Titik balik keyakinan saya pada saat ketika seseorang didepan mimbar mengatakan bahwa: keselamatan hanya ada didalam nama si "brewok" nan gondrong dan tiada jalan keselamatan tanpa melalui si "brewok".
Pada saat itu juga batin saya bergolak, bagaimana dengan orang yang tidak mengenal si "brewok"?
(para leluhur saya? orang yang tidak mengenal si "brewok", didalam hutan?)
semua akan masuk ke neraka!!! Tidak!!! ini tidak benar!!! saya tidak terima statement sperti itu!!!
setelah "sadar" akan hal itu saya keluar dari ruangan dan mulailah "pencarian" sampai beberapa kurun waktu. Sampai akhirnya bertemu dan membaca buku Ven Sri Dhammananda - "Keyakinan Umat Buddha" (what buddhist believe) di gramed TA dari situlah jawaban yang saya cari ada semua dan dari situlah saya mulai pengembaraan mengenali alam samsara ini dimulai s/d saat ini.
salam,
Quote from: Mas Tidar on 24 April 2011, 10:46:25 PM
Titik balik keyakinan saya pada saat ketika seseorang didepan mimbar mengatakan bahwa: keselamatan hanya ada didalam nama si "brewok" nan gondrong dan tiada jalan keselamatan tanpa melalui si "brewok".
Pada saat itu juga batin saya bergolak, bagaimana dengan orang yang tidak mengenal si "brewok"?
(para leluhur saya? orang yang tidak mengenal si "brewok", didalam hutan?)
semua akan masuk ke neraka!!! Tidak!!! ini tidak benar!!! saya tidak terima statement sperti itu!!!
setelah "sadar" akan hal itu saya keluar dari ruangan dan mulailah "pencarian" sampai beberapa kurun waktu. Sampai akhirnya bertemu dan membaca buku Ven Sri Dhammananda - "Keyakinan Umat Buddha" (what buddhist believe) di gramed TA dari situlah jawaban yang saya cari ada semua dan dari situlah saya mulai pengembaraan mengenali alam samsara ini dimulai s/d saat ini.
salam,
Kok bisa carinya buku Buddhist ? ;D
Quote from: Mas Tidar on 24 April 2011, 10:46:25 PM
Titik balik keyakinan saya pada saat ketika seseorang didepan mimbar mengatakan bahwa: keselamatan hanya ada didalam nama si "brewok" nan gondrong dan tiada jalan keselamatan tanpa melalui si "brewok".
Pada saat itu juga batin saya bergolak, bagaimana dengan orang yang tidak mengenal si "brewok"?
(para leluhur saya? orang yang tidak mengenal si "brewok", didalam hutan?)
semua akan masuk ke neraka!!! Tidak!!! ini tidak benar!!! saya tidak terima statement sperti itu!!!
setelah "sadar" akan hal itu saya keluar dari ruangan dan mulailah "pencarian" sampai beberapa kurun waktu. Sampai akhirnya bertemu dan membaca buku Ven Sri Dhammananda - "Keyakinan Umat Buddha" (what buddhist believe) di gramed TA dari situlah jawaban yang saya cari ada semua dan dari situlah saya mulai pengembaraan mengenali alam samsara ini dimulai s/d saat ini.
salam,
banyak orang yang beragama buddha pindah ke agama tetangga loh..dan budhis lainnya mengklaim kalo mereka sama sekali tidak mengerti ajaran buddhism yang sesungguhnya
sedangkan ada umat tetangga yang berpindah ke buddhis dan umat tetangga lain jg mengkalim kalo mereka tidak memahmai ajaran mereka..
jadi bingung deh kalo gt.. ;D
Quote from: No Pain No Gain on 24 April 2011, 11:01:30 PM
banyak orang yang beragama buddha pindah ke agama tetangga loh..dan budhis lainnya mengklaim kalo mereka sama sekali tidak mengerti ajaran buddhism yang sesungguhnya
sedangkan ada umat tetangga yang berpindah ke buddhis dan umat tetangga lain jg mengkalim kalo mereka tidak memahmai ajaran mereka..
