Saya ingin bertanya kepada teman teman sedhamma apabila anda mendapatkan 2 pilihan hidup manakah yang akan anda ambil dalam kehidupan ini
pertama menjadi seorang bhikhu yang miskin harta tapi kaya akan ketenangan batin dan banyak waktu untuk melatih dan membina diri atau menjadi pengusaha yang kaya harta tapi miskin ketenangan batin dan tidak memiliki banyak waktu untuk melatih dan membina diri apalagi membina orang lain kejadian ini kejadian seorang teman saya yang sebenarnya dia memiliki potensi untuk menjadi seorang bhikhu karena pengetahuannya sangat baik sekali dan dia ada keinginan untuk menjadi seorang bhikhu tetapi keluarganya tidak mendukung pihak keluarga terutama kedua orangtuanya menginginkan dia menjadi seorang pengusaha dan diberi modal sangat besar sampai milyaran rupiah maklum keluarga lumayan kalau kejadian ini terjadi terhadap anda manakah yang anda pilih????? _/\_
Jika tulang belulang kita yang mati dan lahir kembali berulang2 dikumpulkan, tingginya akan melebihi gunung, jika air mata yg kita tumpahkan dalam kehidupan kita yg berulang2 dikumpulkan, akan melebihi air yg ada di semua samudra.
Milyaran tahun yg sudah kita jalani, mau tunggu sampai kapan lagi untuk mulai berusaha menghentikannya?
Kalau saya pribadi jelas jadi bikkhu saja. Tapi kondisi saya skrg blm memungkinkan.
mungkin kondisinya belum memungkinkan untuk menjadi bhikkhu.....
tapi meskipun tak berhasil menjadi bhikkhu,bukan berarti tak berhasil melaksanakan dhamma......
tidak harus menjadi bhikkhu untuk membina diri
sebenarnya yang non-bhikkhu pun bisa membina diri
(dengan melaksanakan dana,sila,bhavana).....
seorang pengusaha bisa membina diri dengan memberi dana.......
menjaga moralitas dan kepercayaanya dengan sila......
dan melatih bhavana untuk menenangkan pikiran supaya dpt mengambil keputusan yang bijak dalam duniawi dan rohani......
jadi kekayaan batin pun dapat dimiliki oleh umat biasa........
semoga bermanfaat ....._/\_
Menjadi Bhikkhu, meninggalkan kehidupan tanpa rumah, meninggalkan kehidupan duniawi, hidup tanpa rumah tangga, praktek melatih diri menjalankan sila, suka menyendiri dan latihan bhavana dengan tekun alhasil kehidupan demikian diyakinkan akan mencapai Kebahagiaan Sejati.
hidup sebagai pengusaha, kemungkinan besar utk terlahir kembali dan berulang2.
keduanya bisa pilih sendiri _/\_
ikut nimbrung:
pilihan seperti ini merupakan pilihan yang dilematis.
sudah tentu pilihan jadi bhikkhu mempunyai konsekwensi yang harus dilaksanakan untuk meninggalkan duniawi dan melatih diri dalam kesendirian (ketenangan) untuk mencapai kebahagiaan secara spiritual.
disisi lain menjadi seorang pengusaha juga merupakan sebuah pilihan untuk menjalani/melanjutkan tugas2 duniawi sebagaimana adanya. Kunci keuntungan dari seorang pengusaha adalah bisa mengatur waktu secara fleksibel. Dengan begitu Anda juga bisa mencari waktu untuk mengikuti retreat dan menjalankan 8/10 sila sebagai latihan kelak dikemudian hari.
jika keinginan menjadi bhikkhu tetapi belum terlaksana, cobalah untuk hidup secara sederhana, mengurangi berbagai macam keinginan, mencari waktu unt meluangkan waktu unt melatih ketengan secara spritual (ikut retreat dg melatih bhavana). Dengan begitu mudah2an antara duniawi dan spiritual bisa berjalan seimbang.
tulisan diatas hanya sebagai saran tidak bermaksud unt menggurui
semoga bermanfaat.
