Tafsiran Alkitab
SS wrote:
Kejadian 3:14. Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada
> ular itu: "Karena engkau berbuat demikian,
> terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di
> antara segala binatang hutan; dengan perutmulah
> engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan
> seumur hidupmu.
>
> Saya coba terangkan sekali lagi. Yang tertulis adalah "debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu."
> Bukan "hanya debu tanah". Dengan menjulurkan lidahnya, udara sekitarnya nempel pada lidah ular.
> Udara itu mengandung partikel-partikel dari pohon, binatang-binatang sekitar daerah itu
> dan.......tentunya juga debu tanah. Semua partikel ini dikirim ke Jacobson organ. Jadi memang ada debu
> tanah yang dimakan ular itu. Mengerti?
>
> Salam. SS
Jun wrote:
ck ck ck
penafsiran jungkir balik hanya demi membenarkan kitab
sucinya..
kalo gitu sih hampir semua ternak dan binatang juga
makan debu tanah dong....
ternyata kutukan tuhan gak seram2 amat.....
kirain ular dikutuk jadi batu
SS wrote:
Kutukan pada ular memang tidak begitu dahsyat.Ular hanya binatang yang waktu itu diapakai iblis. Kutukan Sodom dan Gomora lebih dahsyat, kutukan banjir sewaktu Nuh hidup, lebih dahsayat lagi. Tetapi percayakah Anda? Jangan tunggu sampai kutukan kepada Anda, Anda alami. Semoga Anda selamat dari kutukan Tuhan yang Mahadahsyat. Semoga semua pemillis dimillis ini selamat dan bebas dari kutukan Tuhan yang Maha dahsyat.
Natsude Mieco wrote:
Sereeem amat oom!!! Katanya Tuhan-nya Maha Pengasih dan Penyayang, tapi kok tukang kutuk manusia & hewan? Kok jadi mirip Dewa2 dalam kepercayaan kuno?
Btw, karena oom coba2 menakuti saya dengan kutukan2 Allah yang Maha dahsyat, saya jadi tertarik untuk pelajari lagi kutukan2 tersebut. Saya coba cari di Wikipedia. Dan berikut data2 yang saya dapatkan :
Pertama, kutuk2an tersebut berasal dari kepercayaan Yahudi, yang kemudian di ambil oleh kr****n dan Islam. Pertanyaan saya muncul, jika kisah tersebut benar adanya, kenapa saya harus percaya kr****n atau Islam, bukannya agama Yahudi sebagai sumbernya?
Lanjut..
Berhubung oom Stanley adalah kr****n, maka saya coba mempelajari kutuk2an tersebut dari sudut pandang Kristianity.
1. Kutukan Sodom dan Gomora (Kej 18:20 - 19:36)
sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Sodom_and_Gomorrah dan http://en.wikipedia.org/wiki/Lot_(biblical)
Jadi, menurut Alkitab, Allah ngamuk sama dua kota ini karena banyak dosa, terutama dosa homoseksuality (asal kata SODOMI dari sini), jadi Dia bermaksud menghancurkannya, lalu Abraham (yang kayaknya lebih pengasih dan penyayang dari Allah sendiri) nego sama Allah, ngerayu Allah kalau ada 50 orang baik, jangan dihancurkan, trus turun ke 45 orang, trus 20 orang, sampai terakhir 10 orang. Trus karena Allah tidak Maha Tahu, maka Dia harus utus malaikat ke kota itu untuk cari tahu ada berapa orang benar disana. Ternyata didapati cuma satu yaitu Lot sepupunya Abraham, yang karena mau belain malaikat2 tersebut, nawarin anak2 perempuannya sama orang2 jahat di kota itu, makanya kota itu tetap dihancurkan. Trus abis Lot sama dua anaknya berhasil keluar dari kota dan selamat (istrinya gak selamat karena nengok ke belakang waktu kota dihancurkan, jadi patung garam), Lot dibuat mabuk sama kedua anaknya trus mereka bergantian berhubungan seksual dengan bapaknya (incest) dan punya anak dari Lot. Trus gak ada cerita lagi anak2nya atau Lot diapain sama Allah, yang berarti Allah setuju aja. Bener gak ceritanya?
So, semua sdr Buddhist, kita lepas dulu topi Buddhist kita dan coba kita pelajari mengenai kisah ini..
Cerita ini bisa beneran atau hanya cerita perumpamaan. Gak ada yang tahu.
Namun jika ini cerita beneran, ada beberapa kejanggalan yang saya sudah singgung sedikit di atas. Coba kita bedah :
Satu, Allah mau hancurin kota ini karena perilaku seksual mereka atau tindakan amoral lainnya? Kalau menurut Yahudi, bukan karena homoseksualnya namun karena kekejaman dan kekurang ramahan kepada pengunjung kota ini, dan tindakan kekerasan2nya. Namun kalau menurut kr****n, lebih dikarenakan perilaku salah seksual mereka (sejenis). Yang bener yang mana? Berhubung yang bawa cerita ini oom Stanley (kr****n) maka kita ambil sudut pandang kr****n. Allah mau hancurkan kota ini dikarenakan perilaku homoseksualnya.
Jadi apa yang salah dengan homoseksual? Apakah seseorang dikatakan jahat jika mereka menyukai sesama jenis? Tidak normal mungkin, namun apakah layak dibunuh? Saya kenal banyak gay, dan banyak dari mereka bertindak lebih baik di banding orang2 normal. Jadi, bagi saya adalah, tidak penting anda gay atau straight, tapi apa yang anda lakukan sebagai gay atau straight. Jika kita tidak menyakiti orang lain, dan berusaha menolong orang lain, walaupun gay, saya akan hormati orang tersebut.
Kedua, Allah sepertinya lebih mempermasalahkan homoseksual dibanding perilaku incest (hubungan seksual sedarah). Banyak sekali kejadian di Alkitab yang menceritakan hubungan ini. Lot bukan satu2nya. Sepertinya sangat normal kalau bapak berhubungan badan dengan anak perempuannya kalo terpaksa.
Kembali ke Lot, ada yang aneh dengan cerita ini, Lot dibuat sangat mabuk dengan anggur sehingga bisa berhubungan dengan anak gadisnya. Saya pernah sangat mabuk (dan saya tidak bangga akan hal ini), namun saya masih bisa bedakan manusia di sekeliling saya. Saya tahu dengan siapa saya bicara (walau sangat tidak terkontrol bicaranya), dan saya amat sangat yakin sekali jika saya mabuk berat sekalipun, saya dapat kenali orang tua saya. Dan (maaf) saya gak bakal lepasin celana saya depan mereka. Mungkin karena inilah orang Islam malu mengakui kejadian ini, dan menolak cerita ini dan tidak menuliskannya di Quran.
Ketiga, sekarang gimana? Kok saya gak pernah dengar ada batu berjatuhan dari langit dan membunuh sekelompok gay? Tuhan udah males bunuh orang atau Dia gak tau? Coba lepas topi agama kita dan pikirkan.
2. Kutukan Banjir Besar (Kej 6 - 9)
sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Noah's_Ark
Menurut Alkitab, Allah menyesal telah menciptakan manusia (bisa nyesal juga yah?) dan berniat melenyapkan segala ciptaannya, termasuk binatang (ikut2an dihukum karena manusia). Jadi Dia berencana membuat kiamat di bumi dengan air bah. Tapi karena (hanya) ada 1 (satu) orang di dunia ini yang baik, yaitu Nuh, maka Allah mau selamatkan Nuh dan keluarganya (anak2 dan istrinya pasti orang2 baik juga?). Maka Nuh disuruh buat bahtera besar yang bisa nampung mereka selama 150 hari dan juga 7 (tujuh) pasang binatang yang tidak haram dan satu (1) pasang binatang yang haram (maksudnya binatang apa yah? Babi kah? Hehe hati2 makannya sekarang!! Siapa tahu Islam benar!) yang akan diselamatkan. Lalu setelah air Bah surut dan mereka bisa kembali ke daratan, Allah kembali menyesal telah membunuh manusia2 tersebut dan berjanji tidak akan mengutuk bumi ini lagi dan membunuh apapun yang hidup. Lalu Allah mendeklarasi Nuh dan keturunannya sebagai penguasa bumi ini, dan anak2nya menguasai segala binatang, beranak cucu dan makan semua binatang yang bergerak kecuali darah. Heh? ???
Kembali kita bedah tanpa topi agama kita :
Pertama, ini yang paling penting, jika cerita ini benar dan bukan simbolis, saya protes sama Nuh karena dia selamatkan nyamuk. Hehehe just kidding..
Bukan, yang pertama, kisah ini secara langsung mengatakan bahwa SEMUA manusia di bumi ini adalah keturunannya Nuh, karena dia satu2nya selamat. Semua orang negro afrika atau china atau bule atau melayu adalah keturunan Nuh. Jadi tampangnya Nuh bagaimana yah? Kepalanya hitam dengan mata sipit namun biru dan rambutnya pirang dan bertubuh pendek seperti orang melayu? Hehehe.. masuk akal ga yah?
Kedua, coba hitung berapa banyak hewan di bumi! Bayangin Zoologischer Garten Berlin (katanya zoo terbesar di bumi, luasnya 35-ha (86-acre). Besarnya kayak apa. Itu cuma ada 1500 species hewan, yang PASTI belum semua hewan di bumi. Bisa bayangin gak kalau semua hewan masuk satu kapal, perlu kapal sebesar apa? Menurut Alkitab besar kapal Nuh adalah tiga ratus hasta panjangnya, lima puluh hasta lebarnya dan tiga puluh hasta tingginya. Menurut keterangan dibagian alkitab bagian kamus di sana dinyatakan bahwa 1 hasta = 45 cm
Jadi ukuran bahtera Nuh adalah :
Panjang = 300 hasta X 45 Cm = 13.500 cm/100 = 135 meter
Lebar = 50 hasta X 45 cm = 2.250 cm/100 = 22,5 meter
Sehingga luasnya 3.037,5 meter2 atau 0.30375 ha
dan jika luas tersebut dikali tingginya (30 hasta X 45 cm = 1.350 cm/100 = 13,5 meter) maka volume kapal itu hanya adalah 41.006,25 meter3.
Mungkin gak muat semua binatang di muka bumi? Lalu jika (sekali lagi jika) muat, masa yang macan gak makan kambing atau hewan lainnya? atau minimal berantem?
Ketiga, Allah ternyata bo'ong. Dia bilang nyesel bunuh manusia lagi, ternyata Dia tetap bunuh manusia2 di Sodom and Gomora.
Keempat, kisah ini sepertinya (atau malah benar?) terinspirasi dari kisah banjir besar dalam mitologi Mesopotamia kuno (Sumerian, Akkadian, Assyrian, dan Babylonian) dimana dewa Enki (Dewa Kepala dalam kepercayaan tersebut, Dewa pencipta, juga Dewa Kepandaian dan Dewa Air) memutuskan untuk memusnahkan semua manusia kecuali Atrahasis (manusia abadi) dengan banjir besar, suruh Atrahasis buat kapal besar dan setelahnya Atrahasis menjadi nenek moyang manusia.
"The Sumerian myth tells how the god Enki warns Ziusudra (meaning "he saw life," in reference to the gift of immortality given him by the gods), of the gods' decision to destroy mankind in a flood - the passage describing why the gods have decided this is lost. Enki instructs Ziusudra (also known as Atrahasis) to build a large boat - the text describing the instructions is also lost. After which he is left to repopulate the earth, as in many other flood myths."
Jadi, kalau dipikir2 mungkin gak Kisah2 dalam Alkitab adalah evolusi dari kisah2 Kepercayaan Dewa2 Kuno, dan Allah sendiri seperti evolusi dari Dewa2 Kuno tersebut, yang dari banyak dewa menjadi satu dewa... Silahkan direnungkan.
SS wote:
Kelihatannya sdr Mieco sudah akhli "Higher Criticism". Menurut saya, itu adalah criticism yang mau menghancurkan iman orang kr****n. Tetapi pernyataan saya ini dibantah oleh orang-orang liberal dan setengah liberal. Saya sudah debat selama 3 tahun dengan mereka disuatu millis. Setelah 3 tahun saya no-mail. Kata-kata perpisahan saya adalah terserah Anda mau terima argumen saya atau tidak. Kita semua harus pertanggungjawabkan respons kita kepada segala sesuatu yang kita alami pada Tuhan dipengadilan terakhir. Saya sudah peringatkan. Tetapi mereka masih sebut diri mereka "kr****n".
Menurut saya, kalau lebih percaya "Higher Criticism" daripada Alkitab itu sendiri, memang lebih baik keluar dari agama kr****n.
Saya bilang kalau saya percaya pada teologi Haskins atau Ioanes Rakhmat, saya akan keluar dari agama kr****n dan kembali kepaham agnostic atau maximal panteis.
Anda lebih percaya pada "Higher Critisism" daripada alkitab itu sendiri. Tetapi Anda lebih fair daripada beberapa dari mereka. Anda keluar dari agama kr****n dan jadi Buddhist. Sikap itu, menurut saya, lebih baik dari sikap mereka. Saya lebih hormat kepada Anda daripada kepada beberapa dari mereka.
Saya telah buat beberapa artikel mengenai kitab Kejadian. Saya forward bebrapa artikel itu sebagai jawaban kepada Anda deh, terutama mengenai kitab Kejadian. Diposting terpisah saya forward "Kitab Kejadian dan suku Miau".
Salam. SS
Natsude Mieco wrote:
Bukan begitu Oom.. saya bukan sama sekali ahli Higher Criticism, bahkan sebelum oom menakuti2 saya dengan kutukan2 Allah yang maha dashyat itu, saya gak tahu banyak mengenai hal2 tersebut. Air bah-nya Nuh memang cukup terkenal, namun saya gak terlalu tahu detailnya. Setelah oom menyinggungnya, saya baru cari tahu, cari tahunya juga di internet. Dan ketika mempelajari kutukan2 tersebut, ada suara dalam kepala saya yang tegas dan berwibawa, "Ini gak bener" :x(hehe just kidding jangan marah yah oom, khan mau natal!).
Begini loh oom, pertama saya tegaskan, saya gak punya niat untuk menghancurkan iman siapa pun. Memang saya akui, saya orangnya suka iseng, dan pernyataan2 oom menggelitik saya. Sebenarnya saya sudah berpikir gak mau lagi nyinggung2 Alkitab, karena percuma, sampai saya seumur oom pun gak bakal ada yang berubah, bagi oom Alkitab tetap yang utama, bagi saya Alkitab tetap gak masuk akal. Namun karena saya ditodong senjata terakhir orang kr****n (kebanyakan..hehe) yaitu ancaman kutukan, saya mencoba membela diri. Namun jika efeknya ternyata mengganggu iman seseorang, saya minta maaf. Anyway khan oom Stanley yang mau menguji iman sendiri, jadi yah silahkan diuji aja.
Saya tadinya sering bingung, orang2 sepandai oom, lulusan perguruan tinggi terbaik, dengan gelar2 akademis yang banyak sekali, bisa menerima sesuatu tanpa mengkajinya terlebih dahulu. Namun setelah lama saya perhatikan memang ada satu faktor yang membuat manusia bisa melakukan kebodohan2 seperti itu, yaitu rasa TAKUT. Perasaan yang timbul ketika kita merasa ada sesuatu yang kita tidak ketahui yang dapat mengancam kebahagiaan kita. Perasaan yang merupakan naluri alami dari tiap makhluk hidup, yang disebabkan saraf2 di otak kita. Bedanya kalau binatang hanya kenal dua solusi, hit or run, otak manusia punya solusi lain, menyerah pada rasa takut itu. Perasaan ini karena sudah dijejali ke kita semenjak kita masih kecil, bahkan oleh orang tua kita, kita jadi sangat terbiasa dan menganggap ketakutan itu sebagai hal yang baik. Sampai taraf tertentu, saya akui rasa takut itu berguna bagi manusia atau hewan untuk melindungi hidup kita, namun sayang sekali rasa takut itu bukanlah solusi yang sebenarnya.
Saya dibesarkan dari keluarga yang memegang adat istiadat cina yang cukup kuat, dan di jejali banyak rasa takut semenjak saya kecil dengan tabu2 adat cina oleh orang tua dan kerabat saya. Gak boleh makan dengan pegang mangkoknya di pantat mangkok, nanti gedenya bisa minta2. Gak boleh nyapu kena kaki, nanti bisa sial, dan seabrek gak boleh lainnya. Tapi ketika saya tanya kenapa, gak ada yang bisa kasih jawaban, cuma bilang ikutin aja, jangan banyak tanya.
Beranjak besar dan sekolah di sekolah ka****k, hal yang sama terus saya alami. Guru2 saya bilang gak boleh ini, gak boleh itu, harus begini, harus begitu, percaya ini percaya itu. Ketika saya tanya kenapa, juga gak bisa jawab, cuma bisa bilang Alkitab bilang begitu, jangan banyak tanya entar Allah marah, percaya dan ikutin aja. Lama2 hal tersebut mengganggu saya dan berpikir kok semuanya cuma bisa nakut2in aja tanpa kasih penjelasan dan gak boleh ditanya. Saya jadi ragu akan banyak hal dalam hidup.
Sampai akhirnya saya dikenalkan ajaran Sang Buddha pada waktu kuliah, yang totally berbeda. Awalnya memang shock, ada ajaran yang gak percaya pada Tuhan, namun saya mengerti saya bisa shock karena saya sudah sangat terbiasa dari saya sangat kecil bahwa Tuhan itu ada. Dan kenyataan hidup di Indonesia dengan mayoritas agama Islam mencuci otak saya bahwa Tuhan itu ada. Bahkan pernah ada teman saya yang tanya saya percaya Tuhan gak dan saya agak ragu jawabnya, dia langsung bilang saya kafir, dan terus terang waktu itu saya malu dibilang begitu. Karena kehidupan kita di Indonesia sudah sangat terbiasa dengan paham adanya makhluk Maha Kuasa yang harus dipercayai dan ditakuti, sehingga mencuci otak saya.
Inilah yang berbeda dengan ajaran Sang Buddha. Pertama beliau katakan gak ada yang perlu ditakuti dengan ajaranNya, ajaranNya adalah ajaran Cinta Kasih, ajaran yang tidak akan menyakiti siapapun yang tidak percaya atau tidak setuju denganNya. Seorang Ayah yang mencintai anaknya tidak akan membunuh anaknya karena anaknya tidak setuju dengannya, atau tidak menghormati ayahnya, bukan? Dan semua hal dalam ajaranNya boleh ditanya, ditentang, atau didebat dan tidak ada yang tabu dalam ajaranNya. Kedua, alih-alih menakuti saya dengan bermacam hal, Beliau malah MENJELASKANNYA dengan sejelas2nya, mengapa berbuat baik kepada orang lain dianjurkan dan berbuat jahat kepada orang lain sebaiknya dihindarkan. Semua mengapa dalam hidup saya sekarang ada karenanya.
Yang paling membahagiakannya, karena saya orangnya mau tahu, Beliau bilang bahwa saya juga bisa sama tahunya dengan Beliau. Beliau bilang sekarang saya hanya tahu jalan yang Beliau kasih tahu, namun saya belum berjalan di jalan tersebut. Ada perbedaan besar antara knowing the path and walking the path. Dan beliau kasih tahu semua caranya supaya saya bisa jalan di jalan tersebut. Sulit memang, tapi bisa.
Dan terakhir yang paling membuat saya bangga dan menghormati Beliau, Beliau mengakui bahwa Beliau bukan pencipta hukum alam ini, Beliau hanya menemukannya kembali. Dan hukum alam yang diajarkan oleh Beliau adalah untuk dimengerti bukan untuk dibela dan boleh mati atau membunuh karenanya.
"Dhamma yang telah Ku temukan ini bagaikan rakit yang akan mengantar kamu menyeberangi sungai, gunakan rakit ini, jangan malah kamu pelukin dan pegangin terus tanpa digunakan."
Terakhir, saya tutup dengan wawancara seorang reporter dengan Ajahn Brahm beberapa waktu lalu (pembicaraannya kurang lebih) :
Reporter : Ajahn Brahm, you have heard about bomb in church and mosque, how they killed each other because of their religion, haven't you?
AB : Yes, I have heard it.
Reporter : What would you do then, if you found out that someone had flush your holybooks into the toilet?
AB : Hmm.. (long enough).. I will call the plumber for sure.
=)) :)) :)) =))
Peace.. smile..
HT wrote:
Wakakakakak... This is the best post so far in this milis.
Anyway, kalo para umat beragama pada sadar bahwa buku hanyalah buku,
bahwa iman gak ada dibuku maka kekerasan atas dasar agama bisa berkurang
separuhnya.
Salam
HT
:))
Topik ini ada baiknya tidak didiskusikan di sini..
IMO.. tidak ada manfaatnya untuk perkembangan batin..
Setuju dengan Bro Forte...
Tidak ada manfaatnya!!!
tapi yg paling bawah kayaknya bermanfaat bangat buat saya :))
ini untuk menyediakan konteks. Karena postingan selanjutnya tidak akan dimengerti kalau tak ada konteks ini. Saya janji posting selanjutnya akan lebih bagus. Bukan saya yg tulis lho.... orangnya rendah hati jd saya yg mewakili menyebarkan
Ok deh...
Thanks atas penjelasannya...
Tafsiran Alkitab [end]
Natsude Mieco wrote:
Hahaha.. saya kira oom Stanley mulai ketularan orang Buddha..
Ya sudahlah.. saya sudah baca jawaban2 oom SS atas pertanyaan2 saya mengenai Alkitab dan jawaban2 tersebut terus menimbulkan pertanyaan baru. Saya berhenti di sini, karena saya lihat tidak ada gunanya diteruskan. Saya lihat bahwa oom tidak akan pernah mengerti pertanyaan2 saya dan mengapa saya menanyakan hal tersebut. Kepanjangan nanti malah saya jadi cenderung menyinggung orang lain, padahal maksudnya bukan itu. Saya hanya coba untuk menjelaskan persepsi saya akan Alkitab khususnya dan agama oom umumnya. Tapi kayaknya jadi gak bener. Saya minta maaf.
Seperti salah satu quote dari Ajahn Brahm yang tadinya saya tidak setuju, tapi sekarang jadi setuju,
" Daripada mencoba menunjukan kelemahan suatu opini, lebih baik memberikan opini yang lebih baik kepada mereka."
Jadi sekarang izinkan saya yang mencoba memberikan opini yang lebih baik dari rangkuman debat yang dilakukan saudara2 di milis ini :
Pertama2 mengenai mengapa ada 6% orang di bumi ini (menurut data-nya oom SS) yang memilih beragama Buddha, apapun alirannya.
Agama Buddha, adalah satu2nya ajaran di muka bumi ini yang menurut pengalaman saya, dipeluk oleh umatnya setelah melalui pembelajaran, penyelidikan, perbandingan terhadap agama2 yang ada, oleh dirinya sendiri tanpa ada ajakan, rayuan, paksaan bahkan ancaman dari orang lain.
Oleh karena itu jumlah umatnya pasti jauh lebih sedikit dibanding umat samawi (Yahudi, Islam, Kristianity) karena proses untuk mengerti dan melihat kebenaran tersebut berasal dari dalam, bukan dari orang lain, dan hal tersebut tidaklah mudah. Untuk orang2 tertentu, agama Buddha dirasakan terlalu sulit, terlalu berat, dan merasa tidak mampu menjalaninya, dan memilih menyerah kepada ajaran lain yang "ada pundaknya" untuk mereka bersandar. Kemudian, memang Buddha tidak pernah minta kita menjaring siapapun, malah cenderung meminta kita berhati2 untuk mengajarkan ajarannya pada waktu dan kondisi yang tepat.
Lebih lanjut lagi saya akan coba berbagi secara simple pandangan ajaran Sang Buddha yang kita agung2kan disini agar sdr2 kr****n yang ikut milis ini sedikit lebih mengerti kami :
Pertama, Sang Buddha menyadarkan kami bahwa hidup kita ini penuh penderitaan. Penderitaan yang dimaksud olehNya adalah bahwa tidak semua hal yang kita inginkan dalam hidup kita ini bisa tercapai. Kita berharap pada dunia memberikan apa yang dunia tidak bisa berikan. Kita ingin selalu berada dalam kondisi menyenangkan dan tidak pernah berada dalam kondisi tidak menyenangkan. Inilah penderitaan. Jika kita mau melihat diri kita dan dunia sekeliling kita, kita setuju bahwa hidup ini penuh penderitaan. Jika tidak mengakuinya, tidak mungkin ada agama di dunia ini.
Kemudian, Sang Buddha menjelaskan bahwa semua penderitaan hidup itu ada sebabnya. Ini yang menarik dan mengejutkan. Buddha menjelaskan bahwa sebab itu tidaklah dari faktor di luar kita. Sumber dari penderitaan itu tidak berasal dari satu kekuatan (baik/jahat) di luar diri kita. Tidak ada Tuhan atau Iblis yang menciptakan penderitaan kita. Ternyata kita sendirilah yang menciptakan penderitaan hidup ini. Sebab penderitaan dari diri kita sendiri itu adalah nafsu, haus, dan ketamakan, yang bermanifestasi dalam berbagai bentuk dan menimbulkan semua penderitaan. Kita ingin hidup kaya, makan apapun yang kita mau, pergi kemana pun kita inginkan, bersama dengan siapapun yang kita inginkan, kita juga ingin berkuasa, ingin dihormati... selamanya.
Lalu, karena Sang Buddha itu artinya "Yang sudah Sadar", maka Dia mampu menemukan dan membocorkan pada kita bahwa penderitaan itu bisa dihentikan. Karena Beliau sudah menjelaskan sebabnya di atas, maka harusnya kita juga tahu bahwa dengan menghilangkan sebabnya, penderitaan itu bisa berhenti. Dengan menghilangkan nafsu, ketamakan, keinginan2 dan kehausan akan hal2 yang menyenangkan kita, maka hidup kita tidak lagi menderita ==> BAHAGIA.
Inilah tujuan utama semua umat Buddha, mencapai kebahagiaan tertinggi. Kebahagiaan yang melebihi enaknya makan semua hidangan paling lezat di dunia, kebahagiaan yang melebihi bercinta dengan wanita atau pria paling seksi, kebahagiaan melebihi perasaan mencintai dan dicintai oleh pasangan kita, dan kebahagiaan melebihi segalanya. Saya rasa inilah tujuan utama semua makhluk di dunia ini. Dibalik semua teori2 mengenai asal-usul alam semesta, teori pencipta dan ciptaannya, surga dan neraka, dll, yang paling penting bagi semua makhluk hidup adalah berbahagia. Jika hidup abadi di neraka itu berbahagia, melanggar perintah Tuhan itu berbahagia, belum tentu ada yang mau menyembah dan percaya pada Tuhan, bukan?
Nah, seperti dokter yang sudah memeriksa gejala, mengetahui sumber penyakit, dan mengetahui cara menyembuhkan penyakit itu, Sang Buddha pun membocorkan resepnya untuk menyembuhkan penyakit kita dan merasakan kebahagiaan tertinggi tersebut.
Resepnya itu tertuang dalam ribuan sutra2 di seluruh dunia, dan jika dirangkum dengan sangat singkat di bagi menjadi 3 hal yang sering kita lihat atau dengar, yang saling bergantungan, yaitu Moralitas (perbuatan baik) yang menjadi akar bagi Ketenangan Pikiran yang akan menimbulkan Kebijaksanaan.
Moralitas disini maksudnya secara simple diartikan dengan melakukan perbuatan yang menyenangkan makhluk lain dan diri sendiri dan tidak melakukan perbuatan yang menyakiti makhluk lain dan diri sendiri.
Dengan melakukan moralitas tersebut, kita akan menamkan akar yang sangat dalam terhadap kemampuan kita untuk menenangkan pikiran ==> MEDITASI.
Selain efek sampingnya bahwa makhluk lain akan melakukan hal yang sama kepada kita.
Seperti yang dijelaskan panjang di atas, penderitaan yang sebenarnya adalah menyangkut pikiran. Tubuh mungkin penting, namun pikiran kita adalah yang utama. Semua dari dan untuk pikiran. Jika tidak, coba pikirkan, mengapa kita mesti milih makan apa, bersama dengan siapa, memakaikan apa kepada tubuh kita. Tubuh hanya kendaraan, namun pikiranlah penggeraknya.
Inilah resep yang kedua bekerja, MEDITASI (menenangkan pikiran). Seperti lautan, pikiran kita tidak pernah tenang, selalu ombak datang dan pergi, dan sangat cepat, kadang kita tidak menyadarinya. Tugas meditasi adalah menyadari datangnya ombak2 tersebut, dan pada akhirnya menenangkan lautan pikiran kita, yang akan menyebabkan semua sedimen2, kekeruhan2, kekotoran2 dalam air tersebut mengendap dan air pikiran kita menjadi sangat jernih dan dapat merefleksikan apa yang ada di dalam pikiran tersebut. Sehingga (menurut resep/menunya Sang Buddha), karena jernihnya pikiran kita tersebut, semuanya terlihat dengan jelas, kita sudah tidak lagi mengetahui jalan, namun sudah melangkah di jalan tersebut. Semua ilusi tentang penderitaan dan sebab2nya benar2 terbongkar, ilusi tentang keabadian terungkap, maka kebijaksanaan sempurna, pengetahuan tertinggi, akan muncul dalam diri kita dan pada akhirnya membawa kita kepada kebahagiaan tertinggi, yang dapat dicapai sebelum kematian kita.
So.. hurry.. waktu kita mungkin tidak banyak lagi. Belum tentu nanti kita kenal dokter dan resep hebatnya ini lagi..
SS wrote:
Apa maksud Anda? Apa saya jadi mirip Buddhist? Yang yang baik dan benar dari Buddhisme saya terima. Itulah sebabnya saya kini sedang mempelajari agama Buddhis. Tetapi banyak juga yang saya belum mengerti.
Mieco:
Dengan menghilangkan nafsu, ketamakan, keinginan2 dan kehausan akan hal2 yang menyenangkan kita, maka hidup kita tidak lagi menderita ==> BAHAGIA.
Sethiadi:
Ada benarnya. Tetapi kalau seluruh umat manusia sejak Buddha mengajar, tidak lagi ada keinginan apa-apa, tidak ada yang pelajari alam semesta ini. Semuanya hanya meditasi. Bukan hanya orang tua, tetapi juga orang muda dan anak-anak. Tidak ada kemajuan dalam ilmu pengetahuan, tidak ada kemajuan dalam teknologi. Tidak ada komputer. Tidak ada listrik, tidak ada mobil, kapal terbang. Semua jadi mandek, teknologi masih seperti zaman Buddha. Kebudayaan masih seperti zaman Buddha. Maukah Anda hidup seperti itu? Kalau Anda boleh pilih mau hidup seperti dizaman Buddha atau dizaman sekarang dengan segala fasilitasnya, tetapi juga segala kekacauannya, Anda pilih yang mana?
Salam. SS
Natsude Mieco wrote:
Hahaha.. jangan khawatir oom, maksud ketularannya mengenai pikiran.
Mengenai pertanyaan oom, saya rasa lebih ditujukan kepada diri oom sendiri daripada ke saya. Karena seharusnya oom sudah tahu bahwa saya sebagai orang Buddhist, yang saya cari di dunia ini bukan pemecahan misteri alam semesta, namun kebahagiaan. Kalau oom bagaimana?
Pertanyaan2 oom mengenai hal ini sudah ditanyakan oleh adik saya sebelumnya. Dia bilang kalau semua orang benar2 ikutin ajaran Buddha (mungkin maksudnya jadi Bikkhu atau Bikkhuni), dunia ini akan berhenti, mandek menurut pengertian orang sekarang. Tidak ada teknologi tercipta, tidak ada keturunan lagi, tidak ada perdagangan antara manusia, semua berhenti pada satu masa. Jadi kayak seperti kiamat. Maksudnya mirip khan dengan pertanyaan adik saya?
Hehehe.. sebenarnya Buddha pun pernah ditanya mirip seperti ini dulu, dan ramalan Beliau jadi kenyataan.
Beliau ditanya kurang lebih seperti ini, "Bhante (guru), nanti kalau semua manusia mengikuti jalan Bhante, bagaimana? nanti dunia ini kosong donk? Tidak ada manusia tersisa karena semuanya selibat?"
Buddha jawabnya kurang lebih seperti ini, "Nak, khawatir akan hal tersebut adalah kekhawatiran yang berlebihan. Jumlah makhluk hidup di roda kehidupan ini melebihi jumlah pasir di semua pantai di bumi, dan bintang2 di angkasa. Sungguh hal yang sulit untuk makhluk terlahir sebagai manusia, apalagi manusia tersebut dapat mengenal Dhamma, dan terlebih sulit lagi untuk makhluk berjalan di jalan ini dan lepas dari roda kehidupan ini. Sampai dunia ini kiamat beribu2 kali pun, belum tentu semua makhluk bisa terbebaskan. Makanya setiap hukum alam yang Aku temukan ini menghilang atau tidak dikenal lagi, akan muncul Buddha-Buddha baru. Aku bukan yang pertama, dan pasti bukan yang terakhir."
Dan ramalan tersebut jadi kenyataan khan? Sudah berjalan 2500 tahun sejak Buddha menemukan hukum alam dan membaginya pada dunia, hanya 6% manusia saat ini yang mencoba ikutin Beliau. Tidak ada yang perlu kita khawatirkan bahwa manusia bakal mandek. Kita harus praktikal mengenai ini. Toh yang Buddhist aja masih banyak yang berkutat dengan perjuangan hidup untuk lebih baik dalam hal materi. Kenapa harus khawatir?
Saya akan coba membagi opini saya lagi mengenai beberapa ajaran Sang Buddha di lain email, khususnya yang menjadi ketertarikan oom Stanley, alam semesta.
Christian mysicism
Dari artikel yang Oom tulis dibawah, saya memiliki pandangan sedikit (mungkin Oom gak setuju, tapi ini pandangan saya), :
proclaimed "I and the Father are one," (Jn. 10.30) showing the world what the union of God and man can be.
Christian mysticism is about nothing else but this transforming union.
Christ is the sole end of Christian mysticism. Whereas all Christians have Christ, call on Christ, and can (or should) know Christ, the goal for the Christian mystic is to become Christâ€"to become as fully permeated with God as Christ is, thus becoming like him, fully human, and by the grace of God, also fully divine. In Christian teaching this doctrine is known by various namesâ€"theosis, divinization, deification, and transforming union.
A common misconception about mysticism is that it's about "mystical experiences, " and there are many volumes on such experiences in religious literature. But true mysticism is not focussed on "experiences" (which come and go) but with the lasting experience of God, leading to the transformation of the believer into union with God.
Menurut pandangan saya yang mencoba mengerti ajaran Yesus dan menerjemahkan artikel di atas sesuai pandangan saya, Yesus mengatakan bahwa Dia dan Tuhan adalah satu, dan tujuan Christian mysticism adalah menjadi seperti Kristus, bersatu dengan Tuhan.
Yesus tidak pernah menjelaskan secara rinci dan detail (jika saya salah, tolong koreksi) tentang apakah/bagaimana Tuhan itu.
Apakah Dia suatu zat? Apakah Dia suatu tempat? Apakah Tuhan itu roh / jiwa, dan apakah roh/jiwa itu? Apakah Tuhan suatu pribadi? Apakah Dia punya bentuk? Apa Tuhan adalah suatu bentuk kehidupan tingkat tinggi, dan seperti apakah itu? Atau seperti kata Oom Stenley, suatu Intelegensi tingkat tinggi? Namun seperti apa itu?
(Please note, saya bicara mengenai penjelasan Yesus, bukan penjelasan dari Perjanjian lama, yang terlalu banyak definisinya dan agak absurb, kalau saya boleh bilang).
Yesus tidak pernah bicara secara jelas bahwa Tuhan adalah suatu pribadi, suatu SOSOK kehidupan. Mempunyai rupa seperti manusia, mata satu, telinga dua, tangan dua, kaki dua. Setahu saya tidak pernah. Yesus hanya menggambarkan bahwa Bapa maha kasih, pemurah, pemaaf, dll. Hanya menerangkan sifanya. Namun seperti apakah Tuhan / Bapa itu?
Oom mungkin bingung tujuan posting saya ini, pertama saya bagi sedikit kutipan dari cerita Ajahn Brahm, mungkin membantunya (saya memang belajar banyak dari Y.M Ajahn Brahm belakangan, namun semoga saya tidak melekat dengannya) :
"When I was a teenager, I asked many Christian teachers to explain the meaning of god. Either they would tell me what it was not or they would give me an answer that was unintelligible. For example, they would say God is "the ineffible" or "the ultimate reality" or "the ground of all being" or "infinite conciousness" or "the pure knowing".