jadi bingung deh kalo gt.. ;D
Bukannya kalo tetangga gampang dipahami ya ? ;D
Quote from: rooney on 24 April 2011, 11:03:00 PM
Bukannya kalo tetangga gampang dipahami ya ? ;D
walaupun secara teoritis lbh mudah dipahami..tapi apabila anda tidak bisa memahami ikatan antara Tuhan dgn manusia, maka dikatakan anda terjerumus.. ;D
Quote from: No Pain No Gain on 24 April 2011, 11:09:11 PM
walaupun secara teoritis lbh mudah dipahami..tapi apabila anda tidak bisa memahami ikatan antara Tuhan dgn manusia, maka dikatakan anda terjerumus.. ;D
Bisa diberikan petunjuk bagaimana cara memahaminya ? ;D
Apakah kalau orang tersebut mengerti, namun dia menurut dia tidak benar, apakah orang ini masuk dalam kategori salah memahami ? :-?
Kalo Buddhist yang pindah kan memang rata-rata pengetahuannya kurang ato biasa ada yang ikut istri juga sekalipun memahami...
Quote from: rooney on 24 April 2011, 11:25:54 PM
Bisa diberikan petunjuk bagaimana cara memahaminya ? ;D
Apakah kalau orang tersebut mengerti, namun dia menurut dia tidak benar, apakah orang ini masuk dalam kategori salah memahami ? :-?
Kalo Buddhist yang pindah kan memang rata-rata pengetahuannya kurang ato biasa ada yang ikut istri juga sekalipun memahami...
alasan yang begitu jg berlaku bagi mereka yang pindah ke buddhis bagi mereka
Quote from: No Pain No Gain on 24 April 2011, 11:39:38 PM
alasan yang begitu jg berlaku bagi mereka yang pindah ke buddhis bagi mereka
Tapi kan kenyataannya tidak seperti itu... ;D
Quote from: rooney on 24 April 2011, 11:44:26 PM
Tapi kan kenyataannya tidak seperti itu... ;D
itu kan dr sudut pandang adik..bgmn dgn sudut pandnag mereka? ;D
Quote from: No Pain No Gain on 24 April 2011, 11:45:25 PM
itu kan dr sudut pandang adik..bgmn dgn sudut pandnag mereka? ;D
Itu saya rasa cukup objektif kakak :P
Kalo sudut pandang mereka terkesan dipaksakan ;D
Quote from: rooney on 24 April 2011, 11:54:02 PM
Itu saya rasa cukup objektif kakak :P
Kalo sudut pandang mereka terkesan dipaksakan ;D
kembali lg ke sudut pandang adik dan mereka..
Quote from: No Pain No Gain on 24 April 2011, 11:56:38 PM
kembali lg ke sudut pandang adik dan mereka..
Hahaha... tetep aja sih lebih objektif :P
Berarti saya termasuk orang yang terjerumus dong :(
Bagaimana dengan mas Tidar ? ;D
Quote from: Mas Tidar on 24 April 2011, 10:46:25 PM
Titik balik keyakinan saya pada saat ketika seseorang didepan mimbar mengatakan bahwa: keselamatan hanya ada didalam nama si "brewok" nan gondrong dan tiada jalan keselamatan tanpa melalui si "brewok".
Pada saat itu juga batin saya bergolak, bagaimana dengan orang yang tidak mengenal si "brewok"?
(para leluhur saya? orang yang tidak mengenal si "brewok", didalam hutan?)
semua akan masuk ke neraka!!! Tidak!!! ini tidak benar!!! saya tidak terima statement sperti itu!!!
setelah "sadar" akan hal itu saya keluar dari ruangan dan mulailah "pencarian" sampai beberapa kurun waktu. Sampai akhirnya bertemu dan membaca buku Ven Sri Dhammananda - "Keyakinan Umat Buddha" (what buddhist believe) di gramed TA dari situlah jawaban yang saya cari ada semua dan dari situlah saya mulai pengembaraan mengenali alam samsara ini dimulai s/d saat ini.
salam,
:( mengharukan...
