_/\_ Dear teman2 se-Dharma,
Bagaimana caranya melakukan pelimpahan jasa dalam praktik kehidupan sehari-hari? ada yang bisa kasi contoh ga ya? semalam saya mimpi ketemu dgn seorang arwah wanita, tp dia ga ada ngmg apa2 sih, tp sering banget menampakkan diri jadinya takut banget trus kesannya nyata banget. jadi saya ketakutan dan akhirnya saya melafalkan 'Amitofo' berulang kali. dan akhirnya jadi tenang.
Nah, saya ingin melakukan pelimpahan jasa ke beliau (tp saya lupa namanya, pau2 atau kau2, soalnya di mimpi itu ada seseorang yg memberitahukan nama dia ke saya). bagaimana cara melakukan pelimpahan jasa ke dia ya? atau ada ide lain agar arwahnya bisa terlahir di alam yang lebih berbahagia. atau ini cuma mimpi saja?
Terima kasih _/\_
baca paritta pelimpahan jasa saja.
Patidana...
di dc juga ada
http://dhammacitta.org/pustaka/mp3/chanting-pali/paritta2/paritta2-35-patidana.mp3
ini hampir memasuki bulan kathina, bisa dengan cara memberikan dana (jubah dan makanan) kepada para bhikkhu dan setelah itu melakukan pelimpahan jasa, kalo gak ngerti bisa minta bantun bhikkhu.
Atau kalau melakukan sendiri, setelah berdana, coba renungkan: "Jasa kebajikan dari dana ini saya persembahkan kepada pau2/kau2 (dengan pikiran tertuju pada wanita tsb), semoga pau2/kau2 dapat turut menikmati jasa-jasa in, semoga pau2/kau2 memiliki makanan dan pakaian berlimpah. Jasa2 ini juga saya limpahkan kepada semua makhluk, semoga semua makhluk berbahagia...". kalimat renungan ini boleh dimodifikasi asalkan dilakukan dengan tulus.
dibacain aj? atau diplay aj parittanya?
semalam saya uda play ratana sutta sih ;D _/\_
Quote from: iwakbelido on 06 October 2008, 10:23:09 AM
dibacain aj? atau diplay aj parittanya?
semalam saya uda play ratana sutta sih ;D _/\_
ya kalau bisa sekalian dibacain paritta, kalau perlu sekalian dari awal (aradhana devata) sampai habis , ditutup dengan patidana....(paritta mangala)
Quote from: Indra on 06 October 2008, 10:12:19 AM
ini hampir memasuki bulan kathina, bisa dengan cara memberikan dana (jubah dan makanan) kepada para bhikkhu dan setelah itu melakukan pelimpahan jasa, kalo gak ngerti bisa minta bantun bhikkhu.
Atau kalau melakukan sendiri, setelah berdana, coba renungkan: "Jasa kebajikan dari dana ini saya persembahkan kepada pau2/kau2 (dengan pikiran tertuju pada wanita tsb), semoga pau2/kau2 dapat turut menikmati jasa-jasa in, semoga pau2/kau2 memiliki makanan dan pakaian berlimpah. Jasa2 ini juga saya limpahkan kepada semua makhluk, semoga semua makhluk berbahagia...". kalimat renungan ini boleh dimodifikasi asalkan dilakukan dengan tulus.
wah terima kasih banyak bro Indra :) sarannya sangat membantu.
terima kasih juga bro Anestan buat linknya :)
_/\_
maaf ya sedikit OOT, kita di forum dhammacitta ada tempat konsultasi ato tanya jawab kayak gini ga ya? jadi sekali tanya langsung dapet jawaban langsung kelar. kalo kayak gini kan setelah dapet jawaban threadnya jadi ngambang. jadi makan bandwidth aj ;D
maksudnya? ada saran baiknya gimana?
hahaha... kan dapet jawaban dari temen2 laen jadi buat bahan pertimbangan... ;D
_/\_ kalo kita berdana dengan cara memberikan uang kepada pengemis itu dah bisa lom ya buat ngelimpahin jasa? trus kalo dgn program anak asuh kita juga bisa kan ya? _/\_
untuk pelimpahan jasa tentu pertama2 harus ada jasanya dulu.
segala bentuk berdana akan menghasilkan jasa, mungkin bobotnya berbeda2, jadi dalam berdana harus dipertimbangkan obyek dana, penerima dan niat dalam berdana, agar dapat memperoleh manfaat maksimal
_/\_ kalo begitu bisa juga ya kalau saya melimpahkan semua tindakan baik yg saya lakukan hari ini untuk dilimpahkan jasanya bagi seseorang? _/\_
Quote from: iwakbelido on 06 October 2008, 10:30:04 AM
maaf ya sedikit OOT, kita di forum dhammacitta ada tempat konsultasi ato tanya jawab kayak gini ga ya? jadi sekali tanya langsung dapet jawaban langsung kelar. kalo kayak gini kan setelah dapet jawaban threadnya jadi ngambang. jadi makan bandwidth aj ;D
Sebenarnya kan ada fungsi search, kadang-kadang ada hal yang berulang-ulang pernah dibahas.
Quote from: Indra on 06 October 2008, 10:12:19 AM
ini hampir memasuki bulan kathina, bisa dengan cara memberikan dana (jubah dan makanan) kepada para bhikkhu dan setelah itu melakukan pelimpahan jasa, kalo gak ngerti bisa minta bantun bhikkhu.