Later I asked many Buddhist teachers to explain the meaning of nibbana. Either they would tell me what it was not or they would give me an answer that was unintelligible. For instance, they would say nibbana is "the ineffible" or "the ultimate reality" or "the ground of all being" or "infinite conciousness" or "the pure knowing". Then insight arose: I've heard such mumbo-jumbo somewhere before! For the very same reasons i rejected meaningless descriptions of god as a youth, so even now I reject all the gobbledygook descriptions of the Buddhist nibbana."
Jadi, jika pengertian Tuhan dijelaskan dengan kata2 yang sama dengan konsep Nibbana dalam agama Buddha, saya bisa terima Tuhan, konsep penyatuan Yesus dengan Tuhan, dan artikel Oom di bawah.
Namun postingan ini belum selesai, seperti cerita Ajahn Brahm belum selesai, Nibbana / Tuhan dapat dan sudah dijelaskan oleh Sang Buddha :
1. Nibbana adalah kebahagian tertinggi.
2. Nibbana adalah akhir yang lengkap dari sensory desire, ill will dan delusion.
3. Nibbana adalah padamnya proses yang kita sebut body dan mind.
Penjelasan yang pertama tentang kebahagiaan tertinggi sangat straightforward dan mudah dimengerti. Karena pada dasarnya, inti dari Buddhisme adalah bagaimana kita menjadi semakin bahagia sampai akhirnya mencapai "the summit of all happiness" yaitu Nibbana. Jadi sepanjang jalan kita menuju penyatuan dengan Tuhan, kita akan semakin bahagia, sampai kita bersatu dan mencapai kebahagiaan tertinggi.
Untuk penjelasan kedua, definisi ini diberikan oleh Sariputta (murid paling bijak dari Sang Buddha). Ajahn Brahm mengilustrasikan definisi ini lewat cerita berikut:
Ada 5 anak yang bermain "wishing game". Permainan ini udah sangat kita kenal, kalau kita diberi satu permintaan, apa yang akan kita minta? Pemenangnya adalah anak yang dapat memberikan permintaan yang terbaik.
Berikut permintaan dari kelima anak ini:
Anak 1: Saya ingin es krim coklat karena cuaca sangat panas dan saya suka es krim.
Anak 2: Saya ingin pabrik es krim, jadi saya bisa makan sebanyak mungkin es krim di saat saya menginginkannya.
Anak 3: Saya ingin uang milyaran dolar, dengan uang sebanyak itu saya bisa membeli pabrik es krim, toko permen, dan restoran fast food. Jadi saya bisa makan burger dan kentang goreng kapan saja saya mau tanpa mama saya bisa melarangnya.
Anak 4: Saya ingin diberi 3 permintaan lagi, dan untuk permintaan yang pertamanya saya mau pabrik es krim, permintaan kedua saya mau uang milyaran dolar, dan permintaan ketiga... saya mau tiga permintaan lagi.
Ketiga anak sebelumnya berpikir anak keempat ini jenius, karena apa yang bisa mengalahkan permintaan yang tak terbatas? Sampai anak kelima memberikan jawaban "saya ingin merasa puas sehingga saya tidak memerlukan lagi yang namanya keinginan". Anak kelima ini memenangkan game ini, karena dia mengerti arti kebahagiaan... akhir yang lengkap dari segala keinginan (sensory desire, ill will, dan delusion". Nibbana adalah contentment at last. Anak keempat mengilustrasikan free of desire (kebebasan untuk keinginan), tapi anak kelima mengilustrasikan free from desire (kebebasan dari keinginan).
Untuk penjelasan ketiga, Ajahn Brahm menceritakan di waktu masa Sang Buddha, bahkan penduduk desa yang sederhana mengerti arti nibbana, karena nibbana adalah istilah umum yang digunakan untuk habisnya sumbu di minyak lampu sehingga apinya padam (pada waktu itu masih menggunakan lampu minyak untuk penerangan). Di sini, nibbana digunakan untuk menjelaskan padamnya suatu proses alami, baik itu sumbu minyak lampu, atau tubuh dan pikiran yang kompleks. Dengan kata lain, proses yang disebut "body and mind" menjadi padam, berakhir pada kedamaian.
Ketiga penjelasan tersebut dapat dimengerti dan sama sekali tidak bertentangan, dimana ketika padamnya tubuh dan pikiran, berarti padamnya juga keinginan, dan kita akan mencapai kebahagiaan tertinggi. Dan sepanjang jalan kita "melepas", kita akan mengalami peningkatan kebahagiaan sampai ultimate.
So, jika Oom menerima Yesus, dan ingin mengikutinya bersatu dengan Tuhan dengan menjalankan 3 hal ini : tidak berbuat jahat, perbanyak kebaikan, menyucikan hati dan pikiran. Oom bisa bersatu dengan Tuhan. Hehehe.. cukup ngaco tapi mudah2an bisa dimengerti.
Peace!!!
Oleh Natsude Mieco (nama samaran)
Hehehe... Sori buat rekan2 dengan semua email2 yang banyak ini.
Bukan maksud ikut2an jadi peng-tipitaka (istilah kita untuk penginjil hehe) atau ikut2an berantem dan berdebat. Memang maksudnya saya untuk kirim email segitu banyak sekalian adalah untuk mengganggu Anda semua...hehehehe.
Note : Artikel2 mengenai kehidupan Yesus tersebut dituliskan oleh umat Islam, bukan umat Buddha, Sdr/i bisa lihat dari cara penulisan istilah2nya. Jadi buat sdr/i kr****n disini, jangan marahnya sama umat Buddha yah...hehehehe
Untuk sdr/i yang tidak menyetujui email2 saya tersebut dan terganggu dengan tulisan2 itu, saya cuma mau ingetin bagaimana perasaan kita, kekesalan kita kalau keyakinan kita diganggu orang lain. Kalau ada orang lain yang memberikan informasi yang gak sesuai yang kita percayai, atau yang mau kita percayai, kadang kita kesel dan jengkel dibuatnya dengan kiriman2 email tersebut. Nah itu maksud saya.
Jadi untuk Sdr/i yang ingin memberikan informasi apapun yang kita pikir orang lain mau dengar, lebih baik tanya dulu, mau dengar atau lihat gak.... hehehehe
Misi kedua adalah, seperti yang pernah saya email sebelumnya, walaupun baru sekedar rumor atau gosip pun, adanya kemungkinan bahwa sumber dari ajaran Yesus adalah dari Sang Buddha, banyak sekali kemiripan dalam ajaran Beliau atau cara mengajar Beliau dengan ajaran guru agung kita. Mengenai cinta kasih dan kasihani musuhmu, mengenai tabur tuai, bahkan mukjizat yang Beliau lakukan seperti berjalan di atas air mengikuti Sang Buddha dan murid2 Sang Buddha 500 tahun sebelum masa Yesus. Kalau perbedaan2nya seh, saya PERCAYA itu kerjaannya Si Paulus, yang buat jadi beda sekarang. Jadi kalau memang kita anggap ajaran Yesus berasal dari guru yang sama dengan kita, yah berarti kita gak perlu lagi merasa terganggu dengan segala macam cara mereka meyakinkan kita, kesaksian2 mereka. Toh asalnya sama. Anggap aja kr****n adalah salah satu aliran Buddha juga, Aliran Isayana. Hehehehe
Lalu, setelah kita mau anggap bahwa mereka asalnya sama dengan kita, yah kalau mereka kasih kesaksian kita terima aja, anggap bahwa maksudnya mereka sama dengan kita, cuma karena alih bahasa yang salah sekian tahun, dan cara menyesuaikannya Yesus dalam mengajar orang Yahudi jaman dulu, kata2Nya berbeda dengan kata2 Sang Buddha. Lalu bagaimana kita terimanya, yah dengan cara mengkonversi ayat2 mereka mengikuti cara pandang kita, saya kasih triknya atau contohnya:
Kalau mereka bilang YESUS, kita terjemahin Bhante Yesus (khan selibat juga )
Kalau mereka bilang TUHAN/BAPA/ALLAH, kita terjemahin Dhamma
Kalau mereka bilang SURGA/KERAJAAN ALLAH, kita terjemahin Nibanna
Kalau mereka bilang TABUR TUAI, kita terjemahin Hukum Kamma
Kalau mereka bilang BERDOA/BERTOBAT, kita terjemahin meditasi dan mensucikan pikiran
Dan banyak istilah kr****n lain yang dapat dengan mudah kita konversi...
Jadinya khan kita anggep Sdr/i Buddhist kita sedang membabarkan dhamma, khan gak tersinggung dan bisa terima dan kita bisa damai.. Haleluyah.
Salam Metta,
Karma, Kelahiran Kembali, dan Alam Semesta
Oleh Natsude Mieco (nama samaran)
Saya akan coba berbagi opini saya kembali mengenai beberapa hal dalam agama Buddha yang saya pelajari, yang membedakan dengan ajaran agama lain. Mudah2an dapat di pahami mengapa kami merasa bahwa teori ini yang paling bisa diterima oleh kami.
Saya akan mulai dengan Karma. Kata Karma ini sebenarnya bukan kata2 sakral, hanya sekedar terjemahan dari bahasa Sansekerta (atau Kamma kalau Pali) dari Tindakan/Perbuatan, atau Inggris-nya Action. Jadi Hukum Karma adalah hukum yang mengatur mengenai tindakan makhluk hidup. Hukum ini mengatur bahwa apapun tindakan yang dilakukan makhluk hidup, pasti menghasilkan akibat. Akibat tersebut bisa baik, buruk, ataupun netral.
Sebenarnya hampir seluruh manusia beragama mengakui hal ini (walau kadang hanya dalam hati :p), bahkan agama kr****n pun percaya mengenai hukum tabur-tuai, namun tetap kalah dengan kehendak Tuhan. Tapi saya gak mau bahas itu. Jadi saya lanjutkan.
Semua tindakan makhluk hidup pasti ada hasilnya.
Kita mulai dengan yang sangat simple. Kucing makan tikus jadinya kenyang, dan tikusnya mati. Ada perbuatan ada hasil. Anak kecil juga tahu. Simple.
Kita coba lebih dalam lagi, Manusia bekerja menghasilkan uang. Dua manusia sama-sama pandai, penampilan sama menariknya, bekerja di posisi yang sama, siapa yang bekerja lebih keras, lebih efisien, mampu berkomunikasi dengan atasan dan rekan2nya lebih baik, menghasilkan lebih banyak uang. Ada perbuatan, ada hasil.
Sekarang lebih dalam lagi, kita selalu jujur kepada semua orang, belum pernah ditemukan kita berbohong, ada hasil, orang percaya kepada kita, dan perasaan kita selalu tenang dan damai. Kemudian kita berbohong, ada hasil, perasaan kita tidak nyaman, apalagi dekat dengan orang yang kita bohongi. Ketika ketahuan, ada hasil lagi, orang jadi tidak percaya kepada kita. Juga jika kita mencuri, mengambil barang yang bukan milik kita, ada hasil, perasaan kita juga tidak tenang, timbul perasaan takut ketahuan, perasaan khawatir. Sampai disini semuanya harusnya masih setuju. Ada perbuatan ada hasil.
Sekarang yang agak dalam, yang agak sulit, yang lebih mengarah ke ajaran Sang Buddha. Ketika kita melakukan perbuatan2 tersebut di atas, yang pastinya didahului dengan kesadaran, perbuatan tersebut terekam dalam pikiran kita. Kita mungkin gak ingat, karena ingatan kita sangat payah (jika tidak setuju, tolong ceritakan sepuluh tahun yang lalu tepat jam ini, Anda lagi ngapain?), namun kesadaran sudah merekamnya. Dan jika perbuatan tersebut berhubungan dengan makhluk lain, kesadaran makhluk lain pun sudah merekamnya. Nah sesuai dengan teorinya Sang Buddha, kesadaran yang merupakan bagian dari pikiran kita, yang berada diluar konsep ruang (saya akan coba bagi opini di email terpisah mengenai pikiran), dapat berhubungan dengan kesadaran makhluk lainnya. Sehingga, sesuai dengan hukum ada perbuatan ada hasil, maka ketika ada faktor pendukungnya, kesadaran kita dan kesadaran makhluk lain tersebut menghasilkan suatu kejadian sebagai akibat dari perbuatan tersebut. Faktor pendukung ini sangat berpengaruh terhadap kapan hasil itu kita terima.
Mungkin agak bingung dengan teori ini, saya coba pakai contoh lagi. Ketika kita mencuri uang dari orang lain. Perbuatan itu terekam dalam pikiran kita dan pikiran orang yang kita curi. Besar uang itu (bukan nominal, tapi arti/manfaat) bagi orang lain tersebut terekam oleh pikiran. Dan pikiran kita dan orang lain tersebut menunggu faktor pendukung lain untuk menghasilkan akibat. Faktor pendukungnya seperti, kita punya uang/harta bentuk lainnya (untuk hilang/dicuri), lalu ada orang yang mencuri dari kita, atau ada kompor yang meledug di rumah kita, dan membakar uang kita, atau bahkan ada angin yang meniup terbang uang kita (mungkin khan?), dan beragam faktor lainnya. Ketika faktor tersebut ada, maka kesadaran kita akan menghasilkan akibat dari perbuatan kita yaitu harta milik kita hilang, senilai dengan arti bagi orang yang kita curi sebelumnya. Dan perbuatan lainnya. Sampai di sini mudah2an mengerti dan mungkin ada yang setuju.
Karena saya sudah menebalkan kata kapan di atas, maka opini saya berlanjut mengenai kehidupan makhluk hidup. Dikarenakan sebuah perbuatan tidak dapat berbuah (saya mulai menggunakan kata berbuah, menggantikan menghasilkan akibat) tanpa adanya faktor pendukung, maka teori Buddha berikutnya sangat sejalan dengan teori Karma di atas, bahwa kadang perbuatan kita tersebut berbuah setelah kehidupan kita saat ini (yang cukup singkat), berbuah pada kehidupan kita selanjutnya. Buddha mengajarkan bahwa kita tidak hanya hidup sekali, bahwa setelah kematian, kita akan terlahir kembali di kehidupan setelahnya.
Saya akan mencoba menjelaskan mengenai teori kelahiran kembali ini.
Menurut teorinya Sang Buddha, kehidupan kita ini bagai nyala api. Tubuh kita adalah lilin atau minyak dengan sumbu, dan kesadaran kita adalah api tersebut. Ketika ada lilin, dengan sumbunya, ada udara, dan ada panas, maka api bisa menyala dan terus menyala sampai benda2 pendukungnya habis atau hilang.
Api tersebut tidak pernah tercipta atau musnah, hanya muncul ketika faktor pendukungnya ada. Begitulah kehidupan kita.
Faktor2 pendukung tersebut adalah, yang pertama ketidaktahuan kita akan roda kehidupan ini, lalu keinginan kita untuk hidup, atau aspirasi kita, lalu buah perbuatan kita sebelumnya, sperma ayah dan sel telur ibu yang bertemu pada waktu yang tepat (untuk manusia & kebanyakan hewan), adanya rahim atau tempat janin kita tumbuh, dan faktor2 lainnya. Disini, faktor Karma memegang peranan penting dimana dan berapa lama, dan bagaimana kita terlahir kembali.
Walaupun kita punya keinginan atau aspirasi kuat untuk pergi ke alam bahagia, jika tidak ada tiket buat ke sana, tidak ada yang bisa antar kita.
Sebenarnya teori Sang Buddha ini dipercayai oleh ajaran lain sampai tahap tertentu, menurut ajaran agama lain, ada kelahiran kembali setelah kematian namun tempatnya dan berapa lamanya yang agak beda.
Jadi ke mana saja kita setelah kehidupan ini?
Banyak yang sudah menjelaskan secara detail tentang 31 Bhumi (asal kata bumi untuk planet ini lho!) dalam teori Buddhism. Namun dikarenakan ego dan perasaan tidak mau salah, tidak mengakui bahwa mereka pun percaya akan alam2 ini. Kalau saya coba jelaskan dengan merangkum 31 alam tersebut menjadi 5 alam (bhumi) saja : Alam Manusia, Alam Binatang, Alam Neraka, Alam Hantu, Alam Surga.
Untuk alam Manusia, Neraka, dan Surga, walaupun tidak sama persis konsepnya tapi kebanyakan agama mempercayainya.
Jadi saya fokuskan ke dua alam lainnya saja.
Alam Binatang
Walaupun tidak semua manusia mengakui alam binatang, tapi yang jelas semua manusia mengakui binatang itu ada. Saya tidak mau sok mengajarkan ilmu2 mengenai binatang karena saya bukan ahlinya. Tapi dari pengalaman saya seumur hidup saya, saya melihat bahwa manusia dengan binatang tidaklah jauh berbeda, khususnya binatang kelas tinggi. Bahkan (maaf) banyak manusia bertingkah seperti binatang sekarang. Perbedaan paling mencolok dengan binatang, selain bentuk fisik, adalah otak manusia. Saya ada baca buku menarik yang menjelaskan dengan detail bahwa perbedaan antara otak kita dengan otak binatang primata, adalah ukurannya, khususnya pada bagian Cerebral cortex yang berperan dalam ingatan, perhatian, persepsi, kesadaran, bahasa, dll yang secara nyata membedakan manusia dengan hewan. Lalu bagaimana jika ada manusia bagian Cerebral Cortex pada otaknya rusak, apakah akan dianggap monyet?
Alam Hantu
Kalau yang ini, sudah terlalu banyak cerita yang saya perlu tulis, mengenai keberadaan hantu. Do you believe in ghost?
Jadi, menurut teorinya Sang Buddha, kehidupan makhluk hidup ini adalah terus berputar di antara 5 alam ini, tergantung dari faktor2 pendukungnya. Berawal ketika faktornya ada, berakhir ketika faktornya habis. Dan kehidupan makhluk hidup di tiap alam ini tidaklah ABADI alias ada batas waktunya, walaupun kadang bisa laaaaaamaaaaa sekali.
Dan karena saya sudah menyinggung masalah waktu kehidupan dan alam2 kehidupan, saya mau mencoba berbagi opini saya mengenai alam semesta.
Ketika sdr2 mau menanyakan mengenai alam semesta, saya tanya balik dulu, alam semesta yang mana? Bumi dan semua tata surya, atau 5 alam yang saya ceritakan di atas? Jika sdr2 menanyakan mengenai asal mula dunia ini, saya kembali tanya lagi, dunia yang mana? bumi ini? atau planet lain?
Jadi konsep alam semesta, alam kehidupan dalam ajaran Buddha sangat berbeda juga dengan kebanyakan agama di dunia ini. Ketika semua agama menolak kehidupan di luar bumi, hanya ajaran kami yang masih open minded terhadap kemungkinan ini. Ketika semua agama mempercayai bahwa bumi ini hanya terbentuk sekali, kami menerima kemungkinan bahwa bumi ini sudah berkali2 terbentuk dan hancur, dan terbentuk, dan hancur...seterusnya.
Karena ada konsep awal, maka seharusnya ada konsep akhir. Namun bagaimana jika tidak ada awal, apakah ada akhir?
Sang Buddha menyebut kehidupan ini sebagai Samsara (sansekerta, dibaca Sangsara) yang berarti Wheel of Life (Inggris) atau Roda Kehidupan (Indonesia). Roda, yang berbentuk lingkaran adalah fenomena unik yang menunjukan adanya sesuatu yang tidak ada awal dan akhir. Jika tidak ada yang tercipta, bagaimana suatu hal dikatakan musnah?
Opini2 atau teori2 di atas bukanlah teori yang mudah dipahami. Teori yang tidak dapat dipahami hanya dengan membicarakannya terus menerus, atau memikirkannya terus menerus. Buddha membagi pengetahuan ini bukan untuk dipercayai. Buddha hanya mengatakan, "Lihat, inilah jalan yang telah Kutemukan, coba kau periksa dengan teliti, pelajari dengan seksama, sebelum kau memutuskan untuk menerimanya."
Nice...
Membawa manfaat ah.. Terutama dlm studi banding thdp kepercayaan laen. Apalagi gerakan2 penginjilan dan pembaiatan dr 2 agama tetangga semakin marak. Kalo ga ada dasar pengetahuan yg jelas antara agama laen dan agama sendiri ya ntar jd domba atau kambing dituntun ke kandangnya masing2 :D
Nice posting koq ;)
_/\_
Apakah Buddhisme Ilmiah
SS wrote:
Apakah Buddhisme "ilmiah"? Beberapa orang dimillis lain mengatakan begitu. Betulkah hal ini? Bagaimana pendapat para Buddhist dimillis ini?
Salam. SS
Muliadi J. wrote:
ilmiah atau tidak ilmiah tergantung cara pandang anda pada buddhisme
buddhisme atau bukan itu pun bergantung pada anda ,mau menyebut demikian atau bukan
yang terpenting apabila sesuatu itu bermanfaat bagi kita dan mahluk lain itu layak dan tepat dijalani
dhanuttono wrote:
bisa dikatakan demikian... bahkan ada pernyataan dari pakar ilmiah
terkenal abad 20 pernah mengatakan "If there is any religion that
could cope with modern scientific needs it would be Buddhism" (Albert
Einstein)
topik saya perluas dikit, apakah agama samawi "ilmiah" ? kita bisa
membahas 2 permasalahan ini.
salam,
dhanuttono
SS wrote to Muliadi J. :
Artinya Anda tidak tahu? Kalau tahu jawab dong, kalau tidak tahu dan Buddhapun tidak tahu, ya sudah.
Yang lain apa juga tidak tahu?
SS wrote to dhanuttono:
I. Pertama mengenai Einstein banyak (termasuk saya) orang sangsikan
bahwa Einstein pernah bilang begitu. Dalam buku-buku saya tidak ada.
Dalam interview dengan majalah LIFE, Einstein tidak ada sebut-sebut
soal Buddhisme. Einstein percaya akan Tuhannya Spinoza. Dan Spinoza
adalah seorang panteis. Sedangkan Buddha adalah ateis. Einstein tidak
setuju dengan ateisme, tetapi ia juga tidak setuju dengan "Personal
God that punishes evil and reward good."
II. Alkitab harus diterima dengan iman. Tidak bisa hanya dengan
observasi dan pengamatan/percobaan saja. Hidup ini sangat kosong bila
Anda hanya mau menerima sesuatu berdasarkan observasi dan percobaan
sendiri saja.
xan_to wrote:
Buddha Ateis??? anda orang kedua yang saya tahu mengatakannya
demikian. Semasa hidup Sang Buddha menolak paham Tuhan personal sama
seperti Einstein. Anda gak perlu sangsi mengenai pernyataan itu,
kalimat itu dinyatakan Einstein pada suatu acara yang digelar oleh
umat Buddhis (Kalo gak salah ingat) so ya gak mungkin ada di majalah....
---------------------------------------------------------------------
Alkitab harus diterima dengan iman. Tidak bisa hanya dengan observasi
dan pengamatan/percobaan saja. Hidup ini sangat kosong bila Anda hanya
mau menerima sesuatu berdasarkan observasi dan percobaan sendiri saja.
----------------------------------------------------
Apakah umat Buddha terlebih dahulu melakukan Observasi baru kemudian
percaya terhadap Sang Buddha??? Jawabannya tidak. Mau bagaimana pun
harus ada dasar keyakinan terlebih dahulu. Jika tidak maka tidak ada
motivasi untuk membuat seseorang melakukan Obsevasi. Perbedaan antara
ajaran Buddha dengan ajaran kr****n adalah isi dari Alkitab harus anda
terima apapun itu. Di Buddhis Sutta hanya sebagai referensi saja. Mau
bagaimanapun sebuah kitab tidak mungkin lolos dari yang namanya
pergeseran...
Hidup anda akan jauh lebih kosong jika berdasarkan pada Alkitab saja.
Anda punya pikiran, punya kebijaksanaan kenapa tidak digunakan????
dhanuttono:
I. Pertama mengenai Einstein banyak (termasuk saya) orang sangsikan
bahwa Einstein pernah bilang begitu
--------------------------------------------------------------
1 yg saya tidak pernah menyukai sikap childish/munafik dari orang
nasrani, jika ada orang besar yg mengatakan "benar" atas agama orang
lain, langsung memutarbalikan fakta dengan mengatakan bahwa bahwa hal
itu tidak benar/ada.
tapi jika ada orang besar yg mengatakan "benar" atas agama nasrani,
hal tersebut langsung menjadi senjata untuk menjatuhkan dan
menjelekan agama lain.
apakah kemampuan membahas permasalahan dari orang nasrani cm bisa
begini ? jika memang sangsi, silakan cari lebih banyak informasi
mengenai tulisan Einstein mengenai Buddhism.
II. Alkitab harus diterima dengan iman. Tidak bisa hanya dengan
observasi dan pengamatan/percobaan saja. Hidup ini sangat kosong bila
Anda hanya mau menerima sesuatu berdasarkan observasi dan percobaan
sendiri saja.
-----------------------------------------------
dhanuttono:
hidup ini penuh dengan kepalsuan, kebodohan dan omong kosong, jika
hanya diterima dengan iman.
tp hidup lebih berarti jika didasarkan pada observasi, percobaan dan
bukti yang ada, setidaknya "logis".
salam
dhanuttono
gauss82000 wrote:
I. Mengenai Ateis, saudara SS bisakah lebih detail ateis yang seperti
apa??? Dan juga Theis yang seperti apa??? Definisi Tuhan di dalam setiap agama
berbeda. Antara Islam dan kr****n juga berbeda. Dalam kr****n bisa berwujud
manusia dan dilahirkan sedangkan Islam tidak. Buddhisme mempunyai konsep
ketuhanan yang berbeda juga, yaitu impersonal. Jadi tidak bisa anda memakai
kriteria Tuhan personal secara umum atau Tuhan personal secara kr****n untuk
menilai ketuhanan dalam Agama Buddha atau juga memaksa bahwa umat Buddha konsep
ketuhanannya harus sama dengan anda yang mayoritas, jika tidak maka Atheis. Jika
umat Buddha nanti mayoritas, apakah tepat saya mengatakan agama lain ATHEIS
(termasuk anda), karena saya memakai definisi di dalam Agama Buddha????? SAYA
PIKIR INI TIDAK FAIR.
II. Jika alkitab harus diterima dengan iman bukan dengan rasio, maka buat apa
orang2 kr****n membuat sekolah Theologi (untuk mencetak sarjana Theologi)???
Kasihan juga ya, sekolah tinggi2 untuk menjadi "sarjana" dan "bayar uang mahal"
hanya untuk "menghayal dan mengamini" cerita dari khayalannya (jika tidak boleh
disebut dongeng) si Amin (atau si Ali) di alkitab. Apa bedanya dengan kita
membaca buku dongeng ya??? Apakah ini bukan kepercayaan yang rapuh dan
membuta????? Kosongan mana orang yang berpikir dengan rasio dengan iman
(khayalan/kepercayaan membuta)???
Kalau semua guru sains mengajarkan muridnya seperti mengajar alkitab dengan
mengatakan "imani saja", "ngak usah berpikir"", sudah dari sononya", saya pikir
banyak orang tua yang keberatan menyekolahkan anaknya dan juga ilmu pengetahuan
tidak akan berkembang.
Semoga anda dapat melihat, mendengar, merasakan kebenaran
Thx
SS wrote:
Einstein setuju dengan Tuhannya Spinoza, seorang panteis. Lao Tze adalah seorang panteis. Beberapa ilmuwan zaman modern ini, selain Einstein adalah juga panteis. Saya sendiri pernah menjadi seorang panteis (lihat kesaksian saya diposting terpisah. Tetapi Baik Einstein, para ilmuwan panteis, Lao Tze dan saya, bukan Buddhis.
Dimillis lain atas pertanyaan saya: "Apakah benar Buddha sering mengatakan 'There is no such thing as God?' " kebanyakan Buddhist disuatu millis lain menjawab "Tidak." Tetapi satu orang jawab sbb:
-------quote------
> > Menurutku Buddha memang mengatakan begitu.
> >
> > Tetapi bukan spesifik "God" yang dikatakan tidak ada. Tetapi Brahma
> > yang dikatakan tidak ada. Pada jaman itu, Brahma identik dengan "God".
---unquote-------
Kalau Brahma indentik dengan "God" maka menurut anggota millis ini " Ya, Buddha is an atheist." Ia juga katakan, setelah Sidharta Gautama masuk Nirvana, ia menjadi Tuhan. Setujukah Anda dengan pernyataannya diatas?
Kalau Anda setuju, yah sudah. Pernyataan anggota Buddhis tsb sama dengan seorang akhli Buddhisme yang saya kenal. Kalau Anda tidak setuju, coba terangkan lebih lanjut. Apakah Buddha adalah seorang panteis? Bukankan ia sering mengatakan bahwa "There is no such thing as God"? Seorang panteis tidak akan mengatakan begitu.
Lao Tze menyebut Tuhan (God) sebagai Tao. Waktu saya panteis saya percaya akan adanya suatu intelegensi dialam semesta ini yang betul-betul mengerti matematika dan fisika tingkat tinggi. Saya sebut intelegensi ini "Cosmological God".
-------------------------------------------------------------
David Kristanto:
Kalau semua guru sains mengajarkan muridnya seperti mengajar alkitab dengan mengatakan "imani saja", "ngak usah berpikir"", sudah dari sononya", saya pikir banyak orang tua yang keberatan menyekolahkan anaknya dan juga ilmu pengetahuan tidak akan berkembang.
----------------------------------------------------
SS:
Studi formal saya adalah dibidang ilmu pengetahuan alam terpakai. Studi filsafat dan agama adalah self study.
Tetapi tolong jawab pertanyaan saya, menurut Anda Buddhisme ilmiah atau tidak. Jangan menyimpang kesoal-soal lain.
xan_to wrote
Kalo Lao Tze Buddhis itu mah aneh hehehehe....wong Lao Tze tinggal di
China .... waktu ajaran Buddha menyebar di China Lao Tze udah
meninggal tahu....
Mengenai kata God terus terang bro setiap zaman punya pengertian yang
berbeda.... Kata God yang Sang Buddha maksud adalah Personal God yang
menentukan segala sesuatunya.....Buddha menjadi Tuhan???? Bisa saja
kalo anda menganggapnya begitu......Setuju terhadap apa???? Buddha
menjadi Tuhan???? Kata Tuhan harus jelas dulu baru bisa
ditentukan....anda harus berikan definisi Tuhan itu seperti
apa....itupun kalo anda tahu hehehehe.....
Lao Tze menyebut Tuhan sebagai Tao, tapi bukan Personal God yang
disebut Tao....
Jika anda meyakini God sebagai suatu Personal dan itu harus, maka
secara otomatis Sang Buddha Ateis.
Saya tidak pernah berpikir kalo Tuhan itu suatu personal....so saya
tidak menganggap seperti anda Inte.......bla bla...
Dhanuttono wrote:
pertama untuk mengetahui lebih jauh mengenai buddhism, silakan buka
tripitaka cari artikel yg membahas hal ketuhanan yg lebih detail.
jika anda mengaku dulu nya adalah panteis berarti ini menyatakan anda
seorang yg suka mencari tahu mengenai kebenaran dari suatu agama.
tuhan hanya kekonyolan yg muncul dari agama kuno (salah satunya
adalah sumber dari agama nasrani yaitu samawi), karena keterbatasan
manusia dan ketakjuban serta ketakutan akan penderitaan (seperti
kesakitan dan kematian) dan kejadian aneh (seperti bencana) manusia
mencari-cari mahluk adi kodrati yg dianggap bapa manusia/pencipta.
setelah itu muncul cerita2 konyol yg tidak dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya, cilaka nya hal itu diterima secara membabi
buta oleh sebagian golongan nasrani sebagai kepercayaan yg didasari
iman (kilahnya)
salah seorang calon pastor (teman diskusi saya) mengatakan bahwa dia
sediri tidak yakin akan kebenaran/keabsahan dari kitab kejadian, bagi
dia kitab kejadian tersebut merupakan legenda/mithos yg berkembang
pesat karena pengaruh peperangan dan budaya bangsa barat.
salam,
dhanuttono
---------------------------------------------------------------------
> Dhanuttono:
> kehidupan awal hanya spekulasi manusia, kehidupan merupakan bagian
> dari suatu proses panjang yg tidak pernah akan diketahui oleh
> manusia dengan dalih apa pun.
>
> Sethiadi:
> Artinya Anda tidak tahu? Apakah yang dikatakan Buddha? Apakah
beliau juga jawab sama, tidak tahu?
Dhanuttono:
konyol juga pola pikir orang nasrani satu ini.
gini deh emang yesus tau ? yesus ngomong apa seh ke kamu ? tapi saya
minta bukti dan saksi nyata n hidup, bisa ? kalo kaga, berarti yesus
lu juga kagak tahu atau sok tahu ?
salam
Dhanuttono
---------------------------------------------------------------
Apakah Buddhisme "ilmiah"?
sudah saya jawab bung, ilmiah... tp jawaban anda yg bagi saya hanya
jawaban konyol tp anda mengaku sebagai orang yg berpendidikan
pengetahuan terapan, aneh...
"Dhanuttono:
kehidupan awal hanya spekulasi manusia, kehidupan merupakan bagian
dari suatu proses panjang yg tidak pernah akan diketahui oleh
manusia dengan dalih apa pun.
SS:
Artinya Anda tidak tahu? Apakah yang dikatakan Buddha? Apakah beliau
juga jawab sama, tidak tahu?"
Dhanuttono:
yg paling gampang kita berbicara ilmiah, bahwa waktu tidak bs diputar
kembali, saksi dan bukti tidak ada serta perlu observasi yg sangat
lama. jd apa yg mau anda jadikan tolak ukur untuk membuktikan ke-
ilmiah-an ?
jd sah dan wajar jika saya mengatakan bahwa kehidupan awal hanya
spekulasi manusia termasuk musa yg anda bangakan itu, betul ? seperti
slogan acara di trans7 "asal usul, boleh usul asal jangan asal !" lah
saya usul tp tidak asal, tidak seperti anda, usul tapi asal.
ketika saya tanya apakah alkitab dan kr****n itu ilmiah mengenai
kitab kejadian, anda hanya menjawab alkitab dan kr****n tidak bisa
diobservasi tp di imani, berarti kekonyolan iman ada disitu dan tidak
ilmiah, selesai kan ?
bro david menjawab dari pengembangan topic saya ke anda dan kemudian
anda jawab, bahwa alkitab itu cuma perlu di imani saja. wajar dunk
klo bro David bertanya demikian dan hal itu tidak menyimpang. saya
semakin ragu akan pengetahuan terapan yg anda kuasai, mungkin cuma
tong kosong yg nyaring bunyi nya atau anda seorang teoritis, cuma tau
teori ?
salam
dhanuttono
------------------------------------------------------
Dhanuttono:
Sebagian besar orang, bahkan hampir seluruh manusia telah disusupi
sistem ketuhanan dari agama samawi, bahwa tuhan adalah seorang
personal/pribadi yg memiliki kekuasaan tertinggi sebagai pencipta
alam semesta.
sifat-sifat yg ada dimanusia seperti benci, marah, cemburu, iri hati,
cemberut, senang, kecewa dan lainnya ada pula pada pribadi tuhan,
karena manusia diciptakan sesuai dengan rupa dan gambar serta sifat-
sifatnya. sehingga terlihat sekali tuhan pun bisa marah, senang,
tertawa, cemburu, iri hati, cemberut, kecewa dan lainnya.
sosok ini muncul sebagai ketidak berdayaan dan keputus asaan manusia
dalam mencari bantuan untuk menghadapi permasalahan yg di hadapinya,
sehingga muncul berbagai macam bentuk tuhan sebagai manisfestasi dari
imajinasi pribadi terhadap sosok tersebut, yg dikatakan penuh kasih,
cinta kasih, kasih sayang, pemaaf, mencintai manusia...
namun tidak pernah terpikirkan oleh manusia sifat-sifat buruk tuhan,
yg marah, iri hati, benci, kecewa dan sifat buruk lainnya. bukan kah
hal ini bertentangan dengan sifat baik nya seperti kasih, cinta
kasih, kasih sayang, pemaaf, mencintai manusia ?
tuhan sebagai sosok personal/pribadi meminta manusia patuh/tunduk/
hormat/menyembah/berdoa pada nya, walau seharusnya tuhan memiliki
kemampuan untuk mengetahui apakah manusia ini baik atau tidak/patuh
atau tidak/berdoa pada nya
tuhan sebagai sosok personal/pribadi juga meminta imbalan untuk
setiap bantuannya, kasihnya berlaku jika seseorang mengalami suatu
penderitaan/permasalahan. tapi kasih/bantuannya tidak akan pernah
datang ketika penderitaan/permasalahan belum menerpa manusia
tuhan seakan baru ingat dan mau membagi kasihnya/bantuannya jika
manusia datang dan meminta tolong padanya, walau terhadap umatnya
sendiri yg notabene menerima dan percaya serta menyembah dirinya,
apalagi terhadap manusia yg bukan umatnya.
muncul pertanyaan !
kenapa terjadi 2 kubu, 1 kelompok manusia yg menjadi umatnya dan
kelompok yg lain adalah manusia yg tidak menjadi umatnya ? dimana
letak permasalahannya ? umat agama samawi akan mengatakan, salah
sendiri mengapa tidak mau menerima tuhan nya. ini jawabannya yg
sangat picik !
kenapa umat agama samawi tidak mau menyalakan tuhan ? jika tuhan
menyatakan dirinya dari awal penciptaan dan tetap exists sehingga
tidak muncul tuhan-tuhan lainnya, seharusnya hal ini tidak terjadi,
bahkan perang antar agama PUN tidak terjadi, kemana aja selama ini
tuhan sebagai sosok personal/pribadi ? tidur panjang ?
bagaimana dengan konsep tuhan bukan sebagai sosok personal/pribadi ?
apakah mungkin ? mungkin saja, apa arti dari kata tuhan ? itu yg
harus dipahami, bukan ngotot terhadap bentuk/sosok si tuhan, tapi
prilaku mirip preman !
tuhan sebagai tujuan hidup manusia dan tidak ikut campur dalam
tindakan dan hidup manusia adalah tuhan yg sejati. kenapa ? karena
tuhan bukan sebagai biang kerok permasalahan/penderitaan manusia,
juga tuhan bukan sebagai sumber kebahagiaan manusia. tuhan juga
sebagai sesuatu yg tidak menjelma, kekal dan tidak dilahirkan, karena
kedudukan nya yg absolut
salam,
dhanuttono
Natsude Mieco wrote:
Kepada Sdr./i terkasih,
Ketika saya bergabung dengan forum ini, saya berfikir bahwa forum ini berguna untuk jadi jembatan bagi umat Buddha dengan Kristiani untuk saling memahami agama lainnya, dan menumbuhkan sikap saling toleransi dan menghormati kebaikan dari tiap2 agama. Tapi saya lihat kok jadi malah ajang jelek-menjelekan agama lainnya?
