Dear All
Jadi kepikiran 1 topik baru, mengenai sila 5, (Thanks untuk Bro Menyan dengan ucapan : sambil telanjang dada , cakak pinggang dan sambil minum beer dingin)
Yang ingin saya tanyakan dan saya bingungkan
Pelanggaran sila ke 5 itu terjadi pada kondisi yang bagaimana ?
1. apakah pada saat seseorang mengkonsumsi bahan yang mengandung alkohol (pinjam istilah agama I**** berarti alkohol haram)? atau
2. apakah pada saat seseorang mengkonsumsi bahan yang mengandung alkohol hingga mabuk ?
Jika pilihannya pelanggaran sila ke 5 itu terjadi karena seseorang mengkonsumsi bahan yang mengandung alkohol. Berarti setiap kita sakit kita telah melanggar sila ke 5 ? Karena kita mengkonsumsi obat yang sebagian besar PASTI mengandung bahan alkohol di dalamnya.
Jika pilihannya kedua, berarti kita boleh minum, asal gak mabuk ?
Mohon tanggapan rekan2 sedhamma dan mohon juga kepada B.Upaseno untuk meluruskan bila ada kesalahan.
Terima kasih
keknya kalo sakit... ada pengecualian
IMO sih minum segala hal yg melemahkan kesdaran (alkohol dkk), kalau minum nga mabuk yah nanti keterusan. kontrol pada diri sendiri saja sih. Intinya kan berusaha menghindari. kalau terpaksa *bukan pembenaran* yah mo gimana lagi
hmm tergantung kondisi tiap2 orang beda beda yah. tapi kalo mau minumpun pokoknya prinsipnya
tidak ketagihan
tidak mabuk
sampe mabok baru langgar sila...
tapi biasane orang mabok gk sadar kalo dia mabok...
Klo sila-nya berusaha menghindari minum ya jangan sampe terminum dong. Klo udah terminum ya berarti usahanya belum berhasil. Dan klo udah terminum ya jangan diterusin ya :)
Oh.. Thanks atas jawaban rekan2 sedhamma..
Btw [at] Bro Medho.. IMO itu apa sih.. ^-^
Quote from: san on 24 September 2007, 07:26:01 AM
Klo sila-nya berusaha menghindari minum ya jangan sampe terminum dong. Klo udah terminum ya berarti usahanya belum berhasil. Dan klo udah terminum ya jangan diterusin ya :)
kalo gk minum...mati donk... ;D
Batasannya? Pikiran
IMO = In My Opinion gitu... menurut saya...
OOH.. sorry kuper
lah klo baok nya kuat kan die kgk mabok2 alias sadar jd gak papa donk... ;D
Sutta Nipata : 398-399
Quote from: ryu on 25 September 2007, 12:29:46 AM
Sutta Nipata : 398-399
ini ape lage...kenapa gk langsung di list kluar ajah? ???
dari hape copas susah :P
Quote from: El Sol on 25 September 2007, 01:26:24 AM
Quote from: ryu on 25 September 2007, 12:29:46 AM
Sutta Nipata : 398-399
ini ape lage...kenapa gk langsung di list kluar ajah? ???
Mereka yang mengikuti Dhamma
Hendaknya tidak minum minuman keras
Atau menyarankan seseorang untuk meminumnya
karena mengetahui akibat dari kemabukan.
Disebabkan mabuk,
seorang yang bodoh berbuat sesuatu yang tercela
dan juga menyebabkan orang lainnya tidak berhatihati
Hidarilah akar dari tindakan salah ini,
Kebodohan ini hanya disenangi mereka yang bodoh.
Dalam hal meminum minuman yg mengandung alkohol, seseorang hendaknya menyadari betapa banyak akusala kamma yang ia timbun dengan cara seperti ini. Walaupun kemelekatan seseorang terhadap minuman beralkohol tersebut sangat kecil, namun bagaimanapun juga ia telah menimbun akusala kamma. Kondisi demikian akan membawa kerugian kerugian bagi dirinya sendiri di masa yang akan datang. Apabila kemelekatannya terhadap minuman tersebut sangat kuat, maka akusala kamma akan timbul dalam bentuk ucapan dan perbuatan yang tidak senonoh. Meminum minuman beralkohol, betapapun sedikitnya, dapat memperbesar timbulnya keserakahan, Kemarahan dan kebodohan. Keadaan ini dapat mengakibatkan seseorang menjadi tidak sadar atas segala sesuatu yg telah diperbuatnya dan juga tidak bisa menyadari mengenai segala kenyataan yang terjadi pada saat itu.
_/\_ :lotus:
sebisa mungkin hindari mencicipi minuman beralkohol ini. Berat untuk bisa menjadi pemabuk, dibutuhkan latihan untuk bisa menikmati beer / vodka yg pahit itu; tapi lebih berat lagi untuk meninggalkannya jika sudah ketagihan.
