Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia
Topik Buddhisme => Pengalaman Pribadi => Topic started by: hatRed on 06 February 2009, 07:08:22 PM
-
{sory kalo udah pernah di tanyakan}
bagi yg baca RAPB ampe tuntas, pasti tau apa aja hal2 yg gak masuk akal dan aneh aneh.
tetapi kenapa anda masih yakin?
apa yg membuat anda sangat menyakini ajaran Buddha ini?
-
no coment.. soalnya belum yakin bener :P
-
Antara yakin dan percaya berbeda loh. :D
Jadi pertanyaannya : masih yakin atau masih percaya? ^-^
-
RAPB apaan?penasaran ni.
Riwayat agung para buddha ya?
Yang tulis itu buku siapa?
-
bagi yg baca RAPB ampe tuntas, pasti tau apa aja hal2 yg gak masuk akal dan aneh aneh.
tak usah di RAPB, di Tipitaka jg byk yg ga masuk akal & diperdebatkan terus kok
tetapi kenapa anda masih yakin?
yakin pada apa? pada kitab2?
saya pribadi, tidak mengimani isi kitab2, apalagi hal yg bersifat mitos/legenda.
apa yg membuat anda sangat menyakini ajaran Buddha ini?
ehipassiko
buddha-dhamma mengundang utk dibuktikan, bukan diyakini.
soal mitos2 saya lewatkan saja dulu :)
-
Ya.. pake asas praduga tak bersalah aja. Selama belum bisa dibuktikan, diasumsikan tak bersalah. ;D
Lagian, percaya ok-ok aja koq. Asal jgn diyakini. Udah beda kadarnya. Apalagi kalo belum dibuktikan, meski pengalaman pun bisa menipu. Jd baeknya gimana?? Aneh.. Sungguh aneh.. :-? [hatred mode on] :)) :hammer:
-
ada 2 macam pendapat di sini :)
saya setuju dengan pendapat om tesla
-
Baeknya gimana? Kalau dengan percaya membawa manfaat bagi perkembangan batin, ya sebaiknya kita yakini :) tapi kalau apa yang kita baca tidak membawa manfaat yang berarti bagi perkembangan batin kita ... atau malah membuat batin makin negatif (LDM bermunculan), lebih baik let go aja :D atau istilah kerennya keep in view ... toh pikiran dan persepsi kita juga terkondisi dan senantiasa berubah :)
Semoga semua makhluk berbahagia.
Mettacittena,
Luis
-
Ya.. pake asas praduga tak bersalah aja. Selama belum bisa dibuktikan, diasumsikan tak bersalah. ;D
Lagian, percaya ok-ok aja koq. Asal jgn diyakini. Udah beda kadarnya. Apalagi kalo belum dibuktikan, meski pengalaman pun bisa menipu. Jd baeknya gimana?? Aneh.. Sungguh aneh.. :-? [hatred mode on] :)) :hammer:
Sipp!! :jempol:
-
pada abad 18 apa ada yang percaya kalau ada kuman di mangkok
yakin tidak yakin cuma masalah waktu saja. percaya gak :D
-
pada abad 18 apa ada yang percaya kalau ada kuman di mangkok
yakin tidak yakin cuma masalah waktu saja. percaya gak :D
ada 1 hal (atau 99%) benar ga menjamin hal lainnya (100%) benar :)
-
ada 1 hal (atau 99%) benar ga menjamin hal lainnya (100%) benar :)
betul om.
soal kuman kan jaman sekarang kita tahu itu bener.
yg jadi masalah itu pada jaman dulu, di saat ada banyak teori-teori yg bersaing menjelaskan satu fenomena yg sama. gimana tahu teori yg bener?
orang gampangnya sih pake iman saja, karena saya buddhis, maka saya percaya semua yg ada di buku buddhis aliran saya, apapun itu. untuk memperhalus (karena kata iman marketingnya jelek di kalangan buddhis) maka kita pake kata "praduga tak bersalah".
bicara tentang iman, gak ada lagi yg bisa didiskusikan...
-
percaya dan yakin memang keknya beda kadarnya.
namun apakah percaya itu ok ok aja?
percaya juga kan berarti istilahnya itu "ngangguk" ;D
bisakah kita mengambil ajaran buddha ini yg rasional saja ?
