Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Buddhisme untuk Pemula => Topic started by: meichen on 11 September 2008, 10:08:47 AM

Title: Bingung
Post by: meichen on 11 September 2008, 10:08:47 AM
Bukan membanding2kan tapi ini terlihat jelas didepan mata..... Mengapa kita menjadi umat Buddha kalau apa2 susah... Seorang ibu beragama Buddha mendadak meninggal karena serangan jantung, dia memang tidak aktif ke vihara maka setelah meninggal pun dia mau memanggil pandita susah sekali, mau panggil ke mana nh.....akhirnya dapat juga. Selesai kebaktian seorang tetangga lain yg beragama Buddha mengatakan pada pihak keluarga kalau uang buat panditanya sekian.... Nah loh dipatok harga sedangkan tahu sendiri keluarga tersebut kurang mampu dan sedang kesusahan karena harus membayar mahal rumah duka,peti dan tanah ....... Seorang lain lg yg beragama ka****k berkerumun bercakap2 bagaimana ini kok begitu, mendingan kita ka****k yang di setiap lingkungan masing2 ada yg namanya kartu kuning dengan iuran yg sangat murah sudah menjamin semua bila meninggal dari rumah duka,peti mati sampai tanahnya gratis, walaupun dia orang kaya yg sanggup membayar. Disini mulai terjadi perdebatan batin seorang yg beragama Buddha yg memang tidak aktif. Mereka berpikir lebih baik saya menjadi ka****k tidak perlu repot bila meninggal maupun sakit.

Mohon masukannya nh koko2 cicik2 ???


_/\_
Title: Re: Bingung
Post by: Pitu Kecil on 11 September 2008, 10:17:01 AM
Quote from: meichen on 11 September 2008, 10:08:47 AM
Bukan membanding2kan tapi ini terlihat jelas didepan mata..... Mengapa kita menjadi umat Buddha kalau apa2 susah... Seorang ibu beragama Buddha mendadak meninggal karena serangan jantung, dia memang tidak aktif ke vihara maka setelah meninggal pun dia mau memanggil pandita susah sekali

Memang benar yang anda katakan, mau undang seorang pandita / apa untuk baca doa "SAngatlah susah sekali" kalau tidak ada kenalan "lebih susah lagi"
Ujung2nya sewa Sai Kong (TAO) aja dan ujung2 duit juga, kenapa ya?

mau panggil ke mana nh.....akhirnya dapat juga. Selesai kebaktian seorang tetangga lain yg beragama Buddha mengatakan pada pihak keluarga kalau uang buat panditanya sekian.... Nah loh dipatok harga sedangkan tahu sendiri keluarga tersebut kurang mampu dan sedang kesusahan karena harus membayar mahal rumah duka,peti dan tanah ....... Seorang lain lg yg beragama ka****k berkerumun bercakap2 bagaimana ini kok begitu, mendingan kita ka****k yang di setiap lingkungan masing2 ada yg namanya kartu kuning dengan iuran yg sangat murah sudah menjamin semua bila meninggal dari rumah duka,peti mati sampai tanahnya gratis, walaupun dia orang kaya yg sanggup membayar. Disini mulai terjadi perdebatan batin seorang yg beragama Buddha yg memang tidak aktif. Mereka berpikir lebih baik saya menjadi ka****k tidak perlu repot bila meninggal maupun sakit.

Mohon masukannya nh koko2 cicik2 ???


_/\_

Kalau peti mayat, jika di medan ada yang kesusahan dari keluarga tidak mampu, dapat hubungi saya _/\_
Title: Re: Bingung
Post by: K.K. on 11 September 2008, 10:20:44 AM
Setiap orang 'kan memilih agama berdasarkan pertimbangannya masing2. Ada yang mau beragama tertentu karena alasan politik, kebudayaan, lingkungan dan lain2. Kalau memang cocok untuk pindah, yah tidak mengapa pindah. Tidak ada yang salah. Yang pasti, memang Buddha tidak pernah bilang bahwa dengan percaya pada dhamma, orang bisa kaya, ataupun memperoleh fasilitas, ataupun hidupnya menjadi mulus 100%.

Kalau yang penting baginya adalah memperoleh kemudahan, tidak masalah dia pindah agama.
Kalau yang penting baginya adalah jawaban (yang mungkin memuaskan) tentang "mengapa ada orang yang lahir dan mati dalam kesusahan, sedangkan orang lain lahir dan mati dalam kemudahan", boleh dikenalkan lebih jauh tentang Buddhisme.

