Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Buddhisme untuk Pemula => Topic started by: Sukma Kemenyan on 15 August 2007, 06:39:14 AM

Title: Menanam Sebab...
Post by: Sukma Kemenyan on 15 August 2007, 06:39:14 AM
Kalau kita berbuat buruk... kita menanam sebab buruk...
Maka... sebab tersebut akan berbuah....

Kalau kita berbuat baik... kita menanam sebab baik...
Maka... sebab tersebut juga akan berbuah...

Kalau masih terikat Sebab-Akibat
Kapan bisa lepas dari Samsara... ?

Lalu...
bagaimana caranya untuk tidak menanam sebab ?
Title: Re: Menanam Sebab...
Post by: Sumedho on 15 August 2007, 01:23:03 PM
coba cek paticca samupada, tentang mata rantai yg saling berhubungan.

Ketika salah satu mata rantai putus maka..... tidak berlanjut.
Tidak terlahir, tidak ada kondisi utk vipaka berbuah (buah kamma).

Title: Re: Menanam Sebab...
Post by: Sukma Kemenyan on 15 August 2007, 02:23:48 PM
What is paticca samupada ?
Monggo di paparkan lebih lanjut...
Title: Re: Menanam Sebab...
Post by: Sumedho on 15 August 2007, 03:37:26 PM
yg english disini, nanti tak cari yg indon ato terpaksa ngecap
http://en.wikipedia.org/wiki/Vedana
Title: Re: Menanam Sebab...
Post by: Lex Chan on 26 August 2007, 12:53:52 PM
Quote from: Sumedho on 15 August 2007, 01:23:03 PM
coba cek paticca samupada, tentang mata rantai yg saling berhubungan.

Ketika salah satu mata rantai putus maka..... tidak berlanjut.
Tidak terlahir, tidak ada kondisi utk vipaka berbuah (buah kamma).

Putusnya bukan di sembarang tempat, tetapi di antara vedana (perasaan) dengan tanha (keinginan).

Quote from: Sumedho on 15 August 2007, 03:37:26 PM
yg english disini, nanti tak cari yg indon ato terpaksa ngecap
http://en.wikipedia.org/wiki/Vedana

Vedana (perasaan suka atau tidak suka atau netral) tidak bisa di-"rem" setelah terjadi kontak dengan salah satu dari 6 objek indera (penglihatan, aroma, rasa, sentuhan, suara, dan objek pikiran). Tetapi tanha (keinginan) bisa di-"rem", walaupun sulit..

Latihan untuk terbebas dari samsara adalah menge-"rem" keinginan ini..
Untuk bisa berlatih ini, perlu pelajari dulu teori vipassana.
Setelah belajar teorinya, barulah berlatih.

Sang Buddha mengajarkan bahwa untuk memahami Dhamma perlu melalui 3 tahapan, yaitu: pariyatti (belajar teori), patipatti (mempraktekkan), pativedha (menembus / memahami)..
Ada orang yang mengabaikan pariyatti. Ada juga yang mengabaikan patipatti.
Keduanya sama-sama kurang bermanfaat.. :)

Selamat belajar teori dan mempraktekkannya..  _/\_
Title: Yang semakin tinggi akan menjadi semakin rendah
Post by: Pooh on 27 August 2007, 11:02:32 AM
Seperti kita sering katakan, bahwa manusia pada dasarnya beragama
untuk memuluskan harapan dan impian2 mereka. Ada yang mengharapkan
kesuksesan, ada yang mengharapkan kekayaan, ada yang mengharapkan
surga, dsb. Tetapi kala mereka tidak mendapatkan apa yang mereka
impikan, mereka mulai guncang, atau pun menyalahkan sesembahannya.
Atau manusia membuat berbagai macam dalih atas ketidak terkabulkannya
impian tersebut. Berbagai macam kambing hitam dicari.

Kita sebagai Buddhist yang mempraktekkan Dharma seringkali
mencemoohkan sikap orang beragama yang seperti itu. Tapi janganlah
kita bergembira dulu karena sudah mengerti atau melaksanakan Dharma
secara benar. Apabila kita merasa sombong, dan berbangga bahwa kita
lebih baik daripada 'mereka', disitu pulalah kita sebenarnya sudah
mulai terjatuh sebagai praktisi Dharma. Bila kita sudah merasa lebih
benar daripada orang lain, atau merasa bahwa orang beragama/ aliran
lain tidaklah sebaik agama/aliran kita, sadarlah bahwa kita belum
mempraktekkan Dharma secara benar. Kearogansian ini malah barangkali
bisa membawa kita kepada sikap takabur dan selanjutnya bila kebutaan
ini semakin menjadi-jadi dan kita tidak senantiasa waspada , menurut
saya bisa memerosotkan kita jatuh ke alam2 asura (cmiiw). Mengapa?
Alasan saya sederhana, alih-alih Dharma membuat kita menjadi semakin
sejuk dan damai, pembelajaran yg keliru itu membuat kita menjadi
semakin sombong, merasa benar sendiri, pemarah, gampang tersinggung,
intoleran, dsb.

