Forum Dhammacitta

Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi => Theravada => Sutta Vinaya => Topic started by: nyanadhana on 17 July 2008, 09:06:27 AM

Title: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: nyanadhana on 17 July 2008, 09:06:27 AM
I have heard that on one occasion the Blessed One was staying near Savatthi in Jeta's Grove, Anathapindika's monastery. Then a certain devata, in the far extreme of the night, her extreme radiance lighting up the entirety of Jeta's Grove, went to the Blessed One. On arrival, having bowed down to him, she stood to one side. As she was standing there, she said to him, "Tell me, dear sir, how you crossed over the flood."

"I crossed over the flood without pushing forward, without staying in place."1

"But how, dear sir, did you cross over the flood without pushing forward, without staying in place?"

"When I pushed forward, I was whirled about. When I stayed in place, I sank. And so I crossed over the flood without pushing forward, without staying in place."

[The devata:]
At long last I see
a brahman, totally unbound,
who     without pushing forward,
   without staying in place,
has crossed     over
   the entanglements
   of the world.

That is what the devata said. The Teacher approved. Realizing that "The Teacher has approved of me," she bowed down to him, circumambulated him — keeping him to her right — and then vanished right there.


Beginilah yang saya dengar,pada suatu ketika Sang Bhagava menetap di dekat Savatthi di Hutan Jeta, Anathapindika Arama. Terdapat seorang devata, pada saat malam yang begitu gelap, cahayanya menerangi seluruh Hutan Jeta, menampakkan diri kepada Sang Bhagava. Menghormat Sang Bhagava dan berdiri di satu sisi. Sebagaimana ia berdiri disatu sisi, ia berkata kepada Sang Bhagava, " Beritahukan kepadaku, Yang Mulia, Bagaimanakah Anda menyebrangi Sungai?"

Lalu, Sang Bhagava menjawab
"Aku menyeberangi sungai tanpa memaksakan diri maju ke depan dan tanpa diam di tempat"

"Tapi bagaimana, Oh Yang Mulia, Anda menyeberangi sungai tanpa memaksakan diri maju ke depan dan tanpa diam di tempat?"

"Ketika Aku memaksakan diri maju ke depan, arus sungai menerjangku. Ketika Aku diam di tempat, Aku ditenggelamkan. Maka aku menyebrangi sungai tanpa memaksakan diri maju ke depan dan tanpa diam di tempat."

Lalu Devata itu berkata.
"Pada waktu yang telah lama sekali, saya melihat
Seorang Brahman, terlepas seutuhnya(tidak terikat lagi)
Yang tidak memaksakan diri maju ke depan
Dan juga tidak diam di tempat.
Ia telah menyeberangi belenggu duniawi.

Begitulah Syair Devata, Sang Bhagava menyetujui, Mengetahui bahwa Sang Bhagava telah menyetujui syairnya, Devata itu menghormat Sang Bhagava, mengelilingi Sang Bhagava dari sisi kanan, lalu menghilang."
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: dilbert on 17 August 2008, 08:43:16 AM
Jalan tengah...
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: ryu on 17 August 2008, 08:51:37 AM
:))
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: Kristin_chan on 17 August 2008, 03:01:15 PM
Bagaimanakah caranya untuk tidak maju dan tidak diam di tempat??
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: dilbert on 17 August 2008, 04:23:08 PM
Quote from: Kristin_chan on 17 August 2008, 03:01:15 PM
Bagaimanakah caranya untuk tidak maju dan tidak diam di tempat??

Dengan maju sekaligus mundur... dapat ??
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: Kelana on 17 August 2008, 08:38:17 PM
Quote from: Kristin_chan on 17 August 2008, 03:01:15 PM
Bagaimanakah caranya untuk tidak maju dan tidak diam di tempat??

Jika pertanyaan Sdri.Kristin_chan memang seperti itu, maka jawabannya:
Tidak ada caranya dan jikapun ada cara maka cara itu tidak ada gunanya.
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: Edward on 18 August 2008, 11:30:36 AM
tidak memaksa maju, tapi tidak juga diam... :-?

_/\_
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: ryu on 18 August 2008, 12:02:31 PM
Ketika menempuh jalan jangan memaksakan diri untuk maju kedepan bisa jatuh :)) lihat sikon dulu, trus kalo diam ditempat mana nyampe tujuan :))
tapi apabila tidak ada tujuan maka tidak ada jalan :))
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: Edward on 18 August 2008, 12:10:54 PM
hahaha...
Ryu, pas bgt sama yg gw pikirin...

