Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: hendri on 29 September 2007, 06:07:21 PM

Title: Buddha tanpa doa
Post by: hendri on 29 September 2007, 06:07:21 PM
 _/\_

ada yang bilang kalu agama buddha itu tidak ada doa melainkan hanya membaca syair2(dalam bahasa kasar 'mantra')
mungkin dari kawan-kawan semua bisa memberikan pendapatnya..! :) :)

trims ;D
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: JackDaniel on 29 September 2007, 06:47:35 PM
Mungkin sih iya... tapi ga tau juga...
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: Sumedho on 29 September 2007, 10:07:58 PM
Maksudnya doa yang meminta pada entitas tertentu ? (baca: tuhan) ?

tentu tidak
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: Lex Chan on 30 September 2007, 01:24:37 PM
Seandainya berdoa kepada suatu makhluk tertentu itu manjur / mujarab / ampuh, maka tentu sudah tidak ada lagi orang sakit, orang tunadaksa, orang miskin, dll.. Intinya tidak ada penderitaan lagi karena semua orang pasti bisa berdoa kan? ;)

Karena doa itu tidak manjur / tidak mujarab / tidak ampuh, maka Buddha tidak mengajarkan doa kepada makhluk tertentu karena doa itu merupakan hal yang sia-sia..

Buddha mengajarkan pola hidup yang baik:
"tidak melakukan kejahatan,
berbuat kebajikan,
menyucikan batin"
Itu saja...  :)
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: cowcool on 30 September 2007, 01:33:25 PM
Di dalam diri setiap manusia ada sesuatu kekuatan yang amat dahsyat yg tak kelihatan (tapi memang tak maha kuasa) ,ada benih keBudhaan dalam diri anda.

Dekatkan diri pada kekuatan di dalam diri anda.... anda adalah mahluk spiritual dalam tubuh manusia ... kekuatan amat dahsyat itu bisa membantu anda asalkan niat dan tujuannya baik dan bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain.



Quote from: Lex Chan on 30 September 2007, 01:24:37 PM
Seandainya berdoa kepada suatu makhluk tertentu itu manjur / mujarab / ampuh, maka tentu sudah tidak ada lagi orang sakit, orang tunadaksa, orang miskin, dll.. Intinya tidak ada penderitaan lagi karena semua orang pasti bisa berdoa kan? ;)

Karena doa itu tidak manjur / tidak mujarab / tidak ampuh, maka Buddha tidak mengajarkan doa kepada makhluk tertentu karena doa itu merupakan hal yang sia-sia..

Buddha mengajarkan pola hidup yang baik:
"tidak melakukan kejahatan,
berbuat kebajikan,
menyucikan batin"
Itu saja...  :)
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: langitbiru on 30 September 2007, 06:50:36 PM
dulu pernah denger jawaban dr bhante, wkt itu ada yg bertanya ttg berdoa kepada dewi Kuan Im. mnrt bhante, dewi Kuan Im hanya bisa membantu kalo orgnya yg berdoa memiliki tabungan karma baik. dewi Kuan Im hanya menyediakan kondisi untuk berbuahnya karma baik org tsb. :-?
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: hendri on 30 September 2007, 07:08:29 PM
 :) dulu saya pernah mengikuti acara makan bersama sekitar 8 orang dan setelah makan ada diskusi kecil tentang agama, disitu yang agama buddha hanya saya sendiri, yang lain kr****n,dan muslim. lalu umatkr****n berkata kepada saya kok kamu tidak pernah berdoa sebelum makan?!?!?!?!?!
pertanyaan itu di tanyakan juga oleh umat muslim??
saya bingung untuk menjawab sehingga saya berkata bahwa saya tidak pernah diajarkan waktu sekolah dulu!!!! ::)

sebenarnya ada doa makan kah dalam agama buddha?

Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: uwi on 30 September 2007, 07:50:04 PM
cara saya, berterimakasih kepada makanan yang akan saya santap, berterimakasih kepada yang memasaknya dan menyajikan nya kepada saya. dalam hati.

setahu saya, do'a (yang berasal dari bahasa arab) artinya adalah permohonan.
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: FZ on 30 September 2007, 07:56:34 PM
Quote from: uwi on 30 September 2007, 07:50:04 PM
cara saya, berterimakasih kepada makanan yang akan saya santap, berterimakasih kepada yang memasaknya dan menyajikan nya kepada saya. dalam hati.

setahu saya, do'a (yang berasal dari bahasa arab) artinya adalah permohonan.

Setuju.

Singkat kata menurut saya pribadi, semoga semua makluk berbahagia. mulai dari petani -> tukang masak yang menyiapin makanan kita semoga selalu berbahagia
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: Sumedho on 30 September 2007, 08:12:28 PM
atau perenungan.... makan hanya utk menyambung hidup. Bukan utk memuaskan nafsu....
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: hendri on 30 September 2007, 08:45:35 PM
trims masukannya :)
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: Kokuzo on 30 September 2007, 09:47:11 PM
Kalo gw bersyukur ama ortu yang ngasi duit buat gw makan, who else?  ;D
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: san on 01 October 2007, 05:44:21 AM
Doa sebelum makan dalam Buddhism memang nggak ada.

Tapi dari buku yang pernah saya baca kita bisa menyebarkan metta dengan menyadari bahwa makanan itu nggak muncul begitu saja. Ada orang2x atau mahluk2x yang terlibat sehingga makanan tersebut ada. Sebarkanlah metta dan rasa terima kasih kepada orang2x tersebut (klo nggak kenal ya berarti kepada semua mahluk).