Sudah selayaknya, kita belajar Dharma untuk mengurangi kemelekatan
pada sang 'aku'. Tetapi dalam perjalanan menghilangkan kemelekatan itu
--apalagi bila kita mendapatkan suatu insight /pencapaian tertentu--
kita seringkali semakin melekat kepada 'ketidakmelekatan' itu.
Bagaikan minum obat untuk menyembuhkan suatu penyakit, tetapi karena
overdosis justru menimbulkan efek samping yang lain.

Sudah semestinya --secara teori, dan saya akui saya sendiri baru
berjuang utk melaksanakannya -- bahwa kita bisa menjadi semakin rendah
hati dan menjadi bak pelayan kepada orang yang lain, terutama kepada
orang yang berbeda agama / aliran. Karena kala itu, dimana ego
materialistik / keduniawian kita sudah sedikit banyak ditundukkan,
tetapi disitulah ego kerohanian kita justru semakin menguat.
Saya hanya mengira-ira saja , bahwa sebenarnya, semakin tinggi praktek
Dharma seseorang, semestinyalah ybs merasa menjadi semakin rendah dan
tidak bisa apa-apa. Betulkah? (cmiiw).
Title: Re: Menanam Sebab...
Post by: morpheus on 27 August 2007, 11:08:50 AM
pooh, anda layak dapet bintang...
sering2 nulis ya ;D
Title: Re: Menanam Sebab...
Post by: Lily W on 27 August 2007, 06:15:32 PM
Quote from: Lex Chan on 26 August 2007, 12:53:52 PM
Quote from: Sumedho on 15 August 2007, 01:23:03 PM
coba cek paticca samupada, tentang mata rantai yg saling berhubungan.

Ketika salah satu mata rantai putus maka..... tidak berlanjut.
Tidak terlahir, tidak ada kondisi utk vipaka berbuah (buah kamma).

Putusnya bukan di sembarang tempat, tetapi di antara vedana (perasaan) dengan tanha (keinginan).

Quote from: Sumedho on 15 August 2007, 03:37:26 PM
yg english disini, nanti tak cari yg indon ato terpaksa ngecap
http://en.wikipedia.org/wiki/Vedana

Vedana (perasaan suka atau tidak suka atau netral) tidak bisa di-"rem" setelah terjadi kontak dengan salah satu dari 6 objek indera (penglihatan, aroma, rasa, sentuhan, suara, dan objek pikiran). Tetapi tanha (keinginan) bisa di-"rem", walaupun sulit..

Latihan untuk terbebas dari samsara adalah menge-"rem" keinginan ini..
Untuk bisa berlatih ini, perlu pelajari dulu teori vipassana.
Setelah belajar teorinya, barulah berlatih.

Sang Buddha mengajarkan bahwa untuk memahami Dhamma perlu melalui 3 tahapan, yaitu: pariyatti (belajar teori), patipatti (mempraktekkan), pativedha (menembus / memahami)..
Ada orang yang mengabaikan pariyatti. Ada juga yang mengabaikan patipatti.
Keduanya sama-sama kurang bermanfaat.. :)

Selamat belajar teori dan mempraktekkannya..  _/\_

Kalo "Remnya" blong di VEDANA dan TANHA, harus diputuskan di UPADANA dan
BHAVA dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan

_/\_   :lotus:
Title: Re: Menanam Sebab...
Post by: indavadi on 28 August 2007, 10:24:02 AM
 [at]  bro Menyan jumpa lagi selain di kaskus hehehe

Mengapa harus melepaskan diri dari Samsara?
Mengapa harus tidak menanam?
Apakah ada doktrin yang menyatakan bahwa itu lebih bahagia?
Apakah itu bahagia? adakah bahagia tanpa penderitaan?
Darimana kita mengetahui menanam dan tidak menanam jika tidak ada buahnya?
Mengapa kita tidak mencoba untuk melupakannya?