Atau kalau melakukan sendiri, setelah berdana, coba renungkan: "Jasa kebajikan dari dana ini saya persembahkan kepada pau2/kau2 (dengan pikiran tertuju pada wanita tsb), semoga pau2/kau2 dapat turut menikmati jasa-jasa in, semoga pau2/kau2 memiliki makanan dan pakaian berlimpah. Jasa2 ini juga saya limpahkan kepada semua makhluk, semoga semua makhluk berbahagia...". kalimat renungan ini boleh dimodifikasi asalkan dilakukan dengan tulus.
Tapi bro saya agak bingung. jubah ini kan udah banyak yg nyumbang, apakah akan terpakai semua?
dan biasanya kan bertumpuk2 yak d gudang.
Quote from: Indra on 06 October 2008, 11:06:04 AM
untuk pelimpahan jasa tentu pertama2 harus ada jasanya dulu.
segala bentuk berdana akan menghasilkan jasa, mungkin bobotnya berbeda2, jadi dalam berdana harus dipertimbangkan obyek dana, penerima dan niat dalam berdana, agar dapat memperoleh manfaat maksimal
kalau di palak atau di pajek gmn ko?
berdana dengan terpaksa...dari pada babakbelur...
ada buahnya tak?
pelimpahan jasa :
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi277.photobucket.com%2Falbums%2Fkk51%2Fmushroom_kick%2Fgado-gado%2F15HuiSiangAmitocing.jpg&hash=75329dd9f62a2b4d89ffe5b1c10c63cdcaa91c22)
Bro Andry,
karena adanya keragu2an dalam berdana, mis. "apakah jubah ini terpakai? bagaimana kalau menumpuk di gudang, dsb", sebaiknya anda tidak usah berdana. Dana yg dilakukan dengan keragu2an seperti ini, akan menghasilkan jasa yg minimal atau tidak ada sama sekali.
hal yg sama berlaku dalam hal dana karena terpaksa. namun tentu saja tetap berbuah, misalnya anda terhindar dari babak belur, atau masuk penjara.
_/\_ jadi yang penting niatnya harus tulus, tidak peduli besarannya atau nilainya kan ya? _/\_
benar sekali, dari faktor-faktor dana, obyek yg tepat, penerima dan niat, sama sekali tidak disebutkan nilainya secara ekonomis
kalau boleh saya tambahkan, yang terpenting justru adalah aparapara cetana alias cetana setelah melakukan, misal dana
mengapa demikian?? karena cetana inilah yang terus menerus direnungkan selama hidup kita, sementara cetana sebelum dan saat melakukan, hanya 1x saja
ada cerita mengenai nenek yang miskin, dia tidak punya perabotan apapun selain bangku satu-satunya.
Namun pada saat bodhisatta lewat, ia menyilahkan bodhisatta duduk dengan pikiran jernih
Pun setelah itu, dalam banyak malam, dia kerap merenungkan betapa bahagia perasaannya saat mempersembahkan "dana"
Buah dari perbuatan ini, membuat si nenek masuk surga dan disana dia mendapatkan kursi giok yang sangat indah
semoga bermanfaat.........
Bukankah ada yang bilang, perbuatan baek itu dilakukan dan jangan diingat2 kembali lagi ??? karena akan mengulangi kualitas karma / saya yang salah dengar?
Quote from: LotharGuard on 08 October 2008, 11:13:02 AM
Bukankah ada yang bilang, perbuatan baek itu dilakukan dan jangan diingat2 kembali lagi ??? karena akan mengulangi kualitas karma / saya yang salah dengar?
dear bro Lothar,
kesalah pahaman ini sering terjadi, seolah2 dengan merenungkan, itu berarti mengingat2 alias pamrih atau melekat
yang jangan dilakukan adalah melekat pada perbuatan atau objek dananya
Misal menjelang Kathina, saya berniat dana makanan pada bhante.
Pada waktu kathina, dana makanan bisa terlaksana.
Namun karena sedemikian banyak makanan, bhante tidak bisa mencicipi semua, sehingga makanan hasil dana saya tidak dicicipi
Karena saya masih "melekat", saya kecewa dan marah karena merasa tidak dihargai bhante
Ini membuat saya tidak mau berdana makanan lagi
Yang saya sebut dibawah adalah "kerap merenungkan betapa bahagia perasaannya saat mempersembahkan dana"
Jadi betul setelah dana, fisik dana atau perbuatannya itu dilepas, jangan diingat namun hendaknya merenungkan kebahagiaan saat berdana dimana ini pasti berisi kusala citta dan cetasika, bukan lobha lagi
Ini setara dengan meditasi metta dimana yang pertama adalah konsentrasi pada perasaan bahagia.
Karena setelah kita bahagia, barulah kita bisa memancarkan metta kepada mahluk2 lain
Apalagi bro Lothar sering berdana, hendaknya itu kerapkali direnungkan sehingga bisa membuat semakin bahagia dalam berdana.... mirip efek bola salju yang terus menggelinding, yang semakin lama semakin besar ;)
semoga perbedaan ini bisa dimengerti yah ;)
semoga bisa bermanfaat bagi kita semua _/\_
Saya dapat inti sari dari Bro, ingatlah kebahagian saat berdana itu _/\_ GRP Send Gan En :) :lotus: _/\_
NB : Sorry, you can't repeat a karma action without waiting 720 hours. :))
yup...... kalau saya boleh sambungkan : Nibbana adalah kebahagiaan tertinggi
nah ga mungkin khan kita bisa mencapai kebahagiaan tertinggi, kalo kita ga bahagia melulu? ;D
karena itu, "perbanyaklah bahagia mulai saat ini dan disini" _/\_