Menurut penelitian Bhikkhu Analayo (penulis buku Sattipatthana: Jalan Langsung Menuju Tujuan), MN 117 Mahacattarisaka Sutta (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,18173.msg303127.html#msg303127) telah disisipi bahan/materi dari Khuddakka Nikaya dan Abhidhamma yang dianggap karya yang belakangan dan mengandung ajaran-ajaran yang bertentangan dengan sutta2 yg ditemukan dalam Empat Nikaya lainnya:
Quote
This analysis demonstrates that the Mahācattārīsaka Sutta has been tampered with material from the Abhidhamma and some of the late works found in the Khuddaka Nikāya, that it contains a number of statements which are in direct contradiction with the teachings found elsewhere in the four Nikāyas, and that it seeks to despise the original teaching of the Buddha to promote terminology and theories of late origin. The demonstration available here is supported by Bhikkhu Analayo's The Mahācattārīsaka-sutta in the Light of its Parallels – Tracing the Beginnings of Abhidharmic Thought, where besides confirming the arguments presented here, he provides additional evidences gathered through comparisons with the Chinese and Tibetan counterparts of this sutta, which do NOT contain the passages highlighted in the present document as being controversial.
Note: the books of the Khuddaka Nikāya mentioned here as well as the Abhidhamma have been composed after the passing away of the Buddha, and therefore no authentic sutta attributed to him can contain any material that comes from them. If we spot such import of material, it proves that the sutta in question has been tampered. The research made here will therefore include what is found in the suttas, the Vinaya, the Khuddaka Nikāya and the Abhidhamma, but not the Commentaries, which have been written quite a long time afterward (several centuries) and systematically use all the terms that existed previously.
www.buddha-vacana.org/articles/mn117-counterfeit.html (http://www.buddha-vacana.org/articles/mn117-counterfeit.html)
Selengkapnya bisa dibaca pada link di atas, tetapi bagian kesimpulannya saya tampilkan di sini:
Quote
Conclusion:
It has been demonstrated in this analysis that in this sutta:
1) there are some teachings that we find in other suttas as well.
2) there are peculiar teachings not found anywhere else that look quite authentic, which tends to prove that there would be an authentic version of this sutta.
3) there are distinctions made in the teachings of the Buddha, which are apparently based on an opinion expressed in the Khuddaka Nikāya and according to which there is an 'inferior' portion of the teaching siding with merit etc. and a superior 'noble' one connected with insight etc.
4) the word 'sāsava' is used here in a sense which is consistent with late literature, but that is in direct contradiction with otherwise well-known teachings of the four Nikāyas, which proves that the falsification of this sutta has taken place late enough for this semantic drift to have happened.
5) we find very rare words and expressions found only in the Khuddaka Nikāya or the Abhidhamma, and not anywhere else in the four Nikāyas.
6) alternate definitions of the factor of the path are given, which are doubtlessly taken from the Abhidhamma, since outside this sutta they do not appear anywhere else than there.
7) there is an underlying contempt of the ancient teachings and the author seeks to promote teachings found in the Khuddaka Nikāya and Abhidhamma.
This is more than enough to prove that this sutta, though it seems to contain original and authentic material, has been largely falsified.
This study has also shown that even in what is to be considered as the most ancient strata of buddhist scriptures, there are counterfeit teachings aiming at belittling the original message of the Buddha in order to promote newer terminologies and theories, that are presented as being of higher value, but that actually contradict the ancient teachings.
Menarik bukan.... :-?
akhirnya ada yg pecahin telor jg ;D
aye udah aware ada pendapat ini sih, tapi takut aja mau angkat ini tapi bisa memicu hal-hal yang....
maka itu karya bhante analayo yg membandingkan MN dari Theravada dengan Madhyama Agama itu juga cukup menarik...
Quote from: Sumedho on 30 March 2013, 07:48:01 PM
akhirnya ada yg pecahin telor jg ;D
aye udah aware ada pendapat ini sih, tapi takut aja mau angkat ini tapi bisa memicu hal-hal yang....
maka itu karya bhante analayo yg membandingkan MN dari Theravada dengan Madhyama Agama itu juga cukup menarik...
Karya yang mana?