Terus klo nggak salah, untuk seorang bikkhu, katanya musti memiliki kesadaran bahwa makanan yang dimakan hanyalah obat bagi rasa sakit yang timbul karena lapar, dan lapar timbul karena memiliki tubuh. Kemudian bebas dari keserakahan atau kebencian pada makanan yang ditunjukkan dengan sikap saat makan misalkan; klo yang nggak enak juga dimakan, makan secukupnya, dsb. Tetap mengembangkan kesadaran terhadap apa yang dimakan, dikunyah, dan ditelan.

Semoga bisa membantu ^:)^
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: hendri on 01 October 2007, 11:46:03 AM
  _/\_

hari minggu kemaren saya mendengarkan dhamma, ada membahas tentang membaca paritta.
penceramah tersebut berkata kalau kita percaya, rajin, dan tekun membaca paritta senantiasa kita akan mendapatkan ketenangan.
*lalu ada yang bertanya itu sama dengan berdoa kah ??
^bukan doa tapi mengulang dan mengulang kembali tentang ajaran sang buddha "kata penceramah".

bagaimana pendapat teman-teman sedhamma? :)
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: Kokuzo on 01 October 2007, 01:34:52 PM
intinya adalah pikiran  :)
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: Fei Lun Hai on 01 October 2007, 01:50:28 PM
Kl doa dlm artian meminta sesuatu kpd "tuhan", dlm agama Buddha tidak ada. Doa berbeda dengan sutra/mantra. Dalam agama Buddha, biasanya doa itu berisi harapan bukan permintaan karena umumnya dimulai dengan kata "semoga" (mis: semoga semua makhluk berbahagia). Dengan menyebut kalimat itu berarti kita mendoakan/mengharapkan semua makhluk hidup bahagia (CMIIW).

Dalam agama Buddha tidak ada doa sebelum makan. Yg ada adalah perenungan sebelum makan. Perenungan ini berbeda-beda tergantung alirannya apa.  _/\_
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: Upaseno on 05 October 2007, 10:09:33 PM
Quote from: hendri on 29 September 2007, 06:07:21 PM
_/\_

ada yang bilang kalu agama buddha itu tidak ada doa melainkan hanya membaca syair2(dalam bahasa kasar 'mantra')
mungkin dari kawan-kawan semua bisa memberikan pendapatnya..! :) :)

trims ;D

O, YES...tanpa doa, SO, WHAT?
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: Upaseno on 05 October 2007, 10:15:41 PM
Quote from: hendri on 01 October 2007, 11:46:03 AM
  _/\_

hari minggu kemaren saya mendengarkan dhamma, ada membahas tentang membaca paritta.
penceramah tersebut berkata kalau kita percaya, rajin, dan tekun membaca paritta senantiasa kita akan mendapatkan ketenangan.
1.Wuah ini mendapatkan ketenangan dari mana dan dari siapa ini?

2. Kalo ga percaya, ga rajin, dan ga tekun baca paritta, ga bisa tenang?

Wuah mohon maap, penceramah...saya cuma ingin tau saja dari sudut pandang berbeda.
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: FZ on 06 October 2007, 06:14:46 AM
Quote from: Upaseno on 05 October 2007, 10:15:41 PM
Quote from: hendri on 01 October 2007, 11:46:03 AM
  _/\_

hari minggu kemaren saya mendengarkan dhamma, ada membahas tentang membaca paritta.
penceramah tersebut berkata kalau kita percaya, rajin, dan tekun membaca paritta senantiasa kita akan mendapatkan ketenangan.
1.Wuah ini mendapatkan ketenangan dari mana dan dari siapa ini?

2. Kalo ga percaya, ga rajin, dan ga tekun baca paritta, ga bisa tenang?

Wuah mohon maap, penceramah...saya cuma ingin tau saja dari sudut pandang berbeda.

1. Mendapatkan ketenangan dari diri kita sendiri.
Mungkin maksudnya, setelah kita mendengar parita yang dibacakan dan merenungkan isinya oleh diri kita sendiri akan membuat kita tenang karena otak kita mencapai frekuensi alpha dari frekuensi beta.