Satu sila dilanggar, maka cenderung terbuka jalan untuk melanggar sila2 lainnya.
Khusus untuk sila ke lima, sila ini berguna sebagai penopang ke-empat sila yg lain.
::
Seseorang yg sudah terlanjur terikat kepada minuman keras, tidak bisa dengan mudahnya untuk menghentikan kebiasaan buruk tersebut secara total, dalam waktu yg singkat, akan tetapi dengan mengerti/menyadari akan ketiadamanfaatannya, maka secara bertahap hendaknya orang itu menghilangkan ketergantungannya pada minuman keras itu. Melalui cara demikian, ia sesungguhnya memunculkan sifat untuk tidak minum minuman keras.
Jadi....dengan Pengertian yg benar (Panna) dapat membuat seseorang terhindar dari minuman keras, dan bahkan dapat menghentikannya secara total.
_/\_ :lotus:
Berarti sila ke-5 dilanggar bila sudah mabuk dan muncul keterikatan ?
Menurut Ce Lily dan Bro Wili, kalau penggunaan dalam obat bagaimana dengan kadar kecil? Apakah melanggar atau tidak ? Contohnya pembuatan elixir menggunakan alkohol. sebagai pelarut. Sorry agak ilmiah.
Bro Hedi,
Analisa saya:
Tujuan sila adalah untuk menghilangkan nafsu kasar yg diwujudkan melalui pikiran, perkataan dan perbuatan.
Jadi, semuanya kembali ke 'cetana' kita.
kata Bhante, patokannya di 'pikiran' kita.
Penggunaan obat2an yg mengandung alkohol yg ditujukan untuk mengobati penyakit, tidak melanggar sila.
mungkin teman2 yg lain bisa menambahkan...
_/\_
::
Saya kurang teliti baca. Ada comment dari B.Upaseno. yaitu Pikiran juga
Thanks atas tanggapan Bro Willy
Quote from: Hedi Kasmanto on 08 October 2007, 02:50:10 PM
Berarti sila ke-5 dilanggar bila sudah mabuk dan muncul keterikatan ?
Menurut Ce Lily dan Bro Wili, kalau penggunaan dalam obat bagaimana dengan kadar kecil? Apakah melanggar atau tidak ? Contohnya pembuatan elixir menggunakan alkohol. sebagai pelarut. Sorry agak ilmiah.
Bro Hedi....
Menurut sy... jika ada salah satu faktor sila ke 5 itu yg tidak terpenuhi ....berarti tidak melanggar sila ke 5.
faktor2 sila ke 5 yaitu :
1. Ada sesuatu yang merupakan Sura, Meraya atau majja yaitu sesuatu yang membuat nekat, mabuk, tak sadarkan diri, yang menjadi dasar dari kelengahan dan kecerobohan
2. Mempunyai keinginan untuk menggunakannya
3. Menggunakannya
4. Timbul gejala mabuk atau sudah menggunakannya (meminumnya) hingga masuk melalui tenggorokan
_/\_ :lotus:
Wew.. Info baru.. Thanks atas infonya.. Ce Lily ^:)^
To Lily W:
"Dalam hal meminum minuman yg mengandung alkohol, seseorang hendaknya menyadari betapa banyak akusala kamma yang ia timbun dengan cara seperti ini."---Lily pernah tinggal di negara musim dingin? Kalau minuman alkohol untuk dijadikan obat, apakah itu akusala kamma juga?
"Walaupun kemelekatan seseorang terhadap minuman beralkohol tersebut sangat kecil, namun bagaimanapun juga ia telah menimbun akusala kamma."---Bagaimana mungkin akan menjadi akusala kamma jika niatnya kusala kamma (seperti contoh, untuk pengobatan)?
"Meminum minuman beralkohol, betapapun sedikitnya, dapat memperbesar timbulnya keserakahan, Kemarahan dan kebodohan."---O, begitu yah? Lily pernah ketemu dengan orang yang tidak bisa minum minuman berakohol?
"Keadaan ini dapat mengakibatkan seseorang menjadi tidak sadar atas segala sesuatu yg telah diperbuatnya dan juga tidak bisa menyadari mengenai segala kenyataan yang terjadi pada saat itu."---keadaan minum yang sedikit bisa mengakibatkan orang menjadi tidak sadar? sedikitnya seberapa itu?
Bhante Upaseno:
---Lily pernah tinggal di negara musim dingin? Kalau minuman alkohol
untuk dijadikan obat, apakah itu akusala kamma juga?
Lily :
Ga pernah.....
Kalo di daerah dingin, bukan obat. Krn obat kan utk sembuhin penyakit.
