_/\_ semuanya
Saya ada pertanyaan, mohon pencerahannya
Secara saya tuh percaya banget sama konsep Ehipasiko, dan kebetulan di agama Buddha kan gak pernah di jelasin secara gamblang yang namanya pencipta alam semesta ini, apalagi personifikasinya sebagai sesosok mahluk sempurna yang maha segalanya seperti pada agama2 kebanyakan
Yang saya suka merasa bimbang adalah ketika saya disuruh sembayang kepada Tian/Tuhan (di depan pintu rumah menggunakan hio/dupa), saya jadi bertanya2, kepada siapa saya memohon doa dan apakah akan terkabul, apalagi konsep hukum karma mengatakan bahwa perbuatan kita sendiri yang akan menjadi penentu hidup kita dimasa yang akan datang
Mohon pencerahannya, apa pendapat rekan2 DC mengenai hal ini
nah kebetulan masih ada yang bingung
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=1532.msg93325#msg93325
di indonesia kita mengenal nya dengan concept " Sanghyang Adi Buddha"
aspect dari tuhan ini di jabarkan dalam udana 8:3
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/ud/ud.8.03.irel.html
kesalahan adalah bukan memohon tapi berdoa berterimakasih atas apa yang ada dan di berikan pada hari ini dan lalu.
berdoa menghaturkan penghormatan pada SanghHyang Adi Buddha, yah tapi kita masih manusia biasa masih ingin ini dan itu. "memohon" hal ini tidak di anjurkan atau bahkan di larang karena agak berbahaya( bukan agak berbahaya tapi memang berbahaya tuh). apalagi kalo permohonanya egois misalnya "minta cepat kaya"
keknya salah tempat
wkeekekeke
Kalo yang diajarkan ke saya oleh orang tua, thian kung yang biasa kita pasang dupa dan mengahap langit itu bukan Tuhan seperti dalam agama Monoteistik, tetapi kepada Raja Langit...Raja langit ini bagaikan Kaisar yang mengepalai dewa2 di alam surga...Jadi, klo secara pribadi, doa-nya berisi semoga karma baik berbuah dan dilindungi oleh para dewa...Dan selalu mengakhiri dengan mendoakan semoga berbahagia selalu....
Bro. andiyh, tidak ada masalah bagi umat Buddha untuk menghormat ke hadapan langit [Tian].
Banyak Vihara Buddhayana yang masih menyediakan altar untuk Tian. Tapi penghormatan terhadap Tian di sini agak berbeda dengan makna penghormatan Tian di agama Tao dan Khonghucu.
Ketika seorang umat Buddha bersembahyang menghadap Tian, maka sebenarnya ia melakukan [ada 2 macam, bisa pilih salah satu]:
1. Menghormat pada Sakra Devanam Indra.
Yuhuang Dadi (Tian) dianggap sebagai Sakra [Sakka] dalam agama Buddha. Bahkan hari kebesaran Yuhuang Dadi dan Sakra sama menurut penanggalan Imlek. Jadi sama dengan bro.Edward, ketika kita menghormati Tian, kita menghormati para dewa di alam surga. Apalagi Sakra adalah salah satu Dharmapala [Pelindung Dharma], bukankah kita seharusnya menghormatinya?
2. Menghormat dan berlindung pada Dharmakaya
Dharmakaya dipersonifikasikan sebagai Samantabhadra dan Vajradhara Adi Buddha. Kenapa ya tubuh Adi Buddha ini selalu digambarkan dengan warna biru? Karena warna biru ini menyimbolkan Langit dalam bahasa Tionghoanya "Tian".
Kenapa Langit [Tian]? karena Langit itu tidak terbatas, kosong namun mencakup semuanya. Ciri-ciri langit ini digunakan untuk menyimbolkan Dharmakaya yang tidak terbatas, kosong namun mencakup semuanya.
Jadi ada 2 option bagi umat Buddha ketika menghormat Tian: menghormat Sakra atau berlindung pada Dharmakaya.