Title: Re: Bingung
Post by: Lily W on 11 September 2008, 11:25:00 AM
Quote from: meichen on 11 September 2008, 10:08:47 AM
Bukan membanding2kan tapi ini terlihat jelas didepan mata..... Mengapa kita menjadi umat Buddha kalau apa2 susah... Seorang ibu beragama Buddha mendadak meninggal karena serangan jantung, dia memang tidak aktif ke vihara maka setelah meninggal pun dia mau memanggil pandita susah sekali, mau panggil ke mana nh.....akhirnya dapat juga. Selesai kebaktian seorang tetangga lain yg beragama Buddha mengatakan pada pihak keluarga kalau uang buat panditanya sekian.... Nah loh dipatok harga sedangkan tahu sendiri keluarga tersebut kurang mampu dan sedang kesusahan karena harus membayar mahal rumah duka,peti dan tanah ....... Seorang lain lg yg beragama ka****k berkerumun bercakap2 bagaimana ini kok begitu, mendingan kita ka****k yang di setiap lingkungan masing2 ada yg namanya kartu kuning dengan iuran yg sangat murah sudah menjamin semua bila meninggal dari rumah duka,peti mati sampai tanahnya gratis, walaupun dia orang kaya yg sanggup membayar. Disini mulai terjadi perdebatan batin seorang yg beragama Buddha yg memang tidak aktif. Mereka berpikir lebih baik saya menjadi ka****k tidak perlu repot bila meninggal maupun sakit.

Mohon masukannya nh koko2 cicik2 ???
_/\_

Setau saya.... banyak org yg cung cung cep aja juga ngakunya umat Buddha. Kebanyakkan org yg cung cung cep itu kalo meninggal selalu panggil org yg bisa memimpin upacara kematian itu (seperti di Film Vampire ;D ). Biasa orang itu sudah mematok harganya (lumayan mahal).

Btw...Dulu waktu mertua saya meninggal (mertua saya masuk aliran Maitreya dan tidak aktif ke vihara Maitreya), dan panggil salah satu pemimpin (di Maitreya) untuk upacara kematian itu, dia ga mematok harga... sukarela aja mau kasih berapa.
Juga teman kantor saya.... saat bapaknya meninggal ( bapaknya masuk aliran mahayana)...panggil orang vihara mahayana untuk memimpin upacara kematian itu juga ga mematok harga (sukarela) dan dananya itu bukan untuk kepentingan pribadi melainkan di danakan ke viharanya lagi.

Jadi Sis Meichen ga usah bingung.... banyak fenomena yang lain lho... ;D

_/\_ :lotus:



Title: Re: Bingung
Post by: Jayadharo Anton on 11 September 2008, 12:02:47 PM
Biasanya klo d tmp saya tdk mematok harga tapi dana untuk vihara saja.
Title: Re: Bingung
Post by: andry on 11 September 2008, 05:06:05 PM
Quote from: meichen on 11 September 2008, 10:08:47 AM
Bukan membanding2kan tapi ini terlihat jelas didepan mata..... Mengapa kita menjadi umat Buddha kalau apa2 susah... Seorang ibu beragama Buddha mendadak meninggal karena serangan jantung, dia memang tidak aktif ke vihara maka setelah meninggal pun dia mau memanggil pandita susah sekali, mau panggil ke mana nh.....akhirnya dapat juga. Selesai kebaktian seorang tetangga lain yg beragama Buddha mengatakan pada pihak keluarga kalau uang buat panditanya sekian.... Nah loh dipatok harga sedangkan tahu sendiri keluarga tersebut kurang mampu dan sedang kesusahan karena harus membayar mahal rumah duka,peti dan tanah ....... Seorang lain lg yg beragama ka****k berkerumun bercakap2 bagaimana ini kok begitu, mendingan kita ka****k yang di setiap lingkungan masing2 ada yg namanya kartu kuning dengan iuran yg sangat murah sudah menjamin semua bila meninggal dari rumah duka,peti mati sampai tanahnya gratis, walaupun dia orang kaya yg sanggup membayar. Disini mulai terjadi perdebatan batin seorang yg beragama Buddha yg memang tidak aktif. Mereka berpikir lebih baik saya menjadi ka****k tidak perlu repot bila meninggal maupun sakit.

Mohon masukannya nh koko2 cicik2 ???