Jadi mirip orang di Pegunungan Dieng minum kesoteng panas; supaya bisa
imbangin temperatur tubuh...
Tips utk daerah dingin, latihan chi-kung seperti di biara Shaiu-Lin...
Dingin luar biasa, tapi gak perlu minum alkohol... Di Lhasa, Tibet juga
gitu... artinya gak minum alkohol...
Tapi kalo pada gak mau, yah terserah juga. Ini kan saran ideal utk
pengembangan bathin. No enforcement...
Bhante Upaseno:
---Bagaimana mungkin akan menjadi akusala kamma jika niatnya kusala
kamma (seperti contoh, untuk pengobatan)?
Lily :
Kan kata² di atas "walaupun kemelekatan", bukan pengobatan. Trus
minuman beralkohol, bukan infus jarum. Kalo minuman beralkohol, orangnya sdg
normal, minum jadi melemah kewaspadaan/kesadaran. Kalo org diobati,
fisik & mental memang sdh tdk seimbang & ditreatment. Itu bukan
kemelekatan ~ beda dengan yg ke pub secara rutin walopun dikit, that's
kemelekatan... BTW, apakah pengobatan ini masih terkait dgn tempat dingin di
atas? Melawan hawa dingin = pengobatan? Kalo itu, sarannya mending chi-kung
saja.
Bhante Upaseno :
---O, begitu yah? Lily pernah ketemu dengan orang yang tidak bisa
minum minuman berakohol?
Lily :
~pernah...~
Bhante Upaseno :
---keadaan minum yang sedikit bisa mengakibatkan orang menjadi tidak
sadar? sedikitnya seberapa itu?
Lily :
Tergantung komposisi fisik, stamina, kebiasaan... Kalo Bhante pernah
coba sebelumnya (sebelum jadi Bhikkhu), berapa banyak baru bisa bikin
lemah kesadaran?
_/\_ :lotus:
Kita melatih diri untuk Tidak melanggar Sila,
dan Sila terlanggar bila semua point terpenuhi
Minum gak Minum...
Makan gak Makan...
Hirup gak Hirup...
Suntik gak suntik...
Selama Kesadaran masih ada, ya kaga ngelanggar...
Kesadaran mulai ngawur... ya ngelanggar...
weits... Obat Bius gmana ?
hm.... tergantung niad juga kayanya... (dan bukan mabuknya)
Quote from: Lily W on 09 October 2007, 12:54:41 PM
Bhante Upaseno:
---Lily pernah tinggal di negara musim dingin? Kalau minuman alkohol
untuk dijadikan obat, apakah itu akusala kamma juga?
Lily :
Ga pernah.....
Kalo di daerah dingin, bukan obat. Krn obat kan utk sembuhin penyakit.
Jadi mirip orang di Pegunungan Dieng minum kesoteng panas; supaya bisa
imbangin temperatur tubuh...
Tips utk daerah dingin, latihan chi-kung seperti di biara Shaiu-Lin...
Dingin luar biasa, tapi gak perlu minum alkohol... Di Lhasa, Tibet juga
gitu... artinya gak minum alkohol...
Tapi kalo pada gak mau, yah terserah juga. Ini kan saran ideal utk
pengembangan bathin. No enforcement...
_/\_ :lotus:
Membahas mengenai alkohol, Saya jadi teringat dengan seorang teman yang melanjutkan sekolah di amerika tepatnya di kota Texas.
Selama di texas, teman sy tidak dapat menahan cuaca dingin yang benar2 menusuk hingga ke tulang, Sehingga untuk menghilangkan rasa dingin di tubuh mulailah dia mengkonsumsi minuman beralkohol.
Ini berlangsung sekitar 1-2 tahun ( kalau tidak salah ingat * ;D ) selama musim dingin saja tentunya, Sampai akhirnya teman saya menderita sakit2an dan giginya mengalami kerusakan akibat minuman alkohol.
Sakit yang di alami bukanlah sakit berat, tetapi cukup mengganggu pada paru2 dan juga giginya.
Kemudian dia memutuskan balik kembali ke indo untuk memulihkan kondisinya.
Padahal teman ini mengkonsumsi minuman keras hanya untuk menghangatkan tubuh, dan bukan untuk mabuk2an. Jadi bisa di katakan dosis yang di konsumsinya sesuai batasan.Hanya saja di konsumsi setiap hari selama musim dingin.
Setelah memulihkan kondisinya di indo, Sekarang dia sudah pulih dan sehat kembali.
_/\_
;D
:))
^-^
:whistle:
Ato jgn2 bhante suka minum yah???? :-?
jadi inget bhante2 di thai yang merokok dengan alasan "tidak diatur di vinaya"...... :whistle:
padahal sudah jelas buddhism adalah pengontrolan diri, kok yah cari2 barang yang bisa melemahkan pengontrolan....
kalo dingin sih, pake sweater aja.... atau minum wedang jahe..... ;D
Quote from: markosprawira on 10 October 2007, 10:19:58 AM
Ato jgn2 bhante suka minum yah???? :-?
