mau tanya, apa melanggar sila jika mengambil barang/makanan milik hewan?
misal, kita sudah kasih ke 1 kucing sepotong ikan. trus si kucing baru makan setengah potong, datang kucing lain. trus kita ambil sebahagian yang telah kita berikan ke kucing pertama dan memberikan kepada kucing kedua yang baru datang.
kucing yang baru datang tersebut tidak berani mendekat ke kucing pertama yang sedang makan potongan ikan, karena kucing pertama gede dan galak dan tidak ada tanda2 menunjukkan kalau dia mau berbagi makan :))
ini apa kita jadinya mengambil barang milik kucing pertama yang tentu saja kucing pertama tidak ingin ikannya kita ambil.
_/\_
yahh itu mah karmanya si kucing gede, lain kali kasih saja lebihan sama si kucing gede biar impas.
masalahnya kucing liar, kagak tau alamatnya dimana :)) :))
juga kebetulan aja pas ada sisa sepotong ikan goreng yang gak habis dimakan.
anehnya, biasa kan klo kasih makanan ke kucing liar, si kucing langsung bawa kabur makanan yang diberikan. mungkin mau cari tempat aman buat habisin makanannya. tapi kucing yang satu ini agak lain, doi langsung makan di tempat. :))
ini yang memberikan kesempatan ikannya bisa dirampok lagi.
disekitar rumah saya banyak kucing liar sih.. bahkan kemaren ada yang melahirkan dibelakang rumah, dibawah tumpukan kayu dan papan. anaknya ada 5, yang 1 mati. tapi karena saya iseng berkunjung dan gendong anaknya, si ibu kucing merasa terancam, besoknya anak2 kucing tersebut hilang ntah kemana. istri saya bilang dia melihat induk kucing memindahkan anaknya ntah kemana.
Ikutan tanya.
Misalnya di peternakan ayam telur, kalau peternak mengambil telur ayam, berarti mengambil milik hewan? Apakah ini termasuk melanggar sila ke 2 ?
Mirip tapi agak beda. Kalau susu yg diambil dari sapi, kambing? Madu yg diambil dari lebah? Bulu yg diambil dari domba?
Setahu saya, kalau tidak salah, domba pada musim panas dipangkas bulunya, dan teorinya domba merasa lebih nyaman dan tidak kepanasan. Dan susu perah, kalau misalnya disuntik agar produksi susunya bertambah, kalau tidak diperah susunya, sapi itu akan tidak nyaman dan terbebani dengan susu dalam tubuhnya.
Any opinion?
Terima kasih
Quote from: Rico Tsiau on 06 June 2012, 10:31:21 AM
mau tanya, apa melanggar sila jika mengambil barang/makanan milik hewan?
misal, kita sudah kasih ke 1 kucing sepotong ikan. trus si kucing baru makan setengah potong, datang kucing lain. trus kita ambil sebahagian yang telah kita berikan ke kucing pertama dan memberikan kepada kucing kedua yang baru datang.
kucing yang baru datang tersebut tidak berani mendekat ke kucing pertama yang sedang makan potongan ikan, karena kucing pertama gede dan galak dan tidak ada tanda2 menunjukkan kalau dia mau berbagi makan :))
ini apa kita jadinya mengambil barang milik kucing pertama yang tentu saja kucing pertama tidak ingin ikannya kita ambil.
_/\_
ini kejadian sama persis dengan yang saya alami.... ;D ;D
kadang kucingnya sampe rebut2an makannya...
makanya tiap kali saya lempar makanannya ke 2 tempat yang berbeda, biar gak rebutan... ;D
klo untuk ayam bisa dilihat dulu jenis ayamnya: ayam petelur atau telur ayam untuk menetas.
ditinjau dari telur ayam untuk menetas maka kasus-nya mirip dengan sarang burung walet.
susu sapi, asal bermanfaat unt yang minum & tdk menyakiti hewan tsb, tutup mata aja ;D
bulu domba = susu sapi
Quote from: bluppy on 06 June 2012, 11:18:46 AM
Ikutan tanya.
Misalnya di peternakan ayam telur, kalau peternak mengambil telur ayam, berarti mengambil milik hewan? Apakah ini termasuk melanggar sila ke 2 ?
Mirip tapi agak beda. Kalau susu yg diambil dari sapi, kambing? Madu yg diambil dari lebah? Bulu yg diambil dari domba?
Setahu saya, kalau tidak salah, domba pada musim panas dipangkas bulunya, dan teorinya domba merasa lebih nyaman dan tidak kepanasan. Dan susu perah, kalau misalnya disuntik agar produksi susunya bertambah, kalau tidak diperah susunya, sapi itu akan tidak nyaman dan terbebani dengan susu dalam tubuhnya.
Any opinion?
Terima kasih
klo kucing rebutan, siram aja langsung ama air
kucing paling benci ama air, benarkah demikian ?
Quote from: will_i_am on 06 June 2012, 11:35:41 AM
ini kejadian sama persis dengan yang saya alami.... ;D ;D
kadang kucingnya sampe rebut2an makannya...
makanya tiap kali saya lempar makanannya ke 2 tempat yang berbeda, biar gak rebutan... ;D
Quote from: Mas Tidar on 06 June 2012, 12:33:47 PM
klo kucing rebutan, siram aja langsung ama air
kucing paling benci ama air, benarkah demikian ?
sumpah, tebakannya bener.. =))
biasanya sy cipratin air kalo lagi berantem...
akhirnya damai sendiri...
wkwkwk
Quote from: bluppy on 06 June 2012, 11:18:46 AM
Ikutan tanya.
Misalnya di peternakan ayam telur, kalau peternak mengambil telur ayam, berarti mengambil milik hewan? Apakah ini termasuk melanggar sila ke 2 ?
Mirip tapi agak beda. Kalau susu yg diambil dari sapi, kambing? Madu yg diambil dari lebah? Bulu yg diambil dari domba?
