Ada yang bisa menjelaskan definisi spriritual bypass?
udah cari2 di internet tapi masih agak bingung
==================================================
Spiritual bypassing, a term first coined by psychologist John Welwood in 1984, is the use of spiritual practices and beliefs to avoid dealing with our painful feelings, unresolved wounds, and developmental needs. It is much more common than we might think and, in fact, is so pervasive as to go largely unnoticed, except in its more obvious extremes.
I have worked with many clients who described themselves as being on a spiritual path, particularly as meditators. Most were preoccupied, at least initially, with being nice, trying to be positive and nonjudgmental, while impaling themselves on various spiritual "shoulds," such as "I should not show anger" or "I should be more loving" or "I should be more open after all the time I've put into my spiritual practice." Fleeing their darker (or "less spiritual") emotions, impulses, and intentions, they had, to varying degrees, trapped themselves within the very practices and beliefs that they had hoped might liberate them, or at least make them feel better.
Spiritual bypassing is a very persistent shadow of spirituality, manifesting in many forms, often without being acknowledged as such. Aspects of spiritual bypassing include :
exaggerated detachment,
emotional numbing and repression,
overemphasis on the positive,
anger-phobia,
blind or overly tolerant compassion,
weak or too porous boundaries,
lopsided development (cognitive intelligence often being far ahead of emotional and moral intelligence),
debilitating judgment about one's negativity or shadow side,
devaluation of the personal relative to the spiritual,
and delusions of having arrived at a higher level of being.
bagian dari article
Copyright © 2010 by Robert Masters. Reprinted by permission of publisher. http://www.realitysandwich.com/spiritual_bypassing
yang sangat menarik perhatian saya dari isi videonya
spiritual bypass menyangkut:
misused of compassion
demonizing of anger
confrontation phobia
shame
premature transcendence
getting really negative about our negativityBuku berjudul "spiritual bypassing"
This is more for people that are
realizing that despite all the spiritual practices they're doing
they still aren't changing things in their life.
There's something that not quite all fit in together
terus apakah bedanya spiritual bypass
dengan spiritual addiction?
pertanyaan yg ngk ringan2 banget for the weekend
moga2 ada yang kasih input yag. thanks :)
====================================================
Spiritual Addiction
by Adyashanti
A spiritual person can become addicted to spiritual highs and miss the experience of Truth. Spiritual addiction occurs when something great happens and it feels as if you have received a hit of a great drug. As soon as you have it, you want more. There is no drug more potent than spiritual experience. The intellectual component of this addiction is the belief that if you just had enough of these experiences, you would feel great all the time. It's like morphine. You get a hit of it in the hospital because you break your arm, and you think, "If I had a little drip going all the time, life would be relatively pleasant no matter what happens." Spiritual experiences often become like this, and the mind puts them into its familiar pattern, thinking, "If I had this experience all the time, that would be freedom."
Soon you find that your condition is not much better than that of a common drunk, except that drunks know they have a problem because it's not culturally acceptable to be a drunk. The spiritual person is very certain that there is no problem, that his or her inebriation is unlike the other forms of inebriation, and the whole point is to be spiritually inebriated forever. That's the mindset of an addict: "I got it and I lost it. I need it. I don't have it."
In our culture, with most kinds of addiction, the addict is understood to be miserable. But not in the spiritual world. The seeker is told that spiritual addiction is different from all the other addictions. You're not a junkie. You're a spiritual seeker.
This problem will last as long as there is something in you that holds out some hope for the high experience. When that begins to break down, you start to see that pleasant, wonderful, and uplifting experiences are somewhat like very pleasant and uplifting alcohol binges. They feel great for a short time, and then there is an equal and opposite reaction. The spiritual high is followed by a spiritual low. I have seen this in many students.
Once these high and low experiences have played themselves out for a long enough period of time, it starts to dawn on you that maybe the high spiritual experience is just a pendulum swing followed by a low experience. At some point, you may have an ordinary moment and get on to the fact that these pendulum swings are equal and opposite reactions. You realize it's impossible to sustain one part of the pendulum swing because its nature is to move back and forth. There's no way you are going to pin that pendulum to any one point.
http://www.ofspirit.com/adyashanti1.htm
apakah ada semacam technique?
Quote from: andry on 29 October 2011, 09:17:44 PM
apakah ada semacam technique?
ha, teknik apaan?
kalo dari pengertian saya yg masih tebak2 an,
spiritual bypass itu seperti
ketika menghadapi suatu masalah
seseorang menghindarinya dengan meditasi
mencari ketenangan dan kedamaian dalam meditasi
tapi tidak berusaha menyelesaikan masalah itu
dan menyukai pengalaman yg menyenangkan
pengalaman kedamaian, ketentraman, konsentrasi
tapi melewatkan (bypass) kemarahan, negativitas
ikut nyimak ya cc. ;D
lagi pada pegi malam mingguan mungkin, jadi masih sunyi.
saya ijin nongkrong disini ya cc. ;D
Quote from: hemayanti on 29 October 2011, 09:34:26 PM
ikut nyimak ya cc. ;D
lagi pada pegi malam mingguan mungkin, jadi masih sunyi.
saya ijin nongkrong disini ya cc. ;D
silahkan...
asyik ada yg nongkrong bareng ;D
kalo pagi, siang malam
pengennya browsing DC terus
itu termasuk addicted to DC ngk?
termasuk spiritual addiction ngk yag?
terus kalo memang addiction,
gimana caranya mengatasi ?
apakah perlu menahan keinginan untuk buka DC terus?
Quote from: bluppy on 30 October 2011, 07:42:12 AM
kalo pagi, siang malam
pengennya browsing DC terus
itu termasuk addicted to DC ngk?
termasuk spiritual addiction ngk yag?
terus kalo memang addiction,
gimana caranya mengatasi ?
apakah perlu menahan keinginan untuk buka DC terus?
Itu sudah addiction, cara mengatasinya danakan saja semua perangkat komputernya ke saya. :P
Quote from: bluppy on 29 October 2011, 09:23:59 PM
ha, teknik apaan?
kalo dari pengertian saya yg masih tebak2 an,
spiritual bypass itu seperti
ketika menghadapi suatu masalah
seseorang menghindarinya dengan meditasi
mencari ketenangan dan kedamaian dalam meditasi
tapi tidak berusaha menyelesaikan masalah itu
dan menyukai pengalaman yg menyenangkan
pengalaman kedamaian, ketentraman, konsentrasi
tapi melewatkan (bypass) kemarahan, negativitas
dan walau bagaimana pun, pola itu akan berulang terus
sampai memahaminya. baru akan tercipta suatu pola pandang baru terhadap pola2 yg sama atau pola2 variasi an nya.
just like 'let it go'?
Quote from: tesla on 30 October 2011, 11:23:12 AM
just like 'let it go'?
sorry saya telmi
maksudnya apa yag?
sepertinya "let it go" itu identik dengan istilahnya Ajahn Brahm, kalo g salah juga pernah baca di buku si cacing 2.
pemahaman saya, istilah ini sama dengan istilah sebelumnya "biarkan berlalu"
Quote from: hemayanti on 31 October 2011, 12:43:55 PM
sepertinya "let it go" itu identik dengan istilahnya Ajahn Brahm, kalo g salah juga pernah baca di buku si cacing 2.
pemahaman saya, istilah ini sama dengan istilah sebelumnya "biarkan berlalu"
iya, tapi saya belum ngerti
hubungannya "let it go" dengan "spiritual bypass" ?
:P
Quote from: bluppy on 29 October 2011, 08:39:48 PM
Ada yang bisa menjelaskan definisi spriritual bypass?
udah cari2 di internet tapi masih agak bingung
[...]
Sebagian meditator memiliki pola pikir tentang "bagaimana seorang meditator itu seharusnya".
Maksudnya, seseorang mungkin berpikir bahwa seorang meditator
seharusnya adalah sosok yang tenang, selalu positif, tidak mudah marah, dll. Lalu karena ia menganggap bahwa ia juga meditator, maka ia berusaha menjadi demikian juga. Dia mengingkari hal-hal negatif yang sebenarnya ada, atau menekan hal-hal negatif itu dengan cara yang salah.
Intinya, karena adanya sindrom "Meditator Wanna Be", ia mengingkari atau tidak mau melihat bagian dari dirinya yang tidak sempurna.
Quote from: dhammadinna on 31 October 2011, 01:39:13 PM
Sebagian meditator memiliki pola pikir tentang "bagaimana seorang meditator itu seharusnya".
Maksudnya, seseorang mungkin berpikir bahwa seorang meditator seharusnya adalah sosok yang tenang, selalu positif, tidak mudah marah, dll. Lalu karena ia menganggap bahwa ia juga meditator, maka ia berusaha menjadi demikian juga. Dia mengingkari hal-hal negatif yang sebenarnya ada, atau menekan hal-hal negatif itu dengan cara yang salah.
Intinya, karena adanya sindrom "Meditator Wanna Be", ia mengingkari atau tidak mau melihat bagian dari dirinya yang tidak sempurna.
Kalo meditatornya ternyata arahat gimana ? ;D
Oh begitu toh. Penjelasan nya sederhana dan mengena. Terima kasih.
Quote from: rooney on 31 October 2011, 02:21:48 PM
Kalo meditatornya ternyata arahat gimana ? ;D
Kita tidak perlu menerka-nerka apakah ketenangan seseorang adalah sekadar pencitraan, karena ketidaktahuan, pandangan salah, atau karena ia (misalnya) adalah seorang Arahat. Biarkan saja dia begitu.
____________________
Btw, tadi saya kepikiran sesuatu tentang
tricky mind. Sindrom Meditator Wanna Be, ditandai dengan oleh adanya 'keinginan menjadi'.
Tapi ketidak-inginan menjadi Meditator Wanna Be, adalah keinginan menjadi Non-Meditator Wanna Be. Intinya masih ada 'keinginan menjadi'.
Benar-benar
tricky mind. Tentang ini, kalau ribet, gak perlu terlalu dipikirkan yak..
Quote from: bluppy on 31 October 2011, 01:16:16 PM
iya, tapi saya belum ngerti
hubungannya "let it go" dengan "spiritual bypass" ?
:P
yg bro jelasin sebelumnya kan sebenarnya mirip dg "
let it go"
Quote from: bluppy on 29 October 2011, 09:23:59 PM
ha, teknik apaan?
kalo dari pengertian saya yg masih tebak2 an,
spiritual bypass itu seperti
ketika menghadapi suatu masalah
seseorang menghindarinya dengan meditasi
mencari ketenangan dan kedamaian dalam meditasi
tapi tidak berusaha menyelesaikan masalah itu
dan menyukai pengalaman yg menyenangkan
pengalaman kedamaian, ketentraman, konsentrasi
tapi melewatkan (bypass) kemarahan, negativitas
kalau bahasa buddhist nya:
ketika mendapati masalah duniawi, seorang yogi menyadari, bahwa segalanya adalah tidak kekal, dan tidak ada gunanya ia melekati hal2 yg membuatnya nyaman maupun tidak nyaman. jadi dia melewati saja
tanpa menyelesaikan masalah tsb dalam versi duniawi (
sebenarnya di mental nya sendiri masalah tsb bukan masalah lagi)
mis:
saya marah ketika saya mendapati seseorang telah mencuri dari saya.
kemudian saya sadar, bahwa itu semua (yg dicuri) memanglah tidak kekal,
langsung saja saya menjadi tidak melekati yg telah dicuri dan jadi tidak menderita (marah) karena dicuri
in the end, saya tetap tidak mendapatkan kembali yg telah tercuri tsb.
Quote from: tesla on 31 October 2011, 05:22:20 PM
kalau bahasa buddhist nya:
ketika mendapati masalah duniawi, seorang yogi menyadari, bahwa segalanya adalah tidak kekal, dan tidak ada gunanya ia melekati hal2 yg membuatnya nyaman maupun tidak nyaman. jadi dia melewati saja tanpa menyelesaikan masalah tsb dalam versi duniawi (sebenarnya di mental nya sendiri masalah tsb bukan masalah lagi)
mis:
saya marah ketika saya mendapati seseorang telah mencuri dari saya.
kemudian saya sadar, bahwa itu semua (yg dicuri) memanglah tidak kekal,
langsung saja saya menjadi tidak melekati yg telah dicuri dan jadi tidak menderita (marah) karena dicuri
in the end, saya tetap tidak mendapatkan kembali yg telah tercuri tsb.
ini dari segi positif nya yag
ini memang contoh yang bagus dari "let it go"
tapi kok rasanya ini bukan yg di maksud dengan spiritual bypass ?
lebih merasa setuju dengan penjelasan sis dhammadinna sih
Quote from: dhammadinna on 31 October 2011, 01:39:13 PM
Sebagian meditator memiliki pola pikir tentang "bagaimana seorang meditator itu seharusnya".
