Ayah Menggendong Mayat Anaknya Karena Tak Mampu Bayar Ambulan
Jumat, Juni 24, 2011  Ikada News  
IkadaNews - Penumpang kereta rel listrik (krl) jurusan Jakarta – Bogor pun geger minggu (5/6). Sebab, mereka tahu bahwa seorang pemulung bernama Supriono (38 thn) tengah menggendong mayat anak, khaerunisa (3 thn).
Supriono akan memakamkan si kecil di kampung Kramat, Bogor dengan menggunakan jasa krl. Tapi di stasiun tebet, supriono dipaksa turun dari kereta, lantas dibawa ke kantor polisi karena dicurigai si anak adalah korban kejahatan. Tapi di kantor polisi, Supriono mengatakan si anak tewas karena penyakit muntaber. Polisi belum langsung percaya dan memaksa supriono membawa jenazah itu ke RSCM untuk diautopsi.
Di RSCM, Supriono menjelaskan bahwa khaerunisa sudah empat hari terserang muntaber. Dia sudah membawa khaerunisa untuk berobat ke puskesmas kecamatan setiabudi. Saya hanya sekali bawa khaerunisa ke puskesmas, saya tidak punya uang untuk membawanya lagi ke puskesmas, meski biaya hanya rp 4.000,- saya hanya pemulung kardus, gelas dan botol plastik yang penghasilannya hanya rp 10.000,- per hari. Ujar bapak 2 anak yang mengaku tinggal di kolong perlintasan rel ka di cikini itu.
Supriono hanya bisa berharap Khaerunisa sembuh dengan sendirinya. Selama sakit khaerunisa terkadang masih mengikuti ayah dan kakaknya, muriski saleh (6 thn), untuk memulung kardus di manggarai hingga salemba, meski hanya terbaring digerobak ayahnya.
Karena tidak kuasa melawan penyakitnya, akhirnya khaerunisa menghembuskan nafas terakhirnya pada minggu (5/6) pukul 07.00.
Khaerunisa meninggal di depan sang ayah, dengan terbaring di dalam gerobak yang kotor itu, di sela-sela kardus yang bau. Tak ada siapa-siapa, kecuali sang bapak dan kakaknya. Supriono dan muriski termangu. Uang di saku tinggal rp 6.000,- tak mungkin cukup beli kain kafan untuk membungkus mayat si kecil dengan layak, apalagi sampai harus menyewa ambulans. Khaerunisa masih terbaring di gerobak. Supriono mengajak musriki berjalan menyorong gerobak berisikan mayat itu dari manggarai hingga ke stasiun tebet, supriono berniat menguburkan anaknya di kampong pemulung di kramat, bogor. Ia berharap di sana mendapatkan bantuan dari sesama pemulung.
Pukul 10.00 yang mulai terik, gerobak mayat itu tiba di stasiun tebet.
Yang tersisa hanyalah sarung kucel yang kemudian dipakai membungkus jenazah si kecil. Kepala mayat anak yang dicinta itu dibiarkan terbuka, biar orang tak tahu kalau khaerunisa sudah menghadap sang khalik. Dengan menggandeng si sulung yang berusia 6 thn, Supriono menggendong Khaerunisa menuju stasiun. Ketika krl jurusan bogor datang, tiba-tiba seorang pedagang menghampiri supriono dan menanyakan anaknya. Lalu dijelaskan oleh Supriono bahwa anaknya telah meninggal dan akan dibawa ke Bogor spontan penumpang krl yang mendengar penjelasan supriono langsung berkerumun dan supriono langsung dibawa ke kantor polisi Tebet. Polisi menyuruh agar supriono membawa anaknya ke RSCM dengan menumpang ambulans hitam.
Supriono ngotot meminta agar mayat anaknya bisa segera dimakamkan.
Tapi dia hanya bisa tersandar di tembok ketika menantikan surat permintaan pulang dari RSCM. Sambil memandangi mayat khaerunisa yang terbujur kaku. Hingga saat itu Muriski sang kakak yang belum mengerti kalau adiknya telah meninggal masih terus bermain sambil sesekali memegang tubuh adiknya. Pukul 16.00, akhirnya petugas RSCM mengeluarkan surat tersebut, lagi-lagi karena tidak punya uang untuk menyewa ambulans, Supriono harus berjalan kaki menggendong mayat Khaerunisa dengan kain sarung sambil menggandeng tangan Muriski. Beberapa warga yang iba memberikan uang sekadarnya untuk ongkos perjalanan ke Bogor.
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2F4.bp.blogspot.com%2F-EGA1zSI-uZk%2FTgN6LgyRe3I%2FAAAAAAAAB1o%2FC88YUkycEYg%2Fs1600%2F04_gendong_mayat1.jpg&hash=262f1d5d65f982dccdf30e652ed41dbc5d556091)
Para pedagang di RSCM juga memberikan air minum kemasan untuk bekal Supriono dan Muriski di perjalanan.
Psikolog Sartono Mukadis menangis mendengar cerita ini dan mengaku benar-benar terpukul dengan peristiwa yang sangat tragis tersebut karena masyarakat dan aparat pemerintah saat ini sudah tidak lagi perduli terhadap sesama. Peristiwa itu adalah dosa masyarakat yang seharusnya kita bertanggung jawab untuk mengurus jenazah khaerunisa. Jangan bilang keluarga supriono tidak memiliki KTP atau KK atau bahkan tempat tinggal dan alamat tetap. Ini merupakan tamparan untuk bangsa Indonesia, ujarnya
sumber :[spoiler]http://www.ikadanewsonline.com/2011/06/ayah-menggendong-mayat-anaknya-karena.html (http://www.ikadanewsonline.com/2011/06/ayah-menggendong-mayat-anaknya-karena.html)[/spoiler]
			