Setahu saya, kalau tidak salah, domba pada musim panas dipangkas bulunya, dan teorinya domba merasa lebih nyaman dan tidak kepanasan. Dan susu perah, kalau misalnya disuntik agar produksi susunya bertambah, kalau tidak diperah susunya, sapi itu akan tidak nyaman dan terbebani dengan susu dalam tubuhnya.
Any opinion?
Terima kasih
kalau mau gampang dan tidak usah pusing dengan jawaban nya jadi vegetarian saja ; yang hanya makan sayur saja, tidak minum susu, tidak makan telur jadi karena bukan masalah nya tidak pusing dengan jawaban nya.
Quote from: bluppy on 06 June 2012, 11:18:46 AM
Ikutan tanya.
Misalnya di peternakan ayam telur, kalau peternak mengambil telur ayam, berarti mengambil milik hewan? Apakah ini termasuk melanggar sila ke 2 ?
Mirip tapi agak beda. Kalau susu yg diambil dari sapi, kambing? Madu yg diambil dari lebah? Bulu yg diambil dari domba?
Setahu saya, kalau tidak salah, domba pada musim panas dipangkas bulunya, dan teorinya domba merasa lebih nyaman dan tidak kepanasan. Dan susu perah, kalau misalnya disuntik agar produksi susunya bertambah, kalau tidak diperah susunya, sapi itu akan tidak nyaman dan terbebani dengan susu dalam tubuhnya.
Any opinion?
Terima kasih
ai rasa peternakan itu memang digunakan untuk mengambil manfaat dari hewan ternak. sepanjang bisa memperlakukan ternak dengan baik ai rasa tidak masalah.
take n give aja deh
balik ke dasar yaitu jmb8, apakah perternakan termasuk mata pencharian yang benar?
Quote from: Rico Tsiau on 06 June 2012, 10:31:21 AM
mau tanya, apa melanggar sila jika mengambil barang/makanan milik hewan?
misal, kita sudah kasih ke 1 kucing sepotong ikan. trus si kucing baru makan setengah potong, datang kucing lain. trus kita ambil sebahagian yang telah kita berikan ke kucing pertama dan memberikan kepada kucing kedua yang baru datang.
kucing yang baru datang tersebut tidak berani mendekat ke kucing pertama yang sedang makan potongan ikan, karena kucing pertama gede dan galak dan tidak ada tanda2 menunjukkan kalau dia mau berbagi makan :))
ini apa kita jadinya mengambil barang milik kucing pertama yang tentu saja kucing pertama tidak ingin ikannya kita ambil.
_/\_
kalo menurut saya sih gk ada melanggar sila di sini,,
kita ganti jadi anak saja gimana,,
misal bro punya 2 anak, ce dan co,, pertama kasi anak cewe makanan dan anak cowo nangis minta makan, makanan yg sudah di kasi ke anak cewe di ambil setengah buat anak cowo, apakah bro melanggar sila mengambil makanan anak cewe walaupun anak cewe tidak rela?
Quote from: daimond on 06 June 2012, 02:34:11 PM
balik ke dasar yaitu jmb8, apakah perternakan termasuk mata pencharian yang benar?
ternak buat di bunuh yg pasti bukan..
klo ternak buat di ambil telur ato susunya sih mungkin mata pencaharian benar. ;D
benar kah? bukan nya ada jual beli binatang disana sebagai bibit? jadi penjualan dan pembelian mahluk hidup sesuai dengan jmb8?
Harus di ingat peternakan jaman dahulu (traditional) dan peternakan modern ada perbedaan nya.
Quote from: daimond on 06 June 2012, 02:44:51 PM
benar kah? bukan nya ada jual beli binatang disana sebagai bibit? jadi penjualan dan pembelian mahluk hidup sesuai dengan jmb8?
Harus di ingat peternakan jaman dahulu (traditional) dan peternakan modern ada perbedaan nya.
kan kalo cuma di ambil telur dan susu saja maka tidak ada karma buruk,,
apakah petshop bukan mata pencaharian benar?
yg penting tujuan manusianya,,
byk orang mata pencaharian di anggap benar tpi dalamnya busuk,,
misal dagang di toko2, brang no 4 tapi bilang no 1,, ;D
Quote from: stephen chow on 06 June 2012, 04:37:49 PM
kan kalo cuma di ambil telur dan susu saja maka tidak ada karma buruk,,
apakah petshop bukan mata pencaharian benar?
yg penting tujuan manusianya,,
byk orang mata pencaharian di anggap benar tpi dalamnya busuk,,
misal dagang di toko2, brang no 4 tapi bilang no 1,, ;D
(1) Menghindari Penghidupan Salah
"Lima perdagangan ini, O para bhikkhu, tidak boleh dilakukan oleh seorang umat awam: berdagang senjata, berdagang makhluk-makhluk hidup, berdagang daging, berdagang minuman memabukkan, berdagang racun."
(AN 5:177; III 208)
Quote from: stephen chow on 06 June 2012, 04:37:49 PM
kan kalo cuma di ambil telur dan susu saja maka tidak ada karma buruk,,
apakah petshop bukan mata pencaharian benar?
yg penting tujuan manusianya,,
byk orang mata pencaharian di anggap benar tpi dalamnya busuk,,
misal dagang di toko2, brang no 4 tapi bilang no 1,, ;D
pet shop bukan mata pencharian benar ( berdagang mahluk hidup bukan bagian dari penghidupan benar)
bila di pikir dengan benar awal mula seorang peternak berternak adalah dengan membeli anak sapi perah untuk di besarkan menjadi sapi perah, ayam petelur pada awalnya membeli bibit berupa telur yang telah dan bisa menetas atau lsg beli ayam hidup petelur, bukan nya termasuk penjualan mahluk hidup?
Quote from: Rico Tsiau on 06 June 2012, 10:31:21 AM
mau tanya, apa melanggar sila jika mengambil barang/makanan milik hewan?
_/\_
sepertinya pernah membaca di RAPB bahwa mengambil milik hewan tidak melanggar sila.
