Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: hatRed on 19 November 2008, 10:33:58 AM

Poll
Question: Buddhisme adalah Agama
Option 1: Harus, karena pandangan Buddhisme sebagai Agama, menyesatkan votes: 0
Option 2: bisa, coz Agama tdk mencerminkan Buddhisme votes: 0
Option 3: may ,,,, maybe yes maybe no votes: 1
Option 4: Bukan hal yg penting, mereka2 orang sesat kan urusan mereka sendiri votes: 0
Option 5: Tidak, karena pengertian Buddhisme dan Agama itu Cocok, liat aja di KBBI votes: 1
Title: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 10:33:58 AM
Buddhis diliat dari suku katanya adalah Buddha, padahal inti ajarannya adalah Dhamma, kenapa kita memanggilnya dengan Buddhis, seakan2 ini adalah pelajaran tentang Buddha, padahal ada yang lebih besar dari itu yaitu Dhamma.

analogi
"Di suatu SMU swasta yang terkenal, terjadi percakapan antara dua orang siswa"

siswa A: hei tadi gimana ulangan bahasa inggris nya?
siswa B : lancar... siapa dulu dong raja nyontek

siswa B: eh... u da bikin pr buat pelajaran si Pak Bambang blon?
siswa A: waduh blon... , u uda blon g minta dong, g mo kerjain sekarang neh..
siswa B:tu lu minta aja ma siswi E, dia kan rajin. pasti deh da ngerjain

==================================================


apa maksud analogi diatas?

kalimat yang menarik adalah "pelajaran si Pak Bambang" disini saya anggap contoh pak Bambang mengajar Biologi, dan terdapat pengistilahan yang kurang benar dimana perlajaran sebenarnya Biologi digantikan dengan orang yang mengajarkannya Pak Bambang
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: gajeboh angek on 19 November 2008, 10:38:15 AM
Karena yang dimaksud adalah Buddha Dhamma, bukan Nigantha Dhamma, atau Sai Baba Dhamma.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 10:39:14 AM
Buddha Dhamma,

kenapa gak Dhamma saja toh Buddha adalah bagian dari Dhamma
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: gajeboh angek on 19 November 2008, 10:46:30 AM
Untuk menghormati Sang Guru, Arahat Yang Suci yang telah menemukan kembali Dhamma, yang mengajarkan kepada para dewa dan manusia mengenai kebenaran.

Karena istilah Dhamma bermacam-macam artinya, ada yang berarti fenomena, ada yang berarti kebenaran.

Dipakai istilah Buddhis berarti berlindung kepada Buddha.

Lagian kalau pakai Dhammais nanti berhubungan sama yayasan Suharto.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: K.K. on 19 November 2008, 11:05:22 AM
Karena Dhamma mencakup hal yang lebih umum. Ajaran lain juga yang mengajarkan kebenaran juga termasuk "Dhamma".
Sedangkan Buddha-Dhamma mencakup "4 Kesunyataan Mulia" yang merupakan ciri khas dan inti dari Dhamma yang diajarkan Buddha.

Selain itu, Buddhist itu adalah penganut dari Buddhism. (Seperti Marxist adalah penganut Marxism)
Buddhism adalah ajaran dari Buddha. (Seperti Confucianism adalah ajaran Confucius; Marxism adalah ajaran Karl Marx.)
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 11:55:39 AM
Quote from: karuna_murti on 19 November 2008, 10:46:30 AM
Lagian kalau pakai Dhammais nanti berhubungan sama yayasan Suharto.

haha... lol we need this joke

[at] karuna_murti
yup, boleh saja dalam rangka menghormati sang Guru, tetapi apakan menghormati sang Guru bila murid2nya malah menSakralkan dia dibandingan ajarannya?

(karena saya melihat kebanyakan masyarakat Buddhis seperti itu,
mereka lupa akan inti apa yang Buddha Gautama ajarkan bahwa sebenarnya kita harus lebih melihat kehidupan dan belajar darinya karena Dhamma yang baru ia ajarkan hanya sebagian kecil,)

( dengan demikian Buddha gautama sendiri tidak menyarankan sebuah sekte yang dimana ia disebut sebagai yang Utama/Bos/Top Person dari sekte tersebut,

karena ia adalah yang menemukan [untuk Gautama ia yg menemukan dengan usaha sendiri] dan ia adalah guru Dewa dan Manusia karena telah mengajarkan

[pendapat bahwa ia guru, tidak di amini oleh Buddha Gautama sendiri, itu adalah pernyataan dari suatu sutta yg dibuat muridnya terhadapnya])

Ujung dari Post ini saya harap kita dapat membuat Petisi untuk merubah dan menginformasikan kepada rekan2 Buddhis yang lain bahwa :

1. Buddhisme bukanlah suatu agama, melainkan suatu pandangan filosofi saja.
2. Agama Buddha, bukan berarti kita terBoundary pada suatu lingkup kecil apa yang Buddha Gautama/ aliran lain seperti Buddha Maitreya ajarkan, karena Buddhisme lebih luas dari pada itu
dan Buddhisme bukan suatu Agama yang dapat dijadikan sangat Sakral.

Mungkin bagi anda yg sudah mengerti Buddhisme, merasa tidak perlu karena sudah tau, tetapi bagaimana dengan saudara/i kita disana yang salah kaprah, ini adalah tanggung jawab sosial kita juga kan?
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Indra on 19 November 2008, 12:09:33 PM
Buddhisme disebut agama hanyalah suatu identitas, yg berguna dalam interaksi sosial, untuk membedakan dengan agama2 lain, jika anda ditanya "agama anda apa?", terus dijawab, "Saya tidak punya agama, tapi saya menganut pandangan filosofi Buddhisme" silahkan saja, tapi akan lebih mudah dan tidak membingungkan penanya kalo dijawab "Agama Buddha" karena sebutan ini telah menjadi kesepakatan dalam masyarakat.

Lagipula apa salahnya dengan sebutan "Agama Buddha", toh ini hanya sekedar sebutan untuk merujuk pada ajaran2 yg diajarkan oleh Guru Agung Buddha Gotama.

Quote
2. Agama Buddha, bukan berarti kita terBoundary pada suatu lingkup kecil apa yang Buddha Gautama/ aliran lain seperti Buddha Maitreya ajarkan, karena Buddhisme lebih luas dari pada itu

Contohnya apa nih? apakah maksudnya kita sebagai Buddhist juga harus mempraktikkan ajaran agama lain?
Kalau ini saya tidak setuju, mempraktikkan ajaran Buddha saja sudah cukup bagi kita untuk sampai pada tujuan, dan setelah tujuan tercapai, tidak ada lagi yg harus dilakukan.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: ryu on 19 November 2008, 12:11:28 PM
iye nih, hatred keknya melekat sama yang namanya semua agama mengandung kebenaran :))
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 12:15:11 PM
 [at] ryu & Indra

berikut saya quote lagi pernyataan saya

Quote from: hatred
Mungkin bagi anda yg sudah mengerti Buddhisme, merasa tidak perlu karena sudah tau, tetapi bagaimana dengan saudara/i kita disana yang salah kaprah, ini adalah tanggung jawab sosial kita juga kan?
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Indra on 19 November 2008, 12:20:05 PM
 [at]  hatred,
kami tidak mengerti buddhisme sejak lahir, awalnya kami juga tidak tau apa2 soal buddhisme, dan saya yakin demikian pula dengan semua buddhist di forum ini.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 12:20:39 PM
Quote from: ryu on 19 November 2008, 12:11:28 PM
iye nih, hatred keknya melekat sama yang namanya semua agama mengandung kebenaran :))

loh justru di Post2 di topik yang lain, saya malah mempertanyakan kebenaran Semua Agama.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Indra on 19 November 2008, 12:27:30 PM
 [at]  hatred,
Kebenaran [dalam pengertian mutlak] dalam agama Buddha tidak akan anda temui dengan cara bertanya, tapi hanya bisa ditemukan dengan cara pembuktian langsung melalui praktik sesuai ajaran Ehipassiko. 
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: gajeboh angek on 19 November 2008, 12:27:56 PM
Saya pernah bertanya di forum asing, salah satu jawaban yang menurut saya sangat cocok sekali adalah : Buddhisme adalah agama, atau bukan agama. Tergantung dari definisi agama.

Jadi menurut saya tidak ada masalah dengan istilah Agama Buddha.

Lagipula hal tersebut sudah jadi kesepakatan umum.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 12:29:22 PM
Quote from: Indra on 19 November 2008, 12:20:05 PM
[at]  hatred,
kami tidak mengerti buddhisme sejak lahir, awalnya kami juga tidak tau apa2 soal buddhisme, dan saya yakin demikian pula dengan semua buddhist di forum ini.

kalau mengerti, tentu saja tidak, tetapi setidaknya mengenal pasti ya,
lagipula saya yakin semua di Forum ini, atau rekan2 Buddhist yang lain bahkan Bhikkhu2/ni yang sudah puluhan tahun pun belum mengerti Buddhisme secara keseluruhan.

[at] ryu
kalo gak salah ryu pernah nanya "apakah saya buddhist" di forum Keberadaan Tuhan yang di Lock itu.

jawabannya agak nyambung jadi saya post disini sekalian;

"Sebagian kecil ryu adalah Buddhist"
"Sebagian Besar ryu belum Buddhist"

tulisan yang di Bold agar, tidak menjadi salah paham lagi dan salah mengerti tulisan saya, karena kebanyakan salah ngartiin (gak tau deh, salah baca apa gak dibaca) jadi malah nanya yang saya sendiri juga pertanyakan.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: El Sol on 19 November 2008, 12:31:01 PM
hatred hatred..

gk mutu thread loe mah..

bosen!..

...

kalo mao cari GRP bukan gitu carane... ;D
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 12:32:59 PM
 [at] karuna_murti

ini saya copast dari http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php

"aga·ma n ajaran, sistem yg mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kpd Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yg berhubungan dng pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya: -- Islam; -- kr****n; -- Buddha;
-- samawi agama yg bersumberkan wahyu Tuhan, spt agama Islam dan kr****n;
ber·a·ga·ma v 1 menganut (memeluk) agama: saya ~ Islam dan dia ~ kr****n; 2 beribadat; taat kpd agama; baik hidupnya (menurut agama): ia datang dr keluarga yg ~; 3 cak sangat memuja-muja; gemar sekali pd; mementingkan: mereka ~ pd harta benda;
ke·ber·a·ga·ma·an n perihal beragama;
meng·a·ga·ma·kan v menjadikan sbg penganut atau pemeluk suatu agama;
ke·a·ga·ma·an n yg berhubungan dng agama "

saya juga pernah membaca dari Bhikku asing, yang berkata Bahwa Buddhisme bukan suatu agama karena agama itu mengikat pada satu tujuan yang dijadikan pedoman, dan Buddhisme tidak seperti itu"

saya lupa persisnya mungkin kalo ada fasilitas upload akan saya upload


ini saya modify lagi

di cetak tebal dikatakan sistem (buddhisme bukan sistem)
mengatur keimanan (di Buddhisme keimanan tidak diatur dan terikat)
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 12:34:32 PM
Quote from: Indra on 19 November 2008, 12:27:30 PM
[at]  hatred,
Kebenaran [dalam pengertian mutlak] dalam agama Buddha tidak akan anda temui dengan cara bertanya, tapi hanya bisa ditemukan dengan cara pembuktian langsung melalui praktik sesuai ajaran Ehipassiko. 

iya saya setuju, tapi apa hubungannya ya ?????
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: K.K. on 19 November 2008, 12:35:34 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 11:55:39 AM
Ujung dari Post ini saya harap kita dapat membuat Petisi untuk merubah dan menginformasikan kepada rekan2 Buddhis yang lain bahwa :

1. Buddhisme bukanlah suatu agama, melainkan suatu pandangan filosofi saja.
2. Agama Buddha, bukan berarti kita terBoundary pada suatu lingkup kecil apa yang Buddha Gautama/ aliran lain seperti Buddha Maitreya ajarkan, karena Buddhisme lebih luas dari pada itu
dan Buddhisme bukan suatu Agama yang dapat dijadikan sangat Sakral.

1. Jadi maksudnya setelah anda lebih mengerti Buddhisme, menurut anda Buddhisme lebih cocok terikat label "Bukan Agama" maupun "filosofi"?

2. Luasnya itu seberapa luas? Mencakup segala hal? Bahwa Buddhisme paling hebat dan paling lengkap, tidak hanya dalam tataran "agama" maupun "kesakralan"?
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Indra on 19 November 2008, 12:37:40 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 12:34:32 PM
Quote from: Indra on 19 November 2008, 12:27:30 PM
[at]  hatred,
Kebenaran [dalam pengertian mutlak] dalam agama Buddha tidak akan anda temui dengan cara bertanya, tapi hanya bisa ditemukan dengan cara pembuktian langsung melalui praktik sesuai ajaran Ehipassiko. 

iya saya setuju, tapi apa hubungannya ya ?????

bukankah anda mempertanyakan kebenaran dalam agama Buddha?

Quote from: hatRed on 19 November 2008, 12:20:39 PM
loh justru di Post2 di topik yang lain, saya malah mempertanyakan kebenaran Semua Agama.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 12:40:14 PM
 [at] Kainyn_Kutho

biar gak dibilang narsis
saya klarifikasi :

"Jadi maksudnya setelah anda lebih mengerti Buddhisme"

maksudnya saya lebih mengerti dibanding saya yg dulu, bukan lebih ngerti dari orang lain ya.

===========================================

1. bukan terikat, tetapi semacam pembenaran

2. seberapa luas?

luas disini bagi saya sama definisinya dengan saat Buddha Gautama mengatakan Dhamma itu seluas Hutan yang lebat sekali dan yang baru ia ajarkan hanyalah beberapa lembar daun

Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 12:41:58 PM
 [at] Indra

maksud saya mempertanyakan, adalah kebenaran dari content Agama itu sendiri,

saya tidak mempertanyakan bagaimana cara mencari kebenaran itu sendiri,

harap diperhatikan.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: K.K. on 19 November 2008, 12:45:03 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 12:40:14 PM
[at] Kainyn_Kutho

biar gak dibilang narsis
saya klarifikasi :

"Jadi maksudnya setelah anda lebih mengerti Buddhisme"

maksudnya saya lebih mengerti dibanding saya yg dulu, bukan lebih ngerti dari orang lain ya.

===========================================

1. bukan terikat, tetapi semacam pembenaran

2. seberapa luas?

luas disini bagi saya sama definisinya dengan saat Buddha Gautama mengatakan Dhamma itu seluas Hutan yang lebat sekali dan yang baru ia ajarkan hanyalah beberapa lembar daun


Oh, begitu. Terima kasih penjelasannya. Kalau begitu, saya cocok dengan anda.

Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: gajeboh angek on 19 November 2008, 12:45:47 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 12:32:59 PM
[at] karuna_murti

ini saya copast dari http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php

"aga·ma n ajaran, sistem yg mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kpd Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yg berhubungan dng pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya: -- Islam; -- kr****n; -- Buddha;
-- samawi agama yg bersumberkan wahyu Tuhan, spt agama Islam dan kr****n;
ber·a·ga·ma v 1 menganut (memeluk) agama: saya ~ Islam dan dia ~ kr****n; 2 beribadat; taat kpd agama; baik hidupnya (menurut agama): ia datang dr keluarga yg ~; 3 cak sangat memuja-muja; gemar sekali pd; mementingkan: mereka ~ pd harta benda;
ke·ber·a·ga·ma·an n perihal beragama;
meng·a·ga·ma·kan v menjadikan sbg penganut atau pemeluk suatu agama;
ke·a·ga·ma·an n yg berhubungan dng agama "

saya juga pernah membaca dari Bhikku asing, yang berkata Bahwa Buddhisme bukan suatu agama karena agama itu mengikat pada satu tujuan yang dijadikan pedoman, dan Buddhisme tidak seperti itu"

saya lupa persisnya mungkin kalo ada fasilitas upload akan saya upload


ini saya modify lagi

di cetak tebal dikatakan sistem (buddhisme bukan sistem)
mengatur keimanan (di Buddhisme keimanan tidak diatur dan terikat)


Mengenai sistem, metode, jalan, cara, praktek, mungkin bisa diperdebatkan lagi om.
Keyakinan terhadap ketuhanan juga bisa diperdebatkan lagi om. Secara saya punya keyakinan (saddha) bahwa ada jalan menuju yang tidak dilahirkan, yang tidak tercipta, dll.

Saya sering juga mendengar khotbah internal agama-agama lain, yang menyatakan bukan agama, melainkan kebenaran, dll, dsb.

Hal-hal untuk merubah istilah, dan lain-lain menurut saya tidak terlalu penting dan perlu.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Indra on 19 November 2008, 12:47:59 PM
 [at]  hatred,
Dan saya menjawab bahwa jawaban yg anda inginkan dapat anda peroleh melalui praktik langsung/ehipassiko. Saya bahkan tidak berkompeten untuk menjawab bagaimana mencarinya.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 12:50:44 PM
untuk melengkapi argumentasi  selain pengertian dari KBBI saya berikut link sang Bhikkhu tersebut :

http://www.aimwell.org/assets/honourthyfathers.zip

semoga bermanfaat
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: ryu on 19 November 2008, 12:52:22 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 12:40:14 PM
[at] Kainyn_Kutho

biar gak dibilang narsis
saya klarifikasi :

"Jadi maksudnya setelah anda lebih mengerti Buddhisme"

maksudnya saya lebih mengerti dibanding saya yg dulu, bukan lebih ngerti dari orang lain ya.

===========================================

1. bukan terikat, tetapi semacam pembenaran

2. seberapa luas?

luas disini bagi saya sama definisinya dengan saat Buddha Gautama mengatakan Dhamma itu seluas Hutan yang lebat sekali dan yang baru ia ajarkan hanyalah beberapa lembar daun


apakah beberapa lembar daun tdk cukup? ingin semua hutan diambil?
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: K.K. on 19 November 2008, 12:56:00 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 12:50:44 PM
untuk melengkapi argumentasi  selain pengertian dari KBBI saya berikut link sang Bhikkhu tersebut :

http://www.aimwell.org/assets/honourthyfathers.zip

semoga bermanfaat

Sebetulnya kalau dipermasalahkan masalah definisi, tetap tidak akan ada habisnya, disamping juga tidak ada gunanya.
Contoh gampangnya adalah istilah Atheis yang juga pernah dibahas di salah satu thread di sini. Beberapa bersikukuh Buddhisme adalah Atheisme dan beberapa bersikukuh Buddhisme adalah bukan Atheisme. Tidak ada kesimpulan yang pasti karena istilah Atheisme sendiri berbeda definisi, tergantung sumbernya.


Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: markosprawira on 19 November 2008, 01:00:00 PM
Dhamma itu dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Paramattha Dhamma
2. Pannati (baca: Panyati) Dhamma

Pannatti Dhamma adalah:

Sebutan, nama, ungkapan, gambaran atas sesuatu; wujudnya dapat berupa kata-kata, isyarat, bentukan pikiran, tulisan dan sebagainya.

Definisi, keterangan atas sebutan, nama, ungkapan, gambaran; wujudnya dapat berupa kumpulan kata, gabungan isyarat, bentukan pemikiran dan sebagainya.