Maksudnya, seseorang mungkin berpikir bahwa seorang meditator seharusnya adalah sosok yang tenang, selalu positif, tidak mudah marah, dll. Lalu karena ia menganggap bahwa ia juga meditator, maka ia berusaha menjadi demikian juga. Dia mengingkari hal-hal negatif yang sebenarnya ada, atau menekan hal-hal negatif itu dengan cara yang salah.
Intinya, karena adanya sindrom "Meditator Wanna Be", ia mengingkari atau tidak mau melihat bagian dari dirinya yang tidak sempurna.
[spoiler]
Spiritual bypassing, a term first coined by psychologist John Welwood in 1984, is the use of spiritual practices and beliefs to avoid dealing with our painful feelings, unresolved wounds, and developmental needs. It is much more common than we might think and, in fact, is so pervasive as to go largely unnoticed, except in its more obvious extremes.
I have worked with many clients who described themselves as being on a spiritual path, particularly as meditators. Most were preoccupied, at least initially, with being nice, trying to be positive and nonjudgmental, while impaling themselves on various spiritual "shoulds," such as "I should not show anger" or "I should be more loving" or "I should be more open after all the time I've put into my spiritual practice." Fleeing their darker (or "less spiritual") emotions, impulses, and intentions, they had, to varying degrees, trapped themselves within the very practices and beliefs that they had hoped might liberate them, or at least make them feel better.
Spiritual bypassing is a very persistent shadow of spirituality, manifesting in many forms, often without being acknowledged as such. Aspects of spiritual bypassing include :
exaggerated detachment,
emotional numbing and repression,
overemphasis on the positive,
anger-phobia,
blind or overly tolerant compassion,
weak or too porous boundaries,
lopsided development (cognitive intelligence often being far ahead of emotional and moral intelligence),
debilitating judgment about one's negativity or shadow side,
devaluation of the personal relative to the spiritual,
and delusions of having arrived at a higher level of being.
bagian dari article
Copyright © 2010 by Robert Masters. Reprinted by permission of publisher. http://www.realitysandwich.com/spiritual_bypassing[/spoiler]
berusaha pake google translate
terjemahannya agak2 kacau, mohon maklum
Spiritual bypass, sebuah istilah yang pertama kali dicetuskan oleh psikolog John Welwood pada tahun 1984, adalah penggunaan praktik-praktik spiritual dan keyakinan untuk menghindari berurusan dengan perasaan-perasaan pedih, luka yang belum terselesaikan, dan kebutuhan perkembangan. Hal ini jauh lebih umum daripada yang kita pikir, dan, pada kenyataannya, sebagian besar tidak terdeteksi, kecuali untuk contoh yang ekstrem dan jelas terlihat.
Saya telah bekerja dengan banyak klien yang menggambarkan diri mereka berada di jalan spiritual, terutama sebagai meditator. Sebagian besar berusaha keras untuk bersikap baik, berusaha menjadi positif dan tidak menghakimi. Tetapi di lain pihak, memaksakan dirinya untuk "harus ini harus itu" , seperti "Saya harus tidak menunjukkan kemarahan" atau "Aku harus lebih mencintai" atau "Saya harus menjadi lebih terbuka setelah begitu banyak waktu yang saya gunakan untuk kegiatan spiritual. " Lari dari sisi gelap mereka (atau " yang kurang spiritual") seperti emosi, impuls, dan niat keinginan. Mereka dalam berbagai kadar, terjebak sendiri dalam praktik dan keyakinan yang mereka harapkan akan membebaskan mereka, atau setidaknya membuat mereka merasa lebih baik.
spiritual bypassing adalah bayang-bayang dalam spiritualitas, datang dalam berbagai bentuk, seringkali tidak disadari. Aspek spiritual bypass meliputi:
tak-melekat yang berlebihan,
menekan emosi,
mementingkan positif secara berlebihan,
kemarahan-fobia (alergi/takut untuk marah),
belas kasih yang berlebihan atau buta,
Batas2 yang lemah,
pengembangan diri yg tak seimbang (kecerdasan kognitif IQ seringkali jauh di atas kecerdasan emosional EQ dan moral),
menghakimi sisi negative atau gelap dari dirinya,
devaluasi relatif pribadi untuk spiritual (ngk ngerti nig?),
dan delusi merasa dirinya telah mencapai tingkat spiritual yang lebih tinggi dari yang sebenarnya.
bagian dari article
Copyright © 2010 by Robert Masters. Reprinted by permission of publisher. http://www.realitysandwich.com/spiritual_bypassing
[spoiler]Spiritual Addiction
by Adyashanti
A spiritual person can become addicted to spiritual highs and miss the experience of Truth. Spiritual addiction occurs when something great happens and it feels as if you have received a hit of a great drug. As soon as you have it, you want more. There is no drug more potent than spiritual experience. The intellectual component of this addiction is the belief that if you just had enough of these experiences, you would feel great all the time. It's like morphine. You get a hit of it in the hospital because you break your arm, and you think, "If I had a little drip going all the time, life would be relatively pleasant no matter what happens." Spiritual experiences often become like this, and the mind puts them into its familiar pattern, thinking, "If I had this experience all the time, that would be freedom."
Soon you find that your condition is not much better than that of a common drunk, except that drunks know they have a problem because it's not culturally acceptable to be a drunk. The spiritual person is very certain that there is no problem, that his or her inebriation is unlike the other forms of inebriation, and the whole point is to be spiritually inebriated forever. That's the mindset of an addict: "I got it and I lost it. I need it. I don't have it."
In our culture, with most kinds of addiction, the addict is understood to be miserable. But not in the spiritual world. The seeker is told that spiritual addiction is different from all the other addictions. You're not a junkie. You're a spiritual seeker.
This problem will last as long as there is something in you that holds out some hope for the high experience. When that begins to break down, you start to see that pleasant, wonderful, and uplifting experiences are somewhat like very pleasant and uplifting alcohol binges. They feel great for a short time, and then there is an equal and opposite reaction. The spiritual high is followed by a spiritual low. I have seen this in many students.
Once these high and low experiences have played themselves out for a long enough period of time, it starts to dawn on you that maybe the high spiritual experience is just a pendulum swing followed by a low experience. At some point, you may have an ordinary moment and get on to the fact that these pendulum swings are equal and opposite reactions. You realize it's impossible to sustain one part of the pendulum swing because its nature is to move back and forth. There's no way you are going to pin that pendulum to any one point. [/spoiler]
Kecanduan spiritual
by Adyashanti
Seseorang yang spiritual dapat menjadi kecanduan pada saat-saat spiritual yang tinggi/ menyenangkan dan tidak menyadari pengalaman akan Kebenaran. Kecanduan spiritual terjadi ketika sesuatu yang luar biasa terjadi, dan rasanya seolah-olah Anda telah menerima suntikan obat yang luar biasa. Segera setelah Anda memilikinya, Anda ingin lebih. Tidak ada obat yang lebih kuat daripada pengalaman spiritual. Komponen intelektual dari kecanduan ini adalah keyakinan bahwa jika Anda hanya memiliki cukup pengalaman ini, Anda akan merasa hebat sepanjang waktu. Ini seperti morfin. Anda mendapatkan suntikan di rumah sakit karena Anda mematahkan lengan Anda, dan Anda berpikir, "Jika aku punya sedikit obat ini sepanjang waktu, kehidupan akan relatif menyenangkan apa pun yang terjadi." Pengalaman spiritual sering menjadi seperti ini, dan pikiran menempatkan mereka ke dalam pola lazim, berpikir, "Jika aku punya pengalaman ini sepanjang waktu, itu adalah pembebasan."
Segera Anda menemukan bahwa kondisi anda tidak jauh lebih baik daripada seorang pemabuk, kecuali bahwa pemabuk tahu bahwa mereka memiliki masalah karena secara kultural tidak diterima untuk menjadi pemabuk. Orang yang spiritual sangat yakin bahwa tidak ada masalah, keadaan mabuk nya tidak seperti bentuk kemabukan yang lain, dan tujuannya adalah untuk menjadi mabuk secara spiritual untuk selamanya. Itulah pola pikir seorang pecandu: "Aku mendapatkannya dan aku kehilangan itu. Aku membutuhkannya. Aku tidak memilikinya. "
Dalam budaya kita, dengan sebagian besar jenis kecanduan, pecandu dipahami untuk menjadi sengsara. Tapi tidak di dunia spiritual. Orang itu diberitahu bahwa kecanduan spiritual adalah berbeda dari semua kecanduan lainnya. Kau bukan pecandu. Anda seorang pencari spiritual.
Masalah ini akan terus berlangsung selama dirimu masih berharap untuk mendapatkan pengalaman tinggi/luar biasa. Ketika itu mulai berlalu, Anda mulai melihat bahwa pengalaman menyenangkan, indah, dan membangkitkan semangat itu, seperti saat mabuk alkohol yang sangat menyenangkan dan menggembirakan. Mereka merasa luar biasa untuk waktu yang singkat, dan kemudian ada reaksi yang sama kuatnya dan bertolak belakang. Keadaan spiritual tinggi/menyenangkan diikuti oleh keadaan spiritual rendah/ tidak menyenangkan. Saya telah melihat ini di banyak siswa.
Setelah pengalaman tinggi dan rendah telah berlangsung untuk jangka waktu yang cukup lama, anda mungkin mulai sadar bahwa pengalaman spiritual yang tinggi hanyalah ayunan bandul diikuti dengan pengalaman spiritual rendah. Pada titik tertentu, Anda mungkin memiliki saat2 "biasa" dan menyadari bahwa ayunan bandul adalah reaksi yang sama kekuatannya dan berlawanan arahnya. Anda menyadari tidak mungkin untuk mempertahankan satu bagian dari ayunan bandul karena sifatnya adalah untuk bergerak maju mundur. Tidak mungkin Anda akan bisa menahan bandul itu di satu titik.
Quote from: dhammadinna on 31 October 2011, 04:22:42 PM
Kita tidak perlu menerka-nerka apakah ketenangan seseorang adalah sekadar pencitraan, karena ketidaktahuan, pandangan salah, atau karena ia (misalnya) adalah seorang Arahat. Biarkan saja dia begitu.
____________________
Btw, tadi saya kepikiran sesuatu tentang tricky mind. Sindrom Meditator Wanna Be, ditandai dengan oleh adanya 'keinginan menjadi'.
Tapi ketidak-inginan menjadi Meditator Wanna Be, adalah keinginan menjadi Non-Meditator Wanna Be. Intinya masih ada 'keinginan menjadi'.
Benar-benar tricky mind. Tentang ini, kalau ribet, gak perlu terlalu dipikirkan yak..
Jadi bagusnya gimana dong ?
tambahan dari spiritual addiction
http://www.psychicbutsane.com/positive-thinking-and-healing/how-to-avoid-spiritual-addiction-stay-grounded-on-your-spiritual-path
How to Avoid Spiritual Addiction & Stay Grounded on Your Spiritual Path
[spoiler]A couple of weeks ago I wrote an article entitled – Are you out of balance with your spirituality?
In that article, I listed some symptoms of being out of balance with spirituality.
What does it even mean to be out of balance with spirituality?
If you're out of balance with spirituality, it means that you are giving the spiritual side of existence too much importance in your life. You may spend all your time focusing on activities such as meditation, psychic development, and being immersed in that which is supernatural or otherworldly.
You may be so introverted and lost inside yourself that you find it difficult to relate to the rest of the world (when it's not about personal or spiritual development). And you may take your spirituality so seriously that you have forgotten to have fun in life too. If you are imbalanced in your spirituality, you will also find that you have neglected other, more earthy areas of your life such as making money and your social life.
If you relate to this description, then I advise that you read that article about spiritual imbalance before you continue reading this article about how to overcome it.
The types of people who are commonly out of balance with spirituality include:
1. Psychics; healers; other people who work in personal development (with a spiritual slant). It is easy to get out of balance with spirituality when you work in the spirit realm all day.
2. People who have gone through some sort of trauma in life and who are on a path of healing. These people may be addicted to healing experiences, spiritual growth and the highs that you get from connecting to spirit. These people will be spending so much time detoxing and healing, spiritually and emotionally, that they forget to live too.
3. People who dislike/hate something about their outside reality, but lack the motivation or courage to change it and find it easier to escape through the spiritual realm.
This article is written for those people who are seriously out of balance with spirituality, like the above groups.
Steps to lose an addiction to spirituality (without losing your spirituality)
If you recognize that you are out of balance, here are some lifestyle changes to help bring more balance back into your life. I'm sure you've heard recommendations to ground yourself such as 'walk on the grass in bare feet' etc. Those suggestions are good for people with a temporary imbalance but they are not good for people who are totally out of balance – such people will need to take bigger steps to redress the imbalance.