Quote from: Indra on 06 June 2012, 05:07:32 PM
(1) Menghindari Penghidupan Salah
"Lima perdagangan ini, O para bhikkhu, tidak boleh dilakukan oleh seorang umat awam: berdagang senjata, berdagang makhluk-makhluk hidup, berdagang daging, berdagang minuman memabukkan, berdagang racun."
(AN 5:177; III 208)
wah soal mata pencaharian benar saja lom tahu jelas dan hafal ternyata, ;D
Quote from: daimond on 06 June 2012, 05:30:08 PM
pet shop bukan mata pencharian benar ( berdagang mahluk hidup bukan bagian dari penghidupan benar)
bila di pikir dengan benar awal mula seorang peternak berternak adalah dengan membeli anak sapi perah untuk di besarkan menjadi sapi perah, ayam petelur pada awalnya membeli bibit berupa telur yang telah dan bisa menetas atau lsg beli ayam hidup petelur, bukan nya termasuk penjualan mahluk hidup?
iya petshop ( berdagang mahluk hidup bukan bagian dari penghidupan benar).. ^:)^
wah ini agak rumit, mesti minta petunjuk sesepuh yg senior,,
membeli sapi buat di perah dan membeli ayam buat di jual telurnya, apakah ini melanggar sila/karma buruk?
memang sih ada pihak di rugikan sapi dan ayam di buat mata pencaharian..
bagaimana jika saya beli anjing di petshop? jadi saya melanggar sila? ;D
"Lima perdagangan ini, O para bhikkhu, tidak boleh dilakukan oleh seorang umat awam: berdagang senjata, berdagang makhluk-makhluk hidup, berdagang daging, berdagang minuman memabukkan, berdagang racun."
kalo saya beli daging masa melanggar sila? :-?
Quote from: adi lim on 06 June 2012, 07:43:20 PM
sepertinya pernah membaca di RAPB bahwa mengambil milik hewan tidak melanggar sila.
kalau telur keknya melanggar....
Quote from: will_i_am on 06 June 2012, 09:24:20 PM
kalau telur keknya melanggar....
kenapa?
klo susu? bulu domba?
1. Pada awalnya dia suka anjing,punya seekor,sangat disayang,dimanjakan seperti raja melebihi seorang manusia yang mengorek makanan di tempat sampah. Lagi main diluar,eh anjing tetangga main kawinin saja,jadilah hamil. Mulai pusing urus banyak anjing,pengeluaran bertambah,tidak disangka ada yang lihat,eh lucu,,,dijualan anjing itu. lumayan. mulai saat itu si anjing sering kawin dan melahirkan,2 bulan saja si anak sudah pindah tangan. Dari rasa sayang jadilah rasa bisnis,tinggal si mama anjing yang selalu merana, harus selalu berpisah dari anak-anaknya. 2. Seorang nenek yang sudah sejak dari muda menjual telur ayam demi kehidupan keluarga. Sang nenek sangat berterima kasih pada ayamnya. Semua ayam yang dipeliharanya tidak boleh satu pun ayam yang dipotong untuk teman makan nasinya. sang nenek berkata pada anaknya dan cucunya,"Ayam-ayam itu telah menolong keluarga dalam hal nafkah,harus membalas budi sang ayam yang susah payah bertelur. Biarkan ayam yang tidak bertelur lagi hidup dan mati secara alami,lalu kuburkan setiap ayam yang mati." Nenek yang tahu balas budi walau pada binatang sekalipun. Dari 2 cerita di atas dan doa "semoga semua makhluk berbahagia".kita sebagai orang yang menjalankan buddhism,tentu harus punya cita rasa buddhist terutama yang berkaitan dengan metta karuna. Mata pencaharian benar,cobalah nilai dengan batin masing-masing. Yang dapat penghidupan benar,bisa saja korupsi. Yang menekuni penghidupan salah walau kaya raya,dalam batinnya tidak ada kedamaian(Kecuali yang berpandangan salah karena dibenarkan oleh ajarannya).Namaste
Quote from: Rico Tsiau on 07 June 2012, 11:17:34 AM
kenapa?
klo susu? bulu domba?
kalau telur yang sudah dibuahi kan termasuk makhluk hidup... CMIIW
Quote from: senbudha on 07 June 2012, 12:40:36 PM
1. Pada awalnya dia suka anjing,punya seekor,sangat disayang,dimanjakan seperti raja melebihi seorang manusia yang mengorek makanan di tempat sampah. Lagi main diluar,eh anjing tetangga main kawinin saja,jadilah hamil. Mulai pusing urus banyak anjing,pengeluaran bertambah,tidak disangka ada yang lihat,eh lucu,,,dijualan anjing itu. lumayan. mulai saat itu si anjing sering kawin dan melahirkan,2 bulan saja si anak sudah pindah tangan. Dari rasa sayang jadilah rasa bisnis,tinggal si mama anjing yang selalu merana, harus selalu berpisah dari anak-anaknya. 2. Seorang nenek yang sudah sejak dari muda menjual telur ayam demi kehidupan keluarga. Sang nenek sangat berterima kasih pada ayamnya. Semua ayam yang dipeliharanya tidak boleh satu pun ayam yang dipotong untuk teman makan nasinya. sang nenek berkata pada anaknya dan cucunya,"Ayam-ayam itu telah menolong keluarga dalam hal nafkah,harus membalas budi sang ayam yang susah payah bertelur. Biarkan ayam yang tidak bertelur lagi hidup dan mati secara alami,lalu kuburkan setiap ayam yang mati." Nenek yang tahu balas budi walau pada binatang sekalipun. Dari 2 cerita di atas dan doa "semoga semua makhluk berbahagia".kita sebagai orang yang menjalankan buddhism,tentu harus punya cita rasa buddhist terutama yang berkaitan dengan metta karuna. Mata pencaharian benar,cobalah nilai dengan batin masing-masing. Yang dapat penghidupan benar,bisa saja korupsi. Yang menekuni penghidupan salah walau kaya raya,dalam batinnya tidak ada kedamaian(Kecuali yang berpandangan salah karena dibenarkan oleh ajarannya).Namaste
maksud aku di postingan seperti ini, apakah seperti ini mata pencaharian benar? coba senior kasi pendapat.. ;D
menurut aku mungkin iya benar,,
karena ada hal di luar dugaan kita tunggu dulu pembahasan hal ini, kita masih menggunakan penerjemahan lama tahun 2005, sedangkan terjemahan baru masih sulit untuk di mengerti.