Contoh:

Orang merupakan satu sebutan yang disepakati atas makhluk yang terdiri dari batin dan jasmani dengan ciri-ciri sesuai kesepakatan bersama.

Gula, merupakan sebutan bagi sesuatu yang rasanya manis apabila dikecap lidah.

Kumpulan kata-kata yang mengilustrasikan rasa manis, misalnya bagaikan air tebu yang baru diperas.




Paramattha Dhamma adalah:

Hakekat sesungguhnya dari segala sesuatu, terdiri dari batin (nama) dan jasmani (rupa).

Contoh:

Kesadaran sentuhan yang dialami langsung ketika mengecap masakan.

Perasaan yang muncul langsung ketika mengalami sentuhan kecapan masakan.


Pannatti Dhamma maupun Paramattha Dhamma, keduanya nyata penggunaannya di dalam kehidupan sehari-hari, namun keduanya berbeda di dalam penggunaannya. Pannatti Dhamma digunakan sebagai alat untuk memudahkan komunikasi antar orang /makhluk, sedangkan Paramattha Dhamma dialami langsung walaupun kata-kata, tulisan, bentukan tidak dikenal.

selengkapnya bisa dibaca di : http://www.dhammacakka.org/majalah/mj25/abhidhamma.php

lalu mengapa muncul "Buddha Dhamma"? untuk membedakan bahwa inilah ajaran yg bisa membimbing manusia mencapai Nibbana, yang tidak terdapat pada Dhamma2 lainnya......

Jadi bukan kultus individu seolah2 kita menyanjung2 Buddha loh, yg bahkan Buddha sendiri sudah melarang kultus individu terhadap beliau, namun semata hanya untuk merujuk pada "yg walau hanya segenggam daun tapi bisa membimbing mencapai nibbana"

jadi tolong dipisahkan antara konsep "buddhis" secara pannati yg berkorelasi dengan buddha secara perorangan dan konsep "buddhis" secara paramatta yg merujuk ke org yg menempuh jalan yg diajarkan buddha

semoga bisa dimengerti  _/\_

Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 01:01:36 PM
 [at] Indra

saya tidak peduli apakah anda kompeten dan menjawab bagaimana mencarinya

berikut saya copast lagi goal dari Thread saya

"Ujung dari Post ini saya harap kita dapat membuat Petisi untuk merubah dan menginformasikan kepada rekan2 Buddhis yang lain bahwa :

1. Buddhisme bukanlah suatu agama, melainkan suatu pandangan filosofi saja.
2. Agama Buddha, bukan berarti kita terBoundary pada suatu lingkup kecil apa yang Buddha Gautama/ aliran lain seperti Buddha Maitreya ajarkan, karena Buddhisme lebih luas dari pada itu
dan Buddhisme bukan suatu Agama yang dapat dijadikan sangat Sakral.
"

[at] Kainyn_Kutho

trims

[at] Karuna_murti

Lalu bagaimana dengan saudara/i kita yang justru terjebak dalam pengertian "Agama Buddha"
bukankah tanggung jawab sosial kita bersama, tidak mempedulikan sama saja mengiyakan.

[at] ryu
tidak cukup, karena
1. cita2 Buddhisme adalah mencapai nibbana yang dapat dicapai/ sama saja Arahat
2. Hanya arahat lah yang dapat mengambil semua hutan tersebut.

bila kita tidak mencoba mengambil semua hutan tersebut, bagaimana kita menjadi arahat,
bila kita tidak menjadi arahat bagaimana kita mencapat nibbana
bila kita tidak mencapai nibbana bagaimana cita2 kita tercapai
bila kita tidak mencapai cita2 kita, bagaimana kita menjadi Buddhist sepenuhnya


semoga bermanfaat
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: K.K. on 19 November 2008, 01:07:35 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 01:01:36 PM
Lalu bagaimana dengan saudara/i kita yang justru terjebak dalam pengertian "Agama Buddha"
bukankah tanggung jawab sosial kita bersama, tidak mempedulikan sama saja mengiyakan.
Jika kita mengetahui sesuatu, memang ada baiknya kita membagikan hal itu kepada orang lain. Tetapi jangan lupa bahwa yang kita tahu/yakini benar itu belum tentu benar sebenar-benarnya. Demikian pula apa yang dipercaya oleh orang lain BUKAN tanggung jawab kita. Jika anda berpikir itu sebagai tanggung jawab, maka akan muncul sikap "diri yang paling benar" dan "ingin mengubah/convert orang lain". Bukankah anda sendiri sudah lihat ada "pendekar2 dhamma" yang bermaksud meng-convert aliran2 yang dianggap "sesat" kembali ke jalan yang dipercayanya sebagai kebenaran?



Quotetidak cukup, karena
1. cita2 Buddhisme adalah mencapai nibbana yang dapat dicapai/ sama saja Arahat
2. Hanya arahat lah yang dapat mengambil semua hutan tersebut.

bila kita tidak mencoba mengambil semua hutan tersebut, bagaimana kita menjadi arahat,
bila kita tidak menjadi arahat bagaimana kita mencapat nibbana
bila kita tidak mencapai nibbana bagaimana cita2 kita tercapai
bila kita tidak mencapai cita2 kita, bagaimana kita menjadi Buddhist sepenuhnya

Ini juga saya kurang sependapat. Menjadi Arahat bukanlah dengan mengumpulkan "seluruh hutan". Bahkan sebaris kalimat yang bermanfaatpun bisa membantu seseorang mencapai kesucian.

Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 01:07:44 PM
 [at]  kainyn_kutho
Quote from: kainyn_kutho
Sebetulnya kalau dipermasalahkan masalah definisi, tetap tidak akan ada habisnya, disamping juga tidak ada gunanya.
Contoh gampangnya adalah istilah Atheis yang juga pernah dibahas di salah satu thread di sini. Beberapa bersikukuh Buddhisme adalah Atheisme dan beberapa bersikukuh Buddhisme adalah bukan Atheisme. Tidak ada kesimpulan yang pasti karena istilah Atheisme sendiri berbeda definisi, tergantung sumbernya.

disini belum sampai menjudge Buddhisme adalah Atheis baru sekedar pemakaian Agama pada Buddhisme.
toh istilah Agama menurut KBBI sudah ada
dan yang menolak Buddhisme adalah agama juga ada
dan alasan penolakannya juga ada

dan lagi lihat lagi apa goal saya, agar anda mengerti kegunaan dari Thread ini, saya menyinggung masalah definisi
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 01:14:19 PM
 [at] kainyn_kutho
Quote from: kainyn_kutho
"Jika kita mengetahui sesuatu, memang ada baiknya kita membagikan hal itu kepada orang lain. Tetapi jangan lupa bahwa yang kita tahu/yakini benar itu belum tentu benar sebenar-benarnya. Demikian pula apa yang dipercaya oleh orang lain BUKAN tanggung jawab kita. Jika anda berpikir itu sebagai tanggung jawab, maka akan muncul sikap "diri yang paling benar" dan "ingin mengubah/convert orang lain"."
menurut anda sendiri orang yang begitu mensakralkan dan mengagung2kan sang Buddha itu benar???
dan apakah kalau kita memperkenalkan bahwa inti ajaran sang Guru sebenarnya Bukan sang Guru itu sendiri melainkan ajarannya adalah salah???

Quote from: kainyn_kutho
"Ini juga saya kurang sependapat. Menjadi Arahat bukanlah dengan mengumpulkan "seluruh hutan". Bahkan sebaris kalimat yang bermanfaatpun bisa membantu seseorang mencapai kesucian.
"

mungkin anda terilhami cerita sang Buddha yang mengatakan sebaris kalimat, lalu orang itu menjadi sadar dan akhirnya mencapai arahat.

(((perlu diketahui, penafsiran yang benar adalah, orang tersebut tersadar akan banyaknya daun di hutan yang belum dia ambil dan dia mencari sisanya sendiri,sehingga ia menjadi arahat.

jadi kata2 sang Buddha bukan kayak mantra2 yang cuma sebatas kata2 dapat membuat orang menjadi arahat.))))
yang dikurung adalah pendapat saya pribadi

semoga bermanfaat

Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: K.K. on 19 November 2008, 01:14:59 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 01:07:44 PM
[at]  kainyn_kutho
Quote from: kainyn_kutho
Sebetulnya kalau dipermasalahkan masalah definisi, tetap tidak akan ada habisnya, disamping juga tidak ada gunanya.
Contoh gampangnya adalah istilah Atheis yang juga pernah dibahas di salah satu thread di sini. Beberapa bersikukuh Buddhisme adalah Atheisme dan beberapa bersikukuh Buddhisme adalah bukan Atheisme. Tidak ada kesimpulan yang pasti karena istilah Atheisme sendiri berbeda definisi, tergantung sumbernya.

disini belum sampai menjudge Buddhisme adalah Atheis baru sekedar pemakaian Agama pada Buddhisme.
toh istilah Agama menurut KBBI sudah ada
dan yang menolak Buddhisme adalah agama juga ada
dan alasan penolakannya juga ada

dan lagi lihat lagi apa goal saya, agar anda mengerti kegunaan dari Thread ini, saya menyinggung masalah definisi

Atheisme itu hanyalah contoh perdebatan definisi, memang bukan menunjukkan keadaan di thread ini.
Seperti anda sekarang ini, istilah "atheisme" menurut beberapa kamus juga ada.
Yang menerima/menolak juga sudah ada, beserta alasannya masing-masing.
Kedua thread ini memiliki kemiripan, yaitu mempermasalahkan "definisi". Saya pribadi tidak melihat ada manfaatnya. Tetapi jika bagi anda ada, tentu saja silahkan melanjutkan.

Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: gajeboh angek on 19 November 2008, 01:15:40 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 01:01:36 PM
"Ujung dari Post ini saya harap kita dapat membuat Petisi untuk merubah dan menginformasikan kepada rekan2 Buddhis yang lain bahwa :

1. Buddhisme bukanlah suatu agama, melainkan suatu pandangan filosofi saja.
2. Agama Buddha, bukan berarti kita terBoundary pada suatu lingkup kecil apa yang Buddha Gautama/ aliran lain seperti Buddha Maitreya ajarkan, karena Buddhisme lebih luas dari pada itu
dan Buddhisme bukan suatu Agama yang dapat dijadikan sangat Sakral.

Dengan ini saya mengajak seluruh Umat Buddha untuk tidak memperdulikan hal itu. ;D
Yang pertama untuk upaya kausalya pengembangan Buddha Dhamma di Indonesia.
Yang kedua Ajaran Buddha adalah cara hidup, praktek, dan penembusan, bukan cuma filsafat.
Hal tersebut bisa didefinisikan agama, karena menyangkut nilai-nilai batin.
Yang ketiga, pengertian agama tidak harus melekat dan mensakralkan definisi atau istilah tersebut. Istilah adalah kesepakatan umum yang digunakan sebagaimana penggunaannya, bukan untuk debat teoritis yang tidak berguna.

Quote
[at] Karuna_murti

Lalu bagaimana dengan saudara/i kita yang justru terjebak dalam pengertian "Agama Buddha"
bukankah tanggung jawab sosial kita bersama, tidak mempedulikan sama saja mengiyakan.

bila kita tidak mencoba mengambil semua hutan tersebut, bagaimana kita menjadi arahat,
bila kita tidak menjadi arahat bagaimana kita mencapat nibbana
bila kita tidak mencapai nibbana bagaimana cita2 kita tercapai
bila kita tidak mencapai cita2 kita, bagaimana kita menjadi Buddhist sepenuhnya

semoga bermanfaat

Justru karena adanya tanggung jawab moral, maka forum ini didirikan. Yang berdiskusi di sini hendak sharing pengalaman, belajar, praktek, main, berdiskusi dan banyak hal lainnya.

Di sini rekan-rekan sering mengatakan, bahwa Agama Buddha bukan hanya teori saja, melainkan praktek dan penembusan.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 01:17:58 PM
 [at] Kainyn_kutho
Quote from: kainyn_kutho
Atheisme itu hanyalah contoh perdebatan definisi, memang bukan menunjukkan keadaan di thread ini.
Seperti anda sekarang ini, istilah "atheisme" menurut beberapa kamus juga ada.
Yang menerima/menolak juga sudah ada, beserta alasannya masing-masing.
Kedua thread ini memiliki kemiripan, yaitu mempermasalahkan "definisi". Saya pribadi tidak melihat ada manfaatnya. Tetapi jika bagi anda ada, tentu saja silahkan melanjutkan.

terima kasih, toh tidak ada paksaan kok

saya hanya ingin mengumpulkan petisi saja
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: K.K. on 19 November 2008, 01:19:56 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 01:14:19 PM
menurut anda sendiri orang yang begitu mensakralkan dan mengagung2kan sang Buddha itu benar???
dan apakah kalau kita memperkenalkan bahwa inti ajaran sang Guru sebenarnya Bukan sang Guru itu sendiri melainkan ajarannya adalah salah???
Saya tidak cocok. Bagi mereka yang cocok, silahkan.
Inti ajaran Buddha yang sebenarnya? Yang mana? Yang Pali atau Sanskrit? Yang menurut interpretasi dan tafsiran siapa? :)


Quotemungkin anda terilhami cerita sang Buddha yang mengatakan sebaris kalimat, lalu orang itu menjadi sadar dan akhirnya mencapai arahat.

perlu diketahui, penafsiran yang benar adalah, orang tersebut tersadar akan banyaknya daun di hutan yang belum dia ambil dan dia mencari sisanya sendiri,sehingga ia menjadi arahat.

jadi kata2 sang Buddha bukan kayak mantra2 yang cuma sebatas kata2 dapat membuat orang menjadi arahat.

Anda pernah membaca kisah Tucchapothila ataupun Ekudana?
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Indra on 19 November 2008, 01:20:36 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 01:01:36 PM
[at] Indra

saya tidak peduli apakah anda kompeten dan menjawab bagaimana mencarinya

berikut saya copast lagi goal dari Thread saya

"Ujung dari Post ini saya harap kita dapat membuat Petisi untuk merubah dan menginformasikan kepada rekan2 Buddhis yang lain bahwa :

1. Buddhisme bukanlah suatu agama, melainkan suatu pandangan filosofi saja.
2. Agama Buddha, bukan berarti kita terBoundary pada suatu lingkup kecil apa yang Buddha Gautama/ aliran lain seperti Buddha Maitreya ajarkan, karena Buddhisme lebih luas dari pada itu
dan Buddhisme bukan suatu Agama yang dapat dijadikan sangat Sakral.
"

[at] Kainyn_Kutho

trims

[at] Karuna_murti

Lalu bagaimana dengan saudara/i kita yang justru terjebak dalam pengertian "Agama Buddha"
bukankah tanggung jawab sosial kita bersama, tidak mempedulikan sama saja mengiyakan.

[at] ryu
tidak cukup, karena
1. cita2 Buddhisme adalah mencapai nibbana yang dapat dicapai/ sama saja Arahat
2. Hanya arahat lah yang dapat mengambil semua hutan tersebut.

bila kita tidak mencoba mengambil semua hutan tersebut, bagaimana kita menjadi arahat,
bila kita tidak menjadi arahat bagaimana kita mencapat nibbana
bila kita tidak mencapai nibbana bagaimana cita2 kita tercapai
bila kita tidak mencapai cita2 kita, bagaimana kita menjadi Buddhist sepenuhnya


semoga bermanfaat

Saya tidak tau anda mengutip sumer dari mana, karena setau saya, selaras dengan Bro Markos, tidak perlu semua hutan untuk mencapai Nibbana. segenggam daun yg diajarkan Sang Buddha, cukup untuk mencapai Nibbana. hutan selebihnya sama sekali tidak diperlukan dalam pencapaian Nibbana.

Dari perdebatan dalam thread ini, terlihat adanya ketidaksepakatan atas petisi yang anda usulkan. dan kalau boleh saya mempertanyakan kapasitas apa yg anda miliki sehingga anda merasa perlu mengubah kesepakatan umum ini. mungkin forum ini bukan alat yg tepat bagi anda untuk memunculkan petisi, mungkin akan lebih efektif jika anda mengusulkan kepada Dirjen Agama Buddha Departemen Agama RI.

Forum ini tentu saja terbuka untuk segala macam ide2 reformasi yang dianggap perlu. Namun saya pribadi melihat tidak ada manfaatnya istilah "Agama Buddha" direformasi.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 01:22:07 PM
 [at] karuna_murti

iya, toh saya membuat thread ini tuk mengumpulkan petisi
petisi ini untuk mengubah bahwa Buddhisme bukan Agama

alasannya ==== sudah saya kemukakan
dasarnya ===== sudah saya berikan
gunanya ===== sudah saya katakan

kalo mo nanya atau kurang tau ya silahkan
kalo gak mo ikut petisi ya monggo

kalo mo ikut petisi ya terima kasih dan harap sharing ke teman2 yang lain
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 01:23:21 PM
 [at] Indra

mank kalo saya sendiri aja, bakal dianggep ma pak mentri??

trus seumber2, dasar,alasan serta kegunaan sudah saya berikan kok,
coba deh bung Indra liat2 lagi reply2 sebelumnya
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Indra on 19 November 2008, 01:26:02 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 01:14:19 PM

perlu diketahui, penafsiran yang benar adalah, orang tersebut tersadar akan banyaknya daun di hutan yang belum dia ambil dan dia mencari sisanya sendiri,sehingga ia menjadi arahat.

jadi kata2 sang Buddha bukan kayak mantra2 yang cuma sebatas kata2 dapat membuat orang menjadi arahat.

semoga bermanfaat


Boleh minta referensi dari statement anda di atas? atau hanya pendapat pribadi?
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 01:29:06 PM
 [at] Indra

pendapat pribadi

dan sudah saya modify biar gak salah persepsi
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: markosprawira on 19 November 2008, 01:29:20 PM
buddhism disebut agama : cm formalitas kok....... sama seperti ritual pernikahan secara buddhism....

kalau kita melekat pada istilah atau konsep, bukankah justru menisbikan ajaran yg bertujuan untuk mengajarkan hakekat yg sesungguhnya???

Salut atas tekad anda yang ingin mengubah persepsi mengenai Buddhisme bukan agama namun hendaknya direnungkan dahulu mengenai Pannati dan Paramattha Dhamma.

Karena KBBI atau hukum apapun buatan manusia sendiripun, sesungguhnya hanyalah konsep yg disetujui oleh masyarakat di indonesia saja.

semoga bisa bermanfaat.............
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Indra on 19 November 2008, 01:32:37 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 01:29:06 PM
[at] Indra

pendapat pribadi

kalau boleh saya sarankan anda untuk mengkonfirmasikankan pendapat pribadi anda dengan ahlinya, misalnya dengan para bhikkhu atau para senior di forum ini, sebelum tergesa2 mempublikasikan opini pribadi anda.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 01:35:51 PM
 [at] markosprawira

saya tidak tahu sudah mengulangi kata2 ini berapa kali tapi ya saya bilang lagi de ke anda

:: wah..... bersyukur saya kepada anda, anda mempunyai pengertian yang benar, tapi ngomong2 rekan2 buddhis yang laen bisa gak menanggapi Buddhisme sebagai Agama seperti anda menanggapi??

