Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Studi Sutta/Sutra => Topic started by: William_phang on 08 June 2012, 04:43:28 PM

Title: Kontradiksi antara MN.20 dengan MN.36
Post by: William_phang on 08 June 2012, 04:43:28 PM
Setelah mendengar ceramah dari bhante Vimalaramsi yang menyatakan ada kontradiksi antara MN.20 dan MN.36.

MN.20  Vitakkasaṇṭhāna Sutta - Pelenyapan Pikiran-pikiran Kacau

"Para bhikkhu,  ketika seorang bhikkhu sedang memperhatikan beberapa gambaran, dan karena gambaran itu muncul dalam dirinya pikiran jahat yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan keinginan, dengan kebencian, dan dengan kebodohan, kemudian ketika ia memperhatikan gambaran lain yang bermanfaat, maka pikiran jahat yang tidak bermanfaat ditinggalkan dalam dirinya dan mereda, dan dengan ditinggalkannya pikiran-pikiran itu maka pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, menjadi terpusat, dan terkonsentrasi. Ketika ia memeriksa bahaya dalam pikiran-pikiran tersebut ... Ketika ia berusaha melupakan pikiran-pikiran tersebut dan tidak memperhatikannya ... Ketika, dengan mengertakkan giginya dan menekan lidahnya ke langit-langit mulutnya, ia menekan, mendesak, dan menggilas pikiran dengan pikiran, maka pikiran-pikiran jahat yang tidak bermanfaat ditinggalkan dalam dirinya dan mereda. Dengan ditinggalkannya pikiran-pikiran itu maka pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, [122] menjadi terpusat, dan terkonsentrasi. Bhikkhu ini dapat disebut seorang guru dalam perjalanan pikiran. Ia akan memikirkan pikiran apapun yang ingin ia pikirkan dan ia tidak akan memikirkan pikiran apapun yang tidak ingin ia pikirkan. Ia telah mematahkan keinginan, membuang belenggu-belenggu, dan dengan sepenuhnya menembus keangkuhan ia mengakhiri penderitaan."

MN. 36  Mahāsaccaka Sutta - Khotbah Panjang kepada Saccaka,

20.  "Aku berpikir: 'Bagaimana jika, dengan mengertakkan gigiku dan menekan lidahku ke langit-langit mulutku, aku menekan, mendesak, dan menggilas pikiran dengan pikiran.' Maka dengan gigiku dikertakkan dan lidahku menekan langit-langit mulut, aku menekan, mendesak, dan menggilas pikiran dengan pikiran. Sewaktu aku melakukan demikian, keringat menetes dari ketiakKu. Bagaikan seorang kuat mampu mencengkeram seorang yang lebih lemah pada kepala atau bahunya dan menekannya, mendesaknya, dan menggilasnya, demikian pula, gigiku terkatup dan lidahku menekan langit-langit mulut, aku menekan, mendesak, dan menggilas pikiran dengan pikiran, dan keringat menetes dari ketiakKu. Tetapi walaupun kegigihan yang tidak kenal lelah telah dibangkitkan dalam diriKu dan perhatian yang tidak mengendur telah kokoh, tubuhku kelelahan [243] dan tidak tenang karena Aku terlalu letih oleh usaha yang menyakitkan. Tetapi perasaan menyakitkan demikian yang muncul padaKu tidak menyerbu pikiranKu dan tidak menetap di sana.

Bagaimana menurut pandangan teman2 disini?
Title: Re: Kontradiksi antara MN.20 dengan MN.36
Post by: Indra on 08 June 2012, 04:46:16 PM
kontradiksi di bagian mana?
Title: Re: Kontradiksi antara MN.20 dengan MN.36
Post by: William_phang on 08 June 2012, 04:49:12 PM
Quote from: Indra on 08 June 2012, 04:46:16 PM
kontradiksi di bagian mana?

Itu sudah saya qoute... yg satu mengatakan untuk menenangkan pikiran yg muncul dengan metode di MN.20.. tetapi MN.36 Buddha mengatakan dg praktek demikian malah melelahkan dan membuat pikiran tidak tenang...
Title: Re: Kontradiksi antara MN.20 dengan MN.36
Post by: Indra on 08 June 2012, 05:00:04 PM
konteksnya berbeda, MN 20 menjelaskan beberapa tips untuk melenyapkan pikiran kacau,

sedangkan MN 36 menceritakan perjalanan Sang Bodhisatta dalam mencari pencerahan, di mana pada saat itu Sang Bodhisatta masih trial and error dalam menjalankan praktiknya dan pada episode itu yg terjadi adalah pada saat Beliau menjalani praktik ekstrim latihan keras. sebelum Beliau teringat pada pengalaman masa kecilnya ketika mencapai jhana 1 di bawah pohon jambu.

saya tidak melihat ada kontradiksi di sana.
Title: Re: Kontradiksi antara MN.20 dengan MN.36
Post by: William_phang on 08 June 2012, 05:02:30 PM
memang konteksnya berbeda tapi teknik yg sama sudah pernah dicoba oleh Bodhisattva dan tidak berhasil... nah pertanyaannya kenapa Buddha menyarankan teknik yang sama kepada Muridnya?. Dimana teknik ini akan membuat tubuh kelelahan dan tidak tenang..
Title: Re: Kontradiksi antara MN.20 dengan MN.36
Post by: ryu on 08 June 2012, 05:04:23 PM
Quote from: william_phang on 08 June 2012, 04:49:12 PM
Itu sudah saya qoute... yg satu mengatakan untuk menenangkan pikiran yg muncul dengan metode di MN.20.. tetapi MN.36 Buddha mengatakan dg praktek demikian malah melelahkan dan membuat pikiran tidak tenang...
ada bagian akhirnya khan?

Tetapi perasaan menyakitkan demikian yang muncul padaKu tidak menyerbu pikiranKu dan tidak menetap di sana.
Title: Re: Kontradiksi antara MN.20 dengan MN.36
Post by: William_phang on 08 June 2012, 05:10:00 PM
Quote from: ryu on 08 June 2012, 05:04:23 PM
ada bagian akhirnya khan?

Tetapi perasaan menyakitkan demikian yang muncul padaKu tidak menyerbu pikiranKu dan tidak menetap di sana.

Pada Bagian itu kan sudah menjadi Buddha pada saat tsb.. setelah melakukan hal menyakitkan tersebut pun tidak akan mempengaruhi pikiran-Nya... Bagaimana kalo teknik ini di terapkan pada yg masih puthujana, bisa saja pikirannya terpengaruh bukan?.
Title: Re: Kontradiksi antara MN.20 dengan MN.36
Post by: K.K. on 08 June 2012, 05:54:19 PM
Tidak kontradiksi karena keduanya adalah meditasi yang berbeda dengan tujuan berbeda. Di Vitakkasanthana sutta, tekniknya adalah untuk menghilangkan pikiran tidak bermanfaat. Sedangkan di Mahasaccaka Sutta, Bodhisatta menggunakan cara itu untuk menyiksa diri karena berpikir hal ini bisa membawa pada penerangan sempurna.

Metodenya sama tapi latar belakang beda, tujuan berbeda, maka tentu hasilnya berbeda.