Quote from: Rico Tsiau on 06 June 2012, 10:31:21 AM
misal, kita sudah kasih ke 1 kucing sepotong ikan. trus si kucing baru makan setengah potong, datang kucing lain. trus kita ambil sebahagian yang telah kita berikan ke kucing pertama dan memberikan kepada kucing kedua yang baru datang.
kucing yang baru datang tersebut tidak berani mendekat ke kucing pertama yang sedang makan potongan ikan, karena kucing pertama gede dan galak dan tidak ada tanda2 menunjukkan kalau dia mau berbagi makan :))
Quote from: stephen chow on 06 June 2012, 02:35:19 PM
kita ganti jadi anak saja gimana,,
misal bro punya 2 anak, ce dan co,, pertama kasi anak cewe makanan dan anak cowo nangis minta makan, makanan yg sudah di kasi ke anak cewe di ambil setengah buat anak cowo, apakah bro melanggar sila mengambil makanan anak cewe walaupun anak cewe tidak rela?
Kalau misalnya perumpamaan nya diganti
ada seorang gelandangan yg kelaparan,
dan kita memberinya 1 nasi bungkus,
saat gelandangan itu sedang lahap memakan nasi bungkus,
ada gelandangan ke 2 yg juga keliahatan kelaparan,
dan kita mengambil nasi bungkus yg tinggal setengah
dari tangan gelandangan ke 1
dan diberikan ke gelandangan ke 2.
walau niatnya baik, tapi prosesnya agak aneh?
kalau menurut saya pribadi,
sesuatu yg sudah diberikan/didanakan
sudah bukan milik kita lagi
tapi milik org yg menerima dana itu
jadi bukan hak kita untuk mengambil balik, mengoper, dll
Quote from: senbudha on 07 June 2012, 12:40:36 PM
2. Seorang nenek yang sudah sejak dari muda menjual telur ayam demi kehidupan keluarga. Sang nenek sangat berterima kasih pada ayamnya. Semua ayam yang dipeliharanya tidak boleh satu pun ayam yang dipotong untuk teman makan nasinya. sang nenek berkata pada anaknya dan cucunya,"Ayam-ayam itu telah menolong keluarga dalam hal nafkah,harus membalas budi sang ayam yang susah payah bertelur. Biarkan ayam yang tidak bertelur lagi hidup dan mati secara alami,lalu kuburkan setiap ayam yang mati." Nenek yang tahu balas budi walau pada binatang sekalipun.
Quote from: stephen chow on 07 June 2012, 04:51:45 PM
maksud aku di postingan seperti ini, apakah seperti ini mata pencaharian benar? coba senior kasi pendapat.. ;D
menurut aku mungkin iya benar,,
kalau menurut saya,
itu tetap tidak termasuk mata pencaharian yg benar
walau saya tidak bisa menebak pikiran induk ayam
tapi saya rasa tidak ada makhluk yg rela "anak2" nya diambil
telur itu tetap merupakan calon anak bagi induk ayam tersebut.
kalau bisa diperumpamakan ayam2 itu diperbudak seumur hidupnya
untuk diperas, diambil miliknya.
contoh yg agak ekstrim:
misalnya sosok ayam diganti sebagai sosok budak manusia
setiap hari diperas tenaganya untuk bekerja
dan bayarannya hanya diberi makan setiap hari agar bertahan hidup
setelah tua dan tidak kuat bekerja lagi,
Biarkan budak yang tidak bisa bekerja lagi, hidup dan mati secara alami, lalu kuburkan setiap budak yang mati
itu namanya bukan Nenek yang tahu balas budi walau pada binatang sekalipun
tapi nenek itu hanya tidak menyakiti ayam lebih lanjut
menurut saya, kalau seumur hidup ayam itu diambil anak2nya
nenek itu belum berbuat banyak untuk membalas budi ayam itu
At stephen,,, itu maksudku. Sebuah pekerjaan dan pendapatan harus ada nilai nuraninya. Adakah yang bisa mengatakan itu bukan pendapatan yang tidak benar? Saya mengatakan itu benar sampai tahap tertentu karena sang nenek memperlakukan ayamnya dengan baik. Kalau ayam dipotong dijadikan santapan,dijual karena tidak produktif lagi,maka jadilah tidak benar. Oh ya,saya tidak senior atau yunior,semua yang disini sama-sama belajar. Ada anak kecil yang lebih bijak dariku,maka saya akan menundukkan badanku untuk belajar darinya,kalau ada yang tua karena umurnya saja,kebijaksanaan tidak ada,maka kalau dia mau dengar,saya akan mengajar semampuku.Namaste.
At stephen,, Kalau menurutmu tidak benar,di desa terpencil,sang nenek harus menghidupi anak-anaknya dengan apa? Dan hanya dengan itu sang nenek dapatkan pendapatan. Saya katakan sampai tahap tertentu,itu bisa diterima. Tapi kalau menurut ukuranmu tidak benar,maka jadilah tidak banar. Bukankah dalam hidup ini,setiap orang harus mempunyai kebijaksanaan masing-masing dalam menghadapi kehidupannya,sesuai dengan tempatnya dan situasinya. Kecuali ada nilai terlalu besar yang dilanggar,misalnya kita disuruh membunuh,mencuri atau apapun yang terlalu menekan nurani kita. Ini pendapatku,kalau kamu mempunyai pemikiran sendiri,itu milikmu.Namaste.
