CEGUKAN biasa dialami semua orang, tidak terkecuali Surya. Namun, mendapati cegukannya tidak berhenti selama dua hari berturut-turut, bahkan belakangan disertai mual-mual, lelaki 56 tahun itu pun bergegas ke rumah sakit. Saat itu pertengahan September dini hari, Surya mulai dirawat di rumah sakit. Siangnya, kondisi Surya bertambah buruk, matanya membengkak dan napasnya sesak. Ia pun pindah ke ruang ICU. Malamnya, karena mengalami kejang-kejang, Surya dirujuk ke dokter saraf dan menjalani pemeriksaan CT scan otak, namun hasilnya normal.
Paginya, warga Pasar Baru, Jakarta Pusat, itu kehilangan kesadaran (koma). Karena itu, pemeriksaan MRI otak dilakukan. Namun, sama seperti hasil pemeriksaan CT scan, tidak didapati kelainan apa pun pada jaringan otak Surya. Kondisi koma terus berlanjut.
Karena hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar kreatinin dalam darah Surya cukup tinggi, yakni 7,2 mg/dl, maka Surya direncanakan menjalani hemodialisis (cuci darah). Memang, selama ini Surya menderita komplikasi diabetes, darah tinggi, dan penyakit ginjal, tapi belum sampai tahap cuci darah.
Belum sempat rencana cuci darah dilakukan, selang empat hari kemudian kesadaran Surya mulai pulih dan kondisinya membaik. Rencana cuci darah dibatalkan. Lima hari kemudian ia pulang dengan kadar kreatinin 5,3 mg/dl. Namun, selang dua minggu kemudian, cegukan itu datang lagi. Ia pun mendatangi dokter kembali di lain rumah sakit.
Dari proses diagnosis, diketahui biang keladi cegukan, mual, dan kondisi koma yang dialami Surya adalah buah belimbing. Ia mengaku sebelum masuk rumah sakit rutin mengonsumsi belimbing karena buah itu dipercaya bisa menurunkan tekanan darahnya. Ia tidak tahu kalau konsumsi belimbing dapat berakibat fatal bagi penderita gangguan ginjal sepertinya.
"Apa yang terjadi pada Surya menunjukkan bahwa obat tradisional tidak seluruhnya aman meski berasal dari ramuan alami. Sayangnya, selama ini sebagian besar masyarakat menganggap obat atau ramuan tradisional sepenuhnya aman karena berasal dari bahan alami," ujar spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Husada, dr Salim Lim SpPD, dalam seminar bertema Khasiat dan efek samping obat tradisional, di RS Husada, Sabtu (13/12). Salim adalah dokter konsultan ginjal yang memeriksa dan memastikan diagnosis terhadap Surya.
Belimbing, lanjut Salim, dipercaya masyarakat sebagai obat tradisional penurun tekanan darah. Namun, karena kandungan kalsium oksalatnya yang tinggi, belimbing seharusnya tidak dikonsumsi penderita gangguan ginjal seperti Surya.
Selain belimbing, menurut Salim, banyak bahan-bahan alami yang berdampak negatif bagi penderita gangguan ginjal karena tingginya kandungan oksalat. Yaitu, bayam, buah bit, jengkol, cokelat, kacang tanah, kedelai, dan ubi madu. Bahkan, konsumsi suplemen vitamin C dalam jangka panjang juga diketahui dapat menyebabkan gangguan ginjal.
"Pernah saya mendapati pasien laki-laki berumur 39 tahun menderita batu ginjal. Setelah dianalisis, batu ginjal itu terdiri dari 83% kalsium oksalat. Berdasar riwayat keseharian, ternyata sejak umur 28 tahun ia rutin mengonsumsi suplemen vitamin C satu sampai dua butir sehari," jelas dokter lulusan Jerman itu.
Salim melanjutkan, beberapa jenis obat tradisional China juga termasuk yang berefek samping menyebabkan gangguan ginjal. Bahkan ada salah satu jenis gangguan ginjal yang disebut chinese herb nephropathy, berupa terjadinya perubahan jaringan organ ginjal (fibrosis).
"Salah satu pasien saya, perempuan usia 59 tahun, rutin mengonsumsi ramuan China untuk mengatasi nyeri sendi yang dideritanya. Pada akhirnya ia harus menjalani cuci darah karena menderita chinese herb nephropathy," tutur Salim.
Tidak berkhasiat
Selain menimbulkan efek samping, kata Salim, banyak obat-obatan tradisional yang tidak terbukti berkhasiat. Kalaupun ada khasiatnya, juga tidak signifikan. Tumbuhan kumis kucing atau remujung, misalnya, ternyata belum terbukti dapat menghilangkan batu ginjal seperti yang dipercaya selama ini.
Salim menerangkan penggunaan sebagian besar obat tradisional selama ini dilakukan berdasarkan kepercayaan tanpa didasari bukti maupun uji ilmiah. Hal itu berbeda dengan obat-obatan medis modern yang harus diuji berkali-kali sebelum diluncurkan di pasaran.
Karena itulah, Salim menganjurkan agar masyarakat berhati-hati dalam mengonsumsi obat. Sebaiknya pilih obat-obatan modern yang sudah terbukti berkhasiat dan dilengkapi dengan penjelasan efek sampingnya. Kalaupun hendak mengonsumsi obat tradisional, Salim menganjurkan agar memilih obat tradisional yang sudah mengalami uji khasiat dan keamanan secara ilmiah.
"Ada bahan-bahan alami yang diakui sebagai obat medis karena setelah melalui uji ilmiah terbukti berkhasiat, efektif, dan aman digunakan," kata Salim.(S-6)
Source = http://www.mediaindonesia.com/index.php?ar_id=NTA4Mjc