[at] Indra
konteks itu OOT

topik: ngumpulin petisi Buddhisme bukan Agama
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 01:39:57 PM
 [at] All

Mohon pertolongannya:

agar tidak menanyakan hal yang kurang sesuai dengan goal saya
seperti menanyakan apa itu arahat dan lain sebagainya yang sebenarnya

saya hanya mengajukan dan meminta dukungan, karena saya mendapat  sumber berikut:
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php   kata kunci agama
http://www.aimwell.org/assets/honourthyfathers.zip

mohon mengajukan pertanyaan atau statement mengenai sumber2 yang saya berikan dan pandangan kalian


Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Indra on 19 November 2008, 01:45:07 PM
Baiklah, saya coba stick to the topic.
apa solusi yg anda tawarkan?
seandainya petisi anda disetujui, bagaimana dengan aspek lainnya seperti biaya yg dibutuhkan untuk mencetak ulang form KTP dan surat2 identitas lainnya? bagaimana sosialisasinya?
apakah anda mengikuti persoalan dihapuskannya SBKRI bagi WNI keturunan? setelah bertahun2, bagaimana menurut pendapat anda?
Dan bagaimana dengan dunia internasional? bahkan di negara2 Buddhist sekalipun tidak mempermasalahkan Buddhism sebagai agama, kenapa di negara yg Buddhisnya minoritas spt Indonesia ini malah mempermasalahkan?

Saya tidak melihat urgensi dari alasan2 yg anda kemukakan
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: K.K. on 19 November 2008, 01:46:11 PM
Kalau gitu, saya mau tanya, Jika Buddhisme diakui sebagai "bukan agama",
1. apa keuntungannya?
2. anda tahu apa saja konsekwensinya?
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: bond on 19 November 2008, 01:48:43 PM
 [at] hatred

Goal lu cuma satu memasukan kehendak dan pemikiran lu yg jelas beda sama pemikiran buddhist.
Ini adalah ciri2 mereka yg tidak toleran dalam kehidupan beragama yaitu memaksakan iman mereka kepada orang lain dengan berbagai macam dalih.

Sory coy....kalo mau minta dukungan ke parpol aja  ^-^
coba lu ngaca, malu ngak memaksakan ide dan gagasan yg jelas2 di tolak. 8)
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 01:51:57 PM
 [at] bond
jangan menfitnah saya dengan memaksakan kehendak
toh saya dah bilang dari awal


kalo gak mao ya monggooo.......

heran deh kalo pada gak setuju ma orang malah maen fitnah bisanya????
kayaknya di Buddhisme tidak diajarkans seperti itu tuh.

satu lagi
coba anda ngaca juga, tapi bukan ngaca karena malu tetapi sudah berapa karma buruk berupa ucapan yg anda lakukan
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: bond on 19 November 2008, 01:56:46 PM
ngapain lu buat petisi, loe ngak setuju difitnah? jadi ngapain lu neko2 pake petisi ?

Gua mah tiap kali ngaca kalo nyisir. :))

Ngak usah bawa2 ajaran buddhist tidak mengajarkan ini itu. loe sendiri jelas ngak paham ajaran buddhist ,bukan buddhist dan tidak menjalankan ajaran SB. :)). Itu tandanya loe munafik tao. Ngak usah bohong deh, orang2 kayak loe tuh uda lagu lama.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: gajeboh angek on 19 November 2008, 01:57:03 PM
Nah, bener kan? Jadi perdebatan yang tidak berujung. ;D

Hayo, hayo, kembali ke praktek.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 02:00:59 PM
 [at] bond

g gak mo terpancing ma lagu basi u

kali ini g gak akan menebar flame disini karena anda tidak ada artinya

[at] moderator's

mohon bantuannya bagi para member yang berusaha menebar flame agar ditindak lanjuti
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: bond on 19 November 2008, 02:06:05 PM
Ha..ha ngak usa minta perlindungan moderator. Makanya kalo nulis itu harus ada tata krama kalau tidak mau ditegur dengan keras. Ini tandanya lu hatinya sempit. Hati lu bergolak ya sampe minta perlindungan momod. Lu aja yg pikirannya flame, makanya bilang flame :))

:P
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Nevada on 19 November 2008, 02:09:15 PM
[at] hatred...

Banyak orang2 besar telah membabarkan ajaran untuk menjalani kehidupan. Ajaran ini dikemas dalam format jalan hidup manusia, yg berfungsi mengembangkan nilai sosial, spiritual, dan seharusnya intelegensial. Konsep ajaran ini mungkin lebih praktis disebut dengan Konsep Spiritual. Karena di dalamnya lebih ditekankan mengenai pengembangan mental (rohani), yg dampaknya diharapkan bernilai positif bagi nilai sosial dan intelegensial.

Konsep spiritual ini kemudian mengalami proses metamorfosa menjadi satu kata yg dikenal awam sebagai 'agama'. Pada dasarnya, semuanya adalah berangkat dari tema yg sama, yaitu "pandangan tentang kehidupan dan cara menjalaninya"

Di dunia ini, agama (konsep pandangan hidup) dikaitkan dengan Sosok Maha Kuasa. Karena manusia awam lebih suka menerima konsep sederhana, dengan membuat tali simpul bahwa segala fenomena adalah kembali kepada Tuhan. Jadi pada umumnya mereka berasumsi bahwa agama adalah cara menjalani kehidupan atas kehendak Tuhan. Dari tema baru inilah, banyak orang2 besar yg mengajarkan cara menjalani kehidupan sesuai versi mereka. Dan sampai pada masa sekarang, Negara Indonesia adalah salah satu negara yg masih memegang teguh prinsip keagamaan seperti itu.

Buddhisme adalah satu pandangan luhur, cara menjalani kehidupan, dan ajaran yg mengembangkan potensi diri untuk mengenali diri sendiri. Kalau Anda mengikuti penjelasan dari KBBI, maka Buddhisme memang bukanlah sebuah Agama. Terlebih lagi, ajarannya pun bukan dogma. Buddhisme adalah jalan kehidupan bagi orang bijaksana. Banyak orang di dunia ini yg bisa mengerti betapa mulianya ajaran Sang Buddha. Di Indonesia, Buddhisme pun berkembang. karena pengaruh politik dan tatanan kepemerintahan, Buddhisme pun 'dipaksa' beradaptasi dengan sistem negara. Oleh karena itu, Buddhisme sering disebut sebagai Agama Buddha. Dan hal ini sudah diterima, tanpa dipermasalahkan lagi. Kami para Buddhis juga tidak mempersoalkannya. Kalau Anda ingin mengubah 'status' Buddhisme di Indonesia, sebaiknya Anda ikut mencalonkan diri sebagai Capres di Pemilu tahun 2009 ini terlebih dahulu.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 02:09:25 PM
 [at] moderator

haloooo, i've been bulying by other mod here

apa ada konspirasi disini ya???
kalau gitu kalau gak ada tanggapan dari mod yang laen thdp si bond ini
saya akan menganggap situs ini tidak fair dan akan saya sebarkan ke forum2 yang laen, tentang bagaimana komunitas di situs ini.

sedikit mengancam, memang.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: bond on 19 November 2008, 02:13:37 PM
Ha..ha lu mu jadi provokator ye...itu tanda lu ngak berani menghadapi kenyataan. berani berbuat berani menerima kenyataan.

Niat lu jelas kan, ngancam2 :))  mirip2 oknum yg terdahulu :))

Kalo lu sebarin pun, namanya bau busuk akan ketahuan. :)) Gua ngak takut. Secara tegas gua mau sampaikan bahwa ini adalah forum buddhist yg menjunjung tinggi Triratna dan apapun namanya yg menjurus kepada penyimpangan toleransi kehidupan beragama yg berujung pada SARA maka akan diberikan teguran keras. Kalo lu rasa di bullying, berarti mental lu belum dewasa untuk berdiskusi. _/\_


Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 02:14:44 PM
 [at] upasaka
"Kami para Buddhis juga tidak mempersoalkannya. Kalau Anda ingin mengubah 'status' Buddhisme di Indonesia, sebaiknya Anda ikut mencalonkan diri sebagai Capres di Pemilu tahun 2009 ini terlebih dahulu."

"kami" disini memang mewakili para Buddhism seluruhnya...????
dan anjuran anda mencalonkan sebagai capres apakah itu satu2nya jalan (yg menurut saya cukup mustahil)????
bagaimana bila kita melakukan petisi dan kita dapat memajukan petisi tersebut????

[at] all
anda2 pernah bilang kosongkan cangkir anda sebelumnya,

saat ini saya yang meminta anda mengosongkan cangkir anda.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: markosprawira on 19 November 2008, 02:17:02 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 01:35:51 PM
[at] markosprawira

saya tidak tahu sudah mengulangi kata2 ini berapa kali tapi ya saya bilang lagi de ke anda

:: wah..... bersyukur saya kepada anda, anda mempunyai pengertian yang benar, tapi ngomong2 rekan2 buddhis yang laen bisa gak menanggapi Buddhisme sebagai Agama seperti anda menanggapi??

Pengertian saya benar, atau selaras dengan anda??  ;D

Saya paham perasaan anda, bahwa ini adalah sesuatu yg benar, namun ternyata ditanggapi negatif oleh rekan2 di DC...... sehingga dulu saya juga merasa amat marah.....
Namun lambat laun, saya ngeh bahwa itu ternyata saya melekat pada EGO saya sendiri......... bhw saya ingin agar itu ide baik, jadi HARUS diterima.....

apalagi kalau liat guru Buddha... dia sendiri ga pernah minta diakui sebagai guru besar, guru agung atau apapun, namun beliau hanya memberi tahu kebenaran sejati, udah that's it.......

Saya setuju dengan anda bahwa Buddhism itu bukan agama kok, namun bagaimana jika nanti Buddhism jadi tidak diakui sebagai agama??? bukankah itu justru akan lebih merepotkan kaum buddhist yg jumlahnya jutaan orang?? mereka justru akan lebih terpencar, anak2nya menjadi anak haram karena pemberkatan secara buddhism, sudah tidak diakui lagi  ::)

kalau boleh saya saran (kalo ga diterima juga ga pa pa  ;) )
1. pikirkan segala sesuatu dari berbagai sisi, dgn masukan dari berbagai pihak. Apalagi ini menyangkut identitas jutaan org loh
2. coba kita praktekkan ajaran guru buddha, untuk mengurangi kemelekatan pada apapun, termasuk ide maupun gagasan kita.

semoga bisa dimengerti yah  _/\_
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: 7 Tails on 19 November 2008, 02:21:36 PM
ini cuma pendapat segelintir orang jangan bawa2 gw
dan gak usa dipikir2 kaya markos jadinya pusing hadapin hatered
ha...


<===== liat
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Nevada on 19 November 2008, 02:24:49 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 02:14:44 PM
[at] upasaka
"Kami para Buddhis juga tidak mempersoalkannya. Kalau Anda ingin mengubah 'status' Buddhisme di Indonesia, sebaiknya Anda ikut mencalonkan diri sebagai Capres di Pemilu tahun 2009 ini terlebih dahulu."

"kami" disini memang mewakili para Buddhism seluruhnya...????
dan anjuran anda mencalonkan sebagai capres apakah itu satu2nya jalan (yg menurut saya cukup mustahil)????
bagaimana bila kita melakukan petisi dan kita dapat memajukan petisi tersebut????

[at] all
anda2 pernah bilang kosongkan cangkir anda sebelumnya,

saat ini saya yang meminta anda mengosongkan cangkir anda.


Maksud saya tidak mempersoalkannya adalah kami tidak terpaku pada label apakah Buddhisme agama atau bukan. Bahkan banyak rekan2 Budhhis di sini yg tidak mencantumkan label Agama Buddha di KTP-nya. Saya rasa itu adalah sedikit bukti bahwa kami memang tidak melekat pada 'status' yg Anda anggap penting itu. Saya ingin bertanya, memang kalau Buddhisme di Indonesia sudah dianggap sebagai agama, Anda rugi apa? Apakah Anda ingin berpartisipasi di bidang politik, kelembagaan agama, atau pejuang makna kosakata Bahasa Indonesia yg tepat?

Ya, saran saya sebaiknya Anda terpilih menjadi anggota pemerintahan dulu agar suara Anda lebih mendapat aspirasi dari orang2 yg pro terhadap Anda. Atau Anda sudah tidak sabar, dan ingin menjadi revolusioner baru di Tanah Indonesia. Anda ingin nama dan kisah Anda terkenal dan dipelajasri anak-cucu saya di Buku Pelajaran Sejarah pada bangku sekolahnya, yah?
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 02:26:01 PM
 [at] markosprawira

terima kasih anda meanggapi saya dengan serius dan juga dengan menghargai,

hal ini sangat saya perhatikan dan saya sangat2 berterima kasih atas pikiran anda yang terbuka.


tetapi saya tidak mengharuskan diterima kok, karena petisi ini juga akan saya buat di forum2 buddhis yang lain.

jadi kalau sampai sekarang belom ada yang ikut petisi juga gak papa,

dan saya hanya menjawab pertannyaan rekan2 sekalian dan dalam menjawab saya tidak mengunsurkan mengHARUSkan.

Quote from: markos
"Saya setuju dengan anda bahwa Buddhism itu bukan agama kok, namun bagaimana jika nanti Buddhism jadi tidak diakui sebagai agama??? bukankah itu justru akan lebih merepotkan kaum buddhist yg jumlahnya jutaan orang?? mereka justru akan lebih terpencar, anak2nya menjadi anak haram karena pemberkatan secara buddhism, sudah tidak diakui lagi"

saya rasa mereka justru bukan terpencar, melainkan menjadi sadar dan memberikan pandangan baru bagi mereka. dan juga dapat memberikan pengertian benar.
justru kalau mereka berpendapat anak2 mereka akan menjadi haram, bukankah itu adalah efek negatif karena menSakralkan Buddhisme.

untuk saran2 dari markos, saya sangat hargai dan mari kita mencari solusi nya bersama-sama dan jangan takut akan halangan yang ada, sehingga membuat kita mundur.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 02:30:02 PM
 [at] upasaka

harap jangan memberikan praduga2 yang OOT terhadap saya

tujuan saya cuma agar orang2 yang diluar dari
Quote from: upasaka
sedikit bukti bahwa kami memang tidak melekat pada 'status' yg Anda anggap penting itu.
itu dapat menyadari agar tidak melekat seperti anda anda yang
Quote from: upasaka
sedikit bukti bahwa kami memang tidak melekat pada 'status' yg Anda anggap penting itu.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Gunawan on 19 November 2008, 02:39:30 PM
hahahahah.....Lucu juga yach orang yang buat pertanyaan ini..... :))
Mau Ketawa doeloe ah,,,,,,,,huahahahahahahaha........ :))

Dharmais mah Rumah Sakit di Jl.S.Parman (daerah Slipi)..... :))

Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 02:41:01 PM
 [at] Gunawan

iya baru sadar lucu juga ya.... :))
coba deh liat komen karuna_murti tentang judul topik.......  :))
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Chandra Rasmi on 19 November 2008, 02:56:19 PM
Dhammapada Bab I - Yamaka Vagga 19: "Meskipun ia telah membaca banyak kitab suci, namun tidak melaksanakan Ajaran Sang Buddha, seperti gembala yang menghitung sapi orang lain, maka ia tidak akan mendapat manfaat hidup dalam pasamuan para bhikkhu/petapa."

Dhammapada Bab I - Yamaka Vagga 20: "Meskipun hanya membaca sedikit kitab suci, namun ia melaksanakan Ajaran Dhamma dengan sungguh-sungguh, melenyapkan pandangan keliru, nafsu raga dan kebencian, tidak melekat pada apapun dalam kehidupan ini maupun dalam kehidupan yang akan datang, maka ia akan mendapat manfaat dari kehidupan dalam pasamuan para bhikkhu/petapa."


Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Chandra Rasmi on 19 November 2008, 02:59:31 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 02:09:25 PM
[at] moderator

haloooo, i've been bulying by other mod here

Dhammapada Bab III - Citta Vagga 42 : "Betapa buruk pun akibat dari serangan musuh, atau betapa beratnya penderitaan akibat perbuatan dari orang yang membenci, namun pikiran yang tidak terkendali akan membuat seseorang lebih sengsara lagi."
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 02:59:57 PM
 [at] Chandra Rasmi

terima kasih atas semangatnya, ngomong2 Chandra sendiri ingin ikut petisi ini gak?
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Chandra Rasmi on 19 November 2008, 03:05:19 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 02:59:57 PM
[at] Chandra Rasmi

terima kasih atas semangatnya, ngomong2 Chandra sendiri ingin ikut petisi ini gak?

:o :o :o

oppsss....maaf...
saya tidak menyemangati anda lho.....

alasan saya post ayat Dhammapada karena saya tidak setuju dengan anda...
apakah dengan yang saya post itu anda tidak mengerti???

buddhist adalah agama atau bukan, itu tidak penting...
yang penting adalah melaksanakan ajaran Sang Buddha yang sudah kita buktikan sendiri kebenarannya.


Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Chandra Rasmi on 19 November 2008, 03:08:44 PM
Dhammapada Bab XIX - Dhammattha Vagga 259: "Bukan karena banyak bicara, seseorang disebut sebagai orang yang pandai dalam Dhamma; tetapi meskipun baru mengerti sedikit dan melaksanakan dengan tekun, maka ia pantas disebut sebagai orang yang menegakkan Dhamma."
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 03:33:47 PM
[at] Chandra

????? gak ngerti  ^:)^


tapi ngomong2 gmana petisinya? mo ikut gak?

kalo gak mao juga gak papa kok
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: adi lim on 19 November 2008, 03:34:56 PM
QuoteDhammapada Bab XIX - Dhammattha Vagga 259: "Bukan karena banyak bicara, seseorang disebut sebagai orang yang pandai dalam Dhamma; tetapi meskipun baru mengerti sedikit dan melaksanakan dengan tekun, maka ia pantas disebut sebagai orang yang menegakkan Dhamma."

Bro hatRED
Semoga Dhammapada diatas ini, anda memahaminya, sesudah mengerti, semoga anda berbahagia.

_/\_
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: ryu on 19 November 2008, 03:35:34 PM
Hubungan Agama dan Budaya:
Tinjauan Sosiokultural



Pdt. Dr. A. Ginting Suka





1. Pengertian Agama   

Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta dari kata a berarti tidak dan gama berarti kacau. Kedua kata itu jika dihubungkan berarti sesuatu yang tidak kacau. Jadi fungsi agama dalam pengertian ini memelihara integritas dari seorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan Tuhan, sesamanya, dan alam sekitarnya tidak kacau. Karena itu menurut Hinduisme, agama sebagai kata benda berfungsi memelihara integritas dari seseorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan realitas tertinggi, sesama manusia dan alam sekitarnya. Ketidak kacauan itu disebabkan oleh penerapan peraturan agama tentang moralitas,nilai-nilai kehidupan yang perlu dipegang, dimaknai dan diberlakukan.

Pengertian itu jugalah yang terdapat dalam kata religion (bahasa Inggris) yang berasal dari kata religio (bahasa Latin), yang berakar pada kata religare yang berarti mengikat. Dalam pengertian religio termuat peraturan tentang kebaktian bagaimana manusia mengutuhkan hubungannya dengan realitas tertinggi (vertikal) dalam penyembahan dan hubungannya secara horizontal (Sumardi, 1985:71)

Agama itu timbul sebagai jawaban manusia atas penampakan realitas tertinggi secara misterius yang menakutkan tapi sekaligus mempesonakan  Dalam pertemuan itu manusia tidak berdiam diri, ia harus atau terdesak secara batiniah untuk merespons.Dalam kaitan ini ada juga yang mengartikan religare dalam arti melihat kembali kebelakang kepada hal-hal yang berkaitan dengan perbuatan tuhan yang harus diresponnya untuk menjadi pedoman dalam hidupnya.

