Forum Dhammacitta

Pengumuman => Informasi dan Pengumuman Kegiatan Buddhis => Topic started by: F.T on 25 August 2008, 06:08:30 PM

Title: Festival Seni Budaya Buddhist ke II - 22- 31 August 2008 di Mall GTC - Makassar
Post by: F.T on 25 August 2008, 06:08:30 PM
Tampilkan 45 Diorama Perjalanan Hidup Sang Buddha Gautama ( bag. 1 )

Ribuan tahun lalu, dalam perjalanan hidupnya, Sang Buddha Gautama telah melihat betapa manusia selalu mengalami penderitaan. Perjalanan tersebut terangkum dalam 45 diorama yang dipamerkan pada Festival Seni Budaya Buddhist 2008, Lake Side,
Mall GTC Tanjung Bunga, 22-31 Agustus.



ADA yang berbeda saat Anda memasuki kawasan Lake Side, Mall GTC Tanjung Bunga. Di pelataran yang langsung berhadapan
dengan danau tersebut, terdapat gerbang menyerupai pintu candi. Saat Anda melintas, akan bertemu dengan Taman Rusa
Isipatana. Di taman itu, terdapat patung Sang Buddha Gautama yang sedang mengajarkan "dhamma" kepada lima muridnya.
Paling menyita perhatian adalah Reclining Buddha, yakni patung Sang Buddha dengan tinggi 7,6 meter dan panjang 23, 5 meter. Patung berwarna kuning ini menandakan Maha Parinibbana, yakni Sang Buddha meninggalkan rajagaha (dunia) pada saat usia 80 tahun.

Dalam areal pameran, masih terdapat tujuh ruangan lagi.pada Ketujuh ruangan tersebut antara
lain, ruang diorama, bukti-bukti sejarah, budaya dan ritual, hingga ruang puja relik, dan meditasi.
Ruang ini berisi relik Buddha Gautama dan para arahat (murid) yang disusun dalam sebuah altar puja.
Untuk mengetahui latar belakang munculnya Buddhism, dapat melalui sejarah dan riwayat hidup Sang Buddha Gautama.

Riwayat ini tergambar secara lengkap melalui 45 diorama, yang masing-masing memiliki
tinggi dua meter dan panjang empat meter. Diaroma yang menyerupai akuarium itu cukup
representatif. Tidak saja karena didukung dengan miniatur para pelaku. Namun didukung pula
dengan penjabaran gambar dengan versi bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.

Pada Diorama pertama, misalnya. Diorama yang berjudul "Tekad menjadi Buddha" ini menceritakan dimana pada masa
Sang Buddha Gautama, pernah hidup seorang pertapa bernama Sumedha. Dia dilahirkan sebagai
orang yang kaya raya. Kemudian hari, ia mendanakan semua hartanya dan menjadi pertapa.

Pada suatu hari, Sumedha bertemu dengan Buddha Dipankara. Sumedha lantas menjulurkan tubuhnya sebagai jembatan
agar Sang Buddha Dipankara tidak menjejakkan kakinya di tanah. Itulah mulanya, Sang Buddha Gautama bertekad menjadi
"Samma Sambuddha" pada suatu saat nanti. "Tekad dalam artian di sini adalah untuk mencapai sesuatu harus disertai pengorbanan
dan tindakan. Seperti yang kita lihat di diorama ini, Sumedha menjulurkan tubuhnya untuk jadi jembatan," jelas Harjoyo, salah satu pemandu.

Menurut Harjoyo, setiap diorama memiliki satu makna tersendiri namun saling berkaitan. Jika dilanjutkan pada diorama kedua, yang berjudul "Dana Parami" atau kedermawanan tersebut menceritakan awal mula Sang Buddha Gautama menjadi seorang yang dermawan.
Hal itu diperolehnya dengan melihat raja bernama Visantara yang kerap memberikan dana tanpa keragu-raguan kepada yang membutuhkan. "Di sini maknanya memberi tanpa pamrih," lanjut Harjoyo.

Jika diikuti perjalanan hidup Sang Buddha Gautama dari diorama pertama hingga ke-45, akan diketahui berbagai proses perjuangan dirinya untuk mencapai tujuan hidup yang lebih sempurna. Diorama ini menceritakan banyak hal, mulai perdamaian, kesetaraan status (antidiskriminasi) maupun kesetaraan gender. "Setiap orang sebenarnya punya bibit untuk menjadi Buddha asalkan ia mau melewati langkah- langkah seperti yang dilakukan Sang Buddha Gautama," kata Harjoyo. (*)

Bersambung ...


