Dear Bro & Sis
Sebentar lagi Hari Raya Imlek tiba, sekarang ramai diperebutkan bahwa imlek adalah milik (hari raya salah 1 agama), mana yang benar sih ?
apakah kita (umat Buddha) terkait erat dan harus ikut merayakan hari tersebut ?
mohon petunjuknya dong
anumodana
Wah nga tau deh. Setahu wa thu Imlek kan = Chinese New Year. JAdi keknya ga pake agama2an deh. Tradisi org Chinese aja, soalnya tahun baru dia org beda. Kayanya sih ada ceritanya. Wa ga tau juga sih. Ad yg tau nga asal usul Imlek?
imlek bukannya tradisi? merayakan atau tidak, itu merupakan pilihan :)
Dulunya sih org cina memperingati imlek sebagai hari raya musim semi...
Kita merayakannya?
terserah anda... :)
Hm.. Perhitungan imlek itu di mulai dari lahirnya konghucu khan?
Hm.. Perhitungan imlek itu di mulai dari lahirnya konghucu khan?
Imlek di Indonesia diperingati sebagai pergantian tahun baru berdasarkan tanggalan lunar...
Ritual2 yg mengikutinya tidak lebih dari sekedar tradisi, tidak ada hubungan dengan agama...
CMIIW...
imlek? = pergantian musin di china. chinese season. lihat bunga2 yang warna pink itu. waktu pas mao imlek, bunga2 pink itu berkembangan dengan cantiknya....terus para keluarga pada berkumpul......
tidak ada menyangkut agama sama sekali....
Purnama Jelasin tuh Imlek itu apa :))
kalau bagi saya Imlek itu punya aye, semua orang dan tidak ada hubungan ama agama ;D
Quote from: Heri on 10 January 2009, 04:02:36 AM
Wah nga tau deh. Setahu wa thu Imlek kan = Chinese New Year. JAdi keknya ga pake agama2an deh. Tradisi org Chinese aja, soalnya tahun baru dia org beda. Kayanya sih ada ceritanya. Wa ga tau juga sih. Ad yg tau nga asal usul Imlek?
namaste suvatthi hotu
Ternyata bukan cuma orang Chinese saja loh,
Orang Jepang, Korea, Vietnam entah siapa lagi turut juga merayakannya, sudah barang tentu dengan nama yang berbeda
thuti
Quote from: sakura on 10 January 2009, 03:43:35 AM
Dear Bro & Sis
Sebentar lagi Hari Raya Imlek tiba, sekarang ramai diperebutkan bahwa imlek adalah milik (hari raya salah 1 agama), mana yang benar sih ?
apakah kita (umat Buddha) terkait erat dan harus ikut merayakan hari tersebut ?
mohon petunjuknya dong
anumodana
Halahh.. [-X
pokoke selama gw masih dapat ang pao dari imlekan =P~
itu masih hari raya gw.. ^-^
Quote from: Sumedho on 10 January 2009, 08:31:04 AM
imlek bukannya tradisi? merayakan atau tidak, itu merupakan pilihan :)
namaste suvatthi hotu
jangan lupa bahwa Tahun Baru Imlek buat yang lajang bisa jadi anjang memilih pasangan hidup
pilih yang disuka aja
thuti
kalau imleknya sendiri mendingan jangan dirayain gak ada gunganya
imlek itu rame2 kerumah teman, saudara, cewe yg disukai ( cari kesempatan ^-^ ), orang tua, guru, dll
minta angpau atau istilahnya silatulami yah :))
lihat konser, liat kemabang api, wah gak habis diomongin dah kalau menurut aye
jgn lupa menyembunyikan sapu yach.
wkkkkkkkkkkkkkkkkkk
Asal-mula tradisi perayaan Tahun Baru Imlek
Saat Bumi selesai melakukan revolusinya terhadap Matahari untuk satu kali putaran, maka waktu yang dibutuhkan Bumi inilah yang disebut satu tahun atau yang dalam Bahasa Mandarin berbunyi Yi Nian (Yi artinya "satu" sedangkan Nian artinya "tahun"). Namun orang Tionghoa dahulu menyebut satu tahun ini dengan istilah Yi Shui (Yi artinya "satu" sedangkan Shui artinya "usia"). Jadi misalnya ada kata tanya dalam Bahasa Mandarin yang berbunyi : "Shui Che" (Che artinya "kali", maksudnya 'repetisi'), maka frase ini mengandung artian dalam Bahasa Indonesia yang berbunyi "tahun ke berapa". Istilah "Yi Shui" ini masih dipakai sampai sekarang oleh kalangan supranatural, pakar Feng Shui dan ahli penujuman.
