Hasil interview saya selama retreat tentang penerapan Jhana dalam vipassana kepada Sayada U Aggana (murid Paauk Sayadaw, beliau salah satu murid terbaik dalam hal visuddhi magga dan Abhidhamma)
Jadi sebenarnya banyak orang salah kaprah bahwa di dalam jhana kita bisa melakukan vipassana. Sebenarnya tidaklah demikian, hal yg sebenarnya adalah kesadaran yg kuat setelah keluar dari jhana(yg oleh Ajahn Brahm disebut kesadaran adidaya). Ketika keluar dari jhana(kesadaran setelah jhana), perhatian kita alihkan ke "heart based" disinilah kita dapat mengamati NAMA DAN RUPA.
Jadi beliau menjelaskan bahwa bisa saja seseorang menggunakan upacara samadhi saja untuk melakukan vipassana tetapi khusus untuk NAMA , mereka akan mengalami kesulitan karena untuk mengamati nama diperlukan kekuatan perhatian yg besar sekali khususnya untuk melihat kelahiran lampau yg bisa menghasilkan nyana2 tertentu.
Jhana yg terbaik untuk melakukan vipasanna adalah setelah mencapai jhana ke-4.
Smoga bermanfaat _/\_
bonk, heart base itu apa?
Quote from: Hendra Susanto on 17 May 2008, 10:46:14 PM
bonk, heart base itu apa?
Heart based bahasa palinya Hadaya Vatthu, letaknya sekitar jantung, gampangnya ketika anda menunjukan "aku bicara dari hatiku" pasti tangan anda letakan di dada (kurang lebih begitu), atau kalau anda merasakan sesuatu perasaan tentu ada di sekitar dada(ilustrasinya begitu), itu heart-based. Nah heart-based ini merupakan "mind door"/pintu pikiran.
_/\_
ok2 thx bonk...
:jempol:
Quote
Jhana yg terbaik untuk melakukan vipasanna adalah setelah mencapai jhana ke-4.
Bisa tolong dijelasin artinya sedikit?
Apa maksud kata2 diatas?Setelah mencapai jhana ke 4 baru melakukan vipasanna?
_/\_
Salam,
Riky
Quote from: Riky_dave on 08 June 2008, 02:18:14 PM
Bisa tolong dijelasin artinya sedikit?
Apa maksud kata2 diatas?Setelah mencapai jhana ke 4 baru melakukan vipasanna?
_/\_
Salam,
Riky
Betul, Riky ... Tentang jalan mencapai nibbana (vipassana) ini ada beberapa pendapat:
(1)
Pa-Auk Sayadaw,
Ajahn Brahmavamso dll mengatakan vipassana hanya akan berhasil (dengan kata lain, nibbana hanya bisa tercapai) bila
dicapai lebih dulu jhana. ... Ada yang bilang perlu dicapai jhana ke-4 ... ada yang bilang cukup jhana ke-1 saja ...
(2)
Mahasi Sayadaw dll bilang
nibbana bisa dicapai tanpa melalui jhana ... tapi cukup sampai tingkat
upacara samadhi (sebelum masuk ke jhana) saja ... (entah apa itu 'upacara samadhi', entah apa itu 'jhana' ... :) ) ... Tapi dalam meditasi Mahasi Sayadaw ini masih ada
teknik-teknik tertentu untuk mencapai 'upacara samadhi' ini, misalnya:
mencatat apa yang diamati ...
memperlambat berjalan dan gerakan tubuh yang lain selambat mungkin dsb. ... Di sini masih ada
usaha (viriya) dan
konsentrasi ...
(3) Dalam
MMD, tidak ada
usaha (viriya) dan
konsentrasi sama sekali ... Yang ada hanya
sadar secara pasif ... sesuai ajaran Sang Buddha dalam
Bahiya-sutta &
Malunkyaputta-sutta.
Salam,
Hudoyo
Quote from: hudoyo on 09 June 2008, 08:37:00 AM
(2) Mahasi Sayadaw dll bilang nibbana bisa dicapai tanpa melalui jhana ... tapi cukup sampai tingkat upacara samadhi (sebelum masuk ke jhana) saja ... (entah apa itu 'upacara samadhi', entah apa itu 'jhana' ... :) ) ... Tapi dalam meditasi Mahasi Sayadaw ini masih ada teknik-teknik tertentu untuk mencapai 'upacara samadhi' ini, misalnya: mencatat apa yang diamati ... memperlambat berjalan dan gerakan tubuh yang lain selambat mungkin dsb. ... Di sini masih ada usaha (viriya) dan konsentrasi ...
meditasi saya biasanya samatha (anapanasati), sampai tahapan konsentrasi tertentu (bukan nimitta), saya malah merasa pikiran dapat kemana saja merenungkan apa saja... mula2 saya senang dg ini, tapi sekarang malah terasa mengerikan... apa ini yg disebut upacara samadhi?
(2) Mahasi Sayadaw dll bilang nibbana bisa dicapai tanpa melalui jhana ... tapi cukup sampai tingkat upacara samadhi (sebelum masuk ke jhana) saja ... (entah apa itu 'upacara samadhi', entah apa itu 'jhana' ... Smiley ) ... Tapi dalam meditasi Mahasi Sayadaw ini masih ada teknik-teknik tertentu untuk mencapai 'upacara samadhi' ini, misalnya: mencatat apa yang diamati ... memperlambat berjalan dan gerakan tubuh yang lain selambat mungkin dsb. ... Di sini masih ada usaha (viriya) dan konsentrasi ...
mencatat dan memperlambat ini adalah tahapan awal bagi mereka yang belum terbiasa
(3) Dalam MMD, tidak ada usaha (viriya) dan konsentrasi sama sekali ... Yang ada hanya sadar secara pasif ... sesuai ajaran Sang Buddha dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta.
tidak demikian halnya disebutkan, ada jalan mulia beruas delapan (ada samma samadhi), dan di komentar Sutta-Sutta tersebut disebutkan 16 pengetahuan terang timbul, dengan magga dan phala dalam jhana
Quote from: Riky_dave on 08 June 2008, 02:18:14 PM
Quote
Jhana yg terbaik untuk melakukan vipasanna adalah setelah mencapai jhana ke-4.
Bisa tolong dijelasin artinya sedikit?
Apa maksud kata2 diatas?Setelah mencapai jhana ke 4 baru melakukan vipasanna?
_/\_
Salam,
Riky
Yg dimaksud Jhana ke-4 yg terbaik, karena setiap jhana yg lebih tinggi memiliki konsentrasi yang lebih tinggi. Di jhana 4 inilah, jhana tertinggi dalam rupa jhana dan juga mulai dari jhana inilah abinna bisa muncul. Oleh karena itu dianggap terbaik. Dan ibarat kalau upacara samadhi sampai jhana 3 kita lihat nama dan rupa seperti memakai kaca pembesar nah di jhana empat ibarat memakai mikroskop atau teleskop lebih jelas sekali. _/\_
Quote from: karuna_murti on 09 June 2008, 09:50:46 AM
mencatat dan memperlambat ini adalah tahapan awal bagi mereka yang belum terbiasa
Kapan dan apa kriterianya "tahap awal" ini selesai? Kapan dan apa kriterianya pemeditasi bisa dikatakan "sudah terbiasa" sehingga bisa melepaskan "tahap awal" ini? ...
Semua orang --tidak peduli sudah senior maupun masih pertama kali-- yang ikut retret Mahasi harus melakukan "tahap awal" ini ... Malah seorang teman saya di Bali, yang sudah berkali-kali mengikuti retret Mahasi, setengah dimarahi ketika ia terus-menerus melaporkan bahwa 'mencatat' itu mengganggu satinya. ... Ia diminta terus 'mencatat' ... Oleh karena itu ia pindah ke MMD ... lalu mencapai kemajuan pesat ... sampai berhasil mencapai khanika-samadhi sambil berjalan melingkar selama berjam-jam ...
QuoteQuote(3) Dalam MMD, tidak ada usaha (viriya) dan konsentrasi sama sekali ... Yang ada hanya sadar secara pasif ... sesuai ajaran Sang Buddha dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta.
tidak demikian halnya disebutkan, ada jalan mulia beruas delapan (ada samma samadhi), dan di komentar Sutta-Sutta tersebut disebutkan 16 pengetahuan terang timbul, dengan magga dan phala dalam jhana
Di dalam praktik MMD, yang dipakai sebagai acuan
HANYA Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta ... artinya
seluruh isi Tipitaka dan kitab Komentar tidak dibawa-bawa ke dalam praktik meditasi, ... dengan kata lain seluruh Tipitaka kecuali kedua sutta itu dikesampingkan. ...
