Forum Dhammacitta

Komunitas => Kafe Jongkok => Topic started by: chizz_roll on 20 September 2008, 07:01:47 PM

Title: Memutus rantai gajah
Post by: chizz_roll on 20 September 2008, 07:01:47 PM
Kita semua pastilah tahu gajah liar. Tapi tahukah kita bahwa dalam kondisi liar
ia mampu berjalan lebih dari 40 km per hari? Ia juga mampu mencari makan dalam
jumlah yang berlimpah. Memiliki kekuatan merobohkan pohon, merusak satu kampung
dan memiliki kekuatan lain.

Anda tahu bagaimana cara menjinakkan gajah liar itu? Pertama, tembak gajah itu
dengan obat bius. Kedua, ikat gajah itu dengan rantai dan ikatkan di pohon yang
besar. Setelah siuman gajah akan lari, tapi karena kakinya diikat dengan rantai,
gajah itu pasti akan terjatuh. Setelah terjatuh dia bangun lagi, lari... dan
jatuh lagi. Begitu terus berulang-ulang. Setelah gajah lelah datanglah pawang
gajah memberinya makan. Ketika gajah memiliki tenaga baru, dia berusaha lari
lagi... dan terjatuh lagi. Lalu datang pawang lagi, memberi makan. Kejadian
seperti itu terus berulang sampai kira-kira selama 2 pekan.

Di pekan ketiga sang pawang akan mengganti rantai yang mengikat kaki gajah
dengan tali plastik. Akankah si gajah mencoba berotak lagi? Ternyata tidak.
Mengapa? Dia takut terjatuh lagi. Dia sudah punya pengalaman berkali-kali di dua
pekan sebelumnya; kalau dia berlari pasti terjatuh. Dari sini kita bisa
menyimpulkan bahwa kemampuan gajah berkurang dan dibatasi dengan pikirannya
sendiri. Bahkan sampai mati nanti, kehidupan gajah dibatasi dengan pikirannya
sendiri. Bila sudah begini, dia tidak mau lagi berjalan lebih dari 40 km. Dia
tidak mau lagi mencari makanan sendiri, "Toh nanti ada yang mengantar makanan,"
pikir si gajah.

Sesungguhnya di dalam diri manusia pun banyak "rantai gajah". "Tak mungkin saya
berhasil, saya kan bukan sarjana"; Nggak mungkin saya sukses, bapak dan kakek
buyut saya kan miskin, garis keturunan saya adalah garis kere."; Nggak mungkin
saya berwirausaha, darah saya kan jawa, cocoknya pegawai negeri."
Ungkapan-ungkapan diri seperti itulah yang saya katakan sebagai "rantai gajah"
dalam diri kita.

"Rantai gajah" juga bisa mewujud untuk membatasi pikiran ketika mendapati
kondisi tubuh yang kurang sempurna, tingkat pendidikan rendah, kemiskinan, usia
dan lain sebagainya. Ini tentu akan menghambat prestasi dan kemampuan kita yang
sesungguhnya. Kemampuan optimal kita pun tak pernah tercermin dalam aktivitas
sehari-hari.

Bila kita ingin memunculkan potensi diri kita yang sesungguhnya, kita harus
"take action" untuk membuang "rantai gajah" dalam pikiran kita. Lihatlah Ucok
Baba, aktor bertubuh mungil, atau Tukul Arwana yang sosoknya oleh dirinya
sendiri diakui sebagai sosok wong ndeso, mampu menjadi presenter di televisi.
Anda tentu juga mengenal Helen Keler. Ia buta, tuli dan "gagu", tapi dia mampu
lulus dari Harvard University. Kita juga pasti kenal Hee Ah Lee, seorang yang
harnya memilki 4 jari; 2 di kanan, 2 di kiri, namun ia menjadi pianis hebat
dunia dan sudah menggelar konser di berbagai negara.

Pendidikan juga tak boleh menjadi "rantai gajah". Bill Gates tidak menyelesaikan
pendidikan sarjananya, namun mampu menjadi "raja" komputer dan orang terkaya di
dunia saat ini.

Kemiskinan pun tak boleh menjadi "rantai gajah". Mantan Meneg BUMN, Sugiharto
pernah menjadi seorang pengasong, tukang parkir, dan kuli pelabuhan. Kemiskinan
juga melilit masa lalu kehidupan Sylvester Stallone, yang kini menjadi bintang
Hollywood papan atas.

Mari segera buang "rantai gajah" yang masih melekat dalam pikiran kita agar kita
mampu menembus berbagai keterbatasan.

Dikutip dari buku Menyemai Impian Meraih Sukses Mulia, Jamil Azzaini

COpas from milis femina, so kalo repost, pls delete.. thanks  _/\_
Title: Re: Memutus rantai gajah
Post by: Pitu Kecil on 21 September 2008, 04:16:50 PM
Nice Post _/\_ :lotus: :)
Title: Re: Memutus rantai gajah
Post by: Adhitthana on 22 September 2008, 01:25:41 AM
Xie-xie ... Agnes  _/\_

mantaap .....  ;D