Wuah...ngajak geger nih...
Mo ketemuan?
Orang-orang ini ngomongin sila kok uda seperti sempurna dalam sila dan ga bakal melanggar sila.
Sangat disayangkan...idealism terlalu tinggi, meskipun belum tahu keadaan-keadaan diluar dugaan mereka!
Yah...sangat disayangkan...pendidikan Buddhism yang idealis inilah yang menggerogoti Buddhism sendiri.
waduh, galak bener........... ;D cuma dipancing secuil aja, udah dianggap geger...........
emang pendidikan buddhis di indo payah, soalnya yang ngajarinnya juga emosian sih ... buah khan ga akan jatuh jauh dari pohonnya :whistle:
justru dinamika harus dijalani sebagaimana apa adanya sebagaimana buddha yang tidak pernah memaksakan harus mengikuti-NYA, bukannya justru harus dimatikan
"waduh, galak bener........... ;D cuma dipancing secuil aja, udah dianggap geger..........."---Iya sorry mas, gue bukan yang mantuk-mantuk dan sok alim.
"emang pendidikan buddhis di indo payah, soalnya yang ngajarinnya juga emosian sih ... buah khan ga akan jatuh jauh dari pohonnya :whistle:"---iya, tolong beresin pendidikan di indo, sebelum aye pulang indo yah, Mas...Thanks alot sebelumnya. Beresin juga tuh pengajar2 yang emosian.
"justru dinamika harus dijalani sebagaimana apa adanya sebagaimana buddha yang tidak pernah memaksakan harus mengikuti-NYA, bukannya justru harus dimatikan"---O, yes...finally you are enlightened.
Quote from: Upaseno on 10 October 2007, 11:27:21 AM
"waduh, galak bener........... ;D cuma dipancing secuil aja, udah dianggap geger..........."---Iya sorry mas, gue bukan yang mantuk-mantuk dan sok alim.
waaah... ini mirip ama pernyataan bhante2 yang ngerokok di thailand sono......
Quote from: Upaseno on 10 October 2007, 11:27:21 AM
"emang pendidikan buddhis di indo payah, soalnya yang ngajarinnya juga emosian sih ... buah khan ga akan jatuh jauh dari pohonnya :whistle:"---iya, tolong beresin pendidikan di indo, sebelum aye pulang indo yah, Mas
mumpung anda ada di luar negeri, mungkin bisa mencarikan modul pengajaran yang sesuai??? yang tentunya ga membuat produk yang sok alim :whistle:
Quote from: Upaseno on 10 October 2007, 11:27:21 AM
...Thanks alot sebelumnya.
kalo ke sesama buddhis, saya biasanya menyebut "anumodana"
Quote from: Upaseno on 10 October 2007, 11:27:21 AMBeresin juga tuh pengajar2 yang emosian.
kalimatnya mirip ama boss saya di kantor nih ^:)^
Quote from: Upaseno on 10 October 2007, 11:27:21 AM
"justru dinamika harus dijalani sebagaimana apa adanya sebagaimana buddha yang tidak pernah memaksakan harus mengikuti-NYA, bukannya justru harus dimatikan"---O, yes...finally you are enlightened.
anumodana atas pengkondisian akusala yang dilakukan bhante.... itu bisa dijadikan latihan untuk batin saya
hmmmm... ehem.
Mungkin Bhante bisa bantu memberikan pendapat, bagaimana seharusnya sila dilaksanakan?
Anumodana,
Willibordus
::
manusia.
apa yang dicari?
melekat.
tidak melekat.
ketidak melekatan pada melekat.
melekat kepada ketidakmelekatan.
apa saja yang dipegangnya selalu dipeluk erat.
dunia.
kemana kau pergi?
kau selalu bersamaku.
kubersembunyi
kuberlari
bersembunyi dalam pelarian
pelarian dalam ketersembunyian.
kemana saja kaki melangkah selalu kembali berpijak.
apakah arti semua ini?
awan-awan mengawang di angkasa.
berbentuk gambaran-gambaran
senantiasa bergerak
senantiasa berubah
akankah kau matikan
dalam sebuah lukisan?
adakah awan dalam lukisan?
adakah dunia dalam pelarian?
adakah pencarian kala terpegang?
Sesuatu bukan muncul tanpa sebab,
bukan pula karena titah sang Dewata,
bukan juga karena aku,
bukan juga karena bukan-aku,
bukan juga dari keduanya.
lalu mengapa kau bekukan?
Jangan kau tanya apa arti puisi ini
karena aku terlampau lelah berkelana
biarlah sang waktu menjadi juru kuncimu.