Quote from: SUGI THEN on 03 July 2011, 02:34:22 AM
Saya ingin bertanya kepada teman teman sedhamma apabila anda mendapatkan 2 pilihan hidup manakah yang akan anda ambil dalam kehidupan ini
pertama menjadi seorang bhikhu yang miskin harta tapi kaya akan ketenangan batin dan banyak waktu untuk melatih dan membina diri atau menjadi pengusaha yang kaya harta tapi miskin ketenangan batin dan tidak memiliki banyak waktu untuk melatih dan membina diri apalagi membina orang lain kejadian ini kejadian seorang teman saya yang sebenarnya dia memiliki potensi untuk menjadi seorang bhikhu karena pengetahuannya sangat baik sekali dan dia ada keinginan untuk menjadi seorang bhikhu tetapi keluarganya tidak mendukung pihak keluarga terutama kedua orangtuanya menginginkan dia menjadi seorang pengusaha dan diberi modal sangat besar sampai milyaran rupiah maklum keluarga lumayan kalau kejadian ini terjadi terhadap anda manakah yang anda pilih????? _/\_
bagaimana anda dapat memastikan atau bahkan menduga prospek seseorang yg menjalani kebhikkhuan?
sekadar pengetahuan yg baik dan keinginan untuk menjadi seorang bhikkhu sama sekali tidak menjamin bahwa ia akan kaya akan ketenangan batin dan memiliki banyak waktu untuk melatih diri. saya malah menduga dia dengan pengetahuannya itu ia akan sibuk berceramah/berdebat sehingga tidak memiliki waktu untuk berlatih.
sebaliknya, menjadi pengusaha kaya juga tidak harus berarti bahwa ia miskin ketenangan batin dan tidak memiliki waktu untuk melatih diri. jika ia menjalankan usahanya menurut cara2 yg tidak bertentangan dengan Dhamma, dan mahir dalam mengatur waktu, tentu saja ia akan bisa meluangkan waktu untuk melatih diri dan ia juga bisa memiliki ketenangan batin, disamping bahwa cara2 hidup yg sejalan dengan Dhamma itu sendiri pasti akan mengarah pada ketenangan batin.
Bila sewaktu pertanyaan ini dilontarkan..... dan umur kehidupan sipenyanya tinggal 20 tahun, maka bisa dibagi 10 tahun utk jadi pengusaha dan 10 tahun lagi jadi bhiku. Buatlah kesepakatan ini, jadi keluarga senang dan penanya juga senang. sama2 mendapatkan yg diinginkan.
Utk businesspun bisa dijalankan professional, dibuat sistem yg handal ataupun go PUBLIC... dan udah jelas melatih diri, dpt dilakukan setiap saat. cuma menjadi Bhiku adalah kondisi yg lebih baik.
Bila businessnya sukses, nah sebagian dana bisa digunakan utk membangun tempat meditasi... gua2 meditasi, perkampungan meditasi, dsb.....mentercemahkan buku2 dst...
:x
pernah juga gw ditanya teman..
sebaiknya jadi bhiku atau kawin sama janda kaya tua....!
Ohh banyak juga toh....pengusaha yg jadi Bhiku !
Quote from: Indra on 03 July 2011, 07:58:55 AM
bagaimana anda dapat memastikan atau bahkan menduga prospek seseorang yg menjalani kebhikkhuan?
sekadar pengetahuan yg baik dan keinginan untuk menjadi seorang bhikkhu sama sekali tidak menjamin bahwa ia akan kaya akan ketenangan batin dan memiliki banyak waktu untuk melatih diri. saya malah menduga dia dengan pengetahuannya itu ia akan sibuk berceramah/berdebat sehingga tidak memiliki waktu untuk berlatih.
Om Indra,
kepastian itu tidak akan datang hanya dengan menduga, probabilty. Tapi langsung terjun. Halangan stelah masuk ke dalam kebhikkhuan pun pasti ada, mostly halangannya berasal dari dalam diri sendiri (5 halangan batin).
Dugaan tentang sibuk ceramah / debat itu hanya berlaku di tempat dimana jumlah bhikkhu VS umat, lebih banyak umat-nya, khusus-nya di-indonesia.
Kita pasti tau di-Indo kalau seorang bhikkhu yang mengepalai vihara dibanyak tempat. Beda dengan di Thai / burma. 1 kepala vihara 1 vihara.