Salam,
hudoyo
Quote from: tesla on 09 June 2008, 08:46:11 AM
meditasi saya biasanya samatha (anapanasati), sampai tahapan konsentrasi tertentu (bukan nimitta), saya malah merasa pikiran dapat kemana saja merenungkan apa saja... mula2 saya senang dg ini, tapi sekarang malah terasa mengerikan... apa ini yg disebut upacara samadhi?
Silakan melakukan cara apa saja ... selama hasilnya adalah redanya pikiran dan si aku ... itu sudah benar, maksudnya tidak menyimpang.
Salam,
hudoyo
QuoteKapan dan apa kriterianya "tahap awal" ini selesai? Kapan dan apa kriterianya pemeditasi bisa dikatakan "sudah terbiasa" sehingga bisa melepaskan "tahap awal" ini? ...
Semua orang --tidak peduli sudah senior maupun masih pertama kali-- yang ikut retret Mahasi harus melakukan "tahap awal" ini ... Malah seorang teman saya di Bali, yang sudah berkali-kali mengikuti retret Mahasi, setengah dimarahi ketika ia terus-menerus melaporkan bahwa 'mencatat' itu mengganggu satinya. ... Ia diminta terus 'mencatat' ... Oleh karena itu ia pindah ke MMD ... lalu mencapai kemajuan pesat ... sampai berhasil mencapai khanika-samadhi sambil berjalan melingkar selama berjam-jam ...
Teman bapak mungkin belum beruntung pada waktu itu. Saya mengikuti Vipassana metode Mahasi, tidak sampai begitu pak, dimarahi. Malah waktu interview saya bilang tidak nyaman dengan metode ini, dan ingin pakai cara saya sendiri, dipersilahken, malah diingatkan jangan melekat pada apapun ;D
QuoteDi dalam praktik MMD, yang dipakai sebagai acuan HANYA Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta ... artinya seluruh isi Tipitaka dan kitab Komentar tidak dibawa-bawa ke dalam praktik meditasi, ... dengan kata lain seluruh Tipitaka kecuali kedua sutta itu dikesampingkan. ...
Dikesampingkan belum tentu salah pak.
Masalahnya kalau bilang cuma MMD ini saja yang benar, metode yang lain salah.
Quote from: karuna_murti on 09 June 2008, 11:35:35 AM
Teman bapak mungkin belum beruntung pada waktu itu. Saya mengikuti Vipassana metode Mahasi, tidak sampai begitu pak, dimarahi. Malah waktu interview saya bilang tidak nyaman dengan metode ini, dan ingin pakai cara saya sendiri, dipersilahken, malah diingatkan jangan melekat pada apapun ;D
Mungkin bhante yang mengajar Anda berbeda dengan bhante yang mengajar teman saya itu ... Jadi ada beberapa tuntunan yang berbeda diberikan oleh sama-sama murid Mahasi.
Saya sendiri waktu mengikuti retret vipassana Mahasi tidak pernah mendengar bahwa 'mencatat' & 'memperlambat gerakan' itu hanya "tahap awal bagi yang belum terbiasa" ... Yang ditekankan malah sebaliknya, yaitu pentingnya 'mencatat' & 'memperlambat gerakan selambat-lambatnya'. ...
Dalam buku-buku petunjuk praktis vipassana Mahasi--"PRACTICAL VIPASSANA MEDITATION EXERCISES By: Mahasi Sayadaw"--
saya juga tidak membaca bahwa 'mencatat' & 'memperlambat gerakan' itu hanya "tahap awal bagi yang belum terbiasa", dengan implikasi
boleh ditinggalkan kalau pemeditasi "sudah terbiasa". ... Malah sebaliknya, di situ dikatakan bahwa dengan melakukan metode itu orang akan sampai pada nyana-nyana sampai magga-phala.
Bagi saya, sih, sekalipun dalam MMD tidak ada 'mencatat' & 'memperlambat gerakan' sejak awal, dan vipassana Mahasi mengharuskan itu ... itu
tidak berarti saya mengatakan vipassana Mahasi "salah". ... Silakan saja kalau ada orang mau menjalankan metode itu, seperti silakan saja kalau ada orang mau menjalankan metode Goenka, Pa-Auk dsb. ...
Yang mau saya katakan ialah:
saya tidak lagi menjalankan vipassana metode Mahasi yang dulu saya jalankan selama bertahun-tahun ... Saya mengembangkan
MMD yang sangat berbeda dengan vipassana Mahasi ... tidak ada
usaha (viriya), tidak ada
konsentrasi (samadhi). ...
QuoteDikesampingkan belum tentu salah pak.
Bukan soal 'salah' atau 'benar' ... Dalam MMD tidak ada persoalan "salah-benar" ... Tapi, dalam
praktik MMD
seluruh kitab suci apa pun, termasuk Tipitaka Pali, TIDAK RELEVAN. ... Saya mengajar MMD kepada umat non-Buddhis tanpa satu kali pun menyebut Empat Kebenaran Suci & Jalan Suci Berfaktor Delapan ... dan dalam banyak kasus teman-teman non-Buddhis itu lebih cepat menangkap kiat MMD dibandingkan teman-teman Buddhis yang otaknya sudah sarat dengan pengetahuan Tipitaka. ...
Jadi saya ulangi, di dalam MMD tidak ada
usaha (viriya) dan
konsentrasi (samadhi) apa-apa, sekalipun itu tercantum dalam Tipitaka Pali. ...
Usaha & konsentrasi berasal dari si aku/atta. ... Dalam MMD,
yang disadari sejak awal dari saat ke saat justru munculnya si aku/atta itu dalam berbagai wujudnya: pikiran, pengetahuan, teori, harapan, cita-cita, keinginan, usaha, pemusatan pikiran, ... dsb.
QuoteMasalahnya kalau bilang cuma MMD ini saja yang benar, metode yang lain salah.
Anda secara tidak sah menambahkan kata
"saja" yang tidak pernah saya katakan, sehingga berakibat "metode yang lain salah". ... Saya nyatakan "MMD benar", bukan "MMD
saja yang benar". ... Jelas, kan, bedanya? ... :)
Silakan baca tanggapan saya pada Rekan Tesla di atas posting Anda (dan sudah berkali-kali saya tekankan di forum mana saja):
"Silakan melakukan
cara apa saja ...
selama hasilnya adalah redanya pikiran dan si aku ... itu sudah benar, maksudnya tidak menyimpang."
Salam,
hudoyo
Wah, metode yang Tesla lakukan hampir sama seperti saya nih..Yaitu biasa memulai dengan anasapati...Hanya saja saya memank kurang konsisten..Bahkan terkadang saya menemukan kesulitan pada saat dari anasapati kemudian di kesempatan yang lain mencoba MMD.Atau mungkin karena vipasana yang sudah biasa saya lakukan ialah metode mencatat, sehingga pada saat MMD rasa-nya ada rasa kebingungan karena terasa tidak ada pegangan..Yang ingin saya tanyakan ialah, Apakah anasapati dapat dijalankan beriringan dengan MMD?
Berkaitan dengan anasapati, saya rasa saya belum mencapai jhana2 tertentu, kalau berpatokan pada teori yang ada. Dan saya tidak memusingkan jhana2 tersebut, yang saya rasakan justru insting atau yang sering orang bilang dengan indra keenam saya terasa menjadi lebih tajam.Terkadang saya dapat merasakan perasaan orang walaupun orang tersebut menutupinya, dan saya menyadari kemampuan ini dan secara sadar sering saya gunakan untuk memperlancar komunikasi dalam artian berdiskusi secara mendalam kepada lawan bicara.Akhirnya oleh teman2 saya sering dijuluki orang yang sangat ahli dalam membuka hati lawan bicara. :)) Kalau kata bibi saya sih, ada hubungan dengan karma masa lampau,jadi kemampuan tersebut memank sudah ada, hanya saja karena sering meditasi, sehingga menjadi lebih terlatih, jadi bukan karena hasil dari meditasi sepenuhnya..
Quote from: Edward on 09 June 2008, 01:17:17 PM
Yang ingin saya tanyakan ialah, Apakah anasapati dapat dijalankan beriringan dengan MMD?
Kalau yang dimaksud 'anapanasati' itu mengamati (berkonsentrasi) pada napas terus-menerus sebagai SATU obyek saja, maka itu bukan MMD ... :) ... Tidak bisa melakukan dua-duanya sekaligus ... harus pilih salah satu ... :)
Di dalam MMD, pemeditasi menyadari segala sesuatu yang muncul pada badan & batin. ... Jadi termasuk pula menyadari napas, bila pada saat itu napas merupakan fenomena yang menonjol ... tapi tidak diamati terus-menerus ... hanya menyadari secara pasif, selama tidak ada fenomena lain yang lebih menonjol. ...