The Chinese Madhyama-ågama and the Påli Majjhima-Nikåya
(In the Footsteps of Thich Minh Chau)
Analayo
itu kekna meneruskan dari buku http://www.amazon.com/Chinese-Madhyama-agama-Majjhima-nikaya/dp/8120807944 (http://www.amazon.com/Chinese-Madhyama-agama-Majjhima-nikaya/dp/8120807944)
Quote from: Sumedho on 30 March 2013, 07:48:01 PM
akhirnya ada yg pecahin telor jg ;D
aye udah aware ada pendapat ini sih, tapi takut aja mau angkat ini tapi bisa memicu hal-hal yang....
maka itu karya bhante analayo yg membandingkan MN dari Theravada dengan Madhyama Agama itu juga cukup menarik...
tuhan aja bisa takut ???, gimana umatnya :'(
:)) :))
Mana nih para senior DC, gmn komentarnya?
Quote from: ariyakumara on 31 March 2013, 07:31:38 PM
Mana nih para senior DC, gmn komentarnya?
Untung gryn junior
Jd nntn az d
Hehee
Cpddd
Mohon yang punya sumber dari Madhyama Agama bantu co-pas ke sini supaya bisa dibandingkan.
POINT PALING KRUSIAL adalah SEBERAPA BESAR KITA MEYAKINI bahwa KETUA / PEMIMPIN KONSILI Sangha Ke-IV yaitu Bhikkhu Rakkhita adalah seorang ARAHAT...
JIKA Kita tidak meyakini Bhikkhu Rakkhita sebagai seorang ARAHAT, maka bukan-kah apa yang dihasilkan dari KONSILI SANGHA Ke-IV juga harus di-ragu-kan ?
[at] KK: versi Madhyama Agama dari sutta ini ada dlm PDF yg bisa di-download pada link di atas
Quote from: dilbert on 01 April 2013, 01:56:12 PM
POINT PALING KRUSIAL adalah SEBERAPA BESAR KITA MEYAKINI bahwa KETUA / PEMIMPIN KONSILI Sangha Ke-IV yaitu Bhikkhu Rakkhita adalah seorang ARAHAT...
JIKA Kita tidak meyakini Bhikkhu Rakkhita sebagai seorang ARAHAT, maka bukan-kah apa yang dihasilkan dari KONSILI SANGHA Ke-IV juga harus di-ragu-kan ?
Kita membahas isi sutta ini bukan membahas apakah pemimpin Konsili IV seorang Arahat atau bukan....
Quote from: ariyakumara on 02 April 2013, 07:08:59 AM
Kita membahas isi sutta ini bukan membahas apakah pemimpin Konsili IV seorang Arahat atau bukan....
Penting gak kita yakini bahwa konsili ke-1 itu dihasilkan dari pengulangan para arahat ?
Darimana anda tahu ada yang nama-nya Kassapa ? Ananda ? dll
Kalau saya lihat sekilas, memang isinya berbeda, tapi IMO terlalu terburu-buru kalau mengatakan ini adalah pengaruh 'ajaran belakangan'. Dalam ajaran-ajaran awal, memang dikenal 2 macam micchaditthi, yaitu (1) yang mengabaikan moralitas, yang jika digenggam erat memiliki 2 tujuan pasti: neraka atau rahim binatang, dan (2) yang menyebabkan orang berada dalam samsara (62 pandangan salah di Brahmajalasutta).
Karena micchaditthi ada 2 klasifikasi, maka tidak aneh juga kalau lawannya, samma ditthi, juga terbagi dua, yang satu adalah (1) yang menganut moralitas, yang otomatis mengarahkan orang pada kelahiran yang baik, dan (2) yang membawa orang terlepas dari samsara (pandangan anicca-dukkha-anatta).
Jadi walaupun sutta ini isinya beda, masih belum 'big deal', paling-paling kita bisa lihat lebih jelas bahwa masing-masing sekte (setelah perpecahan) memang melestarikan sutta yang diinterpretasikan secara berbeda.
Quote from: dilbert on 02 April 2013, 01:51:05 PM
Penting gak kita yakini bahwa konsili ke-1 itu dihasilkan dari pengulangan para arahat ?
Darimana anda tahu ada yang nama-nya Kassapa ? Ananda ? dll
Maksudnya itu udah OOT krn bukan topik yang akan dibahas...
