Saya adalah seorang pemula dalam agama buddha
membaca paritta pun agak bingung
terlebih lagi sutra2, bahasa mandarin
kakak semua, yang ingin saya tanyakan adalah begini...
semua mahluk ingin hidup senang, begitu pula dengan binatang
suatu saat, saya melihat di televisi ttg pengusuran rumah2...
dan muncul rasa kasihan...
setelah itu, tak lama saya bersih2 rumah...
dan di langit2 banyak sekali rumah laba2...
ketika saya bersihkan, saya jadi teringat kejadian yg di televisi itu...
jadi bagaimana yah? mohon masukannya....
Anumodana..(ada kemajuan nih..)
masalahnya apa ya?
Menjelang perayaan Tahun Baru Imlek, membersihkan rumah memang menjadi tradisi yang baik untuk kita pelihara. Ironisnya, tradisi yang baik ini sangat riskan menjadi petaka binti musibah bagi laba-laba dan hewan lain yang membuat sarang di sekitar sudut rumah.
Sebagai Umat Buddha, kita harus menanamkan cinta kasih dan belas kasih kepada semua makhluk. Makhluk apa pun baik yang besar maupun yang kecil, yang tinggi maupun yang pendek, yang berada di tempat jauh maupun yang berada di dekat, yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan; semua menginginkan kebahagiaan dan kesejahteraan dalam menjalani hidupnya. Oleh karena itu, sebagaimana kita juga ingin nyaman dan aman dalam menjalani hidup, maka kita juga jangan mengganggu kenyamanan dan keamanan hidup makhluk lain.
Untuk kasus yang Anda uraikan, saya menyarankan agar Anda memindahkan laba-laba itu ke tempat yang lebih aman, misalnya ke pohon-pohon. Kalau Anda sulit untuk melakukannya, setidaknya biarkan atau keluarkan dia dari sarangnya dan jangan menyakiti atau membunuhnya. Sarang laba-laba yang membuat rumah menjadi kumuh sebaiknya memang dibersihkan. Tentunya akan lebih baik jika Anda memindahkan laba-laba itu terlebih dahulu sebelum 'merusak' tempat tinggalnya. :)
kalau tikus bos?
kecoa, semut, nyamuk.. emang penambah karma buruk nih
[at] N1AR
Sama saja. Kalau tidak bisa menerapkan cara seperti yang tadi, 'usir' saja.
Intinya Anda membersihkan rumah dan sebisa mungkin untuk tidak mencelakai mereka.
Quote from: andry on 24 January 2009, 06:14:28 PM
jadi bagaimana yah? mohon masukannya....
hidup adalah dukkha
hidup andry adalah dukkha
hidup laba-laba adalah dukkha
(bersambung)
kondisi andry mungkin sama seperti yg dikatakan Ajahn Chah, bagaikan pengelana tanpa arah ;)
Quote
Ajahn Chah:
Pengelana Tanpa Tujuan
Ketika kita tidak memiliki rumah, kita bagaikan seorang pengelana tanpa arah di jalanan, pergi ke sini sebentar kemudian ke sana, berhenti sebentar kemudian berjalan lagi. Hingga kita kembali ke rumah kita, apapun yg kita kerjakan kita merasa tidak mudah/tenang, bagaikan seseorang yg meninggalkan kampungnya untuk merantau. Hanya ketika ia pulang ke rumahnya lagi ia bisa merasa tenang dan mudah.
Tidak dimanapun di dunia dapat ditemukan kedamaian yg sebenarnya. Ini adalah sifat alamiah dari dunia. Lihatlah ke dalam dirimu sendiri dan temukanlah di sana.
Ketika kita memikirkan Buddha dan ucapannya yg nyata, kita dapat merasakan betapa pantasnya ia dipuja & dihormati. Ketika kita melihat kebenaran dari sesuatu, kita melihat ajarannya, walaupun sebelumnya kita tidak pernah belajar Dhamma. Tapi bahkan walau kita sebelumnya punya pengetahuan akan ajarannya, telah mempelajari dan melatihnya, tetapi kita belum melihat kebenaran dari sesuatu, maka kita masih tidak berumah seperti pengelana tanpa tujuan.
beda loh antara karuna dan kasihan...
sadari adakah perasaan menolak..., kalau ada itu bukan karuna, melainkan musuh dekat karuna yaitu kasihan...
kalau belas kasih seharusnya tidak ada perasaan sedih, menolak, menyesalkan makhluk yang bersangkutan menderita...
pada saat saya mengetik ini ada semut yang berusaha masuk laptopku.
Mrk kayaknya mau bikin sarang didalamnya. Trus gimana tuh? Gw nyalain terus biar panas supaya mrk ga betah. karma buruk ga?
[at] xenocross
Ya, perbuatan itu merupakan kamma buruk.
hiks.... dilema antara tidak melakukan karma buruk dan laptop seharga jutaan dijadiin sarang semut...
wah jadi begimana yak?
apakah harus berbuat seperti yg d ajarkan oleh salah sati mazhab...
"para mahluk sekalian, sebentar lagi saya akan membersihkan rumah/halaman/apa pun, semoga saya tidak menyakiti anda sekalian" harus begitu kah?
atau main hantam yah?? wah ironi yah.. ternyata benar yang d katakan SB, hidup itu penderitaan..
Sad..sad..sad....
Segala sesuatu yg terjadi pada kita, baik menyenangkan atau tidak menyenangkan, adalah vipaka/hasil dari keselarasan berbagai niyama dalam hidup kita dahulu sampai saat ini
Ketemu cewe cantik, temen yg nyebelin, peluang bisnis yg "terlewati", serangga masuk ke rumah kita bahkan sampai ada "mahluk" halus yg berdiam di salah 1 tempat
Dalam kasus serangga, seyogyanya dimulai dari menjaga kebersihan. Misal kenapa semut mau masuk susah2 ke laptop? biasanya itu krn dia tertarik pada sesuatu yaitu bau makanan. Ini karena kebiasaan kita yg mengetik sambil makan dimana remah2 atau ada gula/tepung yg melekat
Apa nyamuk bisa masuk rumah yg ditutupi oleh kawat nyamuk? Bagaimana jika kita menjaga kebersihan selokan di sekeliling atau menjaga kebersihan kebun/halaman kita?
