soal alkohol, guru saya bernah bilang, sedikitpun alkohol yang lewat di tenggorokan kita, itu namanya sudah kena karma buruk...
sedangkan, dalam sila pertama, bukankah ada syarat2nya baru kita bisa kena karma buruk, misalnya dengan adanya niat...
apa dengan alasan kesehatan kita meminum alkohol tersbut, kena karma buruk kah??? ??? ???
mohon pendapatnya.... ^:)^ ^:)^
:-? Kalau emank alkohol tersebut diminum dengan tujuan untuk pengobatan, bukan untuk melemahkan kesadaran, gw rasa sih gak termasuk dalam perbuatan buruk... lagian juga kalo untuk pengobatan biasanya juga kadar alkoholnya kecil sekali, mana mungkin bisa bikin mabuk...
AFAIK, anggota sangha di Tibet katanya minum secangkir kecil arak untuk menghangatkan tubuh mereka...
Quote from: meta_girl on 03 November 2008, 08:33:46 PM
soal alkohol, guru saya bernah bilang, sedikitpun alkohol yang lewat di tenggorokan kita, itu namanya sudah kena karma buruk...
sedangkan, dalam sila pertama, bukankah ada syarat2nya baru kita bisa kena karma buruk, misalnya dengan adanya niat...
apa dengan alasan kesehatan kita meminum alkohol tersbut, kena karma buruk kah??? ??? ???
mohon pendapatnya.... ^:)^ ^:)^
saya pribadi lebih melihat ke niat..
niat mengkonsumsi alkohol buat mabuk.. atau sehat (karena digunakan dalam sediaan farmasi) itu tentu menghasilkan karma yang berbeda..
kalo alkohol yg diminum dengan alasan kesehatan, namanya obat, bukan minuman keras
alkohol yang lewat di tenggorokan itu bukan kamma buruk/tidak terampil/akusala.
Kamma adalah niat/kehendak yang dilanjutkan lewat pikiran, ucapan atau perbuatan.
jadi.... kembali ke lappptooppp, apakah niatnya?
Menurut saya, meminum alkohol tidak sama dengan membunuh, mencuri, berbuat asusila atau berdusta karena meminum alkohol hanya berpotensi membuat mabuk dan kesadaran melemah. Nah setelah kesadaran melemah, orang menjadi mungkin melakukan perbuatan2 akusala. Tetapi, bbrp teman yg pernah saya jumpai, meminum hanya utk meringankan stress dan lebih bergembira, setelah meminum hanya bernyanyi-nyanyi, setelahnya tidur. Meski memang perbuatan demikian didasari akusala-cetana. Tapi, pertanyaan saya, kira2 apa kamma-phala dan kamma-vipaka dari melanggar sila ke-5 Pancasila Buddhist secara khusus dari contoh kasus di atas?
Oh ya, sekalian minta kamma-phala dan kamma-vipaka dari perbuatan melanggar sila ke-5 menurut segi Buddhisme yah.. :)
mettacitena
_/\_
sip2, tergantung niat, cewe cinta kasih.
kalau untuk menghangatkan tubuh ya uis nda apa2, tapi harap diingat hati2 ilang kewaspadaan
[at] fox: mau tanya neh..
wkt itu minum alkohol untuk menghangatkan badan (jam 3 pagi) lalau tidur..
n bangun jam 6 pagi. nah pas bangun kok bisa ilang kesadaran yah? maksudnya jadi kayak orang mabok getu.. , kok bisa? bukannya biasanya langsung efeknya?
Thx
Xuvie, teman-teman kamu sudah melanggar sila ke 5, mula-mula niat bergembira, bernyanyi2, lama-kelamaan jadi kebiasaan, dan timbul lah penderitaan, yang pasti merugikan diri sendiri, dan bisa merugikan makhluk lain.
Quote from: meta_girl on 03 November 2008, 08:33:46 PM
soal alkohol, guru saya bernah bilang, sedikitpun alkohol yang lewat di tenggorokan kita, itu namanya sudah kena karma buruk...
sedangkan, dalam sila pertama, bukankah ada syarat2nya baru kita bisa kena karma buruk, misalnya dengan adanya niat...
apa dengan alasan kesehatan kita meminum alkohol tersbut, kena karma buruk kah??? ??? ???
mohon pendapatnya.... ^:)^ ^:)^
dear sis meta,
boleh tau, guru anda itu buddhis atau non??? soalnya sepertinya dia dari non buddhis, yang mengharamkan alkohol
secara buddhis, yang terpenting adalah kembali pada diri sendiri, bukan pada objeknya.
Yang sebaiknya jangan dilakukan adalah ketagihan sehingga muncul "melekat" terus menerus.
Pun alkohol dalam jumlah berlebihan, akan menekan susunan syaraf.
