Namo Buddhaya _/\_
Saya ingin berbagi cerita dan meminta opini dari kawan-kawan sekalian.
Saya terlahir di sebuah keluarga yang sangat kental unsur kekr****nannya. Ibu saya orang ambon, ayah saya orang manado, kedua suku tersebut banyak yang merupakan umat kristiani. Sejak kecil saya dididik untuk mengenal tuhan (maaf tanpa kapitalisasi, saya tidak mau mengekslusifkan kata tersebut). Dan saya dulu tergolong rajin untuk pergi beribadah ke gereja. Sekitar umur 4 tahun, orangtua bercerai, lalu saya ikut ibu. Tak lama kemudian ibu saya menikah lagi dengan seorang beragama I, baru beberapa tahun kemudian beliau pindah ke agama K, dikarenakan keluarga besar saya cukup fanatik mengenai agama.
Yang saya senangi dari agama K adalah hukum kasih, diajarkan untuk saling mengasihi, sangat cocok dengan saya yang pasifis. Namun, saya mulai terusik ketika saya menyadari bahwa kalimat "akulah jalan kebenaran dan hidup" absurd di mata saya. Ketika saya kebaktian remaja, saya bertanya kepada kakak pembina, apabila kita yang sekarang ini adalah umat yang terselamatkan, bagaimana dengan nasib manusia-manusia yang hidup sebelum agama K ini diciptakan? apakah mereka langsung masuk neraka? atau instan masuk surga? tidak ada yang mampu menjawab.
Saya mulai mencari jawabannya dan membandingkannya dengan ajaran agama lain, terutama agama pewahyuan seperti I dan J, namun masih belum mendapatkan jawaban yang memuaskan. Pada akhirnya, saya memutuskan untuk tidak gereja lagi, meninggalkan komitmen pelayanan, dan memilih untuk tidak melibatkan diri pada agama tertentu. Saya mulai menjalani kehidupan ateis dan agnostik. Alasannya buat saya cukup simpel, kalaupun memang ada suatu entitas mahatinggi yang dinamakan tuhan, yang maha sempurna, maka manusia dengan segala ketidaksempurnaannya tidak akan mampu untuk memahami, mencapai, serta menjabarkan entitas tersebut.
Saya menjalani kehidupan agnostik ini tentunya tanpa diketahui oleh keluarga, hanya segelintir sahabat yang tahu, karena saya dulu belum punya cukup keberanian untuk mengutarakan, ditambah lagi pada saat itu saya tengah mempersiapkan diri untuk studi di Jepang, saya hanya mau fokus kepada studi, tidak ingin terganggu dengan hal lain.
Sepulangnya saya dari negrinya doraemon, saya mulai open kepada orang-orang tentang pandangan spiritual saya. Jujur saja, saya samasekali tidak tertarik kepada hal spiritual, saya seorang skeptis, mendasarkan segalanya pada sains. Di malam natal 2010, saya memutuskan untuk memberitahukan kepada keluarga bahwa saya sudah bukan beragama K lagi. Setiap malam natal, kami biasanya berdoa, kebaktian keluarga, tukar kado, dsb. tradisi standar. Pada jam 12 biasanya masing-masing memberitahukan pokok doa yang ingin didoakan, lalu akan dipilih satu orang anggota keluarga secara acak untuk mendoakannya. Pada saat giliran saya, saya menjelaskan kepada keluarga, mereka spontan terlihat sedih dan kecewa. Namun pada akhirnya, mereka bisa menghargai keputusan saya.
Karena saya pada waktu itu saya masih fresh graduate, cukup sulit untuk mencari pekerjaan di bidang saya. Pengalaman kerja saya hanya 2, sebagai tenaga pengajar bahasa asing, dan penyanyi kafe/bar. Saya mengirimkan CV ke beberapa lembaga, namun ditolak karena alasan saya tidak beragama. Cukup menyedihkan dan tidak adil. Kala itu saya juga harus memperpanjang KTP, saat mengisi formulir, saya menuliskan "agnostik" pada kolom agama, KTP saya tidak dicetak juga, meski telah lewat 3 bulan, otomatis saya tidak dapat mencari kerja. Saat saya tanya orang kelurahan, ia bilang bahwa agama saya harus diisi sesuai kartu keluarga, yaitu K. Mau tidak mau saya harus isi, meski dalam hati saya merasa janggal.
Suatu hari saya teringat, dulu saya sering nonton ceramah Master Cheng Yen, dan saya sangat mengagumi beliau. Bagian yang paling saya sukai adalah nasib manusia ditentukan oleh dirinya sendiri; karma. Dalam benak saya yang skeptis dan logis, saya sangat menyukai konsep ini, karena menurut saya, saya tidak mau membuang waktu untuk mencari tuhan. Saya pun mulai mempelajari tentang dhamma sedikit demi sedikit. Ternyata semakin saya pelajari, semakin banyak ajaran Buddha yang sesuai dengan pandangan hidup saya. Hukum sebab-akibat, pembebasan diri dari kesengsaraan, kemelekatan dll, menurut saya sangatlah logis.
Itulah mengapa saya mempelajari dhamma Buddha, karena isinya (sejauh ini) sesuai dengan pandangan saya terhadap kehidupan, serta dalam Buddha tidak ada paksaan dan doktrinisasi; tidak bisa menelan ajaran mentah-mentah.
Mohon maaf bila terlalu panjang, maaf juga apabila ada kata-kata yang tidak berkenan dalam post (baca: curhat) ini.
Silahkan kawan-kawan memberi komentar dan koreksi apabila ada kesalahan
Terima kasih
Semoga semua makhluk berbahagia
selamat datang ... ;D
Anumodana sharingnya..
Semoga semakin menemukan kebahagiaan dan kebijaksanaan dalam Dhamma.
Sadhu 3x
_/\_
Hidup ini bebas memilih.
Dalam Buddha Dhamma identitas agama/KTP tidaklah penting, yang diutamakan adalah pengetahuan, latihan dan praktek.
di alam DC anda dapat belajar Buddha Dhamma mulai dari tanya jawab dan pembahasan, diskusi dan lainnya, jika anda akan menemukan debat kusir dan diskusi yang agak 'ekstrim' tapi ini hal wajar karena memang pemahaman dan kapasitas batin para penghuni alam DC berbeda2.
Tetapi pembahasan dan diskusi demikian yang banyak menghasilkan pengetahuan tentang Buddha Dhamma dan anda dapat membandingkannya, kemudian memilih yang sesuai dengan 'selera' dan mengaplikasi dalam kehidupan ini.
Selamat bergabung di alam DC
Selamat berjuang.
_/\_
Dutiyampi, wellcome to DC..
Anda datang di tempat yang tepat. ;D
Quote from: yuuji89 on 29 September 2012, 12:48:41 AM
[...]
Saya mulai mencari jawabannya dan membandingkannya dengan ajaran agama lain, terutama agama pewahyuan seperti I dan J,
[...]
J itu apa ya om?
Quote from: hemayanti on 29 September 2012, 07:25:26 AM
Dutiyampi, wellcome to DC..
Anda datang di tempat yang tepat. ;D
J itu apa ya om?