Hal2 spt itulah yg membuat kita selaras dengan segala sesuatu yg ada di sekeliling kita....
metta _/\_
Quote from: andry on 27 January 2009, 12:28:47 AM
wah jadi begimana yak?
apakah harus berbuat seperti yg d ajarkan oleh salah sati mazhab...
"para mahluk sekalian, sebentar lagi saya akan membersihkan rumah/halaman/apa pun, semoga saya tidak menyakiti anda sekalian" harus begitu kah?
atau main hantam yah?? wah ironi yah.. ternyata benar yang d katakan SB, hidup itu penderitaan..
Sad..sad..sad....
bersih bersih aja...
ini rumahku, ini laptopku >:D
kalau saya pribadi akan melakukan aksi pembersihan tsb disadari dg aksi tsb tetap berangkat dari "rasa" kemelekatan saya thd rumah/laptop saya.
Quote from: tesla on 27 January 2009, 12:15:03 PM
Quote from: andry on 27 January 2009, 12:28:47 AM
wah jadi begimana yak?
apakah harus berbuat seperti yg d ajarkan oleh salah sati mazhab...
"para mahluk sekalian, sebentar lagi saya akan membersihkan rumah/halaman/apa pun, semoga saya tidak menyakiti anda sekalian" harus begitu kah?
atau main hantam yah?? wah ironi yah.. ternyata benar yang d katakan SB, hidup itu penderitaan..
Sad..sad..sad....
bersih bersih aja...
ini rumahku, ini laptopku >:D
kalau saya pribadi akan melakukan aksi pembersihan tsb disadari dg aksi tsb tetap berangkat dari "rasa" kemelekatan saya thd rumah/laptop saya.
dear tesla
jika sy boleh menambahi bhw hendaknya selain disadari, juga ditambah dengan tekad utk menjaga kebersihan dari barang2 agar di kemudian hari, tidak kembali "menarik" semut2 utk datang
jika tidak disertai dgn tekad maka org merasa bhw cukup hny dengan disadari saja dan akhirnya perbuatan membersihkan itu, akan terus menerus dilakukan
Sekedar sharing : Pernah ada pernyataan cukup "disadari" saja, yg dilontarkan oleh seorang rekan yg sudah tidak aktif lagi.
Dia sudah beristri tapi lalu selingkuh. Dia berkata bhw dia "sadar" sewaktu berbuat itu, dan dia merasa itu "cukup"
Karena asumsinya adalah "cukup disadari saja", membuat dia terus melakukan kegiatan perselingkuhan itu
Demikianlah kiranya kegiatan "menyadari" yg tidak diikuti dengan tekad utk tidak melakukan perbuatan itu lagi di kemudian hari
semoga bermanfaat
metta _/\_
wah ceritanya lain kali kalau seligkuh ama semut
Quote from: markosprawira on 27 January 2009, 12:38:29 PM
dear tesla
jika sy boleh menambahi bhw hendaknya selain disadari, juga ditambah dengan tekad utk menjaga kebersihan dari barang2 agar di kemudian hari, tidak kembali "menarik" semut2 utk datang
jika tidak disertai dgn tekad maka org merasa bhw cukup hny dengan disadari saja dan akhirnya perbuatan membersihkan itu, akan terus menerus dilakukan
dear markos,
maaf, saya tidak berpikir bahwa saya dapat mengendalikan segala kondisi :)
bagi saya sederhana saja... masalahnya bukan terletak pada sifat semut atau rumah saya yg tidak bersih. masalahnya adalah saya masih ingin memiliki rumah ataupun laptop saya. sebagai konsekuensinya, penderitaan pun harus dialami ketika rumah/laptop saya diserbu oleh semut (atau yg lainnya)...
seandainya upaya preventif dilakukanpun, sebaiknya dg "sadar" :) (upaya preventif bukan sesuatu yg saya larang yah)
karena bagi saya, kondisi rumah/laptop/apapun yg kita pertahankan adalah tidak terbatas. begitu kondisi berubah, yg kita pertahankanpun runtuh... kalau kita masih melekatinya, maka kita menderita.
semoga bermanfaat jg
metta _/\_
Quote from: tesla on 27 January 2009, 12:56:58 PM
Quote from: markosprawira on 27 January 2009, 12:38:29 PM
dear tesla
jika sy boleh menambahi bhw hendaknya selain disadari, juga ditambah dengan tekad utk menjaga kebersihan dari barang2 agar di kemudian hari, tidak kembali "menarik" semut2 utk datang
jika tidak disertai dgn tekad maka org merasa bhw cukup hny dengan disadari saja dan akhirnya perbuatan membersihkan itu, akan terus menerus dilakukan
dear markos,
maaf, saya tidak berpikir bahwa saya dapat mengendalikan segala kondisi :)
bagi saya sederhana saja... masalahnya bukan terletak pada sifat semut atau rumah saya yg tidak bersih. masalahnya adalah saya masih ingin memiliki rumah ataupun laptop saya. sebagai konsekuensinya, penderitaan pun harus dialami ketika rumah/laptop saya diserbu oleh semut (atau yg lainnya)...
seandainya upaya preventif dilakukanpun, sebaiknya dg "sadar" :) (upaya preventif bukan sesuatu yg saya larang yah)
karena bagi saya, kondisi rumah/laptop/apapun yg kita pertahankan adalah tidak terbatas. begitu kondisi berubah, yg kita pertahankanpun runtuh... kalau kita masih melekatinya, maka kita menderita.
semoga bermanfaat jg
metta _/\_
dear tesla,
saya pun tidak menyebut anda dapat mengendalikan segala kondisi loh _/\_
hanya sharing bhw jika "disadari" itu pada perbuatan pembersihan itu bisa menjadi pembunuhan/menyiksa mahluk hidup (pelanggaran sila 1) dan hendaknya diikuti dengan tekad utk tidak melakukan kembali "perbuatan membunuh"-nya itu loh.