Ingatlah semboyan ini "Lupakan NIbbana untuk mencapai Nibbana"

Lupakan semua sebab dan akibat, serta lupakan semua tanam atau tidak menanam, yang ada adalah kondisi hampa dan berbentuk, yang ada adalah kondisi bahagia dan sedih, yang ada adalah kondisi dimana terdapat kemelekatan dan tanpa kemelekatan, yang ada adalah tidak ada.

_/\_
Title: Re: Menanam Sebab...
Post by: Sukma Kemenyan on 28 August 2007, 09:20:58 PM
^ Woo hoo... mantab... Lupakan Nibbana... untuk mencapai Nibbana...

cool idea...
tapi koq rasanya bertolak belakang dengan doktrin buddhism
Title: Re: Menanam Sebab...
Post by: indavadi on 29 August 2007, 10:34:07 AM
^^ hehehehehe, itu semboyan buat Ultras Buddhist

Doktrin Buddhist? apa itu doktrin Buddhist? tujuan tertinggi umat Buddha adalah Nibbana, begitukah doktrin Buddhist? saya rasa itu adalah doktrin yang tertulis oleh umat Buddhist. Maaf saya tidak setuju jika itu doktrin Buddhist, tetapi setahu saya doktrin Buddhist hanya "Sabba papassa akaranam, kusalassa upasampada, sacitta pariyodapanam, etam buddha na sasanam"
Tidak ada yang namanya doktrin dalam Buddhistme, tetapi yang ada adalah semangat hidup para Buddhist, semangat itu berbentuk "Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia"
Title: Re: Menanam Sebab...
Post by: Sumedho on 29 August 2007, 12:51:35 PM
Quote from: Lex Chan on 26 August 2007, 12:53:52 PM
Quote from: Sumedho on 15 August 2007, 01:23:03 PM
coba cek paticca samupada, tentang mata rantai yg saling berhubungan.

Ketika salah satu mata rantai putus maka..... tidak berlanjut.
Tidak terlahir, tidak ada kondisi utk vipaka berbuah (buah kamma).

Putusnya bukan di sembarang tempat, tetapi di antara vedana (perasaan) dengan tanha (keinginan).

Quote from: Sumedho on 15 August 2007, 03:37:26 PM
yg english disini, nanti tak cari yg indon ato terpaksa ngecap
http://en.wikipedia.org/wiki/Vedana

Vedana (perasaan suka atau tidak suka atau netral) tidak bisa di-"rem" setelah terjadi kontak dengan salah satu dari 6 objek indera (penglihatan, aroma, rasa, sentuhan, suara, dan objek pikiran). Tetapi tanha (keinginan) bisa di-"rem", walaupun sulit..

Latihan untuk terbebas dari samsara adalah menge-"rem" keinginan ini..
Untuk bisa berlatih ini, perlu pelajari dulu teori vipassana.
Setelah belajar teorinya, barulah berlatih.

Sang Buddha mengajarkan bahwa untuk memahami Dhamma perlu melalui 3 tahapan, yaitu: pariyatti (belajar teori), patipatti (mempraktekkan), pativedha (menembus / memahami)..
Ada orang yang mengabaikan pariyatti. Ada juga yang mengabaikan patipatti.
Keduanya sama-sama kurang bermanfaat.. :)

Selamat belajar teori dan mempraktekkannya..  _/\_

Thanks utk koreksinya tentang putusnya mata rantai. Lagi buru2x jadi nga teliti deh. sati oh sati.

Kemudia soal link ke Vedana, itu sebenarnya bukan titik dimana putusnya, link ke wiki vedana kebetulan pas lagi buka page itu saja, jadi copas deh.

Nah soal putus di vedana atau diantara vedana dan tanha, itu sendiri banyak pendapat yang berbeda2x. Tentang paticca samuppada sendiri juga tidak hanya 1 pandangan saja.

coba lihat pada Samyutta Nikaya 36.1 sampai 36.15 tentang Vedana
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/index.html#vedana

ini potongan dari samadhi sutta SN 36.1
Quote"There are, O monks, these three feelings: pleasant feelings, painful feelings, and neither-painful-nor-pleasant feelings."
A disciple of the Buddha, mindful,
clearly comprehending, with his mind collected,
he knows the feelings1 and their origin,2
knows whereby they cease3 and knows the path
that to the ending of feelings lead.4
And when the end of feelings he has reached,
such a monk, his thirsting quenched, attains Nibbana."5

Santaka Sutta SN 36.15
QuoteOnce the Venerable Ananda went to see the Blessed One. Having saluted him respectfully, he sat down at one side. Thus seated, he said:

"What are the feelings, O Lord? What is the origin of feelings, what is their cessation and the way leading to their cessation? What is the gratification in feelings? What is the danger in feelings? And what is the escape from them?"