Tradisi merayakan Tahun Baru Imlek merupakan suatu perjalanan kebudayaan yang sangat panjang. Pada tahun 2600 SM, Kaisar Sheng Nong mengajarkan rakyatnya tata cara untuk menanam padi yang baik. Setiap kali panen, maka seluruh rakyat pun berpesta bersama dengan Kaisar Sheng Nong dan anggota kerajaan lainnya. Oleh karena panen ini hanya terjadi sekali dalam setahun, maka tradisi untuk merayakan hasil panen sambil berpesta ini pun dilakukan sekali dalam setahun. Dan karena itulah istilah Nian dipakai.
Kalau dalam Bahasa Indonesia, padi yang belum dipanen maupun padi yang sudah siap untuk dipanen tetap disebut dengan istilah 'padi'. Orang Tionghoa dahulu menyebut padi yang masih hijau dengan istilah "Wo", sedangkan padi yang sudah matang disebut dengan istilah "Nian". Pada huruf "Nian" yang tertulis dengan aksara Mandarin ini, terdapat dua unsur tulisan yang terdapat di atas dan di bawah. Unsur tulisan yang terdapat di atas bertuliskan huruf "Wo" (padi hijau). Sedangkan unsur tulisan di bawah bertuliskan huruf "Shi" (angka sepuluh–10). Secara personifikasi, artinya padi (hijau) ini sudah tumbuh dengan sempurna (nilai 10), dan kemudian menguning sehingga siap untuk dipanen. Oleh karena itu, masa panen yang hanya sekali dalam setahun itu juga dinamakan Yi Nian.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kata "Yi" berarti satu. Namun pengertian "Nian" dalam penggunaan istilah "Yi Nian" tadi bukanlah berarti 'tahun'. Nian pada istilah ini memiliki arti sebagai 'gabah' atau 'padi yang sudah menguning' atau juga 'padi yang dipanen'. Istilah 'Nian' (tahun) dipakai dalam menyebut istilah 'satu tahun' karena memang pengertiannya sendiri yang bermakna 'tahun'. Namun istilah "Nian" (padi yang dipanen) yang juga digunakan untuk menyebut istilah 'satu tahun', adalah yang sebenarnya paling mempengaruhi istilah "Nian" (tahun) untuk dipakai dalam kata "Yi Nian" (satu tahun). Hal ini dikarenakan kedua istilah ini memiliki cara pelafalan yang sama, yaitu "Nian" (dibaca "Nien"). Maka kedua kosakata ini sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan dalam penggunaanya, karena keduanya juga tetap menunjukkan istilah yang bermakna "satu tahun".
Pada zaman Dinasti Xia di tahun 2200 SM, dibuatlah peraturan untuk merubah istilah kalender saat itu dengan istilah "Zheng Shuo". Artian dari istilah ini adalah tanggal 1 bulan ke-1. Jadi pada masa inilah ditentukan tanggal dari awal tahun baru. Mereka selalu merayakan hasil panen sekali dalam setiap tahun. Maka orang Tionghoa pun menentukan masa panen yang datang sekali dalam setiap tahun ini menjadi satu perayaan meriah yang juga sebagai tanda pergantian tahun. Maka dari itu istilah Yi Nian ini pun pertama kali dipakai.