Jadi bukan pada inti permasalah yaitu melekat pada objeknya
memang jika secara intinya, kenapa melakukan perbuatan "membersihkan", adalah karena kemelekatan pada benda itu
namun dalam hidup kita sebagai umat awam, tidak lah terlepas dari kemelekatan krn itu saya lebih fokus pada bagaimana mengurangi kegiatan membunuhnya itu
Yah mgkn perbedaan pembahasan saja, dimana saya berkisar di perbuatan membunuhnya sementara anda membahas pada inti permasalahan yaitu kemelekatan
anumodana utk pencerahannya
metta _/\_
Quote from: N1AR on 27 January 2009, 12:48:04 PM
wah ceritanya lain kali kalau seligkuh ama semut
gimana caranya yah? ;D
apa setelah menjadi buddha tidak akan marah? atau dendam? atau berbalas? atau dengan kamma saja sudah cukup.
kenapa dengan kasus seperti Kisah Devadatta, buddha kenapa tidak mencerahkannya, tapi membiarkan perbuatannya?
bukankah kejadiannya sama dengan makhluk hidup yg masuk laptop. karena jalannya kamma ;D
kayak kalau kita berpikiran perasaan ( vedana )
suka, tidak suka, netral
kalau netral kan ... uda kammanya gitu loh
dear N1AR
Ini pernah dibahas di postingan lain dimana pada putthujhana, yg mendominasi perbuatan adalah cetana/kehendak yg termasuk dalam salah satu dari 7 sabbacittasadharana cetasika (yg selalu ada dalam setiap citta)
sementara pada arahat dan buddha, yg mendominasi perbuatan mereka adalah Panna (yg etrmausk dalam 19 sobhana cetasika
Setelah menjadi Buddha, tidak ada lagi kekesalan, kebencian atau marah.
Sang Buddha tidak bisa mencerahkan Devadatta. Oleh diri sendirilah kesucian dapat dicapai. Jadi Sang Buddha tidak berwewenang untuk menentukan skenario hidup Devadatta.
Untuk kasus yang bisa diredam, Sang Buddha akan turun tangan. Seperti perihal perang mengenai perebutan Sungai Rohini yang berhasil diurungkan oleh Sang Buddha.
buddha sangat bijaksana kenapa tidak mampu mencerahkan muridnya sendiri.. yg sudah diterimanya dalam sangha
sedangkan penjahat pembunuh saja yg baru ketemu bisa mencapai pencerahan
sori topiknya lain bos... :))
Halo, salam kenal.
Dalam topik ini mungkin saya ingin menanyakan hal kecil. Dalam Vijja Pitaka yang saya baca, ada suatu keerroran yang membuat saya rancu. Pertama disebutkan Buddha=Dhamma. Kedua Sang Buddha Hanyalah petunjuk arah maka jika tidak ada Buddha Dhamma tetap exist. Yang manakah yang benar dalam bunyi ini? Ini membuat saya rancu apakah Dhamma itu.
^ Vijja Pitaka? ini kitab dari mana?
ga tau de tulisannya gimana. lupa bro. Hehehe... Maaf short memory. btw, ada kan yg bertuliskan demikian?
DHAMMANIYAMA SUTTA ( cari di google ) ;D ;D
[at] N1AR
Kalau Anda ingin kenyang, Anda harus makan sendiri. Orang Tua Anda yang mengajarkan Anda makan (dari masa kecil dahulu) tidaklah bisa mengenyangkan Anda. Ini pemahaman kuncinya!
Angulimala bisa langsung bertobat karena Sang Buddha datang pada saat yang tepat. Angulimala bukan penjahat, dia menjadi pembunuh karena ketaatannya pada ajaran gurunya. Namun sayang, teman-temannya menghasut Angulimala karena dia adalah seorang yang taat namun tidak bijaksana. Karena Angulimala punya sifat kebaikan ini, makanya Angulimala mau mengakui kesalahannya di depan Sang Buddha dan menyucikan dirinya hingga mencapai tataran Arahat.
Hal itu berbeda dengan Devadatta yang memang memiliki sifat kejahatan yang besar dari kecil. Sang Buddha tidak bisa membuat setiap orang menjadi bidak catur-Nya. Setiap orang bisa menjadi baik atau jahat karena diri sendiri.
[at] samudera_atlantik
Buddha adalah Dhamma (Tercerahkan).
Siapa yang melihat Dhamma (Kebenaran), maka melihat Buddha (Tercerahkan).
Buddha adalah Guru Agung, yang mengajarkan jalan untuk mencapai Pencerahan. Pencerahan hanya dicapai melalui usaha diri sendiri. Maka, Buddha hanyalah penunjuk jalan. Kita yang harus berjalan di dalam Dhamma itu sendiri.
Ah, iya ada di google. Disana dikatakan "O para Bhikkhu, apakah para Tathagata muncul (di dunia) atau tidak, Dhamma akan tetap ada, merupakan hukum yang abadi". Tetapi sebelum ada bab ini. disebutkan bahwa Buddha=Dhamma. Berarti Buddha sama dengan Dhamma. Apakah ini diartikan Dhamma yang benar hanya dapat diserap oleh Buddha? atau apa? Maaf, saya masih umat awam. Mohon petunjuk.
[at] samudera_atlantik
Dhamma (Kebenaran) itu selalu ada. Kalau ada hidup pasti ada mati. Itulah Kebenaran. Kalau Anda jatuh dari mengendarai sepeda, berarti Anda telah melakukan kesalahan sehingga terjatuh. Itulah Kebenaran. Kebenaran itu selalu ada di setiap saat. Tidak ada tempat di dunia ini yang terhindar dari Hukum Kebenaran (Dhamma).
Sammasambuddha hanyalah Manusia Agung yang kembali menemukan Dhamma untuk khalayak ramai. Dhamma yang dibabarkan-Nya akan menunjukkan tujuan perealisasian sejati dari semua makhluk, yaitu 'akhir dari dukkha'.
Jadi meski tidak ada Sammasambuddha yang muncul di dunia ini, Anda juga bisa merealisasikan Nibbana dengan menjadi Pacceka Buddha. Karena Dhamma itu selalu ada.