Suchamda, 10 Oktober 2007
Coba kita telaah dgn jujur, diskusi ini mengarah kepada 'sikap' kita menjalankan sila/kemoralan, atau 'prinsip' dasar penetapan aturan main dr sistem moralitas/sila tsb???
*
Sebagai umat awam kita tahu bhw Pancasila Buddhis sifatnya bukan 'perintah' seperti di agama² tetangga. Namun bukan berarti ini merupakan alasan pembenaran pula. Vinaya bhikkhu/i yg jelas berupa larangan, pun ada potensi pelanggaran. Fakta² ini mengindikasikan bhw ini merupakan derajat dr sistem moralitas, sejauh mana mengikat kita. Kedisiplinan khan tumbuh-kembang sesuai dgn kondisnya yg pas...
*
Poin lain adalah, kita perlu menyamakan persepsi tata-bahasa kala berdiskusi, sehingga bisa mengeliminir banyak distorsi minor yg gak perlu, tapi bisa menjadi berabe... Kamma merupakan tindakan aktiv (kalimat aktiv dah istilahnya), melalui: bathin, ucapan, & aksi fisik/jasmani... Mengonsumsi segala bentuk produk yg melemahkan kewaspadaan bathin/jasmani, dgn segala cara ~ merupakan tindakan aktiv... Jelas beda dengan saat dibius (ada prefix "di") sebagai kata kerja pasiv...
Dari tata-bahasa, ini sudah jelas dua kasus yg gak bisa dibandingkan... Kata kerja aktiv & kata kerja pasiv...
Mengonsumsi benda demi pemuasan indera ~ jelas beda dgn mengonsumsi obat utk kesehatan fisik... Perkara jika timbul "alasan" pengobatan dgn minum arak obat, karena senang dgn aroma arak & rasanya; apakah pelanggaran? Sdh jelas jawabannya...
*
Ketika berbicara pada tatanan idealis (prinsip) sebuah barometer moralitas/sila, selayaknya tidak dicampuradukan dgn realitas sikap kita di dalam mempraktikkannya...
Ektrimnya saja: realisasi Nibbana (Asankhata Dhamma), apakah tidak terlalu idealis? Padam-totalnya: lobha, dosa, & moha... lho... Lha diajak ikut Diskusi Abhidhamma saja sudah nolak dgn alasan itu ilmu terlalu tinggi, rumit, dll... Apa bisa dipaksakan? Sikap & prinsip merupakan 2 hal yg berbeda...
*
Pancasila Buddhis merupakan pilar mayor moralitas Buddhis. Jika diibaratkan penyaring air, maka poin² kriteria/barometer dlm Pancasila seperti batu kerikil yg menyaring kotoran/sampah besar... Jika sebagai Buddhis awal, tentunya sikap praktik Dhamma kita cocok dgn saringan awal ini. Tapi coba kita lihat contohnya sila ke-3; paling rentan terjadi pembenaran bagi yg hendak memuaskan indera birahinya. Hubungan badan dgn PSK, khan bisa? Khan tidak terjerat kriteria² dr sila tsb?
Saat itu, 'sikap' bathin kita dlm praktik 'prinsip' akan sangat terlihat jelas... Pancasila sudah mirip dgn pengendara sepeda motor yg diancam tilang oleh polisi. Bukan pengendara sepeda-motor yg paham/ngerti akan prefentif cidera parah pd, jika terjadi kecelakaan. Sikap pengendara yg terakhir ini, bahkan jika sanksi/tilang tsb dicabut sekalipun, dia akan tetap mengenakan helm setiap saat, krn paham akan faedahnya...
Pancasila bukan pat²-gulipat kecerdasan, inovasi, & kreasi kita dlm breaking the codes. Namun pengembangan value bathin, sehingga tercapainya kesempurnaan moralitas... Hal ini tentunya jika perlu kita poles sehingga tdk jadi momok bagi pemula. Toh, sekali lagi, ini bukan perintah; tapi latihan kemoralan...
*
Saya sendiri sering jebol koq dlm mempraktikkan Pancasila, tapi bukan berarti hal ini membungkam saja ukt diskusi prinsip yg paling ideal... Di komunitas ini, justru diharapkan kita bisa saling: asah, asih, & asuh... Kita berjuang masing² secara mandiri di dalam kebersamaan...
To Markosprawira:
Saya pikir, tidak terlalu penting lagi untuk melanjutkan diskusi dengan anda.
Kalau anda berpikir bahwa saya salah...ya anggaplah saja.
Tetapi, saya salut dengan anda.
To willibordus:
Mungkin Bhante bisa bantu memberikan pendapat, bagaimana seharusnya sila dilaksanakan? --Willi, coba baca lagi pertanyaan saya kepada Lily dengan baik-baik. Mungkin anda bisa meraba apa yang saya maksud. Jika masih belum mengerti, boleh tanya saya lagi.