2. Bisa, itu menurut saya, hanya salah satu praktek untuk mencapai ketenangan. Masih banyak cara lain. Contohnya ketika kita berbuat baik, setelah selesai berbuat baik, kita akan merasa puas dan tenang.
Contoh lain dengan praktek meditasi juga bisa membuat kita lebih tenang.
Intinya :
Banyak cara menuju ke roma
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: Petama_Mario on 06 October 2007, 10:58:25 PM
Namo Buddhaya semuanya!!!
Doa? Definisi doa itu kl dlm bhs Indonesia apa ya?  :) Menurut saya di dlm agama Buddha yg namanya doa itu ada, liat aja buku2 paritta, isinya apa..rata2 semoga semua makhluk berbahagia, atau semua orang tuaku berbahadia, dsb. Kan sama dengan doa, mendoakan org lain selamat dan berbahagia. Lain halnya dgn "Memohon", di agama Buddha ngga ada diajarkan memohon kepada para Dewa atau memohon kepada Avalokitesvara atau memohon kepada Sang Buddha agar diberikan rezeki, umur yg panjang, dll. Rezeki, Umur Panjang, Kemakmuran, Kecantikan, Ketampanan, Kesehatan yang baik,dll semuanya bersumber dr diri kita sendiri.
Kawan2 sekalian, coba renungkan dan pahami isi dr "Brahmaviharaparana", di situ jelas sekali dan artinya sangat bagus. Kl ada hal yg tdk dimengerti, silakan tanyakan kpd guru2 agama atau tanya langsung ke Bhikkhu.
Tetaplah mendoakan "Semoga semua mahluk, hidup berbahagia".
Sadhu...3x
Semoga bisa bermanfaat. _/\_ _/\_
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: Kelana on 11 October 2007, 07:12:47 PM
Quote from: Petama_Mario on 06 October 2007, 10:58:25 PM
Namo Buddhaya semuanya!!!
Doa? Definisi doa itu kl dlm bhs Indonesia apa ya?  :) Menurut saya di dlm agama Buddha yg namanya doa itu ada, liat aja buku2 paritta, isinya apa..rata2 semoga semua makhluk berbahagia, atau semua orang tuaku berbahadia, dsb. Kan sama dengan doa, mendoakan org lain selamat dan berbahagia. Lain halnya dgn "Memohon", di agama Buddha ngga ada diajarkan memohon kepada para Dewa atau memohon kepada Avalokitesvara atau memohon kepada Sang Buddha agar diberikan rezeki, umur yg panjang, dll. Rezeki, Umur Panjang, Kemakmuran, Kecantikan, Ketampanan, Kesehatan yang baik,dll semuanya bersumber dr diri kita sendiri.
Kawan2 sekalian, coba renungkan dan pahami isi dr "Brahmaviharaparana", di situ jelas sekali dan artinya sangat bagus. Kl ada hal yg tdk dimengerti, silakan tanyakan kpd guru2 agama atau tanya langsung ke Bhikkhu.
Tetaplah mendoakan "Semoga semua mahluk, hidup berbahagia".
Sadhu...3x
Semoga bisa bermanfaat. _/\_ _/\_

Menurut KKBI, doa berarti permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada tuhan. Jadi 2 hal yang ditekankan dari kata doa ini adalah perilaku yang dilakukan dan ditujukan ke siapa sebagai penjawab.
"semoga semua makhluk berbahagia" bukanlah bentuk doa karena tidak memenuhi salah satu dari 2 hal di atas yaitu tidak adanya  si penjawab doa.

Begitu.
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: hendri on 23 October 2007, 11:54:54 AM
 _/\_
Dalam agama Buddha boleh sembahyang kepada dewa atau dewi nda yah????? :-?
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: Kelana on 23 October 2007, 08:51:19 PM
Quote from: hendri on 23 October 2007, 11:54:54 AM
_/\_
Dalam agama Buddha boleh sembahyang kepada dewa atau dewi nda yah????? :-?

Tergantung dari tujuan sembahyang kepada dewa atau dewi tersebut. Dan diharapkan untuk tidak menjadi suatu ketergantungan.
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: tesla on 23 October 2007, 10:16:56 PM
apakah dewa dewi dalam agama Buddha masih mengalami proses tumimbal lahir?

kalau iya, bagaimana kita tahu bahwa dewa/dewi tsb masih di alamnya? trus kok bisa tau namanya? ???

_/\_
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: Kelana on 25 October 2007, 01:08:07 PM
Quote from: tesla on 23 October 2007, 10:16:56 PM
apakah dewa dewi dalam agama Buddha masih mengalami proses tumimbal lahir?

Yup

Quotekalau iya, bagaimana kita tahu bahwa dewa/dewi tsb masih di alamnya?

Kita tidak pernah tahu sampai memiliki devine eyes

Quotetrus kok bisa tau namanya? ???

_/\_

salah satunya dari tradisi lokal
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: tesla on 25 October 2007, 05:19:33 PM
jadi kesimpulannya ga ada dota donk
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: El Sol on 25 October 2007, 05:35:11 PM
Quote from: tesla on 25 October 2007, 05:19:33 PM
jadi kesimpulannya ga ada dota donk
wth? dota? kok malah nyambung ke dota...:hammer:
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: tesla on 25 October 2007, 06:00:26 PM
whoops... maksudnya doa.

jadi kesimpulannya ga ada doa donk.













* sorry... gara2 terlalu melekat sama dota neh... sampe doa jadi dota
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: El Sol on 26 October 2007, 01:14:01 AM
Quote from: tesla on 25 October 2007, 06:00:26 PM
whoops... maksudnya doa.

jadi kesimpulannya ga ada doa donk.













* sorry... gara2 terlalu melekat sama dota neh... sampe doa jadi dota
gk ada..loe mao doa kesapa? percaya Kamma gk loe? kalo percaya..ngapaen Doa lage...

sebenarne kalo ngerti teori Kamma..maka Tuhan, doa, dota, dll itu gk mungkin ada...
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: tesla on 26 October 2007, 11:05:48 AM
sebaiknya thread ini di moved ke diskusi umum dech, jgn jawaban dari Theravada aja.


