Mau tanya kepada para sesepuh yang pintar main saham,
Misalnya tuh ada saham kaya RINA, SIIP, dia kena force delisting, trus kok tidak ada perlindungan untuk investor ritel?
Kaya BULL baru IPO trus tiba2 Induknya BLTA kena kasus. BULL telat kasih laporan keuangan, nanti BEI kasih denda, kalau gak bayar disuspend
itu BLTA, DAVO kabarnya juga mau kena force delisting
Nah skrg kalau emiten sengaja IPO terus setelah setahun gak mau kasih laporan keuangan, BEI kasih denda dan peringatan, dicuekin, trus BEI akan force delisting, itu saham2 investor ritel bagaimana nasibnya?
			
			
			
				Biasanya klo persh yang baru saja IPO, saran2 dari para geeks sebisa mungkin dihindari, kenapa?
karena kita belum tau karakteristik dari sisi manajemen sebagai nahkoda para investor.
Tapi ada juga kasus khusus yang memang persh tsb sblm IPO pun sudah memiliki reputasi yang bagus tapi kondisi ini seperti-nya 50-50,
kalau mau bersabar tunggulah min 3 s/d 5 tahun untuk mengetahui kinerja manajemen dimana kita akan investasikan uang kita.
kasus BLTA, pernah baca dibuku pada saat BLTA pinjam hutang dan memberikan kinerja yang meningkat, BLTA masi memberikan perhatian kepada para investornya.
tapi pada saat BLTA sudah mulai melakukan kewajiban pembayaran hutang kepada sindikasi bank maka deviden tidak ada sama sekali dan LK nilainya turun.
dan dikatakan dibuku tsb, bahwa pada saat tsb BLTA bukan lagi memperhatikan imbal hasil kepada investornya tapi lebih memberi perhatian kepada para bankirnya untuk melunasi hutang2-nya.
btw, RINA nama cukup indah  :)) :)) :))
			
			
			
				Bagus neh tips-nya. Hindari saham-saham IPO  _/\_
			
			
			
				Dalam berinvestasi saham pertama kali dilihat adalah GCG (Good Corporate Governance) dari emiten.. Emiten dengan GCG buruk tidak perlu di analisa lagi laporan keuangannya, karena penuh dengan manipulasi laporan keuangannya.
Salah satu contoh GCG buruk adalah saham milik Group bakrie.. Karena saham yang Dijaminkan ke pihak ke 3 tidak pernah gamblang dijelaskan.. Pihak yang memberikan hutang kepada Group Bakrie disinyalir dari perusahaan dia sendiri yang diatas namakan orang lain...
			
			
			
				Quote from: whitepadma on 02 January 2013, 07:11:59 PM
Dalam berinvestasi saham pertama kali dilihat adalah GCG (Good Corporate Governance) dari emiten.. Emiten dengan GCG buruk tidak perlu di analisa lagi laporan keuangannya, karena penuh dengan manipulasi laporan keuangannya.
Salah satu contoh GCG buruk adalah saham milik Group bakrie.. Karena saham yang Dijaminkan ke pihak ke 3 tidak pernah gamblang dijelaskan.. Pihak yang memberikan hutang kepada Group Bakrie disinyalir dari perusahaan dia sendiri yang diatas namakan orang lain...
Tapi Faktanya kan lebih banyak emiten busuk di bursa, segelintir saja yang GCG, kebanyakan paling tidak perlu pendanaan baru IPO, jarang ada emiten yang untung tapi IPO.
			
 
			
			
				memang sulit emiten dengan GCG yang baik ...
Justru saya lihat beberapa emiten lama sudah teruji yang menjunjung tinggi GCG contoh Group Astra, Bank BCA, Group Salim, beberapa Emiten dari BUMN, dan masih ada yang lainnya juga..
Group Astra ketika ada corporate action selalu menguntungkan investornya, karena itu banyak yang menyukainya
			
			
			
				Quote from: whitepadma on 02 January 2013, 07:33:39 PM
memang sulit emiten dengan GCG yang baik ...
Justru saya lihat beberapa emiten lama sudah teruji yang menjunjung tinggi GCG contoh Group Astra, Bank BCA, Group Salim, beberapa Emiten dari BUMN, dan masih ada yang lainnya juga..
Group Astra ketika ada corporate action selalu menguntungkan investornya, karena itu banyak yang menyukainya
Masalahnya harga saham2 GCG yang anda sebut sudah mahal per lembarnya, at least di atas 5000 per lembar
			
 
			
