JAKARTA, RABU — Sekali lagi, ada ujian bagi kemandirian Pemerintah RI. Pemerintah Amerika Serikat kini sibuk melobi Pemerintah Indonesia atau "menekan" direksi PT Indosat Tbk agar memutus kontrak sewa transponder televisi Al Manar melalui Satelit Palapa C2 milik Indosat.
Sekadar informasi, Al Manar adalah stasiun televisi milik Hizbullah di Lebanon. Al Manar menekan kontrak sewa transponder dengan Indosat pada April 2008. Kontrak itu berakhir April 2011.
Nah, yang membuat Amerika Serikat berang, negeri adidaya itu sudah memasukkan Hizbullah sebagai satu dari 35 organisasi teroris di dunia. "Jaringan Hizbullah itu memang teroris," kata Tristam Perry, Pelaksana Tugas Atase Pers Kedutaan Besar Ameriksa Serikat kepada Kontan, Senin (11/8) lalu. Amerika Serikat juga menuding, tayangan Al Manar sarat dengan pesan kekerasan.
Amerika Serikat rupanya yakin Pemerintah Indonesia atau Indosat akan memenuhi permintaan mereka. Maklum, mereka telah sukses menekan Pemerintah Thailand agar Al Manar hengkang dari transponder milik Thaicom dan Asiasat.
Tak cukup dengan menekan, Amerika Serikat juga menebar ancaman. Salinan sepucuk surat yang sampai ke Kontan isinya lebih kurang begini: Bagi warga non- Amerika yang merupakan perwakilan, atau anggota, atau yang memberikan bantuan material kepada Hizbullah ataupun Al Manar akan diusir dari Amerika Serikat.
Hanya bisnis biasa
Sumber Kontan mengungkapkan, Indosat baru mengetahui masalah ini setelah menerima kunjungan mendadak dari Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta. Mereka mengaku kaget lantaran hubungan dengan Al Manar murni bisnis. "Kami menjadi penyedia jasa saja," kata Direktur Utama Indosat Johny Swandi Sjam.
Pada awal kerja sama, ungkap Johny, Indosat tak tahu siapa pemilik Al Manar sebenarnya. Namun, Indosat tampaknya tak ambil pusing dengan keinginan Pemerintah AS. Pasalnya, Pemerintah Indonesia juga tidak melarang kerja sama antara Indosat dan Al Manar. Lagi pula, "Al Manar sudah memenuhi semua persyaratan kontrak," kata Adita Irawati, juru bicara Indosat. (Aprillia Ika, Edy Can, Sigit Rahardjo)
Kamis, 14 Agustus 2008 | 10:09 WIB
JAKARTA, KAMIS - Tak seorang pun di dunia yang mau mendapat cap jahat, apalagi teroris. Demikian juga dengan Al Manar, televisi milik kelompok Hizbullah di Lebanon. Pemerintah Amerika Serikat memasukkan Hizbullah sebagai organisasi teroris yang berbahaya.
Ali Assegaf, representatif TV Al Manar di Indonesia juga tegas menyatakan, Al Manar bukan televisi milik jejaring teroris. "Pihak-pihak yang menyebarkan selebaran yang menyudutkan Al Manar itulah yang malah menyebarkan teror dan kegelisahan," sanggah Ali.
Ia menyatakan Al Manar adalah televisi yang terbuka. Ia juga mengungkapkan beberapa satelit yang menjadi sarana Al Manar menyiarkan program-programnya, seperti Palapa C2. Arabsat 213, Badr4 dan Nilesat 102. "TV ini ditonton 300 juta penduduk di dunia, bahkan di Amerika Serikat," lanjut Ali.
TV Al Manar sendiri menampilkan berita seputar Lebanon apa adanya. "Tayangan kami yang riil menunjukkan kesadisan dan kejahatan Israel di Palestina itulah yang membuat pihak-pihak yang tidak suka menjadi berang," ujarnya.
Menurut Ali, Al Manar resmi berbisnis dengan PT Indosat Tbk, sejak April lalu. Al Manar akan menggunakan transponder milik satelit Palapa C2 milik Indosat hingga April 2011. Namun, Ali enggan mengungkapkan nilai kontraknya. Kesepakatan itulah yang membuat kedutaan Amerika Serikat berang. "Pada 23 April 2008, Kedutaan Amerika marah dan mengancam Indosat, bahkan ancamannya sampai menyinggung soal saham Indosat di bursa New York," terang Ali.
Pemerintah Indonesia pun tak ambil pusing dengan hubungan bisnis Al Manar dengan Indosat. "Yang jadi pertanyaan saya, kenapa Indosat yang ditekan? Kenapa tidak langsung bikin surat ke saya atau Al Manar? Itu lebih ksatria," tantangnya.
Anggota DPR Komisi V Malkan Amin menyatakan, DPR meminta pemerintah mengabaikan surat dari Amerika Serikat. la menilai surat tersebut sebagai upaya merecoki kedaulatan industri penyiaran. "Itu sikap yang tidak etis," katanya.
Malkan menyatakan, Amerika Serikat tidak memiliki hak untuk mengatur industri penyiaran di Indonesia hanya karena Al Manar dicap sebagai teroris. "Amerika tidak punya bukti-bukti itu," tegasnya.
Sejauh ini Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta menolak memberi komentar soal kontrak Al Manar.
dunia ini panggung sandiwara.
ceritanya mudah berubah.
nice post
GRP send
GRP juga hihihi
Pusing deh banyak organisasi teroris di dunia ini