_/\_

Sis Meichen, jangan mengeneralisasi..
apakah agama buddha d seluruh indo kayak gitu?
kan tidak tentunya... tap ya sutralah kita jgn permasalahkan hal ini.
Jika mau dilihat yah memang sudah vipaka (benr yah cie lily) dari ibu tersebut, katakanlah jika ia menganut agama "X" may be ia akan tetap di perlakukan begitu..
bisa juga mungkin, tergantung kondisinya.
Tapi ada baiknya kan "hutangnya" sudah lunas..
dan mungkin (ini seh pikiran saya saja) maka org2 akan bertanya2,
wah ribet ini-itu.. lebih baik pindah nih...(semacam di saring gitu.. kayak USM aja..) jd org2 terpilih yg bisa masuk ke ... (ini seh cuma menenangkan diri)
or mau opsi yg laen? ada nih.. (kayak jualan aja wa..)
anda bisa melihat kan, beragama buddha pun bukan jaminan mendapatkan "service"yg memuaskan. >larinya ke perenungan, 4KM >penembusan... n you reach your goal
Title: Re: Bingung
Post by: Lily W on 11 September 2008, 05:18:40 PM
:jempol:

GRP meluncur... ;D

_/\_ :lotus:
Title: Re: Bingung
Post by: kullatiro on 11 September 2008, 08:52:24 PM
Masalah nya kita belum sampai kesana coba lihat tzu chi begitu ada yang meninggal ada komite tzi chi yang datang membaca paritta bagi yang meninnggal tanpa bayaran lagi, itu kalo kenal salah satu anggota tzu chi. Bahkan pas meninggal pada hari imlek pun mereka komite tzu chi datang untuk membaca paritta untuk almarhum bila di panggil oleh anggota keluarga.(lebih jelas nya coba tanya sama anggota tzu chi)


semestinya kita bisa belajar dari tzu chi dan agama lain nya. 
Title: Re: Bingung
Post by: chomed on 12 September 2008, 09:56:34 AM
Quote from: meichen on 11 September 2008, 10:08:47 AM
Bukan membanding2kan tapi ini terlihat jelas didepan mata..... Mengapa kita menjadi umat Buddha kalau apa2 susah... Seorang ibu beragama Buddha mendadak meninggal karena serangan jantung, dia memang tidak aktif ke vihara maka setelah meninggal pun dia mau memanggil pandita susah sekali, mau panggil ke mana nh.....akhirnya dapat juga. Selesai kebaktian seorang tetangga lain yg beragama Buddha mengatakan pada pihak keluarga kalau uang buat panditanya sekian.... Nah loh dipatok harga sedangkan tahu sendiri keluarga tersebut kurang mampu dan sedang kesusahan karena harus membayar mahal rumah duka,peti dan tanah ....... Seorang lain lg yg beragama ka****k berkerumun bercakap2 bagaimana ini kok begitu, mendingan kita ka****k yang di setiap lingkungan masing2 ada yg namanya kartu kuning dengan iuran yg sangat murah sudah menjamin semua bila meninggal dari rumah duka,peti mati sampai tanahnya gratis, walaupun dia orang kaya yg sanggup membayar. Disini mulai terjadi perdebatan batin seorang yg beragama Buddha yg memang tidak aktif. Mereka berpikir lebih baik saya menjadi ka****k tidak perlu repot bila meninggal maupun sakit.

Mohon masukannya nh koko2 cicik2 ???


_/\_

kalo menururt saya seh, tidak semua orang buddhis begitu.
belumtentu juga semua agama di indonesia tidak melakukan hal yang sama.
semua tergantung dari pribadi masing2 orang, ada orang yang sudah lama menjadi pendeta hanya untuk tujuan mencari uang dan ketenaran, tidak hanya di agama buddha, tapi ada di semua agama. tidak heran banyak orang yang berpindah agama karena salah pengertian dan melihat masalah dari sudut pandang sendiri.
lihat lebig luas keluar, karena tuntutan zaman, banyak orang mengorbankan keyakinan mereka untuk bertahan hidup atau hanya sekedar memuaskan nafsu pribadi.
_/\_ thanks
Title: Re: Bingung
Post by: chocoedd on 12 September 2008, 01:53:41 PM
kalo di vihara2 biasanya ada anak2 muda yang bisa baca paritta kalo ada yang meninggal, gak dipungut biaya tapi dulu gw ngasih juga buat ongkos.
Title: Re: Bingung
Post by: fran on 12 September 2008, 06:11:30 PM
Lain lubuk, lain ikannya..
Lain padang, lain belalangnya..
Lain karma, lain hasilnya..