Maha Sidha Tilopa,seorang buddhist tantra mencari penghidupannya dengan berjualan ikan dan ikan itu didapatkan dengan cara "dipancing". Ketika calon muridnya,Naropa pertama kali melihatnya,sang murid mencela tindakan calon Gurunya, karena sang murid adalah salah satu biksu penjaga pintu dharma di Nalanda. Sangat terkenal karena menguasai ajaran dengan baik dan jago debat,tapi dia sendiri tidak puas dengan semua yang dicapainya. 1. Mengapa sang Maha Sidha berjualan ikan? dengan dipancing lagi dan memukul ilmu calon muridnya dengan menunjukkan tindakan memancing ikan? 2.Mengapa sang Naropa yang biasanya menjaga sila dengan ketat,harus belajar dari sang Maha Sidha Tilopa? Jangan tanya balik ke saya,karena sampai hari ini saya masih tersenyum,karena seperti melihat bulan dalam air dan mencoba mengambilnya dengan gayung,eh bulannya terambil dalam gayung,bisa dilihat tidak bisa dipegang,ini masih bulan bayangan,apalagi bulan benaran. Ini hanya sebagai bahan renungan saja,tapi kalau ada yang mau menjawabnya,saya ucapkan terima kasih.Namaste.
sepertinya jadi sedikit OOT, thread ini tidak membahas pencaharian benar.
tapi gpp lah, mungkin cukup banyak kaitannya.
dan terima kasih telah memberikan tanggapan dan masukan.
well, saya masih penasaran atas pertanyaan awal saya.
ini saya kasih contoh untuk mengulang pertanyaan saya diawal
1. misal seekor harimau sedang memakan hasil buruannya, katakanlah seekor rusa. nah seorang petani yang melihat ini segera mengusir si harimau dengan berbagai cara. kemudian setelah berhasil mengusir si harimau, petani tersebut mengambil sisa daging rusa hasil buruan harimau dan membawa pulang untuk dimasak.
nah, apakah si petani melanggar sila ke-2 dalam pancasila buddhist?
2. misal seekor harimau sedang memakan hasil buruannya, katakanlah seekor rusa. nah seorang petani yang melihat ini menunggu si harimau selesai makan dan berharap ada sisa daging yang bisa diambil. kemudian setelah harimau selesai makan dan pergi ternyata ada sisa daging yang tidak habis dimakan, petani tersebut mengambil sisa daging rusa hasil buruan harimau dan membawa pulang untuk dimasak.
nah, pada contoh ke-2 ini, apakah si petani melanggar sila ke-2 dalam pancasila buddhist?
_/\_
OOT? Apakah nyawa bukan milik si hewan? Maaf ya.
Quote from: Rico Tsiau on 08 June 2012, 11:31:19 AM
sepertinya jadi sedikit OOT, thread ini tidak membahas pencaharian benar.
tapi gpp lah, mungkin cukup banyak kaitannya.
dan terima kasih telah memberikan tanggapan dan masukan.
well, saya masih penasaran atas pertanyaan awal saya.
ini saya kasih contoh untuk mengulang pertanyaan saya diawal
1. misal seekor harimau sedang memakan hasil buruannya, katakanlah seekor rusa. nah seorang petani yang melihat ini segera mengusir si harimau dengan berbagai cara. kemudian setelah berhasil mengusir si harimau, petani tersebut mengambil sisa daging rusa hasil buruan harimau dan membawa pulang untuk dimasak.
nah, apakah si petani melanggar sila ke-2 dalam pancasila buddhist?
2. misal seekor harimau sedang memakan hasil buruannya, katakanlah seekor rusa. nah seorang petani yang melihat ini menunggu si harimau selesai makan dan berharap ada sisa daging yang bisa diambil. kemudian setelah harimau selesai makan dan pergi ternyata ada sisa daging yang tidak habis dimakan, petani tersebut mengambil sisa daging rusa hasil buruan harimau dan membawa pulang untuk dimasak.
nah, pada contoh ke-2 ini, apakah si petani melanggar sila ke-2 dalam pancasila buddhist?
_/\_
1. mungkin ini sila 2, karena mengambil milik si hewan secara paksa,,
2. jelas sekali gk ada karma buruk di sini,, di restoran ada yg makan tapi gk habis, apakah klo bro ambil makan salah.. ;D
Quote from: Rico Tsiau on 06 June 2012, 10:31:21 AM
mau tanya, apa melanggar sila jika mengambil barang/makanan milik hewan?
misal, kita sudah kasih ke 1 kucing sepotong ikan. trus si kucing baru makan setengah potong, datang kucing lain. trus kita ambil sebahagian yang telah kita berikan ke kucing pertama dan memberikan kepada kucing kedua yang baru datang.
kucing yang baru datang tersebut tidak berani mendekat ke kucing pertama yang sedang makan potongan ikan, karena kucing pertama gede dan galak dan tidak ada tanda2 menunjukkan kalau dia mau berbagi makan :))
ini apa kita jadinya mengambil barang milik kucing pertama yang tentu saja kucing pertama tidak ingin ikannya kita ambil.
_/\_
IMO kalau kita sudah kasih ke kucing 1, yah itu berarti milik kucing 1. Untuk memberi ke kucing 2, harus minta persetujuan kucing 1 dulu.
Quote from: Kainyn_Kutho on 08 June 2012, 04:23:59 PM
IMO kalau kita sudah kasih ke kucing 1, yah itu berarti milik kucing 1. Untuk memberi ke kucing 2, harus minta persetujuan kucing 1 dulu.
dan gimana cara mintanya??? ;D ;D
tentunya kita tidak tahu pasti apa keinginan si kucing...
so, mengambil milik hewan tetap termasuk pelanggaran??
Quote from: will_i_am on 08 June 2012, 04:29:24 PM
dan gimana cara mintanya??? ;D ;D
tentunya kita tidak tahu pasti apa keinginan si kucing...
so, mengambil milik hewan tetap termasuk pelanggaran??
Yah, kurang tahu juga sih yah, kita 'kan ga tahu bahasa hewan, jadi gak tahu si kucing 1 ikhlas atau tidak.
Tapi sebenarnya apa tujuannya yah kita tahu hal beginian?
Quote from: Kainyn_Kutho on 08 June 2012, 04:52:03 PM
Yah, kurang tahu juga sih yah, kita 'kan ga tahu bahasa hewan, jadi gak tahu si kucing 1 ikhlas atau tidak.