Sejarah membuktikan bahwa kebiasaan yang dilakukan terus-menerus akan menjadi tradisi, dan tradisi yang terus dipertahankan dan dilestarikan pun akhirnya menjadi kebudayaan. Setiap bangsa di dunia ini pasti memiliki tradisinya masing-masing, dan tradisi ini pasti dirayakan secara meriah. Merayakan Hari Tahun Baru Imlek adalah salah satu kebudayaan keluarga yang sudah meluas ke area global. Negara-negara yang memiliki atau masih memakai Kalender Imlek dalam penanggalan kalendernya, pasti merayakan hari pergantian tahun ini meskipun tidak secara serentak. Selain di Indonesia, negara-negara tetangga kita seperti Vietnam, Kamboja, Myanmar, Laos, Thailand, Singapura dan Malaysia juga masih memakai Kalender Imlek ini. Bahkan di Taiwan, Jepang dan Korea, Kalender Imlek ini memiliki tempat khusus yang lebih tinggi dari Kalender Imlek yang dipakai di negara lain. Karena itulah maka istilah "Guo Nian" pun digunakan (Guo artinya lewat).
Sejarah Kalender Imlek
Pada tahun 2700 SM, Kaisar Fu Xi memerintahkan seorang pejabat yang bernama Xian Long untuk membuat kalender yang dapat digunakan umum untuk mengetahui perubahan iklim dan cuaca, sehingga dapat bermanfaat bagi pertanian dan kehidupan rakyat lainnya. Kalender yang sudah diciptakan pada waktu itu disebut Jia Li. Walaupun kalender tersebut masih tergolong sederhana, akan tetapi kalender ini adalah kalender pertama yang menjadi cikal-bakal Kalender Imlek saat ini.
Pada zaman pemerintahan Kaisar Hwang Di, Beliau juga memerintahkan pejabatnya yang bernama Rong Cheng Gong untuk menciptakan sistem 24 Kwartal yang bertujuan melengkapi Kelender Jia Li. Kalender ini dibuat pada sekitar tahun 2450 SM. Sampai pada zaman pemerintahan Kaisar Tang Yao, Kalender Jia Li telah mendapat banyak kemajuan. Namun mereka masih memakai tanggal 1 pada bulan ke-12 sebagai hari pergantian tahun (tahun baru). Pada zaman pemerintahan Kaisar Yi Shun, mereka memakai tanggal 1 pada bulan ke-11 sebagai hari pergantian tahun. Hingga akhirnya pada zaman pemerintahan Kaisar Xia Yi, barulah Kalender Jia Li ini disempurnakan dan dipakailah tanggal 1 pada bulan ke-1 sebagai hari pergantian tahun yang baru. Alasan dari pemakaian tanggal ini, karena tanggal 1 pada bulan ke-1 adalah tanggal yang paling dekat dengan Li Chun. Keputusan ini adalah tepat, karena Li Chun adalah hari awal dari bergulirnya musim semi. (Catatan : Kaisar Xia Yi memerintah pada zaman Dinasti Xia yang berkuasa pada tahun 2200 SM).
Pada zaman-zaman dinasti selanjutnya, banyak yang memakai kalender dengan penanggalan tahun baru yang berbeda-beda. Ada yang memakai bulan ke-2, ke-3, ke-4, bahkan ada kejadian dimana dalam satu era dinasti mereka memakai berbagai macam tanggal penanggalan. Hingga tahun 1912 ketika berdirinya R.O.C (Republic of China), ditetapkanlah Kalender Tionghoa yang dipakai secara universal mengikuti sistem penanggalan yang dipakai oleh dinasti terakhir di tanah Tiongkok, yaitu Dinasti Qing (Dinasti Chin). Sistem penanggalan ini sama seperti sistem penanggalan yang pertama kali ditetapkan oleh Dinasti Xia, yaitu menetapkan tanggal 1 pada bulan ke-1 sebagai hari pergantian tahun baru. Sampai zaman sekarang meski berbagai ilmu teknologi dan rumus-rumus perhitungan luar biasa lainnya ditemukan, Kalender Imlek masih dapat dijadikan acuan penanggalan yang paling tepat di seluruh dunia.