Sesuai kecocokan hati masing-masing saja. :)
Di dalam Mahayana ada upacara puja yang bernama Zhaitian Fahui (斋天法会). Upacara ini diadakan menghadap langit untuk menghormati Sakra (帝释天) selaku Tian Zhu [Tian Gong] serta para dewa dewi lainnya.
Kalau dilihat upacara ini mirip dengan Jing Tian Gong atau Bai Tian Gong yang biasa dilakukan oleh masyarakat Fujian seminggu setelah Tahun Baru Imlek.
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi250.photobucket.com%2Falbums%2Fgg257%2FPrajnametta%2Fpushousi-tian-sakra.jpg&hash=fa64114f70586524c4127d8e1238d2e9bb9ffb4c)
[Upacara Zhaitian Fahui untuk menghormati Sakra di Pushou Si]
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi250.photobucket.com%2Falbums%2Fgg257%2FPrajnametta%2Fyaowangsi-tian-sakra.jpg&hash=679b2e87705b2d359576bccbd32b608eb04fb88b)
[Upacara Zhaitian Fahui untuk menghormati Sakra di Yaowang Si]
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi250.photobucket.com%2Falbums%2Fgg257%2FPrajnametta%2Fhanshansi-tian.jpg&hash=67b0cd613cc41c294bd300feb6bd2d12620982cc)
[Upacara Zhaitian Fahui di Hanshan Si]
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi250.photobucket.com%2Falbums%2Fgg257%2FPrajnametta%2FW020071009507554932138.jpg&hash=d66dcf2db407c1477a46a1d333a85cca0c7117c9)
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi250.photobucket.com%2Falbums%2Fgg257%2FPrajnametta%2F4e247e6406d6fa1ba0b43.jpg&hash=6def397636152a07558009de83ea10b6c1f45475)
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi250.photobucket.com%2Falbums%2Fgg257%2FPrajnametta%2F4e247e6406d6fa176c000.jpg&hash=7a4f2b55ccad4354c4c81b910f4411cafb0eb4c7)
[Upacara Zhaitian Fahui di vihara-vihara lain]
Di kota saya ada sebuah vihara Vajrayana aliran Karma Kagyu yang juga pernah melakukan upacara penghormatan pada Raja Dewa Sakra pada saat hari kebesaran Yuhuang Dadi.
_/\_
The Siddha Wanderer
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi250.photobucket.com%2Falbums%2Fgg257%2FPrajnametta%2Fjade1.jpg&hash=cdb93382638ca90fce76607f697e8280d0b7f64c)
[Yuhuang Dadi (Sakra) versi Taois didampingi oleh Caturmaharajadevata (Sida Tianwang)]
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi250.photobucket.com%2Falbums%2Fgg257%2FPrajnametta%2F5253.jpg&hash=7baa57dc9a4a0ff2daddf5ac38fb90e25ef35dfc)
[Sakra dengan Caturmaharajadevata]
Keluarga saya juga mengadakan ritual 'Jing Tian Gong' di rumah tiap tahunnya. [Tanggal 9 bulan 1 Imlek].
Namun saya menganggapnya sebagai ritual penghormatan terhadap Sakra Devanam Indra.
_/\_
The Siddha Wanderer
mantap penjelasannyo bro Gandalf. :)
_/\_
By : Zen
Terimakasih atas penjelasannya :)
Sekedar tambahan
masalahnya baru d bahas tadi
Suhu te cen berkata
kalau mau d denger tuh
bakar 36 hio, taruh d atas kepala lalu pai2 dan sembahyang jam 12 malam.
sukur kalau d denger, kalau gak d denger? masuk angin u..
lah u jadi orang bijaklah dikit, sembahyang boleh.. namun pakai otak dong...
u sembayang minta2, kalau gak ada tabungan karma baik mana bisa u nasib berobah!