"There are, Ananda, three kinds of feelings: pleasant, painful and neutral. Through the origin of sense-impression there is origin of feelings; through the cessation of sense-impression there is cessation of feelings. It is the noble eightfold path that is the way leading to the cessation of feelings, namely: right understanding, right thought, right speech, right action, right livelihood, right effort, right mindfulness and right concentration.

"It is the happiness and gladness arising dependent on feelings that is the gratification in feelings. Feelings are impermanent, (liable to bring) pain, and are subject to change; this is the danger in feelings. The removal and the giving up of the desire and lust for feelings is the escape from feelings.

"I have further taught, Ananda, the gradual cessation of conditioned phenomena.1 In him who has attained the first meditative absorption, speech has been stilled. Having attained the second absorption, thought-conception and discursive thinking has ceased. Having attained the third absorption, joy has ceased. Having attained the fourth absorption, inhalation and exhalation have ceased. Having attained the sphere of the infinity of space, perception of form2 has ceased. Having attained the sphere of the infinity of consciousness, the perception of the sphere of the infinity of space has ceased. Having attained the sphere of no-thingness, the perception of the sphere of infinity of consciousness has ceased. Having attained the sphere of neither-perception-nor-non-perception, the perception of the sphere of no-thingness has ceased. Having attained the cessation of perception and feeling, perception and feeling have ceased. In a taint-free monk greed, hatred, and delusion are quietened."

Bhikkhu Sutta SN 36.23
QuoteThen a certain bhikkhu went to the Blessed One and, on arrival, having bowed down to him, sat to one side. As he was sitting there he said to the Blessed One, "What, lord, is feeling? What is the origination of feeling? What is the path of practice leading to the origination of feeling? What is the cessation of feeling? What is the path of practice leading to the cessation of feeling? What is the allure of feeling, what is its drawback, what is the escape from it?"

"Monk, there are three feelings: a feeling of pleasure, a feeling of pain, a feeling of neither pleasure nor pain. These are called feelings.

"Contact is the origination of feeling.

"Craving is the path of practice leading to feeling.

"From the cessation of contact is the cessation of feeling.

"This very noble eightfold path is the path of practice leading to the cessation of feeling. In other words, right view, right resolve, right speech, right action, right livelihood, right effort, right mindfulness, right concentration.

"Whatever pleasure & happiness arise in dependence on feeling: That is the allure of feeling.

"The fact that feeling is inconstant, stressful, subject to change: That is the drawback of feeling.

"The subduing of desire-passion for feeling, the abandoning of desire-passion for feeling: That is the escape from feeling."
Title: Re: Menanam Sebab...
Post by: Hikoza83 on 06 September 2007, 11:17:30 PM
Quote from: indavadi on 28 August 2007, 10:24:02 AM
[at]  bro Menyan jumpa lagi selain di kaskus hehehe

Mengapa harus melepaskan diri dari Samsara?
Mengapa harus tidak menanam?
Apakah ada doktrin yang menyatakan bahwa itu lebih bahagia?
Apakah itu bahagia? adakah bahagia tanpa penderitaan?
Darimana kita mengetahui menanam dan tidak menanam jika tidak ada buahnya?
Mengapa kita tidak mencoba untuk melupakannya?

Ingatlah semboyan ini "Lupakan NIbbana untuk mencapai Nibbana"

Lupakan semua sebab dan akibat, serta lupakan semua tanam atau tidak menanam, yang ada adalah kondisi hampa dan berbentuk, yang ada adalah kondisi bahagia dan sedih, yang ada adalah kondisi dimana terdapat kemelekatan dan tanpa kemelekatan, yang ada adalah tidak ada.

_/\_

wah dalam maknanya...
boleh tau penjelasannya gmn?
soalnya kata2nya sulit dipahami nih.
biar yg baru belajar Buddhism ga salah paham dgn maksud tulisannya,
tq sebelumnya ya kk...

