_/\_
menurut bro dan sis semua, bagaimana sih dhamma berlaku bagi orang2 cacat mental?
apakah dlm pengertian dhamma, orang cacat mental adalah orang yg sudah tidak lagi memiliki niat?
dan apakah masih bisa dikategorikan sebagai makhluk hidup, ataukah hanya sebagai benda hidup?
contoh kasus yang aku lihat sendiri:
ada orang cacat mental (gila) berjalan di trotoar. dari arah berlawanan ada pengendara motor yg mengendarai motor agak menepi dengan kecepatan lumayan cepat. nah mungkin krn merasa terganggu, orang gila itu mengambil batu besar di tepi jalan, kemudian melemparkannya ke arah pengendara motor tadi.
Seandainya saja, batu tadi mengenai pengendara motor dan mengakibatkan kecelakaan beruntun dan menimbulkan korban jiwa, bagaimana kamma org gila tersebut? apakah akan menimbulkan penderitaan di masa yg akan datang?
Jika kita memandang dari sisi org yg menjadi korban, mungkin itu memang saat kamma buruk masa lampaunya berbuah.
terima kasih sebelumnya....
_/\_
inilah yang ingin di sampaikan oleh Guru Buddha,..beliau menekankan pikiran,.dan artia dari kata buddha itu sendiri adalah "kesadaran" maka kita hendaknya menjaga kesadaran kita jangan sampai kita menjadi seperti orang gila yang telah kehilangan kesadaran.
artia karma melalui orang yang telah hilang kesadarannya adalah mereka bertindak tampa adanya cetana, tidak ada pikiran untuk mencelakai, spontanius, memang nggak ada sesuatu yang tampa sebab, buah karma kadang muncul tampa terduga,..buah karma bisa berupa karma baik atau karma buruk kita.
note : jangan meremehkan kekuatan pikiran,.ketika kita kehilangan kesadaran kita,..apapun yang kita lakukan hanyalah kesia-siaan belaka,..maka jagalah pikiran dan kesadaran anda. ;D
jadi keinget dg situasi disini, sudah 3 bulan ini kami mendpt titipan "orang sakit mental", sewaktu keluarga menitipkan, mereka memberi keterangan kepada kepala arama, bhw krn mamanya meninggal mengakibatkan dia syok dan agak terganggu, keluarga mengharapkan dg hidup di arama dpt membuat dia menjadi normal kembali, dan merupakan suatu kebajikan bagi kepala arama saya jika mengijinkan dia tinggal dan lebih lagi mampu membuat dia normal kembali maka suatu perbuatan kusala yg luar biasa.
akhir kata kepala arama sy menerima, ternyata sewaktu kami bertemu dia, baru sehari di arama, sy udah menemukan "kebohongan" keluarga, dia sebenarnya terlahir cacat mental, BUKAN karena syok mamanya meninggal. ketahuan karena sy pancing, sy tanya berapa lama mamanya meninggal, dia jawah udah 3 tahun ini, lalu saya tanya kamu sekolah sampe kelas berapa? dia jawab hanya sampe kelas 3 itu aja ga pernah selesai2, pdhal semua adik2nya udah lulus semua dr SMU. nahhh...ketahuannn.....karena kami semua ada di ruang itu jadi dengar, hanya kepala arama dan wkl.arama sedang keluar, lalu ada yg cerita ke beliau, akhir kata kami tahu semua kalo memang anak ini udah sejak lahir "cacat mental" tp keluarga krn masing2 punya keluarga sendiri tidak mau direpotkan merawat kakak yg "sakit".
dia udah berumur lebih dari 40 thn, tapi cara berpikirnya sama dengan anak umur 5 thn. sebenarnya "kasihan sekali" tp kadang jengkel, karena dia susah dibilangin dan merasa "pinter". apa2 yg mau dia kerjakan kita udah larang, tetap aja ngeyel, misal : saya bertugas tiap sore menyiapkan bunga utk puja bakti sore, dia berusaha bantu dg manjat pohon, udah sy beritahu "jangan" krn selain kami berjubah tidak boleh manjat, juga pohon itu terlalu rapuh, dan benar juga patah akhirnya. saya udah kasih tahu berkali2 dan ngeyel. bener2 REPOT bicara dg orang yg 'cacat mental', jadi mana mungkin dia mampu mengenal dhamma, krn utk berpikir secara normal aja susah sekali.
pernah suatu hari, dia ngomel2 mengapa semua mendpt "pirikara" (bingkisan persembahan : jubah, sabun, handuk, dll) tp dia ngga dpt. (bagaimana mgk, dia hanya umat biasa bukan gundul berjubah). memang susah bicara dg "orang sakit" walau dia udah dikasih tahu krn dia bukan nun, lantas dia malah minta dijadikan nun, yah...malah tambah repot, udah dijelaskan tidak menerima nun dg kondisi "sakit mental" tetap aja dia ngeyel, dia bilang, "pokoknya saya pengin gundul sekarang"...ampunn dahh...
Quote from: pannadevi on 29 May 2011, 10:40:40 AM
jadi keinget dg situasi disini, sudah 3 bulan ini kami mendpt titipan "orang sakit mental", sewaktu keluarga menitipkan, mereka memberi keterangan kepada kepala arama, bhw krn mamanya meninggal mengakibatkan dia syok dan agak terganggu, keluarga mengharapkan dg hidup di arama dpt membuat dia menjadi normal kembali, dan merupakan suatu kebajikan bagi kepala arama saya jika mengijinkan dia tinggal dan lebih lagi mampu membuat dia normal kembali maka suatu perbuatan kusala yg luar biasa.
akhir kata kepala arama sy menerima, ternyata sewaktu kami bertemu dia, baru sehari di arama, sy udah menemukan "kebohongan" keluarga, dia sebenarnya terlahir cacat mental, BUKAN karena syok mamanya meninggal. ketahuan karena sy pancing, sy tanya berapa lama mamanya meninggal, dia jawah udah 3 tahun ini, lalu saya tanya kamu sekolah sampe kelas berapa? dia jawab hanya sampe kelas 3 itu aja ga pernah selesai2, pdhal semua adik2nya udah lulus semua dr SMU. nahhh...ketahuannn.....karena kami semua ada di ruang itu jadi dengar, hanya kepala arama dan wkl.arama sedang keluar, lalu ada yg cerita ke beliau, akhir kata kami tahu semua kalo memang anak ini udah sejak lahir "cacat mental" tp keluarga krn masing2 punya keluarga sendiri tidak mau direpotkan merawat kakak yg "sakit".