To Suchamda dan Gunasaro:
Thank you sudah memberi tambahan informasi.
Quote from: markosprawira on 10 October 2007, 10:19:58 AM
Ato jgn2 bhante suka minum yah???? :-?
jadi inget bhante2 di thai yang merokok dengan alasan "tidak diatur di vinaya"...... :whistle:
padahal sudah jelas buddhism adalah pengontrolan diri, kok yah cari2 barang yang bisa melemahkan pengontrolan....
kalo dingin sih, pake sweater aja.... atau minum wedang jahe..... ;D
setau gw pake sweater melanggar Vinaya...kalo gk salah pakain Bhikkhu cuma boleh 2 ato 3 lapis..><" gk pasti..dan lupa...
setau gw merokok itu buat ngusir nyamuk deh...><"
CMIIW
Mengontrol bukan berarti menghindari
Quotesetau gw merokok itu buat ngusir nyamuk deh...><"
;D Mendingan bakar menyan aj bwt usir nyamuk mah... :))
Pada dasarnya kita sedang membicarakan Ethics ya....
Agar pola pikir kita tidak terlalu naif, maka ada baiknya study dulu tentang ethical philosophy dan aspek2nya.
Saya berikan link2 ini untuk dapat dipelajari guna memperluas cakrawala wawasan kita.
Dari keluasan itu, nantinya kita akan dapat lebih menempatkan persoalan pada tempatnya.
http://en.wikipedia.org/wiki/Ethics
http://en.wikipedia.org/wiki/Normative_ethics
http://en.wikipedia.org/wiki/Descriptive_ethics
http://en.wikipedia.org/wiki/Applied_ethics
http://en.wikipedia.org/wiki/Ethical_relativism
http://en.wikipedia.org/wiki/Moral_absolutism
http://en.wikipedia.org/wiki/Divine_command_theory
http://en.wikipedia.org/wiki/Universal_prescriptivism
http://en.wikipedia.org/wiki/Altruism_%28ethical_doctrine%29
http://en.wikipedia.org/wiki/Ethical_skepticism
http://en.wikipedia.org/wiki/Consequentialism
http://en.wikipedia.org/wiki/Deontological_ethics
http://en.wikipedia.org/wiki/Virtue_ethics
http://en.wikipedia.org/wiki/Utilitarianism
http://en.wikipedia.org/wiki/Ethical_egoism
http://en.wikipedia.org/wiki/Categorical_Imperative
http://en.wikipedia.org/wiki/Contractarianism
http://en.wikipedia.org/wiki/Norm_%28philosophy%29
saya rasa kita tidak jangan terjebak dalam ruang lingkup yang kecil. kebahagiaan yang sesungguhnya bukan diperoleh karena hidup sesuai sila melainkan hidup sesuai dhamma --> jalan tengah mulia berunsur 8. diskusi ini terlalu sempit jika hanya memandang sila tanpa disertai dengan kebijaksanaan2x dhamma yang lain dalam jalan tengah buddhisme.
Klo menurut saya, jauh lebih penting untuk memikirkan hidup kita apakah sesuai dengan dhamma daripada hidup sesuai sila. Sama seperti nelayan yang hidup dari menangkap ikan --> jauh lebih penting bagaimana untuk mendapatkan kebahagiaan dengan melaksanakan jalan tengah daripada membuat hidupnya terkondisikan menderita akibat "kekeras-hatiannya" untuk tidak melanggar sila.
Dengan memahami penjelasan2 tentang ethics dalam link yang saya berikan tersebut, maka kita akan bisa melihat perdebatan antara Markos Prawira (MP) dan Bhante Upaseno (UP) dari sudut perspektif yang netral obyektif.
Meskipun tataran diskusi yg dilakukan oleh MP dan UP belum memberikan uraian descriptive dan reason2 dari masing2 pandangannya, akan tetapi sekiranya kita sudah bisa menduga arah yg akan dibicarakannya.
Karena dari pembicaraan tersebut tidak terdapat arus komunikasi yang bersifat informasional ataupun argumentative, maka tentu sulit untuk dicapai suatu titik temu pemahaman. Oleh karena itu dari kejadian itu kita hanya bisa mencoba untuk berpikir dari dirinya masing2 untuk menelaah issue ini. Utk dapat menelaah kita butuh framework / kerangka pemikiran. Untuk membangun sebuah kerangka pemikiran kita membutuhkan wawasan dan juga penamaan. Penamaan ini untuk mempermudah indentifikasi dan sebagai signatura (penanda).
Boleh dikatakan bahwa MP berbicara dari sudut normative ethics, sedangkan BU berbicara dari sudut applied ethics. MP berbicara dari tataran idealis, sedangkan BU berbicara dari tataran realisme praktis.