Jadi, bukannya sok bijak, tapi saya menghimbau kepada Sdr/i se-dhamma, lebih baik kita tidak usah hiraukan "manusia-manusia" buta yang hanya ingin mencari keributan, dan kita hanya menjawab Sdr/i lainnya yang benar2 ingin mengerti agama Buddha.
Untuk Sdr/i Kristiani yang benar2 ingin mengenal lebih dalam mengenai agama kami, silahkan Anda berdiskusi dengan kami dan kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk memberi informasi mengenai agama Buddha. Namun ada satu hal yang perlu diingat, "kosongkan cangkirmu dulu, baru kau bisa mengisi teh kedalamnya".
Dan untuk Sdr/i Kristiani yang ingin mencari keributan/permusuhan dengan rekan-rekan Buddhist, saya berharap untuk kalian berkonsentrasi dengan "saudara2" Samawi kalian dahulu, untuk memutuskan mana dari kalian yang paling benar, baru setelah semua orang mengakui agama kalian paling benar, kalian boleh coba mengacau kami.
Saya ada referensi untuk kalian sebagai ajang "berantem" yang lebih bagus, http://mengenal-kr****n.t35.com
yang dibuat oleh "saudara tiri kalian", umat islam. Siapa tahu kalian lebih puas menjelek-jelekan disana.
Untuk lebih memanaskan suasana, saya kutip salah satu halaman dari situs tsb, silahkan menikmati :
INJIL ATAU BULLSHIT (LIE) ???
Secara harfiah, arti kata Ibrani Injil * adalah kabar gembira. Beberapa waktu yang lalu, para sarjana alkitabiah1 di United States of America berhasil merekonstruksi peristiwa bersejarah berupa kronologi waktu kompilasi kitab-kitab kanonik yang konon dinamakan Injil. Rekonstruksi tersebut secara ringkas diikhtisarkan sebagai berikut:
Kitab Kanonik Waktu Kompilasi
Markus 65-85 M2
Matius 80-90 M3
Lukas 80-110 M4
Yohanes 85-115 M5
Yesus, yang konon menjadi actor utama dalam kitab-kitab tersebut, hidup tidak lebih dari tahun 36 M. Asumsi ini didasarkan pada kurun waktu Pontius Pilatus menjadi pejabat gubernur Yudaea dari tahun 26 hingga 36 M.6 Pontius Pilatus konon menyerahkan Yesus kepada orang-orang Yahudi untuk disalibkan.7
Dengan mengasumsikan bahwa Yesus disalib pada pertengahan masa pemerintahan Pontius Pilatus, atau sekitar tahun 30 M, bahwa waktu kompilasi Kitab Markus sekitar tahun 75 M, dan bahwa waktu kompilasi Kitab Yohanes sekitar tahun 100 M, maka terdapat kurun waktu kira-kira 45 tahun antara waktu penyaliban Yesus dan waktu kompilasi-awal Injil atau kira-kira 70 tahun antara waktu penyaliban Yesus dan waktu kompilasi-akhir Injil.
Bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga setelah penyalibannya,8 sama sekali tidak dapat dijadikan patokan untuk menghitung kurun waktu kompilasi Injil, oleh karena dasar "kebangkitan-kembali Yesus" ini bukan didasarkan pada apa yang dinamakan fakta ilmiah, tetapi didasarkan pada ayat-ayat yang termaktub di dalam Injil. Bahkan, secara mengejutkan, beberapa kitab apokrif9 justru membantah tegas penyaliban Yesus, yang berarti tidak ada peristiwa "kebangkitan-kembali Yesus". Karenanya, satu-satunya cara penghitungan kurun waktu kompilasi Injil yang paling tepat adalah dengan menghitungnya dari peristiwa penyaliban yang konon dialami oleh Yesus ini.
Berkenaan dengan waktu kompilasi keempat kitab kanonik, yang diduga umat kr****n sebagai Injil, maka ayat-ayat kitab kanonik berikut ini, yang secara khusus berbicara tentang Injil, patut dipertanyakan:
Kitab Markus:
1:14 Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah,
1:15 kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!"
1:38 Jawab-Nya: "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang."
1:39 Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan.
3:14 Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil
8:35 Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.
10:29 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya,
13:10 Tetapi Injil harus diberitakan dahulu kepada semua bangsa.
14:9 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia."
16:15 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.
16:20 Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.
Kitab Matius:
4:23 Yesuspun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu.
9:35. Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.
11:1. Setelah Yesus selesai berpesan kepada kedua belas murid-Nya, pergilah Ia dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka.
24:14 Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya."
26:13 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia."
Kitab Lukas:
4:43 Tetapi Ia (Yesus) berkata kepada mereka: "Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus."
4:44 Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea.
8:1. Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia,
9:6 Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat.
20:1. Pada suatu hari ketika Yesus mengajar orang banyak di Bait Allah dan memberitakan Injil, datanglah imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta tua-tua ke situ,
PERTANYAAN:
Setelah memperhatikan ayat-ayat Injil di atas dan menimbang kronologi waktu kompilasi Injil, maka:
1.Injil yang bagaimanakah yang diajarkan Yesus kepada manusia pada masa itu?
2. Mengapakah Injil, yang diklaim umat kr****n sebagai Kitab Tuhan, harus ditunggu kedatangannya selama kurun waktu kira-kira 45 hingga 70 tahun setelah kepergian Yesus dari dunia?
3. Bagaimanakah aktivitas keagamaan murid-murid dan para pengikut Yesus sebelum disusunnya Injil? Kitab apakah yang mereka pakai sebagai pedoman aktivitas keagamaan?
Ketiga pertanyaan berstruktur di atas, harus dapat dijelaskan secara logis dan memuaskan oleh umat kr****n berkenaan dengan klaim mereka terhadap keempat kitab kanonik yang diduga sebagai Injil. Jika tidak, maka keempat kitab kanonik: Markus, Matius, Lukas, dan Yohanes, patut mendapat predikat bullshit (lie).10
Persoalan-persoalan di atas menjadi semakin kacau dan rumit, oleh karena Paulus Tarsus dalam suratnya yang ke-4 kepada orang-orang di Galatia, mengaku telah menerima Injil bukan dari manusia, tetapi melalui penyataan Yesus secara langsung:
1:11. Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injilyang kuberitakan itu bukanlah injil manusia.
1:12. Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus.
Injil yang bagaimanakah yang diterima Paulus dari Yesus ini?
Keterangan:
1. Harus dibedakan pengertian antara "sarjana alkitabiah" dan "penganut kr****n". Seorang "sarjana alkitabiah" belum tentu seorang penganut kr****n, demikian pula sebaliknya, seorang "penganut kr****n" belum tentu seorang sarjana alkitabiah.
2. A) Duncan GB (1971) B) Davies JN (1929a) C) Moffat J (1929) D) Sundberg AC (1971) E) Pherigo LP (1971) F) Asimov I (1969) G) Mack BL (1996) H) Nineham DE (1973) I) Leon Dufour X (1983)
3. A) Duncan GB (1971) B) Sundberg AC (1971) C) Kee HC (1971) D) Leon Dufour X (1983) E) Mack BL (1996) F) Fenton JC (1973)
4. A) Mack BL (1996) B) Asimov I (1969) C) Duncan GB (1971) D) Baird W (1971) E) Sunberg AC (1971)
5. A) Mack BL (1996) B) Duncan GB (1971) C) Shepherd MH (1971) D) Leon Dufour X (1983)
6. A) Josephus F (1988) B) Asimov I (1969) C) Baird W (1971) D) Duncan GB (1971) E) Leon Dufour X (1983)
7. Markus 15:15; Matius 27:26; Lukas 23:25; Yohanes 19:16
8. Markus 16:6; Matius 28:6; Lukas 24:6; Yohanes 20:9
9. Kitab-kitab apokrif Perjanjian Baru yang secara tegas membantah penyaliban Yesus: Barnabas, Dua Kitab Jeus, Wahyu Petrus, Risalah Kedua Set Agung, dan Perbuatan-Perbuatan Yohanes. Kitab-kitab ini merupakan bagian dari 41 kitab apokrif yang dikompilasikan dari sumber-sumber: A) Platt RH, Brett JA (eds) B) Cameron R (1982) C) Pagels E (1979) D) Robinson JM (1990) E) Hennecke E, Schneemelcher W, Wilson RM (1963)
10. Mack BL (1996)
Rujukan:
- Asimov I (1968): Asimov's Guide to the Bible: Volume II. The New Testament. New York, Avon Books.
- Baird W (1971): The gospel according to Luke. Dalam Laymon CM (1971b): The Interpreter's One-Volume Commentary on the Bible. Nashville, Abingdon Press, 1971.
- Cameron R (1982): The Other Gospels: Non-Canonical Gospel Texts. Philadelphia, The Westminster Press.
- Davies JN (1929a): Mark. Dalam Eiselen FC, Lewis E, Downey DG (1929): The Abingdon Bible Commentary. New York, Abingdon-Cokesbury Press.
- Duncan GB (1971): Chronology. Dalam Laymon CM (1971b): The Interpreter's One-Volume Commentary on the Bible. Nashville, Abingdon Press, 1971.
- Fenton JC (1973): Saint Matthew. Baltimore, Penguin Books.
- Hennecke E, Schneemelcher W, Wilson RM (1963): New Testament Apocrypha. Volume I. Gospels and Related Writings. Philadelphia, The Westminster Press.
- Josephus F (1988): Jewish Antiquities. Dalam Majer PL (trans.): Josephus: The Essential Writings. A Condensation of Jewish Antiquities and The Jewish War. Grand Rapids, Kregel Publications.
- Kee HC (1971): The gospel according to Matthew. Dalam Laymon CM (1971b): The Interpreter's One-Volume Commentary on the Bible. Nashville, Abingdon Press, 1971.
- Leon Dufour X (1983): Dictionary of the New Testament. San Francisco, Harper & Row.
- Mack BL (1996): Who Wrote The New Testament?: The Making of the Christian Myth. San Francisco, Harper.
- Moffat J (1929): The formation of the New Testament. Dalam Eiselen FC, Lewis E, Downey DG (1929): The Abingdon Bible Commentary. New York, Abingdon-Cokesbury Press.
- Nineham DE (1973): Saint Mark. Baltimore, Penguin Books.
- Pagels E (1979): The Gnostic Gospels. New York, Random House.
- Pherigo LP (1971): The gospel according to Mark. Dalam Laymon CM (1971b): The Interpreter's One-Volume Commentary on the Bible. Nashville, Abingdon Press, 1971.
- Platt RH, Brett JA (eds): The Lost Books of the Bible and The Forgotten Books of Eden. New York, The World Publishing Co.
- Robinson JM (1990): The Nag Hamadi Library in English. San Francisco, Harper. Nag Hamadi, sebuah wilayah di Mesir, adalah tempat ditemukannya berbagai kitab apokrif dan dokumen-dokumen lainnya yang berhubungan erat dengan gereja kr****n awal (penggalian tahun 1945).
- Shepherd MH (1971): The gospel according to John. Dalam Laymon CM (1971b): The Interpreter's One-Volume Commentary on the Bible. Nashville, Abingdon Press, 1971.
- Sundberg AC (1971): The making of the New Testament canon. Dalam Laymon CM (1971b): The Interpreter's One-Volume Commentary on the Bible. Nashville, Abingdon Press, 1971.
Kontroversi:
* Umat Islam berkeyakinan, bahwa satu-satunya kitab yang secara khusus diwahyukan Allah kepada Yesus untuk disampaikan kepada Bani Israel adalah Injil. Sementara itu, umat kr****n beranggapan, bahwa yang dimaksud dengan Injil adalah empat kitab --dari lebih 45 kitab-- yang menjadi canon Perjanjian Baru: Markus, Matius, Lukas, dan Yohanes. Klaim mereka didasarkan pada pernyataan pengantar Markus:
1:1. Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.
Serupa, tetapi berbeda warna.
Catatan:
Penulisan inisial I pada kata Injil baik dalam Markus 1:1, Galatia 1:11, maupun dalam ayat-ayat kitab kanonik yang konteksnya dinisbahkan ke mulut Yesus, adalah dengan huruf besar. Ini menunjukkan bahwa kata Injil dalam ayat-ayat tersebut tidak dapat diterjemahkan secara harfiah sebagai kabar gembira, tetapi ia bermakna sebagai sebuah kitab.
SS wrote:
Religion of the world
http://www.adherents.com/Religions_By_Adherents.html
<keterangan xenocross: Jadi saudara SS disini copas dari situs di atas mengenai persentase pengikut agama2 dunia, banyak banget>
xan_to wrote:
Religion of the world.
Oi mas untuk apa anda tunjukin persentase ini???? gak ngerti saya apa
tujuannya???tahun 2005 lagi, coy ini tahun 2008. Kalo tahun 500.000 SM
ajaran kr****n persentasenya 0% tahu gak....
Sebenarnya tujuan mu apa sih??? mau ngetes ajaran Buddha??? apa
manfaatnya untuk anda??? Emangnya Sang Buddha pernah meminta anda
untuk jadi muridnya??? Anda percaya/tidak anda gak masuk neraka kok???
anda kok malah sibuk. Sang Buddha muncul didunia untuk mengajarkan
kebajikkan dan lebih lanjut menunjukkan jalan Pembebasan kalo anda gak
mau ya gak kenapa2 itu pilihan anda....
SS wrote:
Natsude Mieco:
Ketika saya bergabung dengan forum ini, saya berfikir bahwa forum ini berguna untuk jadi jembatan bagi umat Buddha dengan Kristiani untuk saling memahami agama lainnya, dan menumbuhkan sikap saling toleransi dan menghormati kebaikan dari tiap2 agama. Tapi saya lihat kok jadi malah ajang jelek-menjelekan agama lainnya?
SS:
Ketika saya bergabung dengan forum ini saya juga berfikir demikian. Saya tahu sedikit mengenai agama Buddha dan ingin tahu lebih banyak. Kalau Sdr Meico baca semua posting saya dengan teliti, tidak ada satupun yang pakai kata-kata caci-maki atau menyindir, mengejek atau menghina. Saya tidak pernah gunakan kata-kata seperti "konyol" dsb.
Yesus Kristus mengatakan agar kita "lakukan kepada orang lain apa yang kita ingin orang lain lakukan kepada kita". Setahu saya Buddhapun pernah mengatakan yang seperti itu.
Saya anjurkan kepada semua pemillis agar pakai bahasa yang sopan. Jangan caci-maki, menyindir, mengejek apalagi menghina. Orang yang menghina orang lain, sebetulnya menghina diri sendiri. Orang yang mengatakan "konyol" kepada orang lain, sebetulnya menyatakan dirinya sendiri adalah manusia "konyol". Camkanlah itu.
Jadi marilah kita diskusi persoalan-persoalan yang menyangkut agama kr****n dan Buddha secara sopan dan beradab.
Natsude Mieco wrote:
Terima kasih responnya.
Jika Anda jujur seperti yang Anda katakan, dan benar2 ingin mengenal lebih dalam akan agama Buddha, saya rasa Anda tidak perlu membanding-bandingkan Agama kr****n dengan Buddha, atau memposting kelebihan-kelebihan Agama Anda, memberikan persentase jumlah penganut Agama Anda di dunia. Hal tersebut hanya akan membuat keruh suasana dan membuat umat BUddha di milis ini tersinggung dan jadi perdebatan agama siapa yang benar, yang saya pastikan tidak ada yang akan mengalah (Anda boleh buktikan nantinya), dan pada akhirnya tidak membawa keuntungan kepada siapa pun.
Karena masalah Agama adalah sensitif, dan jika berkaitan dengan faith (iman), kita tidak akan melihat yang kita tidak mau lihat. Saya sudah buktikan hal tersebut, dan selama 5 tahun ini saya dan istri saya yang beragama kr****n mengerti hal tersebut dan hubungan kami tetap baik.
Seperti yang saya katakan sebelumnya, jika Anda benar2 ingin mengenal Agama Buddha, Anda tanggalkan dulu semua ajaran, semua kepercayaan Anda, semua iman Anda terhadap agama Anda, anggap bahwa Anda belum memiliki agama dan kepercayaan terhadap sesuatu apapun, baru Anda bisa bertanya kepada rekan-rekan Buddhist disini, dan kami akan senang hati mencoba menjawabnya. Namun jika tujuan Anda hanya ingin mengenalkan Agama Anda, dan melemahkan iman rekan-rekan Buddhist, sehingga pada akhirnya mengikuti agama Anda, saya rasa hal tersebut sia-sia. Karena umat BUddha tidak punya iman. Kami diajarkan bahwa kami harus mempelajari sesuatu, mengerti, dan mengalaminya baru kami boleh percaya. Iman atau kepercayaan tidak penting bagi Umat BUddha. Jika memang bermanfaat, apapun ajarannya, kami akan terima, entah itu kr****n, Islam, Hindu, atau agama-agama lainnya. Namun jika tidak, kami pasti berpaling kembali ke ajaran Sang BUddha, yang selama saya pelajari, belum ada kelemahannya.
Karena ajaran Buddha lebih dari sekedar agama, kata "agama" yang melekat padanya hanya formalitas, dan hanya untuk tujuan agar mudah dimengerti manusia.
Nevertheless, jika Anda benar-benar jujur ingin mengenal & mengerti agama Buddha, saya sarankan sebelum Anda bertanya apapun kepada rekan-rekan Buddhist disini, daripada jadi konflik, saya sarankan Anda browsing dulu di internet mengenai Agama Buddha, banyak sekali website atau milis yang menjelaskan mengenai agama Buddha, dan kebanyakan yang ada disana lebih ahli, contoh : jika Anda bisa bahasa Inggris (jangan tersinggung), anda bisa download banyak ceramah dari salah satu pakar ceramah agama Buddha, Ajahn Brahm, seorang Bikhu Bule dari Inggris yang sekarang jadi Kepala Biara di Australia (bukan promosi),
coba link ini http://www.bswa.org/modules/mydownloads/viewcat.php?cid=4&min=0&orderby=titleA&show=20
Atau saya punya banyak buku Buddha, jika Anda mau, kita bisa berkenalan secara pribadi dan saya mungkin akan meminjamkan buku-buku saya untuk Anda baca.
Jika sudah membaca atau mendengar dari para ahlinya, dan Anda ingin mendiskusikan apapun yang menurut Anda tidak sesuai, then let's talk here.
Semoga Anda mengerti dan Salam Kasih.
Note: Untuk Sdr/i Buddhist se-dhamma, tolong jangan terpancing untuk marah, atau berdebat, bahkan ikut menjelek-jelekan agama lain. Karena tidak ada manfaatnya untuk perkembangan batin kita.
Khan dulu Raja Asoka pernah bilang, dalam Prasasti Batu XII :
"Seseorang seharusnya tidak hanya menghormati agamanya sendiri dan menjelek-jekekkan agama orang lain, tetapi ia harus menghormati agama orang lain untuk alasan ini atau itu. Dengan demikian ia menolong agamanya sendiri untuk berkembang juga memberikan bantuan kepada agama orang lain. Dengan melakukan hal yang sebaliknya ia menggali kuburan bagi agamanya sendiri dan juga merugikan agama-agama lain. Siapa saja yang menghormati agamanya sendiri dan menjelek-jelekkan agama lain, melakukannya karena kesetiaan kepada agamanya sendiri, berpikir: 'Aku akan memuliakan agamaku.' Akan tetapi dengan melakukan hal itu justru sebaliknya melukai agamanya sendiri lebih parah. Jadi rukunlah, sungguh patut dipuji: Marilah semua mendengar, mau mendengar ajaran yang dinyatakan oleh orang lain."
Bahkan dulu Guru besar kita pernah mengajukan syarat kepada seseorang yg memohon menjadi muridNya agar tetap menyokong mantan gurunya.
Salam Kasih (metta)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Natsude Mieco:
Kepada Sdr SS,
Menyambung email saya sebelumnya, jika Anda benar2 ingin mengenal Agama Buddha, tanpa maksud merendahkan atau menjelekan, saya ingin berbagi sedikit, di bawah ini ada contoh ceramah yang diberikan oleh Ajahn Brahm (sudah dijelaskan sebelumnya) yang mungkin sedikit menjawab pertanyaan Anda, apakah Buddhisme Ilmiah? Maaf, jika Anda kesulitan membaca dalam bahasa Inggris, tolong info saya, saya akan coba menerjemahkannya dalam bahasa Indonesia :
BUDDHISM AND SCIENCE
by Ajahn Brahmavamso
________________________________________
Based on a talk given by Ajahn Brahmavamso to lay people at the Dhammaloka Buddhist Centre, Nollamara, Western Australia, on 19th of October 2001
Sometime ago, I was invited to the West Perth Observatory as part of the Centenary Federation celebrations in Western Australia. The youth groups of W.A. organised all the events. One of the events they presented was entitled 'Our Place in Space'. The idea was to try and find out whether the future would be one which followed science or one which would follow religion. They wanted to see how those two, so called contradictory approaches to life, would pan out into the future. So they invited representatives from a couple of religions. I represented the Buddhists, and a teacher from a prestigious Christian school represented the Christians. The State Astronomer and a young person from the University of WA, who was about to get a PhD in physics, were also on the panel, representing Astronomy and Physics. What they didn't know was that before I was a monk I was a theoretical physicist. So, I knew what Buddhists know and I also knew what they know. It was a bit unfair, but really good fun. It was good fun talking to the audience about Buddhism, religion and science, and how they come together. There are dangers in religion and science, but they can be used to help people to find a way through their lives in wise, compassionate and effective ways.
The End of the Universe
I started by explaining a few things about Buddhism that many people do not know. Buddhism is so extensive that there are still many things that people in the West don't know about this great religion, especially from the old Scriptures, the suttas. For instance, do you know who the first man in space was? No, it certainly wasn't Yuri Gagarin. It was Venerable Rohitassa! (AN IV, 45)
I think you all know that if you really get your meditation together, it is possible to levitate. One of the stories in the suttas tells the story of a hermit who lived alone in the forest. He developed his meditation and learned how to rise into the air and fly. This particular hermit wasn't just an ordinary levitator, he was one of the best levitators there has ever been. He took levitation to new heights and 'raised the bar', as it were! Because he could go so fast, it was said faster than an arrow, he decided to try and find out where the universe ends. He flew for many, many, many years, and he still could not find the end of the universe. He went beyond the solar systems into deep space using the power of the mind. People often say that's just belief. It's just not real. But later on I'll mention a few facts that show that it probably was real and certainly possible. He went on for many tens of years, and died on the way, never finding an end to the universe.
Being reborn in one of the heavenly realms Venerable Rohitassa came to the Buddha and told him the story of his previous life. That as a hermit, he'd levitated and flew on "for ever and ever and ever", dying on the journey without reaching the end of the cosmos. He was not the first cosmonaut or astronaut, he was the first monkanaut! The Buddha rebuked him, saying that that's not the way to find the end of the universe. Instead, the Buddha emphatically said that the beginning and the end of the universe can only be found by investigating within. This gave the answer to one of the questions that people so often ask of Buddhists: "Who do Buddhists believe created this universe?" A scientist would reword the same question as, "What is the origin of this universe?" The answer is that the beginning and end of the universe are to be found within your own body and mind. You are its creator!
Remembering Past Lives
Buddhism is founded on meditation, and meditation can reveal many, many things, especially deep memories from the past. Monks, nuns, and ordinary meditators can reach such deep meditations that they can not only levitate, but they can remember previous lives! Many people can actually do this. When you come out of a deep meditation you have incredible energy. Afterwards you won't be able to go to sleep, nor will you be able to go and watch TV, because the mind will be too full of its own joy and happiness. Moreover, the mind is so empowered that you can make suggestions to it, suggestions that you would not normally be able to fulfill. But empowered by deep meditation, you can follow the suggestions. I've actually taught this special meditation to people on meditation retreats, because on meditation retreats some get deep results. People sometimes get memories of when they were babies, and then of being in their mother's womb. If they are lucky they get memories of when they were a very old person, i.e. memories from a past life! One of the important things with those past life memories is that they are very real to the person experiencing them. It's as if you are back there experiencing it. Anyone who has had a memory like that has no doubt in their mind about past lives. It's not a theory any more. Such memories are like remembering where you were this morning when you had breakfast. You have no doubts that that was you this morning, having that breakfast. You didn't imagine it. With the same clarity, or even greater clarity, you remember that that very old person was you, only it wasn't a few hours ago, it was many decades ago. It was a different time, a different body and a different life. Now if people can do that on nine day meditation retreats, imagine what you would do if you were a monk or a nun, who meditates not just for a weekend, or for nine days, but nine years, twenty-nine, thirty-nine, or fifty-nine years. Imagine how much power you could generate in that meditation. Now imagine how much more power you could generate if you were a Buddha with an Enlightened mind.
Now you know what to do to discover for yourself if you've lived before. Meditate. I don't mean just meditating to get rid of stress and make your self calm. I mean really meditate, deeply. Meditate to get your mind into what we call the Jhanas. Those are deep states of absorption, where the body disappears. You don't feel. You can't see. You can't hear. You're absolutely inside the mind. You have no thoughts but you are perfectly aware. You are blissed out. The method, the instructions for the experiment, are very clearly laid down. Even in my little book "The Basic Method of Meditation" all the steps are there. Follow them, and invest the resources necessary for doing that experiment not just one weekend retreat, but many weekend retreats, and sometimes many years of meditating. If you want to follow that 'scientific method', you have to enter into a Jhana. And then, after you emerge from that state, you ask yourself, "What is my earliest memory?" You can keep going back in your mind, and eventually you will remember. You will see for yourself the experience of past lives. Then you know. Yes, it is true! You have had the experience for yourself.
The Buddha said he did remember past lives, many past lives, many aeons of past lives. He said specifically that he remembered ninety-one aeons. That's ninety big bangs, the time before and the time afterwards, huge spaces of time. That's why the Buddha said there was not just one universe, but many universes. We are not talking about parallel universes as some scientists say. We are talking about sequential universes, with what the Buddha called sanvattati vivattati. This is Pali, meaning the unfolding of the universe and the infolding of it, beginnings and endings.
The suttas even give a measure for the lifetime of a universe. When I was a theoretical physicist, my areas of expertise were the very small and the very large; fundamental particle physics and astrophysics. They were the two aspects that I liked the most, the big and the small. So I knew what was meant by the age of a universe and what a 'big bang' was all about. The age of a universe, the last time I looked in the journals, was somewhere about seventeen thousand million years. In the Buddhist suttas they say that about thirty seven thousand million years is a complete age. When I told that to the state astronomer he said yes, that estimate was in the ball park, it was acceptable. The person who was the convener of the Our Place in Space seminar made a joke about the fact that a hundred or two hundred years ago, Christianity said the universe was about seven thousand years old. That estimate certainly isn't acceptable, the Buddhist one is!
It is remarkable that there was a cosmology in Buddhism twenty-five centuries ago that doesn't conflict with modern physics. Even what astronomers say are galaxies, the Buddha called wheel systems. If any of you have ever seen a galaxy, you will know there are two types of galaxy. First, there is the spiral galaxy. The Milky Way is one of those. Have you seen a spiral galaxy? It is like a wheel! The other type is the globular cluster, which looks like a wheel with a big hub in the middle. 'Wheels' is a very accurate way of describing galaxies. This was explained by someone twenty five centuries ago, when they did not have telescopes! They didn't need them, they could go there themselves!
There is a lot of interesting stuff in the old suttas, even for those of you who like weird stuff. Some times people ask this question, "Do Buddhists believe in extra terrestrial beings, in aliens?" Would an alien landing here upset the very foundation of Buddhism? When I was reading through these old suttas I actually found a reference to aliens! It's only a very small sutta, which said that there are other world systems with other suns, other planets, and other beings on them. That's directly from the Anguttara Nikaya. (AN X, 29)
The Ghost in the Machine
During the seminar at the West Perth Observatory, one of the audience put their hand up and asked, "Why is it that when I look through a telescope I feel that my religion is challenged?" She was a Catholic. She explained that she felt scared when she looked through a telescope, because what she saw did not agree with what she read in her bible. As a Buddhist you don't need to be afraid. I took that question and turned it back on to the scientists by asking, "What if you looked through the opposite end of the telescope to investigate the one who is looking? I think you scientists would be scared. You would be afraid if you turned the telescope inwards and looked into yourselves, and asked who is looking at all of this?" Part of the problem with science is that it is all 'out there'. It's always a person looking through the telescope, looking at the apparatus, but never reflecting back to see who is actually looking at all this. Who is doing this?
When the discussion was starting to get a bit dull, I decided to stir up the State Astronomer by talking about life. Any scientists here would know that quantum mechanics, or quantum theory, describes the world as composed of wave functions. The wave function specifies the probability of an observable event. However, when life gets involved, when an observation is made, the wave function collapses and reality as we know it occurs. There has to be observation, a life there, to make it happen. The quantum theory needed an observer, a life, to give meaning to the equations. After the quantum revolution in physics, an objective universe, independent of life, became nonsensical.
Another fundamental law of physics is called the Second Law of Thermodynamics, which says that entropy always increases. In other words, life gets more disordered, even more chaotic. However, recently someone won the Nobel Prize for proving an exception, that when there is a closed system that includes life, entropy decreases! Life gives order to chaos. That disproved the Second Law of Thermodynamics. Because of life we get organisation rather than disorder. The universe is a closed system and it has got life in it. That's why there is organisation.
When I was at university, life was what the physicists called, the 'ghost in the machine'. The 'ghost in the machine' is what messed up all the objective theories. This ghost scared the lab-coats off many a scientist!
Following Beliefs Blindly
This method that we take as science in the universities, in the labs, and in the hospitals often suffers from the same disease as religion dogmatism. You know what religious dogmatism is like. We have a belief and whether it fits with experience or not, whether it's useful or not, whether it's conducive to people's happiness, harmony, and peace in the world or not, we follow it just because that's our belief. But following beliefs blindly, dogmatically, is just a recipe for violence and suffering.
One of the beautiful things about Buddhism that encouraged me to become a Buddhist when I was young, and which keeps me as a Buddhist now, is that questioning is always encouraged. You do not need to believe. In one of the tales from the ancient texts the Buddha gave a teaching to his chief monk, Venerable Sariputta. After giving the teaching, the Buddha asked his chief monk, "Sariputta, do you believe what I just taught?" Sariputta, without any hesitation, said "No I don't believe it, because I haven't experienced it yet". The Buddha said, "Well done! Well done! Well done!" That is the attitude to encourage in all disciples, either of religion or science. Not to believe, but to keep an open mind until they've had the true experience. This attitude goes against dogmatism, it runs counter to fundamentalism, which one doesn't only see in religion, but which one also sees in science.
'The eminence of a great scientist', the old saying goes, 'is measured by the length of time they obstruct progress in their field'.
The more famous the scientist, the more prominent they are, the more their views are taken to be gospel truth. Their fame stops other people challenging them; it delays the arrival of a better 'truth'. In Buddhism when you find a better truth, use it at once.
The Problem with Dogmatism
There is an old story, from the time of the Buddha, about two friends who went looking for treasure in a town that had been abandoned. (DN 23.29) First they found some hemp and decided to make two bundles of that hemp and carry it away. They would be able to sell it when they got back home. Soon after they had made these big bundles of hemp they came across some hempen cloth. One of the men said, "What do I need the hemp for? The cloth is better". The other man said, "No this is already well bound up, I've carried it for so long already, I'll keep my load of hemp". Then they found some flax, some flaxen cloth, some cotton, and some cotton cloth, and each time the man carrying the hemp said, "No, the hemp is okay for me", while his friend changed his load for that which was more valuable. Later on they found some silver, and then some gold. Each time one man would always change what he was carrying for something better, but the other man stubbornly kept his bundle of hemp. When they got home the man who carried the gold was very popular with his family. As for the man who carried the hemp, his family was not happy with him at all! Why don't we change our views, our ideas, when we see something better? The reason we don't do that is because of attachment. This is my view. We are comfortable with the old views, even though we know they are wrong. We don't really want to change. Sometimes our self image is bound up with those views. Like the scientist who is bound up with his achievements, bound up with what he's seen so far, he or she resists new ideas.
This is the problem called dogmatism. Sometimes when I talk about levitation, people say levitation doesn't exist, it's just myth. Wait until you see someone levitate! If you saw someone levitate, if the three monks here rose up about two or three feet, wouldn't that be challenging?
Sorry, we can't do that in public. It's against our rules. One of the reasons we can't demonstrate psychic powers in front of people is that if we did, someone would probably record it on a video camera and send it to a television channel. Then everybody, even from overseas, would come to Perth. Not to listen to the Dhamma, not to hear about Buddhism, but just to see the monks do their tricks. Then we would be pressured into giving demonstrations all the time. It would be like a circus, not a temple. The point is that monks are not here to demonstrate tricks.
Even if a monk did perform a miracle, many people would say: "This is just a trick. It's done with special effects. They are not really levitating". If you don't want to believe it, you won't. This is the problem with dogmatism. What you don't want to see, you do not see. When you don't want to believe it, you go into denial. This is why I say that many scientists are in denial about the nature of the mind.
The Boy with No Brain
This is a well known case that throws a challenge to modern science. It's the case of Professor John Lorber and the student with no brain.[1] Professor Lorber was a neurologist at Sheffield University who held a research chair in paediatrics. He did a lot of research on hydrocephalus, or water on the brain. The student's physician at the university noticed that the youth had a slightly larger than normal head, and so referred him to Professor Lorber, simply out of interest. When they did a brain scan on the student they saw that his cranium was filled mainly with cerebrospinal fluid. The student had an IQ of 126, had gained a first-class honours degree in mathematics, and was socially completely normal. And yet the boy had virtually no brain. This is not just a fabrication; research has found other people with no brains. During the first world war, when there was such carnage in the trenches of Europe. Soldiers had their skulls literally blown apart by bullets and shrapnel. It is said that the doctors found that some of the shattered heads of those corpses were empty. There was no brain. The evidence of those doctors was put aside as being too difficult to understand. But Professor Lorber went forward with his findings, and published them, to the great disturbance of the scientific community. Billions of dollars are going into research on the brain. Current views hold that imbalances in the brain are causing your depressions, your lack of intelligence, or your emotional problems. And yet here is evidence that shows you don't need much of a brain to have an excellent mind.