_/\_ selamat melanjutkan pengembaraan om tidar.. ;D
Quote from: hemayanti on 25 April 2011, 12:06:48 PM
:( mengharukan...
_/\_ selamat melanjutkan pengembaraan om tidar.. ;D
saya ingin mengakhiri . . .
Quote from: Mas Tidar on 24 April 2011, 10:46:25 PM
Titik balik keyakinan saya pada saat ketika seseorang didepan mimbar mengatakan bahwa: keselamatan hanya ada didalam nama si "brewok" nan gondrong dan tiada jalan keselamatan tanpa melalui si "brewok".
Pada saat itu juga batin saya bergolak, bagaimana dengan orang yang tidak mengenal si "brewok"?
(para leluhur saya? orang yang tidak mengenal si "brewok", didalam hutan?)
semua akan masuk ke neraka!!! Tidak!!! ini tidak benar!!! saya tidak terima statement sperti itu!!!
setelah "sadar" akan hal itu saya keluar dari ruangan dan mulailah "pencarian" sampai beberapa kurun waktu. Sampai akhirnya bertemu dan membaca buku Ven Sri Dhammananda - "Keyakinan Umat Buddha" (what buddhist believe) di gramed TA dari situlah jawaban yang saya cari ada semua dan dari situlah saya mulai pengembaraan mengenali alam samsara ini dimulai s/d saat ini.
salam,
waduh koq pada pake kata "brewok" semua nih :))
tp untung la sampean menemukan jlan tuk menemukan alat cukur, sehingga si "brewok" dapat smapean cukur abis... :D
semoga sampean dapat bertahan bahkan mengembangkan buddha dhamma...
Quote from: Mas Tidar on 24 April 2011, 10:46:25 PM
Titik balik keyakinan saya pada saat ketika seseorang didepan mimbar mengatakan bahwa: keselamatan hanya ada didalam nama si "brewok" nan gondrong dan tiada jalan keselamatan tanpa melalui si "brewok".
Pada saat itu juga batin saya bergolak, bagaimana dengan orang yang tidak mengenal si "brewok"?
(para leluhur saya? orang yang tidak mengenal si "brewok", didalam hutan?)
semua akan masuk ke neraka!!! Tidak!!! ini tidak benar!!! saya tidak terima statement sperti itu!!!
setelah "sadar" akan hal itu saya keluar dari ruangan dan mulailah "pencarian" sampai beberapa kurun waktu. Sampai akhirnya bertemu dan membaca buku Ven Sri Dhammananda - "Keyakinan Umat Buddha" (what buddhist believe) di gramed TA dari situlah jawaban yang saya cari ada semua dan dari situlah saya mulai pengembaraan mengenali alam samsara ini dimulai s/d saat ini.
salam,
brewok bukan sebutan yg baik,
bertobatlah selama masih sempat broooo :P
=)) tumben ko sacheng, ikt bertobat jg ko. wkwkw.
Quote from: Mas Tidar on 25 April 2011, 08:46:05 PM
saya ingin mengakhiri . . .
hehehe..
kalau begitu saya ganti deh..
semoga cepat sampai tujuan om... ;D
Quote from: blood_demon on 25 April 2011, 09:45:23 PM
=)) tumben ko sacheng, ikt bertobat jg ko. wkwkw.
bayangkan pemimpin nya itu dibilang berewok! coba aja kalau berani disarangnya sana bilang begitu... hasilnya bisa jadi apa?.... maka bertobatlah selama masih sempat... sebelum kutukan menimpa hahaha
apakah begitu ?