Quote from: samudera_atlantik on 27 January 2009, 02:30:55 PM
Ah, iya ada di google. Disana dikatakan "O para Bhikkhu, apakah para Tathagata muncul (di dunia) atau tidak, Dhamma akan tetap ada, merupakan hukum yang abadi". Tetapi sebelum ada bab ini. disebutkan bahwa Buddha=Dhamma. Berarti Buddha sama dengan Dhamma. Apakah ini diartikan Dhamma yang benar hanya dapat diserap oleh Buddha? atau apa? Maaf, saya masih umat awam. Mohon petunjuk.
yang diartikan adalah kebenaran itu sebenarnya bukan milik suatu scope agama melainkan Dhamma itu universal,hanya keterbatasan manusia kadang sulit mencerna kebenaran itu dan seorang yang dapat mencerna kebenaran dan mengajarkan kebenaran itu kepada manusia dan makhluk2 lain disebut sebagai Buddha (Yang Sadar).
kata Buddha hanyalah sebuah gelar,bukan menunjuk pada pribadi manusia yang memang dilahirkan telah mengerti Dhamma, manusia yang menemukan Dhamma disebut Buddha.
kalau yg ini bos
kalau semut masuk kedalam laptop nya si xeno tapi gak diapa2 in. dibiarkan saja
tapi laptopnya mau gak mau kan harus hidup nanti. pasti mati dong semutnya.
kalau kita pikir semutnya, berarti kammanya buruk
kalau kita gak pikirin semutnya, berarti kamma buruknya masi kalah dengan yg diatas
kalau kita tidak tahu baik dan buruk. seharusnya kammanya lebih baik dari dua yg diatas dong
dan kalau sudah kammanya semut itu, kan seharusnya bukan salah kita kalau dia masuk laptop
soalnya gak mungkin kita mengeluarkannya dengan cara halus.
seperti semut / devadatta yg pikirannya garis keras ha...
[at] N1AR
Kalau tahu bahwa semut itu bisa 'celaka' bila sudah masuk ke dalam laptop (dan Anda juga metta-karuna pada semut itu), paling tidak Anda juga bisa meniupnya agar semut itu tidak jadi masuk... :D
Kalau mau yang lebih sopan, boleh juga Anda memakai jari Anda sebagai sarana pengangkutannya. ;D
Kecuali Anda tidak berkepentingan terhadap laptop itu. Jadi kondisi yang akan terjadi setelah semut itu masuk atau tidak, adalah pengaruh dari kammanya.
Quote from: markosprawira on 27 January 2009, 01:45:04 PM
hanya sharing bhw jika "disadari" itu pada perbuatan pembersihan itu bisa menjadi pembunuhan/menyiksa mahluk hidup (pelanggaran sila 1) dan hendaknya diikuti dengan tekad utk tidak melakukan kembali "perbuatan membunuh"-nya itu loh.
Jadi bukan pada inti permasalah yaitu melekat pada objeknya
_/\_
diskusi yg menarik :)
apakah tekad tsb dapat membantu dalam penjagaan sila di lain waktu?
adakah contoh orang yg masih melekati objek2 umat awam tapi silanya sempurna?
Quote from: N1AR on 27 January 2009, 01:54:13 PM
apa setelah menjadi buddha tidak akan marah? atau dendam? atau berbalas? atau dengan kamma saja sudah cukup.
Buddha (tampak) marah & mengancam sepertinya ada, tapi kalau dendam ga ada :)
Quote
kenapa dengan kasus seperti Kisah Devadatta, buddha kenapa tidak mencerahkannya, tapi membiarkan perbuatannya?
Buddha tidak dapat mencerahkan siapa-siapa. Bagaikan Buddha itu cuma dokter yg menawarkan obat. Kalau mau sembuh, orangnya sendiri harus minum obat itu, ga bisa diwakilkan :))
Quote
bukankah kejadiannya sama dengan makhluk hidup yg masuk laptop. karena jalannya kamma ;D
yg menjadi pemicu pelanggaran sila sebenarnya bukan kenapa ada semut yg masuk ke laptop. ini tidak bisa dijadikan alasan pembenaran. renungkan kembali tujuan & manfaat pelaksanaan sila. saya akan mengganti pertanyaannya menjadi: "kenapa saya harus menyingkirkan semut tsb".
Quote from: tesla on 27 January 2009, 03:21:58 PM
Quote from: markosprawira on 27 January 2009, 01:45:04 PM
hanya sharing bhw jika "disadari" itu pada perbuatan pembersihan itu bisa menjadi pembunuhan/menyiksa mahluk hidup (pelanggaran sila 1) dan hendaknya diikuti dengan tekad utk tidak melakukan kembali "perbuatan membunuh"-nya itu loh.
Jadi bukan pada inti permasalah yaitu melekat pada objeknya
_/\_
diskusi yg menarik :)
apakah tekad tsb dapat membantu dalam penjagaan sila di lain waktu?
adakah contoh orang yg masih melekati objek2 umat awam tapi silanya sempurna?
dear tesla,
senang bisa berdiskusi
dengan tekad (dalam pengertian adhitthana), akan membuat kita menjadi lebih ingat dalam menjaga sila.
Jika kita kembalikan ke batin, ini akan memicu suatu faktor batin yg disebut dengan Chanda yaitu Dhamma Chanda
Objek umat awam dan arahat adalah sama, misal anda melihat bunga warna kuning, demikian juga arahat melihat bunga warna kuning
Hanya saja jika umat awam melihat bunga warna kuning, yang dipicu oleh cetana sehingga action putthujhana menjadi kusala/akusala
Sementara pada Arahat, karena pemicu action mereka adalah Panna, membuat actionnya adalah Kiriya
Jadi disini Arahat tetap mempunyai konsep bentuk, warna, garis, dll
Jadi berbeda dengan yg dijelaskan oleh sementara pihak dimana proses citta pada arahat tidak mempunyai persepsi lagi
Hanya saja karena batinnya sudah bersih dari "kemelekatan", membuat batin beliau "tenang tak tergoyahkan" sehingga bisa melihat bunga warna kuning, sebagaimana apa adanya
Jika bro tesla berkenan berdiskusi lebih lanjut, ini bisa dijelaskan dengan Mulapariyaya sutta, yg sering diistilahkan sebagai Kue Lapis Citta/pikiran/kesadaran
semoga bermanfaat
metta _/\_
Quote from: samudera_atlantik on 27 January 2009, 02:15:47 PM
Halo, salam kenal.
