Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Buddhisme untuk Pemula => Topic started by: khiong on 25 May 2012, 07:46:27 AM

Title: pengemis
Post by: khiong on 25 May 2012, 07:46:27 AM
seseorang yang mengemiskan dirinya sendiri sebagai mata pencaharian nya,apakah itu menimbulkan karma buruk..??
Title: Re: pengemis
Post by: hemayanti on 25 May 2012, 08:31:18 AM
mengemiskan dirinya maksudnya bagaimana om?
Title: Re: pengemis
Post by: suwarto8116f on 25 May 2012, 08:32:50 AM
klo mengemis dgn maksud menipu, pura2 cacat, pura2 tidak mampu, dll ya karma buruk
klo mengemis memang benar2 tdk berdaya gw gak tau ya karma buruk ato bukan
dan menurut gw mengemis juga perlu karma baik berbuah, klo tdk ada karma baiknya gak bakalan ada yg ngasih duit/jasa juga ke orang yg ngemis  ;D

always CMIIW
Title: Re: pengemis
Post by: khiong on 25 May 2012, 08:49:54 AM
Quote from: hemayanti on 25 May 2012, 08:31:18 AM
mengemiskan dirinya maksudnya bagaimana om?
mksdnya begini..memperburuk dirinya sendiri dan jadi pengemis sebagai pekerjaan nya..
Title: Re: pengemis
Post by: hemayanti on 25 May 2012, 09:17:41 AM
Quote from: khiong on 25 May 2012, 08:49:54 AM
mksdnya begini..memperburuk dirinya sendiri dan jadi pengemis sebagai pekerjaan nya..
artinya ada unsur kesengajaan, berbohong lewat tindakan..
kalo tindakan itu dilandasi dengan niat yang buruk (kamma buruk)  tentu akan menghasilkan buah yang buruk.
mungkin hal lain selain hanya menilai itu kamma buruk atau tidak adalah, adanya pemupukan kemalasan, malas untuk bekerja sehingga mencari jalan pintas seperti itu, ini tentu akan berdampak kurang baik juga bagi perkembangan batin.
menurut sayaaa.... hihihihihi.... ;D
Title: Re: pengemis
Post by: kullatiro on 25 May 2012, 10:47:31 AM
kalau tidak ada pengemis kalian tidak bisa berdana kan, jadi ngapain diributkan?.

ada nya pengemis baik juga membuat kita bisa berdana, menyentuh karuna kita.

kalau dia menipu dgn kata pura pura kita maafkan saja beres tidak repot memenuhi pikiran kita dengan kotoran bathin.

Sang Buddha sewaktu masih jadi bodhisatva pernah lahir sebagai pengemis; yang perlu di perhatikan ketika kita berdana kepada pengemis sebaik nya dalam bentuk makanan kalau bisa bukan dalam bentuk uang (meskipun daku masih berdana kepada pengemis dalam bentuk uang 500 rupiah, level nya belum sampai ke dana makanan [roti atau kue])
Title: Re: pengemis
Post by: stephen chow on 25 May 2012, 11:02:06 AM
Quote from: daimond on 25 May 2012, 10:47:31 AM
kalau tidak ada pengemis kalian tidak bisa berdana kan, jadi ngapain diributkan?.

ada nya pengemis baik juga membuat kita bisa berdana, menyentuh karuna kita.

kalau dia menipu dgn kata pura pura kita maafkan saja beres tidak repot memenuhi pikiran kita dengan kotoran bathin.

Sang Buddha sewaktu masih jadi bodhisatva pernah lahir sebagai pengemis; yang perlu di perhatikan ketika kita berdana kepada pengemis sebaik nya dalam bentuk makanan kalau bisa bukan dalam bentuk uang (meskipun daku masih berdana kepada pengemis dalam bentuk uang 500 rupiah, level nya belum sampai ke dana makanan [roti atau kue])
Dana itu buat yg membutuhkan bro..
berdana juga byk yg lain, tidak ada pngemis bukan berarti tidak bisa berdana,,
berdana kepada pengemis yg salah maka membuat pengemis itu makin salah, apa lagi kalau kita sadar itu salah..
Title: Re: pengemis
Post by: Rico Tsiau on 25 May 2012, 11:23:54 AM
Quote from: stephen chow on 25 May 2012, 11:02:06 AM
Dana itu buat yg membutuhkan bro..
berdana juga byk yg lain, tidak ada pngemis bukan berarti tidak bisa berdana,,
berdana kepada pengemis yg salah maka membuat pengemis itu makin salah, apa lagi kalau kita sadar itu salah..