dia udah berumur lebih dari 40 thn, tapi cara berpikirnya sama dengan anak umur 5 thn. sebenarnya "kasihan sekali" tp kadang jengkel, karena dia susah dibilangin dan merasa "pinter". apa2 yg mau dia kerjakan kita udah larang, tetap aja ngeyel, misal : saya bertugas tiap sore menyiapkan bunga utk puja bakti sore, dia berusaha bantu dg manjat pohon, udah sy beritahu "jangan" krn selain kami berjubah tidak boleh manjat, juga pohon itu terlalu rapuh, dan benar juga patah akhirnya. saya udah kasih tahu berkali2 dan ngeyel. bener2 REPOT bicara dg orang yg 'cacat mental', jadi mana mungkin dia mampu mengenal dhamma, krn utk berpikir secara normal aja susah sekali.
pernah suatu hari, dia ngomel2 mengapa semua mendpt "pirikara" (bingkisan persembahan : jubah, sabun, handuk, dll) tp dia ngga dpt. (bagaimana mgk, dia hanya umat biasa bukan gundul berjubah). memang susah bicara dg "orang sakit" walau dia udah dikasih tahu krn dia bukan nun, lantas dia malah minta dijadikan nun, yah...malah tambah repot, udah dijelaskan tidak menerima nun dg kondisi "sakit mental" tetap aja dia ngeyel, dia bilang, "pokoknya saya pengin gundul sekarang"...ampunn dahh...
sis panna, kenapa gak di turuti saja kan hanya sekedar menggunduli rambut, apalagi kalau sekalian di bimbing untuk meditasi maupun pengenalan dalam dhamma, mungkin bisa merubahnya sedikit demi sedikit.
jika menghadapi orang seperti itu mau gak mau kita memang harus bersabar dan bahkan harus extra sabar, karena apa yang dia lakukan seperti anak umur 5 tahun(walaupun umur sebenarnya 40th), mayoritas anak normal umur 5 tahun pasti seperti itu, banyak tanya, penasaran, ngeyel, hyper aktif . walaupun apa yang dia lakukan salah.
yang normal saja kalau sudah tua sifatnya bisa seperti anak kecil lagi, ya rewel, susah dibilangin atau ngeyel, gampang marah. mohon di koreksi jika saya salah _/\_
Quote from: wang ai lie on 29 May 2011, 01:01:52 PM
sis panna, kenapa gak di turuti saja kan hanya sekedar menggunduli rambut, apalagi kalau sekalian di bimbing untuk meditasi maupun pengenalan dalam dhamma, mungkin bisa merubahnya sedikit demi sedikit.
jika menghadapi orang seperti itu mau gak mau kita memang harus bersabar dan bahkan harus extra sabar, karena apa yang dia lakukan seperti anak umur 5 tahun(walaupun umur sebenarnya 40th), mayoritas anak normal umur 5 tahun pasti seperti itu, banyak tanya, penasaran, ngeyel, hyper aktif . walaupun apa yang dia lakukan salah.
yang normal saja kalau sudah tua sifatnya bisa seperti anak kecil lagi, ya rewel, susah dibilangin atau ngeyel, gampang marah. mohon di koreksi jika saya salah _/\_
gitu ya? diturutin aja ya....hehehe.....krn dia ingin mendptkan persembahan dari umat, lalu dia minta pake jubah lantas diturutin, shg dia juga mendpt persembahan dan umat namaskara ke dia, kemudian dia ingin dhammadesana juga diturutin, lalu dia berjoget2 sesuka dia juga diturutin? waduhhh....ya ginilah kalo jadi murid MASTER....vinaya sang Buddha diganti seenak2nya, juga sutta bisa diplintirin.... ^-^
begini ya bro, salah satu vinaya untuk seseorang yang berjubah, bisa diterima atau tidak, salah satunya harus sehat jasmani dan rohani. ;D
kecuali bro bangun vihara sendiri, yang bhikkhu2nya kondisi spt itu..... :o
mereka mencoba mengajari dia, mengenalkan huruf2, juga angka2...tapi susahhhh bangetttt.....semua ampe geleng2...walau sabar sih...tp kadang cape juga, mereka sering bercerita betapa susahnya ngajarin dia, krn ga mudeng2....saya aja yg ikut mendengarkan juga sering kasihan. kemarin 5 + 1 = 6, itu aja susah banget ingatnya. diulangin dan diulangin, masih juga blm nyantel....
jadi klo dlu ga naik2 kelas ya karena memang sulit sekali buat dia utk berpikir.....silahkan bro menerima dia, tentu dg senang hati kami akan mengirimkan ke bro....gimana? ^-^
oya, anda bilang sekalian ngajari meditasi dan dhamma, dia itu sebelum ke vihara kami, udah keliling ke vihara lain, yang tentunya berhasil lulus dg baik, terbukti mrk mengirim keluar, klo kita sekolah tentu keluar stlh lulus khan. selama ini setiap poya day (full moon day = uposatha day) dia selalu ikut, tp ya gtu dikala dhammadesana dia asyik ngecipris crt dg sebelahnya, dikala meditasi juga bgtu, beberapa anggota jadi komplain dan dia ditegur kepala arama, tapi ya bgtu terus setiap poya, namanya juga orang "sakit", kasihan sebenarnya. :(
Mungkin ditabrak saja lalu bacakan paritta agar terlahir di alam yang lebih bahagia =))
Kalau gila kan kasihan :(
menurut bro dan sis semua, bagaimana sih dhamma berlaku bagi orang2 cacat mental?
ya berlaku...
apakah dlm pengertian dhamma, orang cacat mental adalah orang yg sudah tidak lagi memiliki niat?
bukan, tp org yg cacat secara mental (berpikir dll) akibat buah kammanya masa lampau, bukan tidak memiliki niat....
dan apakah masih bisa dikategorikan sebagai makhluk hidup, ataukah hanya sebagai benda hidup?
masih di anggap mahluk hidup
ada orang cacat mental (gila) berjalan di trotoar. dari arah berlawanan ada pengendara motor yg mengendarai motor agak menepi dengan kecepatan lumayan cepat. nah mungkin krn merasa terganggu, orang gila itu mengambil batu besar di tepi jalan, kemudian melemparkannya ke arah pengendara motor tadi.
Seandainya saja, batu tadi mengenai pengendara motor dan mengakibatkan kecelakaan beruntun dan menimbulkan korban jiwa, bagaimana kamma org gila tersebut? apakah akan menimbulkan penderitaan di masa yg akan datang?
tetap menghasilkan kamma...ada tapinya...
tapi perbuatan orang yg gila..tidak sebesar/seserius org yg waras, maka begitu pula buahnya
itulah kekuatan kamma bro, krn kamma buruk yg terakumulasi sebelumnya, mengakibatkan kelahiran dimasa sekarang "tidak memiliki" kesadaran.
contohnya : penjual narkotik, heroin, shabu2 dan sejenisnya berikut pemakainya, sudah dpt dipastikan kelahiran berikut akan mengalami hal ini. tapi bhikkhu culapanthaka karena menghina bhikkhu yg sedang menghapal gatha diulang2 berkali2, lantas dia hanya mencemooh dg berkata, kalo saya hal spt ini gampang sekali, kamu kok ga bisa sih. lantas mengakibatkan kelahiran beliau memiliki kelemahan mengingat, sehingga 1 gatha saja tidak mampu. hati2lah menghina bhikkhu (jangan sampe kelak kelahiran kita akan cacat mental). kita tidak tahu seberapa banyak kebajikan yg kita miliki, jika kurang, alamat dahhh....