Note that one of the most effective ways to overcome a spiritual addiction is to get a healing session (such as a cord-cutting) and at the beginning of the session, set the intention to bring about more balance between your lower and upper chakras. Cutting a cord to someone who has caused you trauma or pain can make it easier for you to come back into your body.
Apart from that, here are some lifestyle suggestions to help bring more balance into your life:
________________________________________________________
Symptom of Imbalance #1: You feel lightheaded and spacey in your body.
Suggestion: Check in with your eating habits.
Your eating habits can either help tether you to the earth plane or they can destabilize and unground you.
Both veganism and raw veganism I find to be ungrounding for me, personally. Often people ask during spirit guide coaching if a raw or high raw vegan diet is right for them at this time and the answer is usually something along the lines of 'no, not unless you are willing to suffer some imbalance.' Being on that kind of diet as a psychic or very spiritual person requires a very strong foundation and a good connection to reality. If you don't have that, it will unbalance you.
I bring this issue up because many people do become drawn to a really pure and light diet when they begin to get interested in spirituality or psychic development. When you open your upper chakras, you might be drawn to giving up meat (the meat-eating students on my spirit guides coaching course often tell me that they notice an aversion to meat as the weeks go by).
Then as people become even more sensitive, they may be drawn to giving up fish. Then some people take it one step further and give up animal products. Some then feel drawn to giving up cooked food and become raw vegans. This is a natural (but rather extreme) progression and one I went through about 18 months ago. First, I was vegetarian, then vegan for a while, then I tried raw veganism for 2-3 weeks, twice. Now I have come full circle and I'm eating meat again. Some people have arguments against eating meat but this is the most grounding diet for me personally.
Other ways to unground yourself with your diet include...
Not eating enough and not eating regularly. Eating three good meals daily and at regular intervals is more grounding than eating small snacks here and there because it sends your energy out of your head and into your digestive system on a regular basis. If you miss meals regularly or if you fast, it isn't good for the lower chakras – or put in a non-jargon way, it's bad for you as a human being who is trying to stay tethered to the Earth plane. Regular eating connects us to the earth.
I am not a nutritionist (so the above definitely does not constitute nutritional advice). But it is what I've noticed with myself and working with other ungrounded people who are doing psychic development.
________________________________________________________
Symptom of Imbalance #2: You neglect your body habitually and you don't care about your personal appearance
Another Suggestion: Pay more attention to your body
A great way to take your focus away from your upper chakras and put it on your lower chakras is to treat and pamper your body (on an ongoing basis) and really pay it some attention.
Ways to do this include: spending more time and money on grooming – getting a new haircut, painting your nails; getting a pedicure or manicure; updating your wardrobe (throwing out all your old clothes that you no longer wear and getting some new ones that you love wearing and which make you feel great). Investing money and energy on your appearance and the way you feel in your body (instead of investing it in psychic development, spiritual growth or some such thing) will help to move energy out of your upper chakras. If you're very out of balance, it might be a good idea to set aside some of your budget each month especially to celebrate and take care of your physicality, beauty and appearance.
I know that this may seem not a very appealing task, especially if it's the middle of winter and you have no money but those are the times when you really need to go shopping (even if it's to the thrift/charity shop). I myself have been guilty of wearing jogging bottoms to work and brown and black all the time (especially in the winter and seeing as I work from home). But it's great for your sacral chakra if you can dress up in something beautiful and colourful more often, and allow yourself to wear nice things even if you're not leaving the house.
You have probably seen those TV shows where they take a drab, unhappy-looking person and turn them into someone who looks and feels ten times better because of their haircut and the way they dress. That's the power of spending time and money on your appearance – it gives yourself and others the message 'I honour, love and celebrate my physical aspect.' And that's important if you are out of balance with spirituality.
Another way to honour your physicality is to exercise regularly – walking is OK but something that raises your heart rate on a regular basis is even better. I walk a couple of miles per day but presently I don't have activities such as cardio which raise my heart rate. I have done in the past, though and I have noticed the difference it makes to feeling physically present.
________________________________________________________
Symptom of Imbalance #3: you don't want to do anything non-spiritual – it bores you.
Suggestion: Have some non-spiritual activities in your life whether it bores you or not.
This sounds obvious but having a variety of activities in your life (some of which are nothing to do with spirituality) is important. The reason why most people don't need this article is because most normal people have jobs that keep them grounded. If you work in personal development and spirituality (or if you work alone), you will need some sort of antidote to being in your head and to being alone. That antidote could be a fun hobby that you do regularly that brings you into contact with people you wouldn't normally meet.
If you are really out of balance, you WILL have lost the taste for non-spiritual activities and in that case, I suggest a healing session with a professional to help you to bring about more balance into your life. The taste for normal human activities is one that you need to recover bit by bit, and it comes back as you put your focus there for a while so don't worry if you are passionate about nothing but spirituality or your inner world for a while even as you explore other interests. The desire for more normal, human stuff will come back once you focus on it.
Another Suggestion: Make sure you have some non-spiritual people in your life
Make sure that you don't avoid social contact with people who don't share your worldview. In my opinion, being able to relate to people from all walks of life (including those who aren't overtly into personal or spiritual development) is important for balance. I know very spiritual people who don't like having friends who aren't spiritual but I think that you don't need to share your worldview with everyone. Not everyone needs to be acquainted with every single part of you that exists – after all, you are a multi-faceted person and there is more to you than your spirituality.
I agree that if you're very intimate with someone, you will probably want to share that part of you, but not with everyone who crosses your path. If you do, you can miss out on what you CAN share with other non-spiritual, non personal–development type people.
________________________________________________________
Symptom of Imbalance #4: you spend loads of time working on your beliefs, goals and plans but you rarely create real change in your life or accomplish anything
Suggestion: Get out of your head and just take the next obvious step in front of you.
When you have a lot of energy in your upper chakras, you may need to get something done, but you can be stuck in planning, visualizing, dreaming, theorizing, tying yourself up in knots and going nowhere fast with that. At those times, you will need to turn your brain and mind's eye off and just ask yourself – what is the next step that I could take now to move towards what I want (even if it is really a baby step). And take it. That takes you straight out of the realm of ideas and into the realm of action.
________________________________________________________
Symptom of Imbalance #5: The world seems like a very harsh and tragic place all the time
Suggestion: Stop taking everything so seriously and go and have some fun (stimulates the sacral chakra)
Spiritual, empathic people can feel people's plight and are often thinking about how to save the world. From there it's not an easy transition to having fun and seeing the light side of life, yet you need that too as a human being. Remember that life is not just a school and your purpose isn't to save the world from itself. Life is also a fun playground, so switch off from your spiritual mission and make sure you do something that really tickles you regularly. This isn't about going for a walk on your own or something dull like that. I mean real fun. Go and see a stand-up comedy act, see a friend who makes you laugh really hard, go dancing, etc. Connect with the naughty, fun and playful you. Find something that you can do regularly in your week to fill this need for fun and playing.
________________________________________________________
Symptom of Imbalance #6: You are neglecting the practical side of your life
Suggestion: Focus attention on your finances and physical survival (stimulates the root chakra)
Paperwork Overload Checking your bank balance every day is good because it connects you to your financial reality. Making a budget is very grounding because it reins your energy in and makes you aware of your present limitations, as unappealing as that will sound to most people.
Cleaning, organizing and tidying is especially good for grounding, as is attending to errands and all those little jobs you have been meaning to do for a while. Preparing food, cooking and baking are all very grounding too. All those aspects of physical life that you would rather run away from are exactly what you need to attend to, in order to stay grounded.
________________________________________________________
FINALLY...
All this talk of cooking, baking and budgeting is all helpful stuff to some degree, but let's get to the heart of the issue.
If you are out of balance with your spirituality (i.e. addicted to spirituality), you're running away from something or someone. Imbalanced spirituality is a form of escapism that can become an addiction.
What are you trying to escape from?
It could be a past situation that is too difficult to address and process in a normal, human, emotional way, so you spiritualize it. It could be someone who hurt you. In order to cope with such situations, people can begin to look for an explanation of why such things have happened to them. It's the spiritual person's version of finding God after something bad happens. Spirituality is something that should enrich your life, support you and guide you. But it should not be something you depend on like a crutch, an escape mechanism or something that stops you from living life to the fullest. You should not be obsessed with finding out WHY something happened to you or what you are learning from events. Those things can reveal themselves later, in good time.
Here's a good way of knowing what you could be escaping from:
What is the thing you still cry about for seemingly no reason? (especially when you're ill, feeling down or PMS-ing)
If you shy away from reality, is it because you have anxiety issues that stop you from having a life?
What is still breaking your heart if you're honest with yourself?
What do you dislike about your life that you want to change?
At some point, we all have wounds that make us want to stay in bed and hide away from the world. There are very few people who reach a certain age and have no wounds at all. Find out what yours are and address them in a human, emotional way. We can resolve things on the level of spirit, but we must bring the healing down into the emotional and physical plane for anything to change. Sometimes action needs to be taken to put them to bed.
If you feel your spiritual addiction is connected to something traumatic that happened in the past (or to someone else), you might want to think about booking a cord cutting session with me or with someone else. I am passionate about this technique because it is the one that has helped me most with overcoming my spiritual addiction.
What about you? What keeps you from engaging fully with life?[/spoiler]
let it go, menurut saya cukup menggambarkan keadaan untuk tidak melekat terhadap apapun yang muncul dalam diri.
membiarkan semanya berlalu tanpa melekati namun menyadari bahwa itu ada, muncul, dan akhirnya lenyap.
dengan tidak berpikir "bagaimana seorang meditator itu seharusnya", berarti juga mencoba membiarkan semuanya berjalan sebagaimana adanya.
Quote...
Tetapi di lain pihak, memaksakan dirinya untuk "harus ini harus itu" ...
kalau let it go diartikan sebagai "harus melepas", bisa jadi terjebak dalam spiritul bypass juga yah. :-?
Quote from: dhammadinna on 31 October 2011, 04:22:42 PM
Btw, tadi saya kepikiran sesuatu tentang tricky mind. Sindrom Meditator Wanna Be, ditandai dengan oleh adanya 'keinginan menjadi'.
Tapi ketidak-inginan menjadi Meditator Wanna Be, adalah keinginan menjadi Non-Meditator Wanna Be. Intinya masih ada 'keinginan menjadi'.
Benar-benar tricky mind. Tentang ini, kalau ribet, gak perlu terlalu dipikirkan yak..
jadi sebaiknya yang benar bagaimana cc? ;D
tapi nanti kalo cc kasi tau yang benarnya, pas praktek akan kebayang2 kata2nya cc, terus jadi spiritual bypass deh. :-?
biarkan saja semua berjalan sebagaimana adanya.
tapi keinginan untuk "membiarkan semua berjalan sebagaimana adanya" itu juga 'keinginan menjadi' ya cc?
[at] all: maaf saya belum mampu menjawabnya.
Quote from: bluppy on 31 October 2011, 08:18:12 PM
tambahan dari spiritual addiction
http://www.psychicbutsane.com/positive-thinking-and-healing/how-to-avoid-spiritual-addiction-stay-grounded-on-your-spiritual-path
How to Avoid Spiritual Addiction & Stay Grounded on Your Spiritual Path
[spoiler]A couple of weeks ago I wrote an article entitled – Are you out of balance with your spirituality?
In that article, I listed some symptoms of being out of balance with spirituality.
What does it even mean to be out of balance with spirituality?
If you're out of balance with spirituality, it means that you are giving the spiritual side of existence too much importance in your life. You may spend all your time focusing on activities such as meditation, psychic development, and being immersed in that which is supernatural or otherworldly.
You may be so introverted and lost inside yourself that you find it difficult to relate to the rest of the world (when it's not about personal or spiritual development). And you may take your spirituality so seriously that you have forgotten to have fun in life too. If you are imbalanced in your spirituality, you will also find that you have neglected other, more earthy areas of your life such as making money and your social life.
If you relate to this description, then I advise that you read that article about spiritual imbalance before you continue reading this article about how to overcome it.
The types of people who are commonly out of balance with spirituality include:
1. Psychics; healers; other people who work in personal development (with a spiritual slant). It is easy to get out of balance with spirituality when you work in the spirit realm all day.
2. People who have gone through some sort of trauma in life and who are on a path of healing. These people may be addicted to healing experiences, spiritual growth and the highs that you get from connecting to spirit. These people will be spending so much time detoxing and healing, spiritually and emotionally, that they forget to live too.
3. People who dislike/hate something about their outside reality, but lack the motivation or courage to change it and find it easier to escape through the spiritual realm.
This article is written for those people who are seriously out of balance with spirituality, like the above groups.