so kesimpulan, sembahyang boleh saja asal dengan pandagan benar, dan pengertian benar dan usaha benar
Quote from: andiyh on 22 October 2008, 10:51:05 PM
_/\_ semuanya
Saya ada pertanyaan, mohon pencerahannya
Secara saya tuh percaya banget sama konsep Ehipasiko, dan kebetulan di agama Buddha kan gak pernah di jelasin secara gamblang yang namanya pencipta alam semesta ini, apalagi personifikasinya sebagai sesosok mahluk sempurna yang maha segalanya seperti pada agama2 kebanyakan
Yang saya suka merasa bimbang adalah ketika saya disuruh sembayang kepada Tian/Tuhan (di depan pintu rumah menggunakan hio/dupa), saya jadi bertanya2, kepada siapa saya memohon doa dan apakah akan terkabul, apalagi konsep hukum karma mengatakan bahwa perbuatan kita sendiri yang akan menjadi penentu hidup kita dimasa yang akan datang
Mohon pencerahannya, apa pendapat rekan2 DC mengenai hal ini
Biasanya yg nyuruh kan lebih berkuasa..........
nurut aja deh...... kalau ada waktu ortunya diajak ke
vihara yg punya guru dharma utk menjelaskannya...
supaya tidak tersesatkan...
kalau ngak mau ke vihara, play dhamma talk DVD aja deh...
Singkatnya : selalu ada cara dan waktu untuk belajar dhamma.... :D
numpang nanya...
apa persembahan paling tinggi untuk para Deva?...
hio?..babi panggang?...kertas bakar?...ato uang bakar?...
Quote from: El Sol on 31 October 2008, 02:36:09 PM
numpang nanya...
apa persembahan paling tinggi untuk para Deva?...
hio?..babi panggang?...kertas bakar?...ato uang bakar?...
Dhamma adalah persembahan tertinggi (kayaknya sih :P )
_/\_
[at] atas
mari kita lebih realisis dikit yak..
sang Buddha emank bilank kalo dana paling tinggi itu dana Dhamma, tapi berapa banyak orang yg seneng kalo kita dana Dhamma?..yg ada juga ditolak mentah2...
nah, gw yakin deva juga kurang lebih sama...
so, menurut kalian persembahan yg paling tinggi buat Sakka ato para deva itu apa?
hio aja tancep 3.
Quote from: El Sol on 31 October 2008, 02:36:09 PM
numpang nanya...
apa persembahan paling tinggi untuk para Deva?...
hio?..babi panggang?...kertas bakar?...ato uang bakar?...
Rasanya hio paling tinggi.... sekitar 30cm....
kalau kertas, babi, dll masih sedikit diatas meja...
ada juga yang setinggi tiang listrik...lebih deket lagi ama alam dewa.tinggal disundut aja.hahaha johan senyum lagi donk...picnya yang senyum okeh juga tuh...hahahhahaa
Quote from: andiyh on 22 October 2008, 10:51:05 PM
_/\_ semuanya
Saya ada pertanyaan, mohon pencerahannya
Secara saya tuh percaya banget sama konsep Ehipasiko, dan kebetulan di agama Buddha kan gak pernah di jelasin secara gamblang yang namanya pencipta alam semesta ini, apalagi personifikasinya sebagai sesosok mahluk sempurna yang maha segalanya seperti pada agama2 kebanyakan
Yang saya suka merasa bimbang adalah ketika saya disuruh sembayang kepada Tian/Tuhan (di depan pintu rumah menggunakan hio/dupa), saya jadi bertanya2, kepada siapa saya memohon doa dan apakah akan terkabul, apalagi konsep hukum karma mengatakan bahwa perbuatan kita sendiri yang akan menjadi penentu hidup kita dimasa yang akan datang
Mohon pencerahannya, apa pendapat rekan2 DC mengenai hal ini
Pemujaan terhadap Tian tidak semata-mata hanya untuk memohon sesuatu. Manfaat sejati pemujaan terhadap Tian menurut Buddhisme adalah merenungkan jasa-jasa kebajikannya dan meneladaninya. Setelah meneladani kebajikan para dewa, maka secara alami kita telah mendapatkan manfaat dari kebajikan itu sendiri. Disamping itu, para dewa juga turut bersuka cita atas kebajikan yang kita lakukan, maka bila kita mengalami masalah/musibah, mereka akan memberi bantuan sesuai dengan kemampuan mereka.