Waduh, waktu itu ada bhikkhu lewat rumah saya. Lalu dia menghampiri pintu rumah saya dan meminta dana makanan. Lalu keluarga gak percaya dan dibilang bhikkhu palsu sama koko saya. Dikasih uang ceban dan disuruh pigi. Kalo gitu buah karmanya apa? Apakah akan sangat buruk dan berakibat pada 1 keluarga? :(
yang menerima akibat adalah pelaku, klo yg ngusir kokonya ya berarti koko nya yg kelak menerima akibat, tapi jika kekuatan kebajikan beliau lebih besar drpd kekuatan kamma buruk, maka akibat yg diterima akah lebih kecil, misal tidak cacat mental namun bodo .... ::) ....misal lho ini bro...(**kekuatan kamma tidak bisa disamakan 1+1=2, krn beberapa faktor akan mempengaruhi)
klo kisah sang Buddha dulu diusir, sewaktu pindapata pada seorang kaya, lantas dia terlahir sbg anjing, anaknya akhirnya menjadi bhikkhu dan mencapai arahat, stlh tahu anjing dia dulu itu ayahnya sendiri.
Quote from: pannadevi on 29 May 2011, 02:58:06 PM
gitu ya? diturutin aja ya....hehehe.....krn dia ingin mendptkan persembahan dari umat, lalu dia minta pake jubah lantas diturutin, shg dia juga mendpt persembahan dan umat namaskara ke dia, kemudian dia ingin dhammadesana juga diturutin, lalu dia berjoget2 sesuka dia juga diturutin? waduhhh....ya ginilah kalo jadi murid MASTER....vinaya sang Buddha diganti seenak2nya, juga sutta bisa diplintirin.... ^-^
begini ya bro, salah satu vinaya untuk seseorang yang berjubah, bisa diterima atau tidak, salah satunya harus sehat jasmani dan rohani. ;D
kecuali bro bangun vihara sendiri, yang bhikkhu2nya kondisi spt itu..... :o
mereka mencoba mengajari dia, mengenalkan huruf2, juga angka2...tapi susahhhh bangetttt.....semua ampe geleng2...walau sabar sih...tp kadang cape juga, mereka sering bercerita betapa susahnya ngajarin dia, krn ga mudeng2....saya aja yg ikut mendengarkan juga sering kasihan. kemarin 5 + 1 = 6, itu aja susah banget ingatnya. diulangin dan diulangin, masih juga blm nyantel....
jadi klo dlu ga naik2 kelas ya karena memang sulit sekali buat dia utk berpikir.....silahkan bro menerima dia, tentu dg senang hati kami akan mengirimkan ke bro....gimana? ^-^
oya, anda bilang sekalian ngajari meditasi dan dhamma, dia itu sebelum ke vihara kami, udah keliling ke vihara lain, yang tentunya berhasil lulus dg baik, terbukti mrk mengirim keluar, klo kita sekolah tentu keluar stlh lulus khan. selama ini setiap poya day (full moon day = uposatha day) dia selalu ikut, tp ya gtu dikala dhammadesana dia asyik ngecipris crt dg sebelahnya, dikala meditasi juga bgtu, beberapa anggota jadi komplain dan dia ditegur kepala arama, tapi ya bgtu terus setiap poya, namanya juga orang "sakit", kasihan sebenarnya. :(
sis/cece/cicik samaneri yg baik
menurut hemat aa, di srilanka pasti ada rumah sakit jiwa, lebih baik tu orang dipindahkan saja ke rumah sakit jiwa, karena orang normal yg mau belajar dhamma itu tempatnya di arama/vihara, klo orang ga normal yg mau idup itu tempat nya di rumah sakit jiwa...
jiwa nya di baikin dulu, klo dokter dah bilang ok punya nih orang... baru ditrima lg di arama/vihara, mau jd nun bole jg... itu tindakan cukup bijak dr pd mengusir dan keluarga bergriliya dari 1 arama/vihara ke arama/vihara lain...
toh jg orang "gila" itu jg ga bs belajar dhamma di arama/vihara, yg ada cm buat "heboh" dr pd memupuk kemarahan/kebencian/kejengkelan, tegur ini itu, percuma, itu orang ga beres otak nya, walau itu buah kamma lampau, tetap saja kudu di obati... klo keluarga masih ngotot, kirim aja ke pesantren "rock n roll" dah... are u readyyy...
=))
Asalkan saya gak kena juga sudah bagus ^-^
Tapi koko saya juga gak tahu karena keluarga taunya cuma cungcungcep ;D
Apakah efeknya akan lebih ringan?
Quote from: Sunyata on 29 May 2011, 03:38:40 PM
Waduh, waktu itu ada bhikkhu lewat rumah saya. Lalu dia menghampiri pintu rumah saya dan meminta dana makanan. Lalu keluarga gak percaya dan dibilang bhikkhu palsu sama koko saya. Dikasih uang ceban dan disuruh pigi. Kalo gitu buah karmanya apa? Apakah akan sangat buruk dan berakibat pada 1 keluarga? :(
klo kasus gini serba salah, saat ini sendiri banyak bhikkhu gadungan, mereka rela mengunduli kepala nya dan hanya gunakan jubah ketika dia melakukan kegiatan minta meminta dan biasa nya agak maksa ketika minta sesuatu, umumnya uang... tp setelah kegiatan dilakukan, jubah dilepas, menggunakan topi n baju seperti orang biasa...
umunya klo bhikkhu yg "beneran" mereka melakukan pindapata dengan cara berkelompok, berjalan dari vihara dan kembali lg ke vihara, tanpa masuk ke toko/rumah umat dan tidak minta dgn cara memaksa... n hampir tidak ditemukan kegiatan meminta2 uang dr suatu rumah ke rumah...
tp tuk kasus koko nya sunyata, aa ga tau bhikkhu apa dan dr mana... kecuali ada info lebih lanjut...