J = judaism, agama jahudi
Quote from: yuuji89 on 29 September 2012, 12:48:41 AM
...Yang saya senangi dari agama K adalah hukum kasih, diajarkan untuk saling mengasihi, sangat cocok dengan saya yang pasifis.... Di malam natal 2010, saya memutuskan untuk memberitahukan kepada keluarga bahwa saya sudah bukan beragama K lagi.... Pada saat giliran saya, saya menjelaskan kepada keluarga, mereka spontan terlihat sedih dan kecewa. Namun pada akhirnya, mereka bisa menghargai keputusan saya...
Salut buat anda dan juga keluarga anda, bisa menerima keputusan anda tanpa memaksa dan mengucilkan anda _/\_
Quote
...Kala itu saya juga harus memperpanjang KTP, saat mengisi formulir, saya menuliskan "agnostik" pada kolom agama, KTP saya tidak dicetak juga, meski telah lewat 3 bulan, otomatis saya tidak dapat mencari kerja. Saat saya tanya orang kelurahan, ia bilang bahwa agama saya harus diisi sesuai kartu keluarga, yaitu K. Mau tidak mau saya harus isi, meski dalam hati saya merasa janggal.
Menurut gw, anda lebih gentle ketimbang beberapa "buddhis" yang KTP-nya juga bukan buddha karena 'konon' Sang Buddha juga tidak menyuruh ganti agama di KTP. :whistle:
Sekali lagi salut buat anda ! ^:)^
BTW, waktu kecil gw juga dulunya kr15ten.
Dan KTP gw agamanya Buddha.
Quote from: hemayanti on 29 September 2012, 07:25:26 AM
Dutiyampi, wellcome to DC..
Anda datang di tempat yang tepat. ;D
J itu apa ya om?
J u d a i s m, dasar dari I dan K
Quote from: sanjiva on 29 September 2012, 07:52:53 AM
Salut buat anda dan juga keluarga anda, bisa menerima keputusan anda tanpa memaksa dan mengucilkan anda _/\_
Menurut gw, anda lebih gentle ketimbang beberapa "buddhis" yang KTP-nya juga bukan buddha karena 'konon' Sang Buddha juga tidak menyuruh ganti agama di KTP. :whistle:
Sekali lagi salut buat anda ! ^:)^
BTW, waktu kecil gw juga dulunya kr15ten.
Dan KTP gw agamanya Buddha.
mengucilkan sih nggak, cuma ya kalau ada adu pendapat, kadang bawa2, pada bilang saya "anak setan", "domba tersesat" dsb. saya padahal gak pernah merasa saya ini nyasar, orang saya sense of directionnya lebih bagus dari gps manapun :P
memang sih, makasih juga untuk kawan2 yang mengingatkan bahwa saya gak perlu ganti ktp ke buddha. Cuma saya merasa kalau saya taro agama K di KTP, berarti saya membohongi diri sendiri, dan itu bakal menghantui saya terus, guilt-nya ga akan hilang sampe saya ganti
ooh, bro sanjiva dulunya K juga? kenapa pindah? boleh beritahu?
selaen soal surga dan neraka, ada hal yg lebih mengusik lagi?
mungkin nggak sekedar mengusik, tapi mengguncang, gitu? ^-^
Quote from: yuuji89 on 29 September 2012, 10:58:48 AM
mengucilkan sih nggak, cuma ya kalau ada adu pendapat, kadang bawa2, pada bilang saya "anak setan", "domba tersesat" dsb. saya padahal gak pernah merasa saya ini nyasar, orang saya sense of directionnya lebih bagus dari gps manapun :P
Wah, sekarang julukannya "anak setan" dan "domba tersesat". kalau 40 tahun yg lalu, umat Buddha dijuluki "penyembah berhala" , "penganut aliran sesat", "atheis", "penganut paham komunis", "mahluk tidak tahu terima kasih pada T****" "pengikut iblis ke neraka" :-? :-?
Nah, sekarang anda sdh tidak menjadi "domba" lagi, tetapi menjadi singa jantan yang berkelana sendirian di padang rumput samsara. :)) :)) :))
Welcome to the jungle..
Welcome to the jungle..
Quote from: dtgvajra on 29 September 2012, 11:15:10 AM
Wah, sekarang julukannya "anak setan" dan "domba tersesat". kalau 40 tahun yg lalu, umat Buddha dijuluki "penyembah berhala" , "penganut aliran sesat", "atheis", "penganut paham komunis", "mahluk tidak tahu terima kasih pada T****" "pengikut iblis ke neraka" :-? :-?
Nah, sekarang anda sdh tidak menjadi "domba" lagi, tetapi menjadi singa jantan yang berkelana sendirian di padang rumput samsara. :)) :)) :))
bahkan sampai sekarang pun julukan2 tersebut masih ada. Beberapa sepupu saya begitu mendengar saya mau masuk buddha langsung bilang "itu kan nyembah berhala"
tapi buat saya yang paling menyakitkan itu kalo dibilang pengikut iblis. Perasaan umat buddha itu melaksanakan dhamma, yang isinya adalah kebaikan. Bahkan apabila agama lain tidak terima bila dhamma disebutkan berisi "kebaikan", setidaknya dhamma tidak merugikan orang lain, malah bisa jadi benefit, baik bagi yang buddha maupun non-buddha. Kok malah disebut pengikut iblis, kan aneh
Quote from: yuuji89 on 29 September 2012, 10:58:48 AM
memang sih, makasih juga untuk kawan2 yang mengingatkan bahwa saya gak perlu ganti ktp ke buddha. Cuma saya merasa kalau saya taro agama K di KTP, berarti saya membohongi diri sendiri, dan itu bakal menghantui saya terus, guilt-nya ga akan hilang sampe saya ganti
Berarti kita sama2 tidak suka membohongi diri sendiri, alias ga muna 8)
Quote
ooh, bro sanjiva dulunya K juga? kenapa pindah? boleh beritahu?
Entah kenapa pas belajar agama K ketika SD, gw gak bisa menerima pas gurunya bilang segala sesuatu itu ada penciptanya, kursi ini ada yang bikin, meja itu ada yang buat, dll jadi segala sesuatu di alam ini adalah ciptaan tuhan. Gw gak bisa menerima doktrin seperti itu, entah kenapa padahal waktu itu gw masih kecil. Dan akhirnya pindah ikut agama lain ;D
Quote from: yuuji89 on 29 September 2012, 11:54:14 AM
bahkan sampai sekarang pun julukan2 tersebut masih ada. Beberapa sepupu saya begitu mendengar saya mau masuk buddha langsung bilang "itu kan nyembah berhala"
apapun yang mereka sebutkan, biar aja !
belajar Buddha Dhamma adalah cara belajar untuk melatih diri sendiri.
Quote
tapi buat saya yang paling menyakitkan itu kalo dibilang pengikut iblis.
kenyataan iblis itu tidak ada kok !
jadi apa yang mau disakiti ?
Quote from: yuuji89 on 29 September 2012, 10:58:48 AM
mengucilkan sih nggak, cuma ya kalau ada adu pendapat, kadang bawa2, pada bilang saya "anak setan", "domba tersesat" dsb. saya padahal gak pernah merasa saya ini nyasar, orang saya sense of directionnya lebih bagus dari gps manapun :P
memang sih, makasih juga untuk kawan2 yang mengingatkan bahwa saya gak perlu ganti ktp ke buddha. Cuma saya merasa kalau saya taro agama K di KTP, berarti saya membohongi diri sendiri, dan itu bakal menghantui saya terus, guilt-nya ga akan hilang sampe saya ganti
ooh, bro sanjiva dulunya K juga? kenapa pindah? boleh beritahu?
saran saya secara pribadi, ya tetaplah hargai dan sayang orang tua. Jadi perdebatan ada baiknya jangan dilakukan dengan orang tua.