Islam juga mengadopsi kata agama, sebagai terjemahan dari kata Al-Din seperti yang dimaksudkan dalam Al-Qur'an surat 3 : 19 ( Zainul Arifin Abbas, 1984 : 4). Agama Islam disebut Din dan Al-Din, sebagai lembaga Ilahi untuk memimpin manusia untuk mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Secara fenomenologis, agama Islam dapat dipandang sebagai Corpus syari'at yang diwajibkan oleh Tuhan yang harus dipatuhinya, karena melalui syari'at itu hubungan manusia dengan Allah menjadi utuh. Cara pandang ini membuat agama berkonotasi kata benda sebab agama dipandang sebagai himpunan doktrin.

Komaruddin Hidayat seperti yang dikutip oleh muhammad Wahyuni Nifis (Andito ed, 1998:47) lebih memandang agama sebagai kata kerja, yaitu sebagai sikap keberagamaan atau kesolehan hidup berdasarkan nilai-nilai ke Tuhanan.

Walaupun kedua pandangan itu berbeda sebab ada yang memandang agama sebagai kata benda dan sebagai kata kerja, tapi keduanya sama-sama memandang sebagai suatu sistem keyakinan untuk mendapatkan keselamatan disini dan diseberang sana.

Dengan agama orang mencapai realitas yang tertinggi. Brahman dalam Hinduisme, Bodhisatwa dalam Buddhisme Mahayana, sebagai Yahweh yang diterjemahkan "Tuhan Allah" (Ulangan 6:3) dalam agama kr****n, Allah subhana wata'ala dalam Islam.

Sijabat telah merumuskan agama sebagai berikut:

        "Agama adalah keprihatinan maha luhur dari manusia yang terungkap selaku jawabannya terhadap panggilan dari yang Maha Kuasa dan Maha Kekal. Keprihatinan yang maha luhur itu diungkapkan dalam hidup manusia, pribadi atau kelompok terhadap Tuhan, terhadap manusia dan terhadap alam semesta raya serta isinya" ( Sumardi, 1985:75)

Uraian Sijabat ini menekankan agama sebagai hasil refleksi manusia terhadap panggilan yang Maha Kuasa dan Maha Kekal. Hasilnya diungkap dalam hidup manusia yang terwujud dalam hubungannya dengan realitas tertinggi, alam semesta raya dengan segala isinya. Pandangan itu mengatakan bahwa agama adalah suatu gerakan dari atas atau wahyu yang ditanggapi oleh manusia yang berada dibawah.



2. Agama dan Budaya

    Budaya menurut Koentjaraningrat (1987:180) adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar.

Jadi budaya diperoleh melalui belajar. Tindakan-tindakan yang dipelajari antara lain cara makan, minum, berpakaian, berbicara, bertani, bertukang, berrelasi dalam masyarakat  adalah budaya. Tapi kebudayaan tidak saja terdapat dalam soal teknis tapi dalam gagasan yang terdapat dalam fikiran yang kemudian terwujud dalam seni, tatanan masyarakat, ethos kerja dan pandangan hidup. Yojachem Wach berkata tentang pengaruh agama terhadap budaya manusia yang immaterial bahwa mitologis hubungan kolektif tergantung pada pemikiran terhadap Tuhan. Interaksi sosial dan keagamaan berpola kepada bagaimana mereka memikirkan Tuhan, menghayati dan membayangkan Tuhan (Wach, 1998:187).

Lebih tegas dikatakan Geertz (1992:13), bahwa wahyu membentuk suatu struktur psikologis dalam benak manusia yang membentuk pandangan hidupnya, yang menjadi sarana individu atau kelompok individu yang mengarahkan tingkah laku mereka. Tetapi juga wahyu bukan saja menghasilkan budaya immaterial, tetapi juga dalam bentuk seni suara, ukiran, bangunan.

    Dapatlah disimpulkan bahwa budaya yang digerakkan agama timbul dari proses interaksi manusia dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya, yaitu faktor geografis, budaya dan beberapa kondisi yang objektif.

Faktor kondisi yang objektif menyebabkan terjadinya budaya agama yang berbeda-beda walaupun agama yang mengilhaminya adalah sama. Oleh karena itu agama kr****n yang tumbuh di Sumatera Utara di Tanah Batak dengan yang di Maluku tidak begitu sama sebab masing-masing mempunyai cara-cara pengungkapannya yang berbeda-beda. Ada juga nuansa yang membedakan Islam yang tumbuh dalam masyarakat dimana pengaruh Hinduisme adalah kuatdengan yang tidak. Demikian juga ada perbedaan antara Hinduisme di Bali dengan Hinduisme di India, Buddhisme di Thailan dengan yang ada di Indonesia. Jadi budaya juga mempengaruhi agama. Budaya agama tersebut akan terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan kesejarahan dalam kondisi objektif dari kehidupan penganutnya (Andito,ed,1998:282).Tapi hal pokok bagi semua agama adalah bahwa agama berfungsi sebagai alat pengatur dan sekaligus membudayakannya dalam arti mengungkapkan apa yang ia percaya dalam bentuk-bentuk budaya yaitu dalam bentuk etis, seni bangunan, struktur masyarakat, adat istiadat dan lain-lain. Jadi ada pluraisme budaya berdasarkan kriteria agama. Hal ini terjadi karena manusia sebagai homoreligiosus merupakan insan yang berbudidaya dan dapat berkreasi dalam kebebasan menciptakan pelbagai objek realitas dan tata nilai baru berdasarkan inspirasi agama.

3. Agama dan budaya Indonesia

Jika kita teliti budaya Indonesia, maka tidak dapat tidak budaya itu  terdiri dari 5 lapisan. Lapisan itu diwakili oleh budaya agama pribumi, Hindu, Buddha, Islam dan kr****n (Andito, ed,1998:77-79)

Lapisan pertama adalah agama pribumi yang memiliki ritus-ritus yang berkaitan dengan penyembahan roh nenek moyang yang telah tiada atau  lebih setingkat yaitu Dewa-dewa suku seperti sombaon di Tanah Batak, agama Merapu di Sumba, Kaharingan di Kalimantan. Berhubungan dengan ritus agama suku adalah berkaitan dengan para leluhur menyebabkan terdapat solidaritas keluarga yang sangat tinggi. Oleh karena itu maka ritus mereka berkaitan dengan tari-tarian dan seni ukiran, Maka dari agama pribumi  bangsa Indonesia mewarisi kesenian dan estetika yang tinggi dan nilai-nilai kekeluargaan yang sangat luhur.

Lapisan kedua dalah Hinduisme, yang telah meninggalkan peradapan yang menekankan pembebasan rohani agar atman bersatu dengan Brahman maka dengan itu ada solidaritas mencari pembebasan bersama dari penindasan sosial untuk menuju kesejahteraan yang utuh. Solidaritas itu diungkapkan dalam kalimat Tat Twam Asi, aku adalah engkau.

Lapisan ketiga adaalah agama Buddha, yang telah mewariskan nilai-nilai yang menjauhi ketamakan dan keserakahan. Bersama dengan itu timbul nilai pengendalian diri dan mawas diridengan menjalani 8 tata jalan keutamaan.

Lapisankeempat adalah agama Islam yang telah menyumbangkan kepekaan terhadap tata tertib kehidupan melalui syari'ah, ketaatan melakukan shalat dalam lima waktu,kepekaan terhadap mana yang baik dan mana yang jahat dan melakukan yang baik dan menjauhi yang jahat (amar makruf nahi munkar) berdampak pada pertumbuhan akhlak yang mulia. Inilah hal-hal yang disumbangkan Islam dalam pembentukan budaya bangsa.

Lapisan kelima adalah agama kr****n, baik Katholik maupun Protestan. Agama ini menekankan nilai kasih dalam hubungan antar manusia. Tuntutan kasih yang dikemukakan melebihi arti kasih dalam kebudayaan sebab kasih ini tidak menuntutbalasan yaitukasih tanpa syarat. Kasih bukan suatu cetusan emosional tapi sebagai tindakan konkrit yaitu memperlakukan sesama seperti diri sendiri. Atas dasar kasih maka gereja-gereja telah mempelopori pendirian Panti Asuhan, rumah sakit, sekolah-sekolah dan pelayanan terhadap orang miskin.

Dipandang dari segi budaya, semua kelompok agama di Indonesia telah mengembangkan budaya agama untuk mensejahterakannya tanpa memandang perbedaan agama, suku dan ras.

Disamping pengembangan budaya immaterial tersebut agama-agama juga telah berhasil mengembangkan budaya material seperti candi-candi dan bihara-bihara di Jawa tengah, sebagai peninggalan budaya Hindu dan Buddha. Budaya kr****n telah mempelopori pendidikan, seni bernyanyi, sedang budaya Islam antara lain telah mewariskan Masjid Agung Demak (1428) di Gelagah Wangi Jawa Tengah. Masjid ini beratap tiga susun yang khas Indonesia, berbeda dengan masjid Arab umumnya yang beratap landai. Atap tiga susun itu menyimbolkan Iman, Islam dan Ihsan. Masjid ini tanpa kubah, benar-benar has Indonesia yang mengutamakan keselarasan dengan alam.Masjid Al-Aqsa Menara Kudus di Banten bermenaar dalam bentuk perpaduan antara Islam  dan Hindu. Masjid Rao-rao di Batu Sangkar merupakan perpaduan berbagai corak kesenian dengan hiasan-hiasan mendekati gaya India sedang atapnya dibuat dengan motif rumah Minangkabau (Philipus Tule 1994:159).

Kenyataan adanya legacy tersebut membuktikan bahwa agama-agama di Indonesia telah membuat manusia makin berbudaya sedang budaya adalah usaha manusia untuk menjadi manusia.



4. Agama-agama sebagai aset bangsa

Dari segi budaya, agama-agama di Indonesia adalah aset bangsa, sebab agama-agama itu telah memberikan sesuatu bagi kita sebagai warisan yang perlu dipelihara. Kalau pada waktu zaman lampau agama-agama bekerja sendiri-sendiri maka dalam zaman milenium ke 3 ini agama-agama perlu bersama-sama memelihara dan mengembangkan aset bangsa tersebut. Cita-cita ini barulah dapat diwujudkan apabila setiap golongan agama menghargai legacy tersebut Tetapi yang sering terjadi adalah sebaliknya sebab kita tidak sadar tentang nilai aset itu bagi bagi pengembangan budaya Indonesia. Karena ketidak sadaran itu maka kita melecehkan suatu golongan agama sebagai golongan yang tidak pernah berbuat apa-apa. Kalaupun besar nilainya, tapi karena hasil-hasil itu bukan dari golonganku, maka kita merasa tidak perlu mensyukurinya. Lebih buruk lagi, jika ada yang berpenderian apa yang diluar kita adalah jahat dan patut dicurigai. Persoalan kita, bagaimana kita dapat menghargai monumen-monumen budaya itu sebagai milik bangsa, untuk itu kita perlu:

1.      Mengembangkan religius literacy.

Tujuannya agar dalam kehidupan pluralisme keagamaan perlu dikembangkan religious literacy, yaitu sikap terbuka  terhadap agama lain yaitu dengan jalan melek agama. Pengembangan religious literacy sama dengan pemberantasan buta huruf dalam pendidikan. Kitaakui bahwa selama ini penganut agama buta huruf terhadap agama diluar yang dianutnya. Jadi perlu diadakan upaya pemberantasan buta agama, Karena buta terhadap agama lain maka orang sering tertutup dan fanatik tanpa menh\ghiraukan bahwa ada yang baik dari agama lain. Kalau orang melek agama, maka orang dapat memahami ketulusan orang yang beragama dalam penyerahan diri kepada Allah dalam kesungguhan. Sikap melek agama ini membebaskan umat beragama dari sikap tingkah laku curiga antara satu dengan yang lain. Para pengkhotbah dapat berkhotbah dengan kesejukan dan keselarasan tanpa bertendensi menyerang dan menjelekkan agama lain. (Budi Purnomo, 2003).

2.      Mengembangkan legacy spiritual dari agama-agama.

Telah kita ungkapkan sebelumnya tentang  legacy spiritual dari setiap agama di Indonesia. Legacy itu dapat menjadi wacana bersama menghadapi  krisis-krisis Indonesia yang multi dimensi ini. Masalah yang kita hadapi yang paling berat adalah masalah korupsi, supremasi hukum dan keadilan sosial. Berdasarkan legacy yang tersebut sebelumnya, bahwa setiap agama mempunyai modal dasar dalam menghadapi masal-masalah tersebut, tetapi belum pernah ada suatu wacana bersama-sama untuk melahirkan suatu pendapat bersama yang bersifat operasional.

   Agaknya setiap kelompok agama di Indonesia sudah waktunya bersama-sama membicarakan masalah-masalah bangsa dan penanggulangannya.





KEPUSTAKAAN

Andito, Atas Nama Agama, Wacana Agama Dalam Dialog Bebas Konflik,   Bandung, Pustaka Hidayah, 1998.

Budi Purnomo, Alays, Jakarta:  Penerbit Buku Kompas, 2003.

Geertz, Clifford, Kebudayaan dan Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1992.

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: PT Ranaka Cipta,1990

O'Dea, Thomas, Sosiologi Agama, Jakarta: CV Rajawali, 1984.

Mulyono Sumardi, Penelitian Agama, Masalah dan Pemikiran, Jakarta;  Pustaka Sinar Harapan, 1982.

Tule, Philipus, Wilhelmus Julei, ed Agama-agama, Kerabat Dalam Semesta, Flores:Penerbit Nusa Indah, 1994.

Wach, Jajachim, Ilmu Perbandingan agama, Jakarta : CV Rajawali, 1984.

Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: ryu on 19 November 2008, 03:41:28 PM
Hubungan Agama Dan Budaya dalam Agama Buddha



Pdt. D.M.Peter Lim S.Ag, MBA, MSc




I. AGAMA BUDDHA

           

Agama Buddha atau Ajaran Sang Buddha Gautama biasanya dikenal dengan sebutan Buddha Dharma, yang dapat disarikan dalam satu kata saja yaitu Dharma (Sansekerta) atau Dhamma (Pali), yang bermakna Kesunyataan Mutlak, Kebenaran Mutlak atau Hukum Abadi yang tidak terikat oleh waktu, keadaan dan kondisi yang bagaimanapun juga.

Pada suatu hari Sang Buddha berada di hutan Simsapa di Kosambi (dekat Allahabad). Beliau kemudian mengambil segenggam daun di tangan-Nya dan bertanya kepada para Bhikkhu : "Coba katakan, O Bhikkhu, mana yang lebih banyak, daun yang ada di genggaman-Ku ataukah daun yang ada di hutan ini?" "Tentu saja daun yang ada di hutan ini lebih banyak daripada daun yang ada di dalam genggaman tangan Bhante" "Begitulah juga, O Bhikkhu, dari apa yang Aku tahu hanya sebagian kecil saja yang telah Aku ajarkan kepadamu dan bagian yang terbesar lagi tidak Aku ajarkan. Mengapa Aku berbuat demikian? Oleh karena hal-hal itu tidak berguna, tidak akan membawamu ke Nibbana. Oleh karena itulah Aku tidak ajarkan hal-hal yang demikian itu kepadamu"

* SAMYUTTA NIKAYA XXII : 94.



Dalam kitab suci DHAMMANIYAMA SUTTA, Sang Buddha menyabdakan : "Upaya vabhikkhave tathagatham anuppada vatathagatanam thita vasa dhatu dhammatthitata dhammaniyamata :  O, Para bhikkhu, apakah para Tathagata muncul di dunia atau tidak, dhamma akan tetap ada, merupakan hukum yang abadi".

* Sepuluh sebutan / gelar Sang Buddha

1.      Tathagata : Yang Maha Sempurna; Yang mengikuti jalan jalan Para Buddha yang terdahulu.

2.      Arahat : Dihormati seluruh jagad; Yang Mencapai Kesempurnaan Agung.

3.      Samyak Sambuddha : Yang Maha Tahu.

4.      Vijja Carana Sampanna : Yang Berbakat, Pengertian dan Kesucian Luhur; Yang mencapai Bodhi Teragung.

5.      Lokavidu : Yang Telah Memahami Kebenaran Sejagad.

6.      Anuttara : Yang Tidak Dapat Dibandingkan; yang Telah memperoleh segala-galanya dan Mencapai Setinggi tingginya.

7.      Anuttara : Yang Tidak dapat dibandingkan; Yang telah memperoleh segala galanya dan mencapai setinggi tingginya.

8.      Purisa damma sarathi : Petunjuk, pendidik serta pemimpin seluuruh makhluk yang memerlukan pembinaan Nya.

9.      Satta deva manussanam : Guru junjungan Para Dewa dan Manusia.

10.  Buddho Bhagava : Sang Maha Suci Yang Sempurna Kebijaksanaan Nya.



Dhamma akan dapat melepaskan diri seseorang dari "dukkha : derita" untuk mencapai Nibbana, yang merupakan kebahagiaan yang tertinggi, yang telah terbebaskan dari proses kelahiran, ketuaan, kesaktian dan kematian atau akhir dari semua derita. Nibbana tidak akan bisa dicapai dengan hanya bersembahyang, mengadakan upacara upacara atau memohon kepada para dewa. Derita hanya akan berakhir jika adanya peningkatan dalam hal pengembangan bathin, dengan cara berbuat baik, mengendalikan pikiran, menyucikan bathin dan mengembangkan cinta kasih serta kewelas-asihan kepada semua makhluk hidup.

Yang namanya Buddha, bukanlah monopoli pangeran Sidharta Gautama tetapi adalah suatu gelar kesucian, Yang Telah Sadar, Yang Telah Mencapai Kesempurnaan, Yang Telah Mencapai Kebebasan Agung dengan kekuatan sendiri. Dalam hal ini, siapapun akan bisa mencapai proses kebuddhaan asalkan dia mampu dan mau membersihkan "kilesa : kekotoran bathin" yang mencengkram dirinya.

* Wujud dari "kilesa : kekotoran Bathin", tersebut bisa saja dalam bentuk :

a) Dosa yang bermakna kebencian yang senang melihat orang lain menderita dan menderita melihat orang lain senang. "Dosena hi candajatataya dosasadisam nirayam uppajjanti : semua makhluk dilahirkan di alam neraka dengan kekuatan kebencian". ITUVUTTAKA 45.

b) Lobha yang bermakna keserakahan yang tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki serta mementingkan diri sendiri atau egois. "Yebhuyyayena hi satta tanhaya pettivisayam uppajjanti : semua makhluk sebagian besar dilahirkan menjadi setan atau raksasa asura dengan kekuatan serakah". ITUVUTTAKA 45.

c) Moha yang bermakna kebodohan yang tidak mampu membedakan, perbuatan mana yang seharusnya diperbuat dan perbuatan mana pula yang seharusnya dihindarkan. "Mohena hi niccasammmulaham tiracchanayoniyam uppajjanti : semua makhluk dilahirkan menjadi binatang dengan kekuatan kebodohan". ITUVUTTAKA 45.