Quote from: Kainyn_Kutho on 02 April 2013, 02:32:56 PM
Kalau saya lihat sekilas, memang isinya berbeda, tapi IMO terlalu terburu-buru kalau mengatakan ini adalah pengaruh 'ajaran belakangan'. Dalam ajaran-ajaran awal, memang dikenal 2 macam micchaditthi, yaitu (1) yang mengabaikan moralitas, yang jika digenggam erat memiliki 2 tujuan pasti: neraka atau rahim binatang, dan (2) yang menyebabkan orang berada dalam samsara (62 pandangan salah di Brahmajalasutta).
Karena micchaditthi ada 2 klasifikasi, maka tidak aneh juga kalau lawannya, samma ditthi, juga terbagi dua, yang satu adalah (1) yang menganut moralitas, yang otomatis mengarahkan orang pada kelahiran yang baik, dan (2) yang membawa orang terlepas dari samsara (pandangan anicca-dukkha-anatta).
Jadi walaupun sutta ini isinya beda, masih belum 'big deal', paling-paling kita bisa lihat lebih jelas bahwa masing-masing sekte (setelah perpecahan) memang melestarikan sutta yang diinterpretasikan secara berbeda.
Bagaimana dengan definisi2 faktor jalan mulia yang ternyata ditemukan hanya dalam Abhidhamma?
Sebelum dilanjutkan, biar lebih adil, berikut saya memberikan link artikel yang baru saya temukan yang memberikan pendapat yang berlawanan (counter argument) terhadap analisis Bhikkhu Analayo di atas bahwa Mahacattarisaka Sutta ini bukan dipalsukan, tetapi memang ajaran Sang Buddha yang unik:
Bhikkhu Analayo debunking the Mahācattārīsaka-sutta (http://www.buddhismwithoutboundaries.com/showthread.php?1310-Bhikkhu-Analayo-debunking-the-Mah%C4%81catt%C4%81r%C4%ABsaka-sutta&s=5dc5065883f4a84e18a62561680261fb)
Quote from: ariyakumara on 02 April 2013, 06:43:19 PM
Bagaimana dengan definisi2 faktor jalan mulia yang ternyata ditemukan hanya dalam Abhidhamma?
Bisa bantu saya maksud dan contohnya definisi faktor jalan mulia yang ditemukan hanya dalam abhidhamma ini yang mana?
dengan menganggap sesuatu sbg palsu, tentunya si penganggap sudah memiliki acuan yg asli, dan dengan menilai suatu barang yg dianggap palsu dengan acuan sesuatu yg "dianggap" asli, menyiratkan bahwa penyelidikan ini sudah bias dan tidak netral.
lalu yg ini? http://dhammacitta.org/dcpedia/SN_45.8:_Vibhaṅga_Sutta (http://dhammacitta.org/dcpedia/SN_45.8:_Vibha%E1%B9%85ga_Sutta)
[at] KK: Pada link post #1 bisa dibaca di sana. Definisi faktor jalan mulia-nya lbh mendekati metode Abhidhamma yg ditemukan dlm Dhammasangani drpd definisi standar dlm sutta misalnya dlm SN 45.8
Quote from: ariyakumara on 03 April 2013, 11:05:04 AM
[at] KK: Pada link post #1 bisa dibaca di sana. Definisi faktor jalan mulia-nya lbh mendekati metode Abhidhamma yg ditemukan dlm Dhammasangani drpd definisi standar dlm sutta misalnya dlm SN 45.8
Untuk yang bagian itu, sudah saya jelaskan sebelumnya bahwa dalam sutta-pun, micchaditthi dibagi menjadi dua tergantung konteksnya. Maka tidak aneh kalau sammaditthi juga dibagi menjadi dua sebagai lawan dari micchaditthi tersebut.
Ya, mungkin analisisnya terlalu memaksakan anggapan Abhidhamma (dan beberapa teks Khuddaka Nikaya) sebagai bukan berasal dari Sang Buddha. Kalo mau dipikir2 mungkin saja Mahacattarisaka Sutta ini cikal bakal metode Abhidhamma dlm penguraian faktor2 jalan mulia. Who knows?
Saat ini saya pribadi belum bisa menilainya, karena butuh cek dan pembandingan. Ini bukan hal yang mudah.