Sekedar share, ortu saya juga sempat anti ama Buddhis (walau percayanya ke Konghucu yang sifatnya politheism). Dulu sempat waktu kecil, pergi ke vihara saja kena komplen. Tapi ya didiamin saja tidak perlu dilawan. Dan ternyata Buddhisme juga membawa saya ke arah yang lebih baik. Semula keras kepala, jadi penurut ke ortu, dll. Ortu juga mulai berubah pandangannya dan bahkan bisa cerita ke teman2 nya.. "anak gw sekarang bisa mikir, dan bisa berbakti ke orang tua semenjak sembahyang Buddha"
Dan di sisi lain, abang gw juga ada pindah ke agama K, dan itu menyedihkan ortu juga. Dan gw melihat betapa pedihnya ortu, ampe nelepon gw tengah malam buta dan menangis.. Kebanyakan ortu pasti ingin anaknya menjadi baik. Dan ortu jugalah manusia biasa dengan pengetahuan terbatas, mungkin ortu gw hanya berpikiran agama Konghucu lah yang bener. Bakti kepada leluhur itu penting. Makanya itu yang diturunkan kepada anak2nya.. Dan tentunya jika ada perpindahan agama yang terjadi, tentunya sangat menyakitkan ortu. Dan begitu juga dengan ortu yuuji, beliau mungkin hanya tahu agama K yang membawa kebahagiaan, makanya hanya agama K yang diajarkan ke yuuji.
Pesan moral : Hargai ortu, bagaimana pun juga ortu yang melahirkan anda.. jadilah lebih baik dan berbakti pada ortu, sehingga lambat laun pun ortu akan menerima perbedaan dan tidak mempermasalahkan lagi perbedaan tersebut. Hal ini menurut saya lebih baik, daripada frontal "mendeklarasikan kemerdekaan diri" sebagai seorang Buddhis
welcome to DC bro..
Quote from: Forte on 29 September 2012, 01:19:24 PM
Dan di sisi lain, abang gw juga ada pindah ke agama K, dan itu menyedihkan ortu juga. Dan gw melihat betapa pedihnya ortu, ampe nelepon gw tengah malam buta dan menangis..
Bagi ortu yg beragama konghucu sejati dan tahu banyak tentang kr15ten pasti akan galau dan sedih banget kalau anaknya pindah ke kr15ten.
Mengapa?
- Karena si ortu sudah pasti mikir anaknya ngggak bakal piara meja abu leluhur dan ortunya kelak.
- Kalau ortunya nanti meninggal pasti anaknya nggak sembahyangin (apalagi pake hio dan hidangan di meja sembahyang). Bakal jadi 'arwah' kelaparan entar si ortu dan para leluhur karena gak disembahyangin lagi.
Pasti ortu yang konghucu mikirnya gitu, dan di masyarakat udah banyak kejadian kan?
Quote
Pesan moral : Hargai ortu, bagaimana pun juga ortu yang melahirkan anda.. jadilah lebih baik dan berbakti pada ortu, sehingga lambat laun pun ortu akan menerima perbedaan dan tidak mempermasalahkan lagi perbedaan tersebut. Hal ini menurut saya lebih baik, daripada frontal "mendeklarasikan kemerdekaan diri" sebagai seorang Buddhis
Justru karena anda sudah mendeklarasikan sebagai seorang buddhis, jangan tanggung2.
Jadilah anak yang baik, bakti dan hormat kepada orang tua dan tunjukkan bahwa ajaran buddhis mengajarkan hal yang demikian. Sehingga orang tua akan bangga kepada anda dan pilihan agama anda.
Quote from: adi lim on 29 September 2012, 01:16:50 PM
apapun yang mereka sebutkan, biar aja !
belajar Buddha Dhamma adalah cara belajar untuk melatih diri sendiri.
kenyataan iblis itu tidak ada kok !
jadi apa yang mau disakiti ?
saya sendiri juga tidak percaya iblis. yang menyakitkan adalah melihat kedangkalan pemikiran mereka
:)
Quote from: Forte on 29 September 2012, 01:19:24 PM
saran saya secara pribadi, ya tetaplah hargai dan sayang orang tua. Jadi perdebatan ada baiknya jangan dilakukan dengan orang tua.
Sekedar share, ortu saya juga sempat anti ama Buddhis (walau percayanya ke Konghucu yang sifatnya politheism). Dulu sempat waktu kecil, pergi ke vihara saja kena komplen. Tapi ya didiamin saja tidak perlu dilawan. Dan ternyata Buddhisme juga membawa saya ke arah yang lebih baik. Semula keras kepala, jadi penurut ke ortu, dll. Ortu juga mulai berubah pandangannya dan bahkan bisa cerita ke teman2 nya.. "anak gw sekarang bisa mikir, dan bisa berbakti ke orang tua semenjak sembahyang Buddha"
Dan di sisi lain, abang gw juga ada pindah ke agama K, dan itu menyedihkan ortu juga. Dan gw melihat betapa pedihnya ortu, ampe nelepon gw tengah malam buta dan menangis.. Kebanyakan ortu pasti ingin anaknya menjadi baik. Dan ortu jugalah manusia biasa dengan pengetahuan terbatas, mungkin ortu gw hanya berpikiran agama Konghucu lah yang bener. Bakti kepada leluhur itu penting. Makanya itu yang diturunkan kepada anak2nya.. Dan tentunya jika ada perpindahan agama yang terjadi, tentunya sangat menyakitkan ortu. Dan begitu juga dengan ortu yuuji, beliau mungkin hanya tahu agama K yang membawa kebahagiaan, makanya hanya agama K yang diajarkan ke yuuji.
Pesan moral : Hargai ortu, bagaimana pun juga ortu yang melahirkan anda.. jadilah lebih baik dan berbakti pada ortu, sehingga lambat laun pun ortu akan menerima perbedaan dan tidak mempermasalahkan lagi perbedaan tersebut. Hal ini menurut saya lebih baik, daripada frontal "mendeklarasikan kemerdekaan diri" sebagai seorang Buddhis
welcome to DC bro..
yup setuju. makanya saya moderat saja. Mereka sih sebenarnya tergolong sangat liberal. Ortu saya tidak se-fanatik keluarga besar. hanya kadang menjelang hari ke-7 setiap minggunya, kalau mereka lagi "on" dengan iman, mulai deh tuh hahaha :))
Quote from: sanjiva on 29 September 2012, 01:56:04 PM
Bagi ortu yg beragama konghucu sejati dan tahu banyak tentang kr15ten pasti akan galau dan sedih banget kalau anaknya pindah ke kr15ten.
Mengapa?
- Karena si ortu sudah pasti mikir anaknya ngggak bakal piara meja abu leluhur dan ortunya kelak.
- Kalau ortunya nanti meninggal pasti anaknya nggak sembahyangin (apalagi pake hio dan hidangan di meja sembahyang). Bakal jadi 'arwah' kelaparan entar si ortu dan para leluhur karena gak disembahyangin lagi.