			
			
				bukankah puskesmas itu gratis ? terutama utk yg gak mampu?
kalau dibuat "poster" utk minta sumbangan anaknya dipinggir jalan apakah akan berhasil menolong nyawa anaknya ?
apa artinya kesejahteraan rakyat ya ?
			
			
			
				Quote from: johan3000 on 04 July 2011, 06:09:04 AM
bukankah puskesmas itu gratis ? terutama utk yg gak mampu?
kalau dibuat "poster" utk minta sumbangan anaknya dipinggir jalan apakah akan berhasil menolong nyawa anaknya ?
apa artinya kesejahteraan rakyat ya ?
gratis bagi yg kurang mampu.
apakah supriono tergolong/dikategorikan mampu? 
untuk gratis, harus ada ongkos cetak KK,ongkos poto 3x4 KTP,ongkos ramah tamah.
biaya dari mana, untuk buat poster?
[oknum poltk] kesejahteraan rakyat, ialah kita harus mensejahterakan rakyat yg sudah tidak berpenghasilan. Walaupun 1 bln upahnya Rp1 . itu sudah termasuk penghasilan, jd tdk waib di bantu[oknumpol]
[tuhan] tunggu tanggal main bagi bangsa indonesia[tuhan]
			
 
			
			
				Quote from: johan3000 on 04 July 2011, 06:09:04 AM
bukankah puskesmas itu gratis ? terutama utk yg gak mampu?
kalau dibuat "poster" utk minta sumbangan anaknya dipinggir jalan apakah akan berhasil menolong nyawa anaknya ?
apa artinya kesejahteraan rakyat ya ?
yang bayar saja kadang tidak di urus , seperti RSUD yang pernah saya alami, sampai pispot saja harus menyediakan sendiri melayani si sakit sendiri, dokter perawat cuma , datang kasih obat pergi, obat belum habis suruh beli lagi..zzzz
gratis di teori kenyataannya masih banyak yang di pungut biaya , atau di suruh tunggu dengan alasan proses dll
			
 
			
			
				aq kl jadi presiden ini merupakan tamparan dlm sebuah negara yg sdh merdeka,.ternyata banyak Rakyat yang masih kekurangan,.entahlah sekarang ini presiden dan jajarannya kurang memperdulikan nasib rakyatnya, untuk trans TV thanks atas "Jika aku menjadinya" program itu harusnya jd tontonan wajib pemerintahan kita,.betapa memalukannya bangsa ini masih banyak yang kekurangan ;D
yang paling utama dlm hidup ini,.jika hidup susah minimal jangan menyusahkan saudara dan orang  lain, berusaha dg kemampuan sendiri, hindari hutang pinjam, kakao inget nasehat mak kakao bahwa "hidup itu sulit, namun sesulitnya jangan sampai menyusahkan saudara, jika ada rejeki berlebih bagikan dengan saudara walaupun sedikit, dan kl belum mampu minimal bantu pakai tenaga..." 
sedih melihat beritanya,..namun apakah kita bisa berbuat banyak untuk nya?(pak Supriyono) tampaknya tdk,.kita lihat banyak sebenarnya disekitar kita Suprioyo2 lainnya,.akankah kita bisa membantu semuanya? tdk kl pemerintahnya tdk memikirkan nasib Rakyatnya... :-SS
salut untuk pak supriyono,..tdk menyusahkan org lain walaupun kesusahan, dan selalu tabah menjalani hidupnya _/\_
			