Kalau dalam MMD orang mengamati napas, maka ada
kecenderungan ia menyimpang kepada anapanasati, karena
pada awalnya anapanasati memang memberikan ketenangan yang
lebih nyaman dibandingkan MMD ... Jadi pada umumnya MMD membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai pada
ketenangan seperti anapanasati ditambah dengan
kearifan (panna) vipassana. ...
Jadi dalam retret saya selalu memperingatkan pemeditasi agar waspada terhadap kecenderungan ini. ...)
Salam,
hudoyo
postingan saya tidak dimaksudkan utk menyatakan saya menerapkan jhana dalam vipassana yah ;)
terus terang sebelumnya saya belum pernah meditasi vipassana. hanya anapanasati, focus pada keluar-masuknya nafas. selama yg saya lakukan sebelumnya, hasilnya hanya pikiran yg lebih jernih & tenang. tentu saja saya melakukannya juga belum sampai 1 thn tanpa bimbingan guru langsung jg.
kemudian dari pertemuan dg Pak Hudoyo di forum ini, setelah beberapa interaksi, cling* (entah apa ini)
begitulah yg saya alami... bukan dari posisi meditasi duduk...
tiba-tiba saja semua rangkaian yg terputus-putus semua tersambung menjadi satu.
Quote from: hudoyo on 09 June 2008, 11:27:58 AM
Quote from: tesla on 09 June 2008, 08:46:11 AM
meditasi saya biasanya samatha (anapanasati), sampai tahapan konsentrasi tertentu (bukan nimitta), saya malah merasa pikiran dapat kemana saja merenungkan apa saja... mula2 saya senang dg ini, tapi sekarang malah terasa mengerikan... apa ini yg disebut upacara samadhi?
Silakan melakukan cara apa saja ... selama hasilnya adalah redanya pikiran dan si aku ... itu sudah benar, maksudnya tidak menyimpang.
Salam,
hudoyo
bukan reda pak...
justru pikiran dapat bergerak melebihi "kecepatan" berpikir normal.
maklum pak, masih pemula... ^:)^
Quote from: tesla on 09 June 2008, 04:27:43 PM
bukan reda pak...
justru pikiran dapat bergerak melebihi "kecepatan" berpikir normal.
maklum pak, masih pemula... ^:)^
Betul ... (saya sudah pernah bicara tentang ini atau belum ya?) ... ketika seorang pemeditasi yang terbiasa dengan anapanasati atau vipassana dengan berkonsentrasi ... kemudian melepaskan konsentrasinya ... itu seperti bendungan yang jebol ... pikiran bermunculan jauh lebih cepat dibandingkan kalau ia tidak bermeditasi ... sehingga seringkali teman-teman pemeditasi yang pindah dari samatha bhavana atau vipassana dengan konsentrasi kaget pada waktu ia mencoba MMD ... :)
Tapi, fenomena itu cuma sementara ... ibarat bandul (ayunan), dari satu ujung ekstrem berayun ke ujung lain ...
Lama-kelamaan, ia akan menangkap kiat MMD ... dan bisa kembali tenang mengamati berseliwerannya pikiran, yang makin lama makin jarang (tanpa ia berbuat apa-apa) ... dan mencapai ketenangan yang pernah dialaminya dulu, malah lebih dalam lagi, karena si aku ini menjadi relatif reda tanpa dibuat reda.
Salam,
hudoyo
Quote from: tesla on 09 June 2008, 04:20:49 PM
kemudian dari pertemuan dg Pak Hudoyo di forum ini, setelah beberapa interaksi, cling* (entah apa ini)
begitulah yg saya alami... bukan dari posisi meditasi duduk...
tiba-tiba saja semua rangkaian yg terputus-putus semua tersambung menjadi satu.
Di forum ini tidak banyak orang yang memahami MMD ... Saya lihat Anda, Sumedho, Riky, Gendhis Jawi, siapa lagi ya ... :)
Saya teringat akan kata-kata Sang Buddha:
"Kebenaran (Dhamma) ini sangat dalam, sukar dilihat, hanya bisa dipahami oleh orang yang arif ... Kebanyakan orang senang dengan [pencapaian ini-itu] ... Tapi ada sedikit orang yang sudah tipis debu menutupi matanya ... mereka akan mengerti." ... :)
Kalau menghafal Tipitaka, sih, gampang ... lagi pula langsung memberikan kepuasan intelektual ... ;D
Salam
hudoyo
jhana itu apa sih?
Quote
(3) Dalam MMD, tidak ada usaha (viriya) dan konsentrasi sama sekali ... Yang ada hanya sadar secara pasif ... sesuai ajaran Sang Buddha dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta.
Pak tidak ada usaha(viriya) apakah jika saya pada saat meditasi menekankan usaha untuk setiap hari meditasi itu termaksuk "usaha" tidak ya pak?Jika tekad gimana?Saya bertekad untuk setiap hari meditasi itu termaksuk "aku" kah?Pak ada 1hal lagi yang menganggu yakni "BATIN" saya....
Selalu gelisah dan gelisah....Saat ini saya sedang "berusaha" melenyapkan "aku" yg melekat thdp "apapun"...Kemudian kenapa saya rasanya lebih cocok meditasi jalan?Pak saya sudah melepas cara saya meditasi jalan yg kemudian mengakibatkan konsentrasi.Sekarang saya jadi rileks dan tidak kuatir ttg apapun.Ttg mencari kamma baik maupun buruk...Malahan ketika itu batin saya menjadi tenang banget...Kemudian kedengar suara cewek tertawa nyaring banget dikomplek saya yang dulu pernah saya katakan ada rumor hantu(Saya cuma mikir,ini suara hantu/suara tv ya?)^^ Tapi saya cuekkin aja...Tapi pada saat itu juga suara pesawat terbang yg lewat jd relatif kecil dan hampir didengar sekian detik aja..
_/\_
Salam,
Riky
Quote from: DesyBenny on 10 June 2008, 12:59:53 PM
jhana itu apa sih?
Tolong nih ... siapa ahli jhana ... atau ahli teori jhana di DC ini ... Rekan Desy butuh bantuan ... :)
Quote from: Riky_dave on 10 June 2008, 06:47:17 PM
Quote
(3) Dalam MMD, tidak ada usaha (viriya) dan konsentrasi sama sekali ... Yang ada hanya sadar secara pasif ... sesuai ajaran Sang Buddha dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta.
Pak tidak ada usaha(viriya) apakah jika saya pada saat meditasi menekankan usaha untuk setiap hari meditasi itu termaksuk "usaha" tidak ya pak?Jika tekad gimana?Saya bertekad untuk setiap hari meditasi itu termaksuk "aku" kah?
Ya, betul, itu aku. ... Bukankah yang ingin mencapai nibbana itu aku? ... Jadi, yang bertekad untuk bermeditasi itu juga aku ...
Riky, ... pahamilah bahwa aku itu tidak niscaya "buruk" ...
aku itu ada yang mulia ... aku ingin ber
dana kepada Sangha ... ber
dana bangun vihara ... ingin menjalankan
sila ... ingin bermeditasi
(bhavana) ... semua itu aku. ... Aku mengumpulkan
kamma baik ... Tapi sebaik apa pun kamma kita, kita tetap berada di dalam
samsara ... mengalami
dukkha ...
Nah, bila Riky berjalan menuju kamar untuk bermeditasi ... lalu mulai duduk di ranjang ... selama masih ada
kehendak, ada
usaha ... itu
masih aku ... aku yang baik ...
Tapi
begitu Riky duduk ...
menyadari badan & batin ini
secara pasif, terus-menerus, dari saat ke saat ... maka
pikiran berhenti ... dan oleh karena itu,
aku pun berakhir ... di situ yang ada hanya
sadar akan saat kini ... tidak ada lagi
ingatan untuk apa ya saya bermeditasi ini ... tidak ada lagi
cita-cita ke masa depan ... untuk menjadi arahat ... tidak ada lagi
usaha (viriya) apa pun ... dsb dsb.
Jadi pada saat kamu
mulai sadar ... pada saat
mulai bermeditasi ... pada saat itu, seluruh
masa depan, seluruh cita-cita, seluruh usaha (viriya) berhenti ... Itulah yang saya katakan
dalam MMD tidak ada usaha (viriya), tidak ada konsentrasi ... karena usaha (viriya) & konsentrasi
berasal dari aku ... aku yang
ingin mencapai nibbana. ...
Krishnamurti menyebut ini:
"Langkah pertama adalah langkah terakhir ..." ... Tidak ada lagi
jalan suci ... tidak ada lagi
tujuan yang ingin dicapai ... tidak ada lagi
rakit untuk menyeberang ... tidak ada lagi
pantai seberang ...
Nibbana harus dan akan tercapai pada saat kini ... pada saat
tidak diharapkan,
tidak diupayakan,
tidak dicita-citakan. ...