Steps to lose an addiction to spirituality (without losing your spirituality)
If you recognize that you are out of balance, here are some lifestyle changes to help bring more balance back into your life. I'm sure you've heard recommendations to ground yourself such as 'walk on the grass in bare feet' etc. Those suggestions are good for people with a temporary imbalance but they are not good for people who are totally out of balance – such people will need to take bigger steps to redress the imbalance.
Note that one of the most effective ways to overcome a spiritual addiction is to get a healing session (such as a cord-cutting) and at the beginning of the session, set the intention to bring about more balance between your lower and upper chakras. Cutting a cord to someone who has caused you trauma or pain can make it easier for you to come back into your body.
Apart from that, here are some lifestyle suggestions to help bring more balance into your life:
________________________________________________________
Symptom of Imbalance #1: You feel lightheaded and spacey in your body.
Suggestion: Check in with your eating habits.
Your eating habits can either help tether you to the earth plane or they can destabilize and unground you.
Both veganism and raw veganism I find to be ungrounding for me, personally. Often people ask during spirit guide coaching if a raw or high raw vegan diet is right for them at this time and the answer is usually something along the lines of 'no, not unless you are willing to suffer some imbalance.' Being on that kind of diet as a psychic or very spiritual person requires a very strong foundation and a good connection to reality. If you don't have that, it will unbalance you.
I bring this issue up because many people do become drawn to a really pure and light diet when they begin to get interested in spirituality or psychic development. When you open your upper chakras, you might be drawn to giving up meat (the meat-eating students on my spirit guides coaching course often tell me that they notice an aversion to meat as the weeks go by).
Then as people become even more sensitive, they may be drawn to giving up fish. Then some people take it one step further and give up animal products. Some then feel drawn to giving up cooked food and become raw vegans. This is a natural (but rather extreme) progression and one I went through about 18 months ago. First, I was vegetarian, then vegan for a while, then I tried raw veganism for 2-3 weeks, twice. Now I have come full circle and I'm eating meat again. Some people have arguments against eating meat but this is the most grounding diet for me personally.
Other ways to unground yourself with your diet include...
Not eating enough and not eating regularly. Eating three good meals daily and at regular intervals is more grounding than eating small snacks here and there because it sends your energy out of your head and into your digestive system on a regular basis. If you miss meals regularly or if you fast, it isn't good for the lower chakras – or put in a non-jargon way, it's bad for you as a human being who is trying to stay tethered to the Earth plane. Regular eating connects us to the earth.
I am not a nutritionist (so the above definitely does not constitute nutritional advice). But it is what I've noticed with myself and working with other ungrounded people who are doing psychic development.
________________________________________________________
Symptom of Imbalance #2: You neglect your body habitually and you don't care about your personal appearance
Another Suggestion: Pay more attention to your body
A great way to take your focus away from your upper chakras and put it on your lower chakras is to treat and pamper your body (on an ongoing basis) and really pay it some attention.
Ways to do this include: spending more time and money on grooming – getting a new haircut, painting your nails; getting a pedicure or manicure; updating your wardrobe (throwing out all your old clothes that you no longer wear and getting some new ones that you love wearing and which make you feel great). Investing money and energy on your appearance and the way you feel in your body (instead of investing it in psychic development, spiritual growth or some such thing) will help to move energy out of your upper chakras. If you're very out of balance, it might be a good idea to set aside some of your budget each month especially to celebrate and take care of your physicality, beauty and appearance.
I know that this may seem not a very appealing task, especially if it's the middle of winter and you have no money but those are the times when you really need to go shopping (even if it's to the thrift/charity shop). I myself have been guilty of wearing jogging bottoms to work and brown and black all the time (especially in the winter and seeing as I work from home). But it's great for your sacral chakra if you can dress up in something beautiful and colourful more often, and allow yourself to wear nice things even if you're not leaving the house.
You have probably seen those TV shows where they take a drab, unhappy-looking person and turn them into someone who looks and feels ten times better because of their haircut and the way they dress. That's the power of spending time and money on your appearance – it gives yourself and others the message 'I honour, love and celebrate my physical aspect.' And that's important if you are out of balance with spirituality.
Another way to honour your physicality is to exercise regularly – walking is OK but something that raises your heart rate on a regular basis is even better. I walk a couple of miles per day but presently I don't have activities such as cardio which raise my heart rate. I have done in the past, though and I have noticed the difference it makes to feeling physically present.
________________________________________________________
Symptom of Imbalance #3: you don't want to do anything non-spiritual – it bores you.
Suggestion: Have some non-spiritual activities in your life whether it bores you or not.
This sounds obvious but having a variety of activities in your life (some of which are nothing to do with spirituality) is important. The reason why most people don't need this article is because most normal people have jobs that keep them grounded. If you work in personal development and spirituality (or if you work alone), you will need some sort of antidote to being in your head and to being alone. That antidote could be a fun hobby that you do regularly that brings you into contact with people you wouldn't normally meet.
If you are really out of balance, you WILL have lost the taste for non-spiritual activities and in that case, I suggest a healing session with a professional to help you to bring about more balance into your life. The taste for normal human activities is one that you need to recover bit by bit, and it comes back as you put your focus there for a while so don't worry if you are passionate about nothing but spirituality or your inner world for a while even as you explore other interests. The desire for more normal, human stuff will come back once you focus on it.
Another Suggestion: Make sure you have some non-spiritual people in your life
Make sure that you don't avoid social contact with people who don't share your worldview. In my opinion, being able to relate to people from all walks of life (including those who aren't overtly into personal or spiritual development) is important for balance. I know very spiritual people who don't like having friends who aren't spiritual but I think that you don't need to share your worldview with everyone. Not everyone needs to be acquainted with every single part of you that exists – after all, you are a multi-faceted person and there is more to you than your spirituality.
I agree that if you're very intimate with someone, you will probably want to share that part of you, but not with everyone who crosses your path. If you do, you can miss out on what you CAN share with other non-spiritual, non personal–development type people.
________________________________________________________
Symptom of Imbalance #4: you spend loads of time working on your beliefs, goals and plans but you rarely create real change in your life or accomplish anything
Suggestion: Get out of your head and just take the next obvious step in front of you.
When you have a lot of energy in your upper chakras, you may need to get something done, but you can be stuck in planning, visualizing, dreaming, theorizing, tying yourself up in knots and going nowhere fast with that. At those times, you will need to turn your brain and mind's eye off and just ask yourself – what is the next step that I could take now to move towards what I want (even if it is really a baby step). And take it. That takes you straight out of the realm of ideas and into the realm of action.
________________________________________________________
Symptom of Imbalance #5: The world seems like a very harsh and tragic place all the time
Suggestion: Stop taking everything so seriously and go and have some fun (stimulates the sacral chakra)
Spiritual, empathic people can feel people's plight and are often thinking about how to save the world. From there it's not an easy transition to having fun and seeing the light side of life, yet you need that too as a human being. Remember that life is not just a school and your purpose isn't to save the world from itself. Life is also a fun playground, so switch off from your spiritual mission and make sure you do something that really tickles you regularly. This isn't about going for a walk on your own or something dull like that. I mean real fun. Go and see a stand-up comedy act, see a friend who makes you laugh really hard, go dancing, etc. Connect with the naughty, fun and playful you. Find something that you can do regularly in your week to fill this need for fun and playing.
________________________________________________________
Symptom of Imbalance #6: You are neglecting the practical side of your life
Suggestion: Focus attention on your finances and physical survival (stimulates the root chakra)
Paperwork Overload Checking your bank balance every day is good because it connects you to your financial reality. Making a budget is very grounding because it reins your energy in and makes you aware of your present limitations, as unappealing as that will sound to most people.
Cleaning, organizing and tidying is especially good for grounding, as is attending to errands and all those little jobs you have been meaning to do for a while. Preparing food, cooking and baking are all very grounding too. All those aspects of physical life that you would rather run away from are exactly what you need to attend to, in order to stay grounded.
________________________________________________________
FINALLY...
All this talk of cooking, baking and budgeting is all helpful stuff to some degree, but let's get to the heart of the issue.
If you are out of balance with your spirituality (i.e. addicted to spirituality), you're running away from something or someone. Imbalanced spirituality is a form of escapism that can become an addiction.
What are you trying to escape from?
It could be a past situation that is too difficult to address and process in a normal, human, emotional way, so you spiritualize it. It could be someone who hurt you. In order to cope with such situations, people can begin to look for an explanation of why such things have happened to them. It's the spiritual person's version of finding God after something bad happens. Spirituality is something that should enrich your life, support you and guide you. But it should not be something you depend on like a crutch, an escape mechanism or something that stops you from living life to the fullest. You should not be obsessed with finding out WHY something happened to you or what you are learning from events. Those things can reveal themselves later, in good time.
Here's a good way of knowing what you could be escaping from:
What is the thing you still cry about for seemingly no reason? (especially when you're ill, feeling down or PMS-ing)
If you shy away from reality, is it because you have anxiety issues that stop you from having a life?
What is still breaking your heart if you're honest with yourself?
What do you dislike about your life that you want to change?
At some point, we all have wounds that make us want to stay in bed and hide away from the world. There are very few people who reach a certain age and have no wounds at all. Find out what yours are and address them in a human, emotional way. We can resolve things on the level of spirit, but we must bring the healing down into the emotional and physical plane for anything to change. Sometimes action needs to be taken to put them to bed.
If you feel your spiritual addiction is connected to something traumatic that happened in the past (or to someone else), you might want to think about booking a cord cutting session with me or with someone else. I am passionate about this technique because it is the one that has helped me most with overcoming my spiritual addiction.
What about you? What keeps you from engaging fully with life?[/spoiler]
cc, g sekalian diartikan lagi. ;D
Hanya ingin menambahkan.
___________
Suatu hari Yang Mulia Anuruddha mendatangi Thera Sariputta dan berkata:
"Sahabat Sariputta, aku dapat melihat seribu alam semesta dengan mata-dewa yang sangat jernih yang mengungguli pandangan mata manusia biasa. Aku berusaha tanpa lengah; selalu penuh perhatian; tidak ada kegelisahan dalam diriku dan aku selalu tenang; pikiranku terpusat dan terkonsentrasi dengan baik. Tetapi batinku tidak mampu melepaskan kemelekatan (tanha) dan pandangan salah (ditthi), dan belum terbebas dari asava."
Kemudian Thera Sariputta membabarkan khotbah kepada Thera Anuruddha mengenai meditasi:
"Sahabat Anuruddha, fakta bahwa engkau secara sadar berpikir 'Aku dapat melihat seribu alam semesta dengan mata-dewa yang jernih dan mengungguli pandangan mata manusia biasa' membuktikan bahwa engkau memiliki keangkuhan (mana)."
"Sahabat Anuruddha, fakta bahwa engkau secara sadar berpikir 'Aku berusaha tanpa lengah; selalu penuh perhatian; tidak ada kegelisahan dalam diriku dan aku selalu tenang; pikiranku terpusat dan terkonsentrasi dengan baik,' membuktikan bahwa engkau memiliki kegelisahan (uddhacca)."
"Sahabat Anuruddha, fakta bahwa engkau secara sadar berpikir 'Tetapi batinku tidak mampu melepaskan kemelekatan dan pandangan salah dan belum terbebas dari asava' membuktikan bahwa engkau memiliki keraguan dan kekhawatiran' (samsaya-kukkucca)."
"Oleh karena itu aku ingin menasihati engkau sebagai berikut: 'Lepaskanlah tiga hal ini (keangkuhan, kegelisahan, dan keraguan) yang sedang berkembang dalam batinmu. Tanpa memedulikan hal-hal ini, arahkanlah batinmu ke arah keabadian (Nibbana)!"
Sumber: Riwayat Agung Para Buddha (buku ke 3, halaman 2687) (http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/biografi/Riwayat%20Agung%20Para%20Buddha%20Revisi%201%20-%20Buku%203.pdf)
Quote from: hemayanti on 31 October 2011, 09:01:08 PM
let it go, menurut saya cukup menggambarkan keadaan untuk tidak melekat terhadap apapun yang muncul dalam diri.
membiarkan semanya berlalu tanpa melekati namun menyadari bahwa itu ada, muncul, dan akhirnya lenyap.
dengan tidak berpikir "bagaimana seorang meditator itu seharusnya", berarti juga mencoba membiarkan semuanya berjalan sebagaimana adanya.kalau let it go diartikan sebagai "harus melepas", bisa jadi terjebak dalam spiritul bypass juga yah. :-?
jadi sebaiknya yang benar bagaimana cc? ;D
tapi nanti kalo cc kasi tau yang benarnya, pas praktek akan kebayang2 kata2nya cc, terus jadi spiritual bypass deh. :-?
biarkan saja semua berjalan sebagaimana adanya.
tapi keinginan untuk "membiarkan semua berjalan sebagaimana adanya" itu juga 'keinginan menjadi' ya cc?