			
			
				Quote from: wang ai lie on 04 July 2011, 02:24:22 AM
Ayah Menggendong Mayat Anaknya Karena Tak Mampu Bayar Ambulan
Jumat, Juni 24, 2011  Ikada News  
sumber :[spoiler]http://www.ikadanewsonline.com/2011/06/ayah-menggendong-mayat-anaknya-karena.html (http://www.ikadanewsonline.com/2011/06/ayah-menggendong-mayat-anaknya-karena.html)[/spoiler]
Klarifikasi tentang KISAH AYAH MENGGENDONG MAYAT ANAK 10 Km...
http://nasional.kompas.com/read/2011/06/21/13262148/Berkaca-dari-Kasus-Supriono-yang-Bikin-Heboh
			
 
			
			
				xie2 om atas referensi yang sebenarnya  ;D
kemarin cari sumber aslinya tidak ketemu, malah di sasarin ke web lain  ;D
			
			
			
				Quote from: wang ai lie on 04 July 2011, 04:37:38 PM
xie2 om atas referensi yang sebenarnya  ;D
kemarin cari sumber aslinya tidak ketemu, malah di sasarin ke web lain  ;D
saya termasuk yang bikin heboh dengan RT (retweet) di Twitter soal berita itu. jadi tahu persis soal klarifikasi-nya... hehehehe...
Kecerobohan saya tidak mencari kebenaran dulu, langsung men-RT...
			
 
			
			
				Quote from: dilbert on 04 July 2011, 06:40:22 PM
saya termasuk yang bikin heboh dengan RT (retweet) di Twitter soal berita itu. jadi tahu persis soal klarifikasi-nya... hehehehe...
Kecerobohan saya tidak mencari kebenaran dulu, langsung men-RT...
ceroboh gimana bro, kok sampai bisa salah? apakah beritanya cuma hoax?  ???
			
 
			
			
				ya saya ingat pernah baca berita ini beberapa tahun lalu, berita remake
			
			
			
				Quote from: Indra on 04 July 2011, 08:43:21 PM
ya saya ingat pernah baca berita ini beberapa tahun lalu, berita remake
kapan itu bro, dan maksudnya remake itu gimana?
			
 
			
			
				Quote from: wang ai lie on 04 July 2011, 09:02:31 PM
kapan itu bro, dan maksudnya remake itu gimana?
berita ini udah lama, benar2 terjadi beberapa tahun lalu, tapi sekarang dimunculkan lagi, yg sekarang ini jelas hoax
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 04 July 2011, 09:07:06 PM
berita ini udah lama, benar2 terjadi beberapa tahun lalu, tapi sekarang dimunculkan lagi, yg sekarang ini jelas hoax
waduh hoax ya.. :( kecele saya...tapi kenapa berita ini jadi di buat2 ya? apa hanya untuk mengingatkan atau hanya untuk sensasi lain?
			
 
			
			
				Quote from: wang ai lie on 04 July 2011, 09:09:06 PM
waduh hoax ya.. :( kecele saya...tapi kenapa berita ini jadi di buat2 ya? apa hanya untuk mengingatkan atau hanya untuk sensasi lain?
berita ini kembali heboh setelah masuk kompasiana... Kompasiana adalah citizen journalism... jadi bisa berupa opini ataupun berita yang diquote/ditulis oleh publik.
Berita-nya bukan HOAX, tetapi terjadi di tahun 2005, yang menjadi kesalahan adalah tidak dicantumkannya 5W+H (who, when, where, what + How)... Jadi ketika berita diupdate tgl 20 JUni 2011 di kompasiana, heboh terjadi seolah-olah sedang terjadi.