Quote from: johan3000 on 25 April 2011, 10:31:29 PM
bayangkan pemimpin nya itu dibilang berewok! coba aja kalau berani disarangnya sana bilang begitu... hasilnya bisa jadi apa?.... maka bertobatlah selama masih sempat... sebelum kutukan menimpa hahaha
apakah begitu ?
kalo disarangnya mah udh dimarahin habis habisan. ngeri bah main kutukan sekarang............. emank ko sacheng tau si brewok yg dimaksud itu sapa?
Quote from: blood_demon on 25 April 2011, 10:36:35 PM
kalo disarangnya mah udh dimarahin habis habisan. ngeri bah main kutukan sekarang............. emank ko sacheng tau si brewok yg dimaksud itu sapa?
yg penting kita sama2 tao.... kalang orang lain gak penting dehhhh hahahahahaa
gw kasih +1 dehhh biar gak nyedot darah kuuuu
Quote from: Mas Tidar on 24 April 2011, 10:46:25 PM
Titik balik keyakinan saya pada saat ketika seseorang didepan mimbar mengatakan bahwa: keselamatan hanya ada didalam nama si "brewok" nan gondrong dan tiada jalan keselamatan tanpa melalui si "brewok".
Pada saat itu juga batin saya bergolak, bagaimana dengan orang yang tidak mengenal si "brewok"?
(para leluhur saya? orang yang tidak mengenal si "brewok", didalam hutan?)
semua akan masuk ke neraka!!! Tidak!!! ini tidak benar!!! saya tidak terima statement sperti itu!!!
setelah "sadar" akan hal itu saya keluar dari ruangan dan mulailah "pencarian" sampai beberapa kurun waktu. Sampai akhirnya bertemu dan membaca buku Ven Sri Dhammananda - "Keyakinan Umat Buddha" (what buddhist believe) di gramed TA dari situlah jawaban yang saya cari ada semua dan dari situlah saya mulai pengembaraan mengenali alam samsara ini dimulai s/d saat ini.
salam,
apakah bro benar2 SADAR, kalau mengatakan BREWOK pada panutan umat lain adalah TIDAK PANTAS ?
bertobatlah sebelum telat..... :P
Lah semua gambarnya gitu. Berarti fakta dong?
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 26 April 2011, 05:06:17 AM
Lah semua gambarnya gitu. Berarti fakta dong?
mangsud-nya, penampakan-nya ??? :)
Pada zaman Yesus Kristus masih hidup, memang tidak ada keselematan, kecuali melalui jalan yang ditunjukannya. Itulah satu-satunya jalan. Yesus berkata kepada tuhannya, "Dan aku menjadi pengawas (gembala) atas umat manusia selama aku hidup diantara mereka. Maka bilamana aku wafat, Engkaulah yang menjadi pengawas atas umat manusia."
Ketika Yesus atau Isa a.s wafat, Tuhan memilih seorang manusia lainnya untuk menjadi pengawas dan mengajarkan kebenaran kepada umat manusia. Demikianlah dari zaman ke zaman sampai zaman sekarang, selalu terlahir manusia agung, yang kesuciannya tiada bandingannya. Mereka semua selayaknya nabi Nuh yang membangun bahtera. siapa yang masuk ke dalamnya, tak perlulah ia pandai bermeditasi, tak perlu mencapai pencerahan tertinggi seorang diri, ia akan menjadi "yang tidak dilahirkan kembali" cukup dengan naik ke dalam bahtera Nuh, maka ia akan selamat dari "banjir". apa itu banjir? sang Buddha telah banyak menjelaskannya.
Dan pada zaman sang Buddha, satu-satunya jalan keselamatan adalah apa yang ditunjukan oleh sang Buddha. tetapi sayang, sebagian umat tidak "ngeh" tentang siapa yang menjadi "penerus sang Buddha" usai beliau parinibbana. Padahal sang Tathagatha selalu hadir dari zaman ke zaman. "tongkat wasiatnya selalu beranting di pegang dari orang suci ke orang suci. Tiada satupun zaman yang kosong dari sang Tathagatha. Tiada ada suatu zamanpun yang di sana tidak hadir "Sang Buddha".