Dalam topik ini mungkin saya ingin menanyakan hal kecil. Dalam Vijja Pitaka yang saya baca, ada suatu keerroran yang membuat saya rancu. Pertama disebutkan Buddha=Dhamma. Kedua Sang Buddha Hanyalah petunjuk arah maka jika tidak ada Buddha Dhamma tetap exist. Yang manakah yang benar dalam bunyi ini? Ini membuat saya rancu apakah Dhamma itu.
dear bro samudera
arti harafiah Dhamma adalah Kebenaran, keadaan, kenyataan
Dhamma terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Paramattha Dhamma yaitu kenyataan tertinggi, hakekat sesungguhnya, yang terdiri dari 4 macam yaitu :
- Citta/kesadaran/pikiran
- Cetasika/faktor batin/bentuk2 batin
- Rupa/fisik/materi
- Nibbana
2. Pannati Dhamma yaitu sesuatu yg bukan ada sendiri atau jadi sendiri namun sesuatu yg diberikan nama, untuk dijadikan panggilan sesuai keinginan manusia
contoh pannati dhamma adalah hukum adat, kesepakatan umum, konsepsi, bahasa, dsbnya
Paramattha Dhamma itu sendiri terdiri dari 2 yaitu :
1. Sankhata Dhamma yaitu keadaan yg bersyarat, berkondisi yaitu Tertampak dilahirkan, Tertampak lenyapnya dan selama dia masih ada, tertampak perubahan2nya
Citta, cetasika dan Rupa termasuk dalam Sankhata Dhamma alias tampak lahirnya, tampak berubah2 dan tampak lenyap
2. Asankhata Dhamma yaitu keadaan yg tak bersyarat yaitu tidak dilahirkan, tidak musnah dan ada serta tidak berubah
Nibbana disebut dengan Asankhata Dhamma
Yang diajarkan oleh Buddha sebagai Buddha Dhamma adalah Paramattha Dhamma. Paramattha Dhamma akan tetap ada.
Citta akan tetap ada (walau terus lahir, berubah dan lenyap)
Cetasika juga akan tetap ada (walau terus lahir, berubah dan lenyap)
Rupa pun tetap ada (walau terus lahir, berubah dan lenyap)
demikian juga Nibbana (keadaan batin yg bersih dari kemelekatan)
Buddha = Dhamma yaitu sebagai perwujudan dari Nibbana itu sendiri
kalau saya boleh lengkapi, bhw Buddha = Dhamma = Sangha (Ariya Sangha), yaitu perwujudan dari Nibbana, kondisi batin yg bebas dari kemelekatan
semoga bermanfaat
metta _/\_
tesla: apakah tekad tsb dapat membantu dalam penjagaan sila di lain waktu?
markos: dengan tekad (dalam pengertian adhitthana), akan membuat kita menjadi lebih ingat dalam menjaga sila.
Jika kita kembalikan ke batin, ini akan memicu suatu faktor batin yg disebut dengan Chanda yaitu Dhamma Chanda
tesla: sepertinya TS (dkk) jelas ingat pada sila :)
chanda kalau tidak salah ingat adalah semangat ya? melaksanakan sesuatu dg semangat positif (gembira)... tapi kejadian saat ini justru terjadi
kebinggungan bukan? sila tidak dilupakan, tapi haruskah dilanggar? tidak dilanggar, tidak bisa bersih rumah/laptop
Quote
Objek umat awam dan arahat adalah sama, misal anda melihat bunga warna kuning, demikian juga arahat melihat bunga warna kuning
Hanya saja jika umat awam melihat bunga warna kuning, yang dipicu oleh cetana sehingga action putthujhana menjadi kusala/akusala
Sementara pada Arahat, karena pemicu action mereka adalah Panna, membuat actionnya adalah Kiriya
setuju, beda arahat & putthujana adalah pada kemelekatannya.
arahat tidak melekat lagi pada objek...
jadi! arahat bukan contoh orang yg sila sempurana namun masih melekati objek..
(karena arahat sudah tidak melekati lagi)
sedangkan pertanyaan saya adalah, apakah ada contoh orang yg melekat, tapi silanya sempurna?
sedangkan contoh arahat malah memperjelas, bahwa yg silanya sempurna, kemelekatannya jg sudah tidak ada.
Quote
Jadi disini Arahat tetap mempunyai konsep bentuk, warna, garis, dll
Jadi berbeda dengan yg dijelaskan oleh sementara pihak dimana proses citta pada arahat tidak mempunyai persepsi lagi
OOT, tapi jelas arahat sebelum parinibbana masih punya persepsi...
Quote
Jika bro tesla berkenan berdiskusi lebih lanjut, ini bisa dijelaskan dengan Mulapariyaya sutta, yg sering diistilahkan sebagai Kue Lapis Citta/pikiran/kesadaran
saya setuju dg pendapat bro markos soal persepsi arahat :)
metta _/\_
Quote from: N1AR on 27 January 2009, 02:43:06 PM
kalau yg ini bos
kalau semut masuk kedalam laptop nya si xeno tapi gak diapa2 in. dibiarkan saja
tapi laptopnya mau gak mau kan harus hidup nanti. pasti mati dong semutnya.
kalau kita pikir semutnya, berarti kammanya buruk
kalau kita gak pikirin semutnya, berarti kamma buruknya masi kalah dengan yg diatas
kalau kita tidak tahu baik dan buruk. seharusnya kammanya lebih baik dari dua yg diatas dong
dan kalau sudah kammanya semut itu, kan seharusnya bukan salah kita kalau dia masuk laptop
soalnya gak mungkin kita mengeluarkannya dengan cara halus.
seperti semut / devadatta yg pikirannya garis keras ha...
Kamma disebut dengan Niyama, yaitu hukum keselarasan atau kesesuaian
Jadi masuknya semut ke laptop, adalah keselarasan anda dengan si semut itu. Jangan diasumsikan itu adalah sudah kammanya si semut loh
Ini yg seringkali salah kaprah dari konsep kamma bhw seolah kamma itu hanya meliputi 1 individu saja, dan hanya hukum kamma saja yg bekerja
Niyama itu terdiri dari 5 hukum, jadi tidak hanya kamma saja. Kesemua hukum ini menyesuaikan satu dengan yg lainnya, tergantung dari individu yg bersangkutan
Kalau boleh saya ringkas :
1. Kamma berperan dalam kondisi suatu mahluk tapi bukan kamma saja yg berperan karena masih ada niyama2 lainnya
2. Kondisi yg terjadi, tidak saja karena satu permahluk saja tetapi juga bisa karena banyak hal misal kamma massal (bnyk semut yg masuk ke laptop)
semoga bermanfaat
metta
Quote from: tesla on 27 January 2009, 04:56:39 PM
tesla: apakah tekad tsb dapat membantu dalam penjagaan sila di lain waktu?
markos: dengan tekad (dalam pengertian adhitthana), akan membuat kita menjadi lebih ingat dalam menjaga sila.