maksudnya pengemis yang salah itu apa bro?
Title: Re: pengemis
Post by: stephen chow on 25 May 2012, 12:09:30 PM
Quote from: Rico Tsiau on 25 May 2012, 11:23:54 AM
maksudnya pengemis yang salah itu apa bro?
maksudnya menipu, pura2 cacat, pura2 tidak mampu, malas kerja dll..
Title: Re: pengemis
Post by: kullatiro on 25 May 2012, 12:31:22 PM
Harus di ingat kita bukan lah mereka;
kadang berpikir tepat atau tidak tepat, sesungguh nya kita tidak tahu keadaan sesungguhnya; itu adalah kenyataan yang ada.

kalau mau yang ada keadaan sesungguh nya bisa berdana yang pasti misal anak asuh, klinik jivaka yang mengadakan pengobatan gratis, dian dharma yang menerbitkan buku buku dhamma dan disebar secara gratis dll.
Title: Re: pengemis
Post by: kullatiro on 25 May 2012, 12:43:22 PM
Quote from: khiong on 25 May 2012, 07:46:27 AM
seseorang yang mengemiskan dirinya sendiri sebagai mata pencaharian nya,apakah itu menimbulkan karma buruk..??

yang terang dia menghabiskan kamma baik yang dia punya lebih cepat daripada manusia biasa yang bekerja dan mendanakan uang nya untuk sang pengemis.

setiap hari kita menggunakan kamma baik kita yang telah lalu.
Title: Re: pengemis
Post by: khiong on 25 May 2012, 01:03:53 PM
Quote from: daimond on 25 May 2012, 10:47:31 AM
kalau tidak ada pengemis kalian tidak bisa berdana kan, jadi ngapain diributkan?.

ada nya pengemis baik juga membuat kita bisa berdana, menyentuh karuna kita.

kalau dia menipu dgn kata pura pura kita maafkan saja beres tidak repot memenuhi pikiran kita dengan kotoran bathin.

Sang Buddha sewaktu masih jadi bodhisatva pernah lahir sebagai pengemis; yang perlu di perhatikan ketika kita berdana kepada pengemis sebaik nya dalam bentuk makanan kalau bisa bukan dalam bentuk uang (meskipun daku masih berdana kepada pengemis dalam bentuk uang 500 rupiah, level nya belum sampai ke dana makanan [roti atau kue])
bisa/tidak diterima disini; SAMYUTTA NIKAYA V,10...??
Title: Re: pengemis
Post by: adi lim on 25 May 2012, 02:50:37 PM
Quote from: daimond on 25 May 2012, 12:43:22 PM

yang terang dia menghabiskan kamma baik yang dia punya lebih cepat daripada manusia biasa yang bekerja dan mendanakan uang nya untuk sang pengemis.

setiap hari kita menggunakan kamma baik kita yang telah lalu.

emank ada ya hitung-hitungan kamma baik dan kamma buruk dengan cara demikian ?  ???
Title: Re: pengemis
Post by: adi lim on 25 May 2012, 02:53:42 PM
Quote from: adi lim on 25 May 2012, 02:50:37 PM
emank ada hitung2an utk memakai kamma baik dan kamma buruk ?  ???
Title: Re: pengemis
Post by: kullatiro on 25 May 2012, 03:27:57 PM
lah kan ada cerita yang mertua nya di katakan makan makanan basi karena tidak mau berdana.

terus ada cerita kan harta benda nya menjadi arang karena habis nya kamma baik nya sampai di gelar di jalan hingga seorang wanita bisa melihat arang tersebut adalah emas permata.
Title: Re: pengemis
Post by: hemayanti on 25 May 2012, 06:59:22 PM
Quote from: daimond on 25 May 2012, 10:47:31 AM
kalau tidak ada pengemis kalian tidak bisa berdana kan, jadi ngapain diributkan?.

ada nya pengemis baik juga membuat kita bisa berdana, menyentuh karuna kita.

kalau dia menipu dgn kata pura pura kita maafkan saja beres tidak repot memenuhi pikiran kita dengan kotoran bathin.