Quote from: Mas Tidar on 03 July 2011, 08:46:53 AM
Om Indra,
kepastian itu tidak akan datang hanya dengan menduga, probabilty. Tapi langsung terjun. Halangan stelah masuk ke dalam kebhikkhuan pun pasti ada, mostly halangannya berasal dari dalam diri sendiri (5 halangan batin).
jadi anda memastikan bahwa menjalani kebhikkhuan "pasti" bisa memiliki ketenangan batin?
Quote
Dugaan tentang sibuk ceramah / debat itu hanya berlaku di tempat dimana jumlah bhikkhu VS umat, lebih banyak umat-nya, khusus-nya di-indonesia.
Kita pasti tau di-Indo kalau seorang bhikkhu yang mengepalai vihara dibanyak tempat. Beda dengan di Thai / burma. 1 kepala vihara 1 vihara.
hanya perlu 2 kepala yg berbeda pendapat untuk malakukan debat atau ceramah, tidak perlu sampai menghitung populasi suatu wilayah
Quote from: Indra on 03 July 2011, 08:53:37 AM
jadi anda memastikan bahwa menjalani kebhikkhuan "pasti" bisa memiliki ketenangan batin?
hanya perlu 2 kepala yg berbeda pendapat untuk malakukan debat atau ceramah, tidak perlu sampai menghitung populasi suatu wilayah
dapat dipastikan menjalani kebhikkhuan "pasti" bisa memiliki ketengangan batin walaupun sementara/ sesaat, dapat dicapai secara langsung dikehidupan ini ataupun dipupuk dari saat ini untuk dikehidupan yang akan datang. Kalau tidak dimulai dari sekarang kapan lagi?
hanya perlu 2 kepala yang berbeda pendapat dan 2 kehendak dari 2 kepala tersebut untuk melakukan debat. Kalau hanya 2 kepala dan 1 kehendak dari 2 kepala ?
Quote from: Mas Tidar on 03 July 2011, 08:46:53 AM
Kita pasti tau di-Indo kalau seorang bhikkhu yang mengepalai vihara dibanyak tempat. Beda dengan di Thai / burma. 1 kepala vihara 1 vihara.
apa hubungan Bhikkhu mengepalai beberapa Vihara dengan jadi topik 'jadi Bhikkhu atau pengusaha' ?
Quote from: Mas Tidar on 03 July 2011, 09:03:18 AM
dapat dipastikan menjalani kebhikkhuan "pasti" bisa memiliki ketengangan batin walaupun sementara/ sesaat, dapat dicapai secara langsung dikehidupan ini ataupun dipupuk dari saat ini untuk dikehidupan yang akan datang. Kalau tidak dimulai dari sekarang kapan lagi?
bagaimanakah caranya seorang bhikkhu bisa "pasti" memiliki ketengangan batin walaupun sementara/ sesaat?
bagaimana mungkin menjalani kebhikkhuan bisa "pasti"? bukalah mata anda. sebagai contoh coba baca thread "biku bergitar". menjadi bhikkhu sama sekali tidak menjamin "ketenangan" sama halnya tidak menjadi bhikkhu pun bukan jaminan "ketidak-tenangan".
maaf kalau saya tidak sependapat, saya berpendapat bahwa bukan status kebhikkhuan yg memberikan ketenangan melainkan praktik Dhamma.
Quote
hanya perlu 2 kepala yang berbeda pendapat dan 2 kehendak dari 2 kepala tersebut untuk melakukan debat. Kalau hanya 2 kepala dan 1 kehendak dari 2 kepala ?
saya tidak paham yg ini, mungkinkah 2 kepala memiliki 1 kehendak yg selalu sama? seandainya pun memang ada demikian, yg saya sampaikan adalah "hanya perlu
2 kepala yg berbeda pendapat untuk berdebat" bukan "hanya perlu
2 kepala dengan 1 kehendak untuk berdebat.". maksud pernyataan saya adalah seorang bhikkhu yg bertemu dengan 1 orang umat bukan berarti tidak akan terjadi perdebatan, dan seorang bhikkhu yg bertemu dengan banyak umat juga bukan berarti akan terjadi perdebatan.