Disinilah terlihat betapa "dewasanya" buddhism, yang tidak melarang, namun lebih ke arah menyerahkan kepada kebijaksanaan org yang bersangkutan
Semoga bisa dimengerti yah _/\_
Quote from: xuvie on 04 November 2008, 07:10:19 PM
Menurut saya, meminum alkohol tidak sama dengan membunuh, mencuri, berbuat asusila atau berdusta karena meminum alkohol hanya berpotensi membuat mabuk dan kesadaran melemah. Nah setelah kesadaran melemah, orang menjadi mungkin melakukan perbuatan2 akusala. Tetapi, bbrp teman yg pernah saya jumpai, meminum hanya utk meringankan stress dan lebih bergembira, setelah meminum hanya bernyanyi-nyanyi, setelahnya tidur. Meski memang perbuatan demikian didasari akusala-cetana. Tapi, pertanyaan saya, kira2 apa kamma-phala dan kamma-vipaka dari melanggar sila ke-5 Pancasila Buddhist secara khusus dari contoh kasus di atas?
Oh ya, sekalian minta kamma-phala dan kamma-vipaka dari perbuatan melanggar sila ke-5 menurut segi Buddhisme yah.. :)
mettacitena
_/\_
dear xuvie,
kalau saya boleh perjelas mengenai kamma phala sebenarnya adalah action yg kita lakukan setelah mendapat kamma vipaka
Jadi kamma phala adalah kamma itu sendiri yg dilakukan, yg nanti akan berbuah "vipaka" juga...
nah phala pertama adalah niat membeli minuman dan melakukan pembelian
lalu vipakanya adalah tersedianya minuman keras
phala lagi dengan meminum minuman keras
vipaka lagi misalnya teler berat
kira2 seperti itulah proses phala-vipaka dalam hukum kamma secara singkatnya
sementara efek jangka panjangnya, yg juga merupakan vipaka misalnya :
1. Pemborosan uang karena keinginan yang tidak terkendali
2. Penyebab dari timbulnya pertengkaran dan perkelahian
3. Penyebab dari timbulnya penyakit
4. Pembuat noda bagi nama baik keluarga
5. Penyebab hilangnya pengendalian diri
6. Penyebab timbulnya gangguan pada fungsi otak/melemahkan daya pikir
Namun efek paling parah adalah penambahan kemelekatan (lobha) yang terus menerus, yang notabene tidak selaras dengan tujuan Buddhism yaitu pengikisan lobha, dosa dan moha
Semoga bisa bermanfaat yah.......
buddhis...
hmmm, y y, saya juga setuju, semuanya itu berdasarkan niat kita aja ;D ;D
anumodana penjelasannya om markos :)
mettacitena
_/\_
Tambahan dari tulisan Bro Markos,
jika dikatakan terminum sedikit arak telah melanggar sila ke lima,maka tonjoklah dokter yang akan mengoperasi anda dan katakan tidak pada penggunaan morphine.atau marah2lah kepada ibu anda yang memberikan arak merah ketika kamu baru selesai melahirkan.
Lihat penggunaan dan penempatan dari sebuah benda,jika berlebihan itulah yang dikhawatirkan,bila kekurangan tentu tidak membawa manfaat.
Quote from: meta_girl on 05 November 2008, 12:47:02 PM
buddhis...
hmmm, y y, saya juga setuju, semuanya itu berdasarkan niat kita aja ;D ;D
dear meta,
Jujur aja, sangat prihatin loh kalo ada guru yg buddhis tapi bilang ky gitu.... itu bisa dibilang bahwa dia salah dalam mengartikan Sila ke-5 dalam pancasila buddhis
itu yg sering terjadi pada kita, yg kalo saya namakan efek asosiatif.
Misal karena itu dikatakan oleh guru, maka pasti dianggap benar
Jika dikatakan oleh anak kecil, maka dianggap hal yg remeh
Jadi kita berasumsi benar atau tidaknya, berdasar dari "identitas", bukan dari kebenaran yang terkandung di dalamnya
Kalau saya boleh bilang, cobalah kita semua mulai mengkritisi (bukan berarti membangkang loh), misal jika diberi tahu ini dan itu, hendaknya itu direnungkan kembali
Atau bisa juga tanyakan ke si pemberi tahu itu, apa dasar dia mengucapkan itu?
Semoga ini bisa membuat kita menjadi lebih paham mengenai kebenaran yah _/\_
benar bro markos.
Sila jangan diterapkan secara kaku entar malah jadi stress karena takut menanam karma buruk :).
Mengapa minum alkohol dalam jumlah banyak dilarang? Itu karena alkohol kalau diminum dalam jumlah yang banyak akan menyebabkan kesadaran kita melemah. Apalagi kalau minum alkohol itu sudah menjadi kecanduan, itu pasti akan merusak kesehatan dan merusak kantong kita serta kesadaran kita akan semakin lemah. Sedangkan kita Meditasi tujuannya agar kita melakukan segala sesuatu dengan penuh kesadaran. Jadi kalau bisa melemahkan kesadaran kita, untuk apa diminum, kecuali diminum dalam dosis kecil untuk kesehatan.