Sang Buddha sewaktu masih jadi bodhisatva pernah lahir sebagai pengemis; yang perlu di perhatikan ketika kita berdana kepada pengemis sebaik nya dalam bentuk makanan kalau bisa bukan dalam bentuk uang (meskipun daku masih berdana kepada pengemis dalam bentuk uang 500 rupiah, level nya belum sampai ke dana makanan [roti atau kue])
sebenarnya bukan masalah bisa berdana atau tidak om..
tapi untuk tau itu tidak baik agar tidak menjadi seperti itu. :)
atau mungkin bisa menyarankan si pengemis untuk jangan begitu lagi, karna kita sendiri sudah tau itu tidak baik, dan ingin melihat orang lain juga menjadi baik.
Title: Re: pengemis
Post by: hengki on 26 May 2012, 05:50:38 PM
Kalau memang ragu berdana kpd pengemis yah lebih baik tidak usah dilakukan.
Berdana kepada gelandangan yg tidur di emperan toko. Di stasiun kereta api karang anyar ada beberapa org ibu2 tua gelandangan bahkan ada yg tidak bisa melihat. kasihan sekali melihatnya. mereka benar2 susah. kita bisa membantu mereka dgn memberikan selimut, baju hangat krn waktu malam pasti mereka kedinginan apalagi kalau hujan krn mereka tidur di alam terbuka, kasih obat2an sprti minyak angin, koyo, dll, kasih nasi bungkus, biskuit, dll.
Mereka jelas2 membutuhkan pertolongan. suatu waktu saya melihat ada org tua yg menyuruh anaknya memberikan makanan kpd mereka. Itu sangat bagus sekali krn sedari kecil anak sudah dididik utk berbuat baik sehingga anak itu nantinya bisa empati atau punya keperdulian thdp org2 yg kurang beruntung nasibnya.
Title: Munika Jataka
Post by: kullatiro on 30 May 2012, 05:31:07 PM
Sekali waktu Brahmadatta
memerintah Benares, Bodhisatta
terlahir sebagai seekor sapi jantan,
yang bernama Mahālohita, ia tinggal
di tanah milik seorang penjaga
sebuah desa kecil. Bodhisatta
mempunyai seorang adik yang
bernama Cūḷalohita. Dua
bersaudara ini melakukan semua
pekerjaan tarik menarik barang bagi
tuan tanah mereka. Penjaga desa itu
memiliki seorang anak perempuan,
yang telah dilamar untuk menikah
dengan anak lelaki dari seorang pria
yang tinggal di kota. Orang tua gadis
itu, bermaksud menyediakan
makanan pilihan [197] bagi para
undangan pernikahan putri mereka,
mulai menggemukkan seekor babi
yang bernama Muṇika.
Melihat hal itu, Cūḷalohita berkata
kepada abangnya, "Semua barang
yang harus ditarik untuk keperluan
rumah tangga ini selalu dilakukan
oleh aku maupun kamu. Namun
semua usaha kita hanya dihargai
dengan memberikan sedikit rumput
dan jerami sebagai makanan kita.
Sementara babi itu diberi makan
nasi! Apa yang menyebabkan dia
mendapatkan makanan seistimewa
itu?"
Abangnya berkata, "Adikku, jangan iri
padanya; ia hanyalah seekor babi
yang sedang menikmati makanan
terakhirnya. Ia mendapat makanan
seperti itu untuk dijadikan makanan
pembuka untuk para undangan saat
pernikahan putri mereka. Hanya itu
alasan mereka memberikan makanan
seperti itu kepada babi tersebut.
Tunggulah beberapa saat lagi hingga
tamu-tamu berdatangan. Maka kamu
akan melihat babi itu berakhir dalam
empat potong sesuai dengan jumlah
kakinya, ia akan dibunuh dan akan
diproses menjadi kari." Setelah
mengucapkan kata-kata tersebut, ia
mengulangi syair berikut ini :
Maka, jangan iri pada Muṇika
yang malang;
itu adalah makanan terakhir
yang sedang ia nikmati.
Dedakmu yang sederhana ini
mengandung janji dan
jaminan akan hari-hari yang
masih panjang.
Tidak lama kemudian para undangan
pun tiba. Muṇika dibunuh dan
dimasak menjadi berbagai jenis
hidangan. Bodhisatta berkata kepada
Cūḷalohita, "Apakah kamu telah
melihat Muṇika, Adikku?" "Tentu saja
saya telah melihatnya, Abangku,
pesta yang diselenggarakan dari
daging Muṇika. Makanan sederhana
seperti yang kita makan, lebih baik
seratus kali, tidak, seribu kali,
walaupun itu hanya rumput, jerami
dan dedak;— karena makanan kita
tidak akan membahayakan jiwa kita,
dan merupakan sebuah janji bahwa
hidup kita tidak akan dipersingkat."

