Evamme suttaṁ. Ekaṁ samayaṁ bhagava, ...
Demikian yang telah kudengar, pada suatu ketika Sang Bhagava ...
sering kali kita mendengar kalimat tersebut diatas, yang diulang kembali oleh YM. Ananda, pendamping setia Sang Guru Agung pada suatu kesempatan untuk mengulang semua sutta yang telah didengar langsung dari Sang Buddha.
Dari beberapa contoh sutta yang sekarang ada nama sutta bisa didapatkan dengan mudah karena didalamnya inti dari yang disampaikan diulang2 beberapa kali atau menceritakan tentang suatu peristiwa khusus, misal:
- Mangala sutta (sutta tentang berkah utama)
- Sakkha panha sutta (sutta tentang tanya jawab dewa sakkha)
- Bala Sutta (sutta tentang kekuatan)
dst
pertanyaan menggelitik ketika nama dari sutta itu ditetapkan ada hal2 yang harus dipertimbangkan.
contoh kasus yang terjadi pada Anattalakkhana sutta, di sutta tersebut Sang Buddha memberikan penekanan pada tiga corak umum (Ti Lakkhana), yi: dukkha, anattā dan anicca (ketidak kekalan) tetapi yang dijadikan nama pada sutta tersebut hanyalah Anatta-lakkhana.
bagaimana menurut teman2?
IMO, poin paling dalam ajaran Buddha adalah menembus anatta ini, dukkha dan anicca adalah poin2 yg menjadi ciri-ciri anatta. jadi IMO sutta ini memang fokus pada Anatta yg dijelaskan melalui sudut pandang anicca dan dukkha.
mungkin TS dapat menampilkan isi sutta ini agar dapat kita eksplorasi bersama.
bukankah dalam penamaan sutta, biasanya digunakan nama orang yang menanyakan sesuatu kepada Sang Buddha?
contoh:
1. payasi sutta (sutta tentang Payasi yang tidak percaya akan adanya alam lain)
2. javanasabha sutta (sutta tentang javanasabha)
Hmmm... Stau saya beberapa sutta nama/judulny memang diberikan Sang Buddha kpd yg mendengarkanny,misalny Brahmajala Sutta,DN 1. Yg lain mungkin dinamakan dlm konsili Buddhis (ketiga?) setelah kematian Sang Buddha....
IMO, Dari yang saya baca di Samyuta Nikaya 22:59 , mengenai Anatta-lakkhana Sutta, memang isi utamanya adalah mengenai Anatta. Sang Buddha mengawalinya dengan: "Para bhikkhu, rupa adalah Anatta .........Para bhikkhu, perasaan adalah Anatta.......pencerapan adalah Anatta.......dst " Kemudian Sang Buddha menjabarkan kenapa Anatta dengan menjelaskan Anicca dan Dukkha yang memang berkaitan dengan Anatta.
Quote from: Kelana on 15 August 2011, 06:04:59 PM
IMO, Dari yang saya baca di Samyuta Nikaya 22:59 , mengenai Anatta-lakkhana Sutta, memang isi utamanya adalah mengenai Anatta. Sang Buddha mengawalinya dengan: "Para bhikkhu, rupa adalah Anatta .........Para bhikkhu, perasaan adalah Anatta.......pencerapan adalah Anatta.......dst " Kemudian Sang Buddha menjabarkan kenapa Anatta dengan menjelaskan Anicca dan Dukkha yang memang berkaitan dengan Anatta.
hmm, mulai ada yang nyambung.
Ini yang kami mangsudkan, ada 3 pendekatan Ti Lakhana (Anicca, dukkha & anattha) yang gunakan untuk panca khanda (
1. Rupa = Bentuk, tubuh, badan jasmani.
2. Viññana = Kesadaran.
3. Sañña = Pencerapan.
4. Sankhära = Pikiran, bentuk-bentuk mental
5. Vedanä = Perasaan.)
nah dari 3 Ti Lakhana, kenapa hanya Anatta yang menjadi judul sutta, bukan 2 hal yang lain ?
Ini cuplikannya:
...