Semoga bermanfaat.
Jika sila diterapkan tanpa disertai dengan kebijaksanaan (panna), justru malahan akan memicu dosa/penolakan terhadap objek tersebut
jadi jangan heran, pada "paham" yang melakukan pengharaman, biasanya disertai dengan kekerasan seperti pengrusakan, karena berdasar dari dosa mula citta.
semoga bisa bermanfaat untuk kita semua.............
Setuju dengan Oom Markosprawira,
Jika menjalankan sila dengan pandangan benar, untuk terbebas dari dukkha, menurut saya tidak masalah jika dilakukan dengan usaha maksimal, misalnya tidak mau menyentuh alkohol walaupun setetes.
_/\_
Tergantung diri sendiri
Kalo pandangan saya mungkin sedikit beda yah :)
IMO sih, iman/keyakinan yg gak pernah goyah atau mengalami itu belum tentu benar2 keyakinan.
Gmn bisa bilang "aku ga suka merokok." kalo ga pernah coba merokok? nah krg lebih gini deh :)
Emang bisa belajar melalui pengalaman orang lain, tp gmnpun juga, tetep bkn pengamatan menyeluruh yg dialami dr pengalaman sendiri kan?
Nah.. stelah mencoba merokok dan kita menyadari plus minus dr merokok dan kita abstain dr itu, baru bs dikatakan "aku ga suka merokok."
1 thing, ini sifatnya ga absolut loh.. cm parsial. scara ga mungkin kita mengalami sgala sst hal. ;D
Dan kita bisa menggunakan pandangan benar yg telah kita dapatkan dari 1 hal utk diterapkan ke hal lain..
maaf kalo ada pendapat dan kata2 yg salah. cmiiw plis.. :)
mettacitena
_/\_
tergantung niat nya apakah untuk senang senang atau untuk kesehatah seperti makan ayam arak untuk wanita habis melahirkan (itu juga kadar alkoholnya tidak tinggi sekali)
seperti kefir juga ada alkohol 0.5% - 3% bahkan kadang2x.
Quote from: xuvie on 06 November 2008, 06:26:57 PM
Kalo pandangan saya mungkin sedikit beda yah :)
IMO sih, iman/keyakinan yg gak pernah goyah atau mengalami itu belum tentu benar2 keyakinan.
Gmn bisa bilang "aku ga suka merokok." kalo ga pernah coba merokok? nah krg lebih gini deh :)
Emang bisa belajar melalui pengalaman orang lain, tp gmnpun juga, tetep bkn pengamatan menyeluruh yg dialami dr pengalaman sendiri kan?
Nah.. stelah mencoba merokok dan kita menyadari plus minus dr merokok dan kita abstain dr itu, baru bs dikatakan "aku ga suka merokok."
1 thing, ini sifatnya ga absolut loh.. cm parsial. scara ga mungkin kita mengalami sgala sst hal. ;D
Dan kita bisa menggunakan pandangan benar yg telah kita dapatkan dari 1 hal utk diterapkan ke hal lain..
maaf kalo ada pendapat dan kata2 yg salah. cmiiw plis.. :)
mettacitena
_/\_
Apakah ini juga berarti kita juga harus mencoba narkoba utk mengetahui bhw narkoba bakal merusak kesehatan dan masa depan, dan setelah itu baru yakin narkoba itu buruk ?
Apakah kita juga harus mencoba selingkuh, hanya untuk mengetahui bhw selingkuh bisa menghancurkan sebuah keluarga, dan setelah itu baru yakin bahwa selingkuh itu hal buruk, serta yakin tidak akan melakukan lagi ?
Semua berasal dari Kata "Mencoba" dari mencoba menjadi kebiasaan ;D
tidak semua hal harus dicoba, contoh na saja kita sudah tao bahwa narkoba itu berbahaya jika dikonsumsi, mk kita sudah harus bisa mengambil sikap waspada untuk tidak sekali2 mencoba na. begitu juga banyak pengalaman2 rekan2 yang bisa kita jadikan patokan. memang tidak semua bisa dipercaya, itu sih dah tergantung kita na pandai2 memilah na mana yg beneran mana yg rekaan...
tapi kalo kasus2 seperti narkoba dan perselingkuhan, tentu semua orang pun dah tao itu tidak ada baek2 na, jd buat apalagi kita melakukan na..... kira2 seperti itu...
mettacitena
Kenapa saya menekan dikata "Mencoba" ada teman saya yang sudah tau dengan 100% "Pasti" kalau narkoba itu "Merusak" tapi demi untuk dapatkan teman, pertahankan teman, tidak ingin diri jauh dari teman, maka di mau "Mencoba" juga. teman terus mendesak coba saja 1/2 butir dijamin
1x kita mencoba = 1/2 butir
Ke 2 x = 1 butir
Ke 3 x = 1 Butir
Ke 4 x = 2 Butir
Lama2 menjadi bukit :(
Quote from: fran on 07 November 2008, 09:17:14 AM
Quote from: xuvie on 06 November 2008, 06:26:57 PM
Kalo pandangan saya mungkin sedikit beda yah :)
IMO sih, iman/keyakinan yg gak pernah goyah atau mengalami itu belum tentu benar2 keyakinan.