Quote from: Indra on 03 July 2011, 01:08:22 PM
bagaimanakah caranya seorang bhikkhu bisa "pasti" memiliki ketengangan batin walaupun sementara/ sesaat?
bagaimana mungkin menjalani kebhikkhuan bisa "pasti"? bukalah mata anda. sebagai contoh coba baca thread "biku bergitar". menjadi bhikkhu sama sekali tidak menjamin "ketenangan" sama halnya tidak menjadi bhikkhu pun bukan jaminan "ketidak-tenangan".
maaf kalau saya tidak sependapat, saya berpendapat bahwa bukan status kebhikkhuan yg memberikan ketenangan melainkan praktik Dhamma.
saya tidak paham yg ini, mungkinkah 2 kepala memiliki 1 kehendak yg selalu sama? seandainya pun memang ada demikian, yg saya sampaikan adalah "hanya perlu 2 kepala yg berbeda pendapat untuk berdebat" bukan "hanya perlu 2 kepala dengan 1 kehendak untuk berdebat.". maksud pernyataan saya adalah seorang bhikkhu yg bertemu dengan 1 orang umat bukan berarti tidak akan terjadi perdebatan, dan seorang bhikkhu yg bertemu dengan banyak umat juga bukan berarti akan terjadi perdebatan.
==> memiliki ketenangan untuk sesaat, caranya bisa ditanyakan kepada oknum bhikkhu.
Jawaban kami sebagai umat awam hanyalah, berlatih.
==> Emang benar sih om, menjalani ke-bhikkhuan belum "pasti" mencapai ketenangan, yang pasti adalah mati ;D ;D ;D. Paling tidak sudah berusaha dan berlatih.
"biku bergitar", ini diasumsikan bahwa seluruh anggota sangha bergitar (digeneralisasi secara umum) atau hanya individu pribadi bhikkhu yang melakukannya?
kami meng-asumsikan "biku bergitar" secara khusus bukan secara umum (semua "biku") dan kami lebih memilih untuk diam dan selanjutnya melihat bagaimana kode etik sangha yang menaungi "biku bergitar" tsb. Saya memang tidak mengikuti perkembangan topik tsb.
Dari paruh umur kami sekarang ini, pernahkah kita meluangkan waktu untuk berlatih, coba Anda hitung berapa prosentasi berlatih dibandingkan dengan melakukan hal yang lain?
Menurut pandangan kami, semakin banyak berlatih berarti semakin memperbesar potensi untuk mencapai ketenangan. Ketenangan yang kami mangsudkan bukan berarti dari praktik diluar Dhamma. Ketenangan yang kami mangsud adalah samadhi dengan mengembangan konsentrasi.
Mohon maaf kalau membuat pengertian yang berbeda.
==> Apakah 2 kepala yang berbeda pendapat harus melakukan perdebatan?
yang setau kami, orang bertemu dengan bhikkhu bukanlah untuk berdebat. Apakah itu seseorang atau banyak orang. Memang slama ini kami jarang sekali ke vihara. Memang banyak tujuan untuk ketemu bhikkhu tapi kami tidak pernah untuk melakukan debat untuk bertemu dengan bhikkhu.
yang kami artikan bahwa kepala 2orang yang berbeda adalah salah satunya memiliki kehendak untuk berdebat dan orang yang lain tidak memiliki kehendak untuk berdebat. Itu arti dari tulisan kami.
yang sederhana saja om, ga perlu dibikin rumit . . .
Quote from: Mas Tidar on 03 July 2011, 02:06:01 PM
==> memiliki ketenangan untuk sesaat, caranya bisa ditanyakan kepada oknum bhikkhu.
Jawaban kami sebagai umat awam hanyalah, berlatih.
ketika anda membuat pernyataan di atas, saya kira anda tahu jawabannya. bagaimanakah saya menanyakan hal ini kepada bhikkhu sementara bhikkhu tidak membuat pernyataan itu?
Quote
==> Emang benar, menjalani ke-bhikkhuan bisa "pasti" mencapai ketenangan, yang pasti adalah mati ;D ;D ;D.
andalah yg mengatakan "pasti", saya justru mempertanyakan pernyataan anda.