Jadi perenungan terhadap kebajikan dewa itu adalah salah satu praktik yang baik. Itulah sebabnya dalam Anguttaranikaya terdapat 10 jenis perenungan (Anussati) yang salah satunya adalah Devanussati (perenungan terhadap Ariya Dewa).
10 perenungan tsb adalah:
1.Buddhanussati
2.Dhammanussati
3.Sanghanussati
4.Dananussati
5.Caganussati
6.Devanussati
7.Maranassati
8.Kayanussati
9.Anapanasati
10. Upasamanussati
Quote from: El Sol on 31 October 2008, 02:49:00 PM
[at] atas
mari kita lebih realisis dikit yak..
sang Buddha emank bilank kalo dana paling tinggi itu dana Dhamma, tapi berapa banyak orang yg seneng kalo kita dana Dhamma?..yg ada juga ditolak mentah2...
nah, gw yakin deva juga kurang lebih sama...
so, menurut kalian persembahan yg paling tinggi buat Sakka ato para deva itu apa?
dana dhamma yang tertinggi itu adalah untuk diri sendiri..... alias subjeknya
Tapi kalau mau liat dari sisi objek misal dewa, kudu liat kesenangannya mereka....... .sejauh yang saya tau, dewa itu senang dengan wangi dan manis.... itu kenapa dipasang hio, bunga2an dan buah2an.....
nah jangan heran kalo patung di altar yang tiap hari diberi persembahan hio/dupa, bunga dan buah, nanti akan ada "penghuni"nya......
Quote from: johan3000 on 31 October 2008, 03:00:13 PM
Quote from: El Sol on 31 October 2008, 02:36:09 PM
numpang nanya...
apa persembahan paling tinggi untuk para Deva?...
hio?..babi panggang?...kertas bakar?...ato uang bakar?...
Rasanya hio paling tinggi.... sekitar 30cm....
kalau kertas, babi, dll masih sedikit diatas meja...
demen deh gw..... wakakakak........... :))
itu pemikiran org jaman dulu.......... makanya ngacungin hio tinggi2..... buat lilin yang tinggi ;D
kekna ga lama lagi, johan bakalan nggantungin babi panggang diatas tiang listrik nih ^-^
[at] atas...
:)) =)) :)) =)) :)) =))
_/\_ :lotus:
Tiang listrik masih belum cukup tinggi, lho. Dulu kan belum ada pesawat antariksa. Namun, saat ini memungkinkan lho sembahyang di bulan atau di langit. Cuman perlu dijaga oxygennya agar bisa bakar dupa/lilin-nya. Bagi yang mampu, mungkinkah apa yang dimintanya akan terkabulkan? Jika mungkin, maka saya akan hutang dulu buat modal ke sana agar harapan saya terkabulkan, nah kalo sudah terkabulkan, hutang berapapun pasti lunas deh :-[
Kalo sudah di luar bumi (langit) tidak ada istilah atas atau bawah, kebenaran umum tersebut otomatis tidak berlaku lagi (sst..karena katanya bumi bulat,lho) 8)
Eh sapa yang mau pinjamin uang di jaman kayak gini ya...
kan krisis
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=5927.msg95520;topicseen#msg95520 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=5927.msg95520;topicseen#msg95520)
Hari Senin dan Selasa kemarin, tgl 8-9 bulan 1 Imlek, seperti biasanya tiap tahun keluarga saya pasti menjalankan Sembahyang pada Tian [Jing Tian Gong] di rumah saya... Ini salah satu even budaya yang harus di rumah saya.... ya memang karena keluarga saya kental sekali tradisinya dan masih suka nggak jelas mau ikut Tao, Buddha, atau Khonghucu.
Keluarga saya biasa menganggap mereka lagi sembahyang Tuhan Sang Pencipta... hehe... tapi saya yang sebagai Buddhis ya tahu kalau itu nggak mungkin, jadi ya saya memaknai perayaan ini dari segi Buddhis-nya saja...
Pada even ini, kita sebagai Buddhis hendaknya jangan menolak untuk menghormati Tian. Tapi gunakan even ini untuk menghormati Sakra Devanam Indra [Sakka], yang hari kebesarannya bertepatan dengan hari Jing Tian Gong ini, beserta para dewa-dewi lainnya [total ada 28 Dewa Dewi utama, termasuk Sakra].