By : Zen
Title: Re: Menanam Sebab...
Post by: markosprawira on 07 September 2007, 04:02:04 PM
 [at] Indavadi : cm mo koreksi, bahwa sebenarnay anda udah bikin doktrin buat mereka yang anda sebut "ultras buddhist" itu sendiri...

doktrinnya yah:
Quote"Lupakan NIbbana untuk mencapai Nibbana"

QuoteLupakan semua sebab dan akibat
serta lupakan semua tanam atau tidak menanam, yang ada adalah kondisi hampa dan berbentuk, yang ada adalah kondisi bahagia dan sedih, yang ada adalah kondisi dimana terdapat kemelekatan dan tanpa kemelekatan, yang ada adalah tidak ada.

yah ini doktrin itu lah..... cuma beda bentuk dan sebutan aja.... dimana anda mungkin menyebutnya "semboyan"

kenapa saya sebut sebagai doktrin??? karena hal ini terus menerus anda dengungkan.....

semoga bisa dimengerti yah.......
Title: Re: Menanam Sebab...
Post by: Upaseno on 09 September 2007, 08:34:49 AM
Quote from: Kemenyan on 15 August 2007, 06:39:14 AM
Kalau kita berbuat buruk... kita menanam sebab buruk...
Maka... sebab tersebut akan berbuah....

Kalau kita berbuat baik... kita menanam sebab baik...
Maka... sebab tersebut juga akan berbuah...

Kalau masih terikat Sebab-Akibat
Kapan bisa lepas dari Samsara... ?

Lalu...
bagaimana caranya untuk tidak menanam sebab ?
"Kalau kita berbuat buruk... kita menanam sebab buruk...
Maka... sebab tersebut akan berbuah....

Kalau kita berbuat baik... kita menanam sebab baik...
Maka... sebab tersebut juga akan berbuah..."---Belum tentu juga yah.  Perbuatan itu kan sesuatu diluar Pikiran.  Jika Perbuatan itu tidak dilandasi Kehendak, tak akan berbuah juga.

"Kalau masih terikat Sebab-Akibat
Kapan bisa lepas dari Samsara... ?"---Kalau Pikiran kita terikat oleh Sebab-Akibat, pasti kita tidak akan lepas dari Samsara.  Tetapi kalau Pikiran kita hanya melihat Sebab-Akibat itu sebagai Anicca, Dukkha, Anatta; kita ga akan tersangkut di Samsara. 

"bagaimana caranya untuk tidak menanam sebab ?"---Menanam sebab demi sebab itu sendiri.  Bukan demi aku, kamu dan yang lainnya.
Title: Re: Menanam Sebab...
Post by: Suchamda on 10 September 2007, 09:23:15 AM
QuoteSeperti kita sering katakan, bahwa manusia pada dasarnya beragama
untuk memuluskan harapan dan impian2 mereka. Ada yang mengharapkan
kesuksesan, ada yang mengharapkan kekayaan, ada yang mengharapkan
surga, dsb. Tetapi kala mereka tidak mendapatkan apa yang mereka
impikan, mereka mulai guncang, atau pun menyalahkan sesembahannya.
Atau manusia membuat berbagai macam dalih atas ketidak terkabulkannya
impian tersebut. Berbagai macam kambing hitam dicari.

Kita sebagai Buddhist yang mempraktekkan Dharma seringkali
mencemoohkan sikap orang beragama yang seperti itu. Tapi janganlah
kita bergembira dulu karena sudah mengerti atau melaksanakan Dharma
secara benar. Apabila kita merasa sombong, dan berbangga bahwa kita
lebih baik daripada 'mereka', disitu pulalah kita sebenarnya sudah
mulai terjatuh sebagai praktisi Dharma. Bila kita sudah merasa lebih
benar daripada orang lain, atau merasa bahwa orang beragama/ aliran
lain tidaklah sebaik agama/aliran kita, sadarlah bahwa kita belum
mempraktekkan Dharma secara benar. Kearogansian ini malah barangkali
bisa membawa kita kepada sikap takabur dan selanjutnya bila kebutaan
ini semakin menjadi-jadi dan kita tidak senantiasa waspada , menurut
saya bisa memerosotkan kita jatuh ke alam2 asura (cmiiw). Mengapa?
Alasan saya sederhana, alih-alih Dharma membuat kita menjadi semakin
sejuk dan damai, pembelajaran yg keliru itu membuat kita menjadi
semakin sombong, merasa benar sendiri, pemarah, gampang tersinggung,
intoleran, dsb.