_/\_
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: kosdi on 06 November 2007, 02:13:37 PM
Doa....
kalo doa dalam artian meminta kepada "seseorang" maka tidak ada doa dalam buddhism (emang mo minta ke siapa?) trus emank kalo udah minta pasti di kabulin? wah makmur donk dunia.... tapi buktinya masi amburadul dan kemiskinan di mana-mana.
tanya kenapa?

tetapi kalo doa dalam artian memancarkan cinta kasih ato dlm arti laen "metta" maka ada doa dalam buddhism. dengan kata2 semoga semua makhluk berbahagia, ato semoga dia berbahagia etc
tentu saja harapan2 ato metta yang kita pancarkan tidak akan ada gunanya apabila orang tersebut tidak mempunyai tabungan karma baik yang cukup.
jadi kesimpulannya doa dalam buddhism adalah membantu mengkondisikan sesuatu hal baik terjadi.

jadi, apapun agamanya, apapun alirannya sah-sah aja meminta ato mengharapkan sesuatu baik itu pada diri sendiri ato orang laen.
tetapi selama karma nya tidak cukup biar doa sampe muntang-munting juga ga bakal terwujud!
_/\_
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: Wiryanto on 15 November 2007, 03:04:01 AM
Salam kenal,
Tertarik untuk ikutan topik ini. Menurutku, secara teoritis betul bahwa dalam budhisme ga ada doa dalam pengertian meminta sesuatu kepada mahluk 'siluman'. Namun prakteknya?
Mari kita periksa sedikit tujuan paritta2 dalam agama budha.
Antara lain yang saya tahu: puja-puji, menghormati budha, bodhisatva dan mahasatva, pernyataan atau janji (untuk melaksanakan pancasila), perlindungan kepada tisarana, mengulang dhammadesana, terakhir 'minta' sesuatu.

Yang terakhir ini, biasanya kita malu untuk mengakui dan kadarnya beragam. Dari yang paling halus hingga yang lebih terang2an. Yang paling halus dan boleh dibilang mulia, semoga semua mahluk berbahagia. Wong mendoakan semoga semua mahluk berbahagia. Tingkat berikutnya, semoga semua yang ada kaitan karma dengan ku berbahagia, atau semoga semua keluarga sanak saudara berbahagia. Kenapa mereka didoakan, bukankah bahagia atau tidak tergantung dengan karmanya masing2?

Mungkin ada yang menjawab kita cuman memancarkan metta. Apakah ada efek jika kondisi karma orang yang kita pancarkan memang tidak menguntungkan? Kalu tidak efek, buat apa kita berbuat sia2?

Menurutku lagi, sebenarnya jauh di dalam hati kita sesungguhnya juga ada permintaan, minimal pamrih lah. Kalu semua mahluk berbahagia, berarti aku juga bahagia, pan aku masuk di dalamnya. :-)

Yang pelajar dan mahasiswa mungkin ada yang menyelipkan permintaan supaya ujian bisa lulus. Yang single menyelipkan diantara puja-puji kepada budha harapan (baca permintaan) bisa dapat jodoh. Yang dagang menyelipkan doa (baca: permintaan) di-sela2 paritta puja-puji syukur semoga dagang lancar.

So what gitu lo? Emang ga boleh? Dengan ke vihara aku kan berbuat karma baik dan mengharapkan karma baiknya adalah bla-bla-bla... Artinya meski kita yakin dengan free-will dan hukum karma, ada unsur tak berdaya. Saya sudah berbuat segudang karma baik, kapan berbuahnya? Bagaimana proses kerja hukum karma ini? FIFO? Prosesnya berapa lama? Semua masih gelap. Makanya kita tetap perlu berdoa untuk meminta 'yang lebih berkuasa' entah budha atau bodhisatva supaya bisa sedikit 'memperlancar' agar berkas2 karma yang sudah kita buat bisa segera diproses dan keluar juklak (petunjuk pelaksanaannya) sehingga kita segera bisa menikmatinya.

Sekarang coba kita jujur pada diri sendiri, berapa persentase kita ke vihara, yang benar2 hanya untuk puja – puji, berapa persen yang menganggap ke vihara adalah investasi karma baik, dan berapa persen yang ke vihara untuk MINTA (doa).

Kalau memang masih ada unsur mintanya, apakah secara budhisme ini sudah salah? Minimal minta bantuan dikondisikan supaya kusala karma berbuah lebih cepat.

wiryanto
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: Sumedho on 15 November 2007, 05:49:23 AM
Salam kenal juga Bro Wiryanto,

Sorry di milis waktu itu saya belum balas salam perkenalannya. _/\_
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: ryu on 15 November 2007, 06:56:27 AM
Salam kenal wiryanto,

Memang betul apa yang anda katakan, tapi mungkin kalau pandangan saya sih seharusnya justru ajaran sang Buddha lebih menekankan kepada pengembangan kepada diri sendiri bukan mengharapkan bantuan dari alam lain / mahluk lain lho, dan berusaha untuk tidak menjadikan kita melekat atau ya seperti yang anda katakan mengharapkan misalnya karma baik cepet berbuah dan lain2, nah itu lah yang membedakan dengan agama yang lain yang menekankan HARUS meminta2 dan menyembah2 kepada sang penciptanya baru katanya bisa dikabulkan.