II. OTORITAS TERTINGGI DALAM AGAMA BUDDHA

           

Sangha atau persaudaraan para bhikkhu/ni yang jumlahnya minimal 5 orang, bukanlah pemegang otoritas tertinggi dalam agama Buddha. Dalam kerangka ajaran Sang Buddha, sejauh berhubungan dengan pembebasan dari derita, tidak dikenal adanya "Lembaga Pemegang Otoritas Tertinggi". Dalam Kalama Sutta, Sang Buddha menyabdakan : "Yah, putera-putera Kalama, sudah sewajarnya kamu rag-ragu dan bingung disebabkan oleh sesuatu hal yang memang meragukan dan membingungkan sekali. Nah, dengarlah baik-baik apa yang kukatakan. Jangan percaya begitu saja kepada berita yang disampaikan kepadamu atau karena sesuatu sudah merupakan tradisi atau sesuatu yang didesas-desuskan.

Janganlah percaya begitu saja kepada sesuatu yang katanya sudah diramalkan dalam buku-buku suci; juga kepada sesuatu yang katanya sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga kepada sesuatu yagn katanya telah direnungkan dengan seksama; juga karena sesuatu yang kelihatannya cocok dengan pandanganmu; atau karena kamu ingin menghormati seorang pertapa yang menjadi gurumu.

Tetapi, warga suku Kalama, kalau setelah kamu selidiki sendiri kamu mengetahui bahwa 'hal ini tidak berguna, ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana, hal ini jika terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan', maka sudah selayaknya kamu menolak hal-hal tersebut di atas. Tetapi, kalau setelah kamu selidiki sendiri kamu mengetahui bahwa 'hal ini berguna, hal ini tidak tercela, hal ini dibenarkan oleh para Bijaksana, hal ini kalau terus dilakukan akan menimbulkan keberuntungan dan kebahagiaan', maka sudah selayaknya kamu menerima dan hidup sesuai dengan hal-hal tersebut di atas".

* ANGUTTARA NIKAYA I : 189.



Lebih menegaskan lagi bahwa tiada Lembaga Pemegang Otoritas Tertinggi dalam agama Buddha, Sang Buddha menyabdakan di dalam kitab suci Maha Parinibbana Sutta, Digha Nikaya 16, yang isinya adalah : "Apa yang telah Kutunjukkan dan Kuajarkan (Dharma Vinaya) inilah yang akan menjadi gurumu setelah Aku tiada". Sedangkan fungsi utama dari anggota sangha atau para bhikkhu/ni, hanyalah sebagai perawat atau pelestari ajaran Sang Buddha, yang intinya adalah meluruskan yang tidak lurus serta mempertahankan yang telah lurus.



Dalam kitab suci Sigalovada Sutta, dikatakan bahwa hubungan antara bhikkhu/ni dengan umat awam, hanyalah semata mata bersifat moral religius dan timbal balik. Inilah yang tertera di dalam kitab suci Sigalovada Sutta : "Umat awam hendaknya menghormati bhikkhu dengan membantu dan memperlakukan mereka dengan perbuatan, kata kata dan pikiran yang baik, membiarkan pintu terbuka bagi mereka dan memberikan makanan serta keperluan yang sesuai dengan mereka. Sebaliknya para bhikkhu yang mendapat penghormatan demikian mempunyai kewajiban terhadap umat awam yaitu melindungi dan mencegah seseorang dari perbuatan jahat, memberi petunjuk untuk melakukan perbuatan baik, mencintai mereka dengan hati tulus, menerangkan ajaran yang belum didengar atau diketahui, menjelaskan apa yang belum dimengerti dan menunjukkan jalan untuk menuju Pembebasan".

* SIGALOVADA SUTTA

Para bhikkhu/ni yang benar benar melaksanakan Dharma Vinaya adalah sahabat yang baik, yang sepatutnya mendapatkan pelayanan dan penghormatan yang layak dari umat awam.


III. PENGABDIAN DALAM KONSEPSI BUDDHIS

           

Pengabdian yang diberikan adalah murni adanya, yang tanpa adanya niat niat terselubung atau pemaksanaan kehendak. Disamping itu, juga tidak mengharapkan pahala. Perbuatan baik yang diperbuat adalah murni demi perbuatan baik. "Tidak kepada para pertapa atau Brahmin, tidak pula kepada yang msikin dan yang memerlukan, orang rendah membagikan makanannya atau memberikan minuman dan makanan. Orang orang mengatakan bahwa orang yang egois itu bagaikan kemarau, langit tanpa curah hujan. Ia yang membagikan kekayaannya kepada orang orang tertetnu tetapi tidak dengan senang hati memberikan untuk yang lainnya, hanyalah bagaikan curah hujan setempat. Dengan cara itu orang bijaksana menggambarkannya.

Tetapi orang yang dengan senang hati memberikan banyak bingkisan dimana saja atas dasar belas kasih demi semua makhluk dan selalu berkata, "Memberi, memberi,..." Orang seperti ini bagaikan awan tebal yang berisi air hujan, bergemuruh dan mencurahkan air yang menyegarkan di mana saja, membasahi dataran tinggi dan juga dataran rendah, murah hati tanpa ada pembedaan. Dengan kekayaan yang dihimpun secara benar, yang diperoleh melalui usaha sendiri, ia membagikan makanan dan minuman kepada makhluk makhluk yang membutuhkan".

* ITIVUTTAKA 66.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: ryu on 19 November 2008, 03:41:40 PM
IIIa.- SENANG MELIHAT ORANG LAIN BAHAGIA.

"Mantapkan diri sendiri terlebih dahulu dalam kebajikan yang patut, baru kemudian mengajar orang lain. Dengan bertindak demikian, orang bijak tidak akan membuat noda bagi dirinya sendiri". ATTA VAGGA XII : 158.

Kenyataannya, kita sering memproklamirkan bahwa diri kita adalah orang baik. Mengapa...? Karena tidak menyusahkan dan merugikan orang lain. Dan disamping itu, adakala­nya (kadang-kadang) juga senang melakukan perbuatan-perbuatan baik. Apakah (benar) demiki­an adanya, yang hanya semata-mata tidak menyusahkan, merugikan atau kadang-kadang melakukan perbuatan-perbuatan baik, seseorang bisa dikategorikan baik...? Didalam kitab suci ANGUTTARA NIKAYA II : 18, Sang Buddha menyabdakan bahwa seseorang baru bisa dikategorikan baik jika dia mampu (bisa) menyirnakan AGATI 4 (4 macam perangai yang salah). Apakah AGATI 4 itu ...? AGATI 4 itu adalah

* CHANDAGATI : KECENDERUNGAN TERHADAP NAFSU INDERA

            Didalam konsep Buddhis dikatakan bahwa setiap manusia yang terlahirkan normal, akan memiliki enam macam indera, yang terdiri dari : a1) Cakkhu : mata a2) Sota : telinga a3) Ghana : hidung a4) Jivha : lidah a5) Kaya : jasmani (kulit) dan a6) Mano : pikiran. Yang dimaksud dengan Chandagati adalah terjadinya kemelekatan, dikala indera-indera ini "phassa : kontak" atau berhubungan dengan objek (sasaran) yang diluar. Kemelekatan tersebut, bisa saja dalam bentuk ingin menguasai atau menghancurkan. Contoh kasus, setelah melihat idolanya maka spontanitas timbul keinginan si A, untuk bersanding disisinya.

Dan jika keinginan ini tidak bisa direalisasikan maka menderitalah kehidupannya. Dan begitu juga sebaliknya dengan si B yang sangat membenci si C. Setiap kali bertemu, selalu timbul keinginan-keinginan untuk balas dendam. Tetapi, sungguh disayangkan bahwa keinginan-keinginan tersebut, tidak dapat direalisasikan, yang bisa saja karena takut atau tidak ada peluang untuk itu. Apa yang akhirnya dirasakan...? Tiada lain adalah penderitaan.

* DOSAGATI : KECENDERUNGAN TERHADAP KEBENCIAN.

            Pada umumnya, faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kebencian ini adalah b1) Merasa disakiti, disepelekan atau dihina b2) Iri atas keberhasilan orang lain atau b3) Tidak pernah puas atas kondisi-kondisi yang dimiliki. Dan sebagai akibat dari kondisi-kondisi ini, apakah yang lebih cenderung dialami...? Tiada lain adalah kekecewaan, kefrustasian & kestressan. Sang Buddha menyabdakan: "Kebencian membawa kerugian yang besar, kebencian mengacaukan & melukai pikiran. Bahaya yang menakutkan ini, telah ada jauh didalam bathin sendiri. Kebanyakan orang tidak mengetahuinya."

* MOHAGATI : KECENDERUNGAN TERHADAP KEBODOHAN BATHIN.

            Yang dimaksud dengan mohagati, bukanlah semata-mata dilihat (dipandang) dari segi keintelektualan tetapi juga kemampuan, didalam membedakan mana yang pantas (baik) dilaksana­kan/dihindarkan. Seseorang yang senang melakukan perbuatan hura-hura, misalnya : mengkonsumsi narkoba, judi atau mengunjungi tempat-tempat maksiat adalah contoh-contoh nyata dari mohagati. Mengapa...? Karena sudah tahu efek negatifnya tetapi (tetap) pergi juga. Dan disamping itu, menyakini sesuatu yang tidak sepantasnya diyakini, juga termasuk mohagati. Contohnya : a) Kalau tertimpah kemalangan atau musibah, dia akan langsung mencari "dukun : orang sakti", yang katanya, bisa menyelesaikan segala bentuk dari permasalahan atau b) jika sakit, bukannya ke dokter, malahan ke orang-orang yang bisa disusupi oleh makhluk-makhluk halus dan c) jika ada masalah, baru mau ke Vihara.

* BHAYAGATI : KECENDERUNGAN TERHADAP KETAKUTAN.

            Mengapa kondisi ini timbul...? Tiada lain adalah minimnya kepercayaan diri yang dimiliki. Seseorang yang tidak mantap akan dirinya sendiri atau "saddha:keyakinan" nya lemah maka akan senantiasa dicengkram oleh ketakutan, kecemasan dan kegelisahan. Dalam hal ini, disetiap akan, sedang & setelah melakukan suatu perbuatan, dirinya akan senantiasa dibelenggu oleh bhayagati. Sang Buddha menyabdakan : "Jangan takut, tidak akan terjadi sesuatu pada dirimu seandainya itu bukanlah (karma : perbuatan) mu".

Jadi, seseorang tidaklah dapat dikatakan baik jika semata-mata hanya a) Tidak menyusahkan atau menyakiti orang lain atau b) Hanya melakukan perbuatan-perbuatan baik. Seseorang akan bisa dikategorikan baik, disamping tidak menyusahkan, menyakitkan & melakukan perbuatan-perbuatan baik, juga telah terbebas dari :

1) Chandagati (nafsu indera). Dalam hal ini, dikala berbuat baik, indera-inderanya tidak akan terpengaruh walaupun dicela, dihina atau disakiti. Dia sangat menyadari bahwa disaat berbuat baik maka tidaklah tertutup kemungkinan-kemungkinannya, kemalangan-kemalangan akan datang menyerang.

Kemalangan-kemalangan yang dialami, bukanlah sebagai hasil dari perbuatan baik, yang baru saja diperbuat tetapi adalah akibat dari perbuatan-perbuatan jahat, yang telah diperbuat dimasa masa sebelumnya.

2) Dosagati (kebencian). Dikondisi ini, dia tidak akan membalas kebencian dengan kebencian. Sang Buddha menyabdakan: "Bila seseorang memiliki pikiran cinta kasih, dia merasa kasihan kepada semua makhluk di dunia, yang ada di atas, dibawah dan disekelilingnya serta tidak terbatas dimanapun juga"

3) Mohagati (kebodohan). Dikondisi ini, jika tertimpa kemalangan, dia tidak akan lari dari kenyataan & pondasinya, akan tetap pada "dharma : kebenaran" serta tidak akan menyusut. Sang Buddha menyabdakan : "Orang bodoh yang menyadari kebodohannya, masihlah terhitung bijaksana sedangkan si Bodoh yang menganggap dirinya bijaksana, itulah yang disebut benar-benar bodoh."

4) Bhayagati(ketakutan). Pada hakekatnya, yang seyogianya ditakutkan, hanyalah satu yaitu : "hiri & otappa : takut (malu) akan akibat dari perbuatan jahat". Sang Buddha menyabdakan : "Apabila tidak terdapat luka di tangan, seseorang dapat memegang racun sebab racun tidak dapat meresap masuk ke dalam tangan yang tidak terluka. Demikian pula, kejahatan tidak dapat merasuki orang yang tidak berbuat jahat."



IIIb.- IKHLAS MEMBERI.


"Di dunia ini apabila seseorang dikuasai oleh keinginan kotor dan beracun, niscaya kesedihan akan berkembang bagaikan rumput birana yang tumbuh subur karena tersirami air hujan. Tetapi barang siapa yang dapat mengalahkan keinginan yang sukar dikalahkan itu, kesedihan niscaya berlalu dari dirinya seperti butir air yang  jatuh dari daun teratai". TANHA VAGGA XXIV : 335 – 336.    Di awal dari pembabaran ajaran Nya, Sang Buddha menyabdakan bahwa asal mula timbulnya "dukkha : derita" adalah "tanha : nafsu keinginan". Dalam hal ini, semakin erat belenggu "tanha : nafsu keinginan" menggari bathin seseorang maka akan semakin jauh dari kebahagiaan atau semakin dekat dengan penderitaan.

Contoh nyata dari hal ini adalah sering dijumpai orang-orang yang telah beristri/suami yang rupawan atau telah memiliki kekayaan dan kekuasaan, tidak juga mampu menikmati kebahagiaan. Se­telah ditelusuri, ternyata penyebabnya tiada lain adalah bathinnya terlalu erat atau ku­at digari oleh belenggu "tanha : nafsu keinginan" sehingga tidak bisa merasa puas dengan apa yang telah dimiliki. "Nafsu keinginan selalu menghasut dan menipu, ia me­ru­pa­kan satu sumber kesakitan mental, ia merupakan jaring yang dilemparkan oleh "mara : si peng­g­o­da/si jahat" untuk menjerat dan mencemari para makhluk" THERIGATHA 357.

Selanjutnya, agar kehidupan ini senantiasa bahagia dan terbebas dari "tanha : nafsu ke­inginan" maka tiada cara lain yang bisa ditempuh, selain daripada mengurangi atau mengikis habis, yang namanya "tanha : nafsu keinginan".



Caranya adalah dengan rutin me­laksanakan "dana : amal", yang sifatnya universal, yang tanpa adanya lagi batasan batasan etnis, agama, bahasa maupun aliran/sekte yang dianut. Di dalam kitab suci ANGUTTARA NIKAYA IV : 243, Sang Buddha menyabdakan bahwa ada "Sappurisa dana 8 : 8 macam dana/amal" dan jika rutin di­amalkan, akan mampu mengikis "tanha : nafsu keinginan", yang dampaknya selain mem­bahagiakan diri sendiri tetapi juga makhluk makhluk hidup lainnya.

Ke delapan macam "dana : amal" ini adalah :

1.- SUCIM DETI : ber "dana : amal" barang yang ber­sih. Yang dimaksud dengan sucim deti adalah barang "halal", yang diraih melalui ja­lur "dharma : kebenaran", yang tidak menyebabkan penderitaan bagi makhluk hidup la­innya. "Semua makhluk mendambakan kebahagiaan. Barang siapa yang mencari kebahagiaan ba­gi dirinya sendiri dengan tidak menganiaya makhluk lain maka setelah kematiannya, ia niscaya akan memperoleh kebahagiaan". DANDA VAGGA X : 132.

2.- PANITAM DETI : ber "dana : amal" barang yang baik. barang. Barang yang baik adalah barang yang bisa (aman) dimanfaatkan. Misalnya : dikala ber "dana : amal" makanan atau obat obatan maka makanan atau obat-obatan tersebut, kondisinya harus aman dimakan/digunakan dan belum "expired date : kadaluarsa". "Sukhassa data medhavi – sukham so adhigacchati : orang pandai yang memberikan kebahagiaan niscaya akan mendapatkan kebahagiaan" . ANGUTTARA NIKAYA, PANCAKA – CHAKKANIPATA 37.

3.- KALENA DETI : ber "dana : amal" barang yang tepat pada waktunya. Maknanya adalah 3a) Orang sakit, di "dana : amal" kan obat-obatan. 3b) Orang lapar, di "dana : amal" kan ma­kanan. 3c) Orang haus, di "dana : amal" kan air dan lain sebagainya. "Memberi makanan, seseorang memberi kekuatan : memberi pakaian, seseorang mem­be­ri keindahan : memberi penerangan, seseorang memberi penglihatan : memberi angkutan, se­se­o­rang memberi kesenangan : memberi perlindungan, seseorang memberi semuanya. Tetapi seseo­rang yang mengajarkan "dharma : kebenaran", ajaran Sang Buddha yang istimewa, orang seperti itu memberi makanan surgawi". SAMYUTTA NIKAYA I : 32.

4.- KAPPIYAM DETI : ber "dana : amal" barang yang layak. Barang yang layak adalah barang yang pantas di­gunakan/dimanfaatkan, misalnya : ber "dana : amal" pakaian maka pakaian itu, ha­rus­lah yang utuh, tidak koyak/rusak, tidak norak dan layak dipakai. "Dukkhitassa sakkacca karoti kiccam : bantulah orang yang kesusahan dengan kesungguhan hati". KHUDDAKA NIKAYA, JATAKA I : 2466.

5.- VICEYYA DETI : ber "dana : amal" barang dengan bijaksana. Maknanya adalah ber "dana : amal" kepada orang-orang yang patut menerimanya. Di dalam konsep Buddhis ditegaskan bahwa ber "da­na : amal" kepada orang-orang, yang "sila : moral" nya semakin terpuji maka akan se­ma­kin besar pula "punna : pahala" nya. Atau ber "dana : amal" untuk kepentingan orang ban­yak, misalnya : rumah ibadah, sekolah, jalan umum, rumah sakit, panti sosial dan la­in sebagainya, juga termasuk "dana : amal" yang ber "punna : pahala" besar.





"Nekasi labhate sukhana bhunje sadhumekako : Makan sendiri tidaklah membahagiakan. Janganlah me­nyan­tap makanan enak sendirian". KHUDDAKA NIKAYA, JATAKA I : 1674 – II : 949.

6.- ABHINHAM DETI : ber "dana : amal" barang secara tetap. Ini sama ibarat­nya dengan menanam. Jika kita menanam bibit, yang tanpa adanya kerutinasan, baik da­lam hal perawatan maupun pemberian pupuk maka hasilnya, tidaklah akan op­ti­mal. Demikian juga halnya dengan berbuat baik. "Sukho punnassa ucccayo : penimbunan keb­aikan akan memberikan kebahagiaan". KHUDDAKA NIKAYA, UDANA 19.

7.- DADAM CITTM PASADETI : ber "dana : amal" barang dengan pikiran tenang. Di saat akan berbuat baik, hendaknya pikiran telah berada dalam kondisi tenang. Jika tidak maka perbuatan baik yang diperbuat akan lebih cenderung arahnya ke ikut-ikutan, gengsi-gengsian atau pamer-pameran. Dan sebagai hasil dari semuanya ini, tiada lain adalah kekecewaan dan kefrustasian. "Barang siapa yang mampu mengend­a­li­kan pikiran yang berkelana, menyendiri, nirwujud berada di dalam tubuh ini; mereka niscaya akan ter­lepas dari cengkraman "mara : si penggoda/si jahat". CITTA VAGGA III : 37.

