Untuk menghilangkan penderitaan lenyapkanlah : enam landasan kontak, kontak, perasaan, keinginan, kemelekatan, penjelmaan, kelahiran, penuaan dan kematian, kesedihan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan,
dan keputusasaan.
asal-mula penderitaan sbb:
mata dan bentuk
kesadaran-mata
kontak.
Perasaan
Keinginan
Apakah Mata awal dari penderitaan ya,yg buta juga menderita krn keinginan ,yg benar gaimana ya :-?
sutta itu dilanjutkan dengan indria lainnya yaitu telinga, hidung, lidah, badan, dan pikiran. jadi bahkan yg buta, tuli, dst, pasti paling sedikit punya pikiran. dari pikiran juga akan muncul perasaan, keinginan
kalau dari formulanya sepertinya itu, kekna ada perulangan utk enam landasan indrawi. Jadi semuanya itu termasuk, jika buta, kan masih ada yg lainnya jg
Quote from: Indra on 17 September 2012, 12:59:29 PM
sutta itu dilanjutkan dengan indria lainnya yaitu telinga, hidung, lidah, badan, dan pikiran. jadi bahkan yg buta, tuli, dst, pasti paling sedikit punya pikiran. dari pikiran juga akan muncul perasaan, keinginan
maksud sy apakah mata adalah indria yg terkuat dlm bentuk penderitaan
usul untuk TS,
judul thread nya kasih clue, tips, indikasi atas pertanyaannya?
jangan pakai judul general:
"mau tanya dong"
"bantu jelasin"
"dll"
peace ;D
Quote from: juli wu on 17 September 2012, 01:14:00 PM
maksud sy apakah mata adalah indria yg terkuat dlm bentuk penderitaan
sepertinya ndak cc, indria yang lain juga punya potensi yang sama untuk menimbulkan penderitaan.
Quote from: bluppy on 17 September 2012, 01:19:49 PM
usul untuk TS,
judul thread nya kasih clue, tips, indikasi atas pertanyaannya?
jangan pakai judul general:
"mau tanya dong"
"bantu jelasin"
"dll"
peace ;D
Baik,akan di perbaiki tuk selanjutnya
Quote from: juli wu on 17 September 2012, 01:14:00 PM
maksud sy apakah mata adalah indria yg terkuat dlm bentuk penderitaan
dalam formula jenis ini, mata selalu mendapat urutan pertama, soal intensitas kuat/lemah sptnya sama saja, tapi tetap membutuhkan urutan, karena 6 indria ini tidak mungkin disebutkan sekaligus. jadi untuk penyebutan harus satu demi satu, mata menempati urutan pertama lebih karena pertimbangan keseragaman dengan sutta2 lainnya.
sumber penderitaan bukanlah enam landasan indria internal dan external. tapi nafsu keinginan dan jasmani yang muncul bergantung dari kontak antara enam landasan indria internal dan external itulah sumber penderitaan.
Seperti sang buddha pernah katakan tanha lah yang membuat menderita ini adalah akar dari penderitaan itu sendiri.
Quote from: fb
maksudnya itu dalam lingkup indera mata...
masih ada lingkup indera telinga, lidah, kulit, hidung, dan pikiran...
semua memiliki keinginannya masing-masing...
orang buta belum tentu menginginkan wanita cantik, tapi mungkin masih menginginkan makanan yang enak...
masing-masing punya teritorinya sendiri
bagaimana dengan makhluk2 di alam arupa?
Quote from: hemayanti on 18 September 2012, 07:35:24 AM
bagaimana dengan makhluk2 di alam arupa?
kan masih ada kontak indria pikiran
kayaknya yang paling rawan itu pikiran ya... soalnya walau ada kontak dari panca indria tapi kalau pikiran tak melekati keknya ndak akan timbul penderitaan. imo sih...
Quote from: bluppy on 18 September 2012, 07:39:03 AM
kan masih ada kontak indria pikiran
seperti yang saya pikirkan, tapi g yakin, jadi nanya lagi. ;D
makasih ya cc bluppy. :)
Kalau anda bermimpi,dengan mata apa anda melihat gambaran,dengan telinga apa anda mendengar,dengan apa anda berdialog dalam mimpimu?