Quote from: pannadevi on 29 May 2011, 02:58:06 PM
gitu ya? diturutin aja ya....hehehe.....krn dia ingin mendptkan persembahan dari umat, lalu dia minta pake jubah lantas diturutin, shg dia juga mendpt persembahan dan umat namaskara ke dia, kemudian dia ingin dhammadesana juga diturutin, lalu dia berjoget2 sesuka dia juga diturutin? waduhhh....ya ginilah kalo jadi murid MASTER....vinaya sang Buddha diganti seenak2nya, juga sutta bisa diplintirin.... ^-^
begini ya bro, salah satu vinaya untuk seseorang yang berjubah, bisa diterima atau tidak, salah satunya harus sehat jasmani dan rohani. ;D
kecuali bro bangun vihara sendiri, yang bhikkhu2nya kondisi spt itu..... :o
mereka mencoba mengajari dia, mengenalkan huruf2, juga angka2...tapi susahhhh bangetttt.....semua ampe geleng2...walau sabar sih...tp kadang cape juga, mereka sering bercerita betapa susahnya ngajarin dia, krn ga mudeng2....saya aja yg ikut mendengarkan juga sering kasihan. kemarin 5 + 1 = 6, itu aja susah banget ingatnya. diulangin dan diulangin, masih juga blm nyantel....
jadi klo dlu ga naik2 kelas ya karena memang sulit sekali buat dia utk berpikir.....silahkan bro menerima dia, tentu dg senang hati kami akan mengirimkan ke bro....gimana? ^-^
oya, anda bilang sekalian ngajari meditasi dan dhamma, dia itu sebelum ke vihara kami, udah keliling ke vihara lain, yang tentunya berhasil lulus dg baik, terbukti mrk mengirim keluar, klo kita sekolah tentu keluar stlh lulus khan. selama ini setiap poya day (full moon day = uposatha day) dia selalu ikut, tp ya gtu dikala dhammadesana dia asyik ngecipris crt dg sebelahnya, dikala meditasi juga bgtu, beberapa anggota jadi komplain dan dia ditegur kepala arama, tapi ya bgtu terus setiap poya, namanya juga orang "sakit", kasihan sebenarnya. :(
yang sabar yah cici.. :)
saya baca tulisannya cici aja, ngebayanginnya kek udah susah banget yah kondisinya.. ;D
hehehhehe...
sekarang orang itu masih tinggal di aramanya cici?
keadaanya apakah masih sama seperti waktu dia pertama masuk?
atau mungkin ada sedikit perubahan cici.. :)
Quote from: dhanuttono on 29 May 2011, 04:34:31 PM
klo kasus gini serba salah, saat ini sendiri banyak bhikkhu gadungan, mereka rela mengunduli kepala nya dan hanya gunakan jubah ketika dia melakukan kegiatan minta meminta dan biasa nya agak maksa ketika minta sesuatu, umumnya uang... tp setelah kegiatan dilakukan, jubah dilepas, menggunakan topi n baju seperti orang biasa...
umunya klo bhikkhu yg "beneran" mereka melakukan pindapata dengan cara berkelompok, berjalan dari vihara dan kembali lg ke vihara, tanpa masuk ke toko/rumah umat dan tidak minta dgn cara memaksa... n hampir tidak ditemukan kegiatan meminta2 uang dr suatu rumah ke rumah...
tp tuk kasus koko nya sunyata, aa ga tau bhikkhu apa dan dr mana... kecuali ada info lebih lanjut...
iya bener kata om tono, soalnya setau saya juga bhikkhu theravada itu jarang jalan sambil minta2 ke rumah umat..
kaget juga sih pas baca tulisannya om sunyata..
kecuali emang ada pindapata, kalo di tempat saya biasanya diadakan pindapata pada hari2 tertentu, misalnya menjelang waisak ataupun hari raya lainnya, tapi itupun pasti ada umat yang ngikutin untuk mengambil barang ataupun makanan yang dimasukkan ke dalam bowl. Tapi seringnya udah ada pengumuman terlebih dahulu dan umat2 udah pada tau dan siap sedia di jalur jalan yang akan dilalui oleh bhikkhunya. :)
Info lebih lanjut:
- memakai topi jerami dengan kain menutupi kepalanya
- berjubah dan gundul
- bawa tas gendong
- mutar lagu mp3 Ta pei cou atau apa judulnya juga gak tau
- suara mp3 keluar dari tas
- hanya 1 orang
- berkunjung dr 1 ke rumah lain
Quote from: Sunyata on 29 May 2011, 05:09:04 PM
Info lebih lanjut:
- memakai topi jerami dengan kain menutupi kepalanya
- berjubah dan gundul
- bawa tas gendong
- mutar lagu mp3 Ta pei cou atau apa judulnya juga gak tau
- suara mp3 keluar dari tas
- hanya 1 orang
- berkunjung dr 1 ke rumah lain
jubah biru ? sperti murid shaolin ? pake bahasa mandarin/bahasa daerah hokkian ? minta uang tuk pembangunan vihara di cina/taiwan sana ? klo nyumbang, ntar dikasih gambar kuan-im, coba kasih uang 5rb/10rb bs merengut wajahnya/ekspresi tidak senang... didalam tas nya tu ada hp...
nurut aa pribadi, bs jd itu gadungan... diliat dr ciri2 nya...
Jubahnya oren, yang nyumbang dikasih gelang dan gambar kuan im ato buddha.
Quote from: dhanuttono on 29 May 2011, 05:26:16 PM
jubah biru ? sperti murid shaolin ? pake bahasa mandarin/bahasa daerah hokkian ? minta uang tuk pembangunan vihara di cina/taiwan sana ? klo nyumbang, ntar dikasih gambar kuan-im, coba kasih uang 5rb/10rb bs merengut wajahnya/ekspresi tidak senang... didalam tas nya tu ada hp...
nurut aa pribadi, bs jd itu gadungan... diliat dr ciri2 nya...
oh ya, emangnya sekarang banyak bhikkhu gadungan ya om??
di tempat saya masih belum pernah ketemu yang gituan.. hehehe..
apa saya nya aja yang ketinggalan berita ya.. ;D
laen kali...dai pada binggung..dana makanan saja....
Quote from: pannadevi on 29 May 2011, 02:58:06 PM
gitu ya? diturutin aja ya....hehehe.....krn dia ingin mendptkan persembahan dari umat, lalu dia minta pake jubah lantas diturutin, shg dia juga mendpt persembahan dan umat namaskara ke dia, kemudian dia ingin dhammadesana juga diturutin, lalu dia berjoget2 sesuka dia juga diturutin? waduhhh....ya ginilah kalo jadi murid MASTER....vinaya sang Buddha diganti seenak2nya, juga sutta bisa diplintirin.... ^-^
begini ya bro, salah satu vinaya untuk seseorang yang berjubah, bisa diterima atau tidak, salah satunya harus sehat jasmani dan rohani. ;D
kecuali bro bangun vihara sendiri, yang bhikkhu2nya kondisi spt itu..... :o
mereka mencoba mengajari dia, mengenalkan huruf2, juga angka2...tapi susahhhh bangetttt.....semua ampe geleng2...walau sabar sih...tp kadang cape juga, mereka sering bercerita betapa susahnya ngajarin dia, krn ga mudeng2....saya aja yg ikut mendengarkan juga sering kasihan. kemarin 5 + 1 = 6, itu aja susah banget ingatnya. diulangin dan diulangin, masih juga blm nyantel....