Quote
"biku bergitar", ini diasumsikan bahwa seluruh anggota sangha bergitar (digeneralisasi secara umum) atau hanya individu pribadi bhikkhu yang melakukannya?
kami meng-asumsikan "biku bergitar" secara khusus bukan secara umum (semua "biku") dan kami lebih memilih untuk diam dan selanjutnya melihat bagaimana kode etik sangha yang menaungi "biku bergitar" tsb. Saya memang tidak mengikuti perkembangan topik tsb.
Dari paruh umur kami sekarang ini, pernahkah kita meluangkan waktu untuk berlatih, coba Anda hitung berapa prosentasi berlatih dibandingkan dengan melakukan hal yang lain?
Menurut pandangan kami, semakin banyak berlatih berarti semakin memperbesar potensi untuk mencapai ketenangan. Ketenangan yang kami mangsudkan bukan berarti dari praktik diluar Dhamma. Ketenangan yang kami mangsud adalah samadhi dengan mengembangan konsentrasi.
Mohon maaf kalau membuat pengertian yang berbeda.
saya mengajak anda untuk membaca thread bergitar, bukan untuk menghakimi, tapi untuk melihat fakta apakah biku gitaris itu memperoleh ketenangan (samadhi) dengan gitarnya?
jika ketenangan yg anda mangsudkan adalah samadhi. apakah ada bedanya seorang bhikkhu yg berlatih samadhi vs seorang umat awam yg berlatih samadhi?
Quote
==> Apakah 2 kepala yang berbeda pendapat harus melakukan perdebatan?
yang setau kami, orang bertemu dengan bhikkhu bukanlah untuk berdebat. Apakah itu seseorang atau banyak orang. Memang slama ini kami jarang sekali ke vihara. Memang banyak tujuan untuk ketemu bhikkhu tapi kami tidak pernah untuk melakukan debat untuk bertemu dengan bhikkhu.
yang kami artikan bahwa kepala 2orang yang berbeda adalah salah satunya memiliki kehendak untuk berdebat dan orang yang lain tidak memiliki kehendak untuk berdebat. Itu arti dari tulisan kami.
sejak awal yg saya maksudkan adalah 2 orang yg berbeda pendapat.
tapi kalau anda mengatakan bahwa umat ketemu bhikkhu bukan untuk berdebat, bagaimana anda dapat mengatakan
"Dugaan tentang sibuk ceramah / debat itu hanya berlaku di tempat dimana jumlah bhikkhu VS umat, lebih banyak umat-nya, khusus-nya di-indonesia." Bukankah berapa pun jumlah umat tidak akan menyebabkan terjadinya perdebatan jika umat bertemu bhikkhu bukan untuk berdebat?
Quote
yang sederhana saja om, ga perlu dibikin rumit . . .
benar maksud saya juga super sederhana, justru anda yg menbuatnya menjadi rumit.
NB:
"kami" itu anda beserta siapakah?
Bhikku juga pengusaha. ;D
Pada waktu itu, orang-orang yang sedang makan menyaksikan Buddha yang tiada bandingnya dengan penuh kemuliaan. Mereka segera mencuci tangan dan kaki mereka, dan dengan tangan dirangkapkan mereka menyembah penuh hormat, mereka berdiri mengelilingi Buddha. Ketika si brahmana melihat Buddha yang dikelilingi oleh banyak orang, ia merasa tidak senang, berpikir, "Pekerjaanku telah terganggu!" memerhatikan tanda-tanda besar dan kecil, si brahmana berkata, "Bhikkhu Gotama ini, hanya jika Ia bekerja untuk mengejar materi, Ia akan mampu mencapai sesuatu seperti pengikat rambut dari batu delima yang dipakai di kepala semua orang di seluruh Jambådãpa; Ia mampu mencapai kesejahteraan! Namun, karena malas, Ia tidak melakukan apa-apa kecuali memakan makanan pada pesta pembajakan ini dan kesempatan lainnya; Ia mengembara dengan mementingkan kebugaran jasmani-Nya." Karena merasa tidak senang dan salah
1407
Vassa Kesebelas Buddha di Desa Brahmana Nàla
pengertian, si brahmana berkata kepada Buddha dengan nada menghina sebagai berikut:
"O Bhikkhu, aku melakukan pembajakan dan penanaman benih. Demikianlah aku mencari nafkah. (Meskipun aku tidak memiliki ciri-ciri seperti yang Engkau punya, pekerjaanku tidak terpengaruh.) O Bhikkhu, Engkau juga harus membajak dan menanam sepertiku. Dengan melakukan hal itu, Engkau dapat hidup bahagia seperti-Ku. (Engkau yang memiliki ciri-ciri kebesaran, apa yang tidak dapat Engkau hasilkan?")