A doctor friend in Sydney discussed this case with me once. He said he'd seen those CT scans, and confirmed that the case was well known in the medical community. He explained that that boy only had what was called a reptilian brain stem. Usually, any baby born with just a reptilian brain stem, without the cortex and the other stuff, will usually die straight away or within a few days after birth. A reptilian brain stem is not capable of maintaining basic bodily functions such as breathing, heart or liver. It's not enough to keep the higher brain functions going. It's not enough for speech, not enough for intelligence, certainly not enough for being an honours student in mathematics. This doctor said, "Ajahn Brahm, you wouldn't believe the problem that this is causing in my field of science. It shatters so much past research. It is challenging so many drug companies that are making billions of dollars in profits". Because dogmatic scientists can't understand how a person with virtually no brain can be intelligent, they are just burying the findings at the back of the filing cabinet, classifying it as an anomaly. But truth just won't go away.
The Mind and the Brain
As soon as you start to include the mind, this 'ghost in the machine', in the equations, scientists tend to become discomfited. They take refuge in dogma, and say, "No, that cannot exist". I really took the Sate Astronomer to task over such dogmatism in science.
As far as Buddhism is concerned there are six senses. Not just the five senses of science, namely sight, sound, smell, taste and touch but in addition the mind. From the very beginning in Buddhism, mind has been the sixth sense. Twenty-five centuries ago, the sixth sense was well recognised. So this is not changing things to keep up with modern times; this was so from the very beginning. The sixth sense, the mind, is independent of the other five senses. In particular the mind is independent of the brain. If you volunteer to have a brain transplant with me you take my brain and I take your brain I will still be Ajahn Brahm and you will still be you. Want to try it? If it was possible and it happened, you would still be yourself. The mind and the brain are two different things. The mind can make use of the brain but it doesn't have to.
Some of you may have had out of the body experiences. These out of the body experiences have recently been the subject of mainstream scientific research. Out of the body experiences are now a scientific fact! I like to stir people up by saying things like that. Recently I saw that Dr. Sam Parnia, a researcher from the University of Southampton Medical School, has given a paper, stating that consciousness survives death.[2] He said that he did not know how it happens, or why it happens, but, he says, it does happen. His evidence was gathered from people who have had out of the body experiences in his hospital. Dr Parnia, investigated and interviewed many, many patients. The information which they gave him, as a cool headed scientist, said yes, those people were conscious during the time they were dead. What was especially very convincing was that often they could actually describe to the doctor the medical procedures that were done during the time when they were clinically dead. They could describe it as if they were looking at their body from a position above the table. But how that happens Dr. Parnia can't explain. Why it happens he can't explain. But other medical findings also support the above. Finally, their findings replicated the work done earlier by Dr. Raymond A. Moody in the United States.[3]
The evidence proved to those hard nosed doctors that out of body experiences do happen. But how could they happen? If we agree that the mind can be independent of the body, then we have a plausible explanation. The brain doesn't need to be functioning for a mind to exist. The scientific facts are there, the evidence is there, but a lot of scientists don't like to admit those facts. They prefer to close their eyes because of dogmatism.
Come and See for Yourself
If you had just one person who had been confirmed as medically dead who could describe to the doctors, as soon as they were revived, what had been said, and done during that period of death, wouldn't that be pretty convincing? When I was doing elementary particle physics there was a theory that required for its proof the existence of what was called the 'W' particle. At the cyclotron in Geneva, CERN funded a huge research project, smashing atoms together with an enormous particle accelerator, to try and find one of these 'W' particles. They spent literally hundreds of millions of pounds on this project. They found one, just one 'W' particle. I don't think they have found another since. But once they found one 'W' particle, the researchers involved in that project were given Nobel prizes for physics. They had proved the theory by just finding the one 'W' particle. That's good science. Just one is enough to prove the theory.
When it comes to things we don't like to believe, they call just one experience, one clear factual undeniable experience, an anomaly. Anomaly is a word in science for disconcerting evidence that we can put in the back of a filing cabinet and not look at again, because it's threatens our world view. It undermines what we want to believe. It is threatening to our dogma. However, an essential part of the scientific method is that theories have to be abandoned in favour of the evidence, in respect of the facts. The point is that the evidence for a mind independent of the brain is there. But once we admit that evidence, and follow the scientific method, then many cherished theories, what we call 'sacred cows' will have to be abandoned.
When we see something that challenges any theory, in science or in religion, we should not ignore the evidence. We have to change the theory to fit the facts. That is what we do in Buddhism. All the Dhamma of the Buddha, everything that he taught, if it does not fit the experience, then we should not accept it. We should not accept the Buddha's words in contradiction of experience. That is clearly stated in the kalama Sutta. (AN III, 65) The Buddha said do not believe because it is written in the books, or even if I say it. Don't just believe because it is tradition, or because it sounds right, or because it's comforting to you. Make sure it fits your experience. The existence of mind, independent of the brain, fits experience. The facts are there.
Sometimes, however, we cannot trust the experts. You cannot trust Ajahn Brahm. You cannot trust the scientific journals. Because people are often biased. Buddhism gives you a scientific method for your practice. Buddhism says, do the experiment and find out for your self if what the Buddha said is true or not. Check out your experience. For example, develop the method to test the truth of past lives, rebirth and reincarnation. Don't just believe it with faith, find out for yourself. The Buddha has given a scientific experiment that you can repeat.
Until you understand the law of kamma, which is part of Buddhism, kamma is just a theory. Do you believe that there is a God 'up there' who decides when you can be happy or unhappy? Or is everything that happens to you just chance? Your happiness and your suffering in life, your joy, your pain and disappointments, are they deserved? Are you responsible or is it someone else's fault? Is it mere chance that we are rich or poor? Is it bad luck when we are sick and die at a young age? Why? You can find the true answer for yourself. You can experience the law of kamma through deep meditation. When the Buddha sat under the Bodhi tree at Bodhgaya, the two knowledge's he realized just before his Enlightenment were the knowledge from experience of the truth of rebirth, and the knowledge from experience of the Law of kamma. This was not theory, not just more thinking, not something worked out from discussions around the coffee table this was realization from deep experience of the nature of mind. You too can have that same experience.
All religions in the world except Buddhism maintain the existence of a soul. They affirm a real 'self', an 'essence of all being', a 'person', a 'me'. Buddhism says there is no self! Who is right? What is this 'ghost in the machine'? Is it a soul, is it a being, or is it a process? What is it? When the Buddha said that there is no one in here, he never meant that to be just believed, he meant that to be experienced. The Buddha said, as a scientific fact, that there is no 'self'. But like any scientific fact, it has to be experienced each one for themselves, paccattam veditabbo viññūhi. Many of you chant those Pali words every day. It is basic scientific Buddhism. You have to keep an open mind. You don't believe there is 'no self', you don't believe there is a 'self' both beliefs are dogmatism. Keep an open mind until you complete the experiment. The experiment is the practice of sila, samadhi and pañña, (virtue, meditation and insight). The experiment is Buddhist practice. Do the same experimental procedures that the Buddha did under the Bodhi tree. Repeat it and see if you get the same results. The result is called Enlightenment.
Men and women have repeated that experiment many times over the centuries. It is in the laboratory of Buddhist practice that the Enlightened Ones, the Arahants, arise. The Arahants are the ones who have done the experiment and found the result. That's why Buddhism always has been the scientific way. It is the way of finding out for your self the truth of Enlightenment.
Buddhism is also the scientific way of discovering the truth about happiness, what most people are interested in. What is happiness? Some students from our local Islamic school came to visit our monastery a short while ago. I performed a little party trick for them, which was also an illuminating way to demonstrate the existence of the mind. I was trying to explain Buddhism, so I asked them:
"Are you happy? Put your hands up if you are happy now".
At first there was no response. Then one person responded and raised their hand.
"Oh! You're all miserable?" I said "Only one person, come on! Are you happy or not?"
More students put there hands up.
"Okay, all those people who put their hands up saying they are happy, with your index finger can you now point to that happiness? Can you give it coordinates in space?" They couldn't locate that happiness.
It's hard to locate happiness, isn't it? Have you ever been depressed? Next time you are depressed, try to point to that feeling with your index finger! You will find that you cannot locate depression, or happiness, in space. You cannot give it coordinates, because these things reside in the mind, not in the body, not in space. The mind is not located in space. That's why after a person dies, if they become a ghost they can appear all over the world immediately. People sometimes ask me, "How can that happen?" How can a person who dies, say in New York, appear immediately in Perth? It is because the mind is not located in space, that's why. This is why you cannot point to happiness, you cannot point to depression, but they are real. Are you imagining the happiness? Do you imagine the depression? It's real. You all know that. But you cannot locate it in three dimensional space. Happiness, depression, and many other real things, all live in mind-space.
The mind is not in the brain, it's not in the heart. We have seen that you could have no brain but still have a mind. You could take out your heart, and have a bionic heart, or a heart transplant, and you would still be you. This understanding of the mind is why Buddhists have no objection at all to cloning. You want to clone me, go for it! But don't think that if you clone Ajahn Brahm that you'll be able to have one Ajahn Brahm who goes to Singapore this evening, another one who stays in Perth for next Friday night's talk, plus one who can stay in Bodhinyana monastery, one who can go to Sydney, and one who can go to Melbourne. If you clone me, the person who looks like me will be completely different in personality, knowledge, inclination, and everything else. People clone Toyota cars in the same way. They look exactly the same but the performance really depends on the driver inside the car. That's all cloning is, it's just a replicating a body. Sure it looks the same, but is the body all that a person is? Haven't you seen identical twins? Are identical twins the same personality? Have they got the same intelligence? Have they got the identical inclinations? Do they even like the same food? The answer is usually no.
Why do people have this problem about cloning? Clone as much as you want. You are just creating more bodies for streams of consciousness to come into. Those streams of consciousness come from past lives. What's the problem? You would never be able to predict the result. Suppose you took Einstein's brain, extracted some of his DNA, and cloned a new Einstein. He might look the same, but I guarantee he won't be half as clever.
If people want to proceed with stem cell research, which is going to help humanity, then why not? In stem cell research there is no 'being' involved. The 'being' hasn't come in yet. In Buddhism, it is understood that the 'being' descends into the mother's womb at any time from conception until birth. Sometimes it doesn't even go into the womb at all and the foetus is stillborn. The objections to stem cell research are dogmatic, unscientific, and uncompassionate. They're foolish as far as I'm concerned. I think sometimes that I would tear my hair out if I weren't a monk.
If you want to look at the scientific evidence for rebirth, check out Professor Ian Stevenson. He spent his whole life researching rebirth on a solid scientific basis at the University of Virginia.[4] Chester Carlson, the inventor of xerography, (encouraged by his wife) offered funds for an endowed chair at the University to enabled Professor Stevenson to devote himself full-time to such research. If it weren't for the fact that people do not want to believe in rebirth, Dr. Ian Stevenson would be a world famous scientist now. He even spent a couple of years as a visiting fellow of Magdalene College in Oxford, so you can see that this is not just some weird professor; he has all of the credentials of a respected Western academic.
Dr. Stevenson has over 3000 cases on his files. One interesting example was the very clear case of a man who remembered many details from his past life, with no way of gaining that information from any other source. That person died only a few weeks before he was reborn! Which raises the question, for all those months that the foetus was in the womb, who was it? As far as Buddhism is concerned, the mother kept that foetus going with her own stream of consciousness. But when another stream of consciousness entered, then the foetus became the new person. That is one case where the stream of consciousness entered the mother's womb when the foetus was almost fully developed. That can happen. That was understood by Buddhism twenty five centuries ago. If the stream of consciousness doesn't enter the mother's womb, the child is a stillborn. There is a heap of evidence supporting that.
Science and Buddhism
When a Buddhist looks through a telescope, they are not scared by what they might find. They are not scared of science. Science is an essential part of Buddhism. If science can disprove rebirth, then Buddhists should give up the idea of rebirth. If science disproves non-self, and shows there is a self, then all Buddhists should abandon non-self. If science proves there is no such thing as kamma, but instead there is a big God up in the sky, then all Buddhists should believe in God. That is, if it's provable science. Buddhism has no sacred cows. However, I encourage you to do those experiments for yourselves. I'll bet you will find out that there is no one 'in there'. You will find out about kamma. You will find out you've been here before, that this is not your first life. If you don't behave yourselves in this life, you'll have another life to come yet. Do you think you are finished with nappies, with school? Do you really want to go through all that again? If not be careful.
So, here is my thinking about science and Buddhism. I think that Buddhism is pure science, a science that doesn't stop 'out there', but also investigates the mind, the 'being', the 'ghost in the machine'. And it doesn't disregard any anomalies. Buddhism takes everything as its data, especially experience, and looks at it scientifically. It is incredibly successful.
One of the reasons why people celebrate science is because of all of its achievements in technology. One of the reasons why Buddhism is growing these days is because of all of its achievements in the 'technology of the mind'. It solves problems. It explains mental difficulties. Buddhism succeeds in solving those inner problems because it has all these strategies, these ancient 'gizmos', which actually work. If you try some of these Buddhist gizmos, you will find out for yourself that they produce the goods, they solve your inner suffering and pain. That is why Buddhism is growing. I think that Buddhism will supplant science!
Thank you very much.
Natsude Mieco
Kepada Sdr. SS,
Lebih lanjut lagi, saya akan mengutip dua artikel Buddha untuk menjelaskan kepada Anda betapa ilmiahnya ajaran Sang Buddha, bahkan lebih ilmiah dibanding ilmu pengetahuan tsb :
Artikel 1 dari http://www.mail-archive.com/dharmajala [at] yahoogroups.com/msg04601.html :
Ivan Taniputera, 30 Maret 2006
Ilmu pengetahuan telah berkembang dengan begitu pesatnya pada seratus
tahun terakhir ini, para ilmuwan-ilmuwan besar Abad 20 telah tampil
di muka bumi ini, seperti: Albert Einstein, Schroedinger, Rutherford,
Niels Bohr, Stephen Hawking, dan lain sebagainya. Mereka telah secara
dramatis mengubah pemahaman kita akan alam semesta beserta isinya ini
Penemuan para
ilmuwan besar di Abad 20 terbukti sama seperti apa yang
telah diajarkan 2500 tahun yang lalu oleh seorang Pangeran dari India
yang telah mencapai Penerangan Sempurna, yang kemudian digelari
Buddha. Buddha mengajarkan beraneka prinsip yang terbukti amat dekat
dengan kosmologi dan fisika modern.
Para ilmuwan dewasa ini telah menetapkan bahwa alam semesta kita
merupakan serangkaian pengembangan, penciutan, pengerutan, serta
penghancuran berupa ledakan besar (big bang) yang berlangsung secara
terus menerus tanpa akhir. Atau suatu rangkaian
fenomena yang tidak
berujung pangkal. Sang Buddha telah mengajarkan hal yang sama 2500
tahun yang lalu, marilah kita melihat apa yang Beliau babarkan dalam
Bhayaberava Sutta ( Sutta ke 4 dari Majjhima Nikaya ):
Ketika pikiran terkonsentrasiKu dengan demikian termurnikan, tidak
tercela, mengatasi semua kekotoran, dapat diarahkan, mudah diarahkan,
serta tenang, Aku memusatkannya pada kelahiran-kelahiran yang lampau,
satu,
dua,Â.... Ratusan, ribuan, banyak kalpa dari penyusutan dunia,
banyak kalpa pengembangan dan penyusutan dunia.
Dari sini kita langsung memahami bahwa proses penyusutan dan
pengerutan tersebut berlangsung sangat lama., yang mana apa yang
disebut "kalpa" adalah satuan waktu India
Kuno yang berlangsung
selama miliaran tahun.
Selanjutnya ilmu pengetahuan dewasa ini telah mengungkapkan akan
banyaknya galaksi-galaksi dan dunia-dunia lain, secara mengagumkan
Sang Buddha juga telah mengajarkan hal yang sama sekitar 2500 tahun
yang lalu. Marilah kita baca Ananda Sutta (Angutara Nikaya III, 8,80):
Ananda apakah kau pernah mendengar tentang seribu Culanika loka dhatu
(tata surya kecil) ? ....... Ananda, sejauh matahari dan bulan
berotasi pada garis orbitnya, dan sejauh pancaran sinar matahari dan
bulan di angkasa, sejauh itulah luas seribu tata surya. Di dalam
seribu tata surya terdapat seribu matahari, seribu bulan, seribu
Sineru, seribu jambudipa, seribu Aparayojana, seribu
Uttarakuru, seribu Pubbavidehana ....... Inilah, Ananda, yang
dinamakan seribu tata surya kecil (sahassi culanika lokadhatu). *
Ananda, seribu kali sahassi culanika lokadhatu dinamakan "Dvisahassi
majjhimanika lokadhatu".
Ananda, seribu kali Dvisahassi majjhimanika
lokadhatu dinamakan "Tisahassi Mahasahassi Lokadhatu".
Ananda, bilamana Sang Tathagata mau, maka ia dapat memperdengarkan
suara-Nya sampai terdengar di Tisahassi mahasahassi lokadhatu,
ataupun melebihi itu lagi.
Sesuai dengan kutipan di atas dalam sebuah Dvisahassi Majjhimanika
lokadhatu terdapat 1.000 x 1.000 = 1.000.000 tata surya. Sedangkan
dalam Tisahassi Mahasahassi lokadhatu terdapat 1.000.000 x 1.000 =
1.000.000.000 tata surya. Alam semesta bukan hanya terbatas pada satu
milyard tata surya saja, tetapi masih melampauinya lagi. Ajaran ini
benar-benar sesuai dengan kosmologi modern.
Sang Buddha juga telah mengajarkan aneka bentuk galaksi-galaksi yang
ada di alam semesta ini sebagaimana yang ada pada Sutra Avatamsaka
bab 4:
Putera-putera Buddha,
sistim-sistim dunia (galaksi) tersebut memiliki
aneka bentuk dan sifat-sifat yang berbeda. Jelasnya, beberapa di
antaranya bulat bentuknya, beberapa di antaranya segi empat
bentuknya, beberapa di antaranya tidak bulat dan tidak pula segi
empat. Ada perbedaan [bentuk] yang tak terhitung. Beberapa bentuknya
seperti pusaran, beberapa seperti gunung kilatan ahaya, beberapa
seperti pohon, beberapa seperti bunga, beberapa seperti istana,
beberapa seperti makhluk hidup, beberapa seperti BuddhaÂ....
Galaksi yang berbentuk seperti pusaran misalnya galaksi kita sendiri,
Bima Sakti dan Andromeda. Yang berbentuk seperti makhluk hidup
misalnya Nebula Kepala Kuda (Horse Head Nebula).
Keberadaan sinar kosmis telah dinyatakan pula dalam Avatamsaka Sutra
bab IV:
Terdapat beberapa sistim dunia
Terbentuk dari permata
Kokoh dan tak
terhancurkan
Bernaung di atas bunga teratai nan berharga
Beberapa di antaranya terbentuk dari berkas cahaya murni
Yang asalnya tak dikenal
Semuanya merupakan berkas-berkas cahaya
Bernaung di ruang kosong
Beberapa di antaranya terbentuk dari cahaya murni
Dan juga bernaung pada pancaran-pancaran cahaya
Diselubungi oleh awan cahaya
Tempat di mana para Bodhisattva berdiam.
Kutipan di atas memperlihatkan bahwa Buddhisme telah mengenal alam
semesta yang terdiri dari materi dan cahaya. Kalimat "kokoh dan tak
terpecahkan" merujuk pada partikel atom yang menyusun materi. Bait
kedua di atas nampaknya mengacu pada sinar kosmis yang merupakan sisa-
sisa pembentukan jagad raya. Sementara itu bait ketiga mengacu pada
pancaran cahaya yang berasal dari benda-benda langit. Sebagai
tambahan sinar kosmis ini mulai diteliti oleh para fisikawan dari
Institut Teknologi Kalifornia
di Pasadena pada tahun 1932, dan
didapati bahwa di dalamnya terkandung partikel-partikel elementer
yang belum pernah dikenal sebelumnya. Partikel elementer merupakan
partikel tunggal yang tidak terbagi-bagi lagi, sehingga inilah
sebabnya, mengapa kutipan sutra di atas mempergunakan istilah "murni."
Sekarang marilah kita beralih
pada ilmu fisika modern mengenai
kesetaraan massa dan energi, yang mana hal ini baru menjadi subyek
penelitian para ahli fisika modern seperti: Werner von Heisenberg,
Max Planck, Albert Einstein dan lain2, pada akhir abad 19 dan
menjelang abad ke-20
Secara mengagumkan prinsip
tersebut juga telah diajarkan di dalam
Buddhisme. Sutra Hati (Sutra Prajnaparamita Hrdaya) menyebutkan:
Rupa (materi) tidak berbeda dengan kekosongan. Kekosongan adalah
tidak lain dari rupa (materi).
Hukum kekekalan massa dan energi yang mengatakan bahwa massa dan
energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan juga telah kita temui
dalam Buddhisme. Pada Sutra Avatamsaka bab 14 berbunyi:
Segala sesuatu tidak dilahirkan/ diciptakan, segala sesuatu tidak
dapat dimusnahkan.
Prinsip berikutnya di dalam fisika modern adalah saling
ketergantungan semua fenomena di dunia dengan yang lainnya
(interdepensi), interkoneksi, dan interpenetrasi antar fenomena.
Misalnya jika melihat sepotong kemeja, dapatkah kita melihat awan di
dalam sepotong kemeja? Tentu banyak yang merasa bingung apabila
ditanya masalah ini, namun kalau kita merenungkan dari mana datangnya
kemeja ini, maka kita akan mendapatkan jawabannya. Kemeja berasal
dari pohon kapas, yang mendapat sinar matahari, dan juga hujan yang
membuatnya dapat tumbuh, hujan diturunkan oleh awan. Setelah tumbuh,
kapas diambil
dan ditenun menjadi benang, benang dirajut menjadi
kain, kain menjadi kemeja, dan seterusnya. Maka jelas kita dapat
melihat sinar matahari dan awan serta hujan di dalamnya. Hal ini juga
menjadi dasar dari fisika modern, terutama kalau kita sudah memasuki
dunia partikel elementer, yaitu
misalnya positron, boson, lepton ,
dan lain-lain. Ajaibnya hal ini telah diajarkan oleh Sang Buddha pada
Sutra Avatamsaka bab 39:
Ia melihat menara tersebut benar-benar luas dan lebar, seluas seluruh
alam semesta, dihiasi dengan aneka perhiasan yang tak terhitungÂ.....
Juga di dalam menara besar tersebut ia melihat barisan ratusan ribu
menara yang serupa [dengannya], ia melihat menara tersebut sebagai
tak terbatas luasnya bagaikan angkasa, berderet-deret pada seluruh
penjuru, menara-menara ini tidak bercampur dengan yang lainnya, benar-
benar berbeda satu dengan yang lainnya. Sementara keberadaan mereka
saling tercermin pada masing-masing [menara] yang lainnya dan segala
obyek seluruh
menara yang lainnya.
Demikianlah keselarasan yang dapat kita lihat antara Agama Buddha dan
ilmu pengetahuan modern. Diharapkan bahwa artikel ini dapat
memberikan pemahaman secara ringkas dan sederhana kepada orang-orang
awam, khususnya umat Buddhis, tentang konsep kosmologi dan fisika
modern.
Artikel kedua dari http://www.indonesiaindonesia.com/f/34679-ilmu-pengetahuan-dharma/ :
..
Ditinjau dari sudut ilmiah, sebenarnya ajaran Sang
Buddha, walaupun tidak seluruhnya dapat dibuktikan secara ilmiah,
tetapi dalam banyak hal ajaran Beliau dapat dikatakan bersifat ilmiah,
sebab dapat dibuktikan atau ditelusuri kebenarannya. Contoh ajaran Sang
Buddha yang dapat dibuktikan secara nyata dengan fakta-fakta yang ada
adalah tentang Empat Kebenaran Mulia, PaticcaSamuppada, hukum karma dan
Tilakkhana. Bahkan teori tentang evolusi dunia dalam Aganna Sutta
(dalam Sutta Pitaka Digha Nikaya) dan tentang adanya banyak tata surya
lain di alam semesta ini telah dikemukakan oleh Sang Buddha dalam
Ananda Sutta (dalam Anguttara Nikaya) dan dalam Maha Prajnaparamita
Sutra, hampir 25 abad sebelum munculnya teori evolusi modren. Hal ini
menunjukkan bahwa memang Sang Buddha benar-benar telah mencapai
pengetahuan sempurna yang tiada bandingnya, sebagai manusia paling
bijaksana yang pernah terlahir di dunia.
Sebagai tambahan, 25 abad yang lalu, saya tekankan waktunya,
Sang Buddha telah memberitahu penyebab terjadinya gempa (Maha-Parinibbana Sutta):
14. "This great earth, Ãnanda, is established upon liquid, the liquid
upon the atmosphere, and the atmosphere upon space. And when, ânanda,
mighty atmospheric disturbances take place, the liquid is agitated. And
with the agitation of the liquid, tremors of the earth arise. This is
the first reason, the first cause for the arising of mighty earthquakes."
"Bumi yang luas ini terbentuk dari zat cair, zat cair terbentuk dari udara dan udara ada di angkasa.
Apabila udara bertiup dengan dahsyatnya, maka zat cair terguncang.
Keguncangan zat cair ini menyebabkan bumi bergetar.
Inilah sebab pertama timbulnya gempa bumi yang maha dahsyat itu."
Kemudian, dalam ilmu biologis, 25 Abad yang lalu, Sang Buddha telah mengajarkan kita bagaimana proses kelahiran seorang manusia :
Mahatanhasamkhaya Sutta
1. "Para bhikkhu, embrio (dalam kandungan) terjadi karena penggabungan tiga hal, yaitu: adanya pertemuan ayah dan ibu, tetapi ibu tidak ada makhluk yang siap terlahir (kembali), dalam hal ini tidak ada pembuahan dalam kandungan; ada pertemuan ayah dan ibu, ibu dalam keadaan masa subur, tetapi tidak ada makhluk yang siap untuk terlahir (kembali), dalam hal ini tidak ada pembuahan dalam kandungan; tetapi ada pertemuan ayah dan ibu, ibu dalam keadaan masa subur dan ada makhluk yang siap terlahir (kembali), maka terjadi pembuahan karena pertemuan tiga hal itu.
2. Ibu mengandung selama sembilan atau sepuluh bulan dengan penuh beban kecemasan. Selanjutnya pada akhir sembilan atau sepuluh bulan dengan penuh beban kecemasan ibu melahirkan anaknya. Ketika bayi telah lahir, ia memeliharanya dengan darahnya sendiri; karma dalam vinaya ariya, susu ibu disebut sebagai darah.
Sutra Bakti Seorang Anak
Sang Buddha mengatakan kepada Ananda, “Dengarkanlah baik-baik, dan Aku akan jelaskan hal ini kepadamu dengan terperinci. Janin tumbuh dalam kandungan selama sepuluh bulan perhitungan Candra Sengkala. Alangkah menderitanya ibu selama janin berada di situ! Pada bulan pertama kehamilan, hidup janin tidaklah menentu seperti titik embun pada daun yang kemungkinan tidak akan bertahan dari pagi hingga sore, tetapi akan menguap pada tengah hari!â€
“Pada bulan kedua, janin menjadi kental seperti susu kental. Pada bulan ketiga, ia seperti darah yang mengental. Pada bulan keempat, janin mulai terwujud sedikit seperti manusia. Selama bulan kelima dalam kandungan, kelima anggota badan anak (dua kaki, dua tangan, dan kepala) mulai terbentuk. Pada bulan keenam kehamilan, anak mulai mengembangkan inti keenam alat inderanya yaitu mata, telinga, hidung, lidah, badan, dan pikiran. Selama bulan ketujuh, ke-360 tulang-tulang dan persedian terbentuk, dan ke-84.000 pori-pori rambut juga telah sempurna. Dalam bulan kedelapan kehamilan, kecerdasan dan kesembilan lubang terbentuk. Pada bulan kesembilan, janin telah belajar menyerap berbagai zat makanan. Misalnya janin dapat menyerap sari buah-buahan, akar tanaman tertentu, dan kelima macam padi-padian.â€
Bagian dalam tubuh ibu adalah organ yang padat, untuk fungsi menyimpan, dan ia tergantung ke arah bawah, sedangkan organ dalam yang hampa, berguna untuk mengolah, dan ia melingkar ke arah atas. Ini disamakan dengan ketiga gunung yang terbit dari permukaan bumi. Kita boleh menyebut gunung-gunung ini Puncak Sumeru, Gunung Karma, dan Gunung Darah. Gunung-gunung analogi ini bersatu, dan membentuk satu gugusan dengan puncak-puncak ke sebelah atas dan lembah-lembah ke sebelah bawah. Begitu jugalah, pembekuan darah ibu dari organ-organ dalamnya membentuk zat tunggal yang menjadi makanan anak. Selama bulan kesepuluh kehamilan, badan janin disempurnakan dan siap untuk dilahirkan. Bila anak itu sangat berbakti, dia akan lahir dengan telapak tangannya disatukan sebagai tanda menghormat dan kelahiran itu akan aman dan baik. Ibunya tidak akan terluka oleh kelahiran itu dan tidak akan menderita kesakitan. Tetapi, bila anak itu sangat pemberontak sifatnya hingga melakukan kelima perbuatan jahat terberat, maka dia akan merusak kandungan ibunya, mengoyak jantung dan hati ibunya, dan akan tersangkut di tulang-tulang ibunya. Kelahiran itu akan seperti sayatan seribu pisau atau seperti seribu pedang tajam menikam jantungnya. Itulah kesakitan-kesakitan yang terjadi dalam kelahiran anak nakal dan yang pembangkang.
Sdr. SS, jika saja Anda mau melihat, maka Anda akan menyadari kebenaran ini.
Salam Kasih.
SS wrote:
Terima kasih untuk semua posting Anda. Sebelum saya memeluk agama kr****n, saya adalah agnostik. Saya tidak bilang Tuhan ada, tetapi saya juga tidak bilang Tuhan tidak ada. Waktu itu saya pelajari semua agama besar didunia termasuk Buddhism, kr****n, Islam, Hindu dll. Saya sangat tertarik pada agama Buddha. Saya pelajari lebih dalam, bahkan pernah berusaha meditasi. Saya tidak pakai guru tetapi berdasarkan sebuah buku yang saya beli. Dalam buku itu saya disuruh kosongkan pikiran. Saya tidak pernah berhasil kosongkan pikiran. Makin saya berusaha, makin saya diganggu macam-macam pikiran. akhirnya saya berhenti.
Kemudian berdasarkan studi saya, saya terheran-heran bahwa dalam alam semesta ini begitu banyak terdapat matematika tinggi (differential, integral, deret Fourier dll). Waktu itu saya baru pelajari matematika dan fisika tinggi itu. Saya tahu Newton dan Leibnitz baru "mendapatkannya" pada abad 16. Tetapi dalam alam semesta sudah ada matematika tinggi itu jauh sebelum zaman Newton. Saya tarik kesimpulan :"Tentu ada suatu intelegensi dibalik alam semesta ini."
Dari agnostik saya beralih jadi panteis. Saya sebut intelegensi itu "cosmological God". Suatu intelegensi yang menaruh matematika dan fisika dalam alam semesta.
Kemudian lagi saya jadi kr****n. (Lihat kesaksian saya diposting terpisah).
Saya sudah buktikan hal tersebut, dan selama 5 tahun ini saya dan istri saya yang beragama kr****n mengerti hal tersebut dan hubungan kami tetap baik.
SS:
Menarik sekali pernyataan Anda. Waktu saya kenal istri saya, saya sudah kr****n, dan ia Buddhis. Sekurang-kurangnya di-KTP-nya tertulis Buddha. Kemudian ia jadi kr****n. Kemudian lagi ia lebih serius dalam Kekr****nan daripada saya.
Soal bahasa Inggris, saya tidak ada kesulitan. Tetapi karena panjangnya apa yang Anda forward, saya butuh waktu lebih lama untuk membaca dan mempelajarinya.
Namun demikian terima kasih untuk perhatian Anda. Singkatnya menurut Anda Buddhisme itu ilmiah?
Mengenai forward posting saya mengenai religion of the world, dimillis ini orang kr****n dicaci-maki sebagai "konyol". Apakah 33 % umat manusia semuanya "konyol"?
Termasuk Kepler, Newton, Boyle dll ilmuwan kr****n? Apakah hanya 6% buddhis yang pandai? Ilmuwan terkenal mana beragama Buddhis?
Namun kalau Anda bisa buktikan dengan pengamatan dan percobaan bahwa usia alam semesta ini sudah "ber-kalpa-kalpa" usianya, saya akan pertimbangkan lagi seluruh pandangan hidup saya.
Salam. SS
Jun77 wrote:
mungkin bisa dilihat di sini
:http://www.physorg.com/news89399974.html
A new cosmological model demonstrates the universe can endlessly expand and contract, providing a rival to Big Bang theories and solving a thorny modern physics problem, according to University of North Carolina at Chapel Hill physicists.
"This cycle happens an infinite number of times, thus eliminating any start or end of time," Frampton said.
"There is no Big Bang."
saat ini ilmuwan masih mencari jawaban atas pembentukan alam semesta. Tapi saya google setengah mati masih belum ketemu ada ilmuwan yg bisa membuktikan alam semesta ini diciptakan Tuhan.
Kalo pak SS bisa buktikan alam semesta ini diciptakan oleh tuhan, saya pasti langsung pindah
jalur.
Tapi kalo belum bisa, maka saya masih percaya
pelajaran disekolah :
- energi tidak bisa diciptakan dan dihancurkan
- segala sesuatu adalah energi
kalo logikanya : dibalik matematika tingkat tinggi,
pasti ada intelegensia tinggi.
maka sudah tentu dibalik intelegensia tinggi, ada
intelegensia yg lebih tinggi, dst
tapi kalo otak sudah terdogma kitab suci, maka pasti
jawabnya : dibalik intelegensia tinggi, sudah tidak
ada lagi yg lebih tinggi, karena itu udah mentok ke
tuhan.
cuma dua kata : cape deh....
saya tidak tau apakah ada ilmuwan yg beragama buddha,
tapi bukankah antara IQ, EQ, SQ adalah bentuk
kecerdasan yang berbeda ?
gauss82000 wrote:
Saya tidak pernah berhasil kosongkan pikiran. Makin
saya berusaha, makin saya diganggu macam-macam pikiran. akhirnya saya berhenti.
*** Sorry, jika boleh berkomentar agaknya anda keliru dengan istilah
"mengosongkan pikiran". Meditasi ada objeknya bukan mengosongkan pikiran. Dalam
memahami Buddhisme ada dua hal yang harus digunakan : 1. Menggunakan rasio dan
2. Pengalaman empiris. Dua2nya memakai logika matematika "dan". Jika hanya rasio/intelektual saja, maka anda tidak bisa sepenuhnya memahami dan mengalami langsung apa diajarkan oleh Buddha. Pengalaman empiris yang saya maksudkan dan tekankan adalah praktik "meditasi yang benar". Kebetulan saya pribadi juga sebagai praktisi meditasi. Jika anda bermeditasi di bawah bimbingan guru adalah "cobalah bersikap mematuhi instruksi guru dan bersikap rendah hati", ini jika ingin berhasil dengan baik. Saya kebetulan pernah melihat orang yang secara intelektual cukup tinggi, tetapi ketika meditasi "Vipassana" konslet pikirannya.
Mengapa ini bisa terjadi karena faktor "kesombongan" di dalam diri yang begitu kuat, dan tanpa ia sadari melekat terhadap teori Dharma. Saat meditasi malah menganalisa masalah, bukan mengamati" saja.
Untuk anda saya sarankan meditasi Vipassana di bawah bimbingan guru yang berpengalaman terlebih dahulu, silahkan klik lembaga www.satipatthana-indonesia.com
***Meditasi Vipassana boleh dikatakan mengamati saja ke dalam diri bukan menganalisa/meneliti. Ini yang saya bisa katakan Buddhisme ilmiah. Dan pelajari juga "Abhidhamma" untuk teorinya. Semuanya berkaitan dengan masalah batin. Saya sarankan anda meditasi selama 10 hari penuh. Ikuti 3 kali dulu.Tekad harus kuat dalam mengikuti latihan meditasi. Sdr SS ingin lihat kebenarankan ???
Setelah itu anda baru komentar mengenai Buddhisme di sini. Ok.
Mengenai forward posting saya mengenai religion of the world, dimillis ini orang kr****n dicaci-maki sebagai "konyol". Apakah 33 % umat manusia semuanya "konyol"?Termasuk Kepler, Newton, Boyle dll ilmuwan kr****n? Apakah hanya 6% buddhis yang pandai? Ilmuwan terkenal mana beragama Buddhis?