Gmn bisa bilang "aku ga suka merokok." kalo ga pernah coba merokok? nah krg lebih gini deh :)
Emang bisa belajar melalui pengalaman orang lain, tp gmnpun juga, tetep bkn pengamatan menyeluruh yg dialami dr pengalaman sendiri kan?
Nah.. stelah mencoba merokok dan kita menyadari plus minus dr merokok dan kita abstain dr itu, baru bs dikatakan "aku ga suka merokok."
1 thing, ini sifatnya ga absolut loh.. cm parsial. scara ga mungkin kita mengalami sgala sst hal. ;D
Dan kita bisa menggunakan pandangan benar yg telah kita dapatkan dari 1 hal utk diterapkan ke hal lain..
maaf kalo ada pendapat dan kata2 yg salah. cmiiw plis.. :)
mettacitena
_/\_
Apakah ini juga berarti kita juga harus mencoba narkoba utk mengetahui bhw narkoba bakal merusak kesehatan dan masa depan, dan setelah itu baru yakin narkoba itu buruk ?
Apakah kita juga harus mencoba selingkuh, hanya untuk mengetahui bhw selingkuh bisa menghancurkan sebuah keluarga, dan setelah itu baru yakin bahwa selingkuh itu hal buruk, serta yakin tidak akan melakukan lagi ?
Huehehe.. Bro Fran ini terlalu kritis, sampai melewatkan yg saya tuliskan di bawahnya. :)
Silahkan dibaca lagi yg dibold. Yg saya maksud itu, sebuah pandangan benar yg timbul dr sadarnya kita akan 1 dhamma, bisa kita terapkan ke dalam hal lain. Btw, sa gwee jadi pulang medan ya bro? :D
mettacitena
_/\_
dear xuvie,
memang tergantung dari kebijaksanaan individu yg bersangkutan...
yang anda sebut itu, adalah jika org yg bersangkutan sedang mengkonsumsi, namun tiba2 "sadar" dan "tobat" ;)
namun bagi mereka yang sedang tidak mengkonsumsi, sebaiknya tidak mengkonsumsi bahan2 yg berbahaya untuk kesadaran karena seperti namanya, itu akan melemahkan kesadaran dan membuat ketagihan
jika kesadaran melemah, maka kebijaksanaan juga akan melemah dan biasanya akan berakhir akusala.
jadi harap berhati2 yah...... _/\_
Yupe.. itu dia maksud saya om.. kalo ngga melakukan kesalahan, lantas harus mencari2 dan melakukan kesalahan dl, apa kata dunia? cari penyakit kali.. ;D
narkoba juga bisa untuk menolong orang loh, memang ada orang yang memerlukan nya kalau rasa sakitnya sudah tidak bisa di tahan. ada juga buat bius obat bius untuk bedah misalnya.
jadi tergantung penggunaan nya
Disini yg jelas membedakan adalah "niat"........
Pada penggunaan sebagai obat, biasanya dipicu oleh dorongan dari dokter/tenaga ahli kedokteran, sebagai upaya untuk menyembuhkan diri sendiri..... ini adalah sesuatu yg wajar dimana "objek" digunakan bukan demi kenikmatan, namun "pemulihan" fungsional
Sementara penggunaan alkohol, narkoba yg tidak benar, adalah jika niatnya untuk mencari "kenikmatan".....
atau merokok utk sok2an, tp setelah mencoba, mendapatkan "kenikmatan"....
Itu kenapa kita terus terlahir ke dunia ini....... karena kita merasa "nikmat" dan "enak", sehingga melekat (upadana), menyebabkan tanha dan membuat kita terlahir lagi......
semoga bermanfaat untuk kita semua agar "mengurangi kemelekatan".......
Jika Sila yang tertulis dipraktekan tanpa kebijaksanaan dalam memilah,apa bedanya agama Buddha dengan agama kapal Selam?
[at] atas
Maaf, ralat, bukan agama, tapi umat yg bersangkutan, bro..
kenyataannya ada beberapa umat yg memiliki kebijaksanaan utk tdk mengartikan secara harafiah jg koq.. begitu jg di agama K.
mettacitena
_/\_