duniawi/ciri yang sementara/khayal.
semoga dapat memperjelas.
bukanlah pengetahuan "extra" tetapi mendapatkan pengetahuan "extra". Memang sulit ya, hm...
[at] Toni
Sudah dijelaskan kemarin...
Pertapa Gotama tidak terikat oleh persepsi, gagasan dan kesan. Beliau melihat realitas, melihat semua hal dan keadaan sebagaimana adanya; tidak dipengaruhi imajinasi, fantasi maupun spekulasi. Orang yang mampu melihat realitas seperti ini namanya sudah mencapai Pencerahan. Ketika mencapai Pencerahan, orang itu sudah melenyapkan avijja (ketidaktahuan). Jadilah Anda menyebutnya dengan istilah "pengetahuan ekstra"...
Iya terima kasih atas pengetahuan tambahannya. _/\_
Sama-sama, Toni. :)
Quote from: Toni on 20 February 2009, 10:39:20 PM
bukanlah pengetahuan "extra" tetapi mendapatkan pengetahuan "extra". Memang sulit ya, hm...
bukan pengetahuan "extra" maksudnya:
yah tidak ada sesuatu yg "didapatkan"
yg diajarkan Buddha adalah "melihat apa adanya", bukan pengetahuan mistikal, melihat sesuatu yg lain, melihat sesuatu di luar biasa...
sebaliknya, justru kita yg sekarang inilah yg selalu melihat sesuatu tidak apa adanya (artinya yg luar biasa itu justru kita, putthujana ini)
Quote from: Toni on 19 February 2009, 09:38:58 PM
Salam semuanya,
wa pengen bertanya, apakah yang dipikirkan oleh Buddha Gotama pada saat meditasi sehingga pikirannya itu bisa menjadi Pengetahuan Luas dan menjadikannya SAMMA SAMBUDDHA? Bila dipikir oleh umat awam seperti wa, bila dilakukan pemusatan pikiran dan pengendalian diri seperti hanya mengerti pada pusat tertentu. Mengapa sebuah pikirannya bisa mencapai hal tersebut.
Bila teman-teman ada yang mengetahui kisi-kisi ini. Mengapa kalian tidak dapat merealisasikannya dengan sempurna. Apakah susah bila sudah ada kisi-kisinya? Sebenarnya apa yang dipikirkan beliau?
_/\_
bro-ku, adalah keliru total jika anda mengatakan bahwa Pikiran itu berfungsi utk Berpikir!
yg terjadi pd saat itu adalah "peningkatan Kesadaran Pikiran yg sedemikian intense".
ika.
Pada tingkat tsb...
otak yg berpikir dpt akses info lampau, akan datang
dan bisa kotak (komunikasi) dgn semua mahluk tanpa bayar
pulsa. Serta tanya2 pada semua dewa2 sejagat...
ya jelas tau segala-galanya....
(may be yes, may be no lho!)
Quote from: Toni on 19 February 2009, 09:38:58 PM
Salam semuanya,
wa pengen bertanya, apakah yang dipikirkan oleh Buddha Gotama pada saat meditasi sehingga pikirannya itu bisa menjadi Pengetahuan Luas dan menjadikannya SAMMA SAMBUDDHA? Bila dipikir oleh umat awam seperti wa, bila dilakukan pemusatan pikiran dan pengendalian diri seperti hanya mengerti pada pusat tertentu. Mengapa sebuah pikirannya bisa mencapai hal tersebut.
Bila teman-teman ada yang mengetahui kisi-kisi ini. Mengapa kalian tidak dapat merealisasikannya dengan sempurna. Apakah susah bila sudah ada kisi-kisinya? Sebenarnya apa yang dipikirkan beliau?
_/\_
Coba baca Anguttara Nikaya 4.87 (cmiiw) tentang Acinteyya.....yang tidak dapat di pikirkan oleh pikiran kita yang biasa ini....salah satu Acinteyya yaitu "Pikiran dari seorang Sammabuddha"
_/\_ :lotus:
Quote from: Lily W on 24 May 2009, 11:46:03 AM
Quote from: Toni on 19 February 2009, 09:38:58 PM
Salam semuanya,
wa pengen bertanya, apakah yang dipikirkan oleh Buddha Gotama pada saat meditasi sehingga pikirannya itu bisa menjadi Pengetahuan Luas dan menjadikannya SAMMA SAMBUDDHA? Bila dipikir oleh umat awam seperti wa, bila dilakukan pemusatan pikiran dan pengendalian diri seperti hanya mengerti pada pusat tertentu. Mengapa sebuah pikirannya bisa mencapai hal tersebut.
Bila teman-teman ada yang mengetahui kisi-kisi ini. Mengapa kalian tidak dapat merealisasikannya dengan sempurna. Apakah susah bila sudah ada kisi-kisinya? Sebenarnya apa yang dipikirkan beliau?
_/\_
Coba baca Anguttara Nikaya 4.87 (cmiiw) tentang Acinteyya.....yang tidak dapat di pikirkan oleh pikiran kita yang biasa ini....salah satu Acinteyya yaitu "Pikiran dari seorang Sammabuddha"
_/\_ :lotus:
Nikaya 4.87
sis Lily tp downloadnya tuhhh gimana?
Quote from: Lily W on 24 May 2009, 11:46:03 AM
Quote from: Toni on 19 February 2009, 09:38:58 PM
Salam semuanya,
wa pengen bertanya, apakah yang dipikirkan oleh Buddha Gotama pada saat meditasi sehingga pikirannya itu bisa menjadi Pengetahuan Luas dan menjadikannya SAMMA SAMBUDDHA? Bila dipikir oleh umat awam seperti wa, bila dilakukan pemusatan pikiran dan pengendalian diri seperti hanya mengerti pada pusat tertentu. Mengapa sebuah pikirannya bisa mencapai hal tersebut.
Bila teman-teman ada yang mengetahui kisi-kisi ini. Mengapa kalian tidak dapat merealisasikannya dengan sempurna. Apakah susah bila sudah ada kisi-kisinya? Sebenarnya apa yang dipikirkan beliau?
_/\_
Coba baca Anguttara Nikaya 4.87 (cmiiw) tentang Acinteyya.....yang tidak dapat di pikirkan oleh pikiran kita yang biasa ini....salah satu Acinteyya yaitu "Pikiran dari seorang Sammabuddha"
_/\_ :lotus:
Absolute ^^