Title: Re: Bingung
Post by: Pitu Kecil on 12 September 2008, 06:12:34 PM
Quote from: fran on 12 September 2008, 06:11:30 PM
Lain lubuk, lain ikannya..
Lain padang, lain belalangnya..
Lain karma, lain hasilnya..

Betul itu _/\_ :lotus: :)




Title: Re: Bingung
Post by: Edward on 13 September 2008, 10:41:55 AM
KAga semua kayak begitu koq sis...Sewaktu papa saya meninggal, saya tidak terlalu sulit mencari bhante atao para aktivis vihara untuk membacakan paritta untuk almarhum bokap...Bahkan, sewaktu papa saya meninggal ada yang menawarkan untuk membacakan paritta secara rame2 lho...Kalo kondisi gw waktu itu, gw mencampur ritual-nya, gw juga memanggil saikong untuk membantu mengatur ritual secara adat, selain itu, gw juga meminta bhante untuk membacakan paritta....

Malah gw sebagai buddhis, bisa sedikit berbangga,sewaktu jalan2 ke "lapak" sebelah, hanya "lapak" gw yang bisa mencampur antara adat dengan agama....
Title: Re: Bingung
Post by: Surya Kumari on 13 September 2008, 02:47:07 PM
setuju ama postingan yg diatas..
tempat saya jg mudah kok..
tinggal lapor aja ke vihara kalo mau minta sembahyang duka...tapi harus keluarga yg bersangkutan yg meminta & mengisi formulir..setiap hari sembahyang selang seling baca paritta & liam keng..mau kasih amplop langsung masukkan ke kotak dana..
Title: Re: Bingung
Post by: andry on 13 September 2008, 05:22:40 PM
tanyaaaaaaaa
sebenernya perlu gak seh di sembayangin gitu.. buat yg udah meningal...
Title: Re: Bingung
Post by: Edward on 13 September 2008, 06:02:57 PM
Perlu ga perlu boss...Kalo dari saya pribadi, setelah mendengar berbagai info, dan setelah menyaring semua info yang didapat, saya memiliki jawaban saya sendiri..
~Untuk mahayana, sutra yang "wajib" baca, yaitu Amitocing....Hampir semua sub aliran mahayana membacakan sutra ini...Kalau membaca arti terjemahannya,intinya sutra ini menceritakan mengenai tanah para Buddha, dan manfaat melafal amitofo...
Biasanya diawali dengan Ta bei cou, dan pelafalan amitofo

~untuk thera saya sedikit lupa, tapi biasanya ada pembacaan pelimpahan jasa gtu...Waktu itu, yng bacain versi Thera lebih dikit...

~Nah, kalo yang versi adat, sebenarnya sedikit bertolak belakang, tetapi masih ok...SAya sih kaga ngarti apa yang saikong bacain,soalnya pas ditanya, intinya lebih memanggil para leluhur dan para dewa untuk membantu almarhum agar tidak "tersesat" di alam arwah...Agar dibimbing dan dapat terlahir di alam yang lebih baik...
NB: Kalo versi adat, lebih mahal "ongkos"-nya, karena memerlukan sesajian dan pernak2 hiasan yang banyak..Kalo aye sih, karena uang pas2an,dan merasa pemborosan uang yang tidak perlu, hanya memberikan oranamen2 seperlunya...

Nah, kesimpulannya, menurut aye, inti dari itu semua sih, manfaat dari doa2 kepada yang meninggal ada 2...
Kepada yang meninggal dan kepada yang ditinggalkan....
Kepada yang meninggal, dengan doa2 dan pelafalan nama buddha, yang meninggal(jika terlahir dalam bentuk peta) akan teringat akan Buddha, dan dan memberikan pelimpahan jasa kepada yang meninggal
Kepada yang ditinggal, hanya sekedar pemuas pikiran....

Itu sih menurut aye...
Title: Re: Bingung
Post by: kullatiro on 13 September 2008, 06:55:10 PM
sebenarnya untuk menjadi pandita bagaimana sih?

kalo bhikku kan jelas jadi samanera dulu dll, nah pandita ini fungsi nya apa selain pemberkatan pernikahan harus menggunakan pandita buddhis.

apa saja area pandita ini?

yang pernah wa baca di mangga besar vihara avalokitesvara itu ada loh belajar menjadi pandita ( sekolah nya untuk pandita mahayana tidak tahu apakah theravada ada?).