BTW  sering2 posting yah . . . Hehehehe *lirik2 komedho*
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: FZ on 15 November 2007, 07:13:41 AM
Yup. Agree.. ^:)^ ^:)^

Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: Kokuzo on 15 November 2007, 09:52:22 AM
Ryu abis bertapa dimane yak? Kok makin wise keliatannya...  ^-^
Ngomongin 'doa' dalam agama Buddha, atatupun agama laen...
Menurut gw cuma sugesti pikiran aja... Sejalanlah dengan law of attraction... Ketika kita memikirkan dan mengucapkan 'semoga semua makhuk berbahagia", ini mensugesti pikiran kita sendiri, dan dari pikiran turun ke perbuatan... Standarlah... Pendapat gw seh begini, n emank gw sendiri lebih prefer 'menyugesti diri daripada minta2 ke yang gak jelas"...  ;D
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: williamhalim on 15 November 2007, 11:52:31 AM
Bro Wiryanto, salam juga...

Sekalian sy tanggapin soal "doa" dan "permintaan" ini, yah...

Quote
Yang terakhir ini, biasanya kita malu untuk mengakui dan kadarnya beragam. Dari yang paling halus hingga yang lebih terang2an. Yang paling halus dan boleh dibilang mulia, semoga semua mahluk berbahagia. Wong mendoakan semoga semua mahluk berbahagia. Tingkat berikutnya, semoga semua yang ada kaitan karma dengan ku berbahagia, atau semoga semua keluarga sanak saudara berbahagia. Kenapa mereka didoakan, bukankah bahagia atau tidak tergantung dengan karmanya masing2?

Ada perbedaan antara:
~ Permintaan
~ Aspirasi

Permintaan:
ada pihak yg dituju (dimintai sesuatu). Dan pihak inilah yg akan mengabulkan atau tidak. Pihak inilah yg menjadi penentu (misalnya: tuhan). Kita menumpukan harapan kita pada pihak yg kita percaya ini.

Aspirasi:
hanya pengungkapan pikiran.
contoh:
~ semoga kamu lulus ujian (penyampaian aspirasi baik)
~ sialan! moga-moga lu ditabrak deh (penyampaian aspirasi buruk)

Dalam Buddhism, "Semoga semua makhluk berbahagia" adalah cetusan ASPIRASI. Suatu bentuk pikiran baik yg diungkapkan dalam bentuk kata-kata verbal.

Berbeda dengan DOA PERMINTAAN.
Dalam doa permintan, kita menuju ke suatu sosok. Ada pihak yg diharapkan untuk mengabulkan kemauan kita. Terlepas dari karma dan kondisi yg seharusnya terjadi, kita membebankan tanggung jawab Yes or No pada pihak ini. apapun hasil yg terjadi, kita anggap merupakan hasil karya pihak ini.

QuoteMungkin ada yang menjawab kita cuman memancarkan metta. Apakah ada efek jika kondisi karma orang yang kita pancarkan memang tidak menguntungkan? Kalu tidak efek, buat apa kita berbuat sia2?

Pemancaran Metta sasaran utamanya adalah: Batin kita sendiri.
Apakah ber-effect/tidak terhadap orang lain, tidaklah penting.
Dalam meditasi metta, kita melatih meningkatkan trend positif dalam pikiran kita.

QuoteMenurutku lagi, sebenarnya jauh di dalam hati kita sesungguhnya juga ada permintaan, minimal pamrih lah. Kalu semua mahluk berbahagia, berarti aku juga bahagia, pan aku masuk di dalamnya. :-)

Bro Wir benar, terkadang masih sulit bagi kita untuk menghindari mental 'permintaan' ini.
IMO: ini diakibatkan oleh konsep pikiran kita sejak kecil yg hidup dalam lingkungan samawi, yg segala sesuatu bermuara kepada tuhan.

::
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: Lex Chan on 15 November 2007, 12:13:44 PM
Berita ini sudah agak basi, tapi menarik untuk disimak..
Di Thailand (yg mayoritas penduduknya Buddhis), terjadi keranjingan (craze) jimat "Jatukam Ramathep".
Konon katanya, si pemakai jimat bisa bebas dari marabahaya, dapat rezeki, dll..
20 tahun yang lalu, harga jimat ini hanya sekitar 50 baht per satuan.
Tapi sekarang bisa mencapai 1 juta baht per satuan. wew..
(kalo 20 tahun yang lalu beli, sekarang bisa kaya raya.. ^-^)
-----------------------

The facts behind the Jatukam Ramathep talisman nonsense
(May 15, 2007)

In the past month or so, several articles have appeared in the Thai and English media concerning the phenomenal popularity of a magical talisman, promising instant wealth to those who wear one.

The talisman features a divine being called Jatukam Ramathep, unknown in Buddhist or Hindu sacred literature. He seems to be the invention of a confused imagination, and most intelligent commentators condemn this new cult as indicating a corruption of both Buddhist morality and Thai animistic spirituality.

In order to understand the problem, we need to get the god's name right:

Jatukam Ramathep is the Thai pronunciation of the Pali Catugamaramadeva, meaning God Rama of the Four Villages. This is near nonsense as no ancient literature, Buddhist or Hindu, connects Rama to "Four Villages". Thus the name seems to have been created out of thin air.

However, the talisman is connected in the popular imagination to the Great Stupa of Nakhon Si Thammarat. According to respectable tradition preserved in an ancient document (see Wyatt, DK, "The Crystal Sands: The Chronicles of Nagara Sri Dharmmaraja", Cornell) the relics enshrined in the Great Stupa there came from Sri Lanka and the stupa was established with the assistance of traders from Sri Lanka, where Buddhism has always been protected by Hindu gods.

(The evidence is in the Mahavamsa and in folk religion to this day.)