:)) :)) :))
Suka mempelajari Zen yah?
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: ryu on 18 August 2008, 12:21:34 PM
Hahaha, aye khan bunglon :))
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: Kristin_chan on 19 August 2008, 06:42:29 PM
Yang ada dalam pikiran saya, jangan melawan arus. Let if flow. Benarkah??
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: ryu on 19 August 2008, 07:09:34 PM
Quote from: Kristin_chan on 19 August 2008, 06:42:29 PM
Yang ada dalam pikiran saya, jangan melawan arus. Let if flow. Benarkah??
melawan arus juga ga apa2 asalkan benar :)) jangan ikuti arus yang ga bener :))
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: tesla on 23 August 2008, 02:22:47 PM
tidak melawan arus, tapi tidak juga terhanyut arus...

arus apa dulu neh...
kalau lagi di sungai beneran mana bisa :))

disini arus sungai tsb maksudnya adalah nafsu duniawi...
tidak menolak dan juga tidak melekatinya...
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: Sumedho on 23 August 2008, 04:58:47 PM
:jempol:
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 07:12:16 PM
Quote from: Kristin_chan on 17 August 2008, 03:01:15 PM
Bagaimanakah caranya untuk tidak maju dan tidak diam di tempat??

"Menyeberangi sungai" itu terjadi tanpa suatu konsep apa pun: harus begini atau harus begitu.

Salam,
hudoyo
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: K.K. on 25 August 2008, 09:54:38 AM
Ogha atau banjir yang dimaksud adalah kesenangan indriah, perwujudan, pandangan dan ketidaktahuan.
Dengan mendorong ke depan, seseorang mengambil pandangan ekstrim dan akan terhanyut dalam pandangannya itu sendiri (dari kesenangan indriah menjadi menyiksa diri; dari "perwujudan" menjadi "penghancuran"; dari satu pandangan ke pandangan lain, ketidaktahuan satu pada ketidaktahuan lainnya). Dengan berdiam di tempat, maka dia akan tenggelam di situ, tidak ke mana-mana (tetap pada kesenangan indriah, pewujudan, pandangan dan ketidaktahuannya).

Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: hudoyo on 25 August 2008, 10:51:53 AM
"Menyeberangi sungai" itu terjadi tanpa suatu konsep apa pun: harus begini atau harus begitu.

Salam,
hudoyo
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: Sumedho on 25 August 2008, 10:55:14 AM
double post pak hud hehehhe
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: hudoyo on 25 August 2008, 11:03:58 AM
Disengaja. :)
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: bond on 25 August 2008, 11:26:23 AM
Jadi yg terbaik gimana Pak, kalau semua tulisan disini beserta penjelasannya konsep atau bukan konsep?
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: hudoyo on 25 August 2008, 04:17:32 PM
 [at] Bond

Semua tulisan adalah produk dari pikiran, jadi bersifat konseptual. Pikiran maupun tulisan tidak pernah bisa mendeskripsikan secara lengkap & utuh suatu keadaan batin di mana pikiran berhenti (keadaan batin transendental). ... Tapi pikiran maupun tulisan tetap perlu untuk berkomunikasi. ... Tapi bagi para pejalan vipassana atau pejalan spiritual lain yang menuju pembebasan dari pikiran/aku, bila berbicara tentang hal-hal transendental, keterbatasan pikiran di atas perlu disadari. Jadi diskusi tidak akan kebablasan. ... Di sini kita kembali kepada perumpamaan 'telunjuk' dan 'rembulan': 'telunjuk' tetap perlu untuk menunjuk 'rembulan', terutama di antara para pejalan spiritual. 'Telunjuk' hendaknya menyadari peran & tugasnya sebagi 'telunjuk', tetapi tidak boleh mengusurpasi (mengambil alih) kenyataan dari 'rembulan'.  :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: Kelana on 29 August 2008, 12:55:46 PM
Quote from: hudoyo on 25 August 2008, 04:17:32 PM
[at] Bond

Semua tulisan adalah produk dari pikiran, jadi bersifat konseptual. Pikiran maupun tulisan tidak pernah bisa mendeskripsikan secara lengkap & utuh suatu keadaan batin di mana pikiran berhenti (keadaan batin transendental). ... Tapi pikiran maupun tulisan tetap perlu untuk berkomunikasi. ... Tapi bagi para pejalan vipassana atau pejalan spiritual lain yang menuju pembebasan dari pikiran/aku, bila berbicara tentang hal-hal transendental, keterbatasan pikiran di atas perlu disadari. Jadi diskusi tidak akan kebablasan. ... Di sini kita kembali kepada perumpamaan 'telunjuk' dan 'rembulan': 'telunjuk' tetap perlu untuk menunjuk 'rembulan', terutama di antara para pejalan spiritual. 'Telunjuk' hendaknya menyadari peran & tugasnya sebagi 'telunjuk', tetapi tidak boleh mengusurpasi (mengambil alih) kenyataan dari 'rembulan'.  :)

Salam,
hudoyo

Betul.betul...termasuk semua yang ada di sini  http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=2355.0 :)

Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: hudoyo on 29 August 2008, 01:13:56 PM
Terima kasih. ... Tidak perlu diingatkan, apa yang saya tulis, sudah lama diterapkan dalam MMD.
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: Kelana on 30 August 2008, 07:16:43 PM
Quote from: hudoyo on 29 August 2008, 01:13:56 PM
Terima kasih. ... Tidak perlu diingatkan, apa yang saya tulis, sudah lama diterapkan dalam MMD.