Mungkin kamu akan bertanya ... bagaimana kalau muncul lagi pikiran ... kalau muncul lagi si aku? ... Ya,
memang begitu biasanya ... :) ... sekarang ini kita kan
bukan arahat ... ;D
Kalau muncul lagi pikiran & si aku ...
sadari lagi ... sampai keduanya berhenti lagi ... mulai lagi
"Langkah pertama adalah langkah terakhir" ... pada saat kini ...
tanpa usaha (viriya),
tanpa konsentrasi ... Begitulah,
saat ini itu kan mengalir terus. ... Lihatlah saat kini terus-menerus ... jangan melihat ke masa depan ...
pada saat kinilah terletak pintu pembebasan. ...
Riky, ingatkah kamu, kamu pernah bilang: "Aku sudah bangun ... " ... lalu saya bertanya, "
Siapa yang bangun?" ... Ketika aku masih
tidur/bermimpi indah ... akulah yang
ingin bangun ... Tapi
begitu aku bangun, aku
tidak ada lagi, aku lenyap ... (Kalau aku masih ada, berarti kita
belum benar-benar bangun, mungkin baru setengah bangun ... :) ) ... Jadi apa perlunya usaha/tekad (viriya), apa perlunya konsentrasi, kalau aku sudah lenyap? ...
QuotePak ada 1hal lagi yang menganggu yakni "BATIN" saya....
Selalu gelisah dan gelisah....Saat ini saya sedang "berusaha" melenyapkan "aku" yg melekat thdp "apapun"...Kemudian kenapa saya rasanya lebih cocok meditasi jalan?
Riky, kamu selalu gelisah,
karena kamu mulai menyadari aku-mu ... dalam keadaan ini, aku itu gelisah, seperti
maling selalu ketahuan setiap kali nongol ... dengan kata lain,
aku itu sedang sekarat ... dia tidak mau mati ... karena dia tahu
kalau disadari terus pasti dia akan mati ... Ini dialami pula oleh Tesla ... dan oleh semua orang yang baru mencoba MMD ... Tidak apa-apa ...
sadari terus dengan pasif ... jangan dilawan, jangan ditekan,
jangan lari dari kegelisahan itu ... Nanti pasti akan reda sendiri ...
Kalau di
vipassana versi lain, kegelisahan ini
dihindari dengan berkonsentrasi pada napas atau pada obyek lain ... dalam MMD ini malah
dihadapi ...
dihayati ... sampai reda sendiri. ...
Satu lagi ... kegelisahan itu mungkin bertambah kuat
karena kamu mengharapkan ketenangan ...
sadari saja harapan-harapan yang mungkin ada di bawah sadar ... maka biasanya kegelisahan itu akan mereda sendiri. ...
Riky,
jangan BERUSAHA melenyapkan aku yang melekat ...
SIAPA yang BERUSAHA melenyapkan aku yang melekat itu? ...
Yang berusaha itu aku lagi ... Jadi
aku berusaha melenyapkan aku ... MUSTAHIL ... ibarat seekor anak anjing yang berputar-putar mengejar ekornya sendiri ... gak akan pernah dapat ... :))
Riky, kamu merasa "lebih cocok" dengan meditasi jalan karena pada meditasi jalan lebih banyak obyek yang bisa kamu amati ... jadi kamu tidak merasa
bosan atau
jenuh ... Padahal, bagi pemula pada umumnya
lebih penting meditasi duduk ... Kenapa? ... Karena pada meditasi duduk,
badan bisa diam sempurna seperti patung Buddha ... Dan kalau badan bisa diam sempurna, maka batin pun bisa mencapai
keheningan SEMPURNA ... di mana aku itu
berhenti SEMPURNA (sekalipun hanya sementara) ...
Keheningan sempurna di mana aku itu berhenti sempurna untuk sementara ini disebut oleh YM Ajahn Buddhadasa Mahathera sebagai
"mencicipi nibbana" ... di situ tidak ada apa-apa lagi ... persis seperti nibbana para arahat dan Buddha, sekalipun hanya berlangsung beberapa detik atau beberapa menit ... kemudian muncul lagi pikiran & aku. ...
Riky, janganlah
MELEKAT pada apa yang kamu rasa "lebih cocok" ... meditasi jalan ... Justru hadapilah meditasi yang "kurang cocok", meditasi duduk, yang ada kecenderungan
DITOLAK ... :) ... Dengan demikian kamu bisa melihat penolakan dalam batinmu terhadap sesuatu ... sampai penolakan itu runtuh dengan sendirinya ...
QuotePak saya sudah melepas cara saya meditasi jalan yg kemudian mengakibatkan konsentrasi.Sekarang saya jadi rileks dan tidak kuatir ttg apapun.Ttg mencari kamma baik maupun buruk...Malahan ketika itu batin saya menjadi tenang banget...Kemudian kedengar suara cewek tertawa nyaring banget dikomplek saya yang dulu pernah saya katakan ada rumor hantu(Saya cuma mikir,ini suara hantu/suara tv ya?)^^ Tapi saya cuekkin aja...Tapi pada saat itu juga suara pesawat terbang yg lewat jd relatif kecil dan hampir didengar sekian detik aja..
_/\_
Salam,
Riky
Baguslah, Riky ... teruskan meditasimu ... Saya mengamatimu dari jauh ... Cium dari ayah ... :)
Salam,
hudoyo
Quote from: DesyBenny on 10 June 2008, 12:59:53 PM
jhana itu apa sih?
Quote from: hudoyo on 10 June 2008, 08:48:03 PM
Quote from: DesyBenny on 10 June 2008, 12:59:53 PM
jhana itu apa sih?
Tolong nih ... siapa ahli jhana ... atau ahli teori jhana di DC ini ... Rekan Desy butuh bantuan ... :)
Cek di thread meditasi aja disini http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,157.0.html
Kalo mau dikaji silahken, tapi jangan dibawa meditasi yah. digunakan utk mengecek dan konfirmasi ketika sedang tidak meditasi.
Quote from: Sumedho on 10 June 2008, 10:57:14 PM
Kalo mau dikaji silahken, tapi jangan dibawa meditasi yah. digunakan utk mengecek dan konfirmasi ketika sedang tidak meditasi.
hehe ... betul. :)
Oke pak...
Salam,
Riky
Sepertinya ini dah OOT dech...
_/\_intinya SATI..harus di pertahankan.. :)
kata Jhana menunjuk kpd kata "Pengalaman", kata "Dalam diri, dan kata "Kekuatan" !
sama spt para calon pilot akan diuji "semua kemampuan dirinya" dalam suatu simulasi penerbangan, demikian juga hal nya dgn Jhana yang akan menghasilkan begitu banyak hal baik utk mendukung "suatu perjalanan spiritual" yang bermutu !
ika.
aneh, sungguh aneh
^ apa sih ini ^^
kesimpulan sementara dari postingan yang saya perhatikan sampai sejauh ini adalah bahwa "banyak jalan menuju pencerahan" !
ika.
kebenaran pribadi atau kebenaran konvensional belum tentu benar adalah kebenaran hakiki
Quote from: ika_polim on 07 January 2009, 11:45:35 AM
kesimpulan sementara dari postingan yang saya perhatikan sampai sejauh ini adalah bahwa "banyak jalan menuju pencerahan" !
ika.
aneh, sungguh aneh
Quote from: ika_polim on 07 January 2009, 11:45:35 AM
kesimpulan sementara dari postingan yang saya perhatikan sampai sejauh ini adalah bahwa "banyak jalan menuju pencerahan" !
ika.
ekayana magga
Quote from: Reenzia on 07 January 2009, 11:48:03 AM
kebenaran pribadi atau kebenaran konvensional belum tentu benar adalah kebenaran hakiki
bukankah dgn mendasarkan diri pada semua hal yang Hakiki, semua hal menjadi tidak jelas ?
bukankah inilah salah satu penyebab dari Kesimpangsiurkan doktrin Anatta ?
ika.
aneh, sungguh aneh
Quote from: ika_polim on 07 January 2009, 01:11:34 PM
Quote from: Reenzia on 07 January 2009, 11:48:03 AM
kebenaran pribadi atau kebenaran konvensional belum tentu benar adalah kebenaran hakiki
bukankah dgn mendasarkan diri pada semua hal yang Hakiki, semua hal menjadi tidak jelas ?
bukankah inilah salah satu penyebab dari Kesimpangsiurkan doktrin Anatta ?
ika.
mengapa tak anda simpulkan bahwa ini lah salah satu penyebab kesimpangsiurkan doktrin Atta?
apakah dengan membuat pernyataan diatas berarti anda berpikir bahwa doktrin Atta lebih 'hakiki' ?