"Jadi harus bagaimana?" <--- Ini adalah pertanyaan yang sulit untuk saya jawab. Tricky-mind harus kita sadari sendiri. Jalan keluarnya pun hanya bisa kita temukan sendiri. Siapapun yang menyadari hal ini, akhirnya harus mengakui bahwa seseorang harus cukup cerdas untuk menjadi buddhis.
Mengenai "let it go", banyak buku/ceramah (misalnya Ajahn Chah) yang mendengungkan "let it go". Tapi, walaupun sering membacanya, frasa tersebut seolah tidak ada artinya saat saya berhadapan langsung dengan pengalaman pribadi saya. Saya hanya tau bahwa istilah ini bukan seperti mantra melegakan, tapi merupakan kebijaksanaan Ajahn Chah yang tidak bisa saya copy-paste ke batin saya sendiri.
Kalau dipaksa copy-paste, ditambah bumbu Spiritual-bypass dan Tricky-mind, saya bukan
"let it go (membiarkannya berlalu)" tapi
"memaksa ia berlalu". Karena toh saya tidak suka, saya ingin dia cepat-cepat berlalu.
Ananta Toer mengatakan: "Dunia Kepengarangan adalah Petualangan Sendirian Menembus Hutan". Dan saya ingin copy beberapa katanya menjadi: "Praktik (perjalanan menembus dhamma) adalah Petualangan Sendirian Menembus Hutan".
Walaupun Buddha dan siswa-Nya memaparkan sesuatu tentang "melepas", tapi pada akhirnya kita tetap harus melakukan perjalanan itu sendiri untuk menemukan bagaimana "melepas" itu sebenarnya. Demikian pula tentang tricky-mind dan jalan keluarnya.
setuju cc.
pengalaman spiritual setiap orang pasti berbeda.
Quote from: dhammadinna on 31 October 2011, 04:22:42 PM
Btw, tadi saya kepikiran sesuatu tentang tricky mind. Sindrom Meditator Wanna Be, ditandai dengan oleh adanya 'keinginan menjadi'.
Tapi ketidak-inginan menjadi Meditator Wanna Be, adalah keinginan menjadi Non-Meditator Wanna Be. Intinya masih ada 'keinginan menjadi'.
Benar-benar tricky mind. Tentang ini, kalau ribet, gak perlu terlalu dipikirkan yak..
mungkin keinginan menjadi Non-Meditator Wanna Be itu bukan 'keinginan menjadi'(bhava tanha) yah cc??
sepertinya lebih kepada 'keinginan untuk tidak menjadi'(vibhava tanha)??
CMIIW
tambahan dari spiritual addiction
http://www.psychicbutsane.com/positive-thinking-and-healing/how-to-avoid-spiritual-addiction-stay-grounded-on-your-spiritual-path
How to Avoid Spiritual Addiction & Stay Grounded on Your Spiritual Path
Quote from: hemayanti on 02 November 2011, 01:11:50 PM
cc, g sekalian diartikan lagi. ;D
[spoiler]Beberapa minggu lalu saya menulis sebuah artikel berjudul - Apakah Anda mengalami ketidak-seimbangan dengan spiritualitas Anda?
Dalam artikel tersebut, saya mencatat beberapa gejala ketidak-seimbangan dalam spiritualitas.
apakah artinya menjadi tidak-seimbang dengan spiritualitas?
Jika Anda tidak seimbang dengan spiritualitas, itu berarti bahwa Anda memberi terlalu banyak kepentingan untuk sisi spiritual dalam hidup Anda. Anda dapat menghabiskan seluruh waktu Anda berfokus pada kegiatan-kegiatan seperti meditasi, perkembangan psikis, dan menjadi tenggelam dalam supranatural atau dunia lain.
Anda mungkin begitu tertutup dan tenggelam di dalam diri Anda sendiri, Anda merasa sulit untuk berhubungan dengan dunia luar (ketika itu bukan sesuatu tentang pengembangan pribadi atau spiritual). Dan Anda menganggap spiritualitas Anda terlalu serius sehingga Anda lupa untuk juga bersenang-senang dalam hidup. Jika Anda tidak seimbang dalam spiritualitas Anda, Anda juga akan menemukan bahwa Anda telah mengabaikan hal lainnya, daerah yang lebih realistik dalam kehidupan Anda seperti membuat uang dan kehidupan sosial Anda.
Jika Anda merasa mirip dengan deskripsi ini, maka saya menyarankan Anda membaca artikel tentang ketidakseimbangan rohani sebelum Anda melanjutkan membaca artikel ini tentang bagaimana untuk mengatasinya.
Jenis orang yang umumnya tidak seimbang dengan spiritualitas meliputi:
1. Paranormal, penyembuh, orang lain yang bekerja dalam pengembangan pribadi (dengan kecondongan spiritual). Sangat mudah untuk keluar dari keseimbangan dengan spiritualitas ketika Anda bekerja di alam roh sepanjang hari.
2. Orang-orang yang telah melalui semacam trauma dalam hidup dan yang berada di jalan penyembuhan. Ini orang mungkin kecanduan pengalaman penyembuhan, pertumbuhan rohani, dan pengalaman tinggi/menyenangkan yang Anda dapatkan dari berhubungan dengan roh. Orang-orang ini akan menghabiskan begitu banyak waktu untuk detoksifikasi dan penyembuhan spiritual dan emosional, sehingga mereka lupa untuk menjalani hidup.
3. Orang yang tidak menyukai / membenci sesuatu tentang realitas lingkungan mereka, tetapi tidak memiliki motivasi atau keberanian untuk mengubahnya dan merasa lebih mudah untuk melarikan diri melalui dunia spiritual.
Artikel ini ditulis untuk orang-orang tidak seimbang dengan spiritualitas, seperti kelompok-kelompok di atas.
Langkah-langkah untuk menghilangkan kecanduan spiritualitas (tanpa kehilangan spiritualitas Anda)
Jika Anda menyadari bahwa Anda tidak seimbang, berikut adalah beberapa perubahan gaya hidup untuk membantu membawa keseimbangan kembali ke hidup Anda. Saya yakin Anda pernah mendengar rekomendasi 'berjalan di rumput di kaki telanjang' dll. Itu adalah saran yang baik untuk orang-orang dengan sedikit ketidakseimbangan, tapi tidak efektif untuk orang-orang yang benar-benar tidak seimbang. Mereka perlu mengambil langkah-langkah lebih besar untuk memperbaiki ketidakseimbangan.
Perhatikan bahwa salah satu cara paling efektif untuk mengatasi kecanduan spiritual adalah untuk mendapatkan sesi penyembuhan (seperti memotong kabel) dan pada awal sesi, mengatur niat untuk membawa keseimbangan yang lebih antara chakra bawah dan atas. Pemotongan kabel untuk seseorang yang telah menyebabkan trauma atau nyeri Anda dapat membuat lebih mudah bagi Anda untuk kembali ke tubuh Anda.
Selain itu, di sini adalah beberapa saran gaya hidup untuk membantu membawa lebih banyak keseimbangan dalam hidup Anda:
________________________________________________________
Gejala Ketidakseimbangan # 1: Anda merasa pening dan linglung dalam tubuh Anda.
Saran: Check kebiasaan makan Anda.
Kebiasaan makan Anda dapat membantu menambatkan Anda di bumi atau dapat mengacaukan dan unground Anda. (unground = harafiah berarti tidak berada di tanah, mungkin seperti Out of Body Expericence, melayang, berhubungan dengan spirit)
Untuk saya pribadi, veganisme dan veganisme mentah membuat saya ungrounding. Sering orang bertanya pada "kelas pembinaan panduan roh", jika pola makan vegan mentah atau vegan mentah yang ekstrim cocok bagi mereka saat ini, dan jawabannya biasanya adalah 'tidak. Kecuali Anda bersedia untuk menderita beberapa ketidakseimbangan. " Orang psikis atau yang sangat spiritual, membutuhkan landasan yang sangat kuat dan koneksi yang baik dengan realitas untuk menjalani diet seperti ini. Jika Anda tidak memiliki itu, akan terjadi ketidakseimbangan pada Anda.
Saya mengangkat masalah hal ini karena banyak orang menjadi tertarik pada diet yang benar-benar murni dan ringan, ketika mereka mulai tertarik pada spiritualitas atau pengembangan psikis. Ketika Anda membuka chakra atas Anda, Anda mungkin tertarik untuk berhenti makan daging (siswa yang non vegetarian pada "kelas pembinaan panduan roh", sering mengatakan kepada saya bahwa mereka merasa enggan untuk makan daging setelah beberapa minggu berlalu).
Kemudian semakin orang itu menjadi lebih sensitif, mereka mungkin tertarik untuk tidak lagi memakan ikan. Kemudian beberapa orang mengambil langkah lebih jauh lagi, dan tidak memakan produk hewani. Beberapa kemudian merasa tertarik untuk tidak makan masakan yang dimasak dan menjadi vegan mentah. Ini adalah perkembangan (tapi agak ekstrim) alami dan yang saya lalui sekitar 18 bulan yang lalu. Pertama, saya vegetarian, kemudian vegan(tidak makan susu, telur) untuk sementara waktu, kemudian saya mencoba veganisme mentah selama 2-3 minggu, sebanyak dua kali. Sekarang aku telah melewati lingkaran penuh dan mulai makan daging lagi. Beberapa orang memiliki argumen yang menentang memakan daging, tapi ini adalah pola makan yang paling grounding bagi saya pribadi.
Cara lain untuk unground diri dengan diet Anda termasuk ...
Tidak cukup makan dan tidak makan secara teratur. Makan tiga kali setiap hari dan secara teratur adalah lebih baik daripada mengemil makanan kecil di sana-sini, karena mengirimkan energi Anda keluar dari kepala Anda dan ke dalam sistem pencernaan Anda secara teratur. Jika Anda melewatkan makan teratur atau jika Anda cepat, itu tidak baik untuk chakra bawah. Itu buruk untuk Anda sebagai manusia yang mencoba untuk tetap ditambatkan di Bumi/ tanah. Makan yang teratur menghubungkan kita ke bumi.
Saya bukan ahli gizi (jadi di atas jelas tidak merupakan nasihat gizi). Tapi itu adalah apa yang saya lihat dengan diriku sendiri dan orang-orang ungrounded lain yang melakukan pengembangan psikis.
________________________________________________________
Gejala Ketidakseimbangan # 2: Anda terbiasa mengabaikan tubuh Anda dan Anda tidak peduli tentang penampilan pribadi Anda
Saran lain: lebih memperhatikan tubuh Anda
Sebuah cara yang bagus untuk mengubah fokus Anda dari"chakra atas" ke "cakra bawah" adalah untuk mengobati dan memanjakan tubuh Anda (secara berkelanjutan) dan benar-benar memberi perhatian padanya.
Cara untuk melakukan hal ini mencakup: menghabiskan lebih banyak waktu dan uang pada perawatan - mendapatkan potongan rambut baru, cat kuku Anda, mendapatkan pedicure atau manicure, memperbarui lemari pakaian Anda (membuang semua pakaian lama Anda yang tidak lagi dipakai, dan mendapatkan beberapa baju baru yang Anda suka pakai dan yang membuat Anda merasa hebat). Investasi uang dan energi pada penampilan Anda dan tubuh Anda (bukan berinvestasi dalam perkembangan psikis, pertumbuhan rohani atau hal- hal tersebut) akan membantu untuk memindahkan energi dari chakra bagian atas. Jika Anda sangat tidak seimbang, mungkin ide yang baik untuk menyisihkan sebagian dari anggaran Anda setiap bulan terutama untuk merayakan dan merawat, kecantikan fisik dan penampilan Anda.
Saya tahu bahwa ini mungkin tampak bukan tugas yang sangat menarik, terutama jika itu adalah pertengahan musim dingin dan Anda tidak memiliki uang, tetapi ini adalah saat-saat Anda benar-benar perlu untuk pergi belanja (bahkan jika itu ke toko barang bekas / amal). Saya sendiri merasa bersalah karena memakai celana joging untuk bekerja dan atasan coklat dan hitam sepanjang waktu (terutama di musim dingin dan saya hanya bekerja dari rumah). Tapi itu bagus untuk chakra sakral Anda jika Anda bisa lebih sering berdandan sesuatu yang indah dan berwarna-warni, dan biarkan diri Anda untuk memakai hal-hal yang menyenangkan bahkan jika Anda tidak meninggalkan rumah.
Anda mungkin telah melihat TV yang menunjukkan di mana mereka mengubah seseorang yang kusam menjadi orang yang terlihat dan terasa sepuluh kali lebih baik karena potongan rambut mereka dan cara mereka berpakaian. Itulah kekuatan menghabiskan waktu dan uang pada penampilan Anda - ini memberi Anda dan orang lain pesan "aku menghormati, mencintai dan merayakan aspek fisik saya. " Dan itu penting jika Anda tidak seimbang dengan spiritualitas.