Sakra Devanam Indra dalam khazanah agama Hindu adalah Dewa Tertinggi alam Surgaloka. Dalam agama Buddha beliau adalah Raja dari Surga Tavatimsa [trayastrimsa], surga 33 dewa yang memiliki 33 tingkat, masing-masing 8 tingkat di empat arah mata angin [8x4=32]. Dan satu tingkat terletak di pusat yaitu aula Sudharma [Sudhamma] yaitu aula para Dewa tempat Sakra Devanam Indra bertahta dan mengadakan pertemuan [32+1=33].
Kalau mau umat Buddhis bisa melafalkan Suvarnaprabhasottama Sutra [Jinguang Mingjing], atau kalau saya kemarin ya melafalkan Tiangong Jing dan "Na Mo In Duo La Ye" [Namo Indraya].
Patriark Chan Hsuan Hua, yang merupakan murid dari Mahaguru Xu Yun pernah berkata:
"Kalimat terakhir (dari Shurangama Mantra), yaitu "Namo Indraya" adalah yang orang Tionghoa bisa panggil 'Yuhuang Dadi'. Mereka yang tidak mengerti Buddhadharma berkata, 'Yuhuang Dadi adalah Dewata agama Tao. Kita tidak seharusnya menghormat padanya.' Mereka tidak sadar bahwa Yuhuang Dadi adalah Shakra (Indra). Sebagai umat Buddha, kita seharusnya juga menghormatinya dan memasukkannya (dalam jajaran kedewataan Buddhis)."
Namun kita juga harus menghormati orang yang menghormati Yuhuang Shangdi sebagai Tuhan, karena memang ini paham agama Tao. Jangan memaksa mereka untuk percaya bahwa Yuhuang Dadi adalah Dewa yang masih berada dalam alam samsara....
Dan sebaiknya apabila kita umat Buddhis ditanya kepada siapa kita menghormat di ritual Jing Tian Gong? Kita jawab saja, Di Shi Tian [Sakra], jangan Yuhuang Shangdi. Meskipun Sakra dan Yuhuang Shangdi mungkin adalah entitas yang sama, kita harus dapat memisahkan mana yang Buddha dan mana yang Tao.
Ini foto2 altar di rumah saya:
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi250.photobucket.com%2Falbums%2Fgg257%2FPrajnametta%2FP2020161.jpg&hash=d170a76d41a99c7d5805dd6077777c9e48db57be)
Persembahan di Altar.... Vege lo...
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi250.photobucket.com%2Falbums%2Fgg257%2FPrajnametta%2FP2030170.jpg&hash=0e09314842df94edd209b39d57f68e819fd38652)
Altar Bagian Depan
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi250.photobucket.com%2Falbums%2Fgg257%2FPrajnametta%2FP2020165.jpg&hash=fe66a78d0fdc2364816902a0447abdbb70794c66)
Altar Keseluruhan
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi250.photobucket.com%2Falbums%2Fgg257%2FPrajnametta%2FP2020166.jpg&hash=3fc2eeb9a0921f69031ac356704f8cf6c4fab266)
Gambar Sakra [Yuhuang Dadi] dan Caturmaharajadevata [Sida Tianwang]
_/\_
The Siddha Wanderer
jadi laper...hauauhauhua
Ikut berdoa semoga semua mahluk hidup berbahagia......
Ikut bersihin altar dengan berpikir bahwa ini sebagai penghormatan kepada para dewa yg silanya lebih baik dari saya
Ikut mempersembahkan buah, bunga, lilin, kue kepada para dewa yg silanya lebih baik dari saya
Demikian kiranya latihan batin saya dalam prosesi beberapa minggu ini........
altar nya gak usa menghadap luar yah? dan
kacanya untuk apa bos?
namaste,
untuk bahan persembahan di altar, kira na tidak perlu sebanyak itu, cukup 4 yang utama saja...
dupa, lilin, air, dan bunga... boleh ditambahkan buah2an secukup na...
thx
Quote from: N1AR on 04 February 2009, 10:00:15 AM
altar nya gak usa menghadap luar yah? dan
kacanya untuk apa bos?