Quote from: ika_polim on 07 January 2009, 11:45:35 AM
kesimpulan sementara dari postingan yang saya perhatikan sampai sejauh ini adalah bahwa "banyak jalan menuju pencerahan" !
ika.
jalan mana aja ya
Quote from: ika_polim on 07 January 2009, 01:11:34 PM
bukankah dgn mendasarkan diri pada semua hal yang Hakiki, semua hal menjadi tidak jelas ?
bukankah inilah salah satu penyebab dari Kesimpangsiurkan doktrin Anatta ?
ika.
Doktrin anatta sih gak simpang siur, tapi pemahaman anda sendiri aja yang menyimpang
Quote from: ika_polim on 07 January 2009, 01:11:34 PM
Quote from: Reenzia on 07 January 2009, 11:48:03 AM
kebenaran pribadi atau kebenaran konvensional belum tentu benar adalah kebenaran hakiki
bukankah dgn mendasarkan diri pada semua hal yang Hakiki, semua hal menjadi tidak jelas ?
bukankah inilah salah satu penyebab dari Kesimpangsiurkan doktrin Anatta ?
ika.
Bro Ika... bisa tolong jelaskan ttg kesimpangsiuran itu? ;D
_/\_ :lotus:
Quote from: Lily W on 07 January 2009, 01:21:54 PM
Quote from: ika_polim on 07 January 2009, 01:11:34 PM
Quote from: Reenzia on 07 January 2009, 11:48:03 AM
kebenaran pribadi atau kebenaran konvensional belum tentu benar adalah kebenaran hakiki
bukankah dgn mendasarkan diri pada semua hal yang Hakiki, semua hal menjadi tidak jelas ?
bukankah inilah salah satu penyebab dari Kesimpangsiurkan doktrin Anatta ?
ika.
Bro Ika... bisa tolong jelaskan ttg kesimpangsiuran itu? ;D
_/\_ :lotus:
Kayakanya ngga lama lagi jualan kudanil deh.... ^:)^
Tadi di thread sebelah... Bro Kainyn udah bilang KUNDALINI tidak ada pengaruh dengan pencapaian kebebasan. Semoga Bro Ika mengerti itu.
_/\_ :lotus:
Quote from: Lily W on 07 January 2009, 01:28:01 PM
Tadi di thread sebelah... Bro Kainyn udah bilang KUNDALINI tidak ada pengaruh dengan pencapaian kebebasan. Semoga Bro Ika mengerti itu.
_/\_ :lotus:
salam
wah weh woh bakal heboh deh di DC, di SP millis sebelah aja gue udh sebel dapat postingan Ika Polim yang tidak bermutu, gua baru gabung ama SP jadi keluar lagi.
Eh dasal gemblong dia muncul disini, heboh deh, apa gak di ban aja ya
salam
Daniel
Quote from: Lily W on 07 January 2009, 01:28:01 PM
Tadi di thread sebelah... Bro Kainyn udah bilang KUNDALINI tidak ada pengaruh dengan pencapaian kebebasan. Semoga Bro Ika mengerti itu.
_/\_ :lotus:
saya pikir anda tepat sekali Sis !
dan itu berlaku utk semua hal yang berfungsi hanya sbg "alat bantu" !
btw, anda sdh sampai pada kesimpulan bahwa buku tipitaka tidak lbh dari sekedar "alat bantu" juga ?
if so, semua "alat bantu" yang tidak diparalelkan dgn inti dari Mahaparinibbnaa Sutta, akan pastinya sia2 saja !
ika.
aneh, sunguh aneh
Quote from: ika_polim on 07 January 2009, 02:14:47 PM
Quote from: Lily W on 07 January 2009, 01:28:01 PM
Tadi di thread sebelah... Bro Kainyn udah bilang KUNDALINI tidak ada pengaruh dengan pencapaian kebebasan. Semoga Bro Ika mengerti itu.
_/\_ :lotus:
saya pikir anda tepat sekali Sis !
dan itu berlaku utk semua hal yang berfungsi hanya sbg "alat bantu" !
btw, anda sdh sampai pada kesimpulan bahwa buku tipitaka tidak lbh dari sekedar "alat bantu" juga ?
if so, semua "alat bantu" yang tidak diparalelkan dgn inti dari Mahaparinibbnaa Sutta, akan pastinya sia2 saja !
ika.
Bro Ika... masturbation brain tuh dan pake ROSO agi yaah.... ;D
TIPITAKA memang RAKIT
Kundalini bukan rakit, melainkan Aerobik.
_/\_ :lotus:
Quote from: Lily W on 07 January 2009, 03:48:35 PM
TIPITAKA memang RAKIT
Kundalini bukan rakit, melainkan Aerobik.
Ini namanya Padat, Jelas, Tepat.
Begini harusnya diskusi yg baik, Bro Ika harus mencontoh gaya penyampaian begini.
Mantaps.
::
Benar, sorry so tau ni! knp tipitaka mesti disebut alat? Klo alat itu kan istilahnya tlalu kasar menurut I yang belum mengerti agama buddha itu dsebut dengan cara/metode aja kali.hehahehe :)
[at] atas...
Alatnya kurang diparalelkan tuh (Ika mode on) ...:))
_/\_ :lotus:
Quote from: ika_polim on 07 January 2009, 02:14:47 PM
Quote from: Lily W on 07 January 2009, 01:28:01 PM
Tadi di thread sebelah... Bro Kainyn udah bilang KUNDALINI tidak ada pengaruh dengan pencapaian kebebasan. Semoga Bro Ika mengerti itu.
_/\_ :lotus:
saya pikir anda tepat sekali Sis !
dan itu berlaku utk semua hal yang berfungsi hanya sbg "alat bantu" !
btw, anda sdh sampai pada kesimpulan bahwa buku tipitaka tidak lbh dari sekedar "alat bantu" juga ?
if so, semua "alat bantu" yang tidak diparalelkan dgn inti dari Mahaparinibbnaa Sutta, akan pastinya sia2 saja !
ika.
Menurut YM Ika, Tipitaka=Alat bantu, Mahaparinibbana Sutta adalah bagian dari Tipitaka=sebagian alat bantu. Bagaimana caranya memparalelkan Alat bantu dengan sebagian alat bantu?
Kalau ada Pak Chandra Mukti bisa dikatawain loh, gak logis.
tadi nabi sekarang YM :))
Quote from: Indra on 07 January 2009, 04:04:32 PM
Quote from: ika_polim on 07 January 2009, 02:14:47 PM
Quote from: Lily W on 07 January 2009, 01:28:01 PM
Tadi di thread sebelah... Bro Kainyn udah bilang KUNDALINI tidak ada pengaruh dengan pencapaian kebebasan. Semoga Bro Ika mengerti itu.
_/\_ :lotus:
saya pikir anda tepat sekali Sis !
dan itu berlaku utk semua hal yang berfungsi hanya sbg "alat bantu" !
btw, anda sdh sampai pada kesimpulan bahwa buku tipitaka tidak lbh dari sekedar "alat bantu" juga ?
if so, semua "alat bantu" yang tidak diparalelkan dgn inti dari Mahaparinibbnaa Sutta, akan pastinya sia2 saja !
ika.
Menurut YM Ika, Tipitaka=Alat bantu, Mahaparinibbana Sutta adalah bagian dari Tipitaka=sebagian alat bantu. Bagaimana caranya memparalelkan Alat bantu dengan sebagian alat bantu?
Kalau ada Pak Chandra Mukti bisa dikatawain loh, gak logis.
by and by, apakah anda sesuai dgn pemahman saya bahwa tipitaka itu cuma sekedar "alat bantu" saja ?
ika.
Quote from: ika_polim on 12 January 2009, 02:33:14 PM
Quote from: Indra on 07 January 2009, 04:04:32 PM
Quote from: ika_polim on 07 January 2009, 02:14:47 PM
Quote from: Lily W on 07 January 2009, 01:28:01 PM
Tadi di thread sebelah... Bro Kainyn udah bilang KUNDALINI tidak ada pengaruh dengan pencapaian kebebasan. Semoga Bro Ika mengerti itu.
_/\_ :lotus:
saya pikir anda tepat sekali Sis !
dan itu berlaku utk semua hal yang berfungsi hanya sbg "alat bantu" !
btw, anda sdh sampai pada kesimpulan bahwa buku tipitaka tidak lbh dari sekedar "alat bantu" juga ?
if so, semua "alat bantu" yang tidak diparalelkan dgn inti dari Mahaparinibbnaa Sutta, akan pastinya sia2 saja !
ika.
Menurut YM Ika, Tipitaka=Alat bantu, Mahaparinibbana Sutta adalah bagian dari Tipitaka=sebagian alat bantu. Bagaimana caranya memparalelkan Alat bantu dengan sebagian alat bantu?
Kalau ada Pak Chandra Mukti bisa dikatawain loh, gak logis.
by and by, apakah anda sesuai dgn pemahman saya bahwa tipitaka itu cuma sekedar "alat bantu" saja ?
ika.