Pasti ortu yang konghucu mikirnya gitu, dan di masyarakat udah banyak kejadian kan?
Ya, dikalangan orang tua yg msh Konghucu atau Tridharma, kalau anak memilih agama K*****, ucapan yg umumnya muncul : "Wah, anak itu bakalan put hauw /tidak berbakti kepada orang tua dan leluhur". ;D.
Dan contohnya cukup banyak, anaknya menjadi lebih berbakti kepada yg bukan leluhur, bangsa asing, yg bahkan mati dengan amat sengsara pada usia muda.
Yg bisa dianggap sebagai amat sangat kurang beruntung, alias karma buruknya amat berat . ;) :)
Quote from: sanjiva on 29 September 2012, 01:56:04 PM
Bagi ortu yg beragama konghucu sejati dan tahu banyak tentang kr15ten pasti akan galau dan sedih banget kalau anaknya pindah ke kr15ten.
Mengapa?
- Karena si ortu sudah pasti mikir anaknya ngggak bakal piara meja abu leluhur dan ortunya kelak.
- Kalau ortunya nanti meninggal pasti anaknya nggak sembahyangin (apalagi pake hio dan hidangan di meja sembahyang). Bakal jadi 'arwah' kelaparan entar si ortu dan para leluhur karena gak disembahyangin lagi.
Pasti ortu yang konghucu mikirnya gitu, dan di masyarakat udah banyak kejadian kan?
Justru karena anda sudah mendeklarasikan sebagai seorang buddhis, jangan tanggung2.
Jadilah anak yang baik, bakti dan hormat kepada orang tua dan tunjukkan bahwa ajaran buddhis mengajarkan hal yang demikian. Sehingga orang tua akan bangga kepada anda dan pilihan agama anda.
makanya klo gw inget begini, teringat lagi, klo memang dalam beberapa hal ga selalu bisa gantungin diri kepada orang lain termasuk anaknya sendiri..
semoga jika ada orangtua Buddhist yang anak2nya pindah jadi samawi yang fanatik, orang tersebut terpacu untuk memanfaatkan sisa hidup dengan banyak2 berbuat kebaikan/ tanem karma baik, jadi ga perlu disembayangin lagi sama anak.. diharapkan terlahir lagi di alam yah minimal sama2 di alam manusia, sukur2 bisa ke alam dewa..
Quote from: Wolvie on 29 September 2012, 06:19:10 PM
makanya klo gw inget begini, teringat lagi, klo memang dalam beberapa hal ga selalu bisa gantungin diri kepada orang lain termasuk anaknya sendiri..
semoga jika ada orangtua Buddhist yang anak2nya pindah jadi samawi yang fanatik, orang tersebut terpacu untuk memanfaatkan sisa hidup dengan banyak2 berbuat kebaikan/ tanem karma baik, jadi ga perlu disembayangin lagi sama anak.. diharapkan terlahir lagi di alam yah minimal sama2 di alam manusia, sukur2 bisa ke alam dewa..
Bisa saja asal ga direcokin pas menjelang meninggal bro.
Nah kalo pas udah sekarat malah dipaksa2 anak pindah agama kan repot. Jadinya bukan pikiran baik yang muncul malah timbul rasa marah, sedih, duka, kecewa, dongkol, dll. Jelas bukan dasar untuk patisandhi vinyana yang baik.
bukan patisandhi citta?
Quote from: will_i_am on 29 September 2012, 10:04:23 PM
bukan patisandhi citta?
Yah cincailah ;D
patisandhi citta --> patisandhi vinyana --> tumimbal lahir
kenapa harus pindah? bukankah agama itu membimbing msg2 individu untuk menuju ke arah yg lebih baik?
agama itu cuma label kok.
Quote from: andry on 29 September 2012, 11:48:27 PM
kenapa harus pindah? bukankah agama itu membimbing msg2 individu untuk menuju ke arah yg lebih baik?
agama itu cuma label kok.
ada benarnya, tapi tidak semua cara2nya dapat saya terima.
saya juga ingin menghindari doktrinisasi.
jika sudah terdoktrin, maka seseorang akan menganggap caranya adalah "benar" dan apa yang ia tuju adalah "benar"
di mata saya kebenaran bukanlah manusia yang menentukan
saya juga tidak mau didoktrin bahwa iman adalah harga mati; pegangan hidup
Quote from: yuuji89 on 29 September 2012, 11:54:58 PM
di mata saya kebenaran bukanlah manusia yang menentukan
jadi siapa?
Quote from: Indra on 29 September 2012, 11:59:10 PM
jadi siapa?
berhubung saya juga agnostik, saya hanya akan jawab tidak ada yang menentukan, karena di mata saya tuhan itu tidak ada.
kalaupun memang ada, bukan porsinya manusia untuk sok mengetahui apa itu, siapa itu, dan dimana itu tuhan.
yang saya pedulikan adalah bagaimana kita bisa menjadi manusia yang baik, dan karena saya sekarang belajar dhamma,
bagaimana kita dapat memahami dan menjalankan dhamma
Manusia bisa tahu benar karena Ia tahu ada salah.
Quote from: andry on 29 September 2012, 11:48:27 PM
kenapa harus pindah? bukankah agama itu membimbing msg2 individu untuk menuju ke arah yg lebih baik?
agama itu cuma label kok.
pasrah banget ::)
Masak agama itu cuma label ? :o
Quote from: andry on 29 September 2012, 11:48:27 PM
kenapa harus pindah? bukankah agama itu membimbing msg2 individu untuk menuju ke arah yg lebih baik?
agama itu cuma label kok.
saya setuju
[at] yuuji89Agama Buddha tidak akan lebih baik dari
Agama kr****n, begitu juga sebaliknya..
Jadi utk apa pindah agama ?
Pengikutnya agama ya akan sama saja,
kalau anda liat pengikut agama A buruk, agama lain pun akan sama saja
kalu anda liat pengikut agama A baik, agama lain pun punya hal2 baik lainnya
Menurut pendapat saya, akan lebih baik bila anda tetap beragama kr****n tapi memahami ajaran Buddha ( yang mungkin selaras dgn pemahaman anda )
Ini akan membuat keluarga dan orang tua anda jauh lebih senang dan bahagia.. :whistle: :)
Ps : Mungkin terkesan saya menganjurkan utk hidup munafik,
Tapi seperti yg diutarakan bro andry,
agama itu pada hakikatnya hanya menjadi
label saja.
Dunia "GILA" ini memaksa kita terus hidup dalam kotak dan label.. ;D hehe
Semoga kita semakin bijaksana
_/\_
sampai mati berkali
2-pun, kita ndak akan bisa menyenangkan semua orang.
lebih baik ambil jalan tengah: diri sendiri happy & tidak merugikan orang lain.
niat melakukan sesuatu berkaitan dengan orang tua: jangan pernah keluar dari rumah membuat nama keluarga hancur / jadi rusak.
Quote from: ozma on 30 September 2012, 11:10:34 PM
saya setuju
Quote from: andry on 29 September 2012, 11:48:27 PM
kenapa harus pindah? bukankah agama itu membimbing msg2 individu untuk menuju ke arah yg lebih baik?
agama itu cuma label kok.
[at] yuuji89
Agama Buddha tidak akan lebih baik dari Agama kr****n, begitu juga sebaliknya..
