Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: Hikoza83 on 03 June 2008, 07:59:05 AM

Title: Wanita in second class?
Post by: Hikoza83 on 03 June 2008, 07:59:05 AM
saya berniat mendiskusikan hal ini, krn terinspirasi oleh beberapa tulisan mengenai wanita, antara lain : sebuah buku Gua di Gunung Salju yg menceritakan perjualan seorang Bhiksuni Tibet, Tenzin Palmo yang bermeditasi selama 12 tahun di sebuah gua di puncak himalaya, dan cerita2 dari teman2 yang mengikuti Pabbaja Samaneri Perbhiktin Mei 2008 kemarin.

saya ingin bertanya kepada teman2 dalam Dharma, bagaimana pendapat anda ttg topik ini? [terutama cewe2 dan ibu2 di DC]
mari berdiskusi. ;D

point2 :
1. ada yg mengatakan bahwa terlahir sebagai wanita adalah karma buruk;
2. ada yg mengatakan bahwa Ke-Buddha-an diraih hanya dengan tubuh laki2;
3. ada yg mengatakan bahwa wanita adalah penggoda laki2; dll
nb : ada yg mau nambahin?  :)


By : Zen
Title: Re: Wanita in second class?
Post by: Kelana on 03 June 2008, 08:05:06 AM
Tambahan pertanyaan, adakah vinaya yang menyatakan bahwa jika seorang bhikkhuni / bhiksuni berceramah dan kemudian datang seorang bhikkhu, maka bhikkhuni tsb harus berhenti cermah dan memberikan posisinya kepada bhikkhu tsb? Saya mendapatkan pertanyaan ini dari acara di metro tv yang membahas mengenai kehidupan bhiksuni, yang secara jelas menyatakan bahwa posisi bhikkhu/shu lebih tinggi dari pada bhikkhuni/suni.
Title: Re: Wanita in second class?
Post by: nyanadhana on 03 June 2008, 10:38:42 AM
To Kelana :
Ada,peraturan itu diatur dimana bhikkuni memang harus patuh kepada Bhikkhu. saya punya ebook inggrisnya Bhikkuni Patimokkha yang disusun dari 6 aliran Buddhisme dari Theravada sampai Mula Sarvastivada. ebook ini bisa diperoleh dari www.buddhanet.net bagian pdf berjudul Bhikkhuni Patimokkha.

To Hikoza :
1. Terlahir menjadi wanita adalah kamma buruk, anda mesti menanyakan mama anda,apakah ia buruk. Terkadang budaya setempat ada ayng menekankan garis ayah dan garis ibu, dalam Dhamma,gender itu tidak berlaku. yang penting pikirannya. Hanya saja bagi wanita,ada tantangan menjadi bhikkhuni terutama saat menstruasi,saat menopause dimana gejolak pikiran itu sering kacau, namun jika ia melatih pikirannya,tidak akan masalah.

2. tubuh Ke Buddhaan diraih laki-laki, ini adalah filosofi Mahayana yang tercampur ke kultur setempat. Siddhatta ketika menjadi Boddhisatta berkalpa-kalpa terdahulu pernah terlahir menjadi seorang wanita. tubuh terakhir Bodhisatta sebagai Gautama Buddha memang pria, namun jangan dijadikan patokan bahwa wanita tidak bisa meraih kesempurnaan. semua orang adalah Bodhisatta yang sedang belajar meraih Nibbana.

3. wanita penggoda laki-laki , ingat objek diluar adalah netral. terletak pada laki-lakinya apakah ia tergoda atau tidak. atau kasarnya tanya ke mama kamu,apakah dia penggoda papa kamu,mungkin terdengar sangat kurang ajar.

Wanita dan Pria adalah kesetaraan gender sama halnya kasta adalah sama dimata Buddha.
Title: Re: Wanita in second class?
Post by: tesla on 03 June 2008, 01:03:03 PM
Quote from: nyanadhana on 03 June 2008, 10:38:42 AM
1. Terlahir menjadi wanita adalah kamma buruk, anda mesti menanyakan mama anda,apakah ia buruk. Terkadang budaya setempat ada ayng menekankan garis ayah dan garis ibu, dalam Dhamma,gender itu tidak berlaku. yang penting pikirannya. Hanya saja bagi wanita,ada tantangan menjadi bhikkhuni terutama saat menstruasi,saat menopause dimana gejolak pikiran itu sering kacau, namun jika ia melatih pikirannya,tidak akan masalah.
ya e ya lah... pake logika aja...
wanita tiap bulan harus M...
sedang yg cowok dapat memilih kapan utk ke wc nah... (tau tau sendiri deh)

Quote
2. tubuh Ke Buddhaan diraih laki-laki, ini adalah filosofi Mahayana yang tercampur ke kultur setempat. Siddhatta ketika menjadi Boddhisatta berkalpa-kalpa terdahulu pernah terlahir menjadi seorang wanita. tubuh terakhir Bodhisatta sebagai Gautama Buddha memang pria, namun jangan dijadikan patokan bahwa wanita tidak bisa meraih kesempurnaan. semua orang adalah Bodhisatta yang sedang belajar meraih Nibbana.
yg penting mo jadi Buddha terakhir harus laki laki kan? ???
tanya kenapa?