Juli Wu: Saḷāyatana urutannya memang selalu begitu Cakkhu, Sota, Ghāna, Jivhā, Kāya, Mano
Quote from: senbudha on 18 September 2012, 09:07:20 AM
Kalau anda bermimpi,dengan mata apa anda melihat gambaran,dengan telinga apa anda mendengar,dengan apa anda berdialog dalam mimpimu?
:-? maksudnya apa ya,pikiran kah yg di maksud
menurut saya awal penderitaan adalah saat kita tidak mau mendengar dan mengehtikan sesuatu yang salah padahal ada suara yang mengatakan hei jgn kamu lakukan itu hey itu tidak baik .... hey itu menyakiti dirimu sendiri ... bla bla _/\_ jadi bukan karena mata atau indra . saya rasa itu smua hanya ibarat sarana bagaimana pedneritaan bermulaa bila mana sudah kita bisa kusasia maka indra indra di tubuh akan menjadi jalan kita untuk bahagaia hemmmmm kayknya begitu
yang terpenting jgn abaiakn suara dari dalam dirimu karena itu lah tuhan yang bersemayam di setiap jiwa manusia yang suaranay tidak pernah salah biasnya muncul pas kita mau nglakuin sesuatu yang salah .jadi semakin semakin tidak mendengarkanya semakin kita bingung dan akirnya penderitaan datang _/\_
:hammer:
Quote from: demitalas on 27 September 2012, 12:55:16 PM
yang terpenting jgn abaiakn suara dari dalam dirimu karena itu lah tuhan yang bersemayam di setiap jiwa manusia yang suaranay tidak pernah salah biasnya muncul pas kita mau nglakuin sesuatu yang salah .jadi semakin semakin tidak mendengarkanya semakin kita bingung dan akirnya penderitaan datang _/\_
saya jadi nimbrung karena tergelitik dengan statement anda..
tapi saya tidak membahas dari segi konsep ketuhanan anda.. dan lebih menarik bahwa apa yang anda sampaikan sebagai inner voice itu sangat berbahaya jika berlebihan.. karena mengindikasikan adanya gangguan kejiwaan seperti halusinasi.. contoh simpel : schizoprenia ..
Quote from: demitalas on 27 September 2012, 12:55:16 PM
yang terpenting jgn abaiakn suara dari dalam dirimu karena itu lah tuhan yang bersemayam di setiap jiwa manusia yang suaranay tidak pernah salah biasnya muncul pas kita mau nglakuin sesuatu yang salah .jadi semakin semakin tidak mendengarkanya semakin kita bingung dan akirnya penderitaan datang _/\_
suara hatinya perlu install spelling check 8) _/\_
Quote from: Forte on 27 September 2012, 04:06:02 PM
saya jadi nimbrung karena tergelitik dengan statement anda..
tapi saya tidak membahas dari segi konsep ketuhanan anda.. dan lebih menarik bahwa apa yang anda sampaikan sebagai inner voice itu sangat berbahaya jika berlebihan.. karena mengindikasikan adanya gangguan kejiwaan seperti halusinasi.. contoh simpel : schizoprenia ..
setuju ko. Bagi mereka yang bangga karena sering mendengar 'inner voice' itu harusnya waspada...
Quote from: demitalas on 27 September 2012, 12:55:16 PM
yang terpenting jgn abaiakn suara dari dalam dirimu karena itu lah tuhan yang bersemayam di setiap jiwa manusia yang suaranay tidak pernah salah biasnya muncul pas kita mau nglakuin sesuatu yang salah .jadi semakin semakin tidak mendengarkanya semakin kita bingung dan akirnya penderitaan datang _/\_
Seperti kasus2 dimana ayah/ibu membakar atau mengampak anak2nya krn suara bisikan?
::
Quote from: demitalas on 27 September 2012, 12:55:16 PM
yang terpenting jgn abaiakn suara dari dalam dirimu karena itu lah tuhan yang bersemayam di setiap jiwa manusia yang suaranay tidak pernah salah biasnya muncul pas kita mau nglakuin sesuatu yang salah .jadi semakin semakin tidak mendengarkanya semakin kita bingung dan akirnya penderitaan datang _/\_
gimana kalau itu ternyata bisikan iblis? :-?