Quote from: blood_demon on 25 April 2011, 10:36:35 PM
kalo disarangnya mah udh dimarahin habis habisan. ngeri bah main kutukan sekarang............. emank ko sacheng tau si brewok yg dimaksud itu sapa?
masa pd ga tau nyang nama nya gusti brewok ? coba keliling cari patung orang yg lagi kesusahan, semua nya brewok... hei... hei... siapa dia... ;D
aa kapan ari main2 di sarang penyamun brewok, aa sebut aja gusti brewok... kaga ada yg marah-i aa, cm pengikut brewok kebakaran jenggot dikit... :)) ya yg kapan ari ta posting di fb.. ;D
Quote from: Mas Tidar on 26 April 2011, 06:53:31 AM
mangsud-nya, penampakan-nya ??? :)
ya, apa lg ? masa ada gusti botak ? ato gusti mohawk ? ato gusti kumisen... ? wkwkwk...
Quote from: Satria on 26 April 2011, 08:59:30 AM
Tiada satupun zaman yang kosong dari sang Tathagatha. Tiada ada suatu zamanpun yang di sana tidak hadir "Sang Buddha".
Menurut Buddhism, ada zaman yg kosong dari Tathagatha, ada ssuatu zaman yg di sana tidak hadir "Sang Buddha." zaman ini disebut Antara kappa, yaitu masa-masa gelap di antara kemunculan seorang Buddha dan Buddha berikutnya.
brewok dan jenggot itu sama ngga sih? :-?
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20121.msg341559#msg341559 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20121.msg341559#msg341559)
Quote from: Indra on 26 April 2011, 09:17:55 AM
Menurut Buddhism, ada zaman yg kosong dari Tathagatha, ada ssuatu zaman yg di sana tidak hadir "Sang Buddha." zaman ini disebut Antara kappa, yaitu masa-masa gelap di antara kemunculan seorang Buddha dan Buddha berikutnya.
kalau boleh, saya minta referensinya, kapan dan dimana sang Buddha menyatakan "ada zaman dimana di sana tidak terlahir sang Tathagatha ?" mana rujukan mengenai zaman Antara Kappa itu?
Quote from: Satria on 26 April 2011, 01:11:04 PM
kalau boleh, saya minta referensinya, kapan dan dimana sang Buddha menyatakan "ada zaman dimana di sana tidak terlahir sang Tathagatha ?" mana rujukan mengenai zaman Antara Kappa itu?
ralat: tidak hadir.
mungkin salah baca :)
salam,
Quote from: Satria on 26 April 2011, 08:59:30 AM
Pada zaman Yesus Kristus masih hidup, memang tidak ada keselematan, kecuali melalui jalan yang ditunjukannya. Itulah satu-satunya jalan. Yesus berkata kepada tuhannya, "Dan aku menjadi pengawas (gembala) atas umat manusia selama aku hidup diantara mereka. Maka bilamana aku wafat, Engkaulah yang menjadi pengawas atas umat manusia."
Ketika Yesus atau Isa a.s wafat, Tuhan memilih seorang manusia lainnya untuk menjadi pengawas dan mengajarkan kebenaran kepada umat manusia. Demikianlah dari zaman ke zaman sampai zaman sekarang, selalu terlahir manusia agung, yang kesuciannya tiada bandingannya. Mereka semua selayaknya nabi Nuh yang membangun bahtera. siapa yang masuk ke dalamnya, tak perlulah ia pandai bermeditasi, tak perlu mencapai pencerahan tertinggi seorang diri, ia akan menjadi "yang tidak dilahirkan kembali" cukup dengan naik ke dalam bahtera Nuh, maka ia akan selamat dari "banjir". apa itu banjir? sang Buddha telah banyak menjelaskannya.