Salah satunya Buddha sebagai ilmuwan yang terkenal di seluruh dunia kalau
boleh berpendapat. Ajaran Buddha sudah masuk ke buku2 yang di tulis oleh orang
Barat mengenai pengembangan diri, pendidikan, manajemen, biologi dan lainnya,
tetapi sudah tidak menggunakan bahasa teknis Buddhis. Lihat film "the Secret"
sebagai buktinya, lihat apa yang dibawakan oleh Mario Teguh. Dan lihat juga
khotbah dan buletin di gereja, yang sekarang mengambil ajaran Buddha lalu
mengemas ulang, sayangnya mereka tidak berani mengatakan apa yang diajarkan di
gereja adalah ajaran Buddha sekarang ini (mengenai hal ini tahu sama tahulah
karena berurusan dengan bakul nasi), khususnya mengenai pikiran/ meditasi",
MALAH SEBALIKNYA INGIN MENGAKUI INI ADALAH BAGIAN DARI KEkr****nAN dan
mengatakan ajaran Buddha tidak benar. KACANG LUPA SAMA KULITNYA, begitukah cara
berterima kasih setelah mengambil esensi dari ajaran Buddha??? Ini semua adalah
esensi ajaran Buddha mengenai "pikiran".
Saya punya cukup bukti untuk menyatakan ini. Sebenarnya saya pribadi cukup
senang dengan orang2 kr****n yang juga mengerti ajaran Buddha di gereja, tapi
cara yang tidak fair itu yang jadi masalah.
***Mengenai para ilmuwan di atas, apakah anda yakin mereka menggunakan
alkitab/instruksi gereja sebagai pedoman meneliti ??? Saya pikir tidak, mereka
menggunakan pemikiran bebas baru bisa jadi ilmuwan sejati. Manusia beragam
macamnya, cara berkomunikasi orang ditentukan oleh latar belakang budaya juga.
Saya yakin sahabat kita ini tidak bermaksud membuat anda sakit hati, kalaupun
anda merasa sakit anggaplah ini latihan melatih "kasih dan kesabaran anda pada
orang lain". Kalau tidak menemukan ini kapan anda bisa latihan ??? Sahabat
sejati adalah sahabat yang bisa membantu melatih kesabaran. Mohon maaf juga
sahabat S kalau ada yang kurang berkenan.
***Thx dan Thx juga buat sahabat Mieco yang mengingatkan.
xan_to wrote:
SS:
Saya sangat tertarik pada agama Buddha. Saya pelajari lebih dalam,
bahkan pernah berusaha meditasi. Saya tidak pakai guru tetapi
berdasarkan sebuah buku yang saya beli. Dalam buku itu saya disuruh
kosongkan pikiran. Saya tidak pernah berhasil kosongkan pikiran. Makin
saya berusaha, makin saya diganggu macam-macam pikiran. akhirnya saya
berhenti.
Xan To :
Ya pantes aja gak berhasil, orang yang dimaksud kosongkan pikiran itu
anda hanya mengamati saja bukan berpikir... Didalam "Pikiran"(bahasa
umum) ada dua hal yaitu kesadaran dan pikiran, anda harus bedakan.
SS:
Mengenai forward posting saya mengenai religion of the world, dimillis
ini orang kr****n dicaci-maki sebagai "konyol". Apakah 33 % umat
manusia semuanya "konyol"?
Xan To :
Menurut saya memang konyol tapi bukan orang2nya itu yang konyol tapi
tidakkan anda....Anda menunjukkan persentase itu untuk apa?? untuk
membuktikan kalo penganut ajaran Buddhis sedikit secara tidak langsung
berarti tidak ilmiah??? Yang namanya statistik pasti berubah-berubah
tidak bisa anda mengatakan angkanya akan tetap seperti itu..selain itu
perlu anda pahami juga, ajaran Buddhis tidak seperti ajaran kr****n
yang giat dalam penyebarannya....lebih banyak orang yang tahu Yesus
ketimbang Buddha....Bahkan teman saya saja yang ngakunya agama Buddha,
nama Sang Buddha saja dia gak tahu justru teman kr****n yang kasih
tahu. Waktu saya tahu, saya jadi rada aneh sendiri....hehehe
SS:
Namun kalau Anda bisa buktikan dengan pengamatan dan percobaan bahwa
usia alam semesta ini sudah "ber-kalpa-kalpa" usianya, saya akan
pertimbangkan lagi seluruh pandangan hidup saya.
Xan To :
Emangnya anda bisa menunjukkan perbedaanya antara botol plastik yang
didaur ulang 10 kali dengan yang didaur ulang 12 kali???
Sang Buddha mengatakan kalo alam semesta ini telah hancur(bukan
musnah) dan terbentuk kembali dalam jumlah yang sudah banyak sekali.
lagi pula permintaan anda pun terlalu tinggi mengingat teknologi
sekarang ini masih belum cukup maju untuk membuktikan usia alam
semesta yang sudah berkalpa-kalpa. Salah satunya cara ya anda belajar
meditasi yang mana selanjutnya mengembangkan Kekuatan Bathin.
SS memberi kesaksian<tentang perjalanan hidup menjadi kr****n. Berlanjut ke topik-topik lain. Supaya fokus, dipotong dulu>
SS wrote:Mieco:
kayaknya Oom kurang mencoba mempelajari ajaran Buddha sebelumnya, dan menghabiskan lebih banyak waktu dan usia Oom untuk membuktikan ajaran kr****n vs Ilmiah. SS:
Ya betul. Sejak saya jadi kr****n pada tahun 1964, saya banyak pelajari "Kekr****nan vs ilmiah". Saya telah menulis beberapa artikel mengenai ini. Diposting terpisah saya forward artikel saya yang berjudul "Teori Geosentris vs teori Heliosentris".
Saya tertarik kepada "agama" Buddha sebelum saya jadi kr****n. Tetapi baru-baru ini dimillis umum, ada beberapa Buddhis yang mengingatkan saya kembali kepada ajaran Sang Buddha. Alamat millis inipun saya dapat dari seseorang dari millis itu.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Dalam hidup ini ratio sangat penting. Tetapi bukan satu-satunya yang penting. Kalau saya tidak salah tarik kesimpulan, Buiddha-pun mencampur adukan ratio, pengalaman dengan kepercayaan. Dengan meditasi orang bisa mencapai "sesuatu" tetapi teori-teorinya dicampur aduk dengan iman. Umpama soal pengertian "kalpa" itu tidak bisa diverifikasi/falsifikasi, tetapi harus diterima dengan "iman".
Kalau tidak salah "kalpa" adalah waktu sebuah batu sebesar 1 mile X 1 mile X 1 mile yang dibungkus dengan kain sutera, dibuka lagi, dibungkus lagi dst sampai batu itu habis. Betulkah? Itu dalam istilah sekarang disebut bermilliar-milliar tahun. Betulkah ini? Koreksi saya kalau saya slah.
Umur manusia paling-paling sampai sekitar 100 tahun. Darimana bisa selidiki milliar-miliar tahun? Tentu tidak bisa. Itu harus diterima dengan "iman". Tidak mungkin manusia bisa tahu secara ilmiah (dengan verifikasi/falsifikasi) keadaan bumi satu milliar tahun yang lalu. Sekali lagi itu adalah "iman". Jadi kalau Sang Buddha pakai pengertian "berkalpa-kalpa" beliau refer ke-"iman". Setuju?
Salam. SS
Xan To wrote :Jawabannya Tidak, Kalo berbicara pada masa Sang Buddha, ada kok beberapa muridnya yang juga memiliki kemampuan Supranatural seperti Buddha yang bisa mengetahui "kalpa". Perumpamaannya kayaknya salah tuh, saya baru tahu kalo yang seperti itu hehehe...Andai kata ada
banyak hal yang belum dibuktikan oleh setiap individu penganut ajaran Buddha tapi sekurang2 mereka tidak membuta dalam artian mereka terima tapi sebatas referensi...nah kalo ada orang yang emang bisa buktikan kalo ternyata bumi ini terbentuk bukan melalui evolusi tapi 6 hari
seperti di Alkitab maka tentunya kata Sang Buddha salah....Karena Sang Buddha sendiri mengatakan bahwa Bumi ini berevolusi dalam waktu yang lama baru terbentuk
SS wrote: Teori Geosentris versus teori Heliosentris.
"Matahari, berhentilah diatas Gibeon dan engkau, bulan diatas lembah Ayalon!". Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, .........
(Yoshua 10:12b-13a ).
ZAMAN YUNANI KUNO.
Pada zaman Yunani kuno ada dua teori mengenai peredaran planet-planet ialah teori Geosentris yang dikemukakan oleh Aristoteles (384-322 sebelum Kristus) dan teori Heliosentris yang dikemukakan Aristarchus. Pada zaman Yunani kuno kedua teori ini saling bersaingan.
Bagi rakyat "biasa" dianggap bahwa teori Geosentris lebih realistis. Geo=bumi sentris=pusat. Mungkin pandangan ini sudah berlaku dari za man Adam dan Hawa, manusia pertama yang hidup dibumi. Sampai seka rangpun kita masih menggunakan teori Geosentris dalam percakapan sehari-hari. Bukankah kita mengatakan: "Bangun anak-anak, matahari sudah tinggi". Atau:"Pemandangan dipantai itu sangat indah waktu matahari tenggelam". Kinipun pada umumnya kita menganggap bumi yang diam dan matahari yang berputar mengelilingi bumi.
ABAD PERTENGAHAN.
Pada abad pertengahan (abad 12 s/d 15) orang-orang di-Eropah Barat sangat mendukung Aristoteles. Apa saja yang dikatakan Aristoteles dianggap mutlak benar. Dan Aristoteles mengatakan bahwa bumi adalah pusat alam semesta.
Berdasarkan pendapat Aristoteles diatas dan berdasarkan ayat Yoshua 10:12a-13b diatas, serta pandangan rakyat "biasa" pada umumnya gereja mengambil alih pandangan ini. Teori Geosentris dianggap mutlak benar.
COPERNICUS.
Pada tanggal 19 Pebruari 1473 Copernicus lahir di-Torun, Polandia. Copernicus hidup pada peralihan zaman abad pertengahan dan zaman pencerahan (renaissance). Copernicus kemudian jadi biarawan, tetapi ia juga sangat tertarik pada astronomi. Dengan alat-alat yang sangat seder hana yang ada waktu itu, Copernicus mempelajari gerakan-gerakan mata hari, planet-planet dan bintang-bintang. Tentu saja ia juga mempela jari astronomi zaman Yunani kuno. Ia menarik kesimpulan bahwa kalau mata hari yang dianggap diam dan bumi serta planet-planet yang dianggap mengelilingi matahari, lebih mudah prediksi gerakan-gerakan benda-benda dilangit. Ia menggali ulang teori Aristarchus dan menulis sebuah buku. Copernicus tahu betul betapa bahayanya mengeluarkan suatu pendapat yang bertentangan dengan pendapat gereja apalagi pendapat Paus waktu itu. Selama 30 tahun ia simpan bukunya ditempat yang terkunci, menambah pengamatan baru disana-sini. Tetapi akhirnya ia putuskan untuk menerbitkannya juga. Pada tanggal 24 Mei 1543, pada saat contoh bukunya diperlihatkan kepadanya, Copernicus menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Gereja ka****k Roma tidak memberikan reaksi sampai 70 tahun kemudian. Tetapi gereja Protestan mulai dengan Martin Luther memberikan reaksi yang sangat keras.
GALILEO GALILEI.
Galileo Galilei dilahirkan pada tahun 1564 dikota Pisa di-Italia. Galileo menjadi pendukung teori Copernicus. Pada tahun 1616 Galileo diperi ngatkan agar jangan mendukung teori Heliosentris dari Copernicus. Pada tahun 1632 Galileo menerbitkan bukunya yang diberi judul :"Dialogue concerning the two chief systems of the world". Pada musim dingin tahun 1633 ia dipanggil ke-Roma untuk menghadapi komite inkwisisi dari gereja ka****k Roma. Setelah ditahan dan dibentak-bentak selama berbulan-bulan pada tanggal 22 Juni 1933 ia diajukan kepenga dilan. Waktu itu umurnya sudah 70 tahun dan sakit-sakitan. Dalam keadaan tua, sakit dan letih ia bersedia menarik kembali dukung annya kepada teori Copernicus sambil berlutut. Ia tidak jadi dihukum mati tetapi dikenakan tahanan rumah. Pada tahun 1642 Galileo meninggal dunia dalam status tahanan rumah. Pada tahun yang sama lahir Isaac Newton.
Pengamatan-pengamatan astronomis kemudian makin lama makin banyak yang mendukung teori Heliosentris. Para rohaniwan baik ka****k Roma maupun Protestan menjadi salah tingkah. Rohaniwan generasi abad ke-18 menyalah-nyalahkan para Rohaniwan abad ke-16 dan 17. Mereka kemudian kompromi dengan teori Heliosentris Aristarchus/Copernicus/Galileo.
ASTRONOMI ABAD KE-20.
Apakah teori Heliosentris mutlak benar? Perlukah para rohaniwan meng utuk atau kompromi dengan teori Heliosentris? Mari kita pelajari hal ini lebih dalam dan lebih terperinci.
Astronomi terus berkembang. Pengamatan-pengamatan terhadap benda- benda dilangit makin lama makin bertambah. Teori Heliosentris dari Copernicus pada abad ke-16 pun telah direvisi orang beberapa kali. Copernicus berpendapat bahwa matahari adalah pusat alam semesta. Bumi berputar pada sumbu bumi dan berputar mengelilingi matahari. Planet-planet juga berputar mengelilingi matahari. Bintang-bintang lebih jauh sedikit dari planet-planet terhadap matahari dan tetap ditempatnya. Tetapi pengamatan lebih jauh menunjukkan bahwa memang untuk meramalkan gerakan planet-planet lebih mudah menggunakan teori Heliosentris daripada menggunakan teori Geosentris. Tetapi untuk menggambarkan gerakan bulan terhadap bumi, lebih mudah membayang kan bumi diam dan bulan yang berputar mengelilingi bumi. Belakangan diduga bahwa matahari hanya satu bintang dari miliaran bintang yang ada dalam suatu gugusan bintang yang juga disebut galaxy. Matahari samasekali bukan pusat dari bintang-bintang ini. Belakangan lagi diduga bahwa galaxy bukan hanya satu tetapi ada miliaran galaxy-galaxy. Galaxy dimana matahari menjadi salah anggotanya disebut juga galaxy Bima Sakti (Milky Way, Melk Weg). Belakangan lagi para astronomer menduga bahwa galaxy-galaxy yang diamati hanyalah satu gugusan galaxy-galaxy (cluster of galaxies). Ada banyak clusters of galaxies lain. Makin canggih teleskop yang dibuat orang, makin banyak didapati clus ters of galaxies ini. Alam semesta ini ternyata jauh lebih besar daripada yang pernah dibayangkan Copernicus atau Galileo. Dan kita belum sam pai pada akhir pengamatan. Setiap saat diamati hal-hal baru dalam dunia astronomi. Makin banyak kita tahu mengenai alam semesta ini, makin sadar kita akan yang kita belum tahu. Teori-teori baru dikemu kakan dan teori-teori lama bertumbangan.
Sesungguhnya kalau teori Geosentris dianggap salah, maka teori Helio sentris juga sama salahnya. Tidak ada alasan apapun untuk menganggap bahwa bumi atau matahari adalah pusat alam semesta. Untuk menggam barkan gerakan bulan atau satelit buatan terhadap bumi, paling logis ialah menganggap bahwa bumi diam dan bulan yang menge lilingi bumi. Untuk menggambarkan gerakan planet-planet, paing logis menganggap bahwa matahari diam dan planet-planet berputar mengelilingi matahari. Tetapi untuk menggambarkan gerakan bintang- bintang dalam glaxy Bima Sakti sangat tidak logis untuk mengambil matahari sebagai pusat Bima Sakti. Lebih logis menganggap bahwa ditengah-tengah Bima Sakti ada sumbu imaginair. Semua bintang-bintang dalam gugusan Bima Sakti berputar mengelilingi sumbu imaginair ini. Tetapi untuk menggamparkan gerakan galaxy-galaxy dalam cluster of galaxies, tidak logis mengambil sumbu imaginair ini. Mungkin haru diambil sumbu imaginair lain yang lebih besar. Dan sebagainya dan sebagainya.
Jadi sesungguhnya Copernicus tidak lebih benar dari Yoshua. Untuk menggambarkan gerakan matahari dan bulan terhadap orang-orang yang sedang bertempur waktu itu, Yoshua sangat logis menganggap bahwa matahari dan bulan yang bergerak dan bumi yang diam.
Jadi sesungguhnya baik Luther/komite inkwisisi maupun Copernicus/ Galileo sama benarnya atau sama salahnya. Pertengkaran antara Heliosentris dan Geosentris hanyalah ribut-ribut mengenai tidak apa-apa (much ado about nothing). Para rohaniwan tidak perlu merasa rendah diri (minder) karena peristiwa itu. Para rohaniwan juga tidak perlu kompromi dengan teori Heliosentris. Teori Heliosentris sama benarnya atau sama salahnya dengan teori Geosentris. Kebenaran atau kesalahan mereka hanya relatip. Astronomipun masih berkembang terus. Apa yang dianggap "benar" suatu saat, dapat dianggap "salah" pada saat yang lain, dan sebaliknya. Mungkin suatu saat orang kembali akan menganggap teori Geosentris lebih memuaskan daripad teori-teori lain. Suatu indikasi kearah itu ialah : "Apakah pikiran manusia ada dalam alam semesta atau alam semesta ada dalam pikiran manusia? Filsuf Berkeley mengatakan alam semesta hanya ada dalam pikiran. Kalau ini benar, maka dimana ada manusia, disitulah pusat alam semesta. Tetapi mengenai ini mungkin kita akan bahas lebih dalam lain kali.
Yang sudah lewat tidak dapat diperbaiki lagi. Yang dapat ialah mari kita belajar dari peristiwa ini. Kepada semua orang kr****n, baik rohaniwan, ilmuwan atau teolog saya anjurkan:
JANGAN MENGUTUK, TETAPI JANGAN PULA KOMPROMIKAN ALKITAB DENGAN TEORI ILMIAH YANG MANAPUN. TEORI ILMIAH TIDAK PERNAH FINAL. APA YANG DIKIRA BENAR SAAT INI, DIHARI KEMUDIAN BISA SAJA DIANGGAP SALAH DAN SEBALIKNYA. BEGITULAH ILMU PENGETAHUAN ALAM. BAIK ROHANIWAN MAUPUN ILMUWAN PERNAH MEMBUAT TAFSIRAN-TAFSIRAN YANG SALAH DARI FIRMAN ALLAH MAUPUN DARI ALAM SEMESTA. HANYA ALLAH DAN FIRMAN ALLAH ITU SENDIRI YANG MUTLAK BENAR DAN KEKAL ABADI SELAMANYA.
Dhanuttono wrote:saya tidak pernah setuju dengan hal itu, terlalu polos untuk orang yg sangat berpendidikan jika menganalisa demikian.
pertama Buddha pernah menyatakan, jangan percaya begitu saja dengan apa yg saya katakan, tapi buktikan
kedua, konsep kalpa menunjukan suatu proses yg sangat lama, itu juga sesuai dengan pengetahuan alam, bahwa bumi ini telah berumur jutaan bahkan miliaran tahun.
sehingga jika belum bisa membuktikan, ya udah ga usah dipikirkan, ga usah di-"imani" pula, karena buddha tidak menyuruh menerima ajarannya begitu saja dan tidak meminta "percaya" membabi buta dengan setiap ucapannya tapi buktikan dulu
setidaknya kita punya gambaran yg nama ya kalpa ya begitu lama patokannya dan itu pun sesuai dengan ilmu pengetahuan, mau didebatkan toh juga kita ga punya kemampuan untuk mengalisa hal itu. masih banyak hal yg bisa dipelajari dan dibuktikan didalam buddhism.
jika buddha menggunakan pengertian "berkalpa-kalpa" itu hanya menunjukan suatu proses yg sungguh/sangat lama, tidak perlu terlalu pusing untuk meng-imani hal tersebut.
untuk apa guna membahas dan mencari tahu tentang kalpa, awal mula manusia dan alam semesta ? setelah mengetahui guna nya untuk apa ?
sekedar rasa puas/kagum ? apakah itu memberikan kemajuan untuk perkembangan bathin kita sebagai manusia ? ataukah hanya menambah beban pikiran untuk mencari tahu hal yang tidak berguna dam lupa untuk mengembangkan bathin ?
apa yg terpenting jika seseorang belajar agama ? untuk perkembangan bathin menjadi lebih baik dan berharga sehingga moral manusia pun semakin baik.
hal ini banyak yg tidak terpikirkan oleh orang, tapi hanya sibuk berkutat dalam teori ompong (kitab suci) dan sedikit tindakan tapi merasa udah banyak melakukan hal luar biasa !
salam
dhanuttono
Surjadie wrote:Saya ingin mengomentari tulisan di bawah ini :
JANGAN MENGUTUK, TETAPI JANGAN PULA KOMPROMIKAN ALKITAB DENGAN TEORI ILMIAH YANG MANAPUN. TEORI ILMIAH TIDAK PERNAH FINAL. APA YANG DIKIRA BENAR SAAT INI, DIHARI KEMUDIAN BISA SAJA DIANGGAP SALAH DAN SEBALIKNYA. BEGITULAH ILMU PENGETAHUAN ALAM. BAIK ROHANIWAN MAUPUN ILMUWAN PERNAH MEMBUAT TAFSIRAN-TAFSIRAN YANG SALAH DARI FIRMAN ALLAH MAUPUN DARI ALAM SEMESTA. HANYA ALLAH DAN FIRMAN ALLAH ITU SENDIRI YANG MUTLAK BENAR DAN KEKAL ABADI SELAMANYA.
Kalau boleh saya ingin tau :
Apakah selain Allah/Firman Allah adalah mutlak salah dan kekal salah abadi selamanya?
Terima kasih.
Surjadie.
Nice Copas Bro Xeno..
Menurut saya ini bagus pula diketahui oleh rekan2 Buddhis dimanapun ia berada, sebagai bahan referensi dan perenungan, agar kita semua bisa lebih bersikap bijak dalam menanggapi pertanyaan2 antar lintas agama
gak asal dicopas... ini sudah melalui proses edit kilat supaya enak dibaca... ntar kadang ada yg ga nyambung, itu karena topik melebar kemana-mana, malah dari science bisa nyambung ke konsep kehendak bebas... pusiiing.
Ada komentar kasar dari rekan buddhis yg mungkin dulunya pernah trauma dengan orang kr****n disensor... dan lain-lain. Dan yg udah jauh banget topiknya dipotong dulu...
Saya berterima kasih pada anda yg memberi semangat. Ternyata ada yg baca...
Saya juga baca ;D
junaiwan77 wrote:
http://en.wikipedia.org/wiki/Image:Worldwide_percentage_of_Adherents_by_Religion\
.png
These percentages seem contradictory to sources
referenced in WP elsewhere. E.g. the source quoted
below shows ~372MM Buddhists living in entire Asia.
According to
Demography_of_the_People's_Republic_of_China#Religion,
there are >600MM Buddhists in PRC alone. They seem
highly contradictory.
Dhanuttono wrote:
kadang-kadang saya merasa aneh :
1. dimillis ini byk orang nasrani yg mengaku mau belajar buddhism, tp
memposting kesaksian dirinya seakan ia telah menemukan agama yg luar
biasa dan biar orang lain bisa mengikuti jejaknya, setelah mendengar
dan membaca kesaksiannya. agama bagi nya adalah produk MLM yg patut
di promosikan DARIPADA agama sebagai tuntunan hidup dan kecocokan
seseorang terhadap paham ajaran dari suatu agama.
2. dalam proses yg katanya belajar, kadang-kadang memvonis bahwa
buddhism pun menuntut "iman" seperti halnya di nasrani dan meminta
persetujuan dari pihak buddhism, seakan ia yg lebih mengetahui
tentang buddhism dari pada pihak buddhism sendiri.
3. banyak promosi tentang nasrani walau sebenarnya ia mengaku sedang
mempelajari buddhim, bertolak belakang.
4. jika ada yg mengkritik atau menilai nasrani dan alkitab, tiba-tiba
kebakaran jenggot, tapi jika pihak nasrani menilai buddhism seenaknya
tanpa bukti yg kuat, ia meminta peng-iya-an
yang terparahnya muncul berbagai judgement sepihak yg ia keluarkan
hanya untuk memojokkan dan menekan buddhism (saya rasa tidak perlu
saya copy-paste kan disini, pasti rekan-rekan bisa menemukan tulisan
tersebut)
bahkan ada yg lucu lagi, diskusi dia nyata-nyata konyol tapi
dipaksakan kebenarannya, yg ia tuntut adalah semua orang percaya akan
keberadaan si yesus sebagai tuhan dan meminta semua orang untuk
percaya bahwa yesus pernah hidup di dunia dan setelah mati terbang ke
surga. jd kemana pun arah pembicaraan, ujung-ujungnya cuma bisa lari
ke arah yg sama...
banyak orang nasrani berani menyatakan "keburukan" agama lain karena
ia menilai dan memandang dari pahak agama dia, tapi ketika di balik,
ketika orang lain berani menyatakan "keburukan" agama nasrani dan
alkitab, begitu banyak orang nasrani marah dan kebarakan jenggot,
apakah itu sistem diskusi yg "beradab" ? ehm... itu sikap childish
dan selfish.
semoga tindakan dan tulisan saya ini merupakan rencana tuhan juga
terhadap umatnya, jika tidak salah, bukan kah hal ini bukan suatu
kebetulan, mengapa orang nasrani bisa masuk ke millis ini ? mengapa
pula sampai bisa berdiskusi dengan saya, bukan kah itu semua
merupakan bagian dari rencana tuhan yg indah bagi orang nasrani,
seharusnya kalo orang nasrani tersebut bijak, ia akan melihat dan
menerima kritikan dan jawaban saya yg manis ini dengan lapang dada
karena merupakan bagian dari rencana tuhan dan sadar akan ajaran
agamanya, masa lupa seh ?
salam
dhanuttono
SW wrote:
Teori Geosentris versus teori Heliosentris.
[at] SS
mau komentar akan statment anda yg tidak ADIL!!!
"JANGAN MENGUTUK, TETAPI JANGAN PULA KOMPROMIKAN ALKITAB DENGAN TEORI
ILMIAH YANG MANAPUN. TEORI ILMIAH TIDAK PERNAH FINAL. APA YANG DIKIRA
BENAR SAAT INI, DIHARI KEMUDIAN BISA SAJA DIANGGAP SALAH DAN
SEBALIKNYA. BEGITULAH ILMU PENGETAHUAN ALAM. BAIK ROHANIWAN MAUPUN
ILMUWAN PERNAH MEMBUAT TAFSIRAN-TAFSIRAN YANG SALAH DARI FIRMAN ALLAH
MAUPUN DARI ALAM SEMESTA. HANYA ALLAH DAN FIRMAN ALLAH ITU SENDIRI
YANG MUTLAK BENAR DAN KEKAL ABADI SELAMANYA."
yakin ANDA tidak pernah MENGUTUK al-quran, tripitaka, weda???
bercermin terlebih dahulu sebelum anda menyatakan itu. kalau anda sama
sekali tidak pernah bersaksi dusta dengan menjelek2an kitab suci agama
lain, anda baru boleh berbicara seperti itu.. ingat!!! kami bukan
orang bodoh, dan anda bukan orang suci...!!!! jangan memutar balikan
fakta!!! dan gw secara jujur menyatakan:
gw pernah ngata2in pendeta, jelek2in alkitab karena gw pernah FANATIK
terhadap kr****n!!!! loe mn berani ngaku??? sok suci loe!!! sok suci
di depan umat loe aj deh...!!! kalo pengen cari umat buat dapat
sepersepuluh, cari tuh di mall2!! khan dah ketauan bahwa bayak duit di
sana.. kalo bener2 pgn cari umat dan menyelamatkan umat manusia, loe
sekolahin tuh pengamen cilik, loe rawat gepeng yang sudah tua renta..
leo bisa jelasin ga ttg sepersepuluh yang DIWAJIBKAN bagi umat
kr****n?????? jangan ngmg kl sepersepuluh itu bohong, karena di
http://www.sabdaspace.org/persembahan_perpuluhan sini secara gamblang
ngmg ttg sepersepuluh yang di wajibkan!!!!
kalo duit aj, bisa ambil dari perjanjian lama yang menyangkut ttg
persembahan!!!! ngmg ny aj, kl kr****n hny pake perjanjian baru krn
yesus mengajarkan!!! mana??? dlm web itu dah pake perjanjian lama...
dengan ini gw menyatakan mengaku telah berkata kasar kepada S
tanpa dendam di hati. saya ingin anda MENGAKU dengan KESAKSIAN loe ttg
pengakuan yang pernah berkata2 kasar thd kitab suci agama lain.. dan
ini aja gw dah menjelek2an alkitab, gw ga yakin loe berani ngaku semua!!!
gauss82000 wrote:
Dalam hidup ini ratio sangat penting. Tetapi bukan satu-satunya yang
penting. Kalau saya tidak salah tarik kesimpulan, Buiddha-pun
mencampur adukan ratio, pengalaman dengan kepercayaan. Dengan meditasi
orang bisa mencapai "sesuatu" tetapi teori-teorinya dicampur aduk
dengan iman. Umpama soal pengertian "kalpa" itu tidak bisa
diverifikasi/ falsifikasi, tetapi harus diterima dengan "iman".
Umur manusia paling-paling sampai sekitar 100 tahun. Darimana bisa
selidiki milliar-miliar tahun? Tentu tidak bisa. Itu harus diterima
dengan "iman". Tidak mungkin manusia bisa tahu secara ilmiah (dengan
verifikasi/falsifik asi) keadaan bumi satu milliar tahun yang lalu.
Sekali lagi itu adalah "iman". Jadi kalau Sang Buddha pakai
pengertian "berkalpa-kalpa" beliau refer ke-"iman". Setuju?
*** Sdr SS segala sesuatu yang belum dapat dibuktikan harus dibuktikan
dengan "pengalaman meditasi", jika anda menginginkannya. Meditasi sebagai alat
bantu untuk melihat langsung dengan "mata batin".
Jika umat Buddha belum dapat membuktikannya ini hanya sekadar
informasi/referensi saja spt apa yang sudah Sdr Xan To katakan. Bukannya dengan
"mengimani dan mengamini". Jadi "no comment" untuk hal2 yang belum dapat
dibuktikan. Mengapa belum dapat dibuktikan ??? Karena level manusia biasa masih
jauh dengan manusia yang praktik langsung dan mencapai level yang lebih tinggi.
Thx
Xan_to wrote:
Gak tahu tuh Si Pakde, saya juga heran hehehehe......Tapi ada juga sih
sisi uniknya....banyak anggota yang tadinya cuma jadi penonton
sekarang malah pada comment semuanya hahahaha....
_______________________________________________________________________
Dhanuttono wrote: something about Alkitab yg banyak kesalahan banyak sekali kalau diteliti. off topic..
-----------------------------------------------------------------------------------------------
SS wrote:
Saya menulis kedua karangan "Kesaksian" dan "Teori Geosentris versus teori Heliosentris" sudah beberapa tahun yang lalu. Pada umumnya orang kr****n Injili menerimanya dengan baik. Memang saya tidak menulis untuk orang Buddhis. Tetapi itulah pendapat saya sejujurnya dan sepolosnya. Soal orang non-kr****n menerimanya dengan baik atau tidak, terserah yang baca saja.
Tulisan saya diatas sudah ada diwebsite "Sahabat-Surgawi" dan "Dianweb". Jadi saya tidak khususkan untuk [milis ini]
Dhanuttono wrote:
ya iya la diterima dengan baik, karena itu (Teori Geosentris versus
terori Heliosentris) juga baik untuk memulihkan nama baik kr****n
betul ?
tapi bagaimana pun, sejarah tidak bs diputar balik, kejadian bahwa
bumi ini datar pernah di nyatakan oleh bapa gereja yg notabene sangat
memahami alkitab. yang bisa anda lakukan adalah merubah sejarah dan
menutup rapat2 sejarah tersebut.
inti yg bs ditangkap dari sejarah tersebut, ternyata masih muncul
kekeliruan (baca: kekonyolan) walau sangat memahami alkitab, saya
rasa jabatan mereka (bapa gereja) menyatakan bahwa mereka lebih
menguasai alkitab dibandingkan anda.
jika anda menyatakan kesaksian untuk kepentingan golongan anda dan
memberikan keuntungan bagi golongan tersebut, masa golongan anda
menolak dan tidak mau menerima ? ehm...
banyak juga tulisan saya diterima baik oleh orang atheis, muslim dan
beberapa rekan buddhism disini, bahkan meminta secara khusus untuk
mengirimkan setiap tulisan saya via japri ke email mereka, ehm...
mengenai apakah orang non-buddhism mau nerima atau tidak, silakan,
pilihan ada di pribadi masing-masing, email saya siap menerima
kritik, saran dan ajakan diskusi bahkan debat 24jam
tulisan saya sudah ada di [milis ini]
tapi tidak dikhususkan untuk "Sahabat-Surgawi" dan "Dianweb" untuk
jaga2 terjadi kebakaran jenggot masal.
salam
dhanuttono
kovidaviro wrote:
To Bapak SS
Kalo bukan untuk orang Buddhis ya jangan diposting di sini dong pak! Ini kan milist Buddhis, bukan milist kr****n.
Oya pak, bagaimana pertanyaan saya? Saya bisa loh membawa bapak ke surga walaupun bapak tidak kenal saya, asal bapak percaya sama saya. Bagaimana?
Dhanuttono wrote:
kidding dikit nih
hush bro kovidaviro, ga boleh ngomong gtu... walau bro S udah
terlanjur posting kesaksian dan teori dia itu, tp dia jg udah
terlanjur ngomong jg kalo itu tidak/bukan untuk orang buddhism, emang
seh rada aneh, mungkin otak kita kurang logis aja kali n kurang dalam
memahami kata-kata...
ntar kita bisa dikatakan diskusi tidak ber-adab loh, orang2 kr****n
ga boleh disindir n dikritik, karena mereka manusia yg telah
dimuliakan oleh hantu... eh salah tuhan allah.
salam
kovidaviro wrote:
Aduh maaf ya pak SS kalo saya salah ngomong hiks..hiks..... .
Natsude Mieco wrote:
Dear Oom SS,
Terima kasih atas kerendahan hatinya, namun sesuai dengan petunjuk orang tua saya, saya harus menghormati orang yang lebih tua dari saya, apalagi kalau hampir 3 x usia saya, dan hampir sama dengan usia kakek saya yang baru saja berpulang. Jadi saya tetep keukeuh panggil Oom, hehehe..
(walaupun kami, Buddhist, memang melihat derajat seseorang bukan dari usia, namun dari sila yang dijalankannya)
Dan soal derajat kr****n & Buddha, terserah Oom deh mau dibilang sama, atau kr****n lebih tinggi, terserah... Saya gak punya alat ukurnya dan lagi pula gak penting bagi saya. Yang penting bisa damai & harmoni.
Mengenai pertanyaan2 atau pernyataan2 (lebih tepatnya) Oom yang laiinya, saya cuma bisa cerita sedikit :
Seperti email saya sebelumnya, yang sudah Oom baca namun pasti tidak mengerti, Agama Buddha hanya label, hanya istilah untuk memberi nama bagi arahan dari seorang Makhluk yang sangat bijaksana, yang sangat penuh cinta kasih (konon beliau pernah turun sendiri ke tengah2 perang untuk menghentikannya), dan yang sangat damai dan bahagia hidupnya (ini yang paling penting), untuk bisa seperti Dia. Bagaimana hanya makan sekali sehari, tidak peduli makanannya apa, tidak memiliki kekayaan materi apapun, tidak menyalurkan hasrat seksualnya, tidak punya jabatan dan kehormatan, namun dapat sangat berbahagia dan damai.
Bayangkan kalau saya bisa merasakan 1/4 dari bahagia dan damai yang Beliau rasakan, what a wonderful life i would have....
Dan hal-hal tersebutlah yang kami cari, yang kami inginkan sehingga kami memakai label "Buddhist". Bukan karena takut neraka atau ingin surga setelah mati.
Kalau kata seorang bikkhu, Buddhism is a religion? Yes, for tax purpose.
Memang pada awalnya saya mau mengenal Buddha karena banyak hal yang Beliau katakan yang paling menjawab pertanyaan hidup saya, yang saya cari sebelumnya di agama lain, namun belum dapat menjawabnya. Seperti jawaban mengapa nasib setiap manusia berbeda, dan mengapa manusia ada di dunia ini, apakah kita hidup hanya sekali, dan apa yang terjadi kemudian, dll.