Jadi utk apa pindah agama ?
Pengikutnya agama ya akan sama saja, tidak toleransi, saling menghujat, dan menomorsatukan agamanya
Menurut pendapat saya, akan lebih baik bila anda tetap beragama kr****n tapi memahami ajaran Buddha..
Ini akan jauh membuat keluarga dan orang tua anda senang dan bahagia.. :)
Quote from: Mas Tidar on 30 September 2012, 11:23:51 PM
sampai mati berkali2-pun, kita ndak akan bisa menyenangkan semua orang.
Betul sekali bro..
Kita tidak akan pernah bisa menyenangkan smua orang
Tapi mengupayakan kebahagiaan makhluk lain itu mulia ( selama itu hal baik ) ;D
Quotelebih baik ambil jalan tengah: diri sendiri happy & tidak merugikan orang lain.
Bukankah kita juga akan bahagia kalo orang yg kita sayangi ( orang tua / keluarga ) bahagia ? :D
Quote
niat melakukan sesuatu berkaitan dengan orang tua: jangan pernah keluar dari rumah membuat nama keluarga hancur / jadi rusak.
Saya sependapat ;)
Quote from: andry on 29 September 2012, 11:48:27 PM
kenapa harus pindah? bukankah agama itu membimbing msg2 individu untuk menuju ke arah yg lebih baik?
agama itu cuma label kok.
klo orangnya mau pindah ya ga usah u yang pusing, wkwkwk.
aya2 wae, orang yang udah sukarela mau pindah malah terkesan dihalang2in/ diusir, wkwkwk.
To bro Yuuji, sy awalna juga non Buddhist, tapi atas keinginan sendiri sy pindah ke Buddhism dan tidak berbohong pada keluarga luar (tante, sepupu) bahwa sy bukan ka****k lagi, klo keluarga dalam memang ga ada yang mempermasalahkan..
ktp pun waktu alamat lama memang ga dirubah, karena sy merasa ribet ngurus, tapi setelah pindah alamat, pada kartu keluarga dan ktp, ya agamanya diubah, sy sendiri merasa jika sy tidak minta untuk dirubah, hal itu termasuk musavada (bohong)..
n sy juga ga mau munafik jadi orang, klo dah pindah ya sy terus terang saja.
Quote from: sanjiva on 29 September 2012, 09:59:44 PM
Bisa saja asal ga direcokin pas menjelang meninggal bro.
Nah kalo pas udah sekarat malah dipaksa2 anak pindah agama kan repot. Jadinya bukan pikiran baik yang muncul malah timbul rasa marah, sedih, duka, kecewa, dongkol, dll. Jelas bukan dasar untuk patisandhi vinyana yang baik.
ya, klo sudah sakit parah memang ga bisa diapa2in lagi, maksudnya sbelum tiba waktunya..
Quote from: Wolvie on 01 October 2012, 12:59:51 AM
klo orangnya mau pindah ya ga usah u yang pusing, wkwkwk.
aya2 wae, orang yang udah sukarela mau pindah malah terkesan dihalang2in/ diusir, wkwkwk.
Mungkin biar agamanya nggak jadi pasaran bro, lebih eksklusif :whistle:
#-o
#tepokjidat.comQuote
To bro Yuuji, sy awalna juga non Buddhist, tapi atas keinginan sendiri sy pindah ke Buddhism dan tidak berbohong pada keluarga luar (tante, sepupu) bahwa sy bukan ka****k lagi, klo keluarga dalam memang ga ada yang mempermasalahkan..
ktp pun waktu alamat lama memang ga dirubah, karena sy merasa ribet ngurus, tapi setelah pindah alamat, pada kartu keluarga dan ktp, ya agamanya diubah, sy sendiri merasa jika sy tidak minta untuk dirubah, hal itu termasuk musavada (bohong)..
n sy juga ga mau munafik jadi orang, klo dah pindah ya sy terus terang saja.
=D> :jempol:
wah hebat ya sepertinya orang yang sudah berKTP Budha itu orang suci semua, sudah gak pernah musavada :jempol:
buat saya, kalo kita mau menghindari berbohong kepada orang lain, hindari dulu bohong ke diri sendiri.
tapi nampaknya sulit untuk saya, karena beberapa anggota keluarga besar masih ingin "menarik" saya utk stay di agama K
Quote from: ryu on 01 October 2012, 09:29:12 AM
wah hebat ya sepertinya orang yang sudah berKTP Budha itu orang suci semua, sudah gak pernah musavada :jempol:
Maksud anda termasuk si Indra, Sumedho, Adi Lim, Gandalf, Janindra, Dato'tono, Kaininkuto kah?
:o :P
Quote from: sanjiva on 01 October 2012, 09:59:27 AM
Maksud anda termasuk si Indra, Sumedho, Adi Lim, Gandalf, Janindra, Dato'tono, Kaininkuto kah?
:o :P
berkali2 saya sudah menjelaskan bahwa saya memang tidak bisa lagi ber-musavada dengan alasan yg sangat sederhana, yaitu, berhubung apa pun yg saya katakan, biasanya tak ada seorang pun yg percaya.
Quote from: yuuji89 on 01 October 2012, 09:56:10 AM
buat saya, kalo kita mau menghindari berbohong kepada orang lain, hindari dulu bohong ke diri sendiri.
tapi nampaknya sulit untuk saya, karena beberapa anggota keluarga besar masih ingin "menarik" saya utk stay di agama K
yah prinsip anda kan tidak mau munafik, jangan pernah musavada ya, kalau anda pernah musavada itu artinya anda muna dong, percumalah ngaku2 agama budha, ktp budha tapi masih muna :D
Quote from: Indra on 01 October 2012, 11:00:57 AM
berkali2 saya sudah menjelaskan bahwa saya memang tidak bisa lagi ber-musavada dengan alasan yg sangat sederhana, yaitu, berhubung apa pun yg saya katakan, biasanya tak ada seorang pun yg percaya.
=)) =)) =))
Quote from: sanjiva on 01 October 2012, 09:59:27 AM
Maksud anda termasuk si Indra, Sumedho, Adi Lim, Gandalf, Janindra, Dato'tono, Kaininkuto kah?
:o :P
termasuk anda tidak? anda khan tidak munafik?
Quote from: Indra on 01 October 2012, 11:00:57 AM
berkali2 saya sudah menjelaskan bahwa saya memang tidak bisa lagi ber-musavada dengan alasan yg sangat sederhana, yaitu, berhubung apa pun yg saya katakan, biasanya tak ada seorang pun yg percaya, termasuk diri saya sendiri.
^:)^
Quote from: Indra on 01 October 2012, 11:00:57 AM
berkali2 saya sudah menjelaskan bahwa saya memang tidak bisa lagi ber-musavada dengan alasan yg sangat sederhana, yaitu, berhubung apa pun yg saya katakan, biasanya tak ada seorang pun yg percaya.
ya, saya ga percaya anda tidak bisa lagi ber-musavada =))
Quote from: ryu on 01 October 2012, 01:41:07 PM
ya, saya ga percaya anda tidak bisa lagi ber-musavada =))
tuh kan, apa gue bilang ...