Pemahaman anda terhadap alat bantu membantu ini tidak saya mengerti, jadi bagaimana mungkin saya bisa sesuai dengan apa yg tidak saya mengerti? bukankah akan lebih baik jika anda menulis sedikit lebih panjang dan jelaskan pemahaman anda sendiri. jangan hanya menjadi One-Liner.
_/\_
:outoftopic:
Quote from: Indra on 12 January 2009, 02:39:24 PM
Quote from: ika_polim on 12 January 2009, 02:33:14 PM
Quote from: Indra on 07 January 2009, 04:04:32 PM
Quote from: ika_polim on 07 January 2009, 02:14:47 PM
Quote from: Lily W on 07 January 2009, 01:28:01 PM
Tadi di thread sebelah... Bro Kainyn udah bilang KUNDALINI tidak ada pengaruh dengan pencapaian kebebasan. Semoga Bro Ika mengerti itu.
_/\_ :lotus:
saya pikir anda tepat sekali Sis !
dan itu berlaku utk semua hal yang berfungsi hanya sbg "alat bantu" !
btw, anda sdh sampai pada kesimpulan bahwa buku tipitaka tidak lbh dari sekedar "alat bantu" juga ?
if so, semua "alat bantu" yang tidak diparalelkan dgn inti dari Mahaparinibbnaa Sutta, akan pastinya sia2 saja !
ika.
Menurut YM Ika, Tipitaka=Alat bantu, Mahaparinibbana Sutta adalah bagian dari Tipitaka=sebagian alat bantu. Bagaimana caranya memparalelkan Alat bantu dengan sebagian alat bantu?
Kalau ada Pak Chandra Mukti bisa dikatawain loh, gak logis.
by and by, apakah anda sesuai dgn pemahman saya bahwa tipitaka itu cuma sekedar "alat bantu" saja ?
ika.
Pemahaman anda terhadap alat bantu membantu ini tidak saya mengerti, jadi bagaimana mungkin saya bisa sesuai dengan apa yg tidak saya mengerti? bukankah akan lebih baik jika anda menulis sedikit lebih panjang dan jelaskan pemahaman anda sendiri. jangan hanya menjadi One-Liner.
_/\_
jika demkiian, apakah anda setuju dgn saya jika "sebuah gitar" adalah sekedar alat bantu ?
ika.
:outoftopic:
Oom Ika, saya peringatkan sekali lagi jangan keluar dari topik utama.
Jika ada pelanggaran lagi akan saya hapus postingan anda.
Quote from: Wolverine on 12 January 2009, 02:48:04 PM
:outoftopic:
Oom Ika, saya peringatkan sekali lagi jangan keluar dari topik utama.
Jika ada pelanggaran lagi akan saya hapus postingan anda.
jika demikian, apakah anda sdh setuju dgn saya bahwa tipitaka itu cuma "alat bantu" ?
ika.
Quote from: ika_polim on 16 January 2009, 12:23:45 PM
jika demikian, apakah anda sdh setuju dgn saya bahwa tipitaka itu cuma "alat bantu" ?
ika.
tipitaka adalah tipitaka...
mau dikatakan alat bantu atau apapun bagi sdr. Ika atau orang lain, bebas :)
ini kutipan percakapan Sang Buddha dg Magandiya, semoga sdr. Ika puas:
Sang Buddha:
Aku tidak mengatakan bahwa manusia mencapai 'kesucian' lewat pandangan, tradisi, pengetahuan, moralitas atau ritual. Kesucian tidak juga dapat dicapai tanpa pandangan, tradisi, pengetahuan, moralitas atau ritual. Pencapaian kesucian
hanya menggunakan faktor-faktor ini sebagai sarana namun tidak melekatinya sebagai tujuan. Hanya dengan cara itulah manusia mencapai kesucian dan tidak merindukan tumimbal lahir.
Magandiya: Jika engkau tidak mengatakan bahwa 'kesucian' tidak dicapai lewat pandangan, tradisi, pengetahuan dan ritual, dan tidak juga lewat tidak adanya itu semua -- bagiku tampaknya pengetahuanmu itu omong kosong, karena beberapa manusia menganggap bahwa 'penyucian' berasal dari pandangan.
Sang Buddha: Karena pandanganmulah engkau terus-menerus mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini. Hal ini disebabkan oleh karena engkau terobsesi dan berpegang erat pada pendapat-pendapat yang sudah terbentuk sebelumnya. Dari pandangan ini engkau belum memperoleh pengertian sedikit pun: itulah sebabnya engkau melihat ini semua sebagai omong kosong.
=D> naiz....kan ku print dan tempel di dinding kamar :))
Quote from: bond on 17 May 2008, 07:08:25 PM
Hasil interview saya selama retreat tentang penerapan Jhana dalam vipassana kepada Sayada U Aggana (murid Paauk Sayadaw, beliau salah satu murid terbaik dalam hal visuddhi magga dan Abhidhamma)
Jadi sebenarnya banyak orang salah kaprah bahwa di dalam jhana kita bisa melakukan vipassana. Sebenarnya tidaklah demikian, hal yg sebenarnya adalah kesadaran yg kuat setelah keluar dari jhana(yg oleh Ajahn Brahm disebut kesadaran adidaya). Ketika keluar dari jhana(kesadaran setelah jhana), perhatian kita alihkan ke "heart based" disinilah kita dapat mengamati NAMA DAN RUPA.
Jadi beliau menjelaskan bahwa bisa saja seseorang menggunakan upacara samadhi saja untuk melakukan vipassana tetapi khusus untuk NAMA , mereka akan mengalami kesulitan karena untuk mengamati nama diperlukan kekuatan perhatian yg besar sekali khususnya untuk melihat kelahiran lampau yg bisa menghasilkan nyana2 tertentu.
Jhana yg terbaik untuk melakukan vipasanna adalah setelah mencapai jhana ke-4.
Smoga bermanfaat _/\_
saya pikir hanya org2 yang telah alami jhana lah yang akan bisa "memperkirakan" maksud dari pertanyaan anda itu!
saya tetap menggunakan istilah "memperkirakan" karena berbicara ttg hal Jhana adalah "memang suatu hal yang lucu" , apalagi bagi yang belum pernah , dan yang sdh pernah namun berusaha secara mental utk terus menolak dgn alasan bahwa hal jhana itu tidak ada gunanya bahkan berbahaya!
ika.
berbahaya?
yup, bhikkhu2 hutan mis: Ajahn Chah & Ajahn Buddhadasa malah mengatakan jhana malah merupakan penghalang utk vipassana.
A. Chah: jika kamu bisa mencapainya, itu bagus, kamu bisa menikmatinya, sementara orang lain cuma membicarakannya, tapi ketahui batasnya. jgn melekat padanya.
A. Buddhadasa: A deeply concentrated mind cannot practice introspection at all. It is in a state of unawareness and is of no use for insight. DEEP CONCENTRATION IS A MAJOR OBSTACLE TO INSIGHT PRACTICE. To practice introspection one must first return to the shallower levels of concentration; then one can make use of the power the mind has acquired.
PS: Yg berbahaya bukan jhana nya, tapi kelekatan kita...
Quote from: tesla on 11 February 2009, 12:41:09 PM
DEEP CONCENTRATION IS A MAJOR OBSTACLE TO INSIGHT PRACTICE.
wew, pernyataan yang sangat berani.
Sang Buddha aja bilang develop concentration kemudian insight, develop insight kemudian concentration, develop concentration bareng insight, dan terakhir baru tidak menyebut concentration sama sekali.
ajahn brahm masuk kategori bhikkhu hutan gak ya? koq menganjurkan concentration?
develop conc dg deep conc beda...
menurut a. buddhadasa, conc yg dibutuhkan utk insight di bwh deep
yang dimaksud Sang Buddha adalah jhana, aka deep concentration
ada org yg cocok menjalankan samatha dahulu utk mengumpulkan "cukup" konsentrasi, baru kemudian masuk ke vipassana seperti pa auk sayadaw
ada juga yg cocok utk langsung bervipassana.......
Silahkan mencoba setiap metode yg paling memberikan manfaat bagi batin.
Metode sehebat apapun sulit utk bisa berkembang kalau tidak "cocok" dengan pelaksananya
Kenapa DEEP CONCENTRATION bisa berbahaya? karena pada samatha, yg dipegang adalah Objek dimana semakin kuat konsentrasi, akan semakin jelas objeknya
Bahkan pada deep concentration, objek sudah sedemikian nyata sampai meditator bisa "masuk" ke dalam objek itu
Itu kenapa dianjurkan utk mengurangi "kemelekatan" pada konsep bhw Objek yg "dipegang" selama bermeditasi adalah NYATA
kira2 seperti itulah mengenai hubungan konsentrasi, samatha dan vipassana, yg bukan bertentangan namun "pelaksana"nya saja yg biasanya kurang memahami.
semoga bermanfaat
metta
Quote from: Wolverine on 11 February 2009, 01:05:22 PM
yang dimaksud Sang Buddha adalah jhana, aka deep concentration
sinkron dulu...