Here is the evidence as far as I have been able to trace it from credible physical and documentary sources:

At the Great Stupa at Nakhon Si Thammarat, the stairs leading up to the circumambulatory terminate in a narrow stage with four images of gods. To the extreme left and right are two gods in brick and plaster with no attributes. However inscribed stone plaques (in apparently old lettering) announce that they are Lord Khattugama and Lord Ramadeva.

The door in the centre consists of two wooden leaves each carved with a deity in high relief. One is obviously Vishnu with his disc and conch, but he also holds a bow, indicating that he is the Rama incarnation.

The other deity has four visible faces and so has been identified as Brahma, but he holds weapons (unlike Brahma who holds sacrificial implements).

If one counts the invisible faces (at the back of the relief) one gets six. The six faces and the weapons indicate the god Skanda (known in Sri Lanka as Kataragama) who has six faces and holds all weapons as Commander of the Heavenly Forces.

A 16th century Pali chronicle (see Penth, H Jinakalamali Index, Pali Text Soc, 1994) tells the following tale: the King of Sukhothai had heard of the fame of a Buddha image in Sri Lanka and he desired to acquire it. He sent an emissary to the king of Nakhon Si Thammarat, who reported that Sri Lanka was invincible as it was protected by four gods, namely Khattugama, Rama, Lakkhana and Sumana.

In Sri Lanka, today, popular tradition claims that the island is protected by four great deities, among whom are Kataragama (Khattugama in Pali) and Rama under the tittle Upulvan (the Blue God or Vishnu) but as he holds a bow we must suppose he is the Rama incarnation.

All this information may seem confusing to those unfamiliar with Hindu-Buddhist mythology and iconography, but from this respectable evidence we may construct a credible history.

In the late 12th century Sri Lankan Theravada Buddhism became established in mainland Southeast Asia together with its relics, footprints, Bodhi trees, texts and protective deities.

These were most faithfully recorded and remembered at Nakhon Si Thammarat. However in modern times, tradition has been forgotten. People lack knowledge of the texts to which I have referred. As a result they have confused the two guardian deities, Khattugama and Ramadeva, and conflated and corrupted their names, producing Jatukam Ramathep, a single deity without a historical background.

But who can blame the Thais?

I am reminded of a tale told (I think) by Evelyn Waugh. In Italy he once visited an obscure church that housed a splendid old woodcarving of St George on horseback killing the dragon. It was festooned with scraps of paper bearing prayers for wealth, health and success.

Waugh remonstrated with the parish priest about this gross idolatry.

The priest ruefully agreed and added that when the cultural authorities removed St George for restoration, leaving the horse, his parishioners wanted to attach their petitions to its tail and mane. "My flock don't worship St George," said the priest, "they worship the horse!"

In like manner, it seems, many Thai Buddhists have forgotten the Buddha, his liberating teachings and the relics of his person, and instead devote themselves to a protective deity, and a spurious one at that.

Several distinguished Thai scholars have proposed that the Jatukam Ramathep phenomenon indicates a failure of Buddhism. I would prefer to avoid this conclusion as religions do not fail unless they become fossilised and obsolete (like classical paganism).

Rather, societies fail to remember and live up to the admirable principles of their religions.

Indeed societies tend to pervert and demean their inherited wisdom.

In the case of the Jatukam Ramathep talisman here in Thailand, we have a society that counts greed and gain as the highest good, and an educational system that fails to provide access to Asian cultures. Nor does it make available to the public our most important historical texts.

If many Thais had read the relevant parts of the chronicles that I have quoted, then a nonsense deity like Jatukam Ramathep would never have been conceived.

Michael Wright

Special to The Nation
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: williamhalim on 15 November 2007, 12:25:22 PM
Thailand dan Myanmar,
Meskipun negara2 ini mayoritas Buddhist, namun penduduknya masih percaya dgn jimat2 dan segala macamnya.

Fenomena ini menunjukkan:
bahwa tidaklah mudah untuk dapat memahami Dhamma, meskipun kondisi sekitar sudah menunjang (lingkungan Buddhist semua).
Praktik belum tentu terimplementasi dgn baik.

Wah, teringat kembali nih dengan kura-kura hoki.
Sebenarnya, usaha untuk meningkatkan kualitas bathin kita sudah sangat urgensi, kita tidak tau kapan kita mati, syukur2 terlahir di Myanmar / Thailand yg masih ada Dhamma-nya, kalo terlahir di pedalaman afrika gimana? Mungkin kita akan mengalami penderitaan batin terus menerus tanpa tau penyebabnya, apalagi obatnya......... hiiiiii  :(


::

Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: tesla on 15 November 2007, 02:13:38 PM
kalau dari sisi psikologis saya melihat ada ketakutan luar biasa dalam diri manusia akan sesuatu hal yg tidak pasti.

apakah nanti saya mati?
apakah nanti saya miskin?
apakah nanti saya sakit?
dll...

apabila tidak dapat menghadapi rasa takut ini, maka kita akan selalu mencari-cari 1 pondasi untuk menghibur (menipu) diri kita sendiri... hal inilah yg menghasilkan jimat, tuhan, dukun, dll...

saya sendiri juga pernah dapat jimat (kalung warna emas) dari vihara Theravada lho... binggung sendiri saya... dikasih sapa nolak... mungkin karena banyak orang yg minta2 akhirnya bhante berikan aja sesuatu untuk menghibur. dan karena yg lain dikasih, saya dikasih juga sebagai cinta kasih bhante yg universal...
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: williamhalim on 15 November 2007, 02:30:40 PM
Quote from: tesla on 15 November 2007, 02:13:38 PM
kalau dari sisi psikologis saya melihat ada ketakutan luar biasa dalam diri manusia akan sesuatu hal yg tidak pasti.
apakah nanti saya mati?
apakah nanti saya miskin?
apakah nanti saya sakit?
dll...
apabila tidak dapat menghadapi rasa takut ini, maka kita akan selalu mencari-cari 1 pondasi untuk menghibur (menipu) diri kita sendiri... hal inilah yg menghasilkan jimat, tuhan, dukun, dll...