Jika kita kembalikan ke batin, ini akan memicu suatu faktor batin yg disebut dengan Chanda yaitu Dhamma Chanda
tesla: sepertinya TS (dkk) jelas ingat pada sila :)
chanda kalau tidak salah ingat adalah semangat ya? melaksanakan sesuatu dg semangat positif (gembira)... tapi kejadian saat ini justru terjadi kebinggungan bukan? sila tidak dilupakan, tapi haruskah dilanggar? tidak dilanggar, tidak bisa bersih rumah/laptop
dear tesla,
ingat bukan berarti tidak melakukan loh....... ini yg saya singgung di depan yaitu bhw ada yg berkilah dia "sadar", alias tahu, tapi tetap berselingkuh loh.....
Ini justru membuktikan bhw "sadar" pada putthujhana bukanlah sadar dalam artian "sati" yg merupakan bagian dari sobhana cetasika 19
karena jika memang terjadi sati, tidak mgkn bisa terjadi pelanggaran sila seperti selingkuh.
"Sadar" dalam artian ingat sila, sebenarnya lebih ke pengertian nanavipayutta (dengan pengetahuan) dan nanasampayutta (tanpa pengetahuan)
nanavipayutta : sudah tahu sila tapi masih dilanggar
nanasampayutta : tidak tahu bhw itu melanggar sila
Chanda termasuk dalam pakinnaka cetasika alias 6 cetasika yg muncul sesewaktu.
Dalam Dhamma Chanda, berarti chanda itu muncul bersamaan dengan sobhana cetasika dimana ini menandakan tidak adanya akusala cetasika dalam Chanda tersebut
Quote from: tesla on 27 January 2009, 04:56:39 PM
Quote
Objek umat awam dan arahat adalah sama, misal anda melihat bunga warna kuning, demikian juga arahat melihat bunga warna kuning
Hanya saja jika umat awam melihat bunga warna kuning, yang dipicu oleh cetana sehingga action putthujhana menjadi kusala/akusala
Sementara pada Arahat, karena pemicu action mereka adalah Panna, membuat actionnya adalah Kiriya
setuju, beda arahat & putthujana adalah pada kemelekatannya.
arahat tidak melekat lagi pada objek...
jadi! arahat bukan contoh orang yg sila sempurana namun masih melekati objek..
(karena arahat sudah tidak melekati lagi)
sedangkan pertanyaan saya adalah, apakah ada contoh orang yg melekat, tapi silanya sempurna?
sedangkan contoh arahat malah memperjelas, bahwa yg silanya sempurna, kemelekatannya jg sudah tidak ada.
Maaf karena terlewat bhw yg anda maksud melekat adalah Lobha.
Sila sempurna dalam pengertian sama sekali tidak melanggar sila, memang hanya ada di arahat yg sudah tidak didominasi cetana lagi
Namun Sotapanna - Anagami, sebenarnya dapat dikatakan mempunyai sila sempurna juga dan mereka masih mempunyai kemelekatan
tinggal tergantung "sempurna" seperti apa yg anda maksudkan
Quote from: tesla on 27 January 2009, 04:56:39 PM
Quote
Jadi disini Arahat tetap mempunyai konsep bentuk, warna, garis, dll
Jadi berbeda dengan yg dijelaskan oleh sementara pihak dimana proses citta pada arahat tidak mempunyai persepsi lagi
OOT, tapi jelas arahat sebelum parinibbana masih punya persepsi...
Quote
Jika bro tesla berkenan berdiskusi lebih lanjut, ini bisa dijelaskan dengan Mulapariyaya sutta, yg sering diistilahkan sebagai Kue Lapis Citta/pikiran/kesadaran
saya setuju dg pendapat bro markos soal persepsi arahat :)
metta _/\_
Maaf disini saya perjelas bhw setelah mencapai nibbanapun, "Arahat masih punya persepsi"
Harus diingat kembali bhw Persepsi ada dalam Sanna cetasika, yg merupakan sabbacittasadharana atau cetasika yg muncul pada SEMUA citta jadi ga mungkin ada citta muncul tanpa ada SANNA CETASIKA
Persepsi sebagaimana ada dalam sanna yaitu persepsi mengenai Bentuk, Warna, Garis, dsbnya sehingga apa yg dilihat arahat adalah sama seperti yg kita lihat karena
kesadaran yg terjadi pada alat panca indera bersifat netralSebagai gambaran proses citta dimulai dari :
1. melihat sebagaimana apa adanya, sesuai yg tertera pada alat indera. Jadi belum ada bentuk, warna, garis, titik, dsbnya
2. persepsi titik
3. persepsi garis
4. persepsi bentuk
5. persepsi warna
6. persepsi nama/sebutan/panggilan
Yang tidak ada pada batin arahat, adalah persepsi suka/tidak suka, menyenangkan/tidak menyenangkan.
Misal ada bau sampah.
Pada org awam yg tahu itu bau sampah, biasanya akan langsung mendengus/menghindar
Pada org yg belum tahu itu bau sampah, biasanya akan merasa bhw itu bau yg tidak menyenangkan
Tapi pada arahat, bau hanyalah objek penciuman, bukan sesuatu yg tidak menyenangkan lagi
Jika proses citta pada arahat HANYA pada proses 1 saja dimana ini membuat arahat seolah buta warna, buta bentuk, dsbnya
Jadi Arahat tidak buta warna,
Arahat pun tidak buta bentuk
Arahat pun bisa memanggil nama orang lain
Itu kenapa Arahat/Buddha bisa mengenali objek misal angulimala, ananda, pohon, istana, jalan berdebu, debu di kuku, dsbnya
Demikianlah yg termaksud dalam Mulapariyaya sutta
semoga bermanfaat
metta _/\_
Quote from: markosprawira on 27 January 2009, 05:24:08 PM
ingat bukan berarti tidak melakukan loh....... ini yg saya singgung di depan yaitu bhw ada yg berkilah dia "sadar", alias tahu, tapi tetap berselingkuh loh.....
yah jelas... bukankah itu yg saya tanya...
dia "ingat" tapi tetap butuh melakukan aksi pembersihan...
(kita tidak mengatakan ingat = sati kan?)