Quote from: Indra on 01 October 2012, 11:00:57 AM
berkali2 saya sudah menjelaskan bahwa saya memang tidak bisa lagi ber-musavada dengan alasan yg sangat sederhana, yaitu, berhubung apa pun yg saya katakan, biasanya tak ada seorang pun yg percaya.
statement yang ini kok gak termasuk musavada yah?? :o
:)) :))
Quote from: sanjiva on 01 October 2012, 08:49:51 AM
Mungkin biar agamanya nggak jadi pasaran bro, lebih eksklusif :whistle:
#-o #tepokjidat.com
=D> :jempol:
ya itulah kadang2 gw rada heran klo ada komen kek gitu..
mungkin spy dibilang toleran ? entahlah..
memang tidak ada paksaan tapi juga bukan berarti klo orangnya udah mau dan sukarela pengen pindah, terus dicegah (sy toh dah baca tulisan TS yuuji)
klo orangnya memang masih ngambang ya bisa lah kita bilang bgitu, bisa belajar Dhamma tanpa menjadi Buddhist. Ato yang bersangkutan hanya ingin sekedar studi banding..
ato orangnya pengen tapi keluargana sangat menentang, klo TS kan nampaknya keluarga bisa menerima..
secara umum dalam kehidupan berkeluarga juga orang ga bisa terus menerus sama dalam pola pikir kan, termasuk dalam hal agama.. Meskipun orangtua sangat suka makan ikan tapi klo anak ga mau, dipaksa awal2 mungkin bisa, lama2 ya muntah..
klo kita memang udah ga sepaham bukan berarti jadi kurang ajar sama beliau2 itu, utarakan aja secara baik2, lambat laun juga akan mengerti.. pengertian dan toleransi biar bagaimana ga bisa cuma sepihak/searah..
soal kecewa sih banyak lah kasus, dan ga cuma gara2 agama, berapa banyak ortu kecewa terhadap pilihan pasangan hidup anaknya? berapa banyak ortu kecewa karena pilihan profesi anaknya? tapi at the end kan mereka2 juga yang jalanin hidup, bukan ortunya...
contoh paling gampang ya Raja Sudhodana sendiri juga kecewa terhadap anaknya karena memilih jadi petapa.. KLo pangeran Sidharta tetap memilih jalan yang udah dipilihkan sama ortunya, besar kemungkinan kita tidak akan kenal Dharma
sy jga mengalami tentangan2 kok waktu pindah, tapi sy nerima semua itu sebagai konsekuensi.. toh klo sy tetep demi menyenangkan temen2 gw juga bukan ga ada konsekuensinya, gw ya jadi sama seperti mereka, cuma bisa membebek tanpa berpikir kritis.. Waktu ada teman yang akhirnya memutuskan pertemanan karena gw Buddhist, gw tetap coba dekati dia, tapi beberapa kali telepon ga diangkat, dateng ke rumah dibilang ga ada..
Tapi karena memang dia tetap tidak mau ya gw juga ga maksa. ya sudah, Adios/good bye deh , toh teman ga cuma elu doang, hehehe.
Quote from: will_i_am on 01 October 2012, 03:11:17 PM
statement yang ini kok gak termasuk musavada yah?? :o
:)) :))
itu adalah fakta
Quote from: Wolvie on 01 October 2012, 04:04:33 PM
ya itulah kadang2 gw rada heran klo ada komen kek gitu..
mungkin spy dibilang toleran ? entahlah..
memang tidak ada paksaan tapi juga bukan berarti klo orangnya udah mau dan sukarela pengen pindah, terus dicegah (sy toh dah baca tulisan TS yuuji)
klo orangnya memang masih ngambang ya bisa lah kita bilang bgitu, bisa belajar Dhamma tanpa menjadi Buddhist. Ato yang bersangkutan hanya ingin sekedar studi banding..
ato orangnya pengen tapi keluargana sangat menentang, klo TS kan nampaknya keluarga bisa menerima..
secara umum dalam kehidupan berkeluarga juga orang ga bisa terus menerus sama dalam pola pikir kan, termasuk dalam hal agama.. Meskipun orangtua sangat suka makan ikan tapi klo anak ga mau, dipaksa awal2 mungkin bisa, lama2 ya muntah..
klo kita memang udah ga sepaham bukan berarti jadi kurang ajar sama beliau2 itu, utarakan aja secara baik2, lambat laun juga akan mengerti.. pengertian dan toleransi biar bagaimana ga bisa cuma sepihak/searah..
soal kecewa sih banyak lah kasus, dan ga cuma gara2 agama, berapa banyak ortu kecewa terhadap pilihan pasangan hidup anaknya? berapa banyak ortu kecewa karena pilihan profesi anaknya? tapi at the end kan mereka2 juga yang jalanin hidup, bukan ortunya...
contoh paling gampang ya Raja Sudhodana sendiri juga kecewa terhadap anaknya karena memilih jadi petapa.. KLo pangeran Sidharta tetap memilih jalan yang udah dipilihkan sama ortunya, besar kemungkinan kita tidak akan kenal Dharma
sy jga mengalami tentangan2 kok waktu pindah, tapi sy nerima semua itu sebagai konsekuensi.. toh klo sy tetep demi menyenangkan temen2 gw juga bukan ga ada konsekuensinya, gw ya jadi sama seperti mereka, cuma bisa membebek tanpa berpikir kritis.. Waktu ada teman yang akhirnya memutuskan pertemanan karena gw Buddhist, gw tetap coba dekati dia, tapi beberapa kali telepon ga diangkat, dateng ke rumah dibilang ga ada..
Tapi karena memang dia tetap tidak mau ya gw juga ga maksa. ya sudah, Adios/good bye deh , toh teman ga cuma elu doang, hehehe.
kalau saya sih tidak sekedar studi banding.
salah satu alasan saya ingin masuk Buddha adalah karena
nasib kita ditentukan oleh diri kita sendiri, bukan dari suatu entitas mahamelihat, mahamendengar di dalam agama saya dahulu, statemen tersebut ditentang.
ditambah lagi segala pencapaian manusia adalah
hasil jerih payahnya sendiri (menurut saya)
dan saya rasa dalam ajaran Buddha adalah demikian adanya
mengenai kecewa terhadap pilihan pasangan, ini juga sedang terjadi.
pacar saya seorang muslim, dan keluarganya sangat tidak menerima saya.
keluarga saya sendiri juga sebenarnya sangat fanatik, tapi saya senang mereka bisa menerima kenyataan bahwa saya menjalin hubungan dengan wanita muslim
banyak juga teman2 yang meninggalkan saya karena saya memutuskan untuk menjadi Buddhist, tapi ya mau bagaimana lagi, kita gak bisa memaksa
Quote from: yuuji89 on 01 October 2012, 04:15:21 PM
kalau saya sih tidak sekedar studi banding.
salah satu alasan saya ingin masuk Buddha adalah karena nasib kita ditentukan oleh diri kita sendiri, bukan dari suatu entitas mahamelihat, mahamendengar
di dalam agama saya dahulu, statemen tersebut ditentang.
ditambah lagi segala pencapaian manusia adalah hasil jerih payahnya sendiri (menurut saya)
dan saya rasa dalam ajaran Buddha adalah demikian adanya
mengenai kecewa terhadap pilihan pasangan, ini juga sedang terjadi.
pacar saya seorang muslim, dan keluarganya sangat tidak menerima saya.