jadi klo dlu ga naik2 kelas ya karena memang sulit sekali buat dia utk berpikir.....silahkan bro menerima dia, tentu dg senang hati kami akan mengirimkan ke bro....gimana? ^-^
oya, anda bilang sekalian ngajari meditasi dan dhamma, dia itu sebelum ke vihara kami, udah keliling ke vihara lain, yang tentunya berhasil lulus dg baik, terbukti mrk mengirim keluar, klo kita sekolah tentu keluar stlh lulus khan. selama ini setiap poya day (full moon day = uposatha day) dia selalu ikut, tp ya gtu dikala dhammadesana dia asyik ngecipris crt dg sebelahnya, dikala meditasi juga bgtu, beberapa anggota jadi komplain dan dia ditegur kepala arama, tapi ya bgtu terus setiap poya, namanya juga orang "sakit", kasihan sebenarnya. :(
kalau dia ingin memakai jubah mendapat hal2 seperti itu ya lain cc, apalagi dhammadesana, yang saya maksud untuk hal2 yang tidak berkaitan dengan orang banyak, seperti dia minta gundul ya gundulin . kalau dia ternyata sudah pernah di ajarin seperti itu tetep gak bisa, gak bisa komentar lagi saya cc :)) apalagi dikirimin dia cc waduh, tanggungan saya sudah seabrek , kalau saya kaya raya sih no problem ;D, yang tidak habis pikir kenapa di kirim ke vihara, bukannya yayasan yang menangani keterbelakangan banyak cc?
Quote from: hemayanti on 29 May 2011, 05:46:24 PM
oh ya, emangnya sekarang banyak bhikkhu gadungan ya om??
di tempat saya masih belum pernah ketemu yang gituan.. hehehe..
apa saya nya aja yang ketinggalan berita ya.. ;D
sis tinggal daerah mana ? koq bs ga tau kasus kek gini ? hehehe... dulu aa pernah hadapi lsng, yg bersangkutan cm bs bahasa mandarin, minta sumbangan, katanya untuk vihara di cina sana, ditunjukin foto nya jg, dia bilang, klo dana ntar dikasih "hu" dan foto "kuan-im", ya aa bingung aja, di cina sana penduduk lebih banyak koq jauh2 sampe minta dana ke indon, trus nyasar ke kota kecil ditempat aa berada...
mikir aja, ongkos perjalanan mereka ke sini uda berapa ? belum biaya mereka balik ke sono, uang dr mana ? mereka idup sehari2 butuh makan n tempat tinggal, dapat uang dr mana ? apa ga pake duit itu ? itu yg terpikir sepintas di benak aa...
jd aa nolak secara halus aja, eh dia nya marah2... lah klo emang minta dana n benar dia bhikkhu, napa mau marah2 ? bkn nya aa milih2 dalam memberikan dana... ;D
kejadian lain nya, waktu aa ada di KL, malay, pas lg isi perut di depot terbuka daerah sungai wang, tu kan daerah nya wong cino n pusat perbelanjaan jg, mantap ada bhikkhu yg bergriliya mendatangi meja2 tempat orang lg makan (kejadian malam hari sekitar jam 8 malam), minta2 uang, ga perduli bule ato wong cino ato melayu didatangi n minta duit, akhirnya pelayan sana ngusir si bhikkhu, eh baru jalan beberapa langkah, hp si bhikkhu bunyi, si bhikkhu berlari n bersembunyi dibelakang mobil yg parkir di pinggir jalan, trima telp... ga lama, bhikkhu muncul lg dr belakang mobil n melanjutkan griliya...
yg kepikir ma aa sebagai seorang buddhist, ni pasti bhikkhu gadungan, masa bergriliya sampe malam2... pake acara lari2 n trima telp (hp mksudnya), trus malu2-in pula, malam2 kluar minta2 di depot2 orang makan pula... malu2-in...!
Quote from: The Ronald on 29 May 2011, 05:55:08 PM
laen kali...dai pada binggung..dana makanan saja....
iya klo mau trima makan, biasa lebih milih yg mentah nya aja (uang maksudnya) coba aja test waktu ketemu bhikkhu model gtu...
Quote from: dhanuttono on 29 May 2011, 07:50:15 PM
sis tinggal daerah mana ? koq bs ga tau kasus kek gini ? hehehe... dulu aa pernah hadapi lsng, yg bersangkutan cm bs bahasa mandarin, minta sumbangan, katanya untuk vihara di cina sana, ditunjukin foto nya jg, dia bilang, klo dana ntar dikasih "hu" dan foto "kuan-im", ya aa bingung aja, di cina sana penduduk lebih banyak koq jauh2 sampe minta dana ke indon, trus nyasar ke kota kecil ditempat aa berada...
mikir aja, ongkos perjalanan mereka ke sini uda berapa ? belum biaya mereka balik ke sono, uang dr mana ? mereka idup sehari2 butuh makan n tempat tinggal, dapat uang dr mana ? apa ga pake duit itu ? itu yg terpikir sepintas di benak aa...
jd aa nolak secara halus aja, eh dia nya marah2... lah klo emang minta dana n benar dia bhikkhu, napa mau marah2 ? bkn nya aa milih2 dalam memberikan dana... ;D
kejadian lain nya, waktu aa ada di KL, malay, pas lg isi perut di depot terbuka daerah sungai wang, tu kan daerah nya wong cino n pusat perbelanjaan jg, mantap ada bhikkhu yg bergriliya mendatangi meja2 tempat orang lg makan (kejadian malam hari sekitar jam 8 malam), minta2 uang, ga perduli bule ato wong cino ato melayu didatangi n minta duit, akhirnya pelayan sana ngusir si bhikkhu, eh baru jalan beberapa langkah, hp si bhikkhu bunyi, si bhikkhu berlari n bersembunyi dibelakang mobil yg parkir di pinggir jalan, trima telp... ga lama, bhikkhu muncul lg dr belakang mobil n melanjutkan griliya...
yg kepikir ma aa sebagai seorang buddhist, ni pasti bhikkhu gadungan, masa bergriliya sampe malam2... pake acara lari2 n trima telp (hp mksudnya), trus malu2-in pula, malam2 kluar minta2 di depot2 orang makan pula... malu2-in...!
makassar om..
iya saya juga tau kalo ada yang gitu2an dari cerita di forum ini..
di vihara saya g pernah denger cerita2 begituan..
hhehhehe...
iya bener2 mencurigakan om, dari penuturan pengalamannya om..
tapi napa g ditanyain ke bhikkhunya om?
tentang keragu2an itu.. hehehe..
siapa tau aja dapet jawaban yang oke.. :jempol:
:))
Quote from: hemayanti on 29 May 2011, 08:00:59 PM
makassar om..
iya saya juga tau kalo ada yang gitu2an dari cerita di forum ini..