Ho... kacanya memang ada di sana, nggak ada kaitannya sama ritual....
Ya menghadap luar kan simbolisasi menghadap Langit [Tian]. Nah huruf "Tian" ini dalam kitab-kitab Buddhis di Tiongkok digunakan untuk menterjemahkan kata "Deva".
Ya persembahan beda-beda boleh... memang nggak usah sampai luengkap.... sederhana, yang penting tulus, para deva tentu akan hadir dan memberkahi anda sekeluarga.....
Dan persembahan.... harus vege....
_/\_
The Siddha Wanderer
Di bawah altar kok ada sapu????
Quote from: chingik on 04 February 2009, 10:23:54 AM
Di bawah altar kok ada sapu????
Katanya sih... simbolisasi dewa penjaga gitu.... unik juga nih tradisi..... jadinya beli 2 sapu baru, setelah acara kemudian sapunya digunakan seperti biasa.....
_/\_
The Siddha Wanderer
bukannya sapu itu pamali soalnya ngusir bintang keberuntungan...kan ada mitosnya tuh..
Setiap hari aku juga pai2 dulu kelangit ...sambil menyadari bahwa ada sesuatu yg mutlak, yg tdk dilahirkan yg menjadi inti dr setiap Buddha...ada yg menyebutnya Adi Buddha, ada yg menyebutnya Tao, ada yg menyebutnya Thien (langit)...yg tak terungkapkan oleh kata2...
Dulu aku jg kebingungan berat wkt pertama kali bljr dhamma...konsep Ketuhanan dlm Buddhism berbeda dgn ajran2 yg pernah kupelajari sblmnya...
Quote from: 4kupak on 05 February 2009, 04:48:29 PM
Setiap hari aku juga pai2 dulu kelangit ...sambil menyadari bahwa ada sesuatu yg mutlak, yg tdk dilahirkan yg menjadi inti dr setiap Buddha...ada yg menyebutnya Adi Buddha, ada yg menyebutnya Tao, ada yg menyebutnya Thien (langit)...yg tak terungkapkan oleh kata2...
Dulu aku jg kebingungan berat wkt pertama kali bljr dhamma...konsep Ketuhanan dlm Buddhism berbeda dgn ajran2 yg pernah kupelajari sblmnya...
dear bro 4kupak
diatas anda menyebut mengenai
- ada sesuatu yg mutlak, yg tdk dilahirkan yg menjadi inti dr setiap Buddha...
- ada yg menyebutnya Adi Buddha,
- ada yg menyebutnya Tao,
- ada yg menyebutnya Thien (langit)...
- yg tak terungkapkan oleh kata2
kalau boleh saya singkat sesuatu yg mutlak, yg tdk dilahirkan yg menjadi inti dr setiap Buddha = Adi Buddha = Tao = Thien?
Jika benar itu yg anda maksud, berarti kontradiksi dengan yg anda sebut di bawah yaitu :
- kebingungan berat wkt pertama kali bljr dhamma...
- konsep Ketuhanan dlm Buddhism berbeda dgn ajran2 yg pernah kupelajari sblmnya
dimana disini berarti konsep ketuhanan buddhis tdk sama dgn Tao, Thien, dsbnya....
mohon penjelasan
metta
Hmm... menurut saya Adi Buddha [Dharmakaya] jangan disamakan dengan Tao, karena Tao lebih bersifat Atman [Diri], sedangkan Dharmakaya bukanlah Atman biasa, Ia adalah Maha-Atman yang tak lain adalah Anatman [Tanpa Diri].
Tian sendiri sifatnya abstrak, tapi lebih bersifat ke arah Tuhan, dewa dewi atau surga... jadi tentu gak bisa disamakan dengan Dharmakaya. Tian [Langit] hanya digunakan untuk menggambarkan satu aspek dari Dharmakaya yaitu sifatnya yang tak terbatas. Namun Tian tentu bukan Dharmakaya.
Seperti misalnya seorang wanita berkata pada pacarnya, "engkau pangeranku". Namun tentu pacarnya bukanlah seorang pangeran...