Quote
Ini justru membuktikan bhw "sadar" pada putthujhana bukanlah sadar dalam artian "sati" yg merupakan bagian dari sobhana cetasika 19
karena jika memang terjadi sati, tidak mgkn bisa terjadi pelanggaran sila seperti selingkuh.
setuju... sudah jelas sobhana cetasika tidak muncul bersama akusala cetasika karena tidak kompatibel bukan? ;)
Quote
"Sadar" dalam artian ingat sila, sebenarnya lebih ke pengertian nanavipayutta (dengan pengetahuan) dan nanasampayutta (tanpa pengetahuan)
nanavipayutta : sudah tahu sila tapi masih dilanggar
nanasampayutta : tidak tahu bhw itu melanggar sila
maafkan saya jika saya tidak sopan dalam bertanya hal ini...
saya rasa tidak ada manfaatnya dapat gelar
nanavipayutta!
apa gunanya
nanavipayutta jika hanya menghasilkan rasa binggung
lebih baik
nanasampayutta... lakukan tanpa rasa binggung bukan?
Quote
Sila sempurna dalam pengertian sama sekali tidak melanggar sila, memang hanya ada di arahat yg sudah tidak didominasi cetana lagi
Namun Sotapanna - Anagami, sebenarnya dapat dikatakan mempunyai sila sempurna juga dan mereka masih mempunyai kemelekatan
oh ya... saya lupa
bro markos benar, kalau tidak salah dalam teorinya entah mulai sakadagami atau anagami sudah sempurna dalam 5 sila :)
Quote
Maaf disini saya perjelas bhw setelah mencapai nibbanapun, "Arahat masih punya persepsi"
yg saya katakan adalah "sebelum parinibbana" arahat masih ber-persepsi...
jadi kalimat kita tidak ada pertentangan & tidak ada yg perlu didiskusikan...
jadi saya anggap ini dana dhamma bro markos kepada saya saja. Anumodana _/\_
QuoteItu kenapa Arahat/Buddha bisa mengenali objek misal angulimala, ananda, pohon, istana, jalan berdebu, debu di kuku, dsbnya
tentu saja, dalam Bahiya sutta jg dijelaskan,
dalam yg "dikenali" hanyalah ada yg "dikenali"
artinya arahat masih punya indra pikiran, bukan zombie hidup.
bukan cuma pengenalan objek, Buddha sendiri bisa mengenal rasa sakit yg ada di tubuhnya & "menekannya" dg jhana objek cahaya bukan?
waduh kok malah jadi diskusi abhidhamma... :o :o
Pusing bacanya, harus pelan-pelan....
:(
Kira-kira ngerti, tapi supaya lebih jelas, tolong lebih dijelaskan lagi (supaya ga salah)
Kalau semut itu berusaha membuat sarang di laptop saya, apa yg harus saya lakukan? Yg punya laptop pasti tahu betapa sulitnya membersihkan dalemnya laptop....
Tolong jawabannya yg membumi...
wah, rame nih... sep2...grp send to all
Quote from: tesla on 27 January 2009, 05:48:39 PM
Quote from: markosprawira on 27 January 2009, 05:24:08 PM
ingat bukan berarti tidak melakukan loh....... ini yg saya singgung di depan yaitu bhw ada yg berkilah dia "sadar", alias tahu, tapi tetap berselingkuh loh.....
yah jelas... bukankah itu yg saya tanya...
dia "ingat" tapi tetap butuh melakukan aksi pembersihan...
(kita tidak mengatakan ingat = sati kan?)
Quote
Ini justru membuktikan bhw "sadar" pada putthujhana bukanlah sadar dalam artian "sati" yg merupakan bagian dari sobhana cetasika 19
karena jika memang terjadi sati, tidak mgkn bisa terjadi pelanggaran sila seperti selingkuh.
setuju... sudah jelas sobhana cetasika tidak muncul bersama akusala cetasika karena tidak kompatibel bukan? ;)
Quote
"Sadar" dalam artian ingat sila, sebenarnya lebih ke pengertian nanavipayutta (dengan pengetahuan) dan nanasampayutta (tanpa pengetahuan)
nanavipayutta : sudah tahu sila tapi masih dilanggar
nanasampayutta : tidak tahu bhw itu melanggar sila
maafkan saya jika saya tidak sopan dalam bertanya hal ini...
saya rasa tidak ada manfaatnya dapat gelar nanavipayutta!
apa gunanya nanavipayutta jika hanya menghasilkan rasa binggung
lebih baik nanasampayutta... lakukan tanpa rasa binggung bukan?
dear tesla,
senang diskusi dengan anda yg berpengetahuan luas...... mari kita lanjut pada nanavipayutta atau nanasampayutta yah
pada perbuatan akusala, jika dilihat case per case, memang lebih baik jika nanasampayutta karena efek dari kamma-nya tidaklah sebesar dari nanavipayutta
tapi jika kita lihat secara holistik, spt yg saya sebut di depan, dengan nanavipayutta, akan membuat menjadi Dhamma chanda, keinginan utk berbuat baik dimana ini selaras dengan ajaran semua buddha yaitu
kurangi berbuat akusalaDimana ini akan mendorong orang utk berusaha menjaga sila, dan memperbanyak berbuat kusala
Org yg tidak tahu benar atau salah, tidak akan berusaha utk memperbaiki tindak tanduknya
Kira2 seperti demikianlah bro, semoga bermanfaat
metta
Quote from: xenocross on 28 January 2009, 12:11:04 AM
waduh kok malah jadi diskusi abhidhamma... :o :o
Pusing bacanya, harus pelan-pelan....
:(
Kira-kira ngerti, tapi supaya lebih jelas, tolong lebih dijelaskan lagi (supaya ga salah)
Kalau semut itu berusaha membuat sarang di laptop saya, apa yg harus saya lakukan? Yg punya laptop pasti tahu betapa sulitnya membersihkan dalemnya laptop....
Tolong jawabannya yg membumi...
dear bro
jika memang sudah menjadi sarang, silahkan dibersihkan tapi hendaknya lakukanlah dengan batin yg "terpaksa" dimana ini akan tercermin pada perbuatan membersihkan kita yg akan berhati2
Berbeda kalo membersihkan dengan senang hati, dimana kita ada "melampiaskan" kekesalan kita, rasa benci (dosa) kita pada si semut
Sama seperti kasus nyamuk yg umum terjadi di masyarakat yah :
1. Ada orang yg menepuk dengan gemas, jengkel
2. Ada yg nepuk sampe mati, lalu nyamuknya "dipreteli"
3. Tapi pada mereka yg menjaga sila, nyamuknya dikibaskan pelan2
Mari dilihat kondisi batinnya.