Quote
3. wanita penggoda laki-laki , ingat objek diluar adalah netral. terletak pada laki-lakinya apakah ia tergoda atau tidak. atau kasarnya tanya ke mama kamu,apakah dia penggoda papa kamu,mungkin terdengar sangat kurang ajar.
gua harus ingat ingat karma neh biar gua ga selingkuh...

Quote
Wanita dan Pria adalah kesetaraan gender sama halnya kasta adalah sama dimata Buddha.
di mata Buddha iya, di mata kita?
Title: Re: Wanita in second class?
Post by: nyanadhana on 03 June 2008, 03:01:56 PM
1. tetep aja gw ga dukung kata jadi wanita itu kamma buruk, lebih enak kalo jadi wanita itu tantangannya lebih besar,harus melahirkan,harus mens, kamma buruk,kasar banget.
2. dari semua sejarah Buddha yang lahir, adalah pria.itu yang didapat dari Tipitaka/Tripitaka.
3. objek luar netral.
4. di mata gw ,gender adalah setara ,kalo di mata kamu?
Title: Re: Wanita in second class?
Post by: Lily W on 03 June 2008, 03:40:20 PM
Quote from: nyanadhana on 03 June 2008, 03:01:56 PM
1. tetep aja gw ga dukung kata jadi wanita itu kamma buruk, lebih enak kalo jadi wanita itu tantangannya lebih besar,harus melahirkan,harus mens, kamma buruk,kasar banget.

Bisa terlahir sebagai manusia (cow, cew, cow cew ;D) itu adalah kondisi yg sulit yg pernah di sabdakan oleh Sang Buddha.

Imo...terlahir sebagai cew adalah merupakan proses....

_/\_ :lotus:




Title: Re: Wanita in second class?
Post by: morpheus on 03 June 2008, 05:40:54 PM
Quote from: Hikoza83 on 03 June 2008, 07:59:05 AM
1. ada yg mengatakan bahwa terlahir sebagai wanita adalah karma buruk;
saya bukan wanita, tapi cuman mau komen item yg ini...

pernyataan di atas muncul karena ada pemikiran bahwa jadi wanita itu "lebih menderita" ketimbang jadi pria.
pertanyaan kuncinya adalah bagaimana mengukur besarnya penderitaan sehingga tau jadi wanita itu lebih menderita?

saya pikir agak susah kalo mau mengukur yg namanya penderitaan. wanita punya penderitaan wanita dan pria punya penderitaan pria. yg mana yg lebih besar? penderitaan dalam rumusan buddhis umumnya adalah besarnya gap antara realita dan keinginan. makin besar gapnya, makin menderita. dan ini ternyata gak ada hubungannya sama gender. kalo anda wanita dan anda tidak puas menjadi wanita (karena sakit melahirkan, mens, dst), maka anda menderita. kalo anda pria dan anda tidak puas menjadi pria (karena capek kerja, ngejar pasangan, dst), maka anda menderita....
Title: Re: Wanita in second class?
Post by: Hikoza83 on 03 June 2008, 05:53:23 PM
hmm.. kayaknya komentar2nya agak melenceng dr maksud saya utk berdiskusi ttg hal ini ya... :)

secara pribadi, saya berpendapat pria maupun wanita setara dalam mencapai Pencerahan.
_/\_

maksud saya, sebetulnya berkaitan dengan perilaku sehari-hari dalam masyarakat, dan [mungkin] di lingkungan vihara..
dimana kadang wanita [kadang] diperlakukan sebagai second class baik sengaja maupun tak sengaja [cthnya point2 yg saya sampaikan], dalam ucapan ataupun perbuatan dari lingkungan sekitarnya.
lalu bagaimana tanggapan kalian sebagai wanita dalam menghadapi hal ini...  ???


By : Zen

Title: Re: Wanita in second class?
Post by: andry on 03 June 2008, 07:46:58 PM
Aqiqa bukan cewek , yu ya yuuu.. ;)
jujur susah yah, sebab sudah tertanam culture yg begitu kuat atau pekat
bahwa wanita adalah kelas ke 2.
Entah telah beberapa puluh bahkan ratusan tahun, bahwa wanita itu dianggap kelas ke 2 dan anak wanita itu dianggap tidak baik! lihatlah kebudayaan ini telah lama menempel/melekat maka tidak akan mudah untuk merubahnya.