http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka/munika-jataka/ (http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka/munika-jataka/)


bila perhatikan cerita ini menyeramkan taapi tentang kamma baik yang diterima munika dan dibandingkan dengan kerja keras sang sapi
Title: Re: pengemis
Post by: juanpedro on 30 May 2012, 09:19:36 PM
wah ijin nempel dimari ya  [-o<

mo ask nee,
sebenarnya tujuan utama berdana itu apa?
apakah tergantung kondis-kondisi yang ada?
Title: Re: pengemis
Post by: hemayanti on 31 May 2012, 12:42:31 PM
semoga ini bisa sedikit membantu om.
QuoteKualitas dana berdasarkan motif / tujuannya:

  • Hina Dana : Dana yang bersifat rendah, yaitu dengan  mengharapkan kemasyuran, kekayaan, dsb.
  • Majjhima Dana : Dana yang bersifat menengah misalnya dengan   keinginan untuk dapat terlahirkan di alam surga.
  • Panita Dana : Dana yang bersifat luhur, dengan tujuan untuk meraih pembebasan sejati.
Title: Re: pengemis
Post by: hemayanti on 31 May 2012, 01:51:40 PM
Barusan habis baca ceramahnya Bhante Pannyavaro, dan ketemu tulisan ini.
Sang Buddha menunjukkan - Aku mengajarkan engkau untuk berdana,
untuk membersihkan kekotoran batin, itulah Dhamma.
Title: Re: pengemis
Post by: juanpedro on 31 May 2012, 09:29:43 PM
Quote from: hemayanti on 31 May 2012, 01:51:40 PM
Barusan habis baca ceramahnya Bhante Pannyavaro, dan ketemu tulisan ini.
Sang Buddha menunjukkan - Aku mengajarkan engkau untuk berdana,
untuk membersihkan kekotoran batin, itulah Dhamma.


apakah sama artinya dengan melepas, cici?  :)
tantangannya muncul saat kita menilai pengemis itu patut untuk diberi atau tidak  :))
soalnya pengalaman, memberi dana ke pengemis tua dengan memberi dana ke pengemis muda rasanya beda  ^-^
Title: Re: pengemis
Post by: hengki on 01 June 2012, 11:56:06 AM
Masih mending drpd tidak berdana sama sekali....apalagi sudah tidak berdana masih berprasangka buruk pula  ;D
Title: Re: pengemis
Post by: hemayanti on 01 June 2012, 12:34:48 PM
Quote from: juanpedro on 31 May 2012, 09:29:43 PM
apakah sama artinya dengan melepas, cici?  :)
tantangannya muncul saat kita menilai pengemis itu patut untuk diberi atau tidak  :))
soalnya pengalaman, memberi dana ke pengemis tua dengan memberi dana ke pengemis muda rasanya beda  ^-^
iya, sepertinya begitu om jup.. :)
iya, saya juga kadang suka dilema, cuma kalo ibu2 yang masih segar bugar sih saya jarang ngasih, kalo anak2 kadang g tega juga.
mungkin selain melepas juga harus berdana dengan bijak, kalo memang dana itu bisa membuat si penerima menjadi lebih baik, atau membantu dia maka berikan saja.
tapi kalo ibu2 yang masih segar bugar, saya sih mikirnya kalo ngasih maka akan membuat dia jadi malas nantinya, maka lebih baik tidak saya kasi. karna awalnya udah jelek pemikiran saya..
tapi g tau deh om. hehe..