Setelah mengetahui pijakan masing2 tersebut, maka kita akan melihat bhw kedua posisi itu memang tidak perlu dipertentangkan, akan tetapi dapat dipahami sebagai sebuah penggambaran dari dua buah tataran yg berbeda, masing2 dengan problematikanya sendiri2.
Apa yang harusnya kita cari adalah mempelajari kompleksitas dari permasalahan ethics ini sehingga kita mendapatkan gambaran yg menyeluruh.
Note:
Deontologist ethics : akan menyatakan perbuatan bajik dari perbuatan itu sendiri. Memfokuskan diri untuk melihat benar dan salah dari suatu perbuatan itu dari dirinya sendiri.
Consequentialist ethics : akan melihat benar dan salah dari suatu perbuatan dari sudut hasil yang diperolehnya.
Disini, consequentialist bercabang lagi menjadi utilitarian ethics: dimana konsekwensinya dinilai dari hasil kontribusi terhadap keseluruhan utilitas.
Anumodana kepada rekan2 semua
Meskipun diskusi ini sedikit tegang, namun sangat menarik dan saya pribadi telah mendapatkan beberapa manfaat.
Seperti yg dikemukakan oleh Bro Gunasaro dan ditegaskan lagi oleh Bro Suchamda; kita dapat melihat disini, pembahasan bertitik tolak dari "prisnsip / seyogyanya sila dijalankan" ataukah "sikap / implementasinya di lapangan".
Tanpa menyelaraskan sudut pandang bahasan, maka diskusi tidak akan menemukan keselarasan.
BTW, segala sesuatunya kembali kepada sikap bathin kita. Itulah yg terpenting.
_/\_
::
Setelah saya berikan bahan2 untuk dipelajari sehingga memberikan wawasan. Rasanya sudah saatnya saya untuk memberikan opini probadi saya sehubungan dengan diskusi ini.
Saya berpandangan bahwa sila adalah sebuah tool (alat) semata. Bukan tujuan.
Haruslah dipahami bahwa dibalik perumusan sila, terdapat suatu prinsip yang lebih tinggi, yaitu : cintakasih dan kebijaksanaan.
Pada saat seorang anak belum pernah melihat awan, maka kita berikan lukisan bergambar awan-awan.
Tapi setelah ia bisa melihat sendiri awan-awan yg bergerak di langit, maka lukisan itu sudah selayaknya tidak menggantikan pemahaman tentang awan.
Dari sudut pandang prinsip, tentu saya sangat menghargai upaya penegakkan sila di dalam praktek Buddhism. Tetapi di dalam aspek ministrial (penggembalaan umat) sudah selayaknya seorang pembimbing memperhatikan implikasi2 psikologis dan sosialnya. Yang kurang saya setujui adalah pengajaran untuk menghasilkan kader-kader yang mekanistik, tapi tidak memahami filosofi dasarnya.
Dalam implementasi, saya cenderung untuk berpijak pada filosofi yg disebut situational ethics (http://en.wikipedia.org/wiki/Situational_ethics). Dimana sesuatu yang disebut suatu tindakan etikal sangat tergantung pada situasi dan kondisinya. Saya rasa ini adalah suatu pemahaman yang fluid, berlawanan dengan suatu konsep etikal yang rigid. Setahu saya, prinsip Jalan Tengah dalam Buddhism pun berusaha menghindarkan ekstrim dalam menyikapi sesuatu. Hal ini , akan lebih jelas lagi bila dipahami dari terang filosofi Madhyamaka.
Sebagai contoh dari situasional ethics dapat digambarkan sbb :
Melacurkan diri sebagai pengorbanan.
Ketika pasukan Rusia bergerak ke barat utk bertemu dengan pasukan Amerika dan Inggris di Elbe, patroli Soviet menangkap Mrs.Bergmeier kala mengemis makanan untuk ketiga anaknya. Karena tidak mendapatkan kabar dari anaknya maka ia dibawa ke camp POW di Ukraina. Suaminya yang tertangkap dalam pertempuran di Bulge dan kemudian dijadikan POW di Wales. Ketika suaminya dilepaskan dan kembali ke Berlin, suaminya itu menemukan anak2nya dan menghidupinya dengan susah payah selama 3 bulan dan berusaha menemukan ibunya. Sang ibu berusaha dengan segala cara dalam penahanannya untuk dapat dikembalikan bertemu dengan keluarganya. Di Ukraina itu, Mrs.Bergmeier tahu dari seorang komandan yg simpati bahwa suami dan anaknya selamat dan berusaha mencarinya. Tetapi peraturan hanya mengijinkan utk melepaskannya apabila seseorang dalam kondisi hamil, yang mana ia akan segera dipulangkan sebagai sebuah kewajiban. Ia berpikir keras dan akhirnya memutuskan untuk meminta seorang serdadu penjaga camp yg simpatik untuk menghamilinya. Hubungan seksual dilakukan berkali-kali sampai ia hamil. Kondisinya dicek secara medis dan kemudian ia dipulangkan kembali ke Berlin utk berkumpul dengan keluarganya. Keluarganya menerima kehadiran sang ibu dengan tangan terbuka. Dan bahkan ketika ia menceritakan bagaimana upaya pelepasan dirinya. Ketika bayi dalam kandungannya lahir, mereka semua mencintainya karena dianggap telah berjasa.