Tapi sebenarnya apa tujuannya yah kita tahu hal beginian?
supaya ada yg tahu klo mengambil milik hewan itu mencuri ato tidak.. :hammer:
Quote from: Kainyn_Kutho on 08 June 2012, 04:52:03 PM
Tapi sebenarnya apa tujuannya yah kita tahu hal beginian?
sebenarnya ini kan berkaitan dengan praktek sila
jelas, mengambil barang yang tidak diberikan (manusia) adalah melanggar sila ke-2
tapi jika barang yang tidak diberikan tersebut milik hewan bagaimana?
apa sama saja?
Quote from: stephen chow on 08 June 2012, 04:59:03 PM
supaya ada yg tahu klo mengambil milik hewan itu mencuri ato tidak.. :hammer:
Ketimbang dibuat secara teknis itu mencuri/bukan, melanggar sila/tidak, coba direnungkan saja:
-Kalau saya jadi si kucing dan makanan yang saya dapatkan itu diambil, saya sedih atau tidak?
Kalau sudah direnungkan, mungkin akan tahu apa yang seharusnya dilakukan dan dihindari. Simple.
Quote from: Kainyn_Kutho on 08 June 2012, 05:05:42 PM
Ketimbang dibuat secara teknis itu mencuri/bukan, melanggar sila/tidak, coba direnungkan saja:
-Kalau saya jadi si kucing dan makanan yang saya dapatkan itu diambil, saya sedih atau tidak?
Kalau sudah direnungkan, mungkin akan tahu apa yang seharusnya dilakukan dan dihindari. Simple.
tapi kita kan mengambil makanan dari si kucing pertama dengan tujuan memberikannya kepada kucing lain...
kalau kita menyamakan persepsi dengan si kucing, tentunya kita merasa tidak senang..
namun perasaan tidak senang juga muncul ketika orang tua kita memarahi kita demi kebaikan kita, lalu apa perbuatan orang tua kita adalah salah?
Quote from: will_i_am on 08 June 2012, 10:17:59 PM
tapi kita kan mengambil makanan dari si kucing pertama dengan tujuan memberikannya kepada kucing lain...
kalau kita menyamakan persepsi dengan si kucing, tentunya kita merasa tidak senang..
namun perasaan tidak senang juga muncul ketika orang tua kita memarahi kita demi kebaikan kita, lalu apa perbuatan orang tua kita adalah salah?
Memang bukan untuk mencari benar atau salah, tapi untuk direnungkan. Dalam dunia ini, baik-benar semua masih relatif, jadi yang bisa kita lakukan bukan menentukan kebenaran absolut, tapi meminimalisir potensi keburukan yang timbul.
saya coba tuliskan sesuai pembahasan di kelas dhamma yang pernah saya ikuti yah om.
kebetulan topik yang sama pernah dibahas.
dan kesimpulan nya adalah mengambil milik hewan juga termasuk melanggar sila ke2, dengan pertimbangan bahwa faktor pertama untuk dapat disebut pelanggaran adalah:
parapariggahitam (pali)
article(s) with a corcerned owner <-- mesti tanya om indra nih bener g, soalnya referensinya saya kurang pasti
atau suatu barang milik pihak lain
kesimpulannya kenapa hewan termasuk karna disebutkan "barang milik pihak lain" bukan "orang lain"
Quote from: senbudha on 08 June 2012, 11:12:42 AM
[spoiler]
Maha Sidha Tilopa,seorang buddhist tantra mencari penghidupannya dengan berjualan ikan dan ikan itu didapatkan dengan cara "dipancing". Ketika calon muridnya,Naropa pertama kali melihatnya,sang murid mencela tindakan calon Gurunya, karena sang murid adalah salah satu biksu penjaga pintu dharma di Nalanda. Sangat terkenal karena menguasai ajaran dengan baik dan jago debat,tapi dia sendiri tidak puas dengan semua yang dicapainya. 1. Mengapa sang Maha Sidha berjualan ikan? dengan dipancing lagi dan memukul ilmu calon muridnya dengan menunjukkan tindakan memancing ikan? 2.Mengapa sang Naropa yang biasanya menjaga sila dengan ketat,harus belajar dari sang Maha Sidha Tilopa? Jangan tanya balik ke saya,karena sampai hari ini saya masih tersenyum,karena seperti melihat bulan dalam air dan mencoba mengambilnya dengan gayung,eh bulannya terambil dalam gayung,bisa dilihat tidak bisa dipegang,ini masih bulan bayangan,apalagi bulan benaran. Ini hanya sebagai bahan renungan saja,tapi kalau ada yang mau menjawabnya,saya ucapkan terima kasih.Namaste.
[/spoiler]
saya kira maha sidha cuma buddhis KTP, dan memang tidak praktek 5 sila.
harusnya biksu Naropa membiarkan gurunya, wong namanya guru tentu tidak mau kalah ama murid, apalagi gurunya tidak mengerti sila diberitahu juga 'percuma' ^-^,
toh perbuatan buruk tanggung masing2. ;D
Krn udah ada yg bahas mata pencaharian benar, gw mau nambah OOT nya lagi :)
Apakah menjual obat kuat dan alat2 seksual (sex toy) termasuk mata pencaharian salah?
Quote from: ariyakumara on 10 June 2012, 07:26:29 AM
Krn udah ada yg bahas mata pencaharian benar, gw mau nambah OOT nya lagi :)
Apakah menjual obat kuat dan alat2 seksual (sex toy) termasuk mata pencaharian salah?
bisnis ini termasuk dalam kategori manakah dalam Vanijja Sutta?
Kalau Maha Sidha ya mungkin buddhist KTP,Kalau Maha Sidha Tilopa tidak pakai KTP,Dia pakai pancingan untuk menandakan" Dia Seorang pemancing". Kalau muridnya,Naropa seperti yang anda katakan,maka dia murid yang berbakti,paling tidak dia tidak angkuhlah.Bukankah orang bodoh yang tekun lebih baik daripada orang pintar yang sinis?