Dan pada zaman sang Buddha, satu-satunya jalan keselamatan adalah apa yang ditunjukan oleh sang Buddha. tetapi sayang, sebagian umat tidak "ngeh" tentang siapa yang menjadi "penerus sang Buddha" usai beliau parinibbana. Padahal sang Tathagatha selalu hadir dari zaman ke zaman. "tongkat wasiatnya selalu beranting di pegang dari orang suci ke orang suci. Tiada satupun zaman yang kosong dari sang Tathagatha. Tiada ada suatu zamanpun yang di sana tidak hadir "Sang Buddha".
Apakah ada sosok yg memilih para nabi itu ?
Apakah itu artinya Buddha jg adalah utusan Tuhan ?
Quote from: Satria on 26 April 2011, 01:11:04 PM
kalau boleh, saya minta referensinya, kapan dan dimana sang Buddha menyatakan "ada zaman dimana di sana tidak terlahir sang Tathagatha ?" mana rujukan mengenai zaman Antara Kappa itu?
http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_26:_Cakkavati-Sihanada_Sutta (http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_26:_Cakkavati-Sihanada_Sutta) mohon dibaca sampai ke bagian catatan kaki
Quote from: Indra on 26 April 2011, 03:17:50 PM
http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_26:_Cakkavati-Sihanada_Sutta (http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_26:_Cakkavati-Sihanada_Sutta) mohon dibaca sampai ke bagian catatan kaki
saya tidak menemukan statement dari sang Buddha dimana beliau menyatakan "ada suatu zaman dimana sang tathagatha tidak terlahir". saya hanya menemukan ini :
Quote
25. 'Dan pada masa itu, ketika manusia memiliki umur kehidupan delapan puluh ribu tahun, [76] akan muncul di dunia ini Sang Tathāgata, seorang Arahant, Buddha yang mencapai Penerangan Sempurna bernama Metteyya,[22]
dinyatakan bahwa ketika manusia berumur 80.000 tahun, akan muncul di duni aini sang tathagatha, budha yang mencapai pencerahan sempurna, bernama Matteya. maka itu tidak berarti bahwa pada saat manusia berumur 70.000 tahun tidak muncul Tathagatha, buddha yang mencapa penerangan sempurna dengan "nama berbeda".
Quote from: rooney on 26 April 2011, 03:09:14 PM
Apakah ada sosok yg memilih para nabi itu ?
Apakah itu artinya Buddha jg adalah utusan Tuhan ?
sosok yang memilih para nabi itu adalah Tuhan.
agar lebih mudah difahami, jawablah pertanyaan berikut :
Quote
Siapakah yang memberi gelar Sidharta Gautama dengan gelar Buddha?
Siapakah yang mula-mula menyebut Sidharta Gautama sebagai Tathagatha?
Quote from: Satria on 26 April 2011, 04:05:21 PM
saya tidak menemukan statement dari sang Buddha dimana beliau menyatakan "ada suatu zaman dimana sang tathagatha tidak terlahir". saya hanya menemukan ini :
dinyatakan bahwa ketika manusia berumur 80.000 tahun, akan muncul di duni aini sang tathagatha, budha yang mencapai pencerahan sempurna, bernama Matteya. maka itu tidak berarti bahwa pada saat manusia berumur 70.000 tahun tidak muncul Tathagatha, buddha yang mencapa penerangan sempurna dengan "nama berbeda".
ya sudahlah, mungkin anda lupa mencantumkan nomor kalimat sehingga saya tidak bisa memahami anda, atau sutta itu tidak mencantumkan nomor kalimat sehingga anda tidak memahami sutta tsb. jika ini diteruskan, akan berakhir sama dengan "apakah ada dalam sutta bahwa Sang Buddha TIDAK menyetujui semua jenis pembunuhan?" jika tidak ada maka artinya Sang Buddha menyetujui beberapa jenis pembunuhan.", ingat?