di vihara saya g pernah denger cerita2 begituan..
hhehhehe...
iya bener2 mencurigakan om, dari penuturan pengalamannya om..
tapi napa g ditanyain ke bhikkhunya om?
tentang keragu2an itu.. hehehe..
siapa tau aja dapet jawaban yang oke.. :jempol:
:))
masalahnya mandarin aa ga seberapa lancar, apalagi klo bhikkhu nya pake bahasa daerah (hokkian/tio ciu) bs mati kutu aa... wkwkwk... lain klo bhikkhu nya pake bahasa indon ato jowo ato banjar, dah aa tanya sedetail2 nya... ;D
sis, kita tetangga loh sis, tetangga pulau, aa ada disebelah barat pulau nya sis :))
Quote from: dhanuttono on 29 May 2011, 08:09:46 PM
masalahnya mandarin aa ga seberapa lancar, apalagi klo bhikkhu nya pake bahasa daerah (hokkian/tio ciu) bs mati kutu aa... wkwkwk... lain klo bhikkhu nya pake bahasa indon ato jowo ato banjar, dah aa tanya sedetail2 nya... ;D
sis, kita tetangga loh sis, tetangga pulau, aa ada disebelah barat pulau nya sis :))
hahahaa... :))
oh ya.. sebelah barat pulau makassar, pulau apa ya om? ;D
kapan2 saya berenang ke sana deh, buat nyari bhikkhu gadungan.. :))
Namo Buddhaya,,
Pengendara membawa kendaraan tidak hati2 adalah karma, dilempar batu oleh orang gila adalah buah karma nya
sendiri. Orang gila melempar batu karena masih memiliki amarah dan benci sehingga memiliki keinginan untuk menyakiti.
Demikian pengetahuan saya yg dangkal ini bila salah mohon koreksi.
thio
_/\_
Quote from: pannadevi on 29 May 2011, 10:40:40 AM
jadi keinget dg situasi disini, sudah 3 bulan ini kami mendpt titipan "orang sakit mental"....
pernah suatu hari, dia ngomel2 mengapa semua mendpt "pirikara" (bingkisan persembahan : jubah, sabun, handuk, dll) tp dia ngga dpt. (bagaimana mgk, dia hanya umat biasa bukan gundul berjubah). memang susah bicara dg "orang sakit" walau dia udah dikasih tahu krn dia bukan nun, lantas dia malah minta dijadikan nun, yah...malah tambah repot, udah dijelaskan tidak menerima nun dg kondisi "sakit mental" tetap aja dia ngeyel, dia bilang, "pokoknya saya pengin gundul sekarang"...ampunn dahh...
sis panna... dari cerita sis panna, berarti org tersebut berbuat akusala kamma tp dlm pemikirian yg tidak waras...
jd apakah ada pengecualian dlm dhamma?
Quote from: The Ronald on 29 May 2011, 03:26:33 PM
...
apakah dlm pengertian dhamma, orang cacat mental adalah orang yg sudah tidak lagi memiliki niat?
bukan, tp org yg cacat secara mental (berpikir dll) akibat buah kammanya masa lampau, bukan tidak memiliki niat....
....
Quote from: thioboeki on 29 May 2011, 08:53:35 PM
...
Orang gila melempar batu karena masih memiliki amarah dan benci sehingga memiliki keinginan untuk menyakiti.
...
sis panna, bro ronald, dan bro thio...
memang sih saya pernah mendengar penjelasan ttg hukum kamma, seperti seorang anak kecil yang sedang bermain di dekat stop kontak listrik. anak kecil itu tidak mengerti bahayanya memasukkan sebatang kawat ke dlm lubang dlm kontak listrik tersebut. tp walopun dia tidak mengerti, tetap saja dia akan tersengat listrik jika memasukkan kawat tersebut ke stop kontak listrik.
dhamma bersifat universal walopun si pelaku tdk menyadari, atau pun tidak mengakui berlangsungnya dhamma.
tp keraguan timbul saat mengetahui bahwa orang yang telah mencapai tingkat arahat, maka perbuatan yg dilakukan tidak lagi menimbulkan buah kamma, dengan kata lain ada pengecualian utk hukum kamma, dimana sesuai benih yang ditanam, begitu pula buah yang dipetik. Padahal, tetap saja sebagian besar perbuatan yg dilakukan orang pasti didahului oleh niat, kecuali tindakan reflek.
orang dengan cacat mental tentunya walopun punya emosi atau pun niat, itu bersifat impulsif dan tidak stabil (bahkan orang normal pun terkadang jg bisa mengalami lonjakan emosi).... nah, apakah niat yg timbul tersebut berakibat sama dengan niat serupa yg timbul pada orang normal? Karena pada umumnya, orang gila atau orang dengan cacat mental, berbuat sesuatu yg merugikan lingkungan, walopun memang tidak semua seperti itu.
Jika dipandang demikian, maka sangatlah sengsaranya orang yg terlahir dengan cacat mental, atau pun orang yg menjadi gila karena suatu hal.... karena pasti dlm kehidupan mendatang, pasti dilahirkan di alam menderita...
bagaimana menurut bro dan sis semua..? mohon dikoreksi jika pandangan saya keliru..
_/\_
Quote from: wang ai lie on 29 May 2011, 07:34:37 PM
kalau dia ingin memakai jubah mendapat hal2 seperti itu ya lain cc, apalagi dhammadesana, yang saya maksud untuk hal2 yang tidak berkaitan dengan orang banyak, seperti dia minta gundul ya gundulin . kalau dia ternyata sudah pernah di ajarin seperti itu tetep gak bisa, gak bisa komentar lagi saya cc :)) apalagi dikirimin dia cc waduh, tanggungan saya sudah seabrek , kalau saya kaya raya sih no problem ;D, yang tidak habis pikir kenapa di kirim ke vihara, bukannya yayasan yang menangani keterbelakangan banyak cc?
Bro wang, sory baru nanggapi sekarang, kemarin2 sy agak sibuk....nahhh bro sendiri aja juga ga mau, jadi udah bisa membayangkan sendiri bagaimana pertimbangan keluarga dia, krn umur udah lebih dari 40 thn, berarti mereka udah bersama lebih dari 40 thn dan sudah keliling arama (LULUS) berapa puluh kali tu?
Kel memilih menitipkan di arama dan itu tentu dg pertimbangan macam2. Setidaknya :
1. Memasukkan RS.Jiwa, pasti ada biaya khan? Sapa yg mo nanggung seumur hidup? Jika untuk makan aja udah berat, blm utk sekolah, dll. Biaya disini semua serba melangit, sy ga boong, bener2 diluar jangkauan kita deh. Bayangin aja gas ukuran tabung 15 kg seharga Rp.200rb, bensin 1 ltr Rp.12.500,- minyak goreng 1 btl (bukan liter lho) Rp.30rb, klo gaji sebulan Rp.800rb (cleaning service), utk makan gimana ? jika baru beli gas, bayar listrik, byr SPP, udah abis....