Perlu juga diketahui, bahwa Dinasti Zhou berkuasa selama 867 tahun dengan 38 orang kaisar. Pada sistem penanggalan Imlek yang dapat dijumpai di zaman sekarang, Kalender Imlek mencantumkan usia tahunnya pada tahun 2560 (di tahun 2009). Itu berarti bahwa Kalender Imlek dimulai dari tahun 551 SM, yaitu pada zaman pertengahan Dinasti Zhou. Di saat masa perang saudara itu, Dinasti Zhou masih melakukan banyak reformasi namun tidak terlalu mempengaruhi tata cara penanggalan Kalender Imlek. Pada masa itu pula, lahirlah Kong Hu Chu atau yang di Bangsa Barat lebih dikenal sebagai Confussius. Ia adalah seorang Guru Besar yang menekankan filsafat kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pada tahun 551 SM inilah tahun kelahiran dari Guru Besar Kong Hu Chu, yang selanjutnya dipakai sebagai tahun awal dari sistem penanggalan Kalender Imlek internasional yang dipakai sampai hari ini. Penentuan dari pemakaian awal tahun ini sebenarnya kurang tepat. Sebab Kalender Imlek itu dibuat tanpa berdasarkan dan tidak berkaitan dengan kepercayaan ataupun agama tertentu. Tapi kalender ini adalah kalender yang dibuat berdasarkan iklim dan musim.
Angpaw (Hong Bao) sebenarnya dimulai dari tradisi pemberian bonus untuk para pejabat di setiap tahun baru. Bonus ini tentu saja berwujud materi (uang), dan dibungkus dengan kertas berwarna merah. Seiring perkembangannya, bungkusan ini diberi ornamen dan tulisan-tulisan agar lebih indah. Dari tradisi ini, para orang tua pun melakukan hal serupa kepada anak-anaknya. Pemberian Angpaw ini mengandung makna membina kasih sayang dan sebagai simbolis pemberian rezeki kepada orang yang lebih muda dan dikasihi.
Menurut tradisi kuno, Orang Tionghoa berpantang terhadap hal-hal yang buruk pada saat Tahun Baru Imlek. Orang Tionghoa menghindari pertengkaran, marah, menangis, atau pun berkata-kata yang tidak baik. Sebaliknya, Orang Tionghoa mengucapkan kata-kata baik, yang biasa berbunyi "Gong Xi Fa Cai" (selamat tahun baru semoga mendapat rezeki). Ada juga tradisi untuk memakan nasi sisa hari kemarin, yang bermakna bahwa masih banyak makanan (rezeki) dari kemarin yang tidak habis-habisnya. Orang Tionghoa pantang memakai baju berwarna putih karena mengandung arti yang kurang baik (berkabung), tapi mereka menyukai memakai baju berwarna merah. Orang Tionghoa juga menghindari kecelakaan kecil seperti memecahkan gelas, piring, mangkuk, dan sebagainya yang berarti menghindari terhentinya usaha mereka di tengah jalan. Orang Tionghoa juga tidak menyapu lantai pada saat tahun baru, karena mereka takut bahwa rezeki mereka akan ikut tersapu. Masih banyak lagi pantangan yang menjadi tradisi orang Tionghoa, namun pada tahun baru ini orang Tionghoa pasti melewatinya dengan gembira dan pesta yang meriah.
[at] Global Moderator
Rasanya thread ini lebih cocok di board Diskusi Umum. _/\_
he eh, imlek ga ada hubungan dengan agama.. itu mah tradisi _/\_
Imlek Bukan Hari Raya Agama Buddha
Pada tanggal 26 januari 2009 yang akan datang, suku bangsa China di seluruh dunia merayakan perayaan Tahun Baru China atau disebut Tahun Baru Imlek. Begitu juga masyarakat Indonesia khususnya dari keturunan etnis China juga merayakan Tahun Baru Imlek.
Sudah enam tahun sejak dikeluarkannya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 TENTANG HARI TAHUN BARU IMLEK tertanggal 9 April 2002, perayaan Tahun Baru Imlek telah dirayakan secara bebas. Namun sayang, nampaknya masih banyak orang, khususnya di Indonesia, yang salah memahami perayaan Tahun Baru Imlek sebagai hari perayaan keagamaan khususnya menganggap sebagai perayaan dalam agama Buddha.
Kesalahpahaman mengenai anggapan bahwa Imlek adalah perayaan agama Buddha oleh sebagian besar orang, khususnya di Indonesia, didasari oleh kurangnya informasi yang benar dan melekatnya stigma dan sikap penyamarataan bahwa warga keturunan etnis China pastilah beragama Buddha, Tao atau Kong Hu Chu, dan agama Buddha adalah agama khusus warga keturunan etnis China. Sehingga ketika umat Buddha Indonesia yang sebagian besar adalah berlatar belakang keturunan etnis China merayakan tradisi China, dalam hal ini perayaan Imlek, maka sebagian besar orang beranggapan bahwa Imlek adalah hari raya agama Buddha. Padahal tidak demikian.