keluarga saya sendiri juga sebenarnya sangat fanatik, tapi saya senang mereka bisa menerima kenyataan bahwa saya menjalin hubungan dengan wanita muslim
banyak juga teman2 yang meninggalkan saya karena saya memutuskan untuk menjadi Buddhist, tapi ya mau bagaimana lagi, kita gak bisa memaksa
ya, sy juga bisa merasa anda tidak sekedar studi banding, sy tulis itu (studi banding/ingin tau/ bahkan yang lebih parah cuma demi cari2 kesalahan dalam Buddhisme agar dia bisa promosikan ajarannya) berdasarkan thread/pengalaman/cerita orang lain..
dan sama seperti anda sy juga sempat kosong, muak ke gereja selama +/- 1 tahun, cuma untung keluarga inti sy sih ga menentang, malah kompakan masuk Buddhist semua dari kakak sy, saya sama ade sy, wkwkwk. Kecuali papah, karena beliau ga percaya sama agama satu pun juga, real scientist minded..
sy rasa karma sy cukup baik karena bisa pindah ke agama Buddha dengan jalan yang cukup mulus (dibandingkan pengalaman beberapa teman2 di Dhammacitta)..paling yang cerewet cuma tante sama teman sy heheh..
soal2 temen2 yang ninggalin kita karena pilihan kita ya anggap saja itu Anicca Lesson buat kita (Anicca= segala sesuatu itu ga kekal)
dan ya itu tadi, temen itu ga cuma dia doang, wkwkwkkw.
di awal memang sempat kecewa sih, tapi akhirnya ya biasa2 aja, toh malah ke depannya ketemu temen yang lebih nyambung,
Quote from: ryu on 01 October 2012, 11:03:14 AM
yah prinsip anda kan tidak mau munafik, jangan pernah musavada ya, kalau anda pernah musavada itu artinya anda muna dong, percumalah ngaku2 agama budha, ktp budha tapi masih muna :D
Sebaiknya anda yang KTPnya k4th0lik merelakan ruuji pindah agama di KTP dari K menjadi buddha. Toh itu pilihan pribadi dia sendiri tanpa ada paksaan dari siapapun, dalam keadaaan sadar dan sehat jasmani dan batin. :P
Bagaimana bro yuuji bisa tetap memenuhi keinginan anda mempertahankan agama K di KTPnya kalau membaca signature anda :
"Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain" ;)
Biarlah ruuji menjadi buddhis yang berKTP buddha, sedang anda biarlah tetap seorang k4th0lik >:D dan mencapai penggelapan sempurna. ;D
Relakanlah dia bro. :whistle:
Quote from: sanjiva on 01 October 2012, 06:27:13 PM
Sebaiknya anda yang KTPnya k4th0lik merelakan ruuji pindah agama di KTP dari K menjadi buddha. Toh itu pilihan pribadi dia sendiri tanpa ada paksaan dari siapapun, dalam keadaaan sadar dan sehat jasmani dan batin. :P
Bagaimana bro yuuji bisa tetap memenuhi keinginan anda mempertahankan agama K di KTPnya kalau membaca signature anda : "Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain" ;)
Biarlah ruuji menjadi buddhis yang berKTP buddha, sedang anda biarlah tetap seorang k4th0lik >:D dan mencapai penggelapan sempurna. ;D
Relakanlah dia bro. :whistle:
loh siapa yang larang? saya malah pengen menegaskan saja kalau ga mau munafik sesudah di ktp budha ya jangan musavada ya, soal ktp saja khan ga mau musavada mbok ya yang lainnya juga coba jangan musavada, malu2in budha nanti.
Quote from: Indra on 01 October 2012, 11:00:57 AM
berkali2 saya sudah menjelaskan bahwa saya memang tidak bisa lagi ber-musavada dengan alasan yg sangat sederhana, yaitu, berhubung apa pun yg saya katakan, biasanya tak ada seorang pun yg percaya.
jika itu bisa membuat anda ber-musavada,oke dhe mulai sekarang gw percaya setiap omongan loe..
Quote from: Wolvie on 01 October 2012, 04:33:52 PM
ya, sy juga bisa merasa anda tidak sekedar studi banding, sy tulis itu (studi banding/ingin tau/ bahkan yang lebih parah cuma demi cari2 kesalahan dalam Buddhisme agar dia bisa promosikan ajarannya) berdasarkan thread/pengalaman/cerita orang lain..
dan sama seperti anda sy juga sempat kosong, muak ke gereja selama +/- 1 tahun, cuma untung keluarga inti sy sih ga menentang, malah kompakan masuk Buddhist semua dari kakak sy, saya sama ade sy, wkwkwk. Kecuali papah, karena beliau ga percaya sama agama satu pun juga, real scientist minded..
sy rasa karma sy cukup baik karena bisa pindah ke agama Buddha dengan jalan yang cukup mulus (dibandingkan pengalaman beberapa teman2 di Dhammacitta)..paling yang cerewet cuma tante sama teman sy heheh..
soal2 temen2 yang ninggalin kita karena pilihan kita ya anggap saja itu Anicca Lesson buat kita (Anicca= segala sesuatu itu ga kekal)
dan ya itu tadi, temen itu ga cuma dia doang, wkwkwkkw.
di awal memang sempat kecewa sih, tapi akhirnya ya biasa2 aja, toh malah ke depannya ketemu temen yang lebih nyambung,
makasih wolvie :)
makanya di dhammacitta saya senang bisa dapat teman2 baru, meski hanya dunia maya, tapi paling tidak ada interaksi sosial, dan bahasa samawinya "seiman"
hahaha :))
Quote from: sanjiva on 01 October 2012, 06:27:13 PM
Sebaiknya anda yang KTPnya k4th0lik merelakan ruuji pindah agama di KTP dari K menjadi buddha. Toh itu pilihan pribadi dia sendiri tanpa ada paksaan dari siapapun, dalam keadaaan sadar dan sehat jasmani dan batin. :P
Bagaimana bro yuuji bisa tetap memenuhi keinginan anda mempertahankan agama K di KTPnya kalau membaca signature anda : "Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain" ;)
Biarlah ruuji menjadi buddhis yang berKTP buddha, sedang anda biarlah tetap seorang k4th0lik >:D dan mencapai penggelapan sempurna. ;D
Relakanlah dia bro. :whistle:
namaku yuuji loh bukan ruuji, itu artinya beda hahaha.
yuuji (jpn) / yong zhi (chn) artinya ksatria pemberani
cukup sesuai dengan nama indonesia saya, yaitu yudhistira
:)
Quote from: ryu on 01 October 2012, 07:51:04 PM
loh siapa yang larang? saya malah pengen menegaskan saja kalau ga mau munafik sesudah di ktp budha ya jangan musavada ya, soal ktp saja khan ga mau musavada mbok ya yang lainnya juga coba jangan musavada, malu2in budha nanti.
kalo masalah malu2in, kak ryu, saya rasa di agama manapun pasti ada
yang I taat, menjalankan ajaran, damai, toleran juga bakal malu liat para anarkis dan teroris
yang K taat juga demikian, yang hidup dalam ajaran yesus, menjalankan taurat, juga bakal malu lihat yang pada munafik, fanatik dan ekstrim
opini saya sih selama masih hidup sebagai manusia di alam manusia, masih lumrah kalau melakukan kesalahan.
bukankah salah satu esensi Buddha adalah supaya kita bisa lepas dari semua itu? mohon koreksi jika saya keliru
Quote from: yuuji89 on 01 October 2012, 11:28:37 PM
kalo masalah malu2in, kak ryu, saya rasa di agama manapun pasti ada
yang I taat, menjalankan ajaran, damai, toleran juga bakal malu liat para anarkis dan teroris
yang K taat juga demikian, yang hidup dalam ajaran yesus, menjalankan taurat, juga bakal malu lihat yang pada munafik, fanatik dan ekstrim
opini saya sih selama masih hidup sebagai manusia di alam manusia, masih lumrah kalau melakukan kesalahan.
bukankah salah satu esensi Buddha adalah supaya kita bisa lepas dari semua itu? mohon koreksi jika saya keliru
ya betul, seperti anda yang berprinsip tidak mau bermusavada dalam hal ktp, sebaiknya juga dalam hal lain bisa diaplikasikan juga jgn cuma buat bangga2an aja ngaku budha.