8.- DATVA ATTAMANO HOTI : ber "dana : amal" barang yang menimbulkan ke­se­nangan bathin. Pada prinsipnya, setiap kita akan berbuat sesuatu jika tanpa diiringi oleh rasa senang dan suka maka hasilnya tidaklah akan maksimal. Demikian pula hal­nya dengan berbuat baik. Di dalam konsep Buddhis ditegaskan bahwa pada waktu, sedang dan telah berbuat baik, bathin haruslah senang. Jika tidak maka per­bu­a­tan baik itu akan menjadi sia-sia. "Tempuhlah kehidupan benar dan janganlah menjalani ke­hidupan salah. Mereka yang melaksanakan "dharma : kebenaran" niscaya akan hidup ber­ba­ha­gia di dunia ini maupun di dunia mendatang". LOKA VAGGA XIII : 169.

            Agar kehidupan ini senantiasa bahagia maka rutinlah di dalam pelaksanaan "da­na : amal" yang tanpa adanya batasan-batasan, baik etnis, agama, bahasa maupun aliran yang dianut.

Dalam hal ini, perlakukanlah semua makhluk hidup itu, bagaikan mem­perlakukan putra tunggal yang tercinta. "Kebajikan moral adalah sebagai dasar, se­ba­gai pendahulu dan pembentuk  dari semua yang baik dan indah. Oleh karena itu, hendaknya orang me­nyempurnakan kebajikan moral". THERAGATA 612.

Dengan dimengertinya ke­sunyataan ini, hendaknya kita senantiasa senang dan mau melepaskan "upadana : ke­melekatan", baik kepada yang beruntung maupun yang kurang beruntung melalui pe­lak­sanaan "dana : amal" yang rutin dan berkesinambungan. Sang Buddha me­nya­b­da­kan : "Sayam sukham jivitasankhayamhi : kebaikan yang diperbuat oleh diri sendiri, inilah yang men­jadi kekayaan pribadi yang khusus".
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: markosprawira on 19 November 2008, 03:42:07 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 02:26:01 PM
Quote from: markos
"Saya setuju dengan anda bahwa Buddhism itu bukan agama kok, namun bagaimana jika nanti Buddhism jadi tidak diakui sebagai agama??? bukankah itu justru akan lebih merepotkan kaum buddhist yg jumlahnya jutaan orang?? mereka justru akan lebih terpencar, anak2nya menjadi anak haram karena pemberkatan secara buddhism, sudah tidak diakui lagi"

saya rasa mereka justru bukan terpencar, melainkan menjadi sadar dan memberikan pandangan baru bagi mereka. dan juga dapat memberikan pengertian benar.
justru kalau mereka berpendapat anak2 mereka akan menjadi haram, bukankah itu adalah efek negatif karena menSakralkan Buddhisme.

untuk saran2 dari markos, saya sangat hargai dan mari kita mencari solusi nya bersama-sama dan jangan takut akan halangan yang ada, sehingga membuat kita mundur.

apa anda YAKIN atau hanya merasa aja nih??

bagaimana jika setelah buddha tidak disebut agama, yg notabene benernya hanya "LABEL" atau "MERK", tapi itu membuat keberadaan buddhist menjadi terkatung2 seperti penganut Khong Hu Cu??

legal atau tidak, itu adalah pengakuan secara hukum loh, bukan secara logika..... sama seperti menikah... disebut resmi menikah jika sudah ada surat dari rumah ibadah, serta dicatat di catatan sipil....

Jadi kalau anda sudah menikah secara adat atau disetujui orang tua dan keluarga kedua belah pihak, tapi tidak diakui secara hukum negara, maka pernikahan itu batal demi hukum.........

semoga bisa memperjelas bahwa jangan sampe perasaan dan pemikiran perorangan, membuat status jutaan org jadi terkatung2
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: ryu on 19 November 2008, 03:42:29 PM
IIIc.- MEMENTINGKAN ORANG LAIN

           

Sang Buddha menceritakan bahwa di suatu hutan yang rindang, berdiamlah dua orang pertapa yang berbeda sifat. Mereka mempunyai keinginan yang sama.

Keduanya berkeinginan menjadi orang yang hebat, berwibawa dan agung. Dikarenakan oleh keinginan yang begitu kuat maka mereka bertapa bertahun tahun lamanya. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan akhirnya tahun pun berganti tahun. Mereka bertapa dengan sungguh sungguh dan tanpa adanya gangguan apapun. Pada suatu malam yang sepi, terdengar suara ketukan pintu dan suara seseorang yang meminta pertolongan. Jika menghentikan pertapaan maka pertapaan yang dilakukan (bertahun tahun lamanya) akan menjadi sia sia dan apa yang dicita citakan, tidak akan tercapai sehingga harus dimulai dari awal lagi.

Tetapi suara minta tolong itu terus menerus kedengaran. "Tolonglah saya,...saya kelaparan dan kedinginan. Saya mempunyai seorang anak kecil. Tolong bukakan pintu...jika tidak...kami berdua akan mati". Suara wanita itu tedengar sangat jelas dan merintih karena kedinginan. Mendengar permintaan itu, pertapa pertama tidak mengacuhkannya. Ia berkata dalam hati. "Ah...biarkan saja mereka, ini malam terakhir aku bertapa, besok aku akan mencapai cita citaku itu. Jika kuhentikan tapaanku maka aku akan gagal meraih cita citaku". Setelah mengambil keputusan itu, ia melanjutkan pertapaannya. Karena merasa tidak diacuhkan oleh pertapa pertama maka si wanita tersebut melangkah kerumah sebelah. Mendengar ketukan dan permintaan minta tolong dari wanita itu, pertapa kedua tersentuh hatinya.

Dia berpikir, "Meskipun wanita ini adalah orang jahat yang ingin menggangguku, aku akan tetap menolongnya, kasihan sekali si bayi dan ibunya, yang pasti sangat menderita. Aku akan segera menolongnya". Dia berhenti bertapa dan membuka pintu. Di luar, si Ibu dan bayinya sedang menggigil kedinginan dan hujan turun dengan lebatnya. Segera si pertapa kedua mempersilakan si Ibu dan bayinya masuk. Pertapa pertama yang mendengar tindakan kawannya itu, berkata : "Tolol ! Untuk apa dia menyia-nyiakan tapanya yang dilakukan sekian tahun lamanya, hanya untuk menolong seseorang  yang tidak dikenal". Pertapa kedua menjamu si Ibu dan bayinya dengan sepenuh hati.

Dengan penuh cinta kasih dan belas kasihan, dia memberikan makanan yang ada dan juga minuman yang hangat. Si Ibu sangat berterima kasih kepada si pertapa kedua. Setelah menyantap hidangan yang disuguhkan, si Ibu meminta air hangat untuk membersihkan bayinya. Permintaan itu disediakan dengan senang hati. Melihat hal ini, si Ibu sangat kagum dan berkata : "Saya tahu anda berhenti bertapa demi kami. Saya akan membalas budi baik anda yang sedemikian besar. Besok pagi, basuhlah muka anda dengan air hangat sisa air mandi anak saya". Kemudian, malam itu juga si pertapa kedua tertidur nyenyak.

Ke-esokan harinya, si pertapa tidak melihat si Ibu dan bayinya. Namun ia teringat akan pesan wanita itu. Lalu mukanya dibasuh dengan air hangat, sisa dari yang diberikan pada bayi si wanita. Setelah membasuhnya dengan air tersebut, tiba tiba wajahnya memancarkan kewibawaan dan keagungan. Ia mendapatkan cita cita nya. Dengan penuh suka cita, dia pergi ke rumah tetangganya yaitu pertapa pertama. Saat itu, pertapa pertama sedang merenung karena cita citanya tidak tercapai. Namun, begitu melihat temannya datang dengan muka dan badan yang basah, pertapa pertama segera mengerti bahwa wanita yang datang kemarin adalah untuk mengujinya.

Ternyata, untuk menjadi orang yang bijaksana, berwibawa dan penuh keagungan, bukan hanya diraih dengan bertapa tetapi juga harus mendahulukan kepentingan orang lain dan jiwa manusia. Sang Buddha menekankan bahwa searing berbuat baik, senang berdana, berprilaku yang terpuji dan suka menolong orang yang susah adalah inti dari kebahagiaan. "Disini, di dunia ini, orang harus berlatih dengan cermat untuk menyempurnakan kebajikan moral; karena kebajikan moral bila dikembangkan dengan baik akan menghantarkan semua keberhasilan ke dalam genggaman".

* THERAGATA 608.



IV. TOLERANSI YANG TANPA KEMELEKATAN



Pada suatu waktu di Nalanda, seorang terkemuka dan kaya-raya yang bernama Upali, siswa Nigantha Nataputta (Jaina Mahavira) yang termashur, dikirim oleh gurunya untuk menemui Sang Buddha dengan maksud berdebat tentang beberapa bagian tertentu dari Hukum Karma yang berbeda dengan pandangan Mahavira tersebut. Tetapi, di luar dugaan, pada akhir perdebatan Upali memperoleh keyakinan bahwa pandangan Sang Buddha-lah yang benar dan pandangan Gurunya sendiri yang salah. Oleh karena itu, ia mohon kepada Sang Buddha untuk menerimanya sebagai seorang Upasaka.

Tetapi, Sang Buddha memperingatkan Upali untuk menimbang lagi secara tenang dan jangan terburu nafsu karena Upali adalah seorang yang terkemuka di kota itu. Setelah Upali menimbang-nimbang dan kemudian tetap memohon untuk dapat diterima sebagai upasaka, maka diterimalah permohonan itu disertai syarat agar Upali tetap memberikan penghormatan dan dana kepada Gurunya yang lama

* UPALI-SUTTA, MAJJHIMA NIKAYA 56.



Sebuah rakit untuk menyeberang ke pantai yang aman. "O Bhikkhu, ada orang yang melakukan perjalanan. Pada suatu ketika ia tiba di pantai laut. Di sebelah sini pantainya berbahaya, tetapi dipantai lain aman dan tidak ada bahaya apapun. Tidak ada kapal yang pergi ke pantai seberang sana yang aman dan sentosa dan juga tidak ada jembatan untuk dipakai menyeberang. Ia berkata kepada dirinya sendiri : "Lautan ini lebar dengan pantai di sebelah sini yang penuh dengan mara bahaya, tetapi pantai di seberang sana aman dan sentosa. Tidak ada kapal yang berlayar ke pantai sana dan juga tidak ada jembatan yang dapat dipakai untuk menyeberang.

Alangkah baiknya kalau aku mengumpulkan rumput, kayu, tangkai-tangkai dan daun-daun untuk membuat sebuah rakit dan dengan pertolongan rakit itu aku akan menyeberang ke pantai sana dengan menggunakan tangan dan kakiku." Orang ini, O Bhikkhu, lantas mengumpulkan rumput, kayu, tangkai-tangkai dan daun-daun untuk membuat sebuah rakit dan dengan pertolongan rakit itu, ia tiba dengan selamat di pantai sebelah sana dengan menggunakan tangan dan kakinya.

Tiba di seberang sana ia berfikir, rakit ini banyak menolong aku. Dengan pertolongannya aku dapat menyeberang dengan selamat dengan menggunakan tangan dan kakiku. Alangkah baiknya kalau aku menjinjing rakit itu di atas kepalaku atau menggendong rakit itu di pundakku ke mana saja aku pergi. Bagaimana pendapatmu, O Bhikkhu, apakah dengan berbuat demikian ia telah melakukan perbuatan yang benar?" "Tidak Bhante" "Bagaimana seharusnya ia berbuat setelah dengan selamat tiba di seberang sana ?. Mungkin ia berpikir : "Rakit ini telah banyak jasanya. Dengan pertolongannya, aku telah tiba di seberang sini dengan menggunakan tangan dan kakiku.

Alangkah baiknya kalau aku menarik rakit ke pantai, atau mengikatnya dan membiarkan ia terapung-apung dan aku dapat melanjutkan perjalananku". Dengan berbuat begini orang itu telah melakukan perbuatan yang benar. "O, Bhikkhu, Aku pun mengajarkan doktrin yang sama seperti rakit tersebut dan dapat dipakai menyeberang ke pantai sana tetapi bukan untuk terus diganduli. O Bhikkhu, kalau kamu mengerti dengan baik ajaran-Ku yang dapat diumpamakan sebagai sebuah rakit maka kamu seyogianya tidak lagi melekat kepada benda-benda  (hal-hal) yang tidak baik (dhamma).

ALAGADDUPAMA – SUTTA, MAJJHIMA NIKAYA 22.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: ryu on 19 November 2008, 03:43:00 PM
V.- AGAMA BUDDHA DAN BUDAYA



            Sang Buddha menyabdakannya kepada Yang Arya Bhikkhu Ananda  : "Pernahkah kau mendengar bahwa suku Vajji itu :

a) Sering berkumpul untuk mengadakan musyawarah dan berlangsung dengan lancar serta selalu dicapai kata mufakat ?

b) Dalam permusyawarahan permusyawarahannya, suku Vajji itu selalu menganjurkan perdamaian dan dalam menyelesaikan berbagai masalah yang mereka hadapi, mereka selalu dapat menyelesaikannya dengan damai ?

c) Telah menetapkan hukum hukum baru dan merubah tradisi mereka yang lama atau mereka meneruskan pelaksanaan peraturan peraturan lama yang sesuai dengan dharma (kebenaran) ?"

d) Selalu menunjukkan rasa hormat dan bhakti serta menghargai kepada orang yang lebih tua dan menganggap sangat berharga dan bermanfaat untuk selalu mengindahkan mereka ?"

e) Melarang dengan keras adanya penculikan atau penahanan wanita wanita atau gadis gadis dari keluarga baik baik ?"

f) Sangat menghormati dan menghargai tempat tempat suci mereka dan mereka dengan taat melaksanakan puja bhakti, baik di tempat suci yang ada di kota maupun yang ada di luar kota ?"

g) Melindungi serta menjaga orang orang suci dengan sepatutnya.



Bagi mereka yang belum memiliki pekerjaan diusahakan supaya memiliki pekerjaan, hidup dengan aman dan damai ?" "Demikianlah yang pernah kami dengar, bhante." "Kalau demikian halnya, perkembangan dan kemajuan suku Vajji yang kita harapkan, bukan kemundurannya."

Dari sabda Sang Buddha yang tertera diatas maka akan bisa ditarik beberapa kesimpulan bahwa suatu bangsa akan sejahtera dan maju jika :

1.- SERING MENGADAKAN MUSYAWARAH DAN MENGHASILKAN KATA MUFAKAT. Didasarkan oleh adanya keragaman "karma : perbuatan" yang telah diperbuat pada kehidupan kehidupan yang sebelumnya maka setiap orang akan mewarisi keragaman sifat dan pola pikir. Sifat dan pola pikir ini jika tidak diarahkan dengan baik dan benar maka tidaklah tertutup kemungkinan kemungkinannya bahwa dampak yang lebih dominan muncul adalah yang destruktif daripada yang konstruktif. Oleh karena itu, musyawarah yang rutin dilaksanakan dan melibatkan berbagai lapisan masyarakat dari kompetensi yang beragam, sangatlah vital peranannya agar senantiasa menghasilkan suatu kata mufakat yang arahnya konstruktif.

Bagaimanapun cemerlangnya suatu ide jika ditangani atau diputuskan secara individual, tidaklah akan memberikan hasil yang optimal karena keterbatasan wawasan dan ruang lingkup. Disamping itu, pemutusan suatu permasalahan yang tanpa adanya permusyawarahan atau pemaksaan kehendak, selain hasilnya tidak akan memuaskan, juga tidak akan didukung atau  bisa saja antipati oleh pihak pihak lain, yang mana dampak akhirnya, tiada lain adalah destruktif.

2.- SETIAP PERMUSYAWARAHAN SELALU MENGANJURKAN PERDAMAIAN. Kondisi ini akan bisa diraih jika :

2a.- Tidak mencari kelemahan kelemahan orang lain. "Nobody is perfect !" Tetapi yang dicari adalah kelebihan kelebihan orang lain. Seandainya ada kelemahannya, janganlah dipojokkan tetapi diarahkan atau dibimbing, yang sifatnya adalah "sharing" pengalaman dan bukan mengajar.

2b.- Tidak fanatik atau rasialis. Realitanya, baik tidaknya diri seseorang, tidaklah pantas ditinjau dari etnis, agama, bahasa, jenis kelamin atau aliran yang dianut tetapi adalah kontribusinya. Jika kontribusinya senantiasa positif, pantaskah disingkirkan ? Atau sebaliknya, logiskah di prioritaskan jika kontribusinya selalu negatif ?

3.- TIDAK MERUBAH TRADISI DAN MENERUSKAN PELAKSANAAN PERATURAN PERATURAN YANG LAMA, YANG SESUAI DENGAN KEBENARAN. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu dan bisa menghargai serta melestarikan tradisinya. Karena tradisi adalah cerminan atau identitas diri bagi seseorang. Tanpa adanya tradisi, tidaklah mungkin (seseorang) akan "bisa" mengetahui latar belakangnya dan tidaklah tertutup kemungkinannya, bahwa dia akan merasa asing bagi dirinya sendiri.

Jadi, tradisi, haruslah dipertahankan. Seandainya perlu pengadaptasian, haruslah berpedoman kepada kebenaran.

4.- BERBHAKTI, MENGHARGAI DAN MENGHORMATI ORANG ORANG YANG LEBIH TUA. Dikarenakan oleh adanya pengalaman maka segala sesuatunya akan semakin mudah direalisasikan, contohnya : pembuatan alat alat elektronik.

Dalam hal ini, tidaklah mungkin akan bisa menghasilkan elektronik yang canggih jika tanpa adanya landasan pengalaman yg lalu (pernah buat). Demikian juga halnya dengan kondisi yang dialami disaat ini. Tanpa adanya kontribusi dari orang orang yang lebih tua, tidaklah mungkin akan "bisa" meraih yang lebih baik. Didasarkan oleh hal ini maka sudah seharusnya bahwa orang orang yang lebih tua dihargai dan dihormati.

5.- TIDAK MENGHALALKAN KEKERASAN. Segala bentuk kekerasan, yang arahnya pemaksaan kehendak, pastilah berefek destruktif. Hal ini, haruslah dicegah atau dihindari sedini mungkin. Penakluk sejati adalah orang yang mampu menaklukkan orang orang secara psikologi, yang tanpa adanya kekerasan atau pertumpahan darah. Di samping itu, tidak menimbulkan ekses ekses negatif, misalnya : kebencian, dendam atau antipati. Dan tidaklah tertutup kemungkinannya bahwa si tertakluk suatu saat akan bersedia kerjasama atau dijadikan partner. Inilah penaklukkan yang sesungguhnya, yang konstruktif dua arah, baik bagi si penakluk maupun si tertakluk.