Namun setelah saya lebih mengenal Beliau, jawaban2 yang Beliau katakan tersebut tidaklah dimaksudkan untuk dipercayai, bahkan lebih dari itu Beliau meminta saya membuktikannya, Beliau mengatakan bahwa saya dapat mengetahui jawaban2 tersebut sendiri, tanpa diberitahu oleh siapapun, dan yang paling ajaib, saya dapat mengetahui itu semua pada kehidupan ini, tidak harus sampai saya mati. Dan jika ternyata setelah saya mengikuti arahan2 beliau, saya tetap tidak dapat mengetahui jawaban2 tersebut, saya bebas untuk memilih kepercayaan lain, tanpa ada sanksi, hukuman, atau ancaman bahwa hidup/mati saya akan menderita.
Jadi oleh karena itu saya mencoba untuk mengikuti arahan2 Beliau, dan jika nanti ternyata saya gak bisa buktikan arahan2 Beliau, saya bisa bertobat dan percaya pada Kristus, toh no risk to try!! Dan saat ini pun saya bebas melakukan apa yang saya mau selama itu, saya boleh ke Gereja, boleh ke Masjid, pegang Hio atau kasih sesajen ke Pura. Tidak ada masalah dalam Buddha.
(Catatan : Saya baru dibabtis 3 bulan lalu di Gereja, untuk dapat menikahi istri saya karena peraturan bodoh negara ini hehehe)
Dan walaupun sampai sekarang saya belum dapat mengetahui itu semua, setidaknya saya mulai merasakan bahagia dan damai dalam hidup saya, saya mulai jarang marah-marah, dapat lebih baik mengendalikan emosi saya, works for me until now, dan saya masih punya (mudah2an) 50 tahun lagi untuk mencari tahu.
Siapa tahu selama proses belajar saya ini nanti saya udah mulai bisa tertawa kalau disalip atau bahkan diserempet orang di jalan, tidak nengok kalau lihat perempuan seksi dan cantik lewat hehehe, dan tidak sedih kalau saya kehilangan apa pun yang berharga dalam hidup saya.
Jadi, Oom S, kalau saat ini Oom sudah bahagia dan damai, serta amat sangat yakin banget sekali pasti masuk surga, kenapa harus pusing bumi ini berapa kalpa umurnya, kenapa si meico dan orang2 disini pada gak mau percaya Kristus adalah jalan kebenaran. Biarlah kami kena batunya sendiri.
Sit back, relax, enjoy your lifes! Nikmati hidup Oom saat ini, jalanin dengan kebahagian, beserta anak cucu Oom. (Sori nyimpang, Oom punya berapa cucu? sudah habiskan banyak waktunya belum dengan cucu2nya? Saya gak sempet dekat dengan kakek manapun saya, jadinya sedih hehehe)
So, sekali lagi, saya berterima kasih atas informasi2 yang Oom berikan, dan saya mohon maaf mengecewakan Oom karena masih bebal gak mau percaya. Kalau ada kesempatan lain, kita bisa ngobrol hal2 lain, saya akan senang sekali mengenal Oom.
Untuk teman2 Buddhist, kita ngobrol lebih lagi mengenai meditasi yuk! Saya masih penasaran akan banyak hal. Tolong yang sudah ahli, buka topik mengenai ini dunk!! Atau kalau ada milis mengenai meditasi info saya dunk, saya mau join.
Kalau setelah meditasi setengah jam tadi pagi, saya bisa balas email ini, gimana kalau meditasi seharian..hehehe. Thx.
Salam Metta
Natsude Mieco
SS wrote:
Mieco :
arahan dari seorang Makhluk yang sangat bijaksana, yang sangat penuh cinta kasih
SS:
Terima kasih untuk posting Anda. Soal nama panggilan yah terserah Anda saja.
Yang buat saya sangat tertarik kepada Sidharta Gautama dari dahulu sampai sekarang ialah bahwa demi mencari kebenaran ia bersedia meninggalkan segala fasilitas yang ia dapat peroleh sebagai seorang pangeran. Luar biasa.
Saya juga cari kebenaran, tetapi saya masih terikat pada soal-soal duniawi. Saya juga kagum pada Baruch van Spinoza karena ia menolak semua jabatan yang ditawarkan untuk jadi dosen dan memilih jadi tukang gosok lensa di-Amsterdam untuk mencari kebenaran dan menulisnya dengan bebas-sebebas-bebasnya. Kesimpulan yang didapat Sidharta Gautama dan Baruch van Spinoza, lain sekali. Sidharta Gautama jadi Buddha dengan samedi. Spinoza jadi panteis. Saya jadi kr****n Injili dan Kreasionis. Walaupun kesimpulan kami berbeda, dan pengorbanan kami berbeda, tetapi kami sama-sama mencari kebenaran.
Kesaksian saya adalah kesaksian yang jujur dan polos. Ada yang terima dengan baik (kr****n Injili) dan ada yang mengejek dan menghina (beberapa orang dimillis ini. Tetapi saya adalah saya, kini seorang kr****n Injili dan Kreasionis. Kesaksian saya sama, kepada orang kr****n, orang Islam, orang Buddhis dll. Itulah riwayat iman saya yang sebenarnya. Dari agnostik pada usia 16 (1954), jadi panteis sekitar usia 23 (1961), jadi kr****n pada usia 26 (1964), sampai jadi kr****n Injili dan Kreasionis pada usia 49 (1987).
Hal kedua yang buat saya sangat tertarik kepada Sang Buddha adalah ajarannya yang penuh kasih.
Tetapi Yesus hidup dan mati dikayu salib demi kebenaran. Dan saya kemudian percaya bahwa Yesus adalah "Jalan dan Kebenaran dan Hidup".
Yohannes 14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Saya percaya bahwa Yesus adalah jauh lebih agung dan mulia daripada saya, Spinoza, Buddha atau manusia yang manapun didunia ini. Yesus adalah Tuhan (God).
Keyakinan ini timbul sejak, saya percaya, Tuhan sendiri yang memberi saya petunjuk dengan suatu pengalaman rohani pada akhir Juni 1964.
Kini saya ingin memperdalam pengetahuan saya mengenai ajaran Buddha dan kalau masih ada waktu Spinoza. Saya sudah tahu sedikit, tetapi saya ingin tahu lebih banyak. Mungkin juga melalui Anda.
Salam. SS
xan_to wrote:
Saya tertarik sekali komentar yang satu ini
Tetapi Yesus hidup dan mati dikayu salib demi kebenaran.
Pernah baca/denger cerita tentang perjalanan Sang Buddha belum???
Dari Dia masih status manusia biasa (Pertapa Sumedho) sampai kemudian
lahir sebagai pangeran Sidharta dan menjadi Buddha???
Kalo belum, coba anda cari di internet eBook dengan judul Riwayat
Agung Para Buddha yang menceritakan Buddha Siddharta atau kalo gak mau
susah-susah saya upload eBooknya
nih link : http://www.megaupload.com/?d=DPG4O2I6
....kalo udah di baca baru bandingkan ya...
Natsude Mieco wrote:
Dear Oom SS,
Ok, thank you. Silahkan nikmati perbincangan di forum ini. Jika ada yang binun, boleh coba tanya, tanpa komentar.
Btw, kepada moderator, saya mau tanya dunk, tujuan milis ini diadakan untuk apa? Takutnya malah saya yang salah join...hehehe
Thx – Mieco
---------------------------------------------------
Milis off topic selama bbrp email bahas topik lain
-------------------------------------------------------
Quote from: xenocross on 27 January 2009, 01:09:57 PM
Saya berterima kasih pada anda yg memberi semangat. Ternyata ada yg baca...
Hehehe saya baca sampai abis, soalnya seru banget sih bahasannya.. :jempol:
SS wrote:
Sdr Mieco yang baik,
Saya baru selesai baca apa yang Anda forward ialah tulisan "saggadhana" <saggadhana [at] yahoo.co.uk> dan BUDDHISM AND SCIENCE by An Brahmavamso
Saya sangat tertarik tulisan BUDDHISM AND SCIENCE by An Brahmavamso sbb:
--------------quote----------
He went beyond the solar systems into deep space using the power of the mind. People often say that's just belief. It's just not real. But later on I'll mention a few facts that show that it probably was real and certainly possible. He went on for many tens of years, and died on the way, never finding an end to the universe.
------------unquote-------
Saya belum bisa terima bahwa ini adalah ilmiah meskipun saya sudah baca argumen An Brahmasavamso. Saya pernah dengar pengalaman "Out of the body" . Tetapi saya tidak menganggap bahwa pengalaman seperti itu bisa dipakai untuk menyelidiki fakta ilmiah. Pernah ada orang yang mengaku lihat ET dengan cara itu. Ia bahkan dapat gambarkan benruk ET yang "dilihatnya" dengan cara itu. Maaf saya belum dapat terima itu sebagai metode ilmiah untuk mendapatkan fakta ilmiah. Dengan cara begitu saya duga Buddha membuat kesimpulan mengenai "Rebirth" dan umur alam semesta yang "berkalpa-kalpa".
Memang kesimpulan Buddha mirip dengan kesimpulan Stephen Hawking. Hawking mengatakan alam semesta ini berumur sekitar 15 milliar tahun dimulai dengan big bang. Tetapi ia juga menulis :
Stephen Hawking menulis (Stephen Hawking "A brief history of time", Bantam Books, Toronto, New York, London, Sydney, Auckland, 1988, page 10): "Any physical theory is always provisional, in the sense that it is only a hypothesis: you can never prove it. No matter how many times the results of experiments agree with some theory, you can never be sure that the next time the result will not contradict the theory. On the other hand you can disprove a theory by finding even a single observation that disagrees with the predictions of the theory."
Hawking menyatakan tulisan diatas untuk teori fisika secara umum, tetapi tentu juga berlaku untuk teorinya sendiri the big bang theory.
Memang pada saat ini, teori Buddha mengenai alam semesta dapat diterima oleh Stephen Hawking dan para evolusionis astronomis. Tetapi kalau suatu saat ilmu pengetahuan astronomi berlainan bagaimana?
Salam. SS
gauss82000 wrote:
Sdr SS, pernah mengatakan Yesus lebih agung dari Buddha. Berdasarkan kriteria apa anda mengatakan demikian ??? Utk mengatakan, ini apakah sdr. SSsebelumnya pernah membandingkan sifat/perilaku Yesus dan Buddha ???
Ada baiknya mari kita dibandingkan sifat/perilaku Yesus dan Buddha, tentu saja dengan referensi di dalam kitab suci masing2. Mungkin rekan2 di sini juga dapat membantu. Dengan membandingkan ini anda akan melihat siapakah yang lebih agung???
SS wrote:
Saya percaya bahwa Yesus Kristus adalah Putera Allah yang tunggal yang turun kedunia ini untuk menebus dosa-dosa umat pilihan Allah.
Sedangkan Buddha (menurut saya) adalah orang bijaksana, setingkat dengan Confucius, Laocius, Socrates dll. Buddha juga tidak pernah mengaku Tuhan bukan? Darimana Buddha tahu soal kalpa-kalpa itu? Dari mana Buddha tahu soal "Rebirth", soal 31 alam dll? Dari meditasi? Tetapi sebernarnya dari mana? Darimana asal mula alam semesta? Darimana asal usul manusia?
Salam SS
Dhanuttono wrote:
saya tau anda percaya kepada yesus dan segala tetek bengek nya,
makanya anda beragama kr****n, mau embel-embel kr****n ini itu,
adalah urusan anda, saya rasa tidak perlu anda katakan, itu sikap
kekanak-kanakan !
anda juga tidak perlu mempromosikan agama anda disini, agama
merupakan suatu keyakinan pribadi dan kecocokan seseorang terhadap
suatu ajaran agama, bukan menjual agama seperti hal nya sales produk
MLM ataukah yesus anda serendah itu sehingga dipromosikan layaknya
produk MLM ?
anda tidak perlu juga menjatuhkan posisi buddha didalam diskusi anda,
kita berbicara keyakinan disini dan motivasi anda adalah untuk
belajar buddhism atau anda punya maksud lain disini ?
anda bertanya dari mana buddha mengetahui semua itu ? sekarang saya
bertanya kenapa anda mengetahui banyak tentang kr****n ? dari suatu
proses belajar dan praktek. seperti itu pula buddha mengetahui itu
semua, bukan ilham cuma hanya berdoa dan meminta dari Mr. X yg tidak
pernah jelas, kemudian mengaku sebagai tuhan (cuma mengaku, tanpa ada
bukti apa bedanya yesus dengan lia amelia yg mengaku sebagai nabi ?)
coba anda bandingkan dengan anak kecil berumur 10 tahun tentang
kr****n, apakah anak kecil itu mengetahui banyak dan detail mengenai
kr****n ?
ya, anda layaknya anak kecil tersebut !
salam
dhanuttono
Natsude Mieco wrote:
Dear Oom SS,
Thank you atas emailnya.
------------ --quote-- --------
Saya belum bisa terima bahwa ini adalah ilmiah meskipun saya sudah baca argumen An Brahmasavamso
------------ unquote-- -----
It's ok kalo gak bisa terima. Memang maksudnya tidak untuk diterima kok. Khan Oom tanya apakah Buddha ilmiah kepada kami, yah kami bilang ilmiah. Saya bagikan beberapa informasi yang saya punya. Kalo memang Oom masih belum bisa terima yah ga papa. Saya tidak punya masalah dengan itu. Peace !
------------ --quote-- --------
Memang pada saat ini, teori Buddha mengenai alam semesta dapat diterima oleh Stephen Hawking dan para evolusionis astronomis. Tetapi kalau suatu saat ilmu pengetahuan astronomi berlainan bagaimana?
------------ unquote-- -----
Yah kita ikutin yang benar. Sejak 2500 tahun yang lalu sampai per tanggal hari ini, teori Buddha sejalan dengan astronomi, psikologi, fisika, biologi, kimia, dan cabang ilmu-ilmu pengetahuan yang lain, itu waktu yang lama sekali loh.
Namun jika suatu saat teori Buddha berlainan, yah kita lihat yang benar mana, n kita ikuti. That's simple!
Kok gitu sih? Iya, khan Buddha sendiri yang bilang, jangan terima ajaran Dia dengan membabi buta, benar-benar pelajari, dan buktikan. Kalau ternyata sudah dibuktikan dan ternyata ajaran Beliau salah, yah saya pindah agama hehehehe!!!! Kok pusing??? :))
Khan saya udah bilang sebelumnya, perbedaan mendasar antara Buddha dgn agama lain, seperti kr****n adalah mengenai faith / iman / dogmanistik.
Makanya sejarah menuliskan, ketika agama Nasrani berlainan dengan ilmu pengetahuan, maka orang-orang (seperti Oom) yang berpegang dengan iman akan mencari segala cara untuk mempertahankan imannya, membenarkan ajarannya dengan merubah ini itu (menggenapkan) dan melahirkan ajaran baru yang sesuai dengan hal tersebut.
Berbeda dengan ajaran Buddha, yang tidak mementingkan iman, makanya saya bilang kata "agama" pada ajaran Buddha hanyalah formalitas. Yang penting bagi kita adalah kebenaran, the truth, the whole truth, nothing but the truth.
Sekalian saya mau komentar akan email Oom diposting yang berbeda, "Limited Inerrancy of the Bible" (biar gak banyak posting, lama bacanya hehe, lagipula berhubungan dengan pertanyaan Oom disini) :
Saya sangat setuju dengan pendapat Oom bahwa bahasa manusia terbatas, dan terjemahan Alkitab (sangat) bisa berbeda dengan yang dimaksud pada awalnya dengan yang Oom pegang, baca, mengerti saat ini. Oleh karena itu, saya sangat menganjurkan untuk Oom tidak mempelajari Alkitab Indonesia dan Inggris, karena manusia yang terbatas, menerjemahkannya dalam bahasa yang terbatas, dan bisa menyesatkan manusia terbatas lainnya. Makanya lebih baik Oom jangan menulis ayat ini : Yohannes 14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Lebih baik Oom menuliskannya dalam bahasa Gerika atau Yunani, atau bahasa Aram, atau mungkin latin, karena (sangat) mungkin artinya sama sekali berbeda dengan yang Oom tulis.
Bisa saja (sekali lagi saya bilang bisa saja), artinya sbb : Kata Yesus kepadanya: "Pikiran kitalah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang bisa mencapai surga, kalau tidak memahami pikiran."
Wow... betapa berbedanya artinya dengan yang Oom tulis sebelumnya. Jadi mirip ajaran Buddha. Hehehe
Sekali lagi ini adalah kemungkinan. Hehehe
Maksudnya dari komentar saya ini adalah, masalah dengan iman adalah sumber dari iman tersebut, dimana kita harus benar2 hati2 dengan yang kita percayai, karena kita bisa (benar-benar) salah. Coba Oom deretkan sepuluh orang dan Oom bisikan 10 kalimat kepada orang pertama dan minta dia teruskan sampai orang ke sepuluh, dan coba dengar apa yang orang ke sepuluh dengar.. Apakah sesuai dengan bisikan Oom? Tanya kenapa?
Bagaimana dengan Buddhist? Inilah yang membedakan kita sama sekali. Kami tidak diminta percaya kataNya Buddha, atau Tipitaka, atau semua sutta (sutra) dalam Tipitika tersebut. Kami diminta untuk mencari tahu sendiri, dan semua kata-kata Beliau, sutta2 dalam Tipitaka hanyalah ARAHAN. Tidak dimaksudkan untuk dipercayai. Jadi bagaimana kami bisa tahu.... MEDITASI.... Menenangkan pikiran kami, mencapai kondisi dimana pikiran kami bersatu dengan alam semesta dan mengetahui dengan sendirinya kebenaran tersebut. Khan Beliau sendiri mendapatkan semua ajaran Beliau dari meditasi. Jadi kita ikutin aja caraNya beliau dulu, baru lihat benar atau tidak. Kalau Buddha tidak benar, yah lihat pasal dua, jika Buddha tidak benar kembali ke pasal satu, Buddha selalu benar!!! Hehehe gak, cuma bercanda!!!! Kalau sampai tidak benar, yah kita bebas untuk pindah agama, bertobat, mengaku dosa, dan diselamatkan. Lagipula, saya udah dibabtis ini, jadi lebih enak tobatnya hehehehe.
Jadi, sekali lagi saya harap Oom sadar, bahwa kami Buddhist, sama sekali berbeda dengan umat agama lain, dimana iman kami bisa digoyah dan berubah. Karena kami tidak mengandalkan iman.
Dan sori saya banyak bercanda di atas, karena bukannya gak serius, tapi buat apa stress membicarakan hal begini, lebih baik pembicaraan kita dilakukan dengan santai, dan damai. Peace!!! :P
Natsude Mieco
Sabbapapassa Akaranam Menjauhi segala kejahatan
Kusalassa Upasampada Perbanyak Perbuatan Baik
Sacitta Pariyodapanam Sucikan Hati dan Pikiran
Etam Buddhana Sasanam Itulah ajaran Buddha
SS wrote:
Saya baru lihat jilid pertama dari DVD "The Secret". Menarik juga, tetapi sebelumnya saya sudah pernah baca atau dengar sebagian dari apa yang dibahas dijilid I.
"The Power of positive thinking" oleh Vincent Norman Peale suah membahas sebagian. Juga ucapan :"You are what you think you are." Dalam buku :"Dimensi keempat" Cho Yonggie sudah bahas soal visualisasi.
Saya tertarik pada tiga step yang dibahas.
Step 1 : Ask.
Step 2 : Answer from the Universe.
Step 3 : Alignment with the Universe.
Sebagai contoh ditayangkan seorang anak kecil yang bayangkan sebuah sepeda. Saya teringat bahwa waktu saya masih SD saya bayangkan sebuah sepeda baru. Saya minta pada ayah saya. Saya sering impikan naik sepeda baru. Tetapi sampai SMA saya tidak mendapatnya. Dan setelah saya bisa cari uang sendiri dan bisa beli sendiri, saya sudah tidak berminat lagi.
Demikian juga saya pernah minta dan visualisasi gitar, racket badminton dan motor. Tetapi ketika saya sudah mampu membelinya saya sudah tidak berminat. Jadi apa yang ditayangkan di-"The Secret" tidak seluruhnya benar. Tetapi memang ada juga yang saya dapat, seperti mobil baru, istri yang cantik, anak yang sehat dan cerdas dan last but not least "Kebenaran".
Yang menarik lainnya adalah ucapan Buddha menurut DVD itu ialah:"Kita adalah hasil dari apa yang kita pikirkan." Betulkah begitu?
Salam.SS
Oketak:
80% didunia ini terdiri dar org miskin, org bodoh jg lbh banyak dari
org pintar. anda termasuk org miskin dan org bodoh? yg 6% itu terus
terang org2 pintar jadi beda ama yg 94% lainnya, maaf kalo anda mau
terdengar pintar tp jadi bodoh begitulah kira2 balasan jawaban dari
saya...angka2 ini saya dapat dari otak saya....
SS:
Apakah orang-orang dalam daftar dibawah adalah orang-orang bodoh? Coba anda forward daftar Buddhist yang menjadi pemikir science.
Perhatikan nama Johann Kepler, Isaac Newton, Robert Boyle, Blaise Pascal, Max Planck dll.
Salam. SS.
List of Christian thinkers in science
From Wikipedia, the free encyclopedia
.............................................lihat aja di wikipedia
http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_Christian_thinkers_in_science
SS wrote:
Dari posting "Kesaksian." semua orang dimillis ini dapat melihat bahwa saya telah menyatakan diri saya sejak 1987 adalah kr****n Injili dan Kreasionis. Saya tidak pernah sembunyikan hal ini. Pada usia 16 tahun saya menyatakan diri saya agnostik, dan bertekad mencari "kebenaran" tanpa takut kepada pendeta dan pastor yang manapun akan ancaman-ancaman mereka akan api neraka. Pada usia 49 tahun saya menyatakan diri saya kr****n Injili dan Kreasionis, tanpa takut pada ilmuwan evolusionis yang manapun. Pada hari ini saya tambahkan lagi "dan tanpa takut pada orang non-kr****n Injili dan Kreasionis yang manapun".
I Korintus 1:18 Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.
Saya mau perdalam pengetahuan saya mengenai Islam, Buddhisme dan pandangan Spinoza untuk mendapat pengertian yang lebih dalam menganai "Kebenaran".
Kalau Anda bisa membantu saya, terima kasih. Bila Anda tidak bisa membantu saya, yah tidak apa-apa. Saya akan cari dari sumber lain.
Salam. SS
Kovidaviro wrote:
Apa benar anda ingin belajar tentang agama Buddha? Kalo ingin belajar agama Buddha, jangan memakai patokan agama kr****n dong, ya ngga bakal bisa nyambung pak!
Kalo ada yang mengajarkan agama Buddha, jangan anda bantah pakai menurut agama anda. Itu saja sudah cukup. Thanks!
Dhanuttono wrote:
bro otak saya sudah nemu jawaban atas pertanyaan anda, kesimpulan saya si SS ini emang dodol alias bodoh dalam hal ini (bukan merujuk ke arah pengetahuan ilmiah dia) mungkin itu lah berkah dari yesus...
ada pertanyaan dari saya :
1. kenapa ilmuwan2 pd saat itu adalah seorang nasrani ?
2. jika agama yg berkembang pada saat itu bukan nasrani, apakah
mungkin ilmuwan itu seorang nasrani ?
3. jika teknologi/ilmu pengetahuan alam itu berkembang di asia bukan
di eropa, apakah mungkin SS menuliskan beberapa ilmuwan yg
beragama nasrani ?
4. apa pengaruh ilmu pengetahuan terhadap nasrani ? dan apa pengaruh
nasrani terhadap ilmu pengetahuan ?
nyata2 didalam sejarah, nasrani justru menolak keberadaan ilme
pengetahuan ilmiah dari pada menerima nya, sejak masuk ke abad 20/21
beberapa pemuka protestan memasukan daftar ilmuwan yg memeluk
nasrani jaman dulunya. apa maksud nya ? ya biar terkesan nasrani
luar biasa, menciptakan ilmuwan berkelas.
5. mengapa ilmuwan terbesar terakhir diabad 21 bukan seorang
nasrani ? dan menyatakan statment yg luar biasa terhadap buddhism ?
salam,
dhanuttono
SS wrote:
kovidaviro:
Apa benar anda ingin belajar tentang agama Buddha? Kalo ingin belajar agama Buddha, jangan memakai patokan agama kr****n dong, ya ngga bakal bisa nyambung pak!
Kalo ada yang mengajarkan agama Buddha, jangan anda bantah pakai menurut agama anda. Itu saja sudah cukup. Thanks!
SS:
Saya pernah pelajari semua agama besar didunia sewaktu saya berpaham agnostik. Kini saya pelajari agama dan pandangan lain sebagai perbandingan akan pandangan saya. Mengapa Anda menolak kalau saya bantah pandangan Anda ? Pertahankan dong pakai logika. Okay deh saya akan utamakan pikiran ilmiah sekuler. Waktu saya studi di-ITB saya belum kr****n. Waktu itupun saya tekankan ilmiah sekuler.
Saya sudah pelajari filsafat Confucius. Saya pernah baca filsafat Yunani dan filsafat-filsafat lain. Tetapi semua dalam batas kemampuan saya tentu. Saya bukan filsuf, hanya tertarik akan filsafat sebagai seorang awam. Baik Confucius, Socrates, maupun Buddha yang telah saya pelajari banyak persamaannya dengan ajaran kr****n. Tetapi tentu perbedaannya juga ada. Islampun ada persamaannya, tetapi tentu ada perbedaannya. Sayang yang ditekankan oleh sebagian besar umat manusia adalah perbedaannya. Persamaannya diabaikan. Mungkinkah hal ini dibalik? Tekankan persamaannya dan tidak perlu dibahas perbedaannya.
Khusus mengenai Buddha. Setahu saya Buddha sangat menekankan welas asih. Tetapi saya tidak dapat tunjukkan suta-sutanya. Ini sangat menarik. Tolong tunjukkan suta-sutanya kalau Anda dapat.
Saran saya pada saat ini ialah, peganglah pandangan atau kepercayaan masing-masing tetapi bersikaplah toleran kepada pandangan atau kepercayaan lain. Cobalah bicara atau menulis secara sopan santun. Jangan pakai sindiran-sindiran ejekan-ejekan dan hinaan-hinaan. Tulislah "To the point."
Salam. SS
Oketak wrote:
Walaupun teori heliosentris itu tidak bisa dikatakan benar dari
penjelasan anda, karena ada relativitas dari scope atau menurut
istilah anda cluster, tetap aja teori geosentris juga tidak benar,
ujung2nya ya alkitab juga salah dan tidak benar... atau at least
alkitab bisa memberikan interpretasi yg berbeda2, dari mana anda bisa
mengatakan bahwa kata2 di dalam alkitab itu adalah MUTLAK? MUTLAK dr
mananya? kl mutlak itu artinya tidak ada interpretasi lainnya, selama
masih bisa diinterpretasikan ya artinya tidak mutlak. Sarjana ITB koq
gitu???
SS wrote:
Dhanutono:
1. kenapa ilmuwan2 pd saat itu adalah seorang nasrani ?
SS:
Ya itu juga pertanyaan saya. Orang Buddhis menganggap ajaran Buddha adalah "Ilmiah". Mengapa ilmu pengetahuan tidak dikembangkan oleh orang Buddhis?
Mengapa ilmu pengetahuan dikembangkan oleh orang kr****n dan Yahudi?
Saya telah browsing di-internet mengenai pemenang Nobel. Banyak orang beragama kr****n, Yahudi, agnostik, panteis dan ateis. Tetapi sedikit sekali orang Buddhis dan Islam. Mengapa? Orang Buddhis pertama yang disebut dan ditekankan adalah Dalai Lama, untuk perikemanusiaan, bukan ilmu pengetahuan. Bukan ilmiah. Mengapa?
Dalam Alkitab tertulis:
> "Matahari, berhentilah diatas Gibeon dan engkau, bulan diatas
lembah Ayalon!". Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak
bergerak, ...
> (Yoshua 10:12b-13a ).
Dimana dikatakan "Yang benar adalah teori Geosentris"? Itu tafsiran Aristoteles yang diambil alih kaum intelek waktu itu. Copernicus ambil alih pandangan Aristarchus.
Kalau Anda naik Mikrolet dan sudah sampai tujuan Anda, Anda beri tanda kepada supir Mikrolet untuk berhenti. Anda ketuk atau berteriak :"Stop dipinggir." Tahukah Anda bahwa Anda mengatakan hal yang mirip betul dengan Yoshua? Anda anggap bumi ini diam. Betul atau benar?
Salam. SS
Oketak wrote:
[at] SS
Mengosongkan pikiran itu adalah pengertian yg salah dari meditasi, dan
juga merupakan propaganda busuk dr umat2 kr****n yg mengatakan jgn
bermeditasi, krn waktu meditasi kita disuruh mengosongkan pikiran, nah
waktu itu, iblis bisa masuk ke pikiran yg kosong, makanya org2 yg
bermeditasi bs punya kekuatan supranatural, ini dikatakan oleh pendeta
di sekolah gw waktu dulu gw masih SMA, ya gw manggut2 aja, setelah gw
dewasa dan byk baca, barulah gw tau semua yg dikatakan pendeta gw dulu
itu bullshit, kaga tau tp dia sok tau. Ntah bro Setiadi juga kaya
gitu? wa jadi penasaran buku meditasi apa yg mengejarkan mengosongkan
pikiran? yg karang ntah pikirannya memang kosong atau kosong pikiran
ya? huahahaha....
SS wrote:
Saya dahulu pelajari meditasi dari buku mengenai yoga. Mungkin buku itu karangan orang yang beragama Hindu. Sayang bukunya sudah hilang dari perpustakaan pribadi saya. Saya tidak ingat nama pengarangnya.
Kekr****nan tidak menentang meditasi kok. Abad pertengahan ada orang kr****n Jerman yang meditasi. Ia mengatakan melihat Gotterfunken. (Diatas huruf "o" ada umlaut, dua titik.) Gotterfunken = percikan-percikan Ilahi. Saya ingin verifikasi apakah saya juga dapat "melihatnya". Pendeta Anda salah pengertian.
Dari seorang Buddhist dimillis lain, saya dapat info bahwa orang yang meditasi bukan mengosongkan pikiran, tetapi memusatkan pikiran kepada sesuatu, umpama peranafasannya. Betulkah?
Salam.SS
gauss82000 wrote:
Benar, meditasi adalah demikian. Tugas anda hanya mengamati nafas masuk dan
keluar, tetapi bukan mengatur nafas. Pada saat nanti pikiran anda sudah mulai
lari dari mengamati nafas di lubang hidung, sadari pikiran anda mulai lari. Lalu
perlahan-lahan tarik lagi ke lubang hidung. Ini sama spt anda menjadi penjaga
pintu gerbang, anda tahu ada orang yang masuk dan anda juga tahu ada org yang
keluar. Hanya mengamati dengan pikiran pada saat mata dipejamkan. Pada saat anda
melatih ini terus maka konsentrasi anda akan semakin dalam, krn semakin dalam
maka ketenangan mendalam akan diperoleh dan akhirnya memperoleh kebahagiaan yang
mendalam yang sulit dilukiskan harus anda alami sendiri. Pada titik tertentu
anda akan bisa melihat alam2 surga, rupa loka, dan arupa loka. Pembuktian
langsung anda akan dapatkan benarkah alam2 tersebut ada ?????
***Sebelum menjadi Buddha, pangeran pernah berguru ahli meditasi yang bisa
mencapai arupa loka tingkat 31 dari 31 alam kehidupan. Pangeran mengetahui bahwa
apa yang di capai oleh gurunya bukan yang di cari sesungguhnya, karena alam ini
ternyata juga tidak kekal. Akhirnya dengan upaya sendiri beliau bermeditasi
dengan konsentrasi biasa (upaya penyadaran), mengamati sensasi diseluruh tubuh,
perasaan, ingatan (memori), pikiran, dan kesadaran. Beliau mengamati bahwa
pikirannya melekat pada apa yang namanya konsep, inilah yang mengakibatkan
kelahiran kembali (menimbulkan energi utk lahir kembali), mengapa seseorang bisa
melekat pada konsep ??? Jawabannya karena ada nafsu keinginan. Dengan upaya
penyadaran secara terus menerus akhirnya pikirannya tidak lagi melekat pada
konsep. Akhirnya tercapailah Nirwana/kesucian (kelahiran kembali berhenti).
Sebelum seseorang mencapai tingkat "kesucian Sotapana" masih ada kemungkinan
untuk terlahir di alam peta (hantu), tiracchana (binatang), niraya (neraka),
asura (jin/raksasa).
Maka dari itu melaksanakan meditasi adalah menghindari agar tidak terjatuh ke 4
alam ini.
Semoga bermanfaat untuk sahabat SS. Semoga mencapai kesucian dalam
kehidupan ini (minimal Sotapana).
Thx
Natsude Mieco wrote:
Dear All,
Berikut adalah salah satu artikel oleh Dr. Ian Stevenson, M.D., seorang profesor peneliti dari University of Virginia, Departemen Kejiwaan, Divisi Bagian Kepribadian (DOPS), yang merupakan kepala penelitian masalah kelahiran kembali. Ia telah melakukan perjalanan ke segala penjuru dunia selama lebih dari tiga puluh tujuh tahun untuk menyelidiki, mencatat, mengumpulkan, menguji, dan mencocokkan orang-orang, terutama anak-anak, yang mengingat "kehidupan masa lalu, dan yang mempunyai tanda lahir atau cacat lahir yang dihubungkan dengan luka, biasanya fatal, pada orang yang mengingat kehidupan masa lalunya." Masih banyak artikel, buku, dan hasil penelitian lainnya yang bisa Sdr/i cari :
Dr. Ian Stevenson
Birthmarks Article
Note: This article by Dr. Ian Stevenson, published in an academic journal in 1993, provides amazing graphic evidence that physical traits somehow can carry over from a past life to a present life. It also give a sample of Dr. Stevenson's thoroughness, and of his academic style. It's not easy reading. But it is, in my opinion, the strongest proof yet of reincarnation.
The "forthcoming book" that Dr. Stevenson mentions, and on which this article is based, is now available. It's huge, more than 2200 pages. If you want to dig into this amazing work further, I recommend you get the shorter summary book, Where Biology and Reincarnation Intersect from Amazon.com (it probably is not in your local bookstore, but it's here in ours).
Following is the complete text of the article.
"Birthmarks and Birth Defects Corresponding to Wounds on Deceased Persons"
By Dr. Ian Stevenson
Dr. Ian Stevenson is the head of the Department of Psychiatric Medicine at the University of Virginia School of Medicine, Charlottesville, Virginia.
This paper was presented at the Eleventh Annual Meeting of the Society for Scientific Exploration held at Princeton University. June 11-13, 1992.
Abstract
Almost nothing is known about why pigmented birthmarks (moles or nevi) occur in particular locations of the skin. The causes of most birth defects are also unknown. About 35% of children who claim to remember previous lives have birthmarks and/or birth defects that they (or adult informants) attribute to wounds on a person whose life the child remembers. The cases of 210 such children have been investigated. The birthmarks were usually areas of hairless, puckered skin; some were areas of little or no pigmentation (hypopigmented macules); others were areas of increased pigmentation (hyperpigmented nevi). The birth defects were nearly always of rare types. In cases in which a deceased person was identified the details of whose life unmistakably matched the child's statements, a close correspondence was nearly always found between the birthmarks and/or birth defects on the child and the wounds on the deceased person. In 43 of 49 cases in which a medical document (usually a postmortem report) was obtained, it confirmed the correspondence between wounds: and birthmarks (or birth defects). There is little evidence that parents and other informants imposed a false identitmarks and birth defects.y on the child in order to explain the child's birthmark or birth defect. Some paranormal process seems required to account for at least some of the details of these cases, including the birth
.........................................dipotong karena banyak gambar.....................................
Introduction
Although counts of moles (hyperpigmented nevi) have shown that the average adult has between 15 and IX of them (Pack and Davis, 1956), little is known about their cause -- except for those associated with the genetic disease neurofibromatosis -- and even less is known about why birthmarks occur in one location of the body instead of in another. In a few instances a genetic factor has been plausibly suggested for the location of nevi (Cockayne, 1933; Denaro, 1944; Maruri, 1961); but the cause of the location of most birthmarks remains unknown. The causes of many, perhaps most, birth defects remain similarly unknown. In large series of birth defects in which investigators have searched for the known causes, such as chemical teratogens (like thalidomide), viral infections, and genetic factors, between 430/0 (Nelson and Holmes, 1989) and 65 -- 70% (Wilson, 1973) of cases have finally been assigned to the category of "unknown causes."
Among 895 cases of children who claimed to remember a previous life (or were thought by adults to have had a previous life), birthmarks and/or birth defects attributed to the previous life were reported in 309 (35%) of the subjects. The birthmark or birth defect of the child was said to correspond to a wound (usually fatal) or other mark on the deceased person whose life the child said it remembered. This paper reports an inquiry into the validity of such claims. With my associates I have now carried the investigation of 210 such cases to a stage where I can report their details in a forthcoming book (Stevenson, forthcoming). This article summarizes our findings.