Betul sekali, sy juga setuju dgn pendapat bahwa dasar dari terciptanya jimat adalah karena alasan diatas.
karena:
~ ketakutan (lobha)
~ ketidaktahuan (moha / miccha ditthi)

Quotesaya sendiri juga pernah dapat jimat (kalung warna emas) dari vihara Theravada lho... binggung sendiri saya... dikasih sapa nolak... mungkin karena banyak orang yg minta2 akhirnya bhante berikan aja sesuatu untuk menghibur. dan karena yg lain dikasih, saya dikasih juga sebagai cinta kasih bhante yg universal...

Bro Tesla udah benar, kita jangan menyia2kan kesempatan orang untuk berbuat baik. Jimat / apapun, yg jelas orang tsb berusaha untuk berbuat baik kepada kita.


::
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: FZ on 15 November 2007, 02:37:58 PM
Quote from: tesla on 15 November 2007, 02:13:38 PM
saya sendiri juga pernah dapat jimat (kalung warna emas) dari vihara Theravada lho...
Di Pekanbaru ? Bukan yang Dharmaloka kan ? Itu Buddhayana(campur)
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: tesla on 15 November 2007, 03:23:42 PM
Quote from: Hedi Kasmanto on 15 November 2007, 02:37:58 PM
Quote from: tesla on 15 November 2007, 02:13:38 PM
saya sendiri juga pernah dapat jimat (kalung warna emas) dari vihara Theravada lho...
Di Pekanbaru ? Bukan yang Dharmaloka kan ? Itu Buddhayana(campur)
bukan di jalan riau ujung... masuk gang.
vihara nya udah tahunan ga kelar2 bangunnya... sampe sekarang masih pake bangunan dari kayu kayak rumah panggung... jadi kesannya sangat asri.

kalau yg dharmaloka, tempat lihat2 ce cakep. hehehehe
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: williamhalim on 15 November 2007, 03:42:01 PM
riau ujung, kekna Vihara Theravada tuh
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: tesla on 15 November 2007, 04:05:13 PM
Quote from: willibordus on 15 November 2007, 03:42:01 PM
riau ujung, kekna Vihara Theravada tuh
iya bro willy. maksud kata
'bukan di jalan riau ujung' itu sebenarnya:
"Bukan (dharmaloka! tetapi yg di) jalan riau ujung"
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: FZ on 15 November 2007, 05:10:52 PM
Thanks atas infonya.. Baru tahu tuh.. :-[
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: kosdi on 16 November 2007, 11:29:41 AM
 :'( :'( mau jawab punya bro wir tapi udah keduluan yang laen.
curang!!!! jawabanku dibajak!!!!  :'( :'( :'( :'(
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: Sumedho on 16 November 2007, 11:39:32 AM
siapa cepat, dia dapat. harus nongkrong di forum 24x7   8)
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: williamhalim on 16 November 2007, 12:30:08 PM
Quote from: kosdi on 16 November 2007, 11:29:41 AM
:'( :'( mau jawab punya bro wir tapi udah keduluan yang laen.
curang!!!! jawabanku dibajak!!!!  :'( :'( :'( :'(

Quote from: Sumedho on 16 November 2007, 11:39:32 AM
siapa cepat, dia dapat. harus nongkrong di forum 24x7   8)

:))  :))  :))
harus ditongkrongin 24 jam x 360 hari setahun.


::



Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: kosdi on 16 November 2007, 01:46:53 PM
 ^:)^ ^:)^ ^:)^
gak sanggup men.... pantes yg disini pada bijaksana semua...
24x365 sih.....

bro wili 365 yah bukan 360  ;D
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: williamhalim on 16 November 2007, 02:16:26 PM
Quote from: kosdi on 16 November 2007, 01:46:53 PM

bro wili 365 yah bukan 360  ;D

trims atas koreksinya,  ^:)^
tongkrongin DC 365 hari setahun, nggak tau mesti  :)) atau :'(

::
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: Wiryanto on 16 November 2007, 06:36:04 PM
Salam kenal kembali untuk semua,
Beberapa kayaknya sudah pernah diskusi di tempat lain. Namun heran, suasana di sini koq kayaknya sejuk dan kondusif ya! Topik2 peka aja ditanggapi secara cool. Beda dengan milis tetangga yang suasananya kayak perang. Pendapat yang sama aja bisa bentrok.

Padahal yang ikut diskusi orangnya ada yang sama, sehingga seharusnya karmanya sama. Mungkin ini yang disebut faktor kondisi mempengaruhi hasil karma?