Secara singkat, Imlek sendiri merupakan suatu perayaan tradisi menyambut musim semi dan berakhirnya musim dingin yang dilakukan oleh suku bangsa China di RRC, yang dalam perkembangannya ditetapkan sebagai hari penggantian tahun.
Penanggalan Imlek di Tiongkok dimulai sejak tahun 2637 SM, sewaktu Kaisar Oet Tee / Huang Ti (2698-2598 SM) mengeluarkan siklus pertama pada tahun ke-61 masa pemerintahannya. Penanggalan Imlek sebutan asalnya adalah He Lek, yakni Penanggalan Dinasti Ke / Hsia (2205-1766 SM) yang pertama kali mengenalkan penanggalan berdasarkan matahari, dan penetapan tahun barunya bertepatan dengan tibanya musim semi. Dinasti Sing/Ien (1766-1122 SM) menetapkan tahun barunya mengikuti Dinasti He, yakni akhir musim dingin.
Dari penjelasan di atas jelas bahwa Imlek berawal dari sebuah tradisi menyambut musim semi, dan tidak ada kaitannya dengan perayaan keagamaan manapun. Dengan demikian, Imlek dapat dirayakan secara lintas agama, khususnya mereka yang berlatar belakang keturunan etnis China.
Salah satu acara dalam perayaan Imlek adalah "sembahyang" leluhur. Acara "sembahyang" leluhur ini rupanya diartikan oleh warga keturunan etnis China yang beragama non-Buddhis, non-Tao dan non-Kong Hu Chu sebagai acara berdoa memohon rejeki kepada para leluhur sehingga mereka menganggap bahwa hal tersebut bertentangan dengan ajaran agama mereka. Karenanya, banyak umat kr****n maupun Muslim keturunan etnis China yang meninggalkan tradisi perayaan Imlek.
Berbeda dengan umat agama lain, umat Buddha keturunan etnis China memandang acara "sembahyang" leluhur sebagai suatu penghormatan kepada para leluhur dan bukan meminta rejeki kepada para leluhur. Jadi istilah "sembahyang" yang tepat bukanlah berarti berdoa meminta kepada leluhur, tetapi justru menghormati dan mendoakan para leluhur. Dan menghormati mereka yang patut dihormat adalah salah satu wujud dari pelaksanaan Dhamma (Kebenaran).
Dengan demikian, meskipun Imlek bukan merupakan hari raya agama Buddha namun umat Buddha yang berlatar belakang keturunan etnis China dapat dengan bebas merayakan Imlek.
_/\_
yang gw tau tiap konyan dapet angpau :D jd gak pusing ama embel2 agama ;D
Yup.. Imlek itu kaitannya dengan budaya Chinese, jadi bukan hari Raya agama..
^
^
Hohoho.. balik kampung nambang angpau :))
Tiap Imlek.. ditanya melulu oleh kerabat, udah ada pacar ? kapan married ? Biar bisa kasih angpau ke anak lagi :))
Quote from: hanes on 10 January 2009, 08:00:00 PM
jgn lupa menyembunyikan sapu yach.
wkkkkkkkkkkkkkkkkkk
lampu juga gak boleh ada yang mati ya....
gak boleh keramas...
:)) :))
Quote from: Hendra Susanto on 11 January 2009, 07:47:56 AM
yang gw tau tiap konyan dapet angpau :D jd gak pusing ama embel2 agama ;D
hah... :o :o :o masih dapat angpao ko?
Quote from: SaddhaMitta on 12 January 2009, 01:49:58 AM
Quote from: Hendra Susanto on 11 January 2009, 07:47:56 AM
yang gw tau tiap konyan dapet angpau :D jd gak pusing ama embel2 agama ;D
hah... :o :o :o masih dapat angpao ko?
masih donk :D
tapi kenapa Chinese Karesten mengharamkan imlek yah...