"O para Bhikkhu, bagaimakah pandangan kalian terhadap jasmani ini (Rupa), apakah tubuh jasmani ini kekal (nicca), atau tidak kekal (anicca)? "
"Tidak kekal, Bhante," jawab para bhikkhu.
"Apakah sesuatu yang tidak kekal itu kebahagiaan (sukha) atau penderitaan (dukkha)?"
"Penderitaan , Bhante."
"Sekarang, sesuatu yang tidak kekal, penderitaan dan senantiasa berubah itu, apakah patut dipandang, 'Ini milikku. Ini Aku. Ini diriku?"
"Tidak patut, Bhante."
"O para Bhikkhu, bagaimakah pandangan kalian terhadap perasaan ini (Vedanä), apakah perasaan ini kekal (nicca), atau tidak kekal (anicca)? "
"Tidak kekal, Bhante," jawab para bhikkhu.
"Apakah sesuatu yang tidak kekal itu kebahagiaan (sukha) atau penderitaan (dukkha)?"
"Penderitaan , Bhante."
"Sekarang, sesuatu yang tidak kekal, penderitaan dan senantiasa berubah itu, apakah patut dipandang, 'Ini milikku. Ini Aku. Ini diriku?"
"Tidak patut, Bhante."
"O para Bhikkhu, bagaimakah pandangan kalian terhadap pengertian ini (Sañña), apakah perasaan ini kekal (nicca), atau tidak kekal (anicca)? "
"Tidak kekal, Bhante," jawab para bhikkhu.
"Apakah sesuatu yang tidak kekal itu kebahagiaan (sukha) atau penderitaan (dukkha)?"
"Penderitaan , Bhante."
"Sekarang, sesuatu yang tidak kekal, penderitaan dan senantiasa berubah itu, apakah patut dipandang, 'Ini milikku. Ini Aku. Ini diriku?"
"Tidak patut, Bhante."
"O para Bhikkhu, bagaimakah pandangan kalian terhadap bentuk bentuk pikiran ini (Sankhära), apakah perasaan ini kekal (nicca), atau tidak kekal (anicca)? "
"Tidak kekal, Bhante," jawab para bhikkhu.
"Apakah sesuatu yang tidak kekal itu kebahagiaan (sukha) atau penderitaan (dukkha)?"
"Penderitaan , Bhante."
"Sekarang, sesuatu yang tidak kekal, penderitaan dan senantiasa berubah itu, apakah patut dipandang, 'Ini milikku. Ini Aku. Ini diriku?"
"Tidak patut, Bhante."
"O para Bhikkhu, bagaimakah pandangan kalian terhadap kesadaran indra ini (Viññana), apakah perasaan ini kekal (nicca), atau tidak kekal (anicca)? "
"Tidak kekal, Bhante," jawab para bhikkhu.
"Apakah sesuatu yang tidak kekal itu kebahagiaan (sukha) atau penderitaan (dukkha)?"
"Penderitaan , Bhante."
"Sekarang, sesuatu yang tidak kekal, penderitaan dan senantiasa berubah itu, apakah patut dipandang, 'Ini milikku. Ini Aku. Ini diriku?"
"Tidak patut, Bhante."
...
dicuplik dari Buku biru STI (Paritta Suci)
hal 161 - 163, bagian dari Anattalakhana Sutta (Sutta Tentang Sifat Bukan Diri)
Quote from: Mas Tidar on 16 August 2011, 12:25:14 AM
hmm, mulai ada yang nyambung.
Ini yang kami mangsudkan, ada 3 pendekatan Ti Lakhana (Anicca, dukkha & anattha) yang gunakan untuk panca khanda (
1. Rupa = Bentuk, tubuh, badan jasmani.
2. Viññana = Kesadaran.
3. Sañña = Pencerapan.
4. Sankhära = Pikiran, bentuk-bentuk mental
5. Vedanä = Perasaan.)
[spoiler]
nah dari 3 Ti Lakhana, kenapa hanya Anatta yang menjadi judul sutta, bukan 2 hal yang lain ?
Ini cuplikannya:
...
"O para Bhikkhu, bagaimakah pandangan kalian terhadap jasmani ini (Rupa), apakah tubuh jasmani ini kekal (nicca), atau tidak kekal (anicca)? "
"Tidak kekal, Bhante," jawab para bhikkhu.