Nah, dikaitkan dengan topik doa dalam buddha, dengan percaya penuh pada karma dan free-will, intinya manusia punya kontrol penuh pada kehidupannya. Mau menjadi apa tergantung pada diri sendiri, bukan pada kekuatan siluman. Tetapi ada faktor lain, yaitu faktor kondisi "kapan yang ini berbuah, kapan yang ono yang berbuah" yang tidak bisa dikendalikan. Kita cuman bisa menabung, menabung terus. Tetapi kita ga bebas mengambil bunganya. Jadi kayak ikut arisan ibu2, giliran siapa yang dapat sistemnya dilotere.

Apa yang bisa kita lakukan untuk mengontrol kondisi ini? Termasuk mengatur datangnya hasil buruk yang keliwat besar yang mungkin kita ga sanggup terima sekarang. Berdoa / baca paritta? Kepada siapa/apa? Atau sabar aja menunggu? Apakah peran doa dalam budhisme di sini?

Quote from: willibordus on 15 November 2007, 11:52:31 AM
Pemancaran Metta sasaran utamanya adalah: Batin kita sendiri.
Apakah ber-effect/tidak terhadap orang lain, tidaklah penting.
Dalam meditasi metta, kita melatih meningkatkan trend positif dalam pikiran kita.

Wah, kalau begitu kita rada muna juga dong! Ceritanya sok baik berdoa semoga semua mahluk berbahagia, tetapi ujung2nya sebenarnya kita tahu ini ga bisa, tujuannya adalah untuk diri sendiri.

Terus, bagaimana dengan konsep bodhisatva dalam hal ini?

Salam,
wiryanto
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: williamhalim on 16 November 2007, 07:41:20 PM
QuoteBeberapa kayaknya sudah pernah diskusi di tempat lain. Namun heran, suasana di sini koq kayaknya sejuk dan kondusif ya! Topik2 peka aja ditanggapi secara cool. Beda dengan milis tetangga yang suasananya kayak perang. Pendapat yang sama aja bisa bentrok.

:)) mungkin karena ada icon2 yg lucu2 ini, sehingga bisa mengekspresikan senyuman kita?  ;D

QuoteWah, kalau begitu kita rada muna juga dong! Ceritanya sok baik berdoa semoga semua mahluk berbahagia, tetapi ujung2nya sebenarnya kita tahu ini ga bisa, tujuannya adalah untuk diri sendiri.

Sesungguhnya Meditasi metta, ada effect-nya, yaitu: getaran positif pikiran (meditator) mempengaruhi lingkungan / object lainnya (pada level batin). Banyak studi2 tentang ini, dan banyak juga artikel2 tentang effect meditasi metta ini. Misalnya, karena rasa kasih sayang kita yg terpancarkan pada yg memusuhi kita, lambat laun musuh kita tidak akan terlalu defensif terhadap kita. Ini bisa dicoba.

Tetapi tetap, meditasi metta tidak bisa mengubah kamma/vipakka object sasaran.

Seperti yg saya tulis sebelumnya, terlepas dari effect apapun terhadap orang lain, meditasi metta nyata-nya bermanfaat untuk batin kita sendiri.
Manfaatnya yaitu: peningkatan trend batin kita menjadi lebih positif. Artinya: Dengan melakukan meditasi metta, kualitas batin kita perlahan2 meningkat menjadi lebih baik, lebih sabar, lebih penyayang, lebih bahagia.

Catatan:
~ Pikiran2 positif yg timbul selama meditasi metta merupakan 'kusala kamma' (karma baik).


::
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: ryu on 17 November 2007, 07:30:19 AM
Mungkin kita perlu lihat sejarah, apakah sang Buddha pernah berdoa?

Pernah menyembah pada sesuatu?

Pernahkah MENGAJARKAN untuk meminta2 kepada sosok prima causa?

padahal sang Buddha tolak konsep tentang prima causa.
Jangan bandingkan dengan agama sebelah yang memang nabinya sudah mengajarkan begitu karena nabinya sendiri juga berdoa dan menyembah pada sesuatu.
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: hendri on 04 December 2007, 11:15:02 PM
 _/\_
kenapa masih ada penceramah yang berkata
"kita harus berterimakasih kepada Tuhan"
apa itu memang biasa diucapkan???

bisa kasih pendapat, karena saya kurang paham.! ;)

trim's ;D
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: ryu on 04 December 2007, 11:27:03 PM
Penceramah yang mana?

Tuhan yang mana?
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: hendri on 04 December 2007, 11:37:35 PM
katanya dia guru sekolah agama Budha...
kebetulan dia mengisi ceramah
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: Sumedho on 05 December 2007, 05:56:09 AM
terkadang orang yang dengan niat berbuat baik menyediakan waktu untuk mengajar sekolah minggu, kurang memiliki dasar buddhisme yang baik juga. :(

takutnya nanti ada impact yang lebih besar bagi si anak nanti.
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: ryu on 05 December 2007, 07:25:22 AM
Jangan2 maitreya tuh. Atau kalau tidak ya untuk formalitas.
Title: Re: Buddha tanpa doa
Post by: EMAK on 05 December 2007, 08:31:35 AM
Quote from: ryu on 04 December 2007, 11:27:03 PM
Penceramah yang mana?

Tuhan yang mana?

Itu kali Tuhan yang diatas sana, kata bung Ebbit G.Ade, kaya atap, langit, bulan, dll...  ^-^

Terlepas dari topik disini, bro hendry itu gambar buahnya terlihat lezat amat ya... hehehe...