Cara lain untuk menghormati fisik Anda adalah dengan berolahraga secara teratur - berjalan adalah OK, tetapi sesuatu yang meningkatkan detak jantung Anda secara teratur bahkan lebih baik. Aku berjalan beberapa mil per hari, tetapi saat ini saya tidak melakukan kegiatan cardio yang meningkatkan detak jantung saya. Saya telah melakukannya di masa lalu, dan saya telah melihat perbedaannya, merasa hadir secara fisik.
________________________________________________________
Gejala Ketidakseimbangan # 3: Anda tidak ingin melakukan apa pun yang non-spiritual - itu membosankan Anda.
Saran: Memiliki beberapa kegiatan non-spiritual dalam hidup Anda apakah itu membosankan Anda atau tidak.
Ini terdengar jelas, tetapi memiliki berbagai kegiatan dalam hidup Anda (beberapa di antaranya tidak ada hubungannya dengan spiritualitas) adalah penting. Alasan mengapa kebanyakan orang tidak perlu artikel ini adalah karena orang normal kebanyakan memiliki pekerjaan yang membuat mereka tetap membumi. Jika Anda bekerja dalam pengembangan pribadi dan spiritualitas (atau jika Anda bekerja sendiri), Anda akan memerlukan beberapa jenis obat penawar untuk tidak terus berada di kepala Anda dan beraktivitas sendirian. Penawar ini mungkin hobi yang menyenangkan yang Anda lakukan secara teratur, yang akan membawa Anda melakukan kontak dengan orang-orang biasanya tidak akan Anda temui.
Jika Anda benar-benar tidak seimbang, Anda telah kehilangan minat untuk kegiatan non-spiritual, dan dalam hal itu saya sarankan sesi penyembuhan dengan seorang profesional untuk membantu Anda untuk membawa keseimbangan ke dalam hidup Anda. kegiatan manusia normal adalah yang Anda perlukan untuk pulih sedikit demi sedikit, dan ia datang kembali ketika anda menaruh fokus Anda di sana untuk beberapa waktu. Jadi jangan khawatir jika saat melakukan aktivitas lain, Anda tidak bersemangat terhadapnya, dan hanya tertarik pada hal spiritualitas atau dunia batin Anda. keinginan untuk melakukan hal-hal yang lebih normal, hal-hal manusia akan datang kembali setelah Anda fokus pada hal itu.
Saran lain: Pastikan Anda memiliki beberapa non-spiritual orang dalam kehidupan Anda
Pastikan bahwa Anda tidak menghindari kontak sosial dengan orang yang tidak berbagi pandangan dunia Anda. Menurut pendapat saya, mampu berhubungan dengan orang dari semua lapisan masyarakat (termasuk mereka yang tidak terang-terangan dalam pengembangan pribadi atau rohani) adalah penting untuk keseimbangan. Saya tahu orang-orang yang sangat spiritual yang tidak suka memiliki teman yang tidak rohani, tetapi saya berpikir bahwa Anda tidak perlu untuk berbagi pandangan dengan semua orang. Tidak semua orang perlu mengenal setiap bagian dari Anda yang, Anda adalah orang yang banyak sisi dan ada lebih bagian dari Anda selain spiritualitas Anda.
Saya setuju bahwa jika Anda sangat intim dengan seseorang, Anda mungkin akan ingin berbagi bagian dari Anda, tetapi tidak dengan semua orang yang melintasi jalan Anda. Jika Anda melakukannya, Anda dapat kehilangan berbagi dengan pribadi orang-orang tipe non-spiritual, non-pengembangan.
________________________________________________________
Gejala Ketidakseimbangan # 4: Anda menghabiskan banyak waktu membuat gol, rencana dan waktu untuk kepercayaaan/keyakinan anda, tetapi Anda jarang membuat perubahan nyata dalam hidup Anda atau mencapai apa-apa
Saran: keluar dari kepala Anda dan ambil langkah jelas selanjutnya.
Bila Anda memiliki banyak energi di chakra bagian atas, Anda mungkin perlu untuk melakukan sesuatu, tetapi Anda dapat terjebak dalam perencanaan, visualisasi, bermimpi, berteori, mengikat diri dalam ikatan dan tidak maju ke mana-mana. Pada saat-saat ini, Anda perlu berhenti memutar otak dan mata pikiran. Dan hanya bertanya pada diri sendiri - apa langkah berikutnya yang bisa ambil ambil sekarang, untuk bergerak ke arah apa yang saya inginkan (bahkan jika itu benar-benar sebuah langkah kecil). Dan melakukannya. Yang akan membawa Anda langsung dari ide ke tindakan.
________________________________________________________
Gejala Ketidakseimbangan # 5: Dunia tampaknya seperti tempat yang sangat keras dan tragis sepanjang waktu
Saran: Hentikan sikap yang terlalu serius dan pergi dan bersenang-senang (merangsang chakra sakral)
Orang yang spiritual, empatik bisa merasakan penderitaan masyarakat dan sering berpikir tentang bagaimana untuk menyelamatkan dunia. Dari sana itu bukan transisi yang mudah untuk bersenang-senang dan melihat sisi terang kehidupan, namun Anda perlu itu juga sebagai manusia. Ingatlah bahwa hidup bukan hanya sekolah dan tujuan Anda bukan untuk menyelamatkan dunia dari dirinya sendiri. Hidup juga merupakan taman bermain menyenangkan, jadi berhenti sementara dari misi spiritual Anda dan pastikan Anda melakukan sesuatu yang benar-benar menyenangkan bagi Anda secara teratur. Ini bukan seperti pergi berjalan kaki sendiri atau sesuatu yang membosankan seperti itu. Maksudku menyenangkan. Pergi dan melihat acara komedi stand-up, bertemu seorang teman yang membuat Anda tertawa sangat keras, pergi menari, dll. Bertemanlah dengan sisi Anda nakal, menyenangkan dan lucu. Temukan sesuatu yang dapat Anda lakukan secara teratur setiap minggu untuk mengisi kebutuhan bersenang-senang dan bermain.
________________________________________________________
Gejala Ketidakseimbangan # 6: Anda adalah mengabaikan sisi praktis dari kehidupan Anda
Saran: Fokus perhatian pada keuangan Anda dan kelangsungan hidup fisik (merangsang chakra akar)
Memeriksa dokumen saldo bank Anda setiap hari adalah baik karena menghubungkan Anda dengan realitas keuangan Anda. Membuat anggaran sangat grounding karena mengendalikan energi dan membuat Anda menyadari keterbatasan Anda sekarang, walaupun bagi kebanyakan orang ini kedengarannya tidak menarik.
Membersihkan, mengatur dan merapikan sangat baik untuk grounding, seperti tugas2 dan semua pekerjaan2 yang anda telah anda pikirkan untuk dikerjakan. Menyiapkan makanan, memasak dan memanggang semua sangat grounding juga. Semua aspek kehidupan fisik yang Anda lebih suka tinggalkan, ini adalah persis apa yang Anda butuhkan untuk tetap membumi (grounding).
________________________________________________________
AKHIRNYA ...
Semua ini berbicara tentang memasak, memanggang dan penganggaran adalah semua hal yang membantu untuk beberapa derajat, tapi mari kita ke jantung masalah.
Jika Anda berada di luar keseimbangan dengan spiritualitas Anda (yaitu kecanduan spiritualitas), Anda melarikan diri dari sesuatu atau seseorang. Spiritualitas seimbang adalah bentuk pelarian yang dapat menjadi kecanduan.
Apa yang Anda coba untuk lari dari?
Ini bisa menjadi situasi di masa lalu yang terlalu sulit untuk di proses dengan cara emosional, sehingga Anda meng-spiritualisasi hal itu. Ini mungkin tentang seseorang yang menyakiti Anda. Dalam rangka mengatasi situasi seperti ini, seseorang mulai mencari penjelasan mengapa hal-hal seperti ini terjadi pada mereka. Ini seperti orang yang spiritual menemukan Tuhan setelah sesuatu yang buruk terjadi. Spiritualitas adalah sesuatu yang harus memperkaya hidup Anda, mendukung dan membimbing Anda. Tapi itu tidak harus sesuatu yang Anda tergantung pada seperti penopang, mekanisme melarikan diri atau sesuatu yang menghentikan Anda dari menjalani hidup dengan penuh. Anda tidak harus terobsesi dengan mencari tahu MENGAPA sesuatu terjadi padamu atau apa yang Anda pelajari dari peristiwa. Hal-hal yang itu akan terungkap di kemudian hari, pada waktu yang tepat.
Berikut cara yang baik untuk mengetahui apa yang Anda melarikan diri dari:
Apa hal yang Anda membuat anda menangis walaupun tampaknya tidak ada alasan khusus? (Terutama ketika Anda sedang sakit, merasa down atau PMS)
Jika Anda menghindar dari kenyataan, apakah itu karena Anda memiliki masalah kecemasan yang menghentikan Anda dari memiliki kehidupan?
Apa yang masih menyakitkan hati Anda jika Anda ingin jujur dengan diri sendiri?
Apa yang tidak Anda sukai tentang kehidupan Anda yang ingin Anda ubah?
Pada titik tertentu, kita semua memiliki luka yang membuat kita ingin tinggal di tempat tidur dan menyembunyikan diri dari dunia. Ada sangat sedikit orang yang mencapai usia tertentu dan tidak memiliki luka sama sekali. Cari tahu apa masalah anda dan terangkan dengan cara emosial, manusiawi. Kita bisa menyelesaikan hal-hal di tingkat roh, tetapi kita harus membawa penyembuhan di tingkat emosional dan fisik untuk melakukan perubahan. Kadang-kadang tindakan yang perlu diambil untuk menyelesaikannya.
Jika Anda merasa kecanduan rohani Anda terhubung ke sesuatu yang traumatis yang terjadi di masa lalu (atau untuk orang lain), Anda mungkin ingin untuk berpikir tentang pemesanan "sesi memotong kabel" dengan saya atau dengan orang lain. Saya bersemangat tentang teknik ini karena itu adalah salah satu cara yang paling membantu saya mengatasi kecanduan rohani saya.
Bagaimana dengan Anda? Apa yang membuat Anda terlibat sepenuhnya dengan dari kehidupan?
[/spoiler]
note: penulis artikel di atas adalah seorang pysic/cenayang. Jadi sering digunakan kata "spriritual" yang artinya mungkin berkomunikasi dengan spirit, bukan spiritual dalam arti agama/kepercayaan. Kata "ungrounding" harafiah berarti "tidak berpijak di tanah" mungkin berarti Out of Body experience, roh melayang, atau berkomunikasi dengan spirit/roh. Kata "grounding" adalah kebalikannya.
Tapi mungkin ada hal2 yg bisa diambil maknanya, silahkan pembaca memutuskan sendiri
Quote from: will_i_am on 04 November 2011, 11:38:05 PM
mungkin keinginan menjadi Non-Meditator Wanna Be itu bukan 'keinginan menjadi'(bhava tanha) yah cc??
sepertinya lebih kepada 'keinginan untuk tidak menjadi'(vibhava tanha)??
CMIIW
Saya kurang paham tentang (vi)bhava-tanha. Saya googling, vibhava-tanha = craving for non-existence? Ada juga yang mengatakan vibhava-tanha = kebencian akan pengalaman tidak menyenangkan ???
Kalau memang vibhava-tanha = craving fo non-existence, berarti bukan itu yang saya maksudkan.
Keinginan menjadi non-meditator-wanna-be, adalah bentuk "keinginan-menjadi" juga. Yaitu keinginan menjadi sosok yang berbeda. Misalnya, suatu saat kita gelisah. Ada suatu
pemahaman keliru bahwa gelisah itu 'haram'. Dengan satu dan lain cara, kita menolak untuk melihat perasaan gelisah itu. Kita berusaha menjadi tenang, karena kita ingin menjadi orang yang tenang, bukan orang yang gelisah.
___________
Kalau kamu pernah nonton
My Strange Addiction, di sana banyak contoh di mana orang-orang menjadi tenang dengan cara yang salah (misalnya, ada yang tenang dengan menghirup bensin. Jadi dia kemana-mana membawa botol kecil yang isinya bensin. Setiap kali gelisah, dia akan membuka botol tersebut dan menghirupnya).
Kita mungkin tidak se-ekstrem itu, tapi tetap ada kecanduan atau pelarian tertentu jika kita berusaha menjadi tenang (karena menolak kegelisahan).
Kalau seandainya saya untuk saat ini lebihbanyak tertarik untuk membaca sesuatu yang berhubungan dengan spiritual (Dhamma), apakah hal ini adalah spiritual addiction ?