Quote from: Indra on 10 June 2012, 11:17:02 AM
bisnis ini termasuk dalam kategori manakah dalam Vanijja Sutta?
Gak ada disebutkan sih, apakah tidak melanggar sila kamesumicchacara krn dianggap bisnis nafsu syahwat....?
Quote from: ariyakumara on 10 June 2012, 12:44:39 PM
Gak ada disebutkan sih, apakah tidak melanggar sila kamesumicchacara krn dianggap bisnis nafsu syahwat....?
sila tidak mengatur jenis2 bisnis
Quote from: senbudha on 10 June 2012, 12:26:13 PM
Bukankah orang bodoh yang tekun lebih baik dari pada orang pintar yang sinis?
belum tentu
Quote from: ariyakumara on 10 June 2012, 07:26:29 AM
Krn udah ada yg bahas mata pencaharian benar, gw mau nambah OOT nya lagi :)
Apakah menjual obat kuat dan alat2 seksual (sex toy) termasuk mata pencaharian salah?
kalau obat kuat nya jenis obat kuat ginjal, obat kuat pernafasan, obat kuat lever, obat penguat pencernaan,obat penguat chi yin dan penguat chi yang, yang membantu fungsi tubuh yang lemah agar pulih kembali sah sah saja.
Quote from: daimond on 10 June 2012, 09:38:11 PM
kalau obat kuat nya jenis obat kuat ginjal, obat kuat pernafasan, obat kuat lever, obat penguat pencernaan,obat penguat chi yin dan penguat chi yang, yang membantu fungsi tubuh yang lemah agar pulih kembali sah sah saja.
obat kuat seksual juga emangnya kenapa? kalau itu memang diresepkan oleh dokter, bukankah itu juga berhubungan dengan masalah kesehatan? atau misalnya tidak berhubungan dengan kesehatan, toh pasangan suami istri yg sah boleh2 saja menggunakan obat ini.
back to topic ;)
iseng2 buka sana sini, eh ketemu ini :
dkikutib dari : Pandangan Sang Buddha Tentang Makan Daging (http://dhammacitta.org/dcpedia/Pandangan_Sang_Buddha_Tentang_Makan_Daging_(Dhammavuddho))
.................
Referensi Vinaya
.................
Buku Kedisiplinan : Buku Pertama
Beberapa bhikkhu menuruni lereng dari Puncak Burung Nasar. Mereka melihat sisa hewan yang mati terbunuh oleh singa, menyuruh umat memasaknya dan memakannya. Di lain waktu, bhikkhu yang lain melihat sisa hewan yang mati terbunuh oleh harimau ... sisa hewan yang mati terbunuh oleh macan tutul ... dan lain sebagainya ... menyuruh umat memasaknya dan memakannya. Kemudian para bhikkhu ragu apakah itu sudah termasuk mencuri. Sang Buddha memberikan pengecualian kepada mereka dengan mengatakan tidak ada pelanggaran dalam mengambil apa yang menjadi milik binatang. Sekali lagi, di sini kita melihat bahwa para bhikkhu makan daging dan Sang Buddha tidak mengkritik atau melarang hal itu.
apa ini cukup untuk menjadi referensi bahwa mengambil milik binatang tidaklah melanggar sila?
kalimat "tidak ada pelanggaran dalam mengambil apa yang menjadi milik binatang" sangat tegas.
:-?
Ada referensi link,
Atau siapa penulis buku atau artikel tersebut?
Terima kasih
Quote from: bluppy on 11 June 2012, 10:39:40 AM
Ada referensi link,
Atau siapa penulis buku atau artikel tersebut?
Terima kasih
nih masih dari DC juga, :
Pandangan Sang Buddha Tentang Makan Daging
The Buddha's View On Meat Eating
Bhikkhu Dhammavuddho Mahathera
(http://dhammacitta.org/dcpedia/Pandangan_Sang_Buddha_Tentang_Makan_Daging_(Dhammavuddho))
_/\_
Quote from: Rico Tsiau on 11 June 2012, 10:14:44 AM
back to topic ;)
dkikutib dari : Pandangan Sang Buddha Tentang Makan Daging (http://dhammacitta.org/dcpedia/Pandangan_Sang_Buddha_Tentang_Makan_Daging_(Dhammavuddho))
Referensi Vinaya[/i
Buku Kedisiplinan : Buku Pertama
Beberapa bhikkhu menuruni lereng dari Puncak Burung Nasar...
pengen cari di bagian mana dari vinaya pitaka
tadi coba browsing di accesstoinsight
wow...kayanya perlu berjam2 baru bisa ketemu paragraf itu
ada yang bisa kasih clue, hint agar pencariannya lebih cepat?
terima kasih
;D
Tepat sekali,segalanya tentu" belum tentu",makanya tidak perlu aneh-aneh kalau tahu belum tentu segalanya.Kata siapa Sang Naropa mengalah pada guruNya,kan belum tentu.
keren juga TS, ga pernah kepikiran sy, ngambil punya hewan.
Quote from: senbudha on 11 June 2012, 12:12:33 PM
Tepat sekali,segalanya tentu" belum tentu",makanya tidak perlu aneh-aneh kalau tahu belum tentu segalanya.Kata siapa Sang Naropa mengalah pada guruNya,kan belum tentu.
cerita ente yg setengah2.
Kalau setengah,setengahnya lagi selesaikan sendiri dong,kan segalanya belum tentu.Tidak semuanya gratis,usaha sendirilah. Kalau dapat setengahnya lagi,belum tentu anda setuju,malah tambah banyak yang belum tentu.
gimana kalau alurnya kita buat berbeda??
kalau semua penulis karangannya cuma diambil setengahnya, maka pasti satu cerita bisa punya banyak versi...
Quote from: will_i_am on 11 June 2012, 01:31:03 PM
gimana kalau alurnya kita buat berbeda??
kalau semua penulis karangannya cuma diambil setengahnya, maka pasti satu cerita bisa punya banyak versi...
maksudnya gimana bro?