Terima kasih kembali Pak Hud atas penegasannya ;D
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: Kelana on 30 August 2008, 07:50:12 PM
Quote from: Kelana on 30 August 2008, 07:16:43 PM
Quote from: hudoyo on 29 August 2008, 01:13:56 PM
Terima kasih. ... Tidak perlu diingatkan, apa yang saya tulis, sudah lama diterapkan dalam MMD.

Terima kasih kembali Pak Hud atas penegasannya ;D

O ya satu lagi, saya terpaksa menimbulkan penegasan dari Pak Hud karena demi kami yang mungkin memerlukannya. Karena meskipun sudah lama penerapannya kadang kala bisa melupakannya, bisa mundur-maju dan hanya mereka yang Tercerahkan Penuh yang bisa menerapkannya dengan sempurna tanpa mundur kembali. _/\_
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: Andi Sangkala on 31 August 2008, 04:56:37 PM
Quote from: hudoyo on 25 August 2008, 04:17:32 PM
[at] Bond

Semua tulisan adalah produk dari pikiran, jadi bersifat konseptual. Pikiran maupun tulisan tidak pernah bisa mendeskripsikan secara lengkap & utuh suatu keadaan batin di mana pikiran berhenti (keadaan batin transendental). ... Tapi pikiran maupun tulisan tetap perlu untuk berkomunikasi. ... Tapi bagi para pejalan vipassana atau pejalan spiritual lain yang menuju pembebasan dari pikiran/aku, bila berbicara tentang hal-hal transendental, keterbatasan pikiran di atas perlu disadari. Jadi diskusi tidak akan kebablasan. ... Di sini kita kembali kepada perumpamaan 'telunjuk' dan 'rembulan': 'telunjuk' tetap perlu untuk menunjuk 'rembulan', terutama di antara para pejalan spiritual. 'Telunjuk' hendaknya menyadari peran & tugasnya sebagi 'telunjuk', tetapi tidak boleh mengusurpasi (mengambil alih) kenyataan dari 'rembulan'.  :)

Salam,
hudoyo


Namaste  _/\_

Cuma sekedar mengingatkan, "telunjuk yang kita lihat" bukanlah "telunjuk asli" dan "rembulan yang kita lihat" juga bukan "rembulan sebenarnya".  :o  Bayangkan aja apabila telunjuk masuk ke mata hehehehehe, namanya kecolok  ^:)^

Jadi jangan terikat dengan apa yang dilihat. 8)

Semoga kita semua cerah dan tercerahkan  :whistle:


sukhi hotu  _/\_

Andi

Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: williamhalim on 31 August 2008, 05:07:19 PM
kalo dipikirin akan jadi rumit
kalo dipraktikkan akan jadi sederhana

begitulah adanya....


::
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: markosprawira on 01 September 2008, 09:30:09 AM
Quote from: Andi Sangkala on 31 August 2008, 04:56:37 PM
Quote from: hudoyo on 25 August 2008, 04:17:32 PM
[at] Bond

Semua tulisan adalah produk dari pikiran, jadi bersifat konseptual. Pikiran maupun tulisan tidak pernah bisa mendeskripsikan secara lengkap & utuh suatu keadaan batin di mana pikiran berhenti (keadaan batin transendental). ... Tapi pikiran maupun tulisan tetap perlu untuk berkomunikasi. ... Tapi bagi para pejalan vipassana atau pejalan spiritual lain yang menuju pembebasan dari pikiran/aku, bila berbicara tentang hal-hal transendental, keterbatasan pikiran di atas perlu disadari. Jadi diskusi tidak akan kebablasan. ... Di sini kita kembali kepada perumpamaan 'telunjuk' dan 'rembulan': 'telunjuk' tetap perlu untuk menunjuk 'rembulan', terutama di antara para pejalan spiritual. 'Telunjuk' hendaknya menyadari peran & tugasnya sebagi 'telunjuk', tetapi tidak boleh mengusurpasi (mengambil alih) kenyataan dari 'rembulan'.  :)

Salam,
hudoyo


Namaste  _/\_

Cuma sekedar mengingatkan, "telunjuk yang kita lihat" bukanlah "telunjuk asli" dan "rembulan yang kita lihat" juga bukan "rembulan sebenarnya".  :o  Bayangkan aja apabila telunjuk masuk ke mata hehehehehe, namanya kecolok  ^:)^

Jadi jangan terikat dengan apa yang dilihat. 8)

Semoga kita semua cerah dan tercerahkan  :whistle:


sukhi hotu  _/\_

Andi




lebih parah lagi kalo rembulan masuk ke mata, bro.......  :whistle:
Title: Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
Post by: Andi Sangkala on 12 September 2008, 12:40:30 PM
Quote from: markosprawira on 01 September 2008, 09:30:09 AM

lebih parah lagi kalo rembulan masuk ke mata, bro.......  :whistle:


Namaste _/\_

iya seh bro, untungnya bulan gak mungkin masuk ke mata, tapi kalo telunjuk sih masih mungkin hehehehehe  ;D

semoga mencerahkan dan tercerahkan  ^:)^

sukhi hotu  _/\_

Andi