_/\_
The Siddha Wanderer
Quote from: GandalfTheElder on 23 October 2008, 06:39:22 AM
Bro. andiyh, tidak ada masalah bagi umat Buddha untuk menghormat ke hadapan langit [Tian].
Banyak Vihara Buddhayana yang masih menyediakan altar untuk Tian. Tapi penghormatan terhadap Tian di sini agak berbeda dengan makna penghormatan Tian di agama Tao dan Khonghucu.
Ketika seorang umat Buddha bersembahyang menghadap Tian, maka sebenarnya ia melakukan [ada 2 macam, bisa pilih salah satu]:
1. Menghormat pada Sakra Devanam Indra.
Yuhuang Dadi (Tian) dianggap sebagai Sakra [Sakka] dalam agama Buddha. Bahkan hari kebesaran Yuhuang Dadi dan Sakra sama menurut penanggalan Imlek. Jadi sama dengan bro.Edward, ketika kita menghormati Tian, kita menghormati para dewa di alam surga. Apalagi Sakra adalah salah satu Dharmapala [Pelindung Dharma], bukankah kita seharusnya menghormatinya?
2. Menghormat dan berlindung pada Dharmakaya
Dharmakaya dipersonifikasikan sebagai Samantabhadra dan Vajradhara Adi Buddha. Kenapa ya tubuh Adi Buddha ini selalu digambarkan dengan warna biru? Karena warna biru ini menyimbolkan Langit dalam bahasa Tionghoanya "Tian".
Kenapa Langit [Tian]? karena Langit itu tidak terbatas, kosong namun mencakup semuanya. Ciri-ciri langit ini digunakan untuk menyimbolkan Dharmakaya yang tidak terbatas, kosong namun mencakup semuanya.
Jadi ada 2 option bagi umat Buddha ketika menghormat Tian: menghormat Sakra atau berlindung pada Dharmakaya.
Sesuai kecocokan hati masing-masing saja. :)
Anumodana Bro Gandalf atas penjelasannya...
Selama ini sy agak bingung ketika ada yg bertanya mengenai penghormatan ke langit dengan hio (umumnya di kebaktian2 Buddhayana). Dengan penjelasan Bro Gandalf diatas, sy telah memahaminya...
anjali,
willi
::
_/\_
Awal bljr dharma emang aku bingung brat...dari kecil tertanam konsep kalo tuhan itu sesosok makhluk berkuasa diatas sana...diajarkan kalo berdoa harus pd tuhan...kalo aku berdoa pd Buddha berarti aku menduakan tuhan donk...aku ketakutan sampai ada niat bunuh diri...saat itu aku sdg ketergantungan obt...depresi berat...sdg mencari tempat bernaung...lalu aku kubaca buku " Keyakinan umat Buddha " karya Sri Dhammananda, mulai mengerti tp masih ada sedikit kebingungan,..sampai suatu hari sepulang liamkeng dari vihara...malamnya aku bermimpi Kwan im Phosat tersenyum pdku sambil berkata " ingatlah akan Thien " Sejak saat itu tertanam dipikiranku kalo ada sesuatu yg mutlak...yg tdk dilahirkan...yg tak terungkapkan kata2...yg krn tak terungkapkan, aku jd tdk terlalu memikirkannya lagi...
mohon pencerahannya...
Quote from: 4kupak on 06 February 2009, 02:31:14 PM
Sejak saat itu tertanam dipikiranku kalo ada sesuatu yg mutlak...yg tdk dilahirkan...yg tak terungkapkan kata2...yg krn tak terungkapkan, aku jd tdk terlalu memikirkannya lagi...
Nibbana memang tidak bisa dipikirkan....