(Brahmana itu telah mengetahui bahwa "Pangeran Siddhattha yang mulia di istana Sakya di Kota Kapilavatthu! Pangeran telah menjadi petapa setelah meninggalkan hidup mewah sebagai raja dunia!" dan ia juga mengenali bahwa Pangeran Siddhattha adalah bhikkhu ini. Ia berkata kepada Buddha dengan cara demikian untuk mengecam dengan kata-kata, "Setelah meninggalkan kemewahan sebagai raja dunia, apakah Engkau (yang telah menjadi seorang bhikkhu) sekarang merasa bosan?" atau karena sebagai seorang brahmana yang cerdas, ia berkata demikian bukan karena ia ingin mencela Buddha yang memiliki postur tubuh yang menarik, namun karena ia ingin memperlihatkan kebijaksanaannya dan mengajak Buddha untuk berdialog.)
Kemudian, karena ia (Brahmana Kasibhàradvàja), seorang yang layak diajak berdialog, adalah seorang petani, Buddha ingin memberikan ajaran yang sesuai dengan kecenderungannya. Untuk membabarkan khotbah Dhamma, Beliau mengungkapkan bahwa Beliau adalah pengusaha tertinggi di dunia ini bahkan di antara dewa dan brahmà, Buddha berkata:
"O Brahmana, seperti halnya engkau, Aku juga membajak lahan dan menanam benih serta hidup penuh kebahagiaan."
Kasibhàradvàja berpikir, "Bhikkhu Gotama ini mengatakan 'Aku juga membajak lahan dan menanam benih...," tetapi aku tidak melihat peralatannya seperti gandar, tongkat penghalau, dan lain-lain. Apakah Ia membohongiku?," kemudian brahmana itu melihat
1408
Riwayat Agung Para Buddha
Buddha, memeriksa Beliau dari ujung kaki hingga kepala-Nya dan melihat dengan jelas bahwa Buddha memiliki tanda-tanda manusia luar biasa. Oleh karena itu ia berpikir, "Tidak ada alasan bagi orang dengan tanda-tanda ini mengatakan hal yang tidak benar." Pada titik ini, muncullah rasa hormat dalam dirinya terhadap Buddha. Selanjutnya ia tidak lagi memanggil dengan kasar sebagai "samaõa (bhikkhu)," dan memanggil Buddha dengan nama keluarganya dan berkata:
"Kami tidak melihat gandar, bajak, tongkat penghalau, dan sapi milik Yang Mulia Gotama. Tetapi Engkau menyatakan, "O Brahmana, seperti halnya engkau, Aku juga membajak lahan dan menanam benih serta hidup penuh kebahagiaan."
Brahmana itu kemudian bertanya dalam syair berikut:
Kassako pañijànàsi
na ca passàma te kasiÿ.
Kasiÿ no pucchito bråhi
yathà jànemu te kasiÿ. (1)
"(O Gotama,) Engkau menyatakan bahwa Engkau adalah seorang petani. Tetapi aku tidak melihat peralatan-Mu, (seperti gandar, bajak, dan lain-lain) yang diperlukan dalam bertani. Mohon beritahu kami agar kami mengetahui semua peralatan (yang Engkau, Gotama, gunakan) untuk bertani."
Atas pertanyaan yang diajukan oleh brahmana itu, Buddha memberikan jawaban lengkap dalam empat bait syair, tiga berisi jawaban dan keempat adalah kesimpulan. Syair jawaban itu adalah sebagai berikut:
Jawaban atas syair (1)
Saddhà bãjaÿ tapo vuññhi
pa¤¤à me yuga-naïgalaÿ.