No. 1. Ada dosa/benci yg cukup besar pada objek yg dirasa "mengganggu"
No. 2. Dosanya sangat besar sekali dimana ini terjadi karena No. 1 yg dilakukan terus menerus
No. 3. Masih ada dosa, tapi menjaga sila sehingga rasa dosa-nya kecil
Demikianlah kiranya yg bisa kita lakukan mengenai perbuatan akusala yah, utk lebih detail, bisa dilihat diatas mengenai nanavipayutta (dgn pengetahuan) dan nanasampayutta (tanpa pengetahuan)
semoga bermanfaat
metta
siip deh.
Dhamma itu memang harus membumi dan bisa dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti contoh kasus ini.
Quote from: xenocross on 28 January 2009, 12:11:04 AM
waduh kok malah jadi diskusi abhidhamma... :o :o
Pusing bacanya, harus pelan-pelan....
:(
Kira-kira ngerti, tapi supaya lebih jelas, tolong lebih dijelaskan lagi (supaya ga salah)
Kalau semut itu berusaha membuat sarang di laptop saya, apa yg harus saya lakukan? Yg punya laptop pasti tahu betapa sulitnya membersihkan dalemnya laptop....
Tolong jawabannya yg membumi...
kalo laptop dijemur bisa ga ?
[at] xeno : anumodana utk masukannya
[at] lokkhi : laptop kalo bisa jangan dijemur mengingat komponen yg sensitif seperti LCD. Lebih baik jika dibersihkan dengan menggunakan kuas yg lembut
Quote from: markosprawira on 28 January 2009, 08:56:03 AM
tapi jika kita lihat secara holistik, spt yg saya sebut di depan, dengan nanavipayutta, akan membuat menjadi Dhamma chanda, keinginan utk berbuat baik dimana ini selaras dengan ajaran semua buddha yaitu kurangi berbuat akusala
Dimana ini akan mendorong orang utk berusaha menjaga sila, dan memperbanyak berbuat kusala
Org yg tidak tahu benar atau salah, tidak akan berusaha utk memperbaiki tindak tanduknya
Kira2 seperti demikianlah bro, semoga bermanfaat
metta
dear markos,
tampaknya memang dasar pemikiran kita berbeda tentang sila :)
bagi saya, sila adalah ujian melepas kita. sudahkah kita melepas? sedangkan bagi markos, sila adalah pendorong tindakan kusala (& peredam akusala).
bagi saya, mo di prevent sebagaimanapun jg, pada satu titik ujian sila ini akan muncul. jika kita belum melepas, mau tak mau sila dilanggar lagi. sedangkan bagi bro markos, tindakan preventif dapat memperkecil kemungkinan akusala & memperbesar kemungkinan kusala.
metta _/\_
Quote from: tesla on 28 January 2009, 12:57:59 PM
Quote from: markosprawira on 28 January 2009, 08:56:03 AM
tapi jika kita lihat secara holistik, spt yg saya sebut di depan, dengan nanavipayutta, akan membuat menjadi Dhamma chanda, keinginan utk berbuat baik dimana ini selaras dengan ajaran semua buddha yaitu kurangi berbuat akusala
Dimana ini akan mendorong orang utk berusaha menjaga sila, dan memperbanyak berbuat kusala
Org yg tidak tahu benar atau salah, tidak akan berusaha utk memperbaiki tindak tanduknya
Kira2 seperti demikianlah bro, semoga bermanfaat
metta
dear markos,
tampaknya memang dasar pemikiran kita berbeda tentang sila :)
bagi saya, sila adalah ujian melepas kita. sudahkah kita melepas? sedangkan bagi markos, sila adalah pendorong tindakan kusala (& peredam akusala).
bagi saya, mo di prevent sebagaimanapun jg, pada satu titik ujian sila ini akan muncul. jika kita belum melepas, mau tak mau sila dilanggar lagi. sedangkan bagi bro markos, tindakan preventif dapat memperkecil kemungkinan akusala & memperbesar kemungkinan kusala.
metta _/\_
dear bro tesla,
dengan preventif, PASTI akan bobol kok.... itu sebenarnya sudah jelas loh, bahwa memperkecil akusala itu, bukan berarti tidak ada akusala sama sekali khan? dan itu artinya = bobol ;D
Tapi jika kita bertekad utk mengurangi berbuat akusala, ini yg akan memperkecil kebobolan itu di kemudian hari........ yg jika dilakukan terus menerus, akan semakin memperkecil peluang "bobol" (melakukan akusala)
Pun sebenarnya dengan melaksanakan sila, sudah PASTI tidak akan bisa mencabut ASAVA.....
Hal ini pernah saya singgung yaitu :
- Sila melemahkan ASAVA (mengontrol untuk sementara)
- Samatha menjinakkan ASAVA utk sementara (mengontrol utk waktu yg lebih lama)
- Vipassana mencabut ASAVA secara tuntas (memusnahkan sampai tidak bisa timbul lagi)
Disinilah ketiga faktor JUB8 (Sila, samadhi dan panna) berperan karena jika dilihat diatas, Sila hanya untuk melemahkan saja sedangkan "melepas" hanya bisa dilakukan dengan vipassana
Demikianlah sebenarnya kolaborasi dari Sila, Samadhi dan Panna, yg bekerja seperti "bola salju", yg saling terkait dan saling menguatkan satu dengan lainnya.
Ini sebenarnya sudah saya bahas di bagian Abhidhamma mengenai penjelasan JUB8 ditilik dari Abhidhamma dimana sebenarnya merupakan latihan bagi batin kita, yang mengkondisikan munculnya batin yg sobhana
semoga bermanfaat
metta _/\_
Quote from: markosprawira on 28 January 2009, 01:35:11 PM
- Sila melemahkan ASAVA (mengontrol untuk sementara)
- Samatha menjinakkan ASAVA utk sementara (mengontrol utk waktu yg lebih lama)
- Vipassana mencabut ASAVA secara tuntas (memusnahkan sampai tidak bisa timbul lagi)
_/\_
kalau pemahaman saya, di meditasi konsentrasi kita mengalihkan perhatian dari ransangan lain & hanya berpijak pada 1 objek. kalau diumpamakan di tengah arus, konsentrasi ini seperti pijakan kaki yg kuat.
sedangkan meditasi pandangan terang adalah meninggalkan arus/keluar dari arus.
OOT :hammer: :P