2. Jika tidak dimasukkan RS.Jiwa dan tinggal bersama mrk, tentu tambah 1 mulut yg tiap hari ikut makan 3x sehari dg jatah porsi yg tdk sedikit (orang Srilanka rata2 makannya banyak), otomatis beban makin bertambah berat, belum ditambah pertengkaran yg PASTI timbul krn "orang sakit" tentu SUSAH diajak bicara dg benar (selalu merasa paling bener yg lain SALAH)
3. Pilihan dialihkan kel yg lain, tentu semua kembali pada pertimbangan no.1 dan 2, nahh...paling cocok ya "dititipkan" ke arama, tinggal mereka "pinter-2" nya berdiplomasi aja, jadi klo udah deal, udah masuk arama, khan baru tahu "belangnya" tapi udah TELAT. Dia udah terlanjur diterima. Gtu. Itulah dunia.
Apapun juga alasannya, demi kemanusiaan, demi metta (bukan member), demi karuna (bukan member), demi menolong umat yg menderita, tetap aja selama kita belum arahat pasti tetap ada "masalah" yg timbul, kecuali kita dah arahat baru kita ga akan terpengaruh.
Quote from: CandraWie on 30 May 2011, 08:00:22 AM
_/\_
sis panna... dari cerita sis panna, berarti org tersebut berbuat akusala kamma tp dlm pemikirian yg tidak waras...
jd apakah ada pengecualian dlm dhamma?
sis panna, bro ronald, dan bro thio...
memang sih saya pernah mendengar penjelasan ttg hukum kamma, seperti seorang anak kecil yang sedang bermain di dekat stop kontak listrik. anak kecil itu tidak mengerti bahayanya memasukkan sebatang kawat ke dlm lubang dlm kontak listrik tersebut. tp walopun dia tidak mengerti, tetap saja dia akan tersengat listrik jika memasukkan kawat tersebut ke stop kontak listrik.
dhamma bersifat universal walopun si pelaku tdk menyadari, atau pun tidak mengakui berlangsungnya dhamma.
tp keraguan timbul saat mengetahui bahwa orang yang telah mencapai tingkat arahat, maka perbuatan yg dilakukan tidak lagi menimbulkan buah kamma, dengan kata lain ada pengecualian utk hukum kamma, dimana sesuai benih yang ditanam, begitu pula buah yang dipetik. Padahal, tetap saja sebagian besar perbuatan yg dilakukan orang pasti didahului oleh niat, kecuali tindakan reflek.
orang dengan cacat mental tentunya walopun punya emosi atau pun niat, itu bersifat impulsif dan tidak stabil (bahkan orang normal pun terkadang jg bisa mengalami lonjakan emosi).... nah, apakah niat yg timbul tersebut berakibat sama dengan niat serupa yg timbul pada orang normal? Karena pada umumnya, orang gila atau orang dengan cacat mental, berbuat sesuatu yg merugikan lingkungan, walopun memang tidak semua seperti itu.
Jika dipandang demikian, maka sangatlah sengsaranya orang yg terlahir dengan cacat mental, atau pun orang yg menjadi gila karena suatu hal.... karena pasti dlm kehidupan mendatang, pasti dilahirkan di alam menderita...
bagaimana menurut bro dan sis semua..? mohon dikoreksi jika pandangan saya keliru..
_/\_
Bro Chandra,
Itulah sebabnya mengapa keluarga menitipkan ke arama, krn dg pertimbangan kakak yg "sakit" ini paling tidak dpt mengumpulkan kebajikan, karena dg membantu menyapu, membantu mencuci piring itu sudah merupakan salah satu perbuatan baik utk nya. Membantu mengumpulkan bunga utk persembahan puja bakti sore hari, itu juga perbuatan baik. Tapi ya gitu klo udah mulai "buka mulut" SULIT utk "berhenti". Dia akan cas cis cus tanpa ujung pangkal, dan spt nya kasihan juga karena "rem"nya blong. Sering juga ditinggalkan dg orang yg dia ajak bicara, krn diajak bicara juga ikut bingung omongan yg tdk ada ujung pangkalnya dan melompat2 ceritanya, tp ntar dia nguntit dibelakangnya, kadang disuruh jangann nguntit, disuruh masuk kamar aja, krn remnya blong susah utk di stop.
Utk akusala yg dia perbuat, toh kadarnya "tidak berat" karena "tidak dia sadari", selama menjalani samsara dia tentu udah ada kebajikan yg dia perbuat khan, memang tinggal berat yg mana? Semoga aja kebajikan masa lalunya juga ada, krn hukum kamma itu rumit, ribuan kali terlahir, tentu punya ribuan akusala dan kusala, jadi bila pas tepat wkt nya masak yg kusala, nahh....tiba2 dia menjadi ARAHAT (contoh Culapanthaka). Ibarat air hujan jatuh kemana saja tanpa pandang bulu, misal sy barusan cuci jubah lalu jemur cucian baru bentar kena hujan, ya basah, ya pasti sy kerepotan, tapi bagi petani itu suatu berkah. Begitu pula kamma, ketika pas jatuh tepat ke orang yg tepat (hujan ke petani) maka itu berkah, tp pas jatuh sy ya kerepotan, krn cucian sy jadi basah dan nyuci ulang lagi (kamma buruk). Lho kok dikaitkan hujan, begini : semua mahkluk dialam manapun, dunia, surga, neraka tidak bisa lepas dari kamma. Ketika kamma baik matang ya kebahagiaan yg didapat, ketika kamma buruk yg matang maka kesedihan yg didapat. Jadi sama dg hujan, ketika hujan turun maka didaerah turun hujan itu semua akan mengalami "pengalaman" masing2, tinggal pilih yg bahagia atau tidak. Misal bro yg mo keluar ama pacar, ketika turun hujan pasti jadi sedih khan, apalagi cewek yg udah dandan, pasti ga mau kena hujan, ntar dandanan nya jadi luntur. Jadi sedih khan (soalnya bro hanya pake motor, coba punya mobil ga masalah)
Quote from: pannadevi on 02 June 2011, 11:20:18 AM
Bro wang, sory baru nanggapi sekarang, kemarin2 sy agak sibuk....nahhh bro sendiri aja juga ga mau, jadi udah bisa membayangkan sendiri bagaimana pertimbangan keluarga dia, krn umur udah lebih dari 40 thn, berarti mereka udah bersama lebih dari 40 thn dan sudah keliling arama (LULUS) berapa puluh kali tu?