Hirã ãsà mano yottaÿ
sati me Phàlapàcanaÿ. (2)
1409
Vassa Kesebelas Buddha di Desa Brahmana Nàla
"(O Brahmana dari suku Bhàradvàja!) keyakinan-Ku adalah benih-Ku, keyakinan yang terdiri dari empat jenis:
(1) àgama (àgamana-saddha, keyakinan yang berdasarkan tekad untuk menjadi seorang Buddha),
(2) adhigama (adhigamana-saddhà, keyakinan yang berdasarkan atas pencapaian Jalan dan Buahnya),
(3) okappanà, (okappana-saddhà, keyakinan yang berdasarkan atas pemahaman dari kemuliaan Tiga Permata), dan
(4) pasàda (pasàda-saddhà, keyakinan yang berdasarkan atas pemandangan dan pendengaran terhadap apa yang menyenangkan hati).
(Penjelasan dari empat ini dapat dibaca dalam Komentar Pàthika Vagga dan sumber lainnya.)" (a)
"Pengendalian-Ku atas enam indria adalah hujan yang membantu dalam tumbuhnya tanaman." (b)
"Kebijaksanaan Pandangan Cerah (Vipassanà-pa¤¤à) dan Empat Kebijaksanaan (Magga-Pa¤¤à) adalah gandar dan penggaruk tanah." (c)
"Rasa malu (hirã) dan takut (ottappa) akan perbuatan jahat adalah dua baris mata penggaruk tanah." (d)
"Pikiran-Ku yang terkonsentrasi (samàdhi) adalah tiga utas tali, satu untuk mengikat, yang lain untuk menarik dan yang ketiga untuk penghubung." (e)
"Perhatian-Ku (sati) yang disertai dengan Kebijaksanaan Pandangan Cerah dan juga disertai oleh Kebijaksanaan Jalan adalah mata penggaruk tanah dan tongkat penghalau."(f)
Sumber: RAPB, Buku 2, hal.1406-1409.
Quote from: Mas Tidar on 03 July 2011, 09:03:18 AM
dapat dipastikan menjalani kebhikkhuan "pasti" bisa memiliki ketengangan batin walaupun sementara/ sesaat, dapat dicapai secara langsung dikehidupan ini ataupun dipupuk dari saat ini untuk dikehidupan yang akan datang. Kalau tidak dimulai dari sekarang kapan lagi?
hanya perlu 2 kepala yang berbeda pendapat dan 2 kehendak dari 2 kepala tersebut untuk melakukan debat. Kalau hanya 2 kepala dan 1 kehendak dari 2 kepala ?
ada baiknya coba cross cek dengan bhikku ;D , saya lebih setuju dengan pendapat bro indra, tidak menjamin menjalani kebhikkuan "pasti" bisa memiliki ketenangan batin. walau itu di sebut sementara tetapi tetap tidak dapat disebut "pasti". menurut saya jika ingin ketenangan bathin tidak perlu dilakukan dengan menjalani kebhikkuan , selama kita menerapkan ajaran sang buddha dalam kehidupan kita bisa juga mendapatkan ketenangan bathin :)
Quote from: wang ai lie on 03 July 2011, 04:17:23 PM
ada baiknya coba cross cek dengan bhikku ;D , saya lebih setuju dengan pendapat bro indra, tidak menjamin menjalani kebhikkuan "pasti" bisa memiliki ketenangan batin. walau itu di sebut sementara tetapi tetap tidak dapat disebut "pasti". menurut saya jika ingin ketenangan bathin tidak perlu dilakukan dengan menjalani kebhikkuan , selama kita menerapkan ajaran sang buddha dalam kehidupan kita bisa juga mendapatkan ketenangan bathin :)
Coba dengar yang ini dulu baru pertimbangkan mau di ordained atau tidak....
https://www.youtube.com/watch?v=aK7xRQFekrQ
Quote from: william_phang on 03 July 2011, 04:37:31 PM
Coba dengar yang ini dulu baru pertimbangkan mau di ordained atau tidak....
https://www.youtube.com/watch?v=aK7xRQFekrQ
bahasa inggris bro..tidak bisa ^-^, bisa terjemahkan intinya saja bro , biar bisa paham ;D
TSnya kemana nih? ???