Silakan kalian bahas situasi moral dari kejadian ini.
ikutan :)
Kalau saya melihat sila itu adalah alat untuk membantu seseorang melatih diri agar tidak terjatuh pada alam2x rendah atau kondisi2x yang tidak membawa kebahagiaan.
Sila tersebut ditujukan untuk umat awam yang tentu masih menikmati dan mencari2x kebahagiaan duniawi.
Pada tingkatan lebih lanjut, terdapat atthasila yang sudah mencoba melepas pemuasan indria, dan pada ultimitnya vinaya untuk yang 'serius' ingin menjalankan petunjuk Sang Guru.
---------
Apakah pelanggaran meminum alkohol itu bisa sangat tergantung pada sikondom, situasi-kondisi-domisili. Kondisi batin-lah yang menentukan.
Btw, isi dari sila ke 5, berusaha menghindari mengkonsumi....
Kata kuncinya, menghindari. Walaupun terdengar loosy, tetapi semua kembali apakah dapat membawa dan menyediakan kondisi untuk kemajuan batin.
_/\_
Another case :
Special Bombing Mission No. 13
When the atomic bomb was dropped on Hiroshima, the plane crew were silent. Captain Lewis uttered six words, "My God, what have we done?" Three days later another one fell on Nagasaki. About 152,000 were killed, many times more were wounded and burned, to die later. The next day Japan sued for peace. When deciding whether to use "the most terrible weapon ever known" the US President appointed an interim committee made up of distinguished and responsible people in the government. Most but not all of its military advisors favoured using it. Winston Churchill joined them in favour. Top-level scientists said they could find no acceptable alternative to using it, but they were opposed by equally able scientists. After lengthy discussions, the committee decided that the lives saved by ending the war swiftly by using this weapon outweighed the lives destroyed by using it and thought that the best course of action. Were they right?
Quote from: Suchamda on 11 October 2007, 06:16:36 AM
Pada dasarnya kita sedang membicarakan Ethics ya....
Agar pola pikir kita tidak terlalu naif, maka ada baiknya study dulu tentang ethical philosophy dan aspek2nya.
Saya berikan link2 ini untuk dapat dipelajari guna memperluas cakrawala wawasan kita.
Dari keluasan itu, nantinya kita akan dapat lebih menempatkan persoalan pada tempatnya.
http://en.wikipedia.org/wiki/Ethics
http://en.wikipedia.org/wiki/Normative_ethics
http://en.wikipedia.org/wiki/Descriptive_ethics
http://en.wikipedia.org/wiki/Applied_ethics
http://en.wikipedia.org/wiki/Ethical_relativism
http://en.wikipedia.org/wiki/Moral_absolutism
http://en.wikipedia.org/wiki/Divine_command_theory
http://en.wikipedia.org/wiki/Universal_prescriptivism
http://en.wikipedia.org/wiki/Altruism_%28ethical_doctrine%29
http://en.wikipedia.org/wiki/Ethical_skepticism
http://en.wikipedia.org/wiki/Consequentialism
http://en.wikipedia.org/wiki/Deontological_ethics
http://en.wikipedia.org/wiki/Virtue_ethics
http://en.wikipedia.org/wiki/Utilitarianism
http://en.wikipedia.org/wiki/Ethical_egoism
http://en.wikipedia.org/wiki/Categorical_Imperative
http://en.wikipedia.org/wiki/Contractarianism
http://en.wikipedia.org/wiki/Norm_%28philosophy%29
saya rasa...tidak akan ada yg memencet link tersebut...><" buseettt...belum pencet ajah dah lemes...berjibun gitu..haha
Quote from: Sumedho on 11 October 2007, 02:00:02 PM
Kondisi batin-lah yang menentukan.
Setuju 100%
Orang2 mungkin bisa berbeda pendapat,
Tapi bathin tidak bisa menipu.
Hanya dianya lah yg tau.
_/\_
wah, semuanya rajin2 belajarnya ya. ^_^
saya ikut bergembira dgn semangat belajarnya.
semoga bisa mempertahankan hati yg baik dalam berdiskusi, agar bisa saling memberi manfaat untuk semua. _/\_
By : Zen