Quote from: Virya on 11 January 2009, 12:37:51 AM
Imlek Bukan Hari Raya Agama Buddha
Pada tanggal 26 januari 2009 yang akan datang, suku bangsa China di seluruh dunia merayakan perayaan Tahun Baru China atau disebut Tahun Baru Imlek. Begitu juga masyarakat Indonesia khususnya dari keturunan etnis China juga merayakan Tahun Baru Imlek.
Sudah enam tahun sejak dikeluarkannya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 TENTANG HARI TAHUN BARU IMLEK tertanggal 9 April 2002, perayaan Tahun Baru Imlek telah dirayakan secara bebas. Namun sayang, nampaknya masih banyak orang, khususnya di Indonesia, yang salah memahami perayaan Tahun Baru Imlek sebagai hari perayaan keagamaan khususnya menganggap sebagai perayaan dalam agama Buddha.
Kesalahpahaman mengenai anggapan bahwa Imlek adalah perayaan agama Buddha oleh sebagian besar orang, khususnya di Indonesia, didasari oleh kurangnya informasi yang benar dan melekatnya stigma dan sikap penyamarataan bahwa warga keturunan etnis China pastilah beragama Buddha, Tao atau Kong Hu Chu, dan agama Buddha adalah agama khusus warga keturunan etnis China. Sehingga ketika umat Buddha Indonesia yang sebagian besar adalah berlatar belakang keturunan etnis China merayakan tradisi China, dalam hal ini perayaan Imlek, maka sebagian besar orang beranggapan bahwa Imlek adalah hari raya agama Buddha. Padahal tidak demikian.
Secara singkat, Imlek sendiri merupakan suatu perayaan tradisi menyambut musim semi dan berakhirnya musim dingin yang dilakukan oleh suku bangsa China di RRC, yang dalam perkembangannya ditetapkan sebagai hari penggantian tahun.
Penanggalan Imlek di Tiongkok dimulai sejak tahun 2637 SM, sewaktu Kaisar Oet Tee / Huang Ti (2698-2598 SM) mengeluarkan siklus pertama pada tahun ke-61 masa pemerintahannya. Penanggalan Imlek sebutan asalnya adalah He Lek, yakni Penanggalan Dinasti Ke / Hsia (2205-1766 SM) yang pertama kali mengenalkan penanggalan berdasarkan matahari, dan penetapan tahun barunya bertepatan dengan tibanya musim semi. Dinasti Sing/Ien (1766-1122 SM) menetapkan tahun barunya mengikuti Dinasti He, yakni akhir musim dingin.
Dari penjelasan di atas jelas bahwa Imlek berawal dari sebuah tradisi menyambut musim semi, dan tidak ada kaitannya dengan perayaan keagamaan manapun. Dengan demikian, Imlek dapat dirayakan secara lintas agama, khususnya mereka yang berlatar belakang keturunan etnis China.
Salah satu acara dalam perayaan Imlek adalah "sembahyang" leluhur. Acara "sembahyang" leluhur ini rupanya diartikan oleh warga keturunan etnis China yang beragama non-Buddhis, non-Tao dan non-Kong Hu Chu sebagai acara berdoa memohon rejeki kepada para leluhur sehingga mereka menganggap bahwa hal tersebut bertentangan dengan ajaran agama mereka. Karenanya, banyak umat kr****n maupun Muslim keturunan etnis China yang meninggalkan tradisi perayaan Imlek.
Berbeda dengan umat agama lain, umat Buddha keturunan etnis China memandang acara "sembahyang" leluhur sebagai suatu penghormatan kepada para leluhur dan bukan meminta rejeki kepada para leluhur. Jadi istilah "sembahyang" yang tepat bukanlah berarti berdoa meminta kepada leluhur, tetapi justru menghormati dan mendoakan para leluhur. Dan menghormati mereka yang patut dihormat adalah salah satu wujud dari pelaksanaan Dhamma (Kebenaran).
Dengan demikian, meskipun Imlek bukan merupakan hari raya agama Buddha namun umat Buddha yang berlatar belakang keturunan etnis China dapat dengan bebas merayakan Imlek.