Bro 4kupak memang mantap...
anjali,
willi
::
Quote from: 4kupak on 06 February 2009, 02:31:14 PM
_/\_
Awal bljr dharma emang aku bingung brat...dari kecil tertanam konsep kalo tuhan itu sesosok makhluk berkuasa diatas sana...diajarkan kalo berdoa harus pd tuhan...kalo aku berdoa pd Buddha berarti aku menduakan tuhan donk...aku ketakutan sampai ada niat bunuh diri...saat itu aku sdg ketergantungan obt...depresi berat...sdg mencari tempat bernaung...lalu aku kubaca buku " Keyakinan umat Buddha " karya Sri Dhammananda, mulai mengerti tp masih ada sedikit kebingungan,..sampai suatu hari sepulang liamkeng dari vihara...malamnya aku bermimpi Kwan im Phosat tersenyum pdku sambil berkata " ingatlah akan Thien " Sejak saat itu tertanam dipikiranku kalo ada sesuatu yg mutlak...yg tdk dilahirkan...yg tak terungkapkan kata2...yg krn tak terungkapkan, aku jd tdk terlalu memikirkannya lagi...
mohon pencerahannya...
Kalau memang benar Sang Bodhisattva menampakkan diri dalam mimpi anda, maka "Tian" yang dimaksud oleh Mahakarunika Avalokitesvara adalah Dharmakaya. Dharmakaya tak lain ada dalam diri kita sendiri, yang dikenal sebagai Tathagatagarbha. Oleh karena adanya Tathagatagarbha, maka seorang manusia berpotensi untuk menjadi Buddha. Tathagatagarbha adalah cinta kasih, kebijaksanaan dan kekuatan.
Ingatlah selalu akan para Buddha dan Bodhisattva yang tak lain adalah perwujudan Dharmakaya itu sendiri. Ingatlah selalu akan cinta kasih, kebijaksanaan dan kekuatan. Persembahkanlah kebajikan kita pada para Buddha dan Bodhisattva.
Itulah makna "Tian" dalam agama Buddha., yang tentu berlainan dengan makna "Tian" dalam agama Tao dan Khonghucu. Oleh karena itu hendaknya seseorang dapat memisahkan mana "Tian" yang merujuk pada Tao dan mana "Tian" yang merujuk pada Dharmakaya.
_/\_
The Siddha Wanderer
QuoteAnumodana Bro Gandalf atas penjelasannya...
Selama ini sy agak bingung ketika ada yg bertanya mengenai penghormatan ke langit dengan hio (umumnya di kebaktian2 Buddhayana). Dengan penjelasan Bro Gandalf diatas, sy telah memahaminya...
_/\_
_/\_
The Siddha Wanderer
Quote from: andiyh on 22 October 2008, 10:51:05 PM
_/\_ semuanya
Saya ada pertanyaan, mohon pencerahannya
Secara saya tuh percaya banget sama konsep Ehipasiko, dan kebetulan di agama Buddha kan gak pernah di jelasin secara gamblang yang namanya pencipta alam semesta ini, apalagi personifikasinya sebagai sesosok mahluk sempurna yang maha segalanya seperti pada agama2 kebanyakan
Yang saya suka merasa bimbang adalah ketika saya disuruh sembayang kepada Tian/Tuhan (di depan pintu rumah menggunakan hio/dupa), saya jadi bertanya2, kepada siapa saya memohon doa dan apakah akan terkabul, apalagi konsep hukum karma mengatakan bahwa perbuatan kita sendiri yang akan menjadi penentu hidup kita dimasa yang akan datang
Mohon pencerahannya, apa pendapat rekan2 DC mengenai hal ini
saya suka dgn penggunaan kata "Personifikasi"!
jika anda sdh mampu menuliskan kata "Personifikasi" , saya pikir bahwa anda sdh paham bahwa kata "tuhan/tian/..." bukanlah menunjuk kpd "sesosok mahkluk apapun yg berwujud dan mampu dikenali nalar mahkluk"!
itu adalah satu kekuatan anda bro, pertahankanlah!
sehubungan dgn hal berikutnya yg anda katakan sempat/sering membuat anda bingung dgn berbagai pertanyaan yg muncul, ...
saya pikir gunakan moment itu utk melakukan "tindakan yang berbeda" dgn niat yang berbeda dr kebanyakan org umumnya ,...
misalnya :
gunakan moment kritis itu utk mendaraskan TriRatna, walau tetap menggnakan hio/dupa serta badan membungkuk!
ika.