Kel memilih menitipkan di arama dan itu tentu dg pertimbangan macam2. Setidaknya :
1. Memasukkan RS.Jiwa, pasti ada biaya khan? Sapa yg mo nanggung seumur hidup? Jika untuk makan aja udah berat, blm utk sekolah, dll. Biaya disini semua serba melangit, sy ga boong, bener2 diluar jangkauan kita deh. Bayangin aja gas ukuran tabung 15 kg seharga Rp.200rb, bensin 1 ltr Rp.12.500,- minyak goreng 1 btl (bukan liter lho) Rp.30rb, klo gaji sebulan Rp.800rb (cleaning service), utk makan gimana ? jika baru beli gas, bayar listrik, byr SPP, udah abis....
2. Jika tidak dimasukkan RS.Jiwa dan tinggal bersama mrk, tentu tambah 1 mulut yg tiap hari ikut makan 3x sehari dg jatah porsi yg tdk sedikit (orang Srilanka rata2 makannya banyak), otomatis beban makin bertambah berat, belum ditambah pertengkaran yg PASTI timbul krn "orang sakit" tentu SUSAH diajak bicara dg benar (selalu merasa paling bener yg lain SALAH)
3. Pilihan dialihkan kel yg lain, tentu semua kembali pada pertimbangan no.1 dan 2, nahh...paling cocok ya "dititipkan" ke arama, tinggal mereka "pinter-2" nya berdiplomasi aja, jadi klo udah deal, udah masuk arama, khan baru tahu "belangnya" tapi udah TELAT. Dia udah terlanjur diterima. Gtu. Itulah dunia.
Apapun juga alasannya, demi kemanusiaan, demi metta (bukan member), demi karuna (bukan member), demi menolong umat yg menderita, tetap aja selama kita belum arahat pasti tetap ada "masalah" yg timbul, kecuali kita dah arahat baru kita ga akan terpengaruh.
betul kata sis panna, sempat saya cari 2 info tentang yayasan di indo , mungkin sis bisa membuka dan mempelajari nya [spoiler]http://phalamartha.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=15 (ftp://phalamartha.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=15)[/spoiler]
Quote from: wang ai lie on 02 June 2011, 11:41:02 AM
betul kata si panna, sempat saya cari 2 info tentang yayasan di indo , mungkin sis bisa membuka dan mempelajari nya [spoiler]http://phalamartha.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=15 (ftp://phalamartha.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=15)[/spoiler]
bro ga bisa dibuka, ga tahu kenapa?
klo memang link itu disana mengenakan biaya, berarti pilihan keluarga "menyekolahkan" di arama khan TEPAT.... ^-^
Quote from: pannadevi on 02 June 2011, 11:53:56 AM
bro ga bisa dibuka, ga tahu kenapa?
klo memang link itu disana mengenakan biaya, berarti pilihan keluarga "menyekolahkan" di arama khan TEPAT.... ^-^
http://phalamartha.depsos.go.id/ (http://phalamartha.depsos.go.id/) coba yg itu sis, kalau tetap tidak bisa link langsung tanpa http:/
sama satu lagi ini sis http://kksmelati.multiply.com/notes/item/9 (http://kksmelati.multiply.com/notes/item/9)
mohon maaf atas kesalahannya _/\_
Quote from: wang ai lie on 02 June 2011, 12:23:01 PM
http://phalamartha.depsos.go.id/ (http://phalamartha.depsos.go.id/) coba yg itu sis, kalau tetap tidak bisa link langsung tanpa http:/
sama satu lagi ini sis http://kksmelati.multiply.com/notes/item/9 (http://kksmelati.multiply.com/notes/item/9)
mohon maaf atas kesalahannya _/\_
thanks bro, tadi udah ke TKP, klo ini mungkin masih bisa ya di tanah air, klo di Sri Lanka kayaknya ga ada tuh...
kalo pilihan keluarga "dititipkan" di arama, tentunya dg pertimbangan agar dia juga bisa memupuk kebajikan, contohnya, setiap hari dia jadi puja bakti teratur, mendengarkan dhamma desana (wlu mgk juga ga mudeng, tapi dg mendengarkan saja itu udah kebajikan buat dia).
sebagai contoh kisah YA.Sariputta, sebelum menjadi manusia beliau dulu adalah kelelawar bersama 500 ekor kelompoknya, karena di dlm gua itu ada petapa (mungkin Buddhist) yg selalu melantunkan gatha, sehingga para kelelawar ini merasa BAHAGIA sekali walau tidak tahu artinya. itulah sebabnya YA.Sariputta beserta 500 muridnya adalah para murid yang mampu menyerap Abhidhamma dlm sekejap, krn kekuatan kebajikan masa lampau mereka hanya dg mendengar seorang petapa (bhikkhu) yg sedang betapa dlm gua melantunkan gatha.
jadi sangat masuk akal bro, klo pertimbangan keluarga juga menghendaki agar diapun dapat memupuk kebajikkan. agar kelahiran mendatang menjadi lebih baik karena kekuatan kebajikan yg sekarang ini dia timbun.
Quote from: pannadevi on 02 June 2011, 11:28:07 AM
Bro Chandra,
........
Utk akusala yg dia perbuat, toh kadarnya "tidak berat" karena "tidak dia sadari", selama menjalani samsara dia tentu udah ada kebajikan yg dia perbuat khan, memang tinggal berat yg mana? Semoga aja kebajikan masa lalunya juga ada, krn hukum kamma itu rumit, ribuan kali terlahir, tentu punya ribuan akusala dan kusala, jadi bila pas tepat wkt nya masak yg kusala, nahh....tiba2 dia menjadi ARAHAT (contoh Culapanthaka). Ibarat air hujan jatuh kemana saja tanpa pandang bulu, misal sy barusan cuci jubah lalu jemur cucian baru bentar kena hujan, ya basah, ya pasti sy kerepotan, tapi bagi petani itu suatu berkah. Begitu pula kamma, ketika pas jatuh tepat ke orang yg tepat (hujan ke petani) maka itu berkah, tp pas jatuh sy ya kerepotan, krn cucian sy jadi basah dan nyuci ulang lagi (kamma buruk). Lho kok dikaitkan hujan, begini : semua mahkluk dialam manapun, dunia, surga, neraka tidak bisa lepas dari kamma. Ketika kamma baik matang ya kebahagiaan yg didapat, ketika kamma buruk yg matang maka kesedihan yg didapat. Jadi sama dg hujan, ketika hujan turun maka didaerah turun hujan itu semua akan mengalami "pengalaman" masing2, tinggal pilih yg bahagia atau tidak. Misal bro yg mo keluar ama pacar, ketika turun hujan pasti jadi sedih khan, apalagi cewek yg udah dandan, pasti ga mau kena hujan, ntar dandanan nya jadi luntur. Jadi sedih khan (soalnya bro hanya pake motor, coba punya mobil ga masalah)
_/\_
Terima kasih banyak utk pencerahannya, sis panna....
banyak hal yg tidak saya sadari sebelumnya dan menjadi terbuka dari penjelasan sis panna dan teman2 DC lainnya yg telah share di thread ini...
_/\_