Ajahn Buddhadasa menganjurkan pengembangan konsentrasi jg (develop concentration), namun dia berpendapat banyak yg malah terhalang oleh pencapaian jhana (deep concentration). makanya beliau bilang itu major obstacle. menurutnya konsentrasi yg dibutuhkan tidak sampai pada jhana. dalam jhana tidak ada pengamatan apa2... di sini hampir semua berpendapat sama, bahkan dari Ajahn Sao sampe Ajahn Chah (kecuali Ajahn Bram :P)
Buddha menganjurkan pengembangan samadhi (konsentrasi) yaitu 1 salah satu ruas di JM8, samma-samadhi. tapi apakah itu artinya harus bisa sampe jhana? ga tau deh...
Ada banyak sutta2x yg menyarankan untuk melatih jhana koq. contohnya SN 3.11 Nalaka Sutta atau AN 4.35 Vassakara Sutta.
Quote from: Dhammapada 372
There's no jhana
for one with no discernment,
no discernment
for one with no jhana.
But one with both jhana
& discernment:
he's on the verge
of Unbinding.
Quoteno discernment
for one with no jhana
nah berarti harus ada jhana dulu baru ada discernment dulu?
katanye ;D
lagi pula definisi jhana aye kan "aneh" dan kgk seperti umumnya
ha ha ha ...!
bukankah sdh saya indikasikan diatas bahwa berusaha berbicara ttg hal Jhana adalah "sesuatu yang lucu"!
bukan mengenai pro - kontra nya, tp karena kecenderungannya adalah akan cuma berkutat panjang lebar mendiskusikan "tulisan / ungkapan org lain"! akademis melulu!
dan jika sdh sampai pada tahapan ini membuktikan bahwa kerumitan itu juga disebabkan oleh kekurangan pengetahuan langsung dari Jhana itu atau juga krn (belum apa-apa) sdh beraninya menyatakan dan menanamkan pada benak penolakan absolut akan hal Jhana oleh berbagai "alasan ketakutan dsb"!
ika.
semua itu nga rumit, hanya masalah memakai rujukan yang berbeda saja.
Maksud bro ika, tidak perlu didiskusikan? Maksudnya sang buddha juga salah karena mengkhotbahkan?
Quote from: Sumedho on 11 February 2009, 02:25:52 PM
lagi pula definisi jhana aye kan "aneh" dan kgk seperti umumnya
yup, kalau berdasarkan hadirnya faktor2x tsb, maka masuk jhana orang masih punya kesadaran & pikiran (mis di jhana 1, ada yg terus menerus mengarahkan). yg dikatakan oleh A. Buddhadasa kan:
Quote
It is in a state of unawareness and is of no use for insight. DEEP CONCENTRATION IS A MAJOR OBSTACLE TO INSIGHT PRACTICE.
sudah tidak ada lagi pikiran... saya lupa kalau di desc suhu, ini jhana berapa?
tambahan dari A. Sao
QuoteYou can rest assured that in this level of concentration there is no insight or knowledge of anything at all. There's only the brightness and the stillness. If the mind is forever in that state, it will be stuck simply on that level of stillness. So once you've made the mind still like this, watch for the interval where it begins to stir out of its concentration.
Quote from: ika_polim on 11 February 2009, 04:48:49 PM
bukankah sdh saya indikasikan diatas bahwa berusaha berbicara ttg hal Jhana adalah "sesuatu yang lucu"!
lebih lucu lagi kalau sudah ngerti tapi dibicarakan terus :)
Quote from: tesla on 11 February 2009, 05:03:09 PM
Quote from: Sumedho on 11 February 2009, 02:25:52 PM
lagi pula definisi jhana aye kan "aneh" dan kgk seperti umumnya
yup, kalau berdasarkan hadirnya faktor2x tsb, maka masuk jhana orang masih punya kesadaran & pikiran (mis di jhana 1, ada yg terus menerus mengarahkan). yg dikatakan oleh A. Buddhadasa kan:
Quote
It is in a state of unawareness and is of no use for insight. DEEP CONCENTRATION IS A MAJOR OBSTACLE TO INSIGHT PRACTICE.
sudah tidak ada lagi pikiran... saya lupa kalau di desc suhu, ini jhana berapa?
tambahan dari A. Sao
QuoteYou can rest assured that in this level of concentration there is no insight or knowledge of anything at all. There's only the brightness and the stillness. If the mind is forever in that state, it will be stuck simply on that level of stillness. So once you've made the mind still like this, watch for the interval where it begins to stir out of its concentration.
nda' tahu deh itu merujuk kemana. tapi sampai jhana ke 4 masih ada awareness, bahkan pure.
Quote from: AN 5.28: Samadhanga Sutta - The Factors of Concentration
And furthermore, with the abandoning of pleasure and stress — as with the earlier disappearance of elation and distress — he enters and remains in the fourth jhana: purity of equanimity and mindfulness, neither-pleasure-nor-pain. He sits, permeating the body with a pure, bright awareness, so that there is nothing of his entire body unpervaded by pure, bright awareness.
"Just as if a man were sitting wrapped from head to foot with a white cloth so that there would be no part of his body to which the white cloth did not extend; even so, the monk sits, permeating his body with a pure, bright awareness. There is nothing of his entire body unpervaded by pure, bright awareness."
sepertinya rujukannya utk kata itu memang berbeda :)
Quote from: tesla on 11 February 2009, 05:04:14 PM
Quote from: ika_polim on 11 February 2009, 04:48:49 PM
bukankah sdh saya indikasikan diatas bahwa berusaha berbicara ttg hal Jhana adalah "sesuatu yang lucu"!
lebih lucu lagi kalau sudah ngerti tapi dibicarakan terus :)
Hush, Sang Buddha jg sering membicarakan jg loh. hehhehe
Quote from: Sumedho on 12 February 2009, 06:50:37 AM
Quote from: tesla on 11 February 2009, 05:04:14 PM
Quote from: ika_polim on 11 February 2009, 04:48:49 PM
bukankah sdh saya indikasikan diatas bahwa berusaha berbicara ttg hal Jhana adalah "sesuatu yang lucu"!
lebih lucu lagi kalau sudah ngerti tapi dibicarakan terus :)
Hush, Sang Buddha jg sering membicarakan jg loh. hehhehe
Beda donk, yg mendengarkan ada yg belum ngerti... jadi masih berguna
Quote from: Sumedho on 12 February 2009, 06:49:46 AM
nda' tahu deh itu merujuk kemana. tapi sampai jhana ke 4 masih ada awareness, bahkan pure.
neither perception nor non-perception kali...
kalau berdasarkan factor2 jhana, malah gw pikir, jhana 1&2 bisa terjadi dalam kegiatan sehari2, dimana kita butuh
focus kemudian mengabaikan hal lain. hanya focus pada yg di depan... disitu menurut aye faktor jhana1&2 pas deh... apa semudah itu??
kalau berdasarkan para master jhana, seringnya ditandai dg duduk berjam2 tidak tau waktu lagi... kalau di cross-check ke faktor lagi, apa ini sudah masuk arupa jhana??
mau tanya jhana sama tidak dengan melamun?
Quote from: tesla on 12 February 2009, 08:30:49 AM
Quote from: Sumedho on 12 February 2009, 06:49:46 AM
nda' tahu deh itu merujuk kemana. tapi sampai jhana ke 4 masih ada awareness, bahkan pure.
neither perception nor non-perception kali...
kalau berdasarkan factor2 jhana, malah gw pikir, jhana 1&2 bisa terjadi dalam kegiatan sehari2, dimana kita butuh focus kemudian mengabaikan hal lain. hanya focus pada yg di depan... disitu menurut aye faktor jhana1&2 pas deh... apa semudah itu??
kalau berdasarkan para master jhana, seringnya ditandai dg duduk berjam2 tidak tau waktu lagi... kalau di cross-check ke faktor lagi, apa ini sudah masuk arupa jhana??
Susah nih hehehhe. kalau Jhana 1-4 kan masih berhubungan pada tubuh/fisik. kalau arupa jhana itu yg berhubungan dengan mental. nah unawareness nya pada apa nih, kalau jhana 1-4 pasti masih aware sama tubuh/fisik, kalau arupa jhana yah aware pada bentuk mental. kalau kgk aware gimana fokus/konsentrasi pulak
Quote from: ENCARTA on 12 February 2009, 10:08:33 AM
mau tanya jhana sama tidak dengan melamun?
kayaknya beda deh...