6.- MENGHARGAI DAN MENGHORMATI TEMPAT TEMPAT SUCI SERTA TAAT MELAKSANAKAN PUJA BHAKTI. Dalam hidup ini, jika kekayaan materi tidak diimbangi dengan kekayaan bathin maka bisa saja menyebabkan  :

6a.- Stress dikala bertemu dengan yang dibenci atau berpisah dengan yang dicintai.

6b.- Gila karena ketidakmampuan menerima kerealitaaan yang terjadi, misalnya : bangkrut.

6c.- Frustasi karena tidak dihargai setelah berbuat baik. Begitu juga sebaliknya, jika kekayaan bathin tidak diiringi dengan kekayaan materi maka bisa saja menyebabkan seseorang senang atau suka melakukan KKN, manipulasi atau melakukan aneka ragam tindakan tercela. Atau bagaimanapun baiknya (kaya bathin) seseorang jika perutnya senantiasa lapar dan tidak ada "dana" sama sekali untuk memenuhinya maka pikirannya akan selalu terfokus kepada "perut" nya. Di kondisi ini, mungkinkah dia memikirkan orang lain ?

Didasarkan oleh hal ini, kekayaan materi dan bathin, haruslah "balance" agar terbebas dari hal hal yang sifatnya negatif.

7.- MENJAGA DAN MELINDUNGI ORANG ORANG YANG "SILA : MORAL" NYA BAIK. Cara melindungi dan menjaganya adalah

a)      Bagi kaum perumah tangga, berikan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensinya.

b) Bagi kaum non perumah tangga (bhikshu/bhikshuni), kebutuhan sandang pangannya dipenuhi, misalnya : kuti (tempat tinggal), civara (jubah), ahara (makanan) dan bhesajja (0bat obatan). "Dadamano piyo hoti : mereka yang suka memberi; niscaya akan dicintai". KHUDDAKAPATHA 35. Kesejahteraan dan kemajuan suatu bangsa, sangatlah ditentukan oleh bangsa itu sendiri dan alangkah ironisnya jika ada bangsa lain yang mau murni "care" atas kesejahteraan dan kemajuan bangsa lain.

Didasarkan oleh hal ini agar kesejahteraan dan kemajuan itu berhasil diraih maka

a) Rutin dan seringlah musywarah untuk mendapatkan suatu kata mufakat. Melalui mufakat ini akan diketemukan kiat kiat terbaik, untuk menggapai hal hal yang sifatnya konstruktif.

b) Setiap permusyawarahan yang diadakan, arahnya haruslah damai.

c) Mempertahankan tradisi yang berlandaskan pada kebenaran.

d) Berbhakti, menghargai dan menghormati orang orang yang lebih tua.

e) Tidak menghalalkan kekerasan. Di era modernisasi ini, segala sifat yang arahnya primitif, yang membenarkan hukum rimba (Siapa yang kuat maka dialah yang menang), haruslah disingkirkan.

f) Menghargai dan menghormati tempat tempat suci serta taat melaksanakan puja bhakti.

g) Menjaga dan melindungi orang orang yang ber "sila : moral" baik.



KESIMPULAN :

            Buddha dharma yang dibabarkan oleh Sang Buddha Gautama, intinya adalah cinta kasih, kasih sayang dan toleransi yang tanpa adanya niat niat terselubung. Jika dilaksanakan dengan baik dan benar maka akan menimbulkan kebahagiaan, baik di kehidupan ini maupun mendatang. Didasarkan oleh intinya ini maka penyebaran Buddha Dharma akan senantiasa menyatu dengan

budaya dan adat istiadat setempat.

Di Indonesia, agama Buddha dikenal dengan ciri khas ke-indonesian-nya dan di Thailand, agama Buddha juga di kenal dengan agama Buddha ke-thailand-an. Sedangkan di Jepang, juga dikenal dengan agama Buddha ke-jepang-an. Itulah salah satu keunikan dari agama Buddha, yang kehadirannya dimanapun juga, tidak akan mempengaruhi atau merubah budaya atau adat istiadat setempat.



Dalam kitab suci Anguttara Nikaya, Sang Buddha menyabdakan bahwa beberapa keinginan manusia biasa yang wajar yaitu :

1.      Semoga saya menjadi kaya dan kekayaan itu terkumpul dengan cara yang benar dan pantas.

2.      Semoga saya beserta sanak keluarga dan kawan-kawan dapat kedudukan sosial yang tinggi.

3.      Semoga saya selalu berhati-hati di dalam kehidupan ini, sehingga saya dapat berusia panjang.

4.      Apabila kehidupan dalam dunia ini telah berakhir, semoga saya dapat dilahirkan kembali di alam kebahagiaan (surga). "Dalam dunia ini, siapapun yang dikuasai oleh nafsu keinginan rendah dan beracun, pen­de­ritaannya akan bertambah seperti rumput Birana yang tumbuh dengan cepat karena disirami dengan baik. Tetapi barang siapa yang dapat mengatasi nafsu keinginan yang beracun dan su­kar dikalahkan itu maka kesedihan akan berlalu dari dirinya seperti air yang jatuh dari daun te­ra­tai".*

Kesemua keinginan ini akan bisa terpenuhi dengan baik jika kehidupan ini senantiasa dilalui dengan kebajikan. "Kamu sendiri harus melakukan pekerjaan itu, sebab Sang Tathagata (Sang Buddha) hanya sebagai penunjuk Jalan"**.

* TANHA VAGGA XXIV : 335 – 336.

** MAJJHIMA NIKAYA 107
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: rika on 19 November 2008, 03:43:27 PM
kalo mo ikut petisi boleh ga.... dapet hadiah apa  ??? ???

SURGA ya......
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: ryu on 19 November 2008, 03:44:03 PM
Filosofi Kerukunan dalam Pemikiran Cendikiawan Buddhis.



Pdt. Albert  Kumala, S.Ag.



Dalam negara Pancasila ini yang bukan negara agama dan negara sekuler, kebebasan beragama dan kerukunan hidup umat beragama yang berjiwa toleransi positip mendapatkan tempat. Dari rumusan pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945, dinyatakan bahwa negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Dalam arti ini, negara tidak hanya melindungi dan memberikan kebebasan, tetapi juga memberikan bantuan dan dorongan kepada pemeluk agama untuk memajukan agamanya masing-masing. Kehidupan beragama di Indonesia tercermin pada eksistensi lima agama besar, yaitu: Islam, kr****n protestan, Katholik, Hindu dan Buddha. Tata organisasi dan tradisi pelembagaan agama-agama itu merupakan potensi dan kekayaan yang besar bagi pembinaan mental dan spritual bangsa, dan sekaligus menjadi jembatan untuk memasyarakatkan pembangunan dalam bahasa agama yang dipahami oleh masyarakat. Umat Buddha yang berada di negara Indonesia yang berdasarkan Pancalisa ini juga berkepentingan untuk turut mewujudkan kerukunan hidup beragama dengan sebaik-baiknya. Untuk itu umat Buddha hendaklah selalu  berpedoman kepada Buddha Dhamma dan tidak meninggalkan budaya kehidupan beragama yang penuh toleransi, sebagai mana kita mengikuti Cendikiawan Buddhis yang telah mendunia atas filisofi hidupnya yang tertulis dalam "Piagam Piyadassi (yang penuh kemanusiaan)" dari raja Ashoka sebagai berikut "Dalam memberikan penghormatan kepada agamanya sendiri, janganlah sekaji-kali mencemoohkan atau menghina agama-agama lainnya. Dengan berbuat demikian selain membuat agamanya sendiri berkembang, juga akan memberikan bantuan kepada agama-agama lainnya berkembang. Jika berbuat sebaliknya,  kita menggali lubang kubur untuk agama kita sendiri disamping juga mencelakakan agama lain.. Barang siapa menghormati agama sendiri, tetapi menghina agama lainnya dengan berpikir bahwa berbuat demikian adalah telah melakukan suatu yang baik sebagai pemeluk agama yang taat, hal ini malahan akan berakibat sebaliknya, yaitu akan menghancurkan agama sendiri".  Pada kesempatan lain Raja Asoka yang bijaksana berkata "Aku tidak semata-mata puas hanya dengan melakukan pekerjaan berat dan menjalankan tugas-sehari-hari negara. Aku yakin tugasku yang utama adalah kesejahteraan seluruh dunia. Bekerja keras dan menjalankan tugas sehari-hari negara hanyalah dasar tugas itu" Firman Batu Karang Keenam Raja Asoka.   Jadi "Jelas sekali bahwa setiap orang membutuhkan kerukunan dan kedamaian hidup, pertanyaannya adalah, bagaimana meraihnya. Dengan amarah, kita tidak akan mendapatkannya, tetapi melalui kebaikan, cinta, kemurahan hati, kita bisa mendapatkan semuanya" Dalai Lama :The Dalai Lama: A Policy of Kindness, hl.51.



   Menilik dari sejarah perkembangan agama Buddha di dunia  dari literature tulisan Huan Tsang bahwa pada masa pemerintahan raja Harsha di India (606-647) telah mempraktekkan sifat-siafat bangsa Arya sejati, yaitu rasa toleransi yang tinggi dalam penguasaannya untuk kedamaiaan agama Brahma dan Buddha dimana semua agama pada masa itu  mendapatkan perlindungan resmi dari raja, Kemudian pada masa pemerintahan raja Kittisiri Rajaseha (1747-1781) telah terjadi kedamaiaan antara agama agama di India yang terbagi menjadi banyak aliran-aliran. Pada saat itu Raja menetapkan peraturan –peraturan tentang agama dan aliran (sekte) yang melibatkan tokoh-tokoh agama dari negara lain yang memahami agamanya dengan mendalam. Raja memiliki prinsip dalam kepemimpinannya "Kita tidak menjadi terhormat karena mencelakai, kita mendapatkan nama karena berbuat baik  kepada semua orang tanpa perbedaan".



Sepanjang sejarah perkembangan agama Buddha di Cina memberikan gambaran toleransi yang mendalam, bahwa agama Buddha hidup berdampingan dengan Filsafat etika (moral) dari Kong Hu Chu atau Confusius (551-479 s.M) yang mengajarkan "Jen" sebagai azas kesatuan, Mencius (sekitar 372-289 s.M) dengan konsep "Yi" serta filsafat yang di anut rakyat Cina masa itu  pada ajaran Hsun Tzu (306-212) dan Lao Tzu (575-485 sM) Seorang Biksu Vimalakirti dipuji oleh semua tokoh agama dan Budaya dengan dengan kalimat  " Ia menguasai kearifan tentang kebenaran yang sejati, ia amat pandai menjelaskan kerukunan dan damai dengan lawannya. Kearifannya tidak berkesudahan, kebijaksanaannya tidak dapat dibendung" Sutra Vimalakirtinirdesha 5.



Dalam pertemuan besar, Dalai Lama di Amerika Serikat menyatakan "Saya kira, ini pertama kalinya saya berjumpa dengan sebagian besar anda. Tetapi bagi saya, entah kawan lama atau kawan baru, tak banyak bedanya karena saya selalu percaya bahwa kita sama, kita semua sama-sama manusia. Tentu saja, mungkin ada perbedaan latar belakang budaya atau gaya hidup, mungkin ada perbedaan keyakinan, atau mungkin ada perbedaan  warna kulit. Tetapi kita sama-sama manusia, yang terdiri atas tubuh dan pikiran. Struktur fisik kita sama, dan pikiran serta emosi kita juga sama. Di mana pun saya bertemu dengan orang lain, saya selalu punya perasaan bahwa saya sedang berhadapan dengan seorang manusia yang sama seperti diri saya sendiri. Saya merasa jauh lebih mudah berkomunikasi dengan orang lain pada tataran seperti itu. Andaikata saya menekankan karakteristik khusus, misalnya bahwa saya orang Tibet atau saya orang Buddhis, perbedaan akan tampak. Tetapi hal-hal itu bersifat sekunder. Kalau kita bisa menyisihkan perbedaan-perrbedaan itu, saya kira kita dapat mudah berkomunikasi, bertukar gagasan, dan berbagi pengalamana."
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: ryu on 19 November 2008, 03:44:16 PM
   Buddhisme mengakui bahwa peraturan, hukum dan rumusan hak masyarakat telah menciptakan ketertiban dalam masyarakat yang mungkin sebelumnya kacau tak terkendali. dimana peraturan-peraturan tersebut membantu meningkatkan kesejahteraan baik individu maupun kolektif. Namun betapapun bermanfaatnya ini, Buddhisme berpandangan bahwa peraturan, hukum, pegangan hukum, dan rumusan hak yang dibuat manusia hanyalah berupa kebenaran (realitas) sekunder. Kecuali kalau mereka berlandaskan prinsip-prinsip "Dharma" (hukum alam, realitas sesungguhnya, sebab akibat yang benar), serta telah diselami oleh orang-orang yang memiliki pemahaman mendalam atas prinsip-prinsip demikian. Bila tidak, pengembangan kualitas manusia  yang bermakna serta ihwal hidup berdampingan secara damai di antara sesama manusia baik secara lokal maupun global, tampaknya takkan tercapai terutama dalam lingkungan di mana demokrasi telah menciptakan ketegangan di antara beragam unsur yang sifatnya multi dimensi dan oleh karena itu sangat memerlukan rasa kebersamaan masyarakat. Menurut Buddhisme ada dua tingkat relaitas : sosial dan hakiki, di mana keduanya memiliki hubungan kausal dan hukum tersendiri. Realitas hakiki berlaku di mana saja, keberadaannya tidak bergantung pada umat manusia, tetapi dapat diselami melalui kebijaksanaan manusia (panna). Realitas sosial, di pihak lain, merupakan konstruksi manusia dimana pengertian dan pelaksanaannya bergantung pada kesepakatan di antara orang-orang yang menciptakannya. Karena umat manusia baik secara individu maupun secara kelompok tidak dapat hidup terpisah dari alam, oleh karena itu salah satu persyaratan untuk memperoleh tatanan sosial yang efektif adalah mempelajari hukum-hukum di alam atau lingkungan serta secara bijaksana menerapkannya dalam penciptaan atau perancangan peraturan, hukum dan rumusan hak masyarakat. Kalau kontruksi sosial ini tidak berlandaskan hukum-hukum alam, maka tatanan sosialnya bukan hanya akan memiliki cacat tetapi juga menjadi dangkal dan tidak berarti. Hidup di dalam lingkungan demikian, orang-orang pasti akan merasa terasing, terkucil, putus asa atau tertekan, sehingga mungkin mereka akan kehilangan vitalitas dan kesanggupan untuk mengambil tindakan bagi perbaikan hidup maupun lingkungan mereka. Oleh karena itu, esensi peraturan, hukum dan rumusan hak sosial harus secara terus menerus dinilai kembali. Dan tolok ukurnya adalah hukum-hukum alam.



   Makiguchi berpendapat, "Aku tidak hanya menunjukkan jalan dengan jari saja, sebaliknya dengan sikap menghormat kepada semua orang, merentangkan tangan dengan pantas, aku akan menunjukkan jalan kedepan"(Bodhicharyavatara 5.94.).  Kemudian di dalam Dhammapada 204 di katakana " Kesehatan adalah karunia terbesar, kerukunan adalah kekayaan terindah, keyakinan adalah pengikat terkuat, nirvana adalah kebahagiaan tertinggi"



Pendeta Cina Miao-Lo (718-782), pemimpin kesembilan dari Sekte T"ien t'ai menulis bahwa, "manusia takut akan sanksi social dan bersuka cita apabila dibenarkan, yang berarti bahwa manusia mengetahui adalah penaralan bekerja dalam masyarakat.... Masyarakat, sebagai mana pribadi manusia, harus diakui memiliki kegiatan mental: kebijakan, emosi, gagasan yang bersifat jiwa social. Jiwa kemanusiaan memperhalus sifatnya, akan terdapat kemungkinan untuk hidup dalam kedamaiaan dan kebahagiaan yang lengkap, pribadi- pribadi dalam alam kemanusiaan ini menempati tempat bermukim yang sama. Pikiran kita menyatakan bahwa yang dimaksud"bumi" adalah planet bumi kita. Yang mempersatukan spritual bersama menuju persatukan umat manusia.Termasuk hasrat-hasrat  untuk hidup dan dorongan-dorongan hati lain yang diperlukan untuk mempertahankan hidup saling percaya, mengasihi, memahami, dan menghidupi cita-cita yang kita yakini bersama. Kemudinan kita membutuhkan kaidah dan cara berpikir social yang sebagai manusia dapat kita setujui bersama serta di atas semua, kita harus mempunyai kendali tertentu atas hasrat manusia itu"



Akhir dari tulisan ini saya mengambil tulisan Prof. Toynbee dalam Hidup mutiara penuh rahasia karangan Daisaku Ikeda.1990, menyatakan  "bahwa:  adanya penghidupan secara bersama, merupakan himpunan kearifan dalam ajaran agama-agama yang luhur, berasal dari pemikir terdahulu yang mencari kemanunggalan hidup dengan kenyataan spritual yang tercerahkan".
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: ryu on 19 November 2008, 03:45:06 PM
lumayan tuh PR bacaan :)) :)) :)) :)) :)) :)) :)) :)) :)) :)) :)) :)) :)) :)) :)) :)) :)) :)) :)) :)) :)) :)) :)) :))
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: rika on 19 November 2008, 03:46:28 PM
wah ryu blom baca jg udah mabok kale....
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Chandra Rasmi on 19 November 2008, 03:47:11 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 03:33:47 PM
[at] Chandra

????? gak ngerti  ^:)^


tapi ngomong2 gmana petisinya? mo ikut gak?

kalo gak mao juga gak papa kok



yah udahlah kalo kagak ngerti....

saya tidak ikut... thanks...

buatlah petisi yang lebih berarti...

misalnya, setujukah anda semua agama, suku, apapun itu, sama-sama hidup saling tolong menolong?? kalo setuju, mari kita lakukan...



[at] ko ryu....

wadohh.. kagak ada PR yang lebih pendek nich?? puanjanggg bangetttttttttttt
minus w bisa tambah nihh...
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Riky_dave on 19 November 2008, 03:54:16 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 10:39:14 AM
Buddha Dhamma,

kenapa gak Dhamma saja toh Buddha adalah bagian dari Dhamma
Lho?Buddha bukan bagian dari Dhamma!!
Buddha itu adalah Dhamma(Kebenaran) ... :)

Salam hangat,
Riky
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 04:02:24 PM
 [at] ryu

trim sudah nambahin, info dan koreksinya

yup, saya keliru saat menyatakan harus mengambil semua daun untuk menjadi arahat.
tapi saya iyakan jika tujuan untuk menjadi arahat itu hanyalah untuk mencapai pelepasan

tetapi saya tidak melihat sisa bacaan yang lainnya yang menyangkut langsung ke topik saya
"Buddhisme bukan agama"

dan sisa tulisan yang laen buat siapa ya???? buat si bond kali ya?
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 04:03:14 PM
Quote from: Riky_dave on 19 November 2008, 03:54:16 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 10:39:14 AM
Buddha Dhamma,

kenapa gak Dhamma saja toh Buddha adalah bagian dari Dhamma
Lho?Buddha bukan bagian dari Dhamma!!
Buddha itu adalah Dhamma(Kebenaran) ... :)

Salam hangat,
Riky

coba pelan pelan lagi bacanya Rick
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Riky_dave on 19 November 2008, 04:06:26 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 01:01:36 PM
[at] Indra

saya tidak peduli apakah anda kompeten dan menjawab bagaimana mencarinya

berikut saya copast lagi goal dari Thread saya

"Ujung dari Post ini saya harap kita dapat membuat Petisi untuk merubah dan menginformasikan kepada rekan2 Buddhis yang lain bahwa :

1. Buddhisme bukanlah suatu agama, melainkan suatu pandangan filosofi saja.
Buddhisme yang mana ini?Jadi bingung saya,maklum umat awam ni...Setahu saya Ajaran Buddha bukanlah Agama,jika Buddhisme dinamakan agama Buddha(mungkin2 saja...),seperti Christian dinamakan sebagai agama kr****n(lebih tepatnya beragama kr****n mungkin?)