Quote from: dhammadina
Keinginan menjadi non-meditator-wanna-be, adalah bentuk "keinginan-menjadi" juga. Yaitu keinginan menjadi sosok yang berbeda. Misalnya, suatu saat kita gelisah. Ada suatu pemahaman keliru bahwa gelisah itu 'haram'. Dengan satu dan lain cara, kita menolak untuk melihat perasaan gelisah itu. Kita berusaha menjadi tenang, karena kita ingin menjadi orang yang tenang, bukan orang yang gelisah.
menarik.
hal yang ingin saya tanyakan adalah, apakah keinginan untuk menjadi tenang itu merupakan hal yang baik atau hal yang buruk?
Quote from: Kang_Asep on 07 November 2011, 09:46:09 AM
menarik.
hal yang ingin saya tanyakan adalah, apakah keinginan untuk menjadi tenang itu merupakan hal yang baik atau hal yang buruk?
Quote from: hemayanti on 23 October 2011, 01:06:26 PM
keinginan itu terbagi menjadi dua jenis, dhamma chanda dan tanha.
Dhamma Chanda adalah keinginan yang luhur, yang mengarah kepada pembebasan (alobha, adosa, dan amoha), ciri2nya adalah:
1. keingian timbul semata-mata dilandasi manfaat
2. membawa pada usaha dan perbuatan
3. ditemukan pada refleksi kebijaksanaan (panna)
Tanha adalah keinginan rendah, yang sarat dengan keserakahan, kebencian dan kebodohan batin, ciri2nya adalah:
1. keinginan timbul semata-mata mengikuti perasaan dan emosi
2. membawa pada pencarian objek yang mengikuti kepentingan hawa nafsu pribadi dan didukung serta dikembangkan oleh kebodohan
karena untuk saya sendiri keinginan untuk menjadi tenang
mengikuti kebiasaan/perasaan. Jadi memang ada kebiasaan lari dari perasaan negatif. Kalo udah bosan, gelisah pengennya ngemil, baca buku, buka DC, dll. Kalo muncul kemarahan, kebencian pengennya lari ke meditasi, mencari ketenangan sementara. Walaupun tau teori Vipassana "mengamati apa adanya", tapi dalam realitas, masih belum ideal ...
tapi keadaan seperti ini tergantung masing2 org
kalo untuk saya, perasaan mencari ketenangan ini,
saya kategorikan ke tanha, tapi tanha yang halus
Quote from: Kang_Asep on 07 November 2011, 09:46:09 AM
menarik.
hal yang ingin saya tanyakan adalah, apakah keinginan untuk menjadi tenang itu merupakan hal yang baik atau hal yang buruk?
Kalau ketenangan (yang adalah suatu bentuk Perasaan menyenangkan) didambakan, diinginkan,
dijadikan tujuan, maka hal tersebut adalah tidak bermanfaat. Bukankah Perasaan itu sendiri tidak kekal?
Quote from: rooney on 07 November 2011, 09:21:20 AM
Kalau seandainya saya untuk saat ini lebihbanyak tertarik untuk membaca sesuatu yang berhubungan dengan spiritual (Dhamma), apakah hal ini adalah spiritual addiction ?
kayaknya kalau hanya begitu, belum tuh...
Quote from: dhammadinna on 07 November 2011, 09:13:14 AM
Keinginan menjadi non-meditator-wanna-be, adalah bentuk "keinginan-menjadi" juga. Yaitu keinginan menjadi sosok yang berbeda. Misalnya, suatu saat kita gelisah. Ada suatu pemahaman keliru bahwa gelisah itu 'haram'. Dengan satu dan lain cara, kita menolak untuk melihat perasaan gelisah itu. Kita berusaha menjadi tenang, karena kita ingin menjadi orang yang tenang, bukan orang yang gelisah.
eh salah, ini contoh keinginan menjadi meditator-wanna-be hehe.. ;D Saat ini saya belum kepikiran contoh yang bagus tentang keinginan menjadi non-meditator-wanna-be. Nanti kalo kepikiran, akan saya posting lagi..
Quote from: bluppy on 07 November 2011, 11:27:56 AM
karena untuk saya sendiri keinginan untuk menjadi tenang mengikuti kebiasaan/perasaan. Jadi memang ada kebiasaan lari dari perasaan negatif. Kalo udah bosan, gelisah pengennya ngemil, baca buku, buka DC, dll. Kalo muncul kemarahan, kebencian pengennya lari ke meditasi, mencari ketenangan sementara. Walaupun tau teori Vipassana "mengamati apa adanya", tapi dalam realitas, masih belum ideal ...
tapi keadaan seperti ini tergantung masing2 org
kalo untuk saya, perasaan mencari ketenangan ini,
saya kategorikan ke tanha, tapi tanha yang halus
menurut saya, yang dibold itu adalah chanda, bukan tanha.
karena meditasi itu sendiri adalah hal yang positif, dalam kondisi itu cc berusaha untuk melakukan hal2 yang positif demi menekan dan mengurangi perasaan2 negatif yang muncul.
ini butuh perjuangan lho, harus diusahakan. jarang ada orang yang ketika marah, jengkel, lalu lari ke meditasi, ini butuh usaha, putuh perjuangan, dilandasi oleh manfaat.
Quote1. keingian timbul semata-mata dilandasi manfaat
2. membawa pada usaha dan perbuatan
3. ditemukan pada refleksi kebijaksanaan (panna)
kalo orang yang marah, jengkel, lalu kemudian memaki, membentak2, berkata kasar, membanting2 barang dan sebagainya hal2 negatif, itu adalah tanha,
Quote1. keinginan timbul semata-mata mengikuti perasaan dan emosi
2. membawa pada pencarian objek yang mengikuti kepentingan hawa nafsu pribadi dan didukung serta dikembangkan oleh kebodohan
kalo cc bilang itu ketenangan yang sementara, lalu seperti apa ketenangan yang tidak sementara itu?
saya pribadi berpikir itu adalah nibbana.
ada satu cerita yang menggambarkan tentang meditasi.
sangat sederhana, tapi cukup menyentuh buat saya, tunggu saya ketikkan ya cc.
saya pribadi berpikir, tidak perlulah kita merasa terlalu khawatir, apakah tindakan kita ini termasuk spiritual bypass, spiritual addiction, dan sebagainya. mungkin karena pengetahuan saya masih jauh dibawah. tapi saat ini saya lebih beranggapan bahwa apapun yang membawa manfaat bagi kita, yang dengan melakukan itu bisa membuat kita menjadi lebih baik, membuat kita lebih memiliki pengendalian diri, itu adalah patut untuk kita lakukan.
QuoteWalaupun tau teori Vipassana "mengamati apa adanya", tapi dalam realitas, masih belum ideal ...
menurut saya. latihan itu harus diusahakan setahap demi setahap cc, menuntut diri sendiri untuk menjadi baik dan melakukan hal yang benar sesuai dengan keingian kita itu hanya akan mengacaukan semuanya. apa adanya ya apa adanya, kalo meditasi yang kita jalankan masih belum apa adanya, ya begitulah. meditasi apa adanya, ya belum apa adanya. memaksakan untuk apa adanya malah akan menjadi tidak apa adanya lagi.
hehe.
Quote from: hemayanti on 07 November 2011, 06:08:47 PM
saya pribadi berpikir, tidak perlulah kita merasa terlalu khawatir, apakah tindakan kita ini termasuk spiritual bypass, spiritual addiction, dan sebagainya. mungkin karena pengetahuan saya masih jauh dibawah. tapi saat ini saya lebih beranggapan bahwa apapun yang membawa manfaat bagi kita, yang dengan melakukan itu bisa membuat kita menjadi lebih baik, membuat kita lebih memiliki pengendalian diri, itu adalah patut untuk kita lakukan.
menurut saya. latihan itu harus diusahakan setahap demi setahap cc, menuntut diri sendiri untuk menjadi baik dan melakukan hal yang benar sesuai dengan keingian kita itu hanya akan mengacaukan semuanya. apa adanya ya apa adanya, kalo meditasi yang kita jalankan masih belum apa adanya, ya begitulah. meditasi apa adanya, ya belum apa adanya. memaksakan untuk apa adanya malah akan menjadi tidak apa adanya lagi.
hehe.
[at] dd hema :jempol: thank you
seringkali org luar melihat keadaan lebih jelas
daripada org itu sendiri yg terjebak di dalamnya
setelah menyadari dan mengakui, rasanya jadi lega... :-[
ditungguin cerita yg mau diketik yag
Thich Nhat Hanh
Sari buah apel Thanh Thuy
Hari itu tiga orang anak, dua anak perempuan dan satu anak lelaki, datang dari kampung untuk bermain dengan Thanh Thuy. Berempat mereka berlari-lari menuju sisi bukit di belakang rumah kami. Satu jam kemudian mereka pulang dan mencari sesuatu di dalam rumah untuk diminum. Saya mengambil sebotol sari buah apel bikinan sendiri dan menuangkannya ke dalam gelas satu persatu. Thuy mendapatkan giliran terakhir dan karenanya terdapat sedikit ampas apel dalam sari buah bagiannya. Ketika melihat ampas itu, ia tidak jadi minum. Demikianlah empat anak itu kembali bermain dan Thuy kecil tetap tidak minum apa-apa.
Setengah jam kemudian, ketika saya sedang mencoba bermeditasi di dalam kamar, terdengar bocah perempuan itu memanggil-manggil. Thuy ingin mengambil segelas air dingin tapi tidak dapat meraih botolnya meskipun ia sudah berjinjit. Saya mengingatkannya akan sari buah yang belum diminumnya di atas meja, dan menyuruhnya minum itu lebih dulu. Thuy menoleh dan melihat isi gelas yang kini jernih karena ampas apelnya telah mengendap, kelihatan enak dan segar. Maka ia berjalan ke meja dan mengambil gelas sari buah itu dan meminumnya.
Setelah minum setengah gelas, ia menaruhnya kembali di atas meja dan bertanya, "Paman Bhiksu, apakah ini sari buah yang tadi?" (Di Vietnam, anak-anak biasa memanggil biksu dengan sebuatan Paman Bhiksu.
"Ya", jawabku. "Itu adalah sari buah yang barusan tidak jadi kau minum karena banyak ampasnya. Ia duduk diam sebentar, dan sekarang menjadi jernih dan enak". Thuy melihat kembali ke arah gelas itu. "Bagus sekali. Apakah ia bermeditasi seperti anda, Paman Bhiksu?" saya tertawa dan mengusap kepalanya. "Kita katakan saja bahwa Paman Bhiksu yang meniru sari buah pada saat Paman duduk diam. Itu lebih tepat."
Tak pelak lagi, Thuy yang belum lagi lima tahun usianya, telah mengerti makna meditasi tanpa ada yang memberitahu. Sari buah apel itu menjadi jernih setelah didiamkan sejenak. Begitu pula setelah bermeditasi barang sejenak, batin kita akan menjadi jernih. Kejernihan ini menyegarkan dan memberi kita kekuatan dan ketenangan. Apabila diri kita segar, yang ada di sekeliling kita juga ikut segar.
Anak-anak senang berada di dekat kami, bukan hanya ingin mendapat permen dan mendengarkan cerita; mereka senang karena dapat turut merasakan "kesegaran" itu. Malam itu seorang teman datang berkunjung. Saya mengisi gelas dengan sisa sari buah di dalam botol, dan menaruhnya di atas meja pendek di ruang meditasi. Thuy sudah tidur, dan saya mengajak tamu itu duduk diam, seperti sari buah apel di dalam gelas di atas meja.
Arus Pencerapan
Kami duduk kurang-lebih selama empat puluh menit. Saya menangkap segaris senyum, tersungging di bibir temanku itu saat ia menatap gelas berisi sari buah apel di depan kami. "Apakah anda juga demikian, temanku? Meskipun anda belum bisa sejernih sari buah itu, tapi bukankan sudah lebih tenang? Senyum di bibirmu masih membekas, dan saya pikir anda ragu-ragu apakah anda dapat jadi sejernih sari apel itu, bahkan jika kita terus duduk di sini berjam-jam.
"Gelas berisi sari buah ini memiliki landasan yang stabil, sementara anda duduk dalam posisi yang kurang mantap. Ampas apel dalam gelas itu hanya tinggal mengikuti hukum alam, mengendap perlahan-lahan ke dasar gelas. Tapi arus pikiranmu tidak mengikuti hukum yang sama, mereka mendesing kian kemari seperti kawanan lebah, sehingga bisa dimaklumi jika anda mengira tidak dapat menjadi jernih seperti sari buah itu."