penjelasan selengkapnya tentang dana bisa liat di DANA http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=651.0#msg10203 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=651.0#msg10203)
Title: Re: pengemis
Post by: juanpedro on 02 June 2012, 10:40:58 AM
Quote from: hemayanti on 01 June 2012, 12:34:48 PM
iya, sepertinya begitu om jup.. :)
iya, saya juga kadang suka dilema, cuma kalo ibu2 yang masih segar bugar sih saya jarang ngasih, kalo anak2 kadang g tega juga.
mungkin selain melepas juga harus berdana dengan bijak, kalo memang dana itu bisa membuat si penerima menjadi lebih baik, atau membantu dia maka berikan saja.
tapi kalo ibu2 yang masih segar bugar, saya sih mikirnya kalo ngasih maka akan membuat dia jadi malas nantinya, maka lebih baik tidak saya kasi. karna awalnya udah jelek pemikiran saya..
tapi g tau deh om. hehe..

penjelasan selengkapnya tentang dana bisa liat di DANA http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=651.0#msg10203 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=651.0#msg10203)

wah siaap. mo iqro ke tkp dulu  :jempol:
penasaran apakah intinya sama dengan dana versi filsafat jawa  :))
thanks a bunch, cici  :-[
Title: Re: pengemis
Post by: will_i_am on 02 June 2012, 10:36:10 PM
sebagai perbandingan, apakah dalam berdana boleh pilih-pilih atau tidak..
gimna pendapat temen2??  ;D

Quote from:  Ittivutaka 75

"Wahai para bhikkhu, ada tiga macam orang di dunia sini."

"Apakah tiga macam itu?"

"Orang yang bagaikan awan tanpa hujan, orang yang bagaikan hujan lokal, dan orang yang bagaikan hujan di mana-mana."

"Seperti apakah orang yang bagaikan awan tanpa hujan?"

"Dalam hal ini, orang itu tidak memberi kepada siapa pun. Dia tidak memberi makanan, minuman, pakaian, kendaraan, bunga-bungaan, pengharum, minyak, tempat tidur, tempat bernaung, dan lampu kepada para pertapa dan brahmana, kepada orang yang miskin, kepada orang yang terlantar dan membutuhkan. Orang semacam ini bagaikan awan tanpa hujan."

"Wahai para bhikkhu, seperti apakah orang yang bagaikan hujan lokal?"

"Dalam hal ini, orang itu memberi kepada beberapa orang tetapi tidak memberi kepada yang lain. Dia hanya memberikan makanan, minuman, pakaian, kendaraan, bunga-bungaan, pengharum, minyak, tempat tidur, tempat bernaung, dan lampu kepada beberapa pertapa dan brahmana, kepada beberapa orang yang miskin, kepada beberapa orang yang terlantar dan membutuhkan, tetapi tidak memberikannya kepada yang lain. Inilah orang bagaikan hujan lokal."

"Wahai para bhikkhu, seperti apakah orang yang bagaikan hujan di mana-mana?"

"Dalam hal ini, orang itu memberi kepada semuanya. Dia memberikan makanan, minuman, pakaian, kendaraan, bunga-bungaan, pengharum, minyak, tempat tidur, tempat bernaung, dan lampu kepada semua pertapa dan brahmana, kepada orang yang miskin, kepada orang yang terlantar dan yang membutuhkan. Inilah orang yang bagaikan hujan di mana-mana."

"Wahai para bhikkhu, demikianlah tiga macam orang yang ada di dunia ini."

Tidak kepada para pertapa maupun brahmana Tidak juga kepada yang miskin dan terlantar Dia membagikan simpanan Makanan, minuman dan barang-barangnya; Orang yang dasarnya seperti itu disebut 'Orang yang bagaikan awan tanpa hujan'. Kepada beberapa orang dia tidak memberi, Kepada beberapa orang dia menawarkan dana makanan; Oleh para bijaksana orang seperti itu disebut 'Orang yang bagaikan hujan lokal'.

Orang yang dikenal karena kebesaran hatinya, Yang mengasihi semua makhluk, Membagikan dana dengan senang hati. 'Beri! Beri!' katanya.

Bagaikan awan yang tebal Yang menggelegar mencurahkan hujan Mengisi bagian yang rata dan cekung, Membasahi bumi dengan air, Seperti itulah orang ini.

