Forum Dhammacitta

Komunitas => Kafe Jongkok => Topic started by: Rico Tsiau on 23 November 2011, 03:02:09 PM

Title: 100% ntar malam anda mati
Post by: Rico Tsiau on 23 November 2011, 03:02:09 PM
katakan lah sekarang pagi jam 08:00

dan katakan lah anda tau bahwa nanti malam jam 23:59 anda pasti mati.

nahhhh...

apa yang anda lakukan di sisa waktu anda?
Title: Re: 100% ntar malam anda mati
Post by: Indra on 23 November 2011, 03:07:35 PM
pinjem duit sebanyak2nya
Title: Re: 100% ntar malam anda mati
Post by: stephen chow on 23 November 2011, 03:07:58 PM
karena ini belum pernah di alami jadi gk tau..  8)

Bro sendiri mau ngpain di sisa waktunya?
Title: Re: 100% ntar malam anda mati
Post by: stephen chow on 23 November 2011, 03:09:51 PM
Quote from: Indra on 23 November 2011, 03:07:35 PM
pinjem duit sebanyak2nya
beli duit orang mati, sewa orang buat bakar duitnya besok setelah mati..
supaya di neraka bisa sogok yg mau siksa abang..  =))  ^:)^
Title: Re: 100% ntar malam anda mati
Post by: will_i_am on 23 November 2011, 03:15:15 PM
repost...
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21464.0 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21464.0)
Title: Re: 100% ntar malam anda mati
Post by: DNA on 24 November 2011, 10:19:01 AM
173. Kewaspadaan terhadap Kematian-I

Pada suatu ketika Yang Terberkahi berdiam di Nadika di Aula Batu Bata. Di sana Beliau berkata kepada para bhikkhu demikian:

"Kewaspadaan terhadap kematian, O para bhikkhu, jika dikembangkan dan dipupuk, akan membawa buah dan manfaat yang besar; kewaspadaan itu lebur di dalam Tanpa-Kematian, berakhir pada Tanpa-Kematian. Oleh sebab itu, para bhikkhu, kalian harus mengembangkan kewaspadaan terhadap kematian."

Setelah Yang Terberkahi berkata demikian, seorang bhikkhu berkata: "Yang Mulia, saya mengembangkan kewaspadaan terhadap kematian."

"Bagaimana engkau mengembangkannya?"

"Saya berpikir begini, Yang Mulia: 'O, seandainya saja aku hidup hanya sehari semalam lagi, aku akan mengarahkan pikiranku pada Ajaran Yang Terberkahi. Memang sungguh amat banyak yang bisa kulakukan!' Demikianlah, Yang Mulia, cara saya memupuk kewaspadaan terhadap kematian."

(Bhikkhu-bhikkhu lain yang berkumpul di situ juga berkata bahwa mereka telah mengembangkan kewaspadaan terhadap kematian. Ketika ditanya bagaimana cara melakukannya, mereka menjawab:)

"Saya berpikir begini, Yang Mulia: 'O, seandainya saja aku hidup selama hanya satu hari ini lagi, aku akan mengarahkan pikiranku pada Ajaran Yang Terberkahi. Memang sungguh amat banyak yang bisa kulakukan!' Demikianlah, Yang Mulia, cara saya memupuk kewaspadaan terhadap kematian."

"Saya berpikir begini, Yang Mulia: 'O, seandainya saja aku hidup hanya selama setengah hari lagi, aku akan mengarahkan pikiranku pada Ajaran Yang Terberkahi. Memang sungguh amat banyak yang bisa kulakukan!' Demikianlah, Yang Mulia, cara saya memupuk kewaspadaan terhadap kematian."

"Saya berpikir begini, Yang Mulia: 'O, seandainya saja aku hidup hanya selama waktu yang kubutuhkan untuk sekali makan, aku akan mengarahkan pikiranku pada Ajaran Yang Terberkahi. Memang sungguh amat banyak yang bisa kulakukan!' Demikianlah, Yang Mulia, cara saya memupuk kewaspadaan terhadap kematian."

"Saya berpikir begini, Yang Mulia: 'O, seandainya saja aku hidup hanya selama waktu yang kubutuhkan untuk setengah kali makan, aku akan mengarahkan pikiranku pada Ajaran Yang Terberkahi. Memang sungguh amat banyak yang bisa kulakukan!' Demikianlah, Yang Mulia, cara saya memupuk kewaspadaan terhadap kematian."

"Saya berpikir begini, Yang Mulia: 'O, seandainya saja aku hidup hanya selama waktu yang kubutuhkan untuk mengunyah dan menelan empat atau lima potong makanan, aku akan mengarahkan pikiranku pada Ajaran Yang Terberkahi. Memang sungguh amat banyak yang bisa kulakukan!' Demikianlah, Yang Mulia, cara saya memupuk kewaspadaan terhadap kematian."

"Saya berpikir begini, Yang Mulia: 'O, seandainya saja aku hidup hanya selama waktu yang kubutuhkan untuk mengunyah dan menelan satu potong makanan, aku akan mengarahkan pikiranku pada Ajaran Yang Terberkahi. Memang sungguh amat banyak yang bisa kulakukan!' Demikianlah, Yang Mulia, cara saya memupuk kewaspadaan terhadap kematian."

"Saya berpikir begini, Yang Mulia: 'O, seandainya saja aku hidup hanya selama waktu yang kubutuhkan untuk menarik nafas setelah mengeluarkan nafas atau mengeluarkan nafas setelah menarik nafas, aku akan mengarahkan pikiranku pada Ajaran Yang Terberkahi. Memang sungguh amat banyak yang bisa kulakukan!' Demikianlah, Yang Mulia, cara saya memupuk kewaspadaan terhadap kematian."


Setelah para bhikkhu berkata demikian, Yang Terberkahi berkata: "Para bhikkhu yang berkata bahwa mereka mengembangkan kewaspadaan terhadap kematian dengan pikiran, 'O, seandainya saja aku hidup hanya selama sehari semalam lagi ... hanya satu hari ini lagi ... hanya selama setengah hari lagi ... hanya selama waktu yang kubutuhkan untuk sekali makan ... setengah kali makan ... hanya selama waktu yang kubutuhkan untuk mengunyah dan menelan empat atau lima potong makanan ...' – mengenai para bhikkhu seperti ini bisa dikatakan bahwa mereka hidup dengan malas dan bahwa mereka mengembangkan kewaspadaan terhadap kematian dengan cara yang lambat untuk menghancurkan noda-noda.34

"Tetapi, para bhikkhu, mereka yang mengembangkan kewaspadaan terhadap kematian dengan pikiran, 'O, seandainya saja aku hidup hanya selama waktu yang kubutuhkan untuk mengunyah dan menelan satu potong makanan; atau selama menarik nafas setelah mengeluarkan nafas atau mengeluarkan nafas setelah menarik nafas, aku akan mengarahkan pikiranku pada Ajaran Yang Terberkahi. Memang sungguh amat banyak yang bisa kulakukan!' – mengenai para bhikkhu seperti ini bisa dikatakan bahwa mereka hidup dengan rajin, dan bahwa mereka mengembangkan kewaspadaan terhadap kematian dengan penuh semangat untuk menghancurkan noda-noda.

"Oleh sebab itu, para bhikkhu, kalian harus melatih diri demikian, 'Kami akan hidup dengan rajin dan kami akan mengembangkan kewaspadaan terhadap kematian dengan penuh semangat untuk menghancurkan noda-noda!' Dengan cara seperti itulah, para bhikkhu, kalian harus melatih diri."
(VIII, 73)