Quote from: siswahardy on 27 September 2012, 06:02:39 PM
gimana kalau itu ternyata bisikan iblis? :-?
pls define "iblis"
Agak aneh bukan nya bentuk bentuk pikiran timbul tenggelam di alam kesadaran kita dalam sepersekian detik sudah banyak pikiran kita yang timbul tenggelam dalam jangka waktu tersebut, bukan nya kita melakukan meditasi tidak hanya menenangkan pikiran tapi juga mengenali bentuk bentuk pikiran yang timbul tenggelam tersebut.
Bukan kah "Inner voice" termasuk dalam bentuk bentuk pikiran yang melintas dalam pikiran kita?
Quote from: Forte on 27 September 2012, 04:06:02 PM
saya jadi nimbrung karena tergelitik dengan statement anda..
tapi saya tidak membahas dari segi konsep ketuhanan anda.. dan lebih menarik bahwa apa yang anda sampaikan sebagai inner voice itu sangat berbahaya jika berlebihan.. karena mengindikasikan adanya gangguan kejiwaan seperti halusinasi.. contoh simpel : schizoprenia ..
saya jadi makin suka sama forum ini ;)
Quote from: williamhalim on 27 September 2012, 05:03:09 PM
Seperti kasus2 dimana ayah/ibu membakar atau mengampak anak2nya krn suara bisikan?
::
ada juga bisikan bercinta, bunuh diri dan lain2nya ^-^
Quote from: juli wu on 17 September 2012, 12:51:07 PM
Untuk menghilangkan penderitaan lenyapkanlah : enam landasan kontak, kontak, perasaan, keinginan, kemelekatan, penjelmaan, kelahiran, penuaan dan kematian, kesedihan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan, dan keputusasaan.
[...]
Apakah Mata awal dari penderitaan ya,yg buta juga menderita krn keinginan ,yg benar gaimana ya :-?
Saya kurang setuju dengan kalimat yang di-bold di atas... dan sejauh ini saya lihat belum ada yang menyanggahnya secara langsung.
Keadaan buta/tuli/mati-rasa, tidak ada hubungannya dengan lenyapnya akar penderitaan. Jadi kurang tepat jika mengatakan bahwa: "untuk menghilangkan penderitaan, lenyapkanlah enam landasan kontak."
Quote
asal-mula penderitaan sbb:
mata dan bentuk
kesadaran-mata
kontak.
Perasaan
Keinginan
Memang sih kontak terjadi karena pertemuan 3 hal yaitu: indria (misalnya mata), objek indria (misalnya bentuk), dan kesadaran.
Kontak ini mengkondisikan munculnya perasaan.
Perasaan mengkondisikan munculnya keinginan.
Keinginan mengkondisikan kemelekatan.
Selanjutnya berlanjut ke penderitaan....
Walaupun di urutan tersebut, terlihat bahwa kontak adalah awal dari rantai ini, tapi untuk melenyapkan penderitaan
bukan berarti dengan melenyapkan enam landasan indria (agar meniadakan kontak).
Dalam Empat Kebenaran Mulia (http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_22:_Mah%C4%81satipa%E1%B9%AD%E1%B9%ADh%C4%81na_Sutta#5._Empat_Kebenaran_Mulia), asal-mula penderitaan adalah keinginan/nafsu, yang mencari kenikmatan baru di sana-sini.
[spoiler]Keinginan= tanha, terdiri dari keinginan indria, keinginan akan penjelmaan, dan keinginan akan pemusnahan.[/spoiler]
Nah, karena asal-mula penderitaan adalah keinginan maka keinginanlah yang perlu dipadamkan.
"Dan apakah, para bhikkhu, lenyapnya dunia? Dengan bergantung pada mata dan bentuk, maka muncullah kesadaran-mata. Pertemuan dari ketiga ini adalah kontak. Dengan kontak sebagai kondisi, maka perasaan [muncul]; dengan perasaan sebagai kondisi, maka keinginan [muncul].