Setelah dengan benar mengumpulkan kekayaan Yang dia peroleh dengan usahanya sendiri, Dia memberikan cukup makanan dan minuman Pada makhluk apa pun yang membutuhkan
Title: Re: pengemis
Post by: juanpedro on 05 June 2012, 08:45:45 PM
Quote from: will_i_am on 02 June 2012, 10:36:10 PM
Inilah orang yang bagaikan hujan di mana-mana."

kalau orang macam ini mah sudah lepas dari dualisme  =))

sementara kaum awam semacam ai masih melekat pada "nalar"  :-[

temen2 laen bagaimana?
Title: Re: pengemis
Post by: kullatiro on 05 June 2012, 10:14:39 PM
yah setapak setapak dulu kale, tukar kan uang 25.000,- anda kebank dengan uang coin "500", biarpun sedikit ada memberi.

Title: Re: pengemis
Post by: hemayanti on 06 June 2012, 09:13:27 AM
Quote from: will_i_am on 02 June 2012, 10:36:10 PM
sebagai perbandingan, apakah dalam berdana boleh pilih-pilih atau tidak..
gimna pendapat temen2??  ;D
IMO, kalo mau berdana yah berdana saja, kalo g mau yah jangan dipaksakan.
jangan berdana karena ikut2an. :)


Quote from: daimond on 05 June 2012, 10:14:39 PM
yah setapak setapak dulu kale, tukar kan uang 25.000,- anda kebank dengan uang coin "500", biarpun sedikit ada memberi.

terkadang sesuatu yang tidak direncanakan itu lebih bisa mengetes sejauh mana kerelaan kita, apa masih melekat atau tidak.
misalnya pas lagi g bawa uang 500, pecahan paling kecil yang kit bawa adalah 20rb misalnya, apakah kita akan tetap memberi??
menurutku, ini saat yang paling tepat untuk menilai sejauh mana tingkat kerelaan ataupun kemelekatan kita.
Title: Re: pengemis
Post by: will_i_am on 06 June 2012, 12:20:52 PM
Quote from: hemayanti on 06 June 2012, 09:13:27 AM
IMO, kalo mau berdana yah berdana saja, kalo g mau yah jangan dipaksakan.
jangan berdana karena ikut2an. :)

hmm, tapi apakah berdana secara pilih2 itu bukanlah perbuatan yang benar??
karena menurut Sang Buddha seharusnya kita menjadi orang yang berdana kepada siapa saja (tidak peduli dia itu siapa)
mengingat banyak juga kisah Bodhisatta yang mengorbankan dirinya dan hartanya kepada orang lain yang bahkan tidak bermoral, apakah kita harus meneladani-Nya??
Title: Re: pengemis
Post by: juanpedro on 06 June 2012, 01:18:25 PM
Quote from: daimond on 05 June 2012, 10:14:39 PM
yah setapak setapak dulu kale, tukar kan uang 25.000,- anda kebank dengan uang coin "500", biarpun sedikit ada memberi.

yang "setapak-setapak" apa dulu ko/ci? jumlahnya apa niatnya?  :whistle:

Quote from: hemayanti on 06 June 2012, 09:13:27 AM
terkadang sesuatu yang tidak direncanakan itu lebih bisa mengetes sejauh mana kerelaan kita, apa masih melekat atau tidak.
misalnya pas lagi g bawa uang 500, pecahan paling kecil yang kit bawa adalah 20rb misalnya, apakah kita akan tetap memberi??
menurutku, ini saat yang paling tepat untuk menilai sejauh mana tingkat kerelaan ataupun kemelekatan kita.

bener. kadang pas buka dompet ai pasti nyarinya uang receh dulu   =))

Quote from: will_i_am on 06 June 2012, 12:20:52 PM
hmm, tapi apakah berdana secara pilih2 itu bukanlah perbuatan yang benar??
karena menurut Sang Buddha seharusnya kita menjadi orang yang berdana kepada siapa saja (tidak peduli dia itu siapa)
mengingat banyak juga kisah Bodhisatta yang mengorbankan dirinya dan hartanya kepada orang lain yang bahkan tidak bermoral, apakah kita harus meneladani-Nya??

sepengalaman ai kalau mau meneladani seseorang/ide harus melalui pemahaman yang benar-benar menyeluruh. soalnya kalau tidak, malah bisa2 muncul penolakan2

saran "setapak-setapak" dari ko/ci daemond menurut ai ada benernya juga, soalnya merupakan suatu proses. ndak mungkin juga kan baru bisa merangkak langsung disuruh berenang  :lotus:
Title: Re: pengemis
Post by: kullatiro on 06 June 2012, 01:19:42 PM
semua nya kadang kembali lagi ke kita sendiri seberapa jauh telah melangkah dan bagaimana kesadaran dan pengaruh dari lobha,moha dan dosa kita menjawab hal hal tersebut, dan jawaban nya bagi setiap orang mungkin tidak sama dan juga mungkin jawaban nya berubah setelah melewati waktu dan pengalaman yang di dapat menjadi jawaban lain.