Children who claim to remember previous lives have been found in every part of the world where they have been looked for (Stevenson, 1983; 1987), but they are found most easily in the countries of South Asia. Typically, such a child begins to speak about a previous life almost as soon as it can speak, usually between the ages of two and three; and typically it stops doing so between the ages of five and seven (Cook, Pasricha, Samararatne, Win Maung, and Stevenson, 1983). Although some of the children make only vague statements, others give details of names and events that permit identifying a person whose life and death corresponds to the child's statements. In some instances the person identified is already known to the child's family, but in many cases this is not so. In addition to making verifiable statements about a deceased person, many of the children show behavior (such as a phobia) that is unusual in their family but found to correspond to behavior shown by the deceased person concerned or conjecturable for him (Stevenson, 1987; 1990).
Although some of the birthmarks occurring on these children are "ordinary" hyperpigmented nevi (moles) of which every adult has some (Pack and Davis, 1956), most are not. Instead, they are more likely to be puckered and scarlike, sometimes depressed a little below the surrounding skin, areas of hairlessness, areas of markedly diminished pigmentation (hypopigmented macules), or port-wine stains (nevipammri). When a relevant birthmark is a hyperpigmented nevus, it is nearly always larger in area than the "ordinary" hyperpigmented nevus. Similarly, the birth defects in these cases are of unusual types and rarely correspond to any of the "recognizable patterns of human malformation" (Smith, 1982).
Methods
My investigations of these cases included interviews, often repeated, with the subject and with several or many other informants for both families. With rare exceptions, only firsthand informants were interviewed. All pertinent written records that existed, particularly death certificates and postmortem reports, were sought and examined. In the cases in which the informants said that the two families had no previous acquaintance, I made every effort to exclude all possibility that some information might nevertheless have passed normally to the child, perhaps through a half-forgotten mutual acquaintance of the two families. I have published elsewhere full details about methods (Stevenson, 1975; 1987).
I did not accept any indicated mark as a birthmark unless a firsthand witness assured me that it had been noticed immediately after the child's birth or, at most, within a few weeks. I enquired about the occurrence of similar birth marks in other members of the family; in nearly every instance this was denied, but in seven cases a genetic factor could not be excluded.
Birth defects of the kind in question here would be noticed immediately after the child's birth. Inquiries in these cases excluded (again with rare exceptions) the known causes of birth defects, such as close biological relationship of the parents (consanguinity), viral infections in the subject's mother during her pregnancy, and chemical causes of birth defects like alcohol.
Results
Correspondences between Wounds and Birthmarks
A correspondence between birthmark and wound was judged satisfactory if the birthmark and wound were both within an area of 10 square centimeters at the same anatomical location; in fact, many of the birthmarks and wounds were much closer to the same location than this. A medical document, usually a postmortem report, was obtained in 49 cases. The correspondence between wound and birthmark was judged satisfactory or better by the mentioned criterion in 43 (88%) of these cases and not satisfactory in 6 cases. Several different explanations seem to be required to account for the discrepant cases, and I discuss these elsewhere (Stevenson. forthcoming). Figure 1 shows a birthmark (an urea of hypopigmentation) on an Indian child who said he remembered the life of a man who had been killed with a shotgun fired at close range. Figure 2 shows the location of the wounds recorded by the pathologist. (The circles were drawn by an Indian physician who studied the postmortem report with me.)
The high proportion (88%) of concordance between wounds and birthmarks in the cases for which we obtained postmortem reports (or other confirming documents) increases confidence in the accuracy of informants' memories concerning the wounds on the deceased person in those more numerous cases for which we could obtain no medical document. Not all errors of informants memories would have resulted in attributing a correspondence between birth marks and wounds that did nor exist; in four cases (possibly five) reliance on an informant's memory would have resulted in missing a correspondence to which a medical document attested.
Examples of Other Correspondences of Detail between Wounds and Birthmarks
A Thai woman had three separate linear hypopigmented scarlike birthmarks near the midline of her back; as a child she had remembered the life of a woman who was killed when struck three times in the back with an ax. (Informants verified this mode of death, but no medical record was obtainable.) A woman of Burma was born with two perfectly round birthmarks in her left chest; they slightly overlapped, and one was about half the size of the other. As a child she said that she remembered the life of a woman who was accidentally shot and killed with a shotgun. A responsible informant said the shotgun cartridge had contained shot of two different sizes. (No medical record was obtainable in this case.)
Another Burmese child said that she remembered the life of her deceased aunt, who had died during surgery for congenital heart disease. This child had a long, vertical linear hypopigmented birthmark close to the midline of her lower chest and upper abdomen; this birthmark corresponded to the surgical incision for the repair of the aunt's heart. (I obtained a medical record in this case.) In contrast, a child of Turkey had a horizontal linear birthmark across the right upper quadrant of his abdomen. It resembled the scar of a surgeon's transverse abdominal incision. The child said that he remembered the life of his paternal grandfather, who had become jaundiced and was operated on before he died. He may have had a cancer of the head of the pancreas, but I could not learn a precise medical diagnosis.
Two Burmese subjects remembered as children the lives of persons who had died after being bitten by venomous snakes, and the birthmarks of each corresponded to therapeutic incisions made at the sites of the snakebites on the persons whose lives they remembered. Another Burmese subject also said as a child that she remembered the life of a child who had been bitten on the foot by a snake and died. In this case, however, the child's uncle had applied a burning cheroot to the site of the bite -- a folk remedy for snakebite in parts of Burma; and the subject's birthmark was round and located at the site on the foot where the bitten child's uncle had applied the cheroot.
Sweet Swarnlata
A Case from Dr. Ian Stevenson
This case is extracted from charts and commentary on pages 67 to 91 in Dr. Ian Stevenson’s classic book, Twenty Cases Suggestive of Reincarnation. This is the original long version we wrote for Children's Past Lives, but due to space constraints a shorter, edited version appeared in the book. Yet, because we believe that the abundance of detail is what make this (and similar Stevenson cases) so convincing, we offer here the full version.
________________________________________
The story of Swarnlata is characteristic of Stevenson's cases: the young girl's memories began when she was 3, she gave enough information to enable Stevenson to locate the family of the deceased person she remembered (the case was "solved"), and she gave more than 50 specific facts that were verified. But Swarnlata's case was also different from most because her memories did not fade. And this is a sweet case, characterized by love and happy memories rather than by violent death and struggles between castes and families, like in so many other cases.
Swarnlata Mishra was born to an intellectual and prosperous family in Pradesh in India in 1948. When she was just three years old and traveling with her father past the town of Katni more than 100 miles from her home, she suddenly pointed and asked the driver to turn down a road to "my house", and suggested they could get a better cup of tea there than they could on the road.
Soon after, she related more details of her life in Katni, all of which were written down by her father. She said her name was Biya Pathak, and that she had two sons. She gave details of the house: it was white with black doors fitted with iron bars; four rooms were stuccoed, but other parts were less finished; the front floor was of stone slabs. She located the house in Zhurkutia, a district of Katni; behind the house was a girl's school, in front was a railway line, and lime furnaces were visible from the house. She added that the family had a motor car (a very rare item in India in the 1950's, and especially before Swarnlata was born). Swarnlata said Biya died of a "pain in her throat", and was treated by Dr. S. C. Bhabrat in Jabalpur. She also remembered an incident at a wedding when she and a friend had difficulty finding a latrine.
In the spring of 1959, when Swarnlata was 10 years old, news of the case reached Professor Sri H. N. Banerjee, an Indian researcher of paranormal phenomenon and colleague of Stevenson. Banerjee took the notes her father made and traveled to Katni to determine if Swarnlata's memories could be verified.
Using nothing more than the description that Swarnlata had given, he found the house--despite the house having been enlarged and improved since 1939 when Biya died. It belonged to the Pathak's (a common name in India), a wealthy, prominent family, with extensive business interests. The lime furnaces were on land adjoining the property; the girls school was 100 yards behind the Pathak's property, but not visible from the front.
He interviewed the family and verified everything Swarnlata had said. Biya Pathak had died in 1939 leaving behind a grieving husband, two young sons, and many younger brothers. These Pathaks had never heard of the Mishra family, who lived a hundred miles away; the Mishra's had no knowledge of the Pathak family.
The next scene in this story sounds like a plot from Agatha Christie, but is all true, extracted from the Stevenson's tabulations in Swarnlata's published case. In the summer of 1959, Biya's husband, son, and eldest brother journeyed to the town of Chhatarpur, the town where Swarnlata now lived, to test Swarnlata's memory. They did not reveal their identities or purpose to others in the town, but enlisted nine townsmen to accompany them to the Mishar home, where they arrived unannounced.
Swarnlata immediately recognized her brother and called him "Babu", Biya's pet name for him. Stevenson gives only the barest facts, but I can imagine the emotions ran high at this point. Imagine how Babu felt to be recognized immediately by his dead sister reborn.
Ten-year-old Swarnlata went around the room looking at each man in turn; some she identified as men she knew from her town, some were strangers to her. Then she came to Sri Chintamini Pandey, Biya's husband. Swarnlata lowered her eyes, looked bashful--as Hindu wives do in the presence of their husbands--and spoke his name. Stevenson says nothing of Sri Pandey's reaction at finding his wife after twenty years
Swarnlata also correctly identified her son from her past life, Murli, who was 13 years old when Biya died. But Murli schemed to mislead her, and "for almost twenty-four hours insisted against her objections that he was not Murli, but someone else." Murli had also brought along a friend and tried to mislead Swarnlata once again by insisting he was Naresh, Biya's other son, who was about the same age as this friend. Swarnlata insisted just as strongly that he was a stranger.
Finally, Swarnlata reminded Sri Pandey that he had purloined 1200 rupees Biya kept in a box. Sri Pandey admitted to the truth of this private fact that only he and his wife had known.
Gold Fillings
A few weeks later, Swarnlata's father took her to Katni to visit the home and town where Biya lived and died.
Upon arriving she immediately noticed and remarked about the changes to the house. She asked about the parapet at the back of the house, a verandah, and the neem tree that used to grow in the compound; all had been removed since Biya's death. She identified Biya's room and the room in which she had died. She recognized one of Biya's brothers and correctly identified him as her second brother. She did the same for her third and fourth brother, the wife of the younger brother, the son of the second brother (calling him by his pet name "Baboo"), a close friend of the family's (correctly commenting that he was now wearing spectacles, which he in fact had acquired since Biya had died) and his wife (calling her by her pet name "Bhoujai"), Biya's sister-in-law--all with appropriate emotions of weeping and nervous laughter. She also correctly identified a former servant, an old betelnut seller, and the family cowherd (despite her youngest brother's attempt to test Swarnlata by insisting that the cowherd had died).
Later, Swarnlata was presented to a room full of strangers and asked whom she recognized. She correctly picked out her husband's cousin, the wife of Biya's brother-in-law, and a midwife--whom she identified not by her current name, but by a name she had used when Biya was alive. Biya's son Murli, in another test, introduced Swarnlata to a man he called a new friend, Bhola. Swarnlata insisted correctly that this man was actually Biya's second son, Naresh. In another test, Biya's youngest brother tried to trap Swarnlata by saying that Biya had lost her teeth; Swarnlata did not fall for this, and went on to say that Biya had gold fillings in her front teeth--a fact that the brothers had forgotten and were forced to confirm by consulting with their wives, who reminded them that what Swarnlata said was true.
This must have been a spectacle. Here was a ten-year-old stranger from far away--so far, in terms of Indian culture, that her dialect was distinctly different than that of the Pathaks--who acted confidently like an older sister of the household, was familiar with intimate names and family secrets, and remembered even marriage relationships, old servants, and friends. Just as amazing, her memory was frozen at the time of Biya's death; Swarnlata knew nothing about the Pathak family that had happened since 1939.
In the following years, Swarnlata visited the Pathak family at regular intervals. Stevenson investigated the case in 1961, witnessing one of these visits. He observed the loving relationship between Swarnlata and the other members of the family. They all accepted her as Biya reborn.
Swarnlata behaved appropriately reserved towards Biya's elders, but when alone with Biya's sons, she was relaxed and playful as a mother would be--behavior that would otherwise be totally inappropriate in India for a 10-year-old girl in the company of unrelated men in their mid-thirties.
The Pathak brothers and Swarnlata observed the Hindu custom of Rakhi, in which brothers and sisters annually renew their devotion to each other by exchanging gifts. In fact the Pathak brothers were distressed and angry one year when Swarnlata missed the ceremony; they felt that because she had lived with them for 40 years and with the Mishras for only 10 years that they had a greater claim on her. As evidence of how strongly the Pathaks believed that Swarnlata was their Biya, they admitted that they had changed their views of reincarnation upon meeting Swarnlata and accepting her as Biya reborn (the Pathaks, because of their status and wealth, emulated Western ideas and had not believed in reincarnation before this happened). Swarnlata's father, Sri Mishra, also accepted the truth of Swarnlata's past identity: years later, when it came time for Swarnlata to marry he consulted with the Pathaks about the choice of a husband for her.
How did Swarnlata feel about all of this? Was it confusing for her to remember so completely the life of a grown woman? Stevenson visited her in later years and corresponded with her for ten years after this case was investigated. He reports that she grew up normally, received an advanced degree in botany, and got married. She said that sometimes, when she reminisced about her happy life in Katni, her eyes brimmed with tears and, for a moment, she wished she could return to the wealth and life of Biya. But her loyalty to the Mishra family was undivided and, except for the regular visits to Katni, she went about the business of growing into a beautiful young woman, accepting fully her station in this life.
In some ways Swarnlata is typical of Stevenson's cases: the amazing number of facts and people she remembered; the positive identification of the previous personality, the exchange of visits between the families, and the age at which she first had her memories. What is not typical, however, is the persistence of clear memories into her adulthood, the lack of a traumatic death, and the support and cooperation between the families (in most cases one or both of the families are reluctant to encourage the child or to bring the case to the outside world). This is a sweet case that illustrates what profoundly enriching human experience a past life memory can bring about.
But many of the cases in Stevenson's books are stories where love and miraculous reunions mix with conflict, violent death, and hostile emotions. The cases of Ravi Shankar [Chapter 6 in Children's Past Lives] and Titu Singh illustrate the darker side of life that is often brought to the light when a child has a forceful past life memory.
SS wrote:
Bhastho:
Pertanyaan saya pada anda, Kalau segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan, lalu siapakah yang menciptakan Tuhan?
SS:
Anda mau ikuti argumen Bertrand Russel yah? Kalau saya jawab :"Tuhan selamanya ada." Anda akan tanya lagi :"Kalau ada yang selamanya ada, mengapa harus Tuhan, mengapa bukan materi saja?"
Saya akan jawab lagi :"Karena materi pasif. Karena materi tidak ada intelegensi. Apa yang menyebabkan alam semesta ini menghasilkan manusia yang intelegen? Apa sebabnya alam semesta ini bekerja menurut matematika dan fisika yang sangat tinggi? Ada suatu intelegensi yang sangat tinggi yang memasukan rumus-rumus matematika dan hukum fisika yang sangat tinggi. Intelegensi yang sangat tinggi itu saya dahulu sebut 'Cosmological God'. Anda pernah pelajari fungsi otak manusia? Otak manusia bekerja sangat kompleks, jauh lebih kompleks daripada computer yang paling canggih. Mungkinkah ini jadi sendiri? Menurut Russel 'Mungkin'. Menurut saya dan banyak orang lain (termasuk Einstein) ada suatu intelegensi yang sangat tinggi dibelakang alam semesta ini.
Salam.SS
gauss82000 wrote:
Kehamilan akibat pemerkosaan, siapakah yang bertanggung jawab ?????
Sdr. SS, anda sangat menyakini Tuhan sebagai makhluk yang menciptakan
manusia dan segala isinya. Pertanyaan saya adalah bagaimana komentar anda
mengenai kejadian pemerkosaan yang menyebabkan terjadinya kehamilan ??? Kasus
pemerkosaan yg menyebabkan kehamilan ini pernah terjadi pada 14 Mei 1998 (di
mana ada org etnis Tionghoa yang kena), tenaga TKI yang kerja di Arab hamil krn
diperkosa. Jika anda menyakini Tuhan setiap kali menciptakan makhluk, bagaimana
penjelasan anda tentang anak yang merupakan hasil pemerkosaan ???
Thx
xan_to wrote:
Saya akan jawab lagi :"Karena materi pasif. Karena materi tidak ada
intelegensi. Apa yang menyebabkan alam semesta ini menghasilkan
manusia yang intelegen?
Xan To :
Oh jadi maksud anda jika manusia punya intelegen berarti intelegen itu
musti berasal dari satu intelegen yang lebih besar???
Kenapa anda tidak berpikir bahwa Intelegen itu sendiri adalah kita
sendiri??? Dalam artian alam semesta, manusia, dan makhluk lain ada
tanpa adanya pencipta. Keberadaannya tak berawal dan tak berakhir.
Gabungan dari segala hal itu lah yang disebut Tuhan.
Kenyataan manusia biar punya intelegen yang tinggi sekalipun tetap
saja tak bisa hidup tanpa materi.
Saya ingin bertanya kepada anda. Pertanyaannya :
1. Apa yang membuat ada berpikir bahwa Tuhan harus lah suatu pribadi???
2. Lebih lanjut, sehingga anda percaya pada Yesus (suatu pribadi)???
3. Apa yang membuat anda percaya bahwa Yesus itu Tuhan kenapa gak yang
lain??? Salah satu contohnya Sai Baba pernah bilang dia itu adalah Tuhan.
4. Menurut anda apakah Tuhan harus punya bagian2 seperti manusia kayak
otak untuk berpikir, tangan untuk melakukan sesuatu, hidung untuk
bernafas, kaki untuk berjalan, dll.
5. Apa kategori anda sehingga anda menilai bahwa "Yang seperti inilah
yang disebut Tuhan"???
6. Lebih lanjut, sehingga anda merasa Yesus memenuhi kriteria tersebut
sehingga anda kemudian menyebutnya Tuhan???
junaiwan77 wrote:
cerita dongengnya kurang seru kalo gak ada twistnya :
ternyata dibelakang intelegensia yang
sangat-sangat-sangat tinggi itu ada dewa sun go kong
dgn intelegensia super duper jenius (10 kali lebih
jenius) lagi makan pisang....
di akhir dongeng baru ketahuan ternyata tuhan versi
kr****n, tuhan versi islam dsb adalah ciptaan dari
dewa monyet itu......
bila manusia punya banyak tuhan, maka tuhan cuma punya
1 dewa... one monkey god rule them all
rizan_ja88 wrote:
Saudara gauss82000, mendingan kita berhenti berdebat kusir dengan kaum
kr****n dech.. Saya pernah mengutarakan pertanyaan yang sama dengan
rekan kr****n saya yang cukup fanatik yang selalu membangga-banggakan
KKR penyembuhan oleh pendetanya. Tapi pertanyaan saya ini gak bisa di
jawabnya. Dia hanya menjawab "Inilah kuasa Tuhan.. Tuhan mempunyai
rencana yang tidak pernah diketahui manusia." Pikiran mereka di pasung
oleh dongeng2 dalam alkitab yang keabsahannya sangat diragukan. Untuk
menjawab pertanyaan - pertanyaan seperti ini mereka akan selalu memakai
logika Tuhan ataupun Rahasia Tuhan yang tidak pernah diketahui dan di
mengerti manusia. Sama seperti jawaban dari teman saya yang kr****n.
gauss82000 wrote:
Re: Kehamilan akibat pemerkosaan, siapakah yang bertanggung jawab ?????
Thanks, atas anjurannya sdr Rizan, saya merasa seperti obrolan saja kok. :-)
Dialog kadang2 diperlukan untuk meluruskan berita2 miring. Minimail sdr SSdan Michael bisa mengetahui jalan berpikir seorang Buddhis, misalnya spt saya, mengapa saya menolak ajaran kr****n? Karena bagi saya yang penting dalam melihat ajaran agama yang pertama perlu di lihat adalah 1). Apakah ada cerita kekerasan di kitab suci masing-masing, 2) Bagaimana perilaku si pembawa agama, keraskah? menyukai kekerasankah dalam menyelesaikan masalah? Ini adalah indikator buat saya pribadi dalam melihat dan memilih ajaran. Karena saya seorang pendidik juga, maka indikator keteladanan dari si pembawa ajaran sangat penting. Seorang anak selalu belajar dari mencontoh keteladanan. Maka kalau si pembawa ajaran sikap dan perilakunya tidak benar, maka tidak layak sebagai pangutan untuk di teladani oleh seorang anak, apalagi untuk masyarakat yang lebih luas.
Mengenai bicara surga, surga akan tepat diajarkan seseorang yang lembut dalam berperilaku. Kalau perilaku keteladanan saja tidak ada, maka tidak tepatlah untuk bicara ajaran pergi ke surga. Ini hanya sedikit berbagi. Sekali lagi thanks atas anjurannya.
Mudah2an saudara SS dan Michael terbuka mata batinnya. Ok sdr SS dan Michael :-)
Vajra wrote:
Rencana Tuhan tidak pernah diketahui manusia, tapi kalau menang undian, sembuh, naik kelas, naik pangkat bilangnya puji tuhan, doa dikabulkan. Apa gak bertolak belakang tuh?
gauss82000
Hello, bagaimana Sdr. SS, apa benar jawaban anda spt yang Sdr. Rizan
katakan???
SS wrote:
Tuhan Mahakuasa, dan Mahakasih. Waktu Tuhan menciptakan alam semesta termasuk manusia, semuanya baik.
Kejadian 1:31. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.
Tetapi Tuhan memberikan hak bagi manusia untuk memilih untuk mengikuti segala perintahnya maupun untuk tidak mengikuti perintahnya. Tuhan tidak ciptakan manusia seperti robot yang tidak ada kemauan sendiri. Kondisi ini memang sulit dimengerti. Tetapi robot tidak bisa betul-betul dapat menjadi bahagia. Hanya manusia yang dapat memilih, akan bahagia betul-betul.Tetapi manusia jatuh dalam dosa.
Salam. SS
-----------------------------------------------------------------------------------------
Semua peristiwa didunia bahkan dialam semesta ini terjadi karena diizinkan Tuhan terjadi (under the providence of God). Kalau Tuhan tidak izinkan, maka tidak akan terjadi. Ini termasuk segala macam mushibah seperti letupan gunung berapi, gempa, tsunami, banjir, tanah longsor, dsb. Tetapi juga peperangan, pembunuhan, perkosaan, perampokan, pencurian dsb.
Manusia mengalami berbagai kejadian, berkat dan mushibah. Manusia diadili Tuhan terhadap bagaimana ia berespons terhadap segala itu.
Memang banyak sekali terjadi ketidakadilan dalam dunia ini, dari zaman dahulu sampai zaman sekarang. Banyak yang lolos dari hukum manusia. K
Dalam kerusuhan Mei 1998, sampai sekarang belum ada satu manusiapun yang dihukum. Padahal dalam tayangan TV ada laki-laki yang menyeret seorang perempuan berseragam. Mukanya si-laki-laki maupun si-perempuan jelas nampak. Tetapi laki-laki itu tidak ditangkap dan tidak diadili. Dalam pengadilan terakhir, Yesus Kristus akan mengadili semua orang secara adil. Adil bukan menurut standar manusia, tetapi menurut standar Tuhan.
Tuhan Yesus telah mati dikayu salib untuk menebus dosa-dosa manusia, segala macam dosa, termasuk dosa peristiwa Mei 1998. Umat pilihan Tuhan akan masuk taman Firdaus (atau surga) dan kemudian akan ditempatkan didunia baru, di Yerusalam baru, yang kelak akan diciptakan Tuhan. Dunia yang lama dan langit yang lama akan tiada. Bumi baru dan langit baru akan diciptakan kelak.
Wahyu 21:1. Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. 21:2 Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.
Semua air mata mereka akan dihapus Tuhan.
Wahyu 21:4 Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."
Seluruh keadilan Tuhan akan terjadi. Semua akan damai. Kebenaran Tuhan akan sempurna.
Salam. SS
xanto:
Kenapa anda tidak berpikir bahwa Intelegen itu sendiri adalah kita
sendiri??? Dalam artian alam semesta, manusia, dan makhluk lain ada
tanpa adanya pencipta. Keberadaannya tak berawal dan tak berakhir.
Gabungan dari segala hal itu lah yang disebut Tuhan.
SS:
Memang kira-kira begitu pikiran saya waktu saya beralih dari agnostik jadi panteis. Tetapi kemudian lagi saya bertanya "suatu intelegensi yang begitu tinggi, apakah tidak berkomunikasi dengan manusia? Menerangkan apa yang ia tidak tahu dan tidak bisa tahu, tetapi ingin tahu?
xanto:
5. Apa kategori anda sehingga anda menilai bahwa "Yang seperti inilah
yang disebut Tuhan"???
SS:
Bukan saya yang menciptakan Tuhan. Bukan saya yang tetapkan :" Tuhan harus begini, dan harus begitu." Tetapi Tuhan sendiri yang menyatakan diriNya adalah begitu dan begini. Saya percaya Tuhan yang menciptakan alam semestaini termasuk manusia yang bertanya-tanya. Bukan Tuhan ciptaan manusia yang harus begini begitu menurut pemikiran manusia.
Xanto:
3. Apa yang membuat anda percaya bahwa Yesus itu Tuhan kenapa gak yang
lain??? Salah satu contohnya Sai Baba pernah bilang dia itu adalah Tuhan.
SS:
Mengenai Yesus saya mula-mula tahu dari mulut para pastor, kemudian para pendeta, kemudian lagi dari Alkitab. Saya percaya Yesus yang diterangkan Alkitab.
Nama Sai Baba tidak ada dalam Alkitab. Saya tidak percaya bahwa Sai Baba adalah Tuhan.
Salam. SS.
SS wrote:
Memang tindakan Tuhan tidak selalu dapat dimengerti manusia. Ibarat anak SD baca buku relativitas Einstein, apakah ia dapat mengerti tulisan Einstein?
Sebagai seorang pendidik coba Anda pikirkan. Apakah anak sd dapat mengerti pemikiran Einstein seutuhnya? Einstein bilang c + c = c. Anak SD itu akan membantah Einstein, dia akan katakan Einstein salah, c + c = 2c. Sebagai pendidik apakah Anda dapat terangkan kepada anak SD tersebut bahwa Einstein benar? Apakah Anda sendiri mengerti teori Einstein?
Begitulah manusia yang intelegensinya terbatas, tidak dapat mengerti sepenuhnya Firman dan tindakan Tuhan. Banyak dari FirmanNya haru diterima dengan iman.
Manusia dengan pikirannya yang terbatas mau mengerti Firman dan Perbuatan Tuhan yang tidak terbatas dan kadang-kadang diatas akal manusia. Bukan irrational tetapi supra rational.
Salam. SS.
Vajra wrote:
Kalau tuhan memberikan hak bagi manusia untuk memilih mengikuti perintahnya atau tidak mengikuti perintahnya, ada 2 hal yg saya mau sampaikan:
1. Kalau memang demikian, mengapa ada ganjaran surga bagi yg percaya dan ada ganjaran neraka bagi yang tidak percaya? Kontradiktif bukan?
2. Mengapa pula kaum evangelis begitu giat mencari umat baru? Tokh tuhan sendiri aja memberikan kebebasan kok, kok evangelis evangelis itu kepot sendiri?
Aneh...bener bener anehhhhhh.....
---------------------------------------------------------------------------
Vajra wrote:
Kok anda sepertinya jadi TUHAN itu SENDIRI??? Anda nulis gitu, menurut anda atau menurut tuhan?
Vajra wrote:
Kasihan sekali yah ada agama yg ngasih cobaan, hukuman dll
Bunbuncit wrote:
Sdr SS, anda benar2 mo sok jd tuhan.
Jgn menjawab seakan2 anda itu tuhan, anda saja masih akan mati dll. semua yg anda katakan dibawah ini smua adalah hasil imaginasi anda saja. Tak seorangpun bahkan anda tahu apa itu tuhan (walaupun anda pura2/menganggap diri tahu)
Anda bukan pihak yg di perkosa. Mudah2an anak anda diperkosa barulah anda tidak akan bicara seperti itu.
Bejat ammat ngomongnya.
Satu hal lagi, klo ada tuhan macam bgt yg memberikan berkat dan hukuman esperti mainan aja ama ciptaannya, aku nda mau tuhan macam itu.
ngapain taruh nasib diatas seseorg makhluk yg tdk kita kenal dan tahu, nda terlihat lagi. Yg pasarkan dia jg manusia (si SS). Bodoh deh klo mo percaya.
Andaz keluar aja dari milis ini. Sudah bukan tujuannya blajar agama kr****n neh. Kbanyakan maksa ideologi agama aj nd anda itu cuman bilang bagus2nya aja. Dasar muka dua!!!!
Memang tindakan Tuhan tidak selalu dapat dimengerti manusia.
TERMASUK ANDA SENDIRI JG TAK NGERTI!!!
gauss82000 wrote:
Sdr. SS jika tindakan Tuhan pribadi tidak dapat di mengerti, mengapa orang2 kr****n banyak sekali bicara kuasa Tuhan pribadi di gereja seperti mengerti aja jalan berpikir Tuhan pribadi. Bukankah ini spekulasi orang2 kr****n saja, seakan2 mengerti Tuhan pribadi. Berikutnya adalah kalau jalan berpikir Tuhan pribadi tidak anda ketahui, apakah bukan sesuatu yang "berbahaya" menaruh kepercayaan/keyakinan yang tidak anda ketahui. Tergantung lagi mood spt apa Tuhan pribadi anda, makanya orang perlu berdoa supaya dapat membujuk Tuhan pribadi mengubah jalan berpikirnya dengan pujian supaya Tuhan pribadi ini senang dan dapat terkabul keinginan anda. Sedikit suaplah, begitu???. Ini artinya tidak ada kepastian keselamatan. Keselamatan yang semu/buta.Bukankah demikian, sdr. SS ???
Jika anda katakan manusia mempunyai intelegensi terbatas, kok orang2 kr****n termasuk anda berani sekali ngomong tentang sesuatu pribadi yang tak terbatas di gereja??? (seakan2 mengerti mengenai Tuhan pribadi. Kalau ngak mengerti sebaiknya, ngak perlu bicara Tuhan pribadi di gereja, karena pasti ngelantur saja dan juga ngak perlu memperkenalkan Tuhan pribadi anda (krn pasti juga ngak tepat). Bukankah ini yang namanya spekulasi keselamatan ??? (alias keselamatan semu)
Kalau pemerkosaan atas ijin Tuhan pribadi, berarti secara tidak langsung ini adalah rencananya untuk menciptakan anak hasil pemerkosaan ??? (krn di beri ijin)
Jadi pemerkosaan itu benar apa ngak ya ????(krn di beri ijin Tuhan pribadi)
Mungkin ada baiknya si pemerkosa ketika di tangkap polisi mestinya memberikan alasan Pak Polisi, apa yang saya lakukan sudah se ijin Tuhan pribadi saya (kalau ia seorang kr****n), jadi bapak harusnya melepaskan dan merestui saya :-) . Kalau dalam hukum yang terberat adalah si perencana bukannya pelaksana (kalau pun ingin di hukum) . Saya mah hanya pelaksana saja. Mungkin cepat2 polisi tadi mengantarkan si pemerkosa ke rumah sakit jiwa. Artinya dari cerita di atas, yang meniup roh itu yang harus bertanggungjawab penuh. Inilah akibatnya kalau menganggap Tuhan adalah sesosok makhluk, menjadi bisa dipersalahkan, bahkan bisa merendahkan Tuhan.
Thx
gauss82000 wrote:
Penyebab seseorang terlahir di 31 alam secara garis besar
> Semoga bermanfaat buat anda berdua
>
>
> Buddhisme mempunyai penjelasan surga dan neraka yang jauh lebih jelas
> di bandingkan ajaran/ pandangan lainnya serta bukan hanya surga dan
> neraka yg di jelaskan tetapi ada alam lainnya. Untuk lebih jelasnya
> lihat
> tabel alam2 kehidupan di bawah ini. Dan ini hanya garis besarnya saja.
> Neraka, hantu, jin/setan nanti di urai lagi lebih detil lagi macam2
> makhluknya. Jadi neraka dan surga tdk hanya satu, tapi lebih dari satu.
>
> Mengapa demikian krn orang yg berbuat baik byk dan sedikit tdk mungkin
> sama surganya dan begitu juga orang yg berbuat jahat byk dan sedikit
> akan
> berbeda juga nerakanya, jika demikian pasti akan terlihat sangat aneh
> dan tdk masuk akal. Dan kedua2nya tdk kekal spt dalam ajaran lain.
>
> Utk pencapaian tertinggi/ yang kekal/mutlak dalam Buddhisme adalah
> pencapaian Nirvana/Nibbana. Jadi surga dan neraka yg di anggap kekal
> oleh
> ajaran/pandangan yg lain itu tdk kekal dlm Buddhisme. Usia makhluk2 yg
>
> ada di alam surgawi memang lebih panjang dari alam manusia.
>
> Tindakan2 atau sifat2 yg tdk baik menyebabkan makhluk2 setelah
> meninggal akan masuk salah satu dari 4 alam menderita, yaitu:
>
> 1. Alam Binatang, makhluk2 yg lahir di sini memiliki sifat buruk yg
> dominan "Kegelapan/Kebodohan batin" , artinya yang baik dikatakan tdk
> baik sebaliknya yg tdk baik dikatakan baik , yg benar dikatakan tdk
> benar
> sebaliknya yg tdk benar dikatakan benar, yg bermanfaat dikatakan tdk
> bermanfaat sebaliknya yg tdk bermanfaat dikatakan bermanfaat. Jika di
> lihat secara energi yg timbulnya, adanya energi liar di pikiran dan di
> badan orang tsb.
>
> 2. Alam Neraka, makhluk2 yg lahir di sini memiliki sifat buruk yg
> dominan "Kebencian" , artinya suka marah, membenci, jengkel, maki2
> orang
> baik memaki di pikiran maupun di ucapannya, mempunyai karakter yg keras
>
> dan suka dgn kekerasan. Jika di lihat secara energi timbulnya energi
> panas, di pikiran dan di badan orang tersebut.
>
> 3. Alam Hantu, makhluk2 yg lahir di sini memiliki sifat buruk yg
> dominan "Serakah", aplikasi dlm keseharian serakah thd materi, jabatan,
>
> makanan, pendeknya adalah memiliki napsu keinginan thd segala
> sesuatu/terikat/melekat.
>
> 4. Alam jin/setan, makhluk2 yg lahir di sini memiliki sifat buruk yg
> bisa dari kombinasi dari sifat makhluk hantu, neraka, binatang.
>
>
> Bagaimana utk pencapaian di alam Manusia , 6 alam surga (Deva Loka)
> dan 20 alam surgawi yg lebih tinggi (16 Rupa Loka dan 4 Arupa Loka) ?
>
> 1. Secara grs besar alam manusia dan 6 alam surga (Deva Loka) bisa di
>
> capai dgn melaksanakan 5 sila dari Pancasila Buddhis dan byk melakukan
> berdana/melepas
> 2. Sedangkan utk surga yg lebih tinggi (16 Rupa Loka dan 4 Arupa
> Loka) bisa di capai dgn melaksanakan 5 sila dari Pancasila Buddhis, byk
>
> melakukan berdana/melepas dan meditasi samatha
>
> Bagaimana utk pencapaian Nirvana/Nibbana?
> Pencapaian Nirvana/Nibbana bisa di tempuh dgn melaksanakan 5 sila
> dari Pancasila Buddhis, byk melakukan berdana/melepas dan meditasi
> Vipassana
SS wrote:
Terima kasih untuk keterangan Anda diatas. Maaf saya tembuskan posting Anda
kemillis [ini]
Saya sebetulnya mau belajar banyak mengenai Buddhisme. Saya punya buku
mengenai Zen-Buddhism. Tetapi itu bukan aliran mayoritas pemillis disini
yah?
Sidharta Gautama tahu mengenai 31 alam itu darimana? Apa dari Samedi lalu ia
dapat pergi ke-31 alam itu?
Salam. SS
xan_to wrote:
Saya ingin komentar sedikit mengenai aliran.
menurut saya didunia ini, aliran dalam agama Buddha cuma ada 2 yaitu
Mahayana dan Hinayana. Selebihnya adalah aliran spesialisasi dari
kedua aliran tersebut. contohnya Zen yang termasuk dalam kelompok
Mahayana. tapi mungkin saudara2 Buddhist yang lain punya pendapat
berbeda :D. Kalo menurut saya kebanyakan umat Buddhist di milis ini
berasal dari Theravada hehehehe...