Sumber : Harian Fajar - Makassar.
Title: Re: Festival Seni Budaya Buddhist ke II - 22- 31 August 2008 di Mall GTC - Makassar
Post by: F.T on 26 August 2008, 05:01:13 PM
Relik Berusia 2.500 Tahun, Didatangkan dari Myanmar ( Bag. 2 - Selesai )

Tidak saja berisi diorama, Festival Seni Budaya Buddhist 2008
memamerkan relik Sang Buddha Gautama. Relik yang berusia lebih
dari 2.500 tahun itu sengaja dikirim dari Myanmar.


MENGUNJUNGI festival yang berlokasi di Lake Side, Mall GTC Tanjung Bunga itu, bak menjawab penasaran seperti apa sesungguhnya ajaran Buddha. Selain karena hampir tiap objek yang terpajang disertai keterangan, juga didukung para pemandu di  hampir tiap sudut. Untuk memasuki arena pameran, cukup merogoh kocek Rp5.000 per orang. Selain diorama, perhatian pengunjung banyak yang tersita pada relik Sang Buddha Gautama. Relik merupakan sisa jasad Buddha Gautama yang dibakar dan menyisakan kristal.

"Relik ini dipercayai sebagai kristalisasi hasil latihan dan pengamalan kehidupan suci Buddha Gautama pada masa hidupnya," ungkap Miguel, seorang pemandu. Relik Buddha Gautama tersebut diletakkan dalam wadah menyerupai botol. Jumlahnya ada empat dan merupakan kristalisasi dari tubuh Buddha Gautama, seperti darah, hati, otak, maupun tulang. "Relik ini telah berusia sekitar 2.500 tahun dan
disimpan di Myanmar," terangnya. Tidak hanya relik Buddha Gautama, masih ada 10 relik lainnya. Relik ini milik murid murid Sang Buddha Gautama, termasuk seorang putranya bernama Rahula. Beberapa pengunjung memanfaatkan momen ini untuk berdoa di depan relik. Sebagian ada membawa bunga sedap malam. Menurut Miguel, hal itu dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Buddha.

Pada festival yang sebelumnya telah digelar di Surabaya itu, terdapat juga Ruang Bukti-bukti Sejarah. Ruang itu berisi kitab suci Tipitaka ajaran Buddha Gautama. Bumi Horas, pemandu lainnya mengatakan kitab suci orang Buddha berisi tiga kelompok besar; Vinaya Pitaka, Sutta Pitaka, dan Abhidhamma Pitaka. "Ini tipitaka dari Srilanka yang ditulis 300 tahun sejak kematian Sang Buddha Gautama," papar Bumi.
Pria berkacamata ini menunjukkan beberapa kitab Tipitaka kuno lainnya dengan versi bahasa seperti Myammar dan Mandarin. Bahkan di ruang ini bisa diakses online jika pengunjung masih penasaran dengan kitab Tipitaka.

"Saya merasa ada pencerahan batin di sini. Perjalanan hidup Pangeran Buddha ternyata tidak gampang," ungkap Titin, seorang
pengunjung yang ditemani suaminya, Hendrik. Pasangan yang bermukim di Jl Abd Dg Sirua ini merasa bersyukur pameran itu bisa hadir di Makassar.

Festival Buddhist yang menghabiskan anggaran Rp 200 juta ini tergolong akbar. Ini tak mengherankan, mengingat arsitektur objek yang disajikan pun memiliki cita rasa seni tinggi. Itu bisa terlihat pula pada tiga altar, theravada, mahayana, dan tantrayana. Termasuk miniatur
empat suci Sang Buddha Gautama seperti Umbini (tempat lahir), Bodhgaya (lokasi pertapaan), Sarnath (tempat mengajar kali pertama), maupun Kushinagar (tempat mangkat).

Ketua Panitia, Yonggris, menyebut festival itu bertujuan untuk mengenalkan seni dan budaya kepada masyarakat. "Kami ingin memperkenalkan bentuk seni dan budaya sejak zaman Majapahit dan Sriwijaya yang bersumber dari nilai-nilai buddhist.
Termasuk kisah dan riwayat hidup Buddha Gautama," kata Yonggris yang juga sebagai Wakil Ketua Walubi Sulsel. (*)

Sumber : Harian Fajar - Makassar