Quote2. Agama Buddha, bukan berarti kita terBoundary pada suatu lingkup kecil apa yang Buddha Gautama/ aliran lain seperti Buddha Maitreya ajarkan, karena Buddhisme lebih luas dari pada itu
dan Buddhisme bukan suatu Agama yang dapat dijadikan sangat Sakral.
Ajaran Buddha tetap hanya Dukkha dan akhir dukkha,dan saya setuju Ajaran Buddha seharusnya tidak "Disakralkan" tapi kalau Agama itu urusan departemen agama,bukan urusan kita... :)

_/\_

Salam hangat,
Riky
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 04:06:46 PM
Quote from: rika on 19 November 2008, 03:43:27 PM
kalo mo ikut petisi boleh ga.... dapet hadiah apa  ??? ???

SURGA ya......

heeheh........ :)) apa anda pikir saya orang yang dapat menjanjikan SURGA bagi anda...??????
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: rika on 19 November 2008, 04:08:57 PM
[at] atas

kalo dilihat dari cara kerja anda sih bisa yah...
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Riky_dave on 19 November 2008, 04:10:23 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 04:03:14 PM
Quote from: Riky_dave on 19 November 2008, 03:54:16 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 10:39:14 AM
Buddha Dhamma,

kenapa gak Dhamma saja toh Buddha adalah bagian dari Dhamma
Lho?Buddha bukan bagian dari Dhamma!!
Buddha itu adalah Dhamma(Kebenaran) ... :)

Salam hangat,
Riky

coba pelan pelan lagi bacanya Rick
Pada bagian mana yang harus saya baca dengan "pelan2" lagi saudaraku?
Buddha adalah Dhamma,Dhamma adalah Buddha,melihat Dhamma sama saja dengan melihat Buddha...
Jika dibilang Buddha adalah bagian Dhamma itu dapat diasumsikan bahwa Dhamma itu luas  bukan mencakup Buddha belaka,dengan begitu bisa disimpulkan Buddha tidak tercerahkan oleh karena dia adalah bagian dari "Kebenaran"(dhamma) bukan Dhamma itu sendiri.... :)

_/\_
Salam hangat,
Riky
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 04:12:24 PM
 [at] All

sekali lagi dengan rendah hati, saya ungkapkan
di Indonesia ada pengertian tentang Agama adalah sebagai berikut

http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php
coba kata kunci agama

lalu

ada Bhikkhu yang mengatakan sebaliknya dari pengertian tersebut
berikut linknya
http://www.aimwell.org/assets/honourthyfathers.zip

nah, kita sudah terbiasa memahami Buddha adalah Agama (bahkan seharunnya saya tidak mengatakan Buddha, tetapi Buddhisme) karena kita terbiasa panggilan "Agama Buddha" dimana hal ini memberikan pengertian salah bagi kebanyakan masyarakat pada umumnya.....

begitu loh...... gak ada maksud memaksa kok........
kok malah menganggap saya offensif, justru daritadi saya malah di Offensif terus ma kalian2.


Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 04:14:20 PM
Quote from: rika on 19 November 2008, 04:08:57 PM
[at] atas

kalo dilihat dari cara kerja anda sih bisa yah...

wah.... kalau begitu, saya tekankan bahwa saya tidak dapat menjanjikan SURGA,,
supaya orang laen yang berfikiran sama dengan Rika, harap mengerti juga kalau saya tidak dapat menjanjikan SURGA.

kelupaan::
dan juga orang laen,(saya takut anda akan dimanfaatkan orang lain)
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Riky_dave on 19 November 2008, 04:16:27 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 04:14:20 PM
Quote from: rika on 19 November 2008, 04:08:57 PM
[at] atas

kalo dilihat dari cara kerja anda sih bisa yah...

wah.... kalau begitu, saya tekankan bahwa saya tidak dapat menjanjikan SURGA,,
supaya orang laen yang berfikiran sama dengan Rika, harap mengerti juga kalau saya tidak dapat menjanjikan SURGA.

kelupaan::
dan juga orang laen,(saya takut anda akan dimanfaatkan orang lain)
Hehehe,anda tidak perlu takut "rika" bisa dimanfaatkan oleh orang lain,mungkin saja dia adalah salah 1 "penunggu" forum ini... :)
Mungkin benar mungkin salah..entahlah... :))

Salam hangat,
Riky
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 04:20:54 PM
 [at] Ricky
habis anda bilang
"Lho?Buddha bukan bagian dari Dhamma!!"

kan saya gak bilang gitu, cuma bilang
"Buddha adalah bagian dari Dhamma"

makanya saya bilang kepada anda tuk membaca lagi.

Buddha disini maksud saya adalah Gelar bagi ................

tetapi pada kalimat saya yang
""Buddha adalah bagian dari Dhamma"
saya generealisasi sebagai "ajaran dari Buddha Gautama"
dan "ajaran dari Buddha Gautama" ini juga sudah diamini sang Buddha Gautama sendiri memang bagian dari Dhamma di Simsapa Sutta seperti yang dek ryu berikan
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Riky_dave on 19 November 2008, 04:25:24 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 04:20:54 PM
[at] Ricky
habis anda bilang
"Lho?Buddha bukan bagian dari Dhamma!!"
kan saya gak bilang gitu, cuma bilang
"Buddha adalah bagian dari Dhamma"
Beda kedua kalimat yang saya boldkan apa ya? :)
Mohon bimbingannya...


QuoteBuddha disini maksud saya adalah Gelar bagi ................
Lantas apa hubunganya antara Buddha(gelar) adalah bagian dari Dhamma(kebenaran)? :)

Quotetetapi pada kalimat saya yang
""Buddha adalah bagian dari Dhamma"
saya generealisasi sebagai "ajaran dari Buddha Gautama"
Maksud anda?Buddha adalah bagian dari Dhamma=Ajaran Dari Buddha gautama?koq saya rasa tidak nyambung? Mohon bimbingannya sekali lagi... :)

Quotedan "ajaran dari Buddha Gautama" ini juga sudah diamini sang Buddha Gautama sendiri memang bagian dari Dhamma di Simsapa Sutta seperti yang dek ryu berikan
Tolong dikasih ke saya referensi suttanya? :)

Salam hangat,
Riky
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: ryu on 19 November 2008, 04:35:11 PM
Good ricky, truskan yak :)) jawab dan tanya trus si hatred supaya puas :))
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 04:45:48 PM
Once the Blessed One was staying at Kosambi in the simsapa1 forest. Then, picking up a few simsapa leaves with his hand, he asked the monks, "What do you think, monks: Which are more numerous, the few simsapa leaves in my hand or those overhead in the simsapa forest?"

"The leaves in the hand of the Blessed One are few in number, lord. Those overhead in the simsapa forest are more numerous."

"In the same way, monks, those things that I have known with direct knowledge but have not taught are far more numerous [than what I have taught]. And why haven't I taught them? Because they are not connected with the goal, do not relate to the rudiments of the holy life, and do not lead to disenchantment, to dispassion, to cessation, to calm, to direct knowledge, to self-awakening, to Unbinding. That is why I have not taught them.

"And what have I taught? 'This is stress... This is the origination of stress... This is the cessation of stress... This is the path of practice leading to the cessation of stress': This is what I have taught. And why have I taught these things? Because they are connected with the goal, relate to the rudiments of the holy life, and lead to disenchantment, to dispassion, to cessation, to calm, to direct knowledge, to self-awakening, to Unbinding. This is why I have taught them.

"Therefore your duty is the contemplation, 'This is stress... This is the origination of stress... This is the cessation of stress.' Your duty is the contemplation, 'This is the path of practice leading to the cessation of stress.'"


selamat menikmati.. saudaraku :)
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: gajeboh angek on 19 November 2008, 04:53:23 PM
Quote"Therefore your duty is the contemplation, 'This is stress... This is the origination of stress... This is the cessation of stress.' Your duty is the contemplation, 'This is the path of practice leading to the cessation of stress.'"

Setuju. Bukan this is religion, this is not religion.

_/\_
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Indra on 19 November 2008, 04:56:47 PM
Quote from: karuna_murti on 19 November 2008, 04:53:23 PM
Quote"Therefore your duty is the contemplation, 'This is stress... This is the origination of stress... This is the cessation of stress.' Your duty is the contemplation, 'This is the path of practice leading to the cessation of stress.'"

Setuju. Bukan this is religion, this is not religion.

_/\_

=)) Karuna jadi lucu sejak naik gaji =))
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 04:59:24 PM
 [at] karuna_murti

anda setuju kalau buddhism is not religion kan?

[at] all

oke mungkin mengajukan Buddhism adalah bukan Agama mungkin terlalu extereme bagi kalian,

jadi saya akan merubah goal saya dengan mengajak rekan2 buddhis sekalian yang percaya bahwa Buddhism bukan Religi/Agama, untuk terus mengingatkan kepada mereka yang menganggap seperti itu. jadi tidak usah ngumpulin petisi2 yang akan dibawa ke dewan WALUBI untuk diajukan ke Menteri Agama.

bagaimana?
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: bond on 19 November 2008, 05:11:57 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 04:59:24 PM
[at] karuna_murti

anda setuju kalau buddhism is not religion kan?

[at] all

oke mungkin mengajukan Buddhism adalah bukan Agama mungkin terlalu extereme bagi kalian,

jadi saya akan merubah goal saya dengan mengajak rekan2 buddhis sekalian yang percaya bahwa Buddhism bukan Religi/Agama, untuk terus mengingatkan kepada mereka yang menganggap seperti itu. jadi tidak usah ngumpulin petisi2 yang akan dibawa ke dewan WALUBI untuk diajukan ke Menteri Agama.

bagaimana?

Baca yg bener om, kurang dukungan parpol ya, sampe  beropini sendiri  :))  :))
Tuh kan malah ente disuruh ke psikiater :))
Obsesi yg tak tersalurkan :))

Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: markosprawira on 19 November 2008, 05:18:26 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 04:59:24 PM
[at] karuna_murti

anda setuju kalau buddhism is not religion kan?

[at] all

oke mungkin mengajukan Buddhism adalah bukan Agama mungkin terlalu extereme bagi kalian,

jadi saya akan merubah goal saya dengan mengajak rekan2 buddhis sekalian yang percaya bahwa Buddhism bukan Religi/Agama, untuk terus mengingatkan kepada mereka yang menganggap seperti itu. jadi tidak usah ngumpulin petisi2 yang akan dibawa ke dewan WALUBI untuk diajukan ke Menteri Agama.

bagaimana?

ga extreme kok....

cuma kayanya usulnya akan jauh lebih baik kalo kita udah punya presiden yang Buddhist juga.....

jadinya bisa langsung gol tuh.......  :D
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: ryu on 19 November 2008, 05:20:31 PM
Iye bikin partai Buddhis gih :))
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 05:24:33 PM
 [at] ryu

hmmm bisa jadi topik baru neh coba deh liat liat, ntar saya buat topik nya tentang Buddhis di kancah politik
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Lily W on 19 November 2008, 05:29:40 PM
Kemarin... ada seorang peneliti politik yang mau wawancara saya soal pemerintah orba.... Saya bilang : sorri dech.... no comment ... :D

_/\_ :lotus:
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 05:30:26 PM
 [at] all

oke jadi bagaimna yang ney

"jadi saya akan merubah goal saya dengan mengajak rekan2 buddhis sekalian yang percaya bahwa Buddhism bukan Religi/Agama, untuk terus mengingatkan kepada mereka yang menganggap seperti itu. jadi tidak usah ngumpulin petisi2 yang akan dibawa ke dewan WALUBI untuk diajukan ke Menteri Agama.

bagaimana?"
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: ryu on 19 November 2008, 05:37:04 PM
Bah FYI walubi tuh aja dah kaga beres :))
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 19 November 2008, 05:38:51 PM
 [at] ryu & lilly

sudah saya buat disini http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6379.msg105686;topicseen#msg105686

Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Riky_dave on 19 November 2008, 08:34:41 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 04:45:48 PM
Once the Blessed One was staying at Kosambi in the simsapa1 forest. Then, picking up a few simsapa leaves with his hand, he asked the monks, "What do you think, monks: Which are more numerous, the few simsapa leaves in my hand or those overhead in the simsapa forest?"

"The leaves in the hand of the Blessed One are few in number, lord. Those overhead in the simsapa forest are more numerous."

"In the same way, monks, those things that I have known with direct knowledge but have not taught are far more numerous [than what I have taught]. And why haven't I taught them? Because they are not connected with the goal, do not relate to the rudiments of the holy life, and do not lead to disenchantment, to dispassion, to cessation, to calm, to direct knowledge, to self-awakening, to Unbinding. That is why I have not taught them.

"And what have I taught? 'This is stress... This is the origination of stress... This is the cessation of stress... This is the path of practice leading to the cessation of stress': This is what I have taught. And why have I taught these things? Because they are connected with the goal, relate to the rudiments of the holy life, and lead to disenchantment, to dispassion, to cessation, to calm, to direct knowledge, to self-awakening, to Unbinding. This is why I have taught them.

"Therefore your duty is the contemplation, 'This is stress... This is the origination of stress... This is the cessation of stress.' Your duty is the contemplation, 'This is the path of practice leading to the cessation of stress.'"


selamat menikmati.. saudaraku :)
Saya tidak mengerti bahasa inggris saudaraku,kalau mau membantu kata orang tua jangan tanggung2 :)
Sekalian ditranslate dong? ^^

Salam hangat,
Riky
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Riky_dave on 19 November 2008, 08:38:07 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 04:59:24 PM
[at] all

oke mungkin mengajukan Buddhism adalah bukan Agama mungkin terlalu extereme bagi kalian
Sepertinya tidak ada yang ekstrim cuma apa yang anda "ajukan" tidak masuk akal saja...:))
Muslim(islam),kr****n(kr****n),Buddha(Buddha),Hindu(Hindu),so jelas bukan?
Semuanya hanya label belaka...
Muslim = sebutan untuk orang yang beragama islam
Buddha= sebutan untuk orang yang beragama Buddha,baek dia mendalami atau hanya KTP doang.... :)

Quotejadi saya akan merubah goal saya dengan mengajak rekan2 buddhis sekalian yang percaya bahwa Buddhism bukan Religi/Agama, untuk terus mengingatkan kepada mereka yang menganggap seperti itu. jadi tidak usah ngumpulin petisi2 yang akan dibawa ke dewan WALUBI untuk diajukan ke Menteri Agama.

bagaimana?
Hehehe,keknya anda perlu belajar sedikit tentang Hukum dan Tata negara... :)

Salam hangat,
Riky
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Nevada on 19 November 2008, 09:46:27 PM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 05:30:26 PM
[at] all

oke jadi bagaimna yang ney

"jadi saya akan merubah goal saya dengan mengajak rekan2 buddhis sekalian yang percaya bahwa Buddhism bukan Religi/Agama, untuk terus mengingatkan kepada mereka yang menganggap seperti itu. jadi tidak usah ngumpulin petisi2 yang akan dibawa ke dewan WALUBI untuk diajukan ke Menteri Agama.

bagaimana?"

kalau Anda ingin 'menyadarkan' Umat Buddhis yg menganggap Buddhisme adalah suatu Agama, silahkan saja. tapi saya harap Anda tidak melakukannya dengan pemaksaan, kekerasan, intimidasi, dan atau konspirasi. Bisakah Anda menyepakatinya? Are you a man enough??
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: K.K. on 20 November 2008, 08:31:34 AM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 05:30:26 PM
[at] all

oke jadi bagaimna yang ney

"jadi saya akan merubah goal saya dengan mengajak rekan2 buddhis sekalian yang percaya bahwa Buddhism bukan Religi/Agama, untuk terus mengingatkan kepada mereka yang menganggap seperti itu. jadi tidak usah ngumpulin petisi2 yang akan dibawa ke dewan WALUBI untuk diajukan ke Menteri Agama.

bagaimana?"

Saya setuju bahwa Buddhisme memang bukan Agama (dilihat dari sudut pandang tertentu). Saya juga hargai kemauan anda. Tapi saya lebih setuju kalau mengajak orang-orang untuk TIDAK TERUSIK ketika Buddhis dibilang "agama" ataupun "bukan agama".
Pendapat orang tentang definisi agama adalah tergantung pada pengertiannya, sementara pengertian itu TIDAK BISA DIPAKSAKAN.
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Reenzia on 20 November 2008, 08:38:30 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 20 November 2008, 08:31:34 AM


Saya setuju bahwa Buddhisme memang bukan Agama (dilihat dari sudut pandang tertentu). Saya juga hargai kemauan anda. Tapi saya lebih setuju kalau mengajak orang-orang untuk TIDAK TERUSIK ketika Buddhis dibilang "agama" ataupun "bukan agama".
Pendapat orang tentang definisi agama adalah tergantung pada pengertiannya, sementara pengertian itu TIDAK BISA DIPAKSAKAN.


saya setuju kalo kita tidak perlu terusik kalo Buddhis dikatakan bukan agama

mengingat artikel yang pernah di post Om Ryu [special thanks 4 him], isi Pancasila itu ketuhanan YME, bukan Tuhan YME

Buddhis mempunyai arti ketuhanan juga, yaitu nibbana, tapi berbeda dengan persepsi umum yang menganggap Tuhan secara personal yang menciptakan dll

_/\_
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 20 November 2008, 07:49:14 PM
saya hanya mengajukan saja (i.e. mao ya sukur ga juga gak apa2)
maukah anda anda

"tidak menanggapinya dengan pemaksaan, kekerasan, intimidasi, dan atau konspirasi. Bisakah Anda menyepakatinya? Are you a man enough??"  :)

bagaimana anda terusik atau tidak kan dilihat dari pandangan sendiri kalau anda berpikir NEGATIF
maka yaa...... wajar anda TERUSIK dan saya minta maaf atas itu, tetapi sekali lagi dari sekali lagi dari sekali lagi, harap tanggapi dengan POSITIF.

dan juga sekali lagi dari sekali lagi dari sekali lagi dari sekali lagi dari sekali lagi dari sekali lagi, saya tidak memaksa. Harap baca kembali dengan kepala dan hati yang tenang.

buat ref aja:  http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6402.0
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: hatRed on 20 November 2008, 08:00:56 PM
baru liat ada pool, jadi bikin pool sekalian
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: andry on 20 November 2008, 08:04:10 PM
?
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: Riky_dave on 20 November 2008, 08:20:00 PM
Pusing,sana sini dilock... :))

Salam hangat,
Riky
Title: Re: Kenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais
Post by: g.citra on 27 November 2008, 04:52:34 AM
QuoteKenapa Buddhis, kenapa gak Dhammais

Kayaknya lebih enak disebut 'n didengernya kali ya... ;D ;D ;D