Quote from: SUGI THEN on 03 July 2011, 02:34:22 AM
Saya ingin bertanya kepada teman teman sedhamma apabila anda mendapatkan 2 pilihan hidup manakah yang akan anda ambil dalam kehidupan ini
pertama menjadi seorang bhikhu yang miskin harta tapi kaya akan ketenangan batin dan banyak waktu untuk melatih dan membina diri atau menjadi pengusaha yang kaya harta tapi miskin ketenangan batin dan tidak memiliki banyak waktu untuk melatih dan membina diri apalagi membina orang lain kejadian ini kejadian seorang teman saya yang sebenarnya dia memiliki potensi untuk menjadi seorang bhikhu karena pengetahuannya sangat baik sekali dan dia ada keinginan untuk menjadi seorang bhikhu tetapi keluarganya tidak mendukung pihak keluarga terutama kedua orangtuanya menginginkan dia menjadi seorang pengusaha dan diberi modal sangat besar sampai milyaran rupiah maklum keluarga lumayan kalau kejadian ini terjadi terhadap anda manakah yang anda pilih????? _/\_
kakao akan pilih pengusaha,..karena pengusaha mengembangkan usaha dulu,..siapa bilang dg jd pengusaha bathin kita nggak bisa kaya ? bisa,..dari kitanya harus menjadi pengusaha yang diktatoris atau pengusaha yang pakai hati nurani ;D
tapi susah sih ya? kalau sdh jalannya menjadi Bhikkhu ya coba aj ikuti hati nurani,.kan hidup adalah pilihan,..pilihlah berdasarkan hati nurani, jangan ikut2an,.jangan terpengaruh dll ;D
Terima kasih atas semua sarannya sahabat2 sedhamma apakah masih ada saran yang lain....... ;D
Quote from: wang ai lie on 03 July 2011, 04:42:31 PM
bisa terjemahkan intinya saja bro , biar bisa paham ;D
banyak org berasumsi kalau bhikkhu dan nun adalah begitu sempurna, dan mempunyai pengharapan berlebihan terhadap mereka.
Berkhayal kalau kehidupan di wihara hanya ada ketenangan, damai dan tanpa masalah.
Tapi kenyataannya, semua adalah manusia biasa / normal. Di wihara sekalipun, masih banyak terlihat ketamakan, kemarahan, dan masalah2 lainnya. Jadi hal yang terbaik untuk diri sendiri adalah hidup sesuai Dhamma. Maka bisa lebih mudah menjalani kehidupan di wihara.
ini inti yg saya tangkap. silahkan dikoreksi jika ada kesalahan
menjadi pengusaha yang kaya raya dan men-support kehidupan banyak bhikku akan memperoleh ketenangan bathin :)
Tapi memang benar kalau kita ingin benar2 melatih diri harus meninggalkan keduniawian seperti sang buddha kalau memang nibbana bisa dicapai dengan cara keduniawian kanapa sang buddha meninggalkan istananya seperti apa yang sang buddha katakan kalau harta dan istananya adalah sebuah rintangan dalam melatih diri untuk mencapai pencerahan!!!
mau jadi bhikkhu itu harus mempunyai tekad yang kuat. Tekad yang kuat ini akan melarutkan semua halangan (baik yang sifat-nya eksternal maupun internal) unt mencapai yang di-idam2kan, ketenangan batin.
mau jadi pengusaha juga harus mempunyai tekad yang kuat untuk memanage ketenangan batin Anda. Apalagi jaman sekarang, bagaimana bisa untung kalau uang tidak bicara, UUD.
Quote from: wang ai lie on 03 July 2011, 04:42:31 PM
bahasa inggris bro..tidak bisa ^-^, bisa terjemahkan intinya saja bro , biar bisa paham ;D
Guru_ku ^:)^ ^:)^ ^:)^
jadi pengusahaa sukses, beli lahan besar, bangun wihara, tempat sekolah, tempat meditasi, rumah sakit, dst.... next ... jadi Bhiku.... mantep ouewwueue....
Quote from: hendrako on 04 July 2011, 01:43:29 PM
TSnya kemana nih? ???
mungkin kupingnya lagi dikorek sama cute bunny....(mungkin)....