"Apakah sesuatu yang tidak kekal itu kebahagiaan (sukha) atau penderitaan (dukkha)?"
"Penderitaan , Bhante."
"Sekarang, sesuatu yang tidak kekal, penderitaan dan senantiasa berubah itu, apakah patut dipandang, 'Ini milikku. Ini Aku. Ini diriku?"
"Tidak patut, Bhante."
"O para Bhikkhu, bagaimakah pandangan kalian terhadap perasaan ini (Vedanä), apakah perasaan ini kekal (nicca), atau tidak kekal (anicca)? "
"Tidak kekal, Bhante," jawab para bhikkhu.
"Apakah sesuatu yang tidak kekal itu kebahagiaan (sukha) atau penderitaan (dukkha)?"
"Penderitaan , Bhante."
"Sekarang, sesuatu yang tidak kekal, penderitaan dan senantiasa berubah itu, apakah patut dipandang, 'Ini milikku. Ini Aku. Ini diriku?"
"Tidak patut, Bhante."
"O para Bhikkhu, bagaimakah pandangan kalian terhadap pengertian ini (Sañña), apakah perasaan ini kekal (nicca), atau tidak kekal (anicca)? "
"Tidak kekal, Bhante," jawab para bhikkhu.
"Apakah sesuatu yang tidak kekal itu kebahagiaan (sukha) atau penderitaan (dukkha)?"
"Penderitaan , Bhante."
"Sekarang, sesuatu yang tidak kekal, penderitaan dan senantiasa berubah itu, apakah patut dipandang, 'Ini milikku. Ini Aku. Ini diriku?"
"Tidak patut, Bhante."
"O para Bhikkhu, bagaimakah pandangan kalian terhadap bentuk bentuk pikiran ini (Sankhära), apakah perasaan ini kekal (nicca), atau tidak kekal (anicca)? "
"Tidak kekal, Bhante," jawab para bhikkhu.
"Apakah sesuatu yang tidak kekal itu kebahagiaan (sukha) atau penderitaan (dukkha)?"
"Penderitaan , Bhante."
"Sekarang, sesuatu yang tidak kekal, penderitaan dan senantiasa berubah itu, apakah patut dipandang, 'Ini milikku. Ini Aku. Ini diriku?"
"Tidak patut, Bhante."
"O para Bhikkhu, bagaimakah pandangan kalian terhadap kesadaran indra ini (Viññana), apakah perasaan ini kekal (nicca), atau tidak kekal (anicca)? "
"Tidak kekal, Bhante," jawab para bhikkhu.
"Apakah sesuatu yang tidak kekal itu kebahagiaan (sukha) atau penderitaan (dukkha)?"
"Penderitaan , Bhante."
"Sekarang, sesuatu yang tidak kekal, penderitaan dan senantiasa berubah itu, apakah patut dipandang, 'Ini milikku. Ini Aku. Ini diriku?"
"Tidak patut, Bhante."
...
dicuplik dari Buku biru STI (Paritta Suci)
hal 161 - 163, bagian dari Anattalakhana Sutta (Sutta Tentang Sifat Bukan Diri)[/spoiler]
Jawaban yang pasti hanya ada di kepala yang memberi nama sutta tersebut, apakah Y.A Ananda atau para bhikkhu setelahnya yang menyusun sutta.
Tapi, jika kita mengesampingkan masalah si pemberi nama sutta tersebut, kenapa "Anatta" yang menjadi judul sutta, karena memang Anatta yang dianggap menjadi fokus dari sutta itu. Mengapa sutta tersebut berfokus pada Anatta? Diperkirakan karena keurgenan dari ajaran Anatta ini sehingga Sang Buddha memfokuskan kotbah keduanya mengenai Anatta. Sedangkan Anicca, dan Dukkha setidaknya sudah umum dan menjadi makanan sehari-hari bagi para petapa, khususnya Panca Vaggiya. Ajaran Anatta adalah hal yang baru yang mengajarkan mengenai kenyataan bahwa diri (panca khanda) itu juga ternyata tidak kekal sehingga tidak bisa dipegang.