Quote from: bluppy on 11 June 2012, 12:05:10 PM
pengen cari di bagian mana dari vinaya pitaka
tadi coba browsing di accesstoinsight
wow...kayanya perlu berjam2 baru bisa ketemu paragraf itu
ada yang bisa kasih clue, hint agar pencariannya lebih cepat?
terima kasih
;D
mohon maaf sis, untuk ini saya tidak bisa bantu. karena saya miskin penguasaan dalam hal referensi vinaya dan sutta.
_/\_
Quote from: Rico Tsiau on 11 June 2012, 01:59:35 PM
maksudnya gimana bro?
menjawab pernyataan Senbuddha
Quote from: senbudha on 11 June 2012, 01:05:24 PM
Kalau setengah,setengahnya lagi selesaikan sendiri dong,kan segalanya belum tentu.Tidak semuanya gratis,usaha sendirilah. Kalau dapat setengahnya lagi,belum tentu anda setuju,malah tambah banyak yang belum tentu.
Quote from: senbudha on 11 June 2012, 01:05:24 PM
Kalau setengah,setengahnya lagi selesaikan sendiri dong,kan segalanya belum tentu.Tidak semuanya gratis,usaha sendirilah. Kalau dapat setengahnya lagi,belum tentu anda setuju,malah tambah banyak yang belum tentu.
aneh
Tidak aneh juga tidak mengherankan. Yang aneh adalah kalau ada sesuatu yang bertahan dari awal sampai akhir tidak ada yang berubah. Bukankah ajaran Buddha sendiri banyak bermekaran cabangnya karena "setengah tahu" itulah.Tapi paling tidak dasar ajaran Buddha masih tertancap dengan mantap. Kalau manusia di berikan seutuhnya,biasanya suka menghilangkan setengahnya karena ketidaksukaan,kalau diberikan setengah,suka minta setengahnya lagi. Bukankah kita semua menganggap sudah memahami ajaran buddha dengan baik,malah seutuhnya,tapi anehnya kita belum mencapai apapun,lalu ini disebut setengah atau sudah memahami sepenuhnya?
Quote from: senbudha on 15 June 2012, 08:31:34 PM
Tidak aneh juga tidak mengherankan. Yang aneh adalah kalau ada sesuatu yang bertahan dari awal sampai akhir tidak ada yang berubah. Bukankah ajaran Buddha sendiri banyak bermekaran cabangnya karena "setengah tahu" itulah.
maksudnya apa 1/2 tahu ?
Quote
Tapi paling tidak dasar ajaran Buddha masih tertancap dengan mantap. Kalau manusia di berikan seutuhnya,biasanya suka menghilangkan setengahnya karena ketidaksukaan,kalau diberikan setengah,suka minta setengahnya lagi
mahluk mana yang memberikan manusia itu utuh atau 1/2 utuh ?
dan mengapa manusia suka menghilangkan 1/2 nya ?
terus kalau 1/2 hilang minta 1/2 lagi ama siapa ? ???
Quote
Bukankah kita semua menganggap sudah memahami ajaran buddha dengan baik,malah seutuhnya,tapi anehnya kita belum mencapai apapun,lalu ini disebut setengah atau sudah memahami sepenuhnya?
member mana yang anda anggap sudah memahami ajaran Buddha dengan utuh dan mana yang sudah mencapai 1/2 ? ???, atau hanya spekulasi anda
Anda terjemahkan dan pikirkan sendiri. Bukankah tidak perlu segala sesuatu didapatkan dengan mendengarkan pendapat orang lain.Ada yang kita tahu sendiri dengan merenungkan sedikit,dengan melihat keadaan lingkungan sekitar,kita sudah bisa belajar,itu kalau sadar.Karena segala sesuatunya "belum tentu",maka tidak perlu cari tahu sampai tahu,karena tahu pun kadang tidak membuat kita jadi baik,malah sebaliknya.Oh ya,apakah saya ada menyebutkan member di kata-kata saya? atau merasa sendiri? Tidak perlu jawablah,jalankan masing-masing saja ucapan,tindakan dan pikiran kita.
Quote from: senbudha on 16 June 2012, 08:41:03 AM
Anda terjemahkan dan pikirkan sendiri. Bukankah tidak perlu segala sesuatu didapatkan dengan mendengarkan pendapat orang lain.Ada yang kita tahu sendiri dengan merenungkan sedikit,dengan melihat keadaan lingkungan sekitar,kita sudah bisa belajar,itu kalau sadar.Karena segala sesuatunya "belum tentu",maka tidak perlu cari tahu sampai tahu,karena tahu pun kadang tidak membuat kita jadi baik,malah sebaliknya.Oh ya,apakah saya ada menyebutkan member di kata-kata saya? atau merasa sendiri? Tidak perlu jawablah,jalankan masing-masing saja ucapan,tindakan dan pikiran kita.
maap om. ;D
kalau udah tau pun tidak membuat kita baik, apa lagi g tau.. :(
Quote from: senbudha on 16 June 2012, 08:41:03 AM
Karena segala sesuatunya "belum tentu",maka tidak perlu cari tahu sampai tahu,karena tahu pun kadang tidak membuat kita jadi baik,malah sebaliknya.Oh ya,apakah saya ada menyebutkan member di kata-kata saya? atau merasa sendiri?
atau anggapan saya benar ternyata anda memang lebih baik dari member disini, jika benar mohon bisa share sedikit kelebihan anda !
Quotejalankan masing-masing saja ucapan,tindakan dan pikiran kita.
memang benar ucapan gampang sekali, asal cuap aja tidak masalah kok
seperti dibawah ini
Quote
Tapi paling tidak dasar ajaran Buddha masih tertancap dengan mantap. Kalau manusia di berikan seutuhnya,biasanya suka menghilangkan setengahnya karena ketidaksukaan,kalau diberikan setengah,suka minta setengahnya lagi
mahluk mana yang memberikan manusia itu utuh atau 1/2 utuh ?
dan mengapa manusia suka menghilangkan 1/2 nya ?
terus kalau 1/2 hilang minta 1/2 lagi ama siapa ?