Yap betul sekali, Sidharta mengetahui 31 alam dari meditasi, tetapi
pada saat itu, bukan dengan pergi berkunjung ke alam tersebut satu2
tapi melalui ingatan. Pada saat meditasi, Sidharta berhasil memiliki
kekuatan bathin untuk mengingat kehidupan sebelumnya sampai banyak
kali kehidupan. setelah itu baru dengan kekuatan bathin "Mata Dewa"
Sidharta melihat alam2 apa saja yang ada dalam jangkauan lebih dari
10.000 Sistem Dunia (kalo gak salah 1 Sistem Dunia = 1.000.000.000.000
tata surya).
Perlu anda ingat kemampuan yang Buddha miliki bukan cuma Buddha saja
yang bisa, ada beberapa ratus murid Buddha yang punya kemampuan
seperti Buddha walaupun secara kuantitas dan kualitas berbeda.
-----------------------------------------------------------------------
Siapa bilang intelegensi tertinggi tidak berkomunikasi!!! Coba deh ada
bertanya sama para pertapa ato orang2 dari aliran kepercayaan.
Emangnya berkomunikasi harus bicara pake bahasa manusia.
"Menerangkan apa yang ia tidak tahu dan tidak bisa tahu, tetapi ingin
tahu?"
Saya tidak mengerti maksud anda yang ini. dalam artian yang ingin tahu
siapa si manusia / intelegensi.
"Mengenai Yesus saya mula-mula tahu dari mulut para pastor, kemudian
para pendeta, kemudian lagi dari Alkitab. Saya percaya Yesus yang
diterangkan Alkitab. Nama Sai Baba tidak ada dalam Alkitab. Saya tidak
percaya bahwa Sai Baba adalah Tuhan."
Jawaban anda lucu hahahahaha.... Nama Sai Baba emang tidak ada di
Alkitab begitu juga nama Yesus coba deh anda cek di Perjanjian Lama,
kalo emang ada coba tunjukin ayatnya. Nama Yesus itupun baru muncul di
Perjanjian Baru dan itu ditulis ama muridnya Yesus bukan dari langit.
Lagi pula emangnya kenapa kalo nama Sai Baba tidak ada di Alkitab???
Emangnya Alkitab jatuh dari langit??? Sampai anda berpedoman pada
Alkitab seolah-olah Alkitab itu Kitab Sakti aja hehehehe......
Satu lagi, kalo di Alkitab tidak ada nama Sai Baba itu karena Sai Baba
masih hidup :p. Selain itu Sai Baba pernah mengatakan kalo dia itu
Yesus itu sendiri....
gauss82000 wrote:
Sdr. SS untuk mencapai Nirwana, ada satu penekanan penting, yaitu konsep "ketuhanan harus benar". Selama anda masih memegang pandangan Tuhan sebagai makhluk, maka Nirwana tidak mungkin tercapai. Kalau keselamatan hanya diartikan mencapai alam surga, maka siapapun akan bisa mencapainya jika menjalankan Pancasila Buddhis (yang bersifat universal) dengan baik+ melepas/berdana.
Isi dari Pancasila Buddhis :
• Pänätipätä veramani sikkhäpadang samädiyämi = Aku bertekad akan melatih diri menghindari pembunuhan mahluk hidup.
Untuk dapat digolongkan 'pembunuhan' harus memenuhi syarat-syarat sbb. :
1. Adanya satu mahluk.
2. Sadar bahwa itu mahluk.
3. Niat untuk membunuh.
4. Langkah-langkah perbuatan.
5. Kematian sebagai akibatnya (mahluk itu betul-betul mati).
• Adinnädänä veramani sikkhäpadang samädiyämi = Aku bertekad akan melatih diri menghindari pencurian.
Untuk dapat digolongkan 'pencurian' harus memenuhi syarat-syarat sbb. :
1. Adanya milik orang lain.
2. Kesadaran, pengertian akan keadaan ini.
3. Niat untuk mencuri.
4. Langkah-langkah perbuatan.
5. Peralihan benda yang dicuri sebagai akibatnya.
• Kämesu micchäcärä veramani sikkhäpadang samädiyämi = Aku bertekad akan melatih diri menghindari perzinahan (perbuatan a-susila).
Untuk dapat digolongkan 'perzinahan' harus memenuhi syarat-syarat sbb. :
1. Niat untuk mengalami sensasi obyek / sasaran yang terlarang dan bukan haknya.
2. Berusaha
3. Memiliki sasaran yang dimaksud.
• Musävädä veramani sikkhäpadang samädiyämi = Aku bertekad akan melatih diri menghindari kedustaan (ucapan yang tidak benar).
Untuk dapat digolongkan 'kedustaan' harus memenuhi syarat-syarat sbb. :
1. Kedustaan.
2. Niat untuk berdusta.
3. Usaha, dan
4. Menyampaikannya kepada orang lain.
• Surämeraya-majjapamädatthänä veramani sikkhäpadang samädiyämi = Aku bertekad akan melatih diri menghindari makanan dan minuman yang menimbulkan kemabukkan dan ketagihan.
Catatan :
Tidak harus menjadi umat Buddha pun, untuk pergi ke surga bisa dicapai oleh org yang beragama lain, tetapi harus menjalankan 5 sila ini yang bersifat universal dan banyak melepas/berdana. Jadi saran saya untuk anda peganglah 5 sila ini sebagai jalan menuju kehidupan yang lebih (mengingat usia anda yang sudah senja, sorry nich, ini demi masa depan anda yang lebih).
Semoga anda bisa terlahir kembali ke alam yang lebih baik nanti.
Vajra wrote:
Harry potter namanya juga gak ada di alkitab, tapi dia memiliki ilmu sihir. Bukunya juga dibaca oleh puluhan juta orang. Kenapa gak nyembah Harry Potter aja???
Radend wrote:
Salam Sejahtera, sdr.S****** S*******. Untuk selanjutnya utk memudahkan panggilan, saya singkat panggilan anda menjadi S saja ya. Dan anda bisa memanggil saya dgn S atau terserah anda mudahnya bagaimana. Dan Mohon dimaklumi. Thanks.
SS wrote:
> Semua peristiwa didunia bahkan dialam semesta ini terjadi karena diizinkan Tuhan terjadi (under the providence of God). Kalau Tuhan tidak izinkan, maka tidak akan terjadi. Ini termasuk segala macam mushibah seperti letupan gunung berapi, gempa, tsunami, banjir, tanah longsor, dsb. Tetapi juga peperangan, pembunuhan, perkosaan, perampokan, pencurian dsb.
Kalau saya lihat selama ini umat Kristiani memang mengalami kemajuan yg pesat dalam penggunaan kata2. Dulunya, kalau terjadi sesuatu yg tidak diinginkan, dijawab dgn 'Kita tidak tahu apa Rencana Tuhan', atau 'Manusia tidak dapat memahami Maksud/Rencana Tuhan..', atau 'Di balik musibah, ada maksud Tuhan yg mulia..', dstnya2.
Dgn perkataan tsb, sepertinya Tuhan-lah yg berperan aktif menginginkan musibah terjadi utk memenuhi rencananya. Jawaban seperti itu sering tidak memuaskan umat yg harus terima bulat2. Pendeta2 banyak juga yg mengalami konflik batin dgn perkataan tsb dan juga berusaha meyakinkan diri dgn perkataan itu.
Nah, pada perkembangan terakhir, mereka menemukan ide kata 'Atas izin Tuhan', atau 'Tuhan mengizinkan terjadi..'. Dgn perkataan seperti itu ingin menunjukkan bahwa Tuhan tidak ikut aktif dalam terjadinya musibah. Jadi bukan Tuhan yg lakukan. Hanya diizinkan! Hebat kan! Efek perkataan itu sungguh luar biasa! Umat2 bisa menerima musibah tanpa bertanya2 lagi kpd Tuhan. Pendeta lega dan bangga menggunakan kata2 tsb, dan umat meng-amini. Hal ini masih berlanjut sampai sekarang. Begitulah permainan kata2.
Dan ada satu masa, ada kata2 yg nge-trend di kalangan pendeta, 'Saya terlalu percaya. Saya terlalu percaya...'. Wah, kata2 yg lucu ya. Dulu menggunakan 'Saya percaya sepenuhnya..', kemudian diganti 'Saya terlalu percaya...'. Canggih kan?
SS, anda sendiri mengatakan bahwa kalau Tuhan tidak izinkan terjadi, maka tidak akan terjadi. Benarkan? Ok. Bagaimana kalau kita ber-eksperimen kecil2an? Untuk membuktikan perkataan anda. Tenang saja, tidak meminta anda meminum racun kok. Setuju?
Eksperimen-nya begini,
Anda mengambil pisau yg terasah tajam, dan iriskan dgn kuat ke lengan anda (tentunya lengan anda tanpa pelindung dan dalam kondisi normal) sambil berdoa kepada Tuhan anda supaya tidak berdarah/luka. Saya jamin dgn pasti bahwa setiap kali anda iriskan dgn kuat, tangan anda pasti berdarah/luka. Biarpun anda melakukannya berulang2.
Apakah anda ingin mengatakan bahwa setiap kali kejadian yg anda lakukan juga pasti di-izinkan oleh Tuhan anda? Karena anda sendiri yg mau, maka diizinkan Tuhan anda?
Ok. Kalau begitu, bagaimana kalau itu dilakukan terhadap anak2 anda berulang2 terus. Saya jamin pasti tetap berdarah/luka (terserah Tuhan anda mau izinkan berdarah atau tidak). Tentunya dlm hal ini yg mau cuman anda, bukan anak anda. Nah, apakah Tuhan anda juga tetap mengizinkan terjadi? Kalau Tuhan anda tidak izinkan, maka lengan anak anda tidak akan berdarah/luka. Betulkan?
Nah, kalau dilakukan dan tetap berdarah/luka, apakah anda ingin mengatakan bahwa saya lebih berkuasa dibanding Tuhan anda? Atau anda ingin mengatakan bahwa 'Inikan hukum alam!'. Lha, kalau jawabannya begitu, ya tidak boleh ada istilah 'Tuhan izinkan' lagi dong!. Bagaimana?
Salam,
S
Bhastho wrote:
Terima kasih saudara SS, diskusinya jadi on the track lagi
Oke beberapa pertanyaan jujur lagi, semoga anda bisa memberikan jawaban yang memuaskazn:
1. Baiklah, anggap saja Tuhan selamanya ada dan Tuhan adalah pencipta segala sesuatu, apakah ada sesuatu yang memaksa Tuhan untuk menciptakan alam semesta beserta berbagai maklhuk di dalamnya ini?Kalau ada berarti Tuhan tidak bebas-kalau tidak ada kekuatan yang memaksa Tuhan untuk menciptakan alam ini tapi toh dia tetap menciptakannya, berarti sekali lagi Dia tidak bebas, karena tunduk pada perbuatan utnuk menciptakan tersebut, jadi disini kualitas Tuhan yang mandiri dan bebas menjadi hilang, bagaimana inibisa dipecahkan?
2. Masalah yang sangat mengganggu saya adalah Teodisi, yaitu kalau Tuhan maha baik dan maha kuasa, bagaimana di dunia ini bisa ada kejahatan dan penderitaan yang berlimah ruah,? Apakah beliau tidak bisa atau tidak mau menghapuskan penderitaan tersebut?
Salam
SW wrote: Message #8251
[at] SS yg lu2s dgn pengetahuan luaarr.. Biasa!!
tsunamy, gunung meletus, longsor dibilang atas kemauan tuhan? Om stanley yg ga
pernah lu2s IPA. Ha2. Jangan gejala2 alam yg memakan korban yg u ingat! Hujan,
4musim, dll. Segala sesuatu itu adalah suatu fenomena alam. Gunung meletus
terjadi krn magma di dlm bumi yg mendesak keluar. Longsor terjadi krn air yg
turun menerus tidak dpt di tahan oleh pohon yg skrg terjadi penebangan pohon.
Loe dpt konsep iman makanya loe jadi bodoh! Ha2. Yg pny mata di kasih
kacamata/iman oleh pdt biar ga bisa melihat segala sesuatu dgn apa ada nya. Sgl
sesuatu adlh kata tuhan loe. Ha2.
Nah skrg gw tny, api terjadi krn kuasa tuhan juga? Angin juga terjadi atas kuasa
tuhan loe? Ha2. Api berasal dari mana, kok bisa ada? Untung gw ga pk tuhan loe,
jadi kl mau masak makanan hrs tunggu persetujuan tuhan loe. Pabrik korek api
kayu n gas bisa tutup kalo gt? Tau np ada api? Karena ada gejala alam dimana
2benda bersingungan menghasilkan percikan. Np bisa tahan, karena ada kayu yg
mempertahankan nyala ny api yg sblm ny percikan/ gas yg mempertahankan besaran
api dr percikan api. Jgn nanti loe ngmg 2benda yg bersingungan antara plastik sm
plastik. Yg pasti sm seperti bahan yg ada saat ini ya! Gw tkt ny loe rada lemot
gt! Ha2. Gara2 iman loe, loe jadi lemot gt. Mungkin kl tuhan loe pgn, plastik sm
plastik jg bisa nyala. Ha2.
Gw kdg2 kasihan sm om stanley. Krn iman loe, loe jd lemot. Ha2. Tp tetep aj gw
kesel bgt sm loe yg melakukan penginjilan. Dasar ga tau tempat!
SS wrote:
Kalau memang dapat diverifikasi dan falsifikasi seperti Anda katakan, itu
memang ilmiah. Saya ingin tahu lebih banyak mengenai meditasi Vipassana.
Mohon petunjuk Anda bagaimana melakukannya. Atau tunjukkan saya buku yang
beri petunjuk yang tepat mengenai ini.
Waktu saya masih muda (sekitar umur 21) saya berusaha meditasi, tetapi tidak
berhasil. Waktu itu saya berusaha kosongkan pikiran saya sesuai dengan
petunjuk buku yoga yang saya beli. Termasuk posisi duduk yang sangat
ditekankan buku itu. Sayang buku itu sudah hilang. Tetapi seorang Buddhist
mengatakan cara itu salah. Katanya bukan mengosongkan pikiran tetapi
konsentrasi pada sesuatu umpama pernapasan. Posisi duduk tidak penting,
boleh saja yang saya rasa baik. Beberapa bulan yang lalu saya coba lagi
dengan konsentrasi pada pernafasan saya, tetapi tetap tidak berhasil. Apa
masih salah? Tolong beri petunjuk bagaimana cara yang benar. Konsentrasi
pada pernafasan apakah benar? Lalu posisi duduk apa benar seenaknya saja.
Salam. SS
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nah, kalau dilakukan dan tetap berdarah/luka, apakah anda ingin mengatakan bahwa saya lebih berkuasa dibanding Tuhan anda? Atau anda ingin mengatakan bahwa 'Inikan hukum alam!'. Lha, kalau jawabannya begitu, ya tidak boleh ada istilah 'Tuhan izinkan' lagi dong!. Bagaimana?
SS:
Menurut kepercayaan saya alam semesta dan hukum alam diciptakan oleh Tuhan. Dalam contoh experimen yang anda usulkan akan berlaku hukum alam, jadi saya tidak akan ambil eksperimen itu deh.
Tetapi saya percaya bila Tuhan kehendaki bisa saja sesuatu keluar dari hukum alam.
Salam. SS
-----------------------------------------------------------------
Tuhan mau menciptakan alam semesta termasuk manusia, bukan terpaksa. Siapa yang dapat memaksa Tuhan?
Setelah Tuhan menciptakan manusia pertama (Adam dan Hawa), tuhan beri manusia kebebasan untuk memilih mengikuti jalan Tuhan atau tidak. Tetapi manusia pilih jalan yang menentang perintah Tuhan. Dosa ini menyebabkan kejahatan dan mushibah melanda umat manusia dan alam semesta. Apalagi setelah banjir Nuh, apalagi zaman kini. Tetapi suatu saat Tuhan akan menghapuskan langit dan bumi lama dan menciptakan langit dan bumi baru.
Wahyu 21:1. Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi.
Darimana saya tahu ini semua? Dari Alkitab.
Ada yang tuduh saya seolah-olah saya jadi Tuhan. Tidak saya manusia biasa. Apa yang saya tulis dimillis ini maupun millis-millis lain adalah berdasarkan Alkitab dan tafsiran saya mengenai beberapa ayat Alkitab. Memang saya tahu dari Tuhan melalui Alkitab dan melalui exegese saya.
Jadi : Kejahatan ada dimana-mana karena manusia banyak yang membangkang terhadap perintah Tuhan mulai dari Adam dan Hawa sampai sekarang. Namun demikian, ada juga umat yang patuh dan setia akan perintah Tuhan. Kelak tidak ada kejahatan lagi. Umat pilihan Tuhan akan ditempatkan dibumi baru, Yerusalem baru. Dan Tuhan sendiri akan menyinari umat pilihanNya. (Wahyu).
Salam. SS
----------------------------------------------------------
4.Siapakah orang kr****n yang akan terpilih, Dari denoinasi mana, Calvinis, Lutheran, Anglikan, Menonite, Advent Hari ke 7, Maranatha, Bethel, Aletheia, Mormon, Jehovah Witness, kami jadi sangat-sangat bingung mengingat hampir semuanya mempunyai beda pandangan yang mendaar dan menganggap hnya dirinya yang paling benar dan selamat!Tolong audara Stanley emberikan penjelasan terhadap hal ini?
SS:
Tidak ada Calvinis, Lutheran, Anglikan dsb disurga kelak. Yang ada hanya umat pilihan Tuhan.
Pada akhir zaman kelak, Yesus akan mengadili semua orang. Dan Yesus akan menentukan semuanya dalam pengadilan terakhir. Dan pengadilan Yesus adalah adil dan benar. (seluruh Alkitab, terutama Wahyu).
Salam. SS
Bunbuncit wrote:
Itulah anehnya, suatu saat nya knapa lama banget... nda ada kerjaan sudah milyaran tahun (tp menurut alkitab baru 6rban tahun) bumi ini penuh dosa, penderitaan, ratap tangis kelahiran (klo yg lahir dlm keadaan sengsara) dan ratap tangis dan sukacita dalam ekmatian (yg suka rela mati bunuh diri, euthanasia krn sakit kanker, aids, patah hati, dll tmasuk org kr****n yg nda sabar masuk surga)...
Ngawur aja anda ngomong... mo sok dgn apa alkitab katakan, cuman setumpuk kertas penuh kata2 bohong dan membodohi saja.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pantaslah nda berhasil2 meditasinya... cangkir anda terlalu penuh bung.. buang lah itu semua... semuanya.. kosongkan smuanya...
Makin menginginkan , maka makin menjauhlah yg diinginkan, setelah mengerti 'keterlepasan dari menginginkan' barulah mendapatkan apa yg dicari...
tidak menginginkan=mendapatkan
junaiwan77 wrote:
1. gak perlu terima kasih karena saya tidak sedang
membela anda kok.
2. kalo mau mencoba meditasi karena pengen liat 31
alam, wah sampe 7 kelahiran berikutnya pasti gak bakal
berhasil. di buddhism tidak menawarkan hal-hal yang
gaib, tidak menjanjikan mukjijat, tidak menjanjikan
angin surga.
Soekarno wrote:
Dear All,
Tolong dong di kirim artikel atau kitab suci dari timur yang menceritakan bahwa manusia pertama adalah adam dan hawa.
Natsude Mieco wrote:
Kepada Oom SS,
Jika Oom ingin mencoba meditasi, saya sarankan untuk mencari guru yang berpengalaman yang tidak bikin salah jalan, kalau buku saja saya takutnya, banyak istilah2 Buddhis yang Oom tidak kenal / mengerti, yang bikin bingung.
JIka tidak ada waktu, atau malas dan tetap ingin belajar melalui buku, ada beberapa buku yang bisa saya sarankan, salah satunya adalah Superpower Mindfullnes (Judul aslinya Mindfulness, Bliss, and Beyond), penulis Ajahn Brahm, yang telah di terjemahkan dalam bahasa Indonesia. Jika Oom berniat membelinya, Oom bisa beli di :
Taman Permata Buana
Jl. Pulau Bidadari II no.17
Puri Kembangan, JakBar 11610
Situs: www.ehipassiko.net
atau jika malas, bisa Transfer ke BCA 3981290109 Surja Handaka.Lalu sms nama & alamat+kodepos Oom ke 081519656575.
Buku akan tiba di alamat Oom dalam
waktu 2-7 hari.
Saya sedang membacanya, dan saya rasa cukup lengkap dan menarik untuk dipraktekan.
Xan_to wrote:
Dear All,
Tolong dong di kirim artikel atau kitab suci dari timur yang
menceritakan bahwa manusia pertama adalah adam dan hawa.
Dari Timur atau timur tengah????
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bukan saya yang menciptakan Tuhan. Bukan saya yang tetapkan :" Tuhan
harus begini, dan harus begitu." Tetapi Tuhan sendiri yang menyatakan
diriNya adalah begitu dan begini. Saya percaya Tuhan yang menciptakan
alam semestaini termasuk manusia yang bertanya-tanya. Bukan Tuhan
ciptaan manusia yang harus begini begitu menurut pemikiran manusia.
Xan To:
Betul apa yang anda katakan Tuhan lah yang seharusnya menetap kan
dirinya, tapi yang menjadi persoalan adalah dari mana anda tahu jika
itu Tuhan yang bilang???
Dewa Brahma Baka pernah menyatakan dirinya sebagai Tuhan hanya karena
kemampuan yang dia miliki begitu besar padahal bukan. begitu juga
dengan makhluk2 jahat semacam luciper dalam kr****n, bisa sajakan dia
pura2 jadi Tuhan. nah sekarang dari mana anda bisa tahu dan yakin
bahwa yang ngaku Tuhan pada anda ini betul2 Tuhan??? bukannya si
luciper ato dewa yang salah sangka???
Kalo saya, saya akan tentukan terlebih dahulu kriterianya Tuhan itu
seperti apa. jika saya dianggap salah maka tentunya yang bilang salah
harus bisa menjelaskannya dengan baik.....gitu Om
Berhubung pertanyaan saya belum anda jawab maka saya tanya ulang??
Atas dasar apa anda menolak Sai Baba sebagai Tuhan???
Memangnya kenapa jika Sai Baba tidak ada di Alkitab???
Radend wrote:
SS, BAGUS! Saya sudah menebak anda akan mengatakan seperti itu!
Nah, berarti anda MENEGASKAN bahwa eksperimen tsb akan tetap berlaku hukum alam. Ya kan? Artinya apa? Artinya karena Tuhan telah menciptakan hukum alam, maka hukum alam lah yg bekerja sesuai aturannya tanpa ada intervensi dari Tuhan lagi. Kalau tanpa campur tangan Tuhan, berarti tidak boleh ada istilah 'Atas izin Tuhan atau pun Tuhan tidak izinkan!' yg selama ini anda imani.
Kalau anda tetap mengatakan 'Tuhan menghendaki, bisa saja sesuatu keluar dari hukum alam', ya kenapa anda tidak berani mencoba eksperimen itu? Daripada anda setiap saat berdebat hanya dgn kata2 tanpa bisa membuktikan, bukankah dgn eksperimen itu Anda akan DIMULIAKAN oleh Tuhan anda karena bisa membuktikan kpd semua umat manusia bahwa Tuhan yg anda imani benar adanya. Dan percayalah, bila anda bisa membuktikan, maka semua umat manusia akan mengikuti dan percaya kepada Tuhan anda. Bagaimana?
Salam,
S
Xan_to wrote:
Dan percayalah, bila anda bisa membuktikan, maka semua umat manusia
akan mengikuti dan percaya kepada Tuhan anda.
Bagaimana?
Nambahin dikit :
Minimal dimilis ini
Bhastho wrote:
Setuju sekali, saya juga baru baca buku tersebut, sangat enak dan practical, karena ditulis dengan gaya bahasa yang enak oleh seorang bhikku barat mantan ilmuwan dari Inggris,murid dari Bhikkhu Hutan terkenal dari Thailand. kalau mau baca meditasi zen, buku2 Tomio Hirai sangat bagus, sedangkan tentang Koan ya baca buku-buku DTSuzuki
SS wrote to bubuncit:
Apakah Anda sendiri sudah bermeditasi dan menjadi "buddha"? Kalau tidak salah istilahnya adalah "sudah Jana"? Sudah dapat "Melihat" atau "Merasakan 31 alam" yang dimaksud?
SS wrote to Xan_to:
Saya tidak percaya bahwa Sai Baba adalah Tuhan. Dasarnya? Kepercayaan. Atas dasar apa saya percaya bahwa Yesus adalah Tuhan? Saya memang sangat sulit percaya sesuatu. Saya selalu minta bukti yang jelas.
Mula-mula saya juga tidak percaya bahwa Yesus adalah Tuhan. Akhir Juni 1964, saya yakin dan percaya bahwa Tuhan sendiri yang benarkan hal itu. (Lihat kesaksian saya.) Kemudian saya percaya.
SS wrote to Radend
Kalau tanpa campur tangan Tuhan, berarti tidak boleh ada istilah 'Atas izin Tuhan atau pun Tuhan tidak izinkan!' yg selama ini anda imani.
SS:
Mengapa tidak boleh? Untuk beberapa tahun Tuhan mengizinkan Hitler menterror dunia. Tetapi kemudian ia dikalahkan. Inipun terjadi atas izin Tuhan. Hukum alam ditetapkan dan diberlakukan oleh Tuhan. Jadi segala sesuatu yang terjadi menurut hukum alam adalah sesuai dengan izin Tuhan. Tetapi kadang-kadang Tuhan keluar dari hukum alam. Keluar dari hukum alam ini disebut juga "mujizat". Inipun terjadi seizin Tuhan. Tetapi manusia tidak bisa paksa Tuhan untuk buat mujizat. Mujizat hanya terjadi bila Tuhan menghendaki, bukan bila manusia menghendaki.
Kalau saya buat experimen berlaku hukum alam. Kalau keluar dari hukum alam, saya boleh minta, tetapi Tuhan yang tentukan mengabulkan atau menolak permintaan saya. Mengenai kesehatan Tuhan pernah mengizinkan saya mengalami penyembuhan secara mujizat, tetapi pernah juga menolak. Baik dikabulkan, maupun ditolak, saya tetap mengucapkan "Puji Tuhan"
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Apa sdr Meico dan sdr Hastho sudah praktekkan anjuran dari buku itu? Dan hasilnya bagaimana? Apa Anda sudah "Jana"? Apa Anda sudah lihat 31 alam yang dimaksud?
SS wrote:
Vajra:
Apa sich tujuan Tuhan menciptakan bumi dan segala isinya pada awalnya? Termasuk menciptakan mausia pertama Adam dan hawa?
SS:
Dalam Alkitab tidak ditulis jawaban atas pertanyaan ini. Saya hanya dapat berikan spekulasi-spekulasi orang. Ada yang bilang :"Untuk share kebahagiaan Tuhan yang sempurna kepada umat pilihan Tuhan". Tetapi ini hanya spekulasi manusia. Orang boleh terima atau menolak atau berikan alasan lain.
Menurut ajaran Sang Buddha alam semesta ini termasuk manusia darimana dan mengapa ada, dan untuk apa?
Salam. SS
junaiwan77 wrote:
he... lucu nih
jadi tuhan perlu beberapa tahun untuk mengalahkan
hitler ck..ck...ck... atau karena yg dibunuh bukan
umat kr****n jadi cuek2 aja ?
pada saat kejahatan terjadi, tuhan ngumpet dengan
seribu satu alasan. tapi saat kejahatan berakhir maka
muncullah tuhan sebagai juru selamat. kok mirip mr
satan di dragon ball ya.
demi iman membabi buta, maka akal sehat pun
dikorbankan.
Natsude Mieco:
Hehehe... makanya Oom baca dulu bukunya... baru (mudah2an) mengerti.
Sekarang lagi tahap praktek... nanti kalau ada hasil yang memuaskan, saya akan info.
Btw, seperti yang saya sudah bilang sebelumnya... dalam ajaran Buddha, segala sesuatu bersifat dinamis, hukum kamma sangat mempengaruhi segala hal di dunia ini, dan tidak ada istilah instant dalam agama Buddha.
Seperti halnya dengan meditasi, tidak ada hal yang instant sekaligus. Saya tidak pernah mimpi meditasi baru seminggu atau sebulan bisa mengalami Jhana, apalagi bisa mengetahui alam2 kehidupan.
Namun, bahkan dengan waktu yang sebentar tersebut, saya sudah mulai merasakan hasil2 lainnya (side effect) dari meditasi yang saya lakukan, seperti mulai lebih tenang dan sabar, lebih mudah mengingat sesuatu.
Jadi hukum kamma pun berlaku dalam hal meditasi, apa yang kita lakukan, itulah yang kita dapatkan.
Semakin kita melepas, semakin kita mendapatkan...
Mengapa? Tidak ada apa2.
Oom mengerti? Tidak, Oom tidak mengerti.
SS wrote:
Junaiwan:
2. kalo mau mencoba meditasi karena pengen liat 31
alam, wah sampe 7 kelahiran berikutnya pasti gak bakal
berhasil. di buddhism tidak menawarkan hal-hal yang
gaib, tidak menjanjikan mukjijat, tidak menjanjikan
angin surga.
Sethiadi:
Anda tahu dari mana? Menurut beberapa Buddhist dimillis ini dapat. Betulkah sdr Meico dan sdr David?
Di-abad pertengahan ada seorang kr****n berbangsa Jerman yang meditasi. Ia bersaksi melihat percikan Ilahi (Gotterfunken}. Tetapi meditasi tidak dikembangkan didunia Barat. Didunia Barat dikembangkan ratio. Didunia Timur dikembangkan meditasi.
gauss82000 wrote:
Ini jawaban untuk sdr. Stanley, memang agak berbeda dalam Buddhisme sedangkan
dalam kekr****nan sering kali dipertontonkan kesaktian ini (spt yang Benny Hinn
lakukan), untuk mencari umat. Di bawah ini ada alasan yang dikemukakan oleh
Buddha.
KEVADDHA SUTTA................................
...............................................................
Vajra wrote:
Kenapa gak sekarang aja di hapus langit dan buminya? Kan berkurang penderitaan makhluk hidup (baca: gak cuman manusia)
Ohhh jawabannya itu rahasia tuhan hahahahahhaha
-------------------------------------------------------------------------------------
terutama wahyu------> 144.000 orang doank dari jutaan milyar manusia yg pernah hidup dibumi ini ck ck ck kasian sekaliiiii
---------------------------------------------------------------------------------------
apa arti kepercayaan?
------------------------------------------
Kasihan banget yang jadi korban Hitler. Jadi ingat cerita seorang Ceko (cmiiw) yang menyelamatkan banyak Yahudi pada masa Hitler. Filmnya Schindler List.
Lebih terpuji si Oscar Schindler ini daripada si tuHan yang katanya masa pengasih itu.
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Radend wrote:
S:
Nah, inilah konsep ketuhanan anda yg agak terbelakang. Saya sempat baca tulisan anda tentang Einstein yg 'jalan ditempat', sedangkan anda sudah 'maju beberapa langkah' sampai saat ini. Perlu anda ketahui, bukannya Einstein yg 'jalan ditempat', tapi dia sudah pada konsep tsb dan mendalaminya. Sedangkan anda, anda bilang pernah menganut konsep tsb. Tapi yg anda pelajari masih kulitnya saja. Dan begitulah, akhirnya anda termakan oleh iklan kecap no.1 dan anda menyatakan telah 'maju beberapa langkah'.
xan_to wrote:
Apa yang dibilang Junaiwan benar, yang dibilang Meico dan David juga
benar karena masing2 melihatnya pada satu sisi. Untuk bisa memiliki
Abbhinna, faktor karma sangat mempengaruhi. sebagai contoh kalo orang
cacat(tidak ada tangan/kaki) ingin mencapai Jhana saya rasa sangat
keciiiiiiiiiiiiiil kemungkinannya. Bahkan YA Bodhidharma butuh waktu 9
tahun meditasi di gua baru bisa memiliki kemampuan bathin(Abbhinna)
"telinga dewa" dimana Bodhidharma mampu mendengar suara semut sekeras
gledek. Tetapi YA Monggalana hanya butuh beberapa minggu saja hohohohoho.
Saya pikir itu bukan percikan ilahi, pancaran sinar yang timbul saat
meditasi itu disebut Nimita, anda bisa mengalaminya pada saat mencapai
Jhana pertama dan seterusnya....
Soekarno wrote:
Maksudnya "Timur" bukan "Timur Tengah"
Xan_to wrote:
oooooooo kalo itu mah gak ada.....
pernyataan Om Sethiadi yang ini
"Kejahatan ada dimana-mana karena manusia banyak yang membangkang
terhadap perintah Tuhan mulai dari Adam dan Hawa sampai sekarang"
cuma berdasarkan kitabnya orang timur tengah. betul kan Om????
Apakah pertanyaan yg dilontarkan membawa kemajuan atau kemunduran pola pikir?
Apakah jawaban2 yg diberikan membuat ego sendiri dan org lain terusik?
Seseorang bila tersudut atau terusik, maka telinga akan tuli, mulut akan terbuka.
Mari kita berhati-hati dalam memilih kata untuk menyatakan pendapat, mari..
nikmatin aja dulu...masih panjang....
Dari sini kita bisa refleksi bahwa setiap orang punya opini berbeda tergantung realisasinya. Mengenai siapa yg masih banyak kilesa dan yg sudah banyak membersihkan kotoran batin, silahkan dinilai sendiri.
Daripada anda mencoba berdebat sendiri dengan "mereka", coba review aja perdebatan disini. Kita akan lebih bisa memahami pola pikir tipikal kristiani.
Menurutku thread ini sangat berguna...
Mungkin tidak begitu bermanfaat untuk latihan dan perkembangan batin.
Tapi ini bermanfaat untuk pengetahuan kita sebagai masyarakat yang
hidup dalam keberagaman.... Kita bisa tau tentang cara pikir orang dari
agama lain terhadap Buddhisme. Kita juga bisa tau bagaimana mereka
mengeluarkan argumen-argumennya.
yah sejenis studi banding agama lah... setidaknya ada sesuatu yang bisa
membuat umat Buddha itu sedikit melek dengan agama lain, jadi tidak
mempelajari ajaran Buddah saja, tapi tidak buta juga dengan agama yg
lain juga.
Teruskan diskusi... dapatkanlah manfaat yang banyak dari forum ini...
Tentu saja dengan tanpa ego dan menyikapinya dengan cara Buddhis...
_/\_ anjali...
:jempol: :jempol: :jempol:
tambah ni pengetahuan gw
cuma kalo itu benar (mengandung kebenaran yang sebenarnya), coba kalo itu salah, pandangan yang berasal dari keyakinan yang membabi buta berasal dari usaha diri yang membenarkan diri sendiri dalam setiap perdebatan atau diskusi (membela diri) atau bahkan mengimaginasi pikiran (khayalan) seolah-olah berpengetahuan kebenaran (menunjuk diri), hayo bagaimana tuh... bisa-bisa makin banyak melanturnya pikiran kita tapi seolah-olah merasa bijaksana berpengetahuan. jangan-jangan kita, yang mengutip topik, yang berdebat dan yang lain sebagainya ada yang lagi melantur atau bahkan mengacaukan atau mengkeruhkan pikiran (batin) kita.
hayo... siapa tuh yang lagi melantur dan memperkeruh dengan imaginasi kebijaksanaannya?
kalo mau belajar cari, renungkan, berehipassiko saja tertuju/merujuk kesumbernya, bukan katanya-katanya atau melihat (kata) manusianya. dan kalau menerima pengajaranpun itu untuk seperti perumpamaan rakit yaitu untuk membawa kepada kebijaksanaan yang lebih baik dan benar, bukan tujuan yang lain apalagi untuk tujuan yang sebaliknya atau hanya kata-kata kosong.
Benar, kalau mau belajar ajaran sejatinya.
Yang terjadi di perdebatan ini adalah ada orang kr****n yg masuk ke milis buddhis dan 'nantang', membawa konsep-konsep tipikal kr****n agak fanatik, berusaha mempertanyakan konsep buddhis dan agak sedikit menyudutkan.
Dibalas bermacam-macam oleh pihak Buddhis. Ada yg emosi (trauma pernah dievangelisasi) ada yg bales debat, ada yg nyerang balik, ada yg menghina, ada yg santai dan anggap bercanda, dan ada yg menanggapinya dengan bijaksana.
Enjoy aja, ambil hikmahnya. Buddhis juga ga semuanya sempurna. Belajar dari yg bijaksana.
kayaknya mrk terlalu keras terhadap dirinya sendiri, sehingga menciptakan sesuatu diluar akal sehat.
;D ;D :))
:)