			
				Quote from: Top1 on 02 January 2013, 07:58:03 PM
Masalahnya harga saham2 GCG yang anda sebut sudah mahal per lembarnya, at least di atas 5000 per lembar
Tetapi akan sepadan dengan hasil yang anda terima .... karena anda tidak akan was was dalam berinvestasi..
Kalau saya diminta beli saham FREN dengan harga 100 rupiah saya akan lebih suka beli saham ASII seharga 6000 rupiah, karena sudah dipastikan tiap tahun ASII membagikan deviden tiap tahunnya... Dan perhitungan 6000 rupiah tidak akan mahal lagi karena ASII membagikan devidennya dibandingkan dengan FREN yang tidak pernah membagikan deviden..
Penilaian Saham murah atau mahal bukan berdasarkan nilai nominalnya akan tetapi juga dengan Ratio keuangan yang lain seperti PER atau PBV
			
 
			
			
				Sesuai dengan aturan yang berlaku, saham yang delisting di bursa, saham publik akan hangus...
Untuk Saham Perbankan yang diambil alih oleh LPS saham publik juga hangus ....
			
			
			
				Quote from: whitepadma on 02 January 2013, 08:09:08 PM
Tetapi akan sepadan dengan hasil yang anda terima .... karena anda tidak akan was was dalam berinvestasi..
Kalau saya diminta beli saham FREN dengan harga 100 rupiah saya akan lebih suka beli saham ASII seharga 6000 rupiah, karena sudah dipastikan tiap tahun ASII membagikan deviden tiap tahunnya... Dan perhitungan 6000 rupiah tidak akan mahal lagi karena ASII membagikan devidennya dibandingkan dengan FREN yang tidak pernah membagikan deviden..
Penilaian Saham murah atau mahal bukan berdasarkan nilai nominalnya akan tetapi juga dengan Ratio keuangan yang lain seperti PER atau PBV
Saya lebih suka saham2 yang berpotensi jadi Bluechip, contoh MAPI setelah repo turun dari 800 ke 250 diguyur asing setelah itu naik sampe 7000
Begitu juga CLPI yang tiba2 terdiskon karena kasus Merril Lynch. Kecuali Beli ASII waktu zaman dulu, itu lain cerita :)
			
 
			
			
				resiko main saham : hanya 2 pilihan, untung atau buntung.
			
			
			
				Quote from: Top1 on 02 January 2013, 08:46:02 PM
Saya lebih suka saham2 yang berpotensi jadi Bluechip, contoh MAPI setelah repo turun dari 800 ke 250 diguyur asing setelah itu naik sampe 7000
Begitu juga CLPI yang tiba2 terdiskon karena kasus Merril Lynch. Kecuali Beli ASII waktu zaman dulu, itu lain cerita :)
Sesuai dengan ajaran Warren Buffet kalau secara valuasi terdiskon banyak tidak apa apa untuk membelinya... ASII mempunyai kinerja yang cukup cemerlang...
			
 
			
			
				hehehe
namanya juga main
2  ;D
Quote from: adi lim on 02 January 2013, 09:28:40 PM
resiko main saham : hanya 2 pilihan, untung atau buntung.
			 
			
			
				resiko: rugi uang.
perlindungan pada investor jika delisting: 
investor lama jadi korban. tujuan delisting biar ga ada investor baru kejebak. nasib yg lama? ya bye bye...
Quote from: Top1 on 02 January 2013, 07:22:58 PM
Tapi Faktanya kan lebih banyak emiten busuk di bursa, segelintir saja yang GCG, kebanyakan paling tidak perlu pendanaan baru IPO, jarang ada emiten yang untung tapi IPO.
kalau persentasenya saya lom pernah ukur, tapi rasanya yg busuk cuma sebagian kecil deh.
sementara kalau butuh dana baru IPO, loh emg begitu kan tujuan IPO. bukan artinya busuk itu... tujuannya dg IPO nanti bisa ekspansi, investor jg kecipratan untung.
			
				Quote from: tesla on 03 January 2013, 12:37:43 AM
resiko: rugi uang.
perlindungan pada investor jika delisting: 
investor lama jadi korban. tujuan delisting biar ga ada investor baru kejebak. nasib yg lama? ya bye bye...
kalau persentasenya saya lom pernah ukur, tapi rasanya yg busuk cuma sebagian kecil deh.
sementara kalau butuh dana baru IPO, loh emg begitu kan tujuan IPO. bukan artinya busuk itu... tujuannya dg IPO nanti bisa ekspansi, investor jg kecipratan untung.
Secara teori kan begitu, waktu butuh dana investor, laporan keuangan dipercantik, pas udah untung emiten buat anak perusahaan baru yang dimiliki juga pemegang saham mayoritas emiten terus keuntungan-nya didistribusikan ke sana. Intinya kalau bisa laba diperkecil, dan pajak juga dikecilin. Banyak sekali permainan2 financial engineering,salah satu contoh yah kasus TRUB dan CPRO. Trus ada perusahaan tbk yang didelisting tahun 2008 yaitu SUDI, tapi anak si owner yaitu CF malah jadi salah satu orang terkaya versi majalah forbes :p
			