Tetapi dengan peluruhan tanpa sisa dan lenyapnya keinginan yang sama itu, maka lenyap pula kemelekatan; dengan lanyapnya kemelekatan, maka lenyap pula penjelmaan; dengan lenyapnya penjelmaan, maka lenyap pula kelahiran; dengan lenyapnya kelahiran, maka penuaandan-kematian, kesedihan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan, dan keputusasaan juga lenyap. Demikianlah lenyapnya keseluruhan kumpulan penderitaan ini. Ini adalah lenyapnya penderitaan.~ Samyutta Nikaya (Nidana Vagga). 44.4 (Dunia). Halaman: 620
Note: Selain mata & bentuk, juga berlaku telinga & suara, hidung & bau, badan & objek sentuhan, serta pikiran & objek pikiran._______________
Nah, kelihatan kan, rantainya putus di mana? putusnya di peluruhan tanpa sisa dan lenyapnya keinginan yang sama itu (lihat yang warna hijau, yang digaris-bawahi).
Jadi, intinya, bukanlah tentang melenyapkan Enam Landasan Kontak, tapi Keinginan.
Bagaimana cara melenyapkan keinginan? kembali lagi ke Empat Kebenaran Mulia, yaitu
Jalan Mulia Beruas Delapan.
Quote from: dhammadinna on 28 September 2012, 08:58:01 AM
[...]
Note: Selain mata & bentuk, juga berlaku telinga & suara, hidung & bau, badan & objek sentuhan, serta pikiran & objek pikiran.
Upss, ketinggalan satu: lidah & objek kecapan.
Quote from: dhammadinna on 28 September 2012, 08:58:01 AM
[...]
Bagaimana cara melenyapkan keinginan? kembali lagi ke Empat Kebenaran Mulia, yaitu Jalan Mulia Beruas Delapan.
Kebetulan tadi ketemu ini. Saya copas saja untuk melengkapi postingan saya sebelumnya (biar kumplit).
______________________
65 (5) Kota
[...]
"Misalnya, para bhikkhu, seseorang mengembara menembus hutan melihat jalan setapak tua, jalan tua yang dilalui oleh orang-orang di masa lalu. Ia mengikuti jalan itu dan melihat suatu kota tua, ibukota tua yang pernah dihuni oleh orang-orang di masa lalu, dengan taman-taman, hutan-hutan, kolam-kolam, dan benteng, suatu tempat yang indah. Kemudian orang itu memberitahukan kepada raja atau menteri kerajaan:
'Baginda, sewaktu aku mengembara menembus hutan, aku melihat jalan setapak tua, jalan tua yang dilalui oleh orang-orang di masa lalu. Aku mengikuti jalan itu dan melihat suatu kota tua, ibukota tua yang pernah dihuni oleh orang-orang di masa lalu, dengan taman-taman, hutan-hutan, kolam-kolam, dan benteng, suatu tempat yang indah. Perbaruilah kota itu, Baginda!' Kemudian raja atau menteri kerajaan memperbarui kota itu, dan beberapa waktu kemudian kota itu menjadi berhasil dan makmur, berpenduduk banyak, dipenuhi dengan orang-orang, mengalami pertumbuhan dan pengembangan.
"Demikian pula, para bhikkhu, Aku melihat jalan setapak tua, jalan tua yang dilalui oleh mereka Yang Tercerahkan di masa lalu.Dan apakah jalan setapak tua itu, jalan tua itu? Tidak lain adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan; yaitu, pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, konsentrasi benar.
Aku mengikuti jalan itu dan dengan melakukan hal ini, Aku secara langsung mengetahui penuaan-dan-kematian, asal-mulanya, lenyapnya, dan jalan menuju lenyapnya. Aku secara langsung mengetahui kelahiran ... penjelmaan ... kemelekatan ... keinginan ... perasaan ... kontak ... enam landasan indria ... nama-dan-bentuk ... kesadaran ... bentukan-bentukan kehendak, asal-mulanya, lenyapnya, dan jalan menuju lenyapnya.
Setelah mengetahuinya secara langsung, Aku menjelaskannya kepada para bhikkhu, para bhikkhunī, umat awam laki-laki, dan umat awam perempuan. Kehidupan suci ini, para bhikkhu, telah menjadi berhasil dan makmur, meluas, terkenal, menyebar, dibabarkan dengan sempurna di antara para deva dan manusia.
~ Samyutta Nikaya buku 2 (Nidana Vagga) 12:65