Quote from: yuuji89 on 01 October 2012, 11:25:28 PM
namaku yuuji loh bukan ruuji, itu artinya beda hahaha.
yuuji (jpn) / yong zhi (chn) artinya ksatria pemberani
cukup sesuai dengan nama indonesia saya, yaitu yudhistira
:)
Ooops, sorry bro. Dikira masih sodaraan, nicknya mirip sih bunyinya sama ryu - ruuji.
:)) :)) ^:)^
Quote from: sanjiva on 02 October 2012, 07:24:35 AM
Ooops, sorry bro. Dikira masih sodaraan, nicknya mirip sih bunyinya sama ryu - ruuji.
:)) :)) ^:)^
:hammer: :hammer: :hammer:
Quote from: sanjiva on 02 October 2012, 07:24:35 AM
Ooops, sorry bro. Dikira masih sodaraan, nicknya mirip sih bunyinya sama ryu - ruuji.
:)) :)) ^:)^
ryuu/long nama belakang saya
龍 勇志
ryuu yuuji or long yong zhi
saya bukan org jepang/china, cuma saya memang bikin nama tiongkok untuk kemudahan sipil selama saya tinggal di negeri sakura
_/\_
Quote from: ryu on 02 October 2012, 07:05:29 AM
ya betul, seperti anda yang berprinsip tidak mau bermusavada dalam hal ktp, sebaiknya juga dalam hal lain bisa diaplikasikan juga jgn cuma buat bangga2an aja ngaku budha.
marilah kita bersama2 mengaplikasikannya dalam berbagai hal, dan hendaknya saling mengingatkan jika ada kekeliruan :)
Saya berharap tidak ada yang berpandangan bahwa semua orang yang beralih menjadi Buddhis akan langsung (tanpa proses) memiliki sikap batin seperti Sammasambuddha, sempurna dalam tindak-tanduk. Ini pandangan yang tidak realistis. Bahkan dalam Buddhisme pun ada yang namanya tingkatan spiritual yang belum sempurna, yaitu dari pemenang arus sampai anagami.
Menjadi Buddhis adalah berlatih, berlatih dan berlatih. Yang namanya berlatih tentu ada saatnya kita lengah dalam latihan sehingga melakukan kesalahan/kekeliruan, dan ini adalah wajar. Yang tidak wajar adalah saat kesalahan/kekeliruan ini berulang kali dilakukan dan lebih banyak dari sebelum menjadi Buddhis. So ketika menjadi Buddhis seharusnya minimal ada perbaikan diri dari segi spiritual dan bukan justru sebaliknya.
Quote from: Kelana on 02 October 2012, 12:50:27 PM
Saya berharap tidak ada yang berpandangan bahwa semua orang yang beralih menjadi Buddhis akan langsung (tanpa proses) memiliki sikap batin seperti Sammasambuddha, sempurna dalam tindak-tanduk. Ini pandangan yang tidak realistis. Bahkan dalam Buddhisme pun ada yang namanya tingkatan spiritual yang belum sempurna, yaitu dari pemenang arus sampai anagami.
Menjadi Buddhis adalah berlatih, berlatih dan berlatih. Yang namanya berlatih tentu ada saatnya kita lengah dalam latihan sehingga melakukan kesalahan/kekeliruan, dan ini adalah wajar. Yang tidak wajar adalah saat kesalahan/kekeliruan ini berulang kali dilakukan dan lebih banyak dari sebelum menjadi Buddhis. So ketika menjadi Buddhis seharusnya minimal ada perbaikan diri dari segi spiritual dan bukan justru sebaliknya.
inilah mengapa saya banyak bertanya dan mencari tahu.
supaya bisa belajar cara memperbaiki diri, membawa diri ke arah yang lebih baik.
Quote from: sanjiva on 29 September 2012, 12:57:14 PM
Entah kenapa pas belajar agama K ketika SD, gw gak bisa menerima pas gurunya bilang segala sesuatu itu ada penciptanya, kursi ini ada yang bikin, meja itu ada yang buat, dll jadi segala sesuatu di alam ini adalah ciptaan tuhan. Gw gak bisa menerima doktrin seperti itu, entah kenapa padahal waktu itu gw masih kecil. Dan akhirnya pindah ikut agama lain ;D
Betul Sanjiva...yang guru kamu lupa adalah bahwa meja atau kursi itu
bukanlah diciptakan, melainkan dibentuk dari elemen yang sudah ada, yaitu kayu.
Pun demikian halnya dengan alam semesta, kalaupun ada yang namanya tuhan tertinggi, tuhan itu
tidak menciptakan unsur-unsur alam ini, melainkan hanya membentuk/mengatur saja.
Seluruh elemen alam itu sudah ada dari awal, tanpa campur tangan suatu entitas personal.
Just my 2 cents. :)
Kr tersadarkan setelah tau ttg NPD (Gangguan Kepribadian Narsistik)
Quote from: Kelana on 02 October 2012, 12:50:27 PM
Yang tidak wajar adalah saat kesalahan/kekeliruan ini berulang kali dilakukan dan lebih banyak dari sebelum menjadi Buddhis.
Itu juga masih sangat wajar sekali.
Buktinya kita masih berputar2 di alam samsara :)
Quote from: yuuji89 on 01 October 2012, 11:28:37 PM
opini saya sih selama masih hidup sebagai manusia di alam manusia, masih lumrah kalau melakukan kesalahan.
bukankah salah satu esensi Buddha adalah supaya kita bisa lepas dari semua itu? mohon koreksi jika saya keliru
Untuk melepas, manusia harus latihan, latihan untuk menyadari bentuk-bentuk pikiran yg muncul setiap saat.
Quote from: sunna on 26 December 2012, 02:41:39 AM
Kr tersadarkan setelah tau ttg NPD (Gangguan Kepribadian Narsistik)
bisa diperjelas om?
masih belum nangkep maksudnya. ;D
Quote from: hemayanti on 26 December 2012, 12:03:28 PM
bisa diperjelas om?
masih belum nangkep maksudnya. ;D
http://samvak.tripod.com/journal79.html
Renungkan dari niat yang dimiliki oleh bro yuuji89 ... Apakah dilandasi dengan niat yang baik, membawa pengaruh yang positif bagi diri sendiri dan orang lain, atau sebaliknya ?
Kalau iya, tetap teguh dengan yang bro yakini ...