-
[at] Tesla
butet dah « Reply #10 on: Today at 12:02:32 AM »
ini pagi pagi buta ente masih OL :o
-
Janganlah kau percaya pada apa yang kau lihat, apa yang kau dengar, siapa pun yang mengatakannya, meski Aku sendiri yang mengatakannya, kecuali itu semua sesuai dengan akal sehat dan jalan pikiranmu.
----Buddha
Salah satu yang harus kita lakukan sebagai Umat Buddha adalah melestarikan Tipitaka. Mungkin ada beberapa hal yang absurd dan janggal di dalamnya, namun itu adalah tugas kita untuk mengkaji dan mengevaluasinya secara ehipassiko sesuai dengan Kalama Sutta. Alangkah bijaknya kalau kita memegang pandangan : "bahwa kita harus mempercayai terlebih dahulu tentang isi Tipitaka, sampai kesalahannya terbukti pada akhirnya". Yang biasa dilakukan oleh Umat Buddha adalah "tidak mempercayai Tipitaka terlebih dahulu, sampai kebenarannya terbukti pada akhirnya". Menurut saya, sebagai Umat Buddha kita harus 'percaya' pada isi Tipitaka itu sendiri terlebih dahulu. Karena kalau bukan kita, lalu siapa lagi yang akan mempercayainya...?
Mengenai berbagai mitos, cerita legenda, dan doktrin-doktrin dasar yang belum bisa dibuktikan, ada baiknya kita meninggalkannya terlebih dahulu. Lebih baik kita memfokuskan diri pada ideologi dan ajaran dasar yang langsung bisa kita buktikan dan alami, seperti Konsep Tilakkhana (ini yang paling umum) dan manfaat setelah menjalankan Jalan Mulia Beruas Delapan. Setelah kita mampu mencapai Pencerahan, semua tabir tentang mitos, cerita legenda dan doktrin-doktrin dasar yang belum bisa dibuktikan dahulu tentunya akan terbuka. Saat itu kita mungkin akan tersenyum membayangkan wajah kita, betapa dipenuhi oleh dahi yang berkerut ketika memikirkan hal-hal itu dahulu... :)
-
jadi kita percaya dulu tapi kita tinggalkan.
maksudnya gmana neh om?
contoh kasus saja ya,
bila ada yg bertanya kepada kita "Apakah anda mengenal alam lain?"
nah jawabannya apa?
-
[at] hatRed
Apa yang disajikan di Tipitaka, itulah yang dijadikan doktrin dasar dalam Buddhisme. Dan sebagai seorang Buddhis, kita tidak harus menelannya secara bulat-bulat.
Kalau Anda memang belum mengenal alam lain (maksudnya selain alam manusia dan hewan yah :D), jawab saja : "belum".
-
jadi maksud "percaya" itu adalah "belum percaya" bukan "ya percaya". ;D
kenapa belum percaya? karena hal2 tersebut masih dalam daftar "waiting list"
mungkin seperti itu
cmiiw
tetapi apakah hal itu tidak mengganggu?
-
Hal-hal yang belum bisa dibuktikan dalam doktrin Buddhisme itu tidak bisa dijustifikasi sebagai "absolutely non-sense". Kalau ditelaah lebih lanjut, setiap hal yang disajikan dalam Tipitaka itu 'kan saling berhubungan dengan hal lainnya. Misalkan : "adanya tumimbal lahir itu bisa dijelaskan lewat Konsep Paticcasamuppada". Dan "Paticcasamuppada itu sejalan dengan Teori Relativitas Einstein". Lebih lanjut lagi, Paticcasamupadda dan Teor Relativitas secara tidak langsung membenarkan Konsep Tilakkhana (anicca, dukkha dan anatta).
Jadi mungkin kita bisa mendiagnosa sedikit : "Kalau hal-hal yang terkesan mustahil dalam Buddhisme itu sebenarnya adalah kebenaran yang masih sulit dijangkau oleh pemikiran kita saat ini."
Umat Buddha harus memiliki kedewasaan dalam menerima suatu konsep. Mungkin lebih baik jika :
- sebagai Buddhis, kita percaya pada apa yang sudah terbukti kebenarannya
- sebagai Buddhis, kita bersikap bijaksana dan berusaha membuktikan apa yang belum terbukti kebenarannya
-
mengerti dengan jelas _/\_