_/\_
Saya mau perjelas disini, Imlek itu bukan milik Agama, Tapi sudah menjadi Tradisi, banyak mengira Tahun baru Imlek itu milik agama Kong Fu Cu , atau Tao ataupun Buddha. Memang Realisasi Tradisi dalam Chinese di pengaruhi oleh 3 agama besar ini.
Satu hal lagii Postingan Tulisan ini sebenernya milik siapa?. Refernsi dia tulis itu apa. Sebenernya realisasinya dalam Tionghoa muslim masih merayakan Imlek tapi caranya sedikit berbeda, siapa bilang tidak tahun 2002, Justru PITI (Pesatuan Islam Tionghoa Indonesia) merayakan Tahun baru imlek Di mejid Lau Tze Pasar baru, Pada tahun yang sama Gereja ka****k juga merayakannya.
Justru lucunya kita yang beragama Buddha malah tidak bangga Terhadap Tradisi Chinese itu sendiri, Padahal kalu kita lihat tradisi Chinese tuh dipengaruhi oleh agama Buddha juga.
Quote from: nyanadhana on 12 January 2009, 10:03:44 AM
tapi kenapa Chinese Karesten mengharamkan imlek yah...
gak semua brooo.. ada yang perayaan imlek digereja juga :))
menjaring pasar cokin yang ikut imlek mesti diperbolehkan
yang dikatakan Bro hendra tuh bener.
Anda tau ngak tulisan saya yang disini berjudul serba serbi imlek ( Compelte Edition ). itu salah satu penyusunnya adalah Pendeta kr****n Prostestan. Bahkan dia pake motto
" By religous I'm Christian, By The Race I'm Chinese"
Masak kita kalah sama Orang Nasrani. Padahal Tradisi Chinese tuh ada didalamnya Pengaruh agama Buddha
QuotePadahal Tradisi Chinese tuh ada didalamnya Pengaruh agama Buddha
pengaruhnya apa yakkk...
bukannya tradisi beda dengan ajaran??
mungkin bukan karena menang atau kalah dari orang nasrani atau yang lain, tapi menempatkan sebuah perayaan sesuai adanya sambil mengerti nilai luhur yang terkandung didalamnya
Pengaruhnya terhadap cara pola pikir masyarakatnya misal hukum Karma, Di negeri Tiomgkok tuh ngak kenal hukum karma semenjak agama Buddha masuk.
banyak perihal ajaran seperti Bangunan
Pagoda tradisi chinese di india namanya Stupa.
Banyak hal yang Tradisi dipengaruhi agama Buddha di Tiongkok. Semenjak dinasti Tang, Kalo Mau tau banyak Bro hendra mempelajari Dinasti Tang. Disitu pengaruh agama Buddha terhadap strukturisasi sosial ,masyarakat chinese paling banyak dipengaruhi oleh agama Buddha.
Karena aye hari ini mau rapet - rapet , so besok baru bisa jawab pertanyaan dan menulis beberapa hal seputar imlek di daerah Indonesia, dan juga pengaruhnya Agam Buddha Terhadap Tradisi Chinese, Terutama strukrisasi Pola masyrakat tionghoa. Kalo mau leboh lengkap lagii atau mau tau lebih banyak lagi awali dari mempelajari Dinasti Tang, karena strukturisasi kerajaan ini di landasi oleh agama Buddha, Dimana Era keemasan agama Buddha dan juga era keemasan Tiongkok, Yang terkenal dengan jalur Sutranya, di era ini pengaruh agama Buddha di tiongkok sangat lah kuat ;D
ok bro, aye tunggu tulisannya, kalo bisa yang lengkap yeh
udh ada pembahasannya d http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6373.0 tuch bro...
imlek = chinese new year alias spring festival / Chun Jie
artinya perayaan musim semi
OOT dolo
tp seh rata2 orang chinese yang murt*d tdk mau merayakannya dan bahkan menghina tradisi2 pada perayaan imlek
_/\_ selamat tahun baru imlek,----> bagi yang merayakannya...saya beragama budha tapi saya ikut merayakannya....wakakakak......ternyata forum ini sepi ucapan tahun baru imlek.....emang dilarang yah?.....wakkakaka....mudah mudahan saya dapat angpao banyak.....wakkakakak :)) ^:)^