Sudah selayaknya, kita belajar Dharma untuk mengurangi kemelekatan
pada sang 'aku'. Tetapi dalam perjalanan menghilangkan kemelekatan itu
--apalagi bila kita mendapatkan suatu insight /pencapaian tertentu--
kita seringkali semakin melekat kepada 'ketidakmelekatan' itu.
Bagaikan minum obat untuk menyembuhkan suatu penyakit, tetapi karena
overdosis justru menimbulkan efek samping yang lain.

Sudah semestinya --secara teori, dan saya akui saya sendiri baru
berjuang utk melaksanakannya -- bahwa kita bisa menjadi semakin rendah
hati dan menjadi bak pelayan kepada orang yang lain, terutama kepada
orang yang berbeda agama / aliran. Karena kala itu, dimana ego
materialistik / keduniawian kita sudah sedikit banyak ditundukkan,
tetapi disitulah ego kerohanian kita justru semakin menguat.
Saya hanya mengira-ira saja , bahwa sebenarnya, semakin tinggi praktek
Dharma seseorang, semestinyalah ybs merasa menjadi semakin rendah dan
tidak bisa apa-apa. Betulkah? (cmiiw).

Halo Pooh,
Sepertinya kok itu tulisan saya yang saya posting di milis Samaggi Phala ya?
Saya tidak keberatan tulisan2 saya diposting ulang, tapi bila tanpa menyebutkan penulis dan sumbernya hal itu bisa terkesan tidak etis dan merugikan perkembangan batin anda sendiri. Bukankah demikian sdr.Pooh?

Salam,
Suchamda
Title: Re: Menanam Sebab...
Post by: morpheus on 10 September 2007, 09:28:19 AM
oh oh, kalo gitu bintangnya buat om suchamda...
pantesan gayanya kok familiar ;D
Title: Re: Menanam Sebab...
Post by: Sumedho on 10 September 2007, 03:58:32 PM
maka itu juga waktu itu ada announcement utk pasang penulis tulisannya kalo di copas. Mungkin Pooh terlupa.
Title: Re: Menanam Sebab...
Post by: Suchamda on 11 September 2007, 11:40:09 AM
Iya, saya rasa Pooh memiliki niat yang baik untuk berbagi. Adapun tulisan saya itu sebenarnya tiada artinya. Dulu sewaktu saya masih belum paham etika di dunia diskusi internet juga pernah melakukan hal yang sama.
Meskipun demikian karena perjalanan 1000 li dimulai dari langkah pertama maka kita perlu berhati-hati. Kesalahan2 kecil bila tidak disadari bisa menggiring kita untuk melakukan kesalahan2 yang lebih besar.
Ini semua adalah wajar karena kita masih tertatih-tatih belajar utk praktek Dharma. Oleh karena itulah 'what is a friend for' yaitu untuk saling mengingatkan demi kebaikan diri kita juga.

Salam,
Suchamda
Title: Re: Menanam Sebab...
Post by: Suchamda on 12 September 2007, 06:03:29 PM
QuoteKalau kita berbuat buruk... kita menanam sebab buruk...
Maka... sebab tersebut akan berbuah....

Kalau kita berbuat baik... kita menanam sebab baik...
Maka... sebab tersebut juga akan berbuah...

Kalau masih terikat Sebab-Akibat
Kapan bisa lepas dari Samsara... ?

Lalu...
bagaimana caranya untuk tidak menanam sebab ?

Selama masih ada proliferasi konsep (papanca-sanna-sankha) yang memunculkan riak vedana dan sankhara disitulah masih terdapat proses perputaran dari paticcasamupada.
Saat konsep itu berhenti dan melihat sesuatu seperti apa adanya (yathabuthananadassana) maka disitulah terdapat perhentian (nibbida).

Batin kita terombang ambing dalam delusi sehingga memunculkan segala permasalahan dunia ini. Pada saat kesan pertama merangsang indera2 fisik kita, kita mencerap dunia dan terjadi proses batin untuk merasakan penderitaan fisik atau untuk memenuhi kebutuhan kita. Tapi pada manusia biasa hal itu tidak berhenti disitu, melainkan terjadi proliferasi (papanceti) yang pada taraf selanjutnya memunculkan keinginan dan penolakan / penderitaan batin. Disitulah maka karma yang baru selalu terbentuk.

Salam,
Suchamda
Title: Re: Menanam Sebab...
Post by: El Sol on 12 September 2007, 06:19:20 PM
 [at] atas gw
ngomong panjang lebar cuma mo bilank kalo 'niat' itu penyebab berbuahnya kamma...><"


CAPEEEEEE DEEEE....