"Anda mungkin hendak mengatakan bahwa kita, makhluk hidup, tidak dapat dibandingkan dengan segelas sari buah. Saya setuju, tapi saya juga mengetahui bahwa kita dapat melakukan lebih dari apa yang terjadi pada segelas sari buah; kita dapat menjadi tenang, bukan hanya saat duduk, tetapi juga ketika sedang berjalan dan bekerja. Tapi mungkin anda tidak percaya pada apa yang saya katakana, karena empat puluh menit telah berlalu dan anda telah berusaha keras, namun belum juga dapat mencapai ketenangan yang anda harapkan."
"Thuy tidur dengan tenanga, nafasnya halus. Ia tidur dengan mudah. Ingatkah anda pada malam-malam ketika anda tidak dapat tidur? Betapa semakin keras anda berusaha, makin anda tidak dapat tidur. Ketika anda mencoba memaksakan diri untuk tenang, anda merasakan munculnya hambatan di dalam dirimu. Hambatan yang sama dirasakan oleh sementara orang dalam pengalaman meditasi mereka yang pertama. Semakin mereka mencoba menenangkan diri, makin gelisah jadinya."
"Orang Vietnam mengira bahwa hal itu disebabkan oleh makhluk halus atau buah karma buruk, tetapi sesungguhnya hambatan itu lahir dari usaha kita sendiri untuk menjadi tenang. Usaha itu berubah menjadi suatu tekanan. Pikiran dan perasaan kita seperti arus sungai yang mengalir. Jika kita mencoba menghentikan aliran itu, kita akan menghadapi tekanan air yang kuat. Akan lebih baik jika kita mengikuti ke mana arus itu mengalir."
"Kita juga harus waspada terhadap setiap riak-riak yang ada di sekeliling. Kita harus menyadari (eling, waspada terhadap) pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan sensasi-sensasi yang timbul di dalam batin kita --- terhadap muncul, berkembang, dan lenyapnya mereka. Apakah anda melihatnya?"
"Sekarang hambatan itu mulai menghilang. Arus pencerapan masih terus mengalir, tapi tidak lagi dalam kegelapan. Kini ia mengalir dalam cahaya mentari kesadaran. Latihan meditasi berarti menjaga agar mentari itu selalu bersinar di dalam diri kita, menerangi setiap relung, ceruk, dan lekuk sungai. Meditasi adalah mengamati detail-detail ini."
"Saat sadar itulah kita merasa tenang, meskipun sungai itu masih mengalir di sana. Tapi ketenangan itu tidak sama dengan "ketenangan" sari buah apel di dalam gelas. Tenang tidak berarti pikiran dan perasaan kita membeku, juga bukan suatu keadaan mati-rasa. Batin yang tenang tidak sama dengan batin yang kosong, tidak memikirkan apa-apa, dan tidak merasakan sensasi atau emosi apapun."
[spoiler]Welwood, John. 1993. Cuci Piringmu Sehabis Makan. Yayasan Penerbit Karaniya.[/spoiler]
Quote from: hemayanti on 07 November 2011, 06:57:58 PM
Thich Nhat Hanh
Sari buah apel Thanh Thuy
"Orang Vietnam mengira bahwa hal itu disebabkan oleh makhluk halus atau buah karma buruk, tetapi sesungguhnya hambatan itu lahir dari usaha kita sendiri untuk menjadi tenang. Usaha itu berubah menjadi suatu tekanan. Pikiran dan perasaan kita seperti arus sungai yang mengalir. Jika kita mencoba menghentikan aliran itu, kita akan menghadapi tekanan air yang kuat. Akan lebih baik jika kita mengikuti ke mana arus itu mengalir."
Saya ingin melengkapi pernyataan Thich Nhat Hanh di atas. Saya juga mengalami kesulitan yang sama (saya bahkan berusaha untuk tidak berusaha) :| Beberapa saat yang lalu saya menemukan sedikit petunjuk.
Usaha menjadi tenang yang akhirnya menimbulkan tekanan, berasal dari kondisi tidak bermanfaat (ketamakan dan ketidaksenangan) yang membanjiri kita.
Jadi untuk mengatasinya, saya tidak bisa berusaha untuk tidak berusaha. Tapi harus mengenali kondisi-kondisi tersebut dan cara mengatasinya agar perlahan-lahan "mampu mengikuti arus yang mengalir".
[spoiler]
Quote244 (7) Kondisi-kondisi yang Menyebabkan Penderitaan
"Para bhikkhu, ketika seorang bhikkhu memahami sebagaimana adanya asal-mula dan lenyapnya segala kondisi apa pun yang menyebabkan penderitaan, maka kenikmatan indria telah terlihat olehnya sedemikian sehingga ketika ia melihatnya, keinginan indria, kesayangan indria, ketagihan indria, dan nafsu indria tidak bersembunyi dalam dirinya sehubungan dengan kenikmatan indria; maka ia telah memahami cara berperilaku dan cara berdiam sedemikian sehingga ketika ia berperilaku demikian dan ketika ia berdiam demikian, kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat ketamakan dan ketidaksenangan tidak membanjirinya.
"Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu memahami sebagaimana adanya asal-mula dan lenyapnya segala kondisi apa pun yang menyebabkan penderitaan?
'Demikianlah bentuk, demikianlah asal-mulanya, demikianlah lenyapnya; demikianlah perasaan ...demikianlah persepsi ... demikianlah bentukan-bentukan kehendak ...demikianlah kesadaran, demikianlah asal-mulanya, demikianlah lenyapnya': dengan cara demikianlah seorang bhikkhu memahami sebagaimana adanya asal-mula dan lenyapnya segala kondisi apa pun yang menyebabkan penderitaan.
"Dan bagaimanakah, para bhikkhu, kenikmatan indria telah terlihat olehnya sedemikian sehingga ketika ia melihatnya, keinginan indria, kesayangan indria, ketagihan indria, dan nafsu indria tidak bersembunyi dalam dirinya sehubungan dengan kenikmatan indria?
Misalkan ada sebuah celah yang kedalamannya melebih tinggi manusia, berisi arang menyala tanpa api atau asap. Seseorang datang ingin hidup, tidak ingin mati, menginginkan kebahagiaan dan tidak menginginkan penderitaan. Kemudian dua orang kuat menangkapnya pada kedua tangannya dan menariknya ke arah celah membara tersebut. Orang itu akan bergeliang-geliut. Karena alasan apakah? Karena ia mengetahui: 'Aku akan jatuh ke dalam celah membara ini dan karenanya aku akan menemui kematian atau mengalami penderitaan hebat.'
Demikian pula, para bhikkhu, ketika seorang bhikkhu telah melihat kenikmatan indria sebagai serupa dengan celah membara itu, maka keinginan indria, kesayangan indria, ketagihan indria, dan nafsu indria tidak bersembunyi dalam dirinya sehubungan dengan kenikmatan indria. "Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu yang telah memahami cara berperilaku dan cara berdiam sedemikian sehingga ketika ia berperilaku demikian dan ketika ia berdiam demikian, kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat ketamakan dan ketidaksenangan tidak membanjirinya? Misalkan seseorang memasuki hutan berduri.
Ada duri di depannya, duri di belakangnya, duri di sebelah kirinya, duri di sebelah kanannya, duri di bawahnya, duri di atasnya. Ia berjalan maju dengan penuh perhatian, ia berjalan mundur dengan penuh perhatian, dengan berpikir, 'Semoga tidak ada duri yang menusukku!'
Demikian pula, para bhikkhu, apa pun di dunia ini yang bersifat indah dan menyenangkan disebut duri dalam Disiplin Para Mulia ini. Setelah memahami ini sebagai 'duri', maka seseorang harus memahami pengendalian dan bukan-pengendalian.
"Dan bagaimanakah, para bhikkhu, bukan-pengendalian itu? Di sini, setelah melihat suatu bentuk dengan mata, seorang bhikkhu menyukai bentuk yang menyenangkan dan menolak bentuk yang tidak menyenangkan. Ia berdiam tanpa menegakkan perhatian pada jasmani, dengan pikiran terbatas, dan ia tidak memahami sebagaimana adanya kebebasan batin itu, kebebasan melalui kebijaksanaan, di mana kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat lenyap tanpa sisa. Setelah mendengar suatu suara dengan telinga ... Setelah mengenali suatu fenomena pikiran dengan pikiran, ia menyukai fenomena pikiran yang menyenangkan dan menolak fenomena pikiran yang tidak menyenangkan.
Ia berdiam tanpa menegakkan perhatian pada jasmani, dengan pikiran terbatas, dan ia tidak memahami sebagaimana adanya kebebasan batin itu, kebebasan melalui kebijaksanaan, di mana kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat lenyap tanpa sisa.
Demikianlah bukan-pengendalian itu.
Dan bagaimanakah, para bhikkhu, pengendalian itu? Di sini setelah melihat suatu bentuk dengan mata, seorang bhikkhu tidak menyukai bentuk yang menyenangkan dan tidak menolak bentuk yang tidak menyenangkan. Ia berdiam setelah menegakkan perhatian pada jasmani, dengan pikiran tanpa batas, dan ia memahami sebagaimana adanya kebebasan batin itu, kebebasan melalui kebijaksanaan, di mana kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat lenyap tanpa sisa. Setelah mendengar suatu suara dengan telinga ... Setelah mengenali suatu fenomena pikiran dengan pikiran, ia tidak menyukai fenomena pikiran yang menyenangkan dan tidak menolak fenomena pikiran yang tidak menyenangkan. Ia berdiam setelah menegakkan perhatian pada jasmani, dengan pikiran tanpa batas, dan ia memahami sebagaimana adanya kebebasan batin itu, kebebasan melalui kebijaksanaan, di mana kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat lenyap tanpa sisa. Demikianlah pengendalian itu.
"Ketika, para bhikkhu, seorang bhikkhu berperilaku dan berdiam demikian, jika suatu saat, karena tergelincir dari perhatian, ingatan dan kehendak buruk yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan belenggu-belenggu muncul dalam dirinya, perhatian mungkin muncul secara perlahan, namun ia kemudian akan dengan cepat melepaskannya, menaklukkannya, mengakhirinya, melenyapkannya. Misalkan seseorang menjatuhkan dua atau tiga tetes air ke atas piring besi yang dijemur seharian. Tetes air itu mungkin jatuh perlahan, namun akan segera menguap dan lenyap. Demikian pula, ketika seorang bhikkhu berperilaku dan berdiam demikian ... perhatian mungkin muncul secara perlahan, namun ia kemudian akan dengan cepat melepaskannya, menaklukkannya, mengakhirinya, melenyapkannya.
"Demikianlah seorang bhikkhu telah memahami cara berperilaku dan cara berdiam sedemikian sehingga ketika ia berperilaku demikian dan ketika ia berdiam demikian, kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat ketamakan dan ketidaksenangan tidak membanjirinya.
"Ketika seorang bhikkhu berperilaku dan berdiam demikian, maka raja-raja, menteri-menteri kerajaan, sahabat-sahabat atau teman, sanak saudara atau kerabat, mungkin akan mengundangnya untuk menerima kekayaan, dengan berkata: "Marilah, tuan yang baik, mengapa membiarkan jubah kuning ini membebanimu? Mengapa mengembara dengan kepala gundul dan mangkuk pengemis? Marilah, setelah kembali ke kehidupan yang lebih rendah, nikmatilah kekayaan dan lakukan kebajikan.' Sesungguhnya, para bhikkhu, ketika bhikkhu itu berperilaku dan berdiam demikian, adalah tidak mungkin ia akan melepaskan latihan dan kembali ke kehidupan lebih rendah. [191]
"Misalkan, para bhikkhu, bahwa jika Sungai Gangga menurun, mengalir ke arah timur, sekelompok besar penduduk datang membawa sekop dan keranjang, dengan berpikir: 'Kami akan membuat Sungai Gangga ini menurun, mengalir ke arah barat.' Bagaimana menurut kalian, para bhikkhu, dapatkah kelompok besar penduduk itu membuat Sungai Gangga menurun, mengalir ke arah barat?"
"Tidak, Yang Mulia." "Karena alasan apakah?" "Karena sungai Gangga menurun dan mengalir ke timur, dan tidaklah mudah membuatnya menurun dan mengalir ke barat. Sekelompok besar penduduk itu akan keletihan dan menuai kekesalan."
"Demikian pula, para bhikkhu, ketika seorang bhikkhu berperilaku dan berdiam demikian, raja-raja atau menteri-menteri kerajaan, sahabat-sahabat atau teman, sanak saudara atau kerabat, mungkin akan mengundangnya untuk menerima kekayaan ... [tetapi] tidak mungkin ia melepaskan latihan dan kembali ke kehidupan lebih rendah. Karena alasan apakah? Karena sejak lama batinnya telah menurun dan mengalir dalam keterasingan. Oleh sebab itu, tidak mungkin ia akan melepas latihan dan kembali ke kehidupan lebih rendah."
Sumber: http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/theravada/Samyutta%20Nikaya%204%20-%20Sayalatana%20Vagga.pdf
[/spoiler]