Jika saya sebagai wanita (bentar rubah bentuk dulu wakakkkss, coba memposisikan diri sbg wanita)
terus terang ada perasaan jengkel yah...
"enak aja gue di tindes2' (dalam artian diperintah2/disuruh2),tidak disertakan dlm pengambilan keputusan, makanya pendidikan harus digalangkan...
wah susah jawabnya bro... tapi yg hebat tuh kalau menyadari wah jd ce tuh harus kayak gini yah... ya udah lah.. enjoy aja...;)
Title: Re: Wanita in second class?
Post by: El Sol on 03 June 2008, 08:08:29 PM
kalo terlahir jadi cewe adalah Kamma buruk...

gw rasa yg Bancis bakal protes...

wong mereka pengen terlahir jadi cewe..mwahahhaa

Title: Re: Wanita in second class?
Post by: tesla on 03 June 2008, 09:13:35 PM
saya baru berpikir, dalam suku adat tertentu wanita malah lebih tinggi lho...

warisan semua jatuh ke tangan wanita...

yah... kita tak bisa mengukur penderitaan, hanya bisa menerima

_/\_
Title: Re: Wanita in second class?
Post by: nyanadhana on 06 June 2008, 08:13:21 AM
maksud saya, sebetulnya berkaitan dengan perilaku sehari-hari dalam masyarakat, dan [mungkin] di lingkungan vihara..
dimana kadang wanita [kadang] diperlakukan sebagai second class baik sengaja maupun tak sengaja [cthnya point2 yg saya sampaikan], dalam ucapan ataupun perbuatan dari lingkungan sekitarnya.
lalu bagaimana tanggapan kalian sebagai wanita dalam menghadapi hal ini...


Ini letaknya pada wanita itu sendiri, sudah tau norma masyarakat memang begitu tapi datang ke vihara ,pake pakaian minim mirip mau jual diri,trus berbicara dengan Bhante dengan nada yang merayu-rayu dan sok ratu. ini salah perempuannya sendiri,mereka yang bikin image seperti itu. Coba dari dulu mereka bisa bersikap lebih wajar dan lebih pantas,saya yakin pendapat masyarakat pasti akan berbeda.
Title: Re: Wanita in second class?
Post by: williamhalim on 06 June 2008, 11:40:38 AM
Quote from: Hikoza83 on 03 June 2008, 07:59:05 AM
point2 :
1. ada yg mengatakan bahwa terlahir sebagai wanita adalah karma buruk;
2. ada yg mengatakan bahwa Ke-Buddha-an diraih hanya dengan tubuh laki2;
3. ada yg mengatakan bahwa wanita adalah penggoda laki2; dll
nb : ada yg mau nambahin?  :)


Sepengetahuan saya:

1. IMO terlahir sebagai wanita bukanlah kamma buruk, tetapi 'kondisinya kurang beruntung'.
logikanya: UMUMNYA dari segi fisik sudah lebih lemah dibanding lelaki, datang bulan yg cukup mengganggu, belom lagi jika melahirkan, akan repot, setelah itu mesti membesarkan anak. #:-S

2. point ini, bukankah maksudnya: 'Sammasambuddha' hanya terlahir di tubuh lelaki. Sedangkan Buddha, bisa perempuan? <--- CMIIW

3. kalo ini sih fahamnya si FPI, nafsu nafsunya dia yg disalahin objeknya. Dia-nya yg bejat, yg disalahin baju cewenya. Dia yg batal puasa, yg disalahin orang buka warung.  :))

::
Title: Re: Wanita in second class?
Post by: K.K. on 06 June 2008, 02:15:48 PM
Quote1. IMO terlahir sebagai wanita bukanlah kamma buruk, tetapi 'kondisinya kurang beruntung'.
logikanya: UMUMNYA dari segi fisik sudah lebih lemah dibanding lelaki, datang bulan yg cukup mengganggu, belom lagi jika melahirkan, akan repot, setelah itu mesti membesarkan anak.

Setuju. Kalo dalam aliran Theravada, menjadi wanita memiliki 3 kesusahan yaitu menstruasi, hamil, dan melahirkan; ditambah lagi posisi yang kurang menguntungkan di masyarakat. Tetapi menjadi wanita 'belum tentu' selalu akibat kamma buruk. Ada juga yang memang bertekad menjadi wanita dengan alasan tertentu. Kalo dari Sutta, Sumitra bertekad mendampingi dan membantu perjuangan Sumedha, sampai pada kehidupan terakhir menjadi Yasodhara yang mendampingi Pangeran Sidharta. Visakkha yang terkenal cantik pun konon menginginkan kelahiran kembali menjadi wanita. Begitu juga kisah2 para wanita yang bertekad menjadi maha-savika. Mereka terlahir sebagai wanita karena tekadnya, bukan semata-mata terkondisi kamma buruk.


Quote3. kalo ini sih fahamnya si FPI, nafsu nafsunya dia yg disalahin objeknya. Dia-nya yg bejat, yg disalahin baju cewenya. Dia yg batal puasa, yg disalahin orang buka warung.
;D Ini emang kurang 'tepat guna', seperti orang membaca buku di bawah bayangan dirinya, lalu menyalahkan bukunya tidak kelihatan dan dirobek2.