jadi bagi orang tertentu semudah menjentikan jari tapi bagi orang lain bagaimana pun menjentikan jari, jari tersebut tidak menghasikan bunyi (contoh: diri ku biar pun jempol dan jari telunjuk menjentik jari sampai panas dan sakit tetap tidak bisa berbunyi)
Title: Re: pengemis
Post by: hemayanti on 06 June 2012, 02:03:22 PM
Quote from: will_i_am on 06 June 2012, 12:20:52 PM
hmm, tapi apakah berdana secara pilih2 itu bukanlah perbuatan yang benar??
karena menurut Sang Buddha seharusnya kita menjadi orang yang berdana kepada siapa saja (tidak peduli dia itu siapa)
mengingat banyak juga kisah Bodhisatta yang mengorbankan dirinya dan hartanya kepada orang lain yang bahkan tidak bermoral, apakah kita harus meneladani-Nya??
setelah saya pikir2, sepertinya memang tidak.
karna kalo masih pilih2, bisa saja masih melekat.
tergantung pilih2nya juga sih, kalo misalnya tidak memberi dengan alasan kalo diberi nanti si penerima menjadi malas dan terus2an menjadi pengemis, makanya saya tidak akan memberi uang, sebagai gantinya mungkin memberi yang lain, bisa memberi pekerjaan, memberi nasehat, nah itu dana juga kan, dana tidak selamanya harus dalam bentuk materi.

tapi kalo misalnya tidak memberi uang juga tidak memberi yang lain, artinya kehilangan kesempatan untuk berdana. terus nanti liat pengemis yang sama udah sukses misalnya, nanti ada yang bilang nah itu kan gara2 saya g ngasih uang ke dia jadinya dia bisa jadi orang sukses, coba kalo saya kasih pasti sampe sekarang masih jadi pengemis dia. :))
kira2 betull g ya kalo ada yang bilang begitu??

bodhisatva itukan adalah orang yang benar2 sudah bertekad dan sedang menyempurnakan parami untuk kelak menjadi seorang Samma Sambuddha. kita dan ia tentu saja berbeda, kecuali jika kita calon Samma Sambuddha, jadi mengesampingkan yang lain, dan fokus ke pengorbanannya. tapi bisa juga sih, dd wil mau begitu?  :)
Title: Re: pengemis
Post by: will_i_am on 06 June 2012, 03:12:27 PM
Quote from: hemayanti on 06 June 2012, 02:03:22 PM
setelah saya pikir2, sepertinya memang tidak.
karna kalo masih pilih2, bisa saja masih melekat.
tergantung pilih2nya juga sih, kalo misalnya tidak memberi dengan alasan kalo diberi nanti si penerima menjadi malas dan terus2an menjadi pengemis, makanya saya tidak akan memberi uang, sebagai gantinya mungkin memberi yang lain, bisa memberi pekerjaan, memberi nasehat, nah itu dana juga kan, dana tidak selamanya harus dalam bentuk materi.

tapi kalo misalnya tidak memberi uang juga tidak memberi yang lain, artinya kehilangan kesempatan untuk berdana. terus nanti liat pengemis yang sama udah sukses misalnya, nanti ada yang bilang nah itu kan gara2 saya g ngasih uang ke dia jadinya dia bisa jadi orang sukses, coba kalo saya kasih pasti sampe sekarang masih jadi pengemis dia. :))
kira2 betull g ya kalo ada yang bilang begitu??

bodhisatva itukan adalah orang yang benar2 sudah bertekad dan sedang menyempurnakan parami untuk kelak menjadi seorang Samma Sambuddha. kita dan ia tentu saja berbeda, kecuali jika kita calon Samma Sambuddha, jadi mengesampingkan yang lain, dan fokus ke pengorbanannya. tapi bisa juga sih, dd wil mau begitu?  :)
bagus sekali penjelasannya ce... :)
thx...

BTW, kalo untuk meneladani Bodhisatta sepertinya aku belum mampu deh.  :P :P :P
masih diliputi LDM yang berlimpah.. ;D