Quote from: Sumedho on 12 February 2009, 10:35:11 AM
Quote from: tesla on 12 February 2009, 08:30:49 AM
Quote from: Sumedho on 12 February 2009, 06:49:46 AM
nda' tahu deh itu merujuk kemana. tapi sampai jhana ke 4 masih ada awareness, bahkan pure.
neither perception nor non-perception kali...
kalau berdasarkan factor2 jhana, malah gw pikir, jhana 1&2 bisa terjadi dalam kegiatan sehari2, dimana kita butuh focus kemudian mengabaikan hal lain. hanya focus pada yg di depan... disitu menurut aye faktor jhana1&2 pas deh... apa semudah itu??
kalau berdasarkan para master jhana, seringnya ditandai dg duduk berjam2 tidak tau waktu lagi... kalau di cross-check ke faktor lagi, apa ini sudah masuk arupa jhana??
Susah nih hehehhe. kalau Jhana 1-4 kan masih berhubungan pada tubuh/fisik. kalau arupa jhana itu yg berhubungan dengan mental. nah unawareness nya pada apa nih, kalau jhana 1-4 pasti masih aware sama tubuh/fisik, kalau arupa jhana yah aware pada bentuk mental. kalau kgk aware gimana fokus/konsentrasi pulak
mungkin aware pada nothingness, atau aware pada neither perception nor non perception...
shg dikatakan ga ada awareness dalam keterbatasan bahasa.
kgk ngerti bos, awareness pada "keterbatasan bahasa".
ribet bener bahasannya yah.
Quotesinkron dulu...
Ajahn Buddhadasa menganjurkan pengembangan konsentrasi jg (develop concentration), namun dia berpendapat banyak yg malah terhalang oleh pencapaian jhana (deep concentration). makanya beliau bilang itu major obstacle. menurutnya konsentrasi yg dibutuhkan tidak sampai pada jhana. dalam jhana tidak ada pengamatan apa2... di sini hampir semua berpendapat sama, bahkan dari Ajahn Sao sampe Ajahn Chah (kecuali Ajahn Bram )
Bahkan Ajahn Bram dgn tegas mengatakan bahwa
Tanpa Jhana tdk mungkin mencapai pencerahan sempurna (CMIIW)
Padahal beliau kan muridnya A.Chan, kok bisa berbeda yah? :o
Quote from: BlackDragon on 27 February 2009, 11:59:58 PM
Quotesinkron dulu...
Ajahn Buddhadasa menganjurkan pengembangan konsentrasi jg (develop concentration), namun dia berpendapat banyak yg malah terhalang oleh pencapaian jhana (deep concentration). makanya beliau bilang itu major obstacle. menurutnya konsentrasi yg dibutuhkan tidak sampai pada jhana. dalam jhana tidak ada pengamatan apa2... di sini hampir semua berpendapat sama, bahkan dari Ajahn Sao sampe Ajahn Chah (kecuali Ajahn Bram )
Bahkan Ajahn Bram dgn tegas mengatakan bahwa Tanpa Jhana tdk mungkin mencapai pencerahan sempurna (CMIIW)
Padahal beliau kan muridnya A.Chan, kok bisa berbeda yah? :o
Mungkin persepsinya ttg Jhana berbeda dgn suhunya.
iya suhu ching ik, keknya definisi jhana nya beda
definisi jhana ajahn brahm agak beda
saya menangkap yang dimaksud mungkin adalah samma samadhi
karena di dalam bukunya beliau mengatakan bahwa guru-guru bodhisatta tidak mencapai jhana, melainkan kondisi batin mirip jhana tetapi bukan jhana
Saya menangkap definisi Ajahn Bhram, mirip2 dgn definisi Bro suhu Sumedo.
Dimana setiap kondisi samadhi selalu ada Jhana (dgn kadar yg berbeda2)
gmn suhu?
_/\_
samadhi = konsentrasi
Jhana = "penyerapan" batin
sepertinya terbalik bro Black Dragon. Disetiap jhana ada samadhi/konsentrasi.
Pada AN 4.41, dikatakan ada 4 jenis pengembangan samadhi/konsentrasi, salah satunya kebahagiaan pada kehidupan ini dengan jhana 1-4.
Quote from: Sumedho on 28 February 2009, 02:49:47 PM
samadhi = konsentrasi
Jhana = "penyerapan" batin
sepertinya terbalik bro Black Dragon. Disetiap jhana ada samadhi/konsentrasi.
Pada AN 4.41, dikatakan ada 4 jenis pengembangan samadhi/konsentrasi, salah satunya kebahagiaan pada kehidupan ini dengan jhana 1-4.
:hammer:
Sory suhu salah persepsi donk ane, maklum masih bingung :-[
Saya pikir Jhana adalah Konsentrasi yg sangat terpusat.
Wah musti byk2 baca sutta neh, soalnya selama ini lom berjodoh. :(
_/\_
hmmm, keknya kgk salah deh :)
setiap memasuki jhana selalu di sertai konsentrasi ...
setiap konsentrasi blom tentu disertai jhana ...
Quote from: Sumedho on 28 February 2009, 02:49:47 PM
samadhi = konsentrasi
Jhana = "penyerapan" batin
sepertinya terbalik bro Black Dragon. Disetiap jhana ada samadhi/konsentrasi.
Pada AN 4.41, dikatakan ada 4 jenis pengembangan samadhi/konsentrasi, salah satunya kebahagiaan pada kehidupan ini dengan jhana 1-4.
Kayanya persepsi saya ttg Samadhi yg salah.
^:)^
Quotesetiap memasuki jhana selalu di sertai konsentrasi ...
setiap konsentrasi blom tentu disertai jhana ...
_/\_
Quote from: BlackDragon on 03 March 2009, 04:08:42 AM
Quote from: Sumedho on 28 February 2009, 02:49:47 PM
samadhi = konsentrasi
Jhana = "penyerapan" batin
sepertinya terbalik bro Black Dragon. Disetiap jhana ada samadhi/konsentrasi.
Pada AN 4.41, dikatakan ada 4 jenis pengembangan samadhi/konsentrasi, salah satunya kebahagiaan pada kehidupan ini dengan jhana 1-4.
Kayanya persepsi saya ttg Samadhi yg salah.
^:)^
Quotesetiap memasuki jhana selalu di sertai konsentrasi ...
setiap konsentrasi blom tentu disertai jhana ...
_/\_
namun demikian, adakah Kesadaran/Awareness disana saat itu yang jauh lbh prioritas.
biasanya, bagi pemula yang sanggup "memasuki jhana", maka yang "hadir dan menguasai keadaan" saat itu cuma "suatu keterkejutan, kekaguman disertai keabsenan akan kesadran awareness".
Dgn terus melakukan proses"masuk-keluar jhana" maka lambat laun kealpaan awreness itu bertahap akan terkikis!, malah bagi para ahli "keluar-masuk" jhana, yang ada dan trus mengada cuma "kesadaran awareness" saja tanpa "sensasi umum" yang sering terjadi pd para pemula.
ika.
Quote from: ika_polim on 19 March 2009, 12:53:28 PM
namun demikian, adakah Kesadaran/Awareness disana saat itu yang jauh lbh prioritas.
biasanya, bagi pemula yang sanggup "memasuki jhana", maka yang "hadir dan menguasai keadaan" saat itu cuma "suatu keterkejutan, kekaguman disertai keabsenan akan kesadran awareness".
Dgn terus melakukan proses"masuk-keluar jhana" maka lambat laun kealpaan awreness itu bertahap akan terkikis!, malah bagi para ahli "keluar-masuk" jhana, yang ada dan trus mengada cuma "kesadaran awareness" saja tanpa "sensasi umum" yang sering terjadi pd para pemula.
ika.
membaca penjelasan di atas kayaknya bro udh pernah mencapai jhana ya?
Doris
Quote from: doris on 31 March 2009, 10:30:22 PM
Quote from: ika_polim on 19 March 2009, 12:53:28 PM
namun demikian, adakah Kesadaran/Awareness disana saat itu yang jauh lbh prioritas.
biasanya, bagi pemula yang sanggup "memasuki jhana", maka yang "hadir dan menguasai keadaan" saat itu cuma "suatu keterkejutan, kekaguman disertai keabsenan akan kesadran awareness".
Dgn terus melakukan proses"masuk-keluar jhana" maka lambat laun kealpaan awreness itu bertahap akan terkikis!, malah bagi para ahli "keluar-masuk" jhana, yang ada dan trus mengada cuma "kesadaran awareness" saja tanpa "sensasi umum" yang sering terjadi pd para pemula.
ika.
membaca penjelasan di atas kayaknya bro udh pernah mencapai jhana ya?
Doris
if so, menurut anda sendiri apa hebatnya seseorg yang dikatakan sdh mencapai jhana itu???
ika.