 
			
			
				CPRO financial engineeringnya apa? bukannya karena pasarnya ekspor jadi bisnisnya lesu
			
			
			
				CPRO dan TRUB itu terafiliasi satu nama Hendrik Tee. Dulu anak emas kesayangan grup Sinar mas.
Karena kasus Indah Kiat dia ditendang dan diblack list international, akhirnya dikenalin Heru Hidayat (Bandar IIKP dan PLAS) ke grup Charoen.
Dulu saat TRUB naik ke 1500, CPRO banyak memborongnya. Kalau lebih teliti cek aja di laporan keuangan semua ada
Sekarang dua2nya masuk klub GOCAP
			
			
			
				Quote from: tesla on 03 January 2013, 09:01:24 AM
CPRO financial engineeringnya apa? bukannya karena pasarnya ekspor jadi bisnisnya lesu
Dan dulu sempat bermasalah dengan para plasmanya,  entahlah apa sekarang sudah selesai dan damai atau belum.  ::)
			
 
			
			
				Begini saja kalau mau cek kapan CPRO beli TRUB (30% saham) di harga tinggi cek laporan keuangan tahun 2007 di kuartal-nya bukan akhir tahun. Di situ ada di catatan kaki.
			
			
			
				Quote from: Top1 on 03 January 2013, 11:06:18 AM
CPRO dan TRUB itu terafiliasi satu nama Hendrik Tee. Dulu anak emas kesayangan grup Sinar mas.
Karena kasus Indah Kiat dia ditendang dan diblack list international, akhirnya dikenalin Heru Hidayat (Bandar IIKP dan PLAS) ke grup Charoen.
Dulu saat TRUB naik ke 1500, CPRO banyak memborongnya. Kalau lebih teliti cek aja di laporan keuangan semua ada
Sekarang dua2nya masuk klub GOCAP
Saya dengar rumor Hendrik Tee adalah biang kisruhnya di CPRO & TRUB.. Kalau ada emiten yang dipegang sama Hendrik Tee kebanyakan akan hancur... 
Orang ini memang pandai manipulasi laporan keuangan 
			
 
			
			
				Quote from: whitepadma on 03 January 2013, 11:16:55 AM
Saya dengar rumor Hendrik Tee adalah biang kisruhnya di CPRO & TRUB.. Kalau ada emiten yang dipegang sama Hendrik Tee kebanyakan akan hancur... 
Orang ini memang pandai manipulasi laporan keuangan 
Justu di situlah poin yang ingin saya terangkan, jangan terima rumor tapi periksalah kebeneran di balik suatu berita / rumor. 
Intinya begini kita nilai value TRUB adalah 100, tapi CPRO sebagai  suatu institusi berani memborong saham TRUB sampai 30% di harga 1000, kan akan membentuk persepsi seolah2 nilai TRUB 1000, investor ritel pasti akan berani beli di bawah 1000. Sehingga CPRO dan TRUB memakan cukup banyak korban. 
CPRO itu kan emiten cari duit nama sahamnya dulu CPPR di delisting sama emiten trus sahamnya dipecah lebih murah dan IPO kembali
			
 
			
			
				Quote from: Top1 on 03 January 2013, 11:06:18 AM
CPRO dan TRUB itu terafiliasi satu nama Hendrik Tee. Dulu anak emas kesayangan grup Sinar mas.
Karena kasus Indah Kiat dia ditendang dan diblack list international, akhirnya dikenalin Heru Hidayat (Bandar IIKP dan PLAS) ke grup Charoen.
Dulu saat TRUB naik ke 1500, CPRO banyak memborongnya. Kalau lebih teliti cek aja di laporan keuangan semua ada
Sekarang dua2nya masuk klub GOCAP
wow... thanks infonya...
saya agak rasa aneh aja CPRO kok bisa jelek --- karena selama ini saya mengira CPRO itu punya group Charoen
kan produksi ebi fry Fiesta keluaran CPRO masuk dalam cpfood...
ternyata udah tinggal ampas baru merapat ke group charoen ya?
			
 
			
			
				Dalam Satu group yg manajemen-nya sama, belum tentu saham2nya akan memberi imbal hasil yg sama. Saya sudah kasih contoh SUDI yg delisting tapi ownernya orang paling kaya. 
Contoh lain GROUP SALIM
INDF, ICBP berkibar tapi IPOL-nya LESU  ^-^