Quote from: Indra on 26 April 2011, 04:14:49 PM
ya sudahlah, mungkin anda lupa mencantumkan nomor kalimat sehingga saya tidak bisa memahami anda, atau sutta itu tidak mencantumkan nomor kalimat sehingga anda tidak memahami sutta tsb. jika ini diteruskan, akan berakhir sama dengan "apakah ada dalam sutta bahwa Sang Buddha TIDAK menyetujui semua jenis pembunuhan?" jika tidak ada maka artinya Sang Buddha menyetujui beberapa jenis pembunuhan.", ingat?
untuk menghindari kesalah fahaman, kita harus membedakan "yang tersurat" dengan "yang tersirat".
pertama, mari kemukakan dulu "apa yang tersurat". kalo sudah jelas, apa yang tersurat, baru dibahas mengenai "apa yang tersurat", yaitu tafsiran anda tentang apa yang tersurat itu.
misalnya begini, seorang peramal berkata, "Kelak pada tahun 2022, akan terpilih seorang Presiden bernama Nata".
lalu, bagaimana mungkin itu ditafsirkan bahwa sebelum tahun 2022 tidak ada seorang presidenpun akan terpilih?
jika dikatakan "pada saat manusia berumur 80.000 tahun akan terlahir Tathagatha, Buddha yang tercerahkan bernama Mateya", maka bagaimana mungkin itu dikatakan "sebelum manusia berumur 80.000 tahun tidak akan muncul seorang Buddha pun yang tercerahkan?
QuoteSiapakah yang memberi gelar Sidharta Gautama dengan gelar Buddha?
Siapakah yang mula-mula menyebut Sidharta Gautama sebagai Tathagatha?
Tentu saja Sang Buddha sendiri yang mengakui bahwa Dia telah tercerahkan (Buddha). Orang-orang menyebutnya Buddha, tetapi beliau lebih suka jika dipanggil Tathagata. Menjadi Buddha adalah pilihan dan perjuangan yang dilakukan oleh diri sendiri.
Apakah menurut anda pencerahan Sang Buddha adalah menerima firman Tuhan seperti para nabi ?
Quote from: Satria on 26 April 2011, 04:21:33 PM
untuk menghindari kesalah fahaman, kita harus membedakan "yang tersurat" dengan "yang tersirat".
pertama, mari kemukakan dulu "apa yang tersurat". kalo sudah jelas, apa yang tersurat, baru dibahas mengenai "apa yang tersurat", yaitu tafsiran anda tentang apa yang tersurat itu.
misalnya begini, seorang peramal berkata, "Kelak pada tahun 2022, akan terpilih seorang Presiden bernama Nata".
lalu, bagaimana mungkin itu ditafsirkan bahwa sebelum tahun 2022 tidak ada seorang presidenpun akan terpilih?
jika dikatakan "pada saat manusia berumur 80.000 tahun akan terlahir Tathagatha, Buddha yang tercerahkan bernama Mateya", maka bagaimana mungkin itu dikatakan "sebelum manusia berumur 80.000 tahun tidak akan muncul seorang Buddha pun yang tercerahkan?
ya saya setuju di situ, apakah sebelum umur 80.000 akan muncul seorang Buddha atau tidak, hal ini diluar diskusi kita, bukan?
Quote from: rooney on 26 April 2011, 04:24:24 PM
Tentu saja Sang Buddha sendiri yang mengakui bahwa Dia telah tercerahkan (Buddha). Orang-orang menyebutnya Buddha, tetapi beliau lebih suka jika dipanggil Tathagata. Menjadi Buddha adalah pilihan dan perjuangan yang dilakukan oleh diri sendiri.
Apakah menurut anda pencerahan Sang Buddha adalah menerima firman Tuhan seperti para nabi ?
tepat sekali bro Rooney. Pencerahan sang Buddha adalah penerimaan Firman Tuhan.
Setelah Buddha Gotama parinibbana tidak akan muncul lagi sammasambuddha sebelum umur manusia menanjak lagi mencapai 80.000 tahun..dan akan muncul buddha metteya... tapi dimasa antara ini bisa muncul pacekka buddha tetapi tidak mempunyai kapasitas untuk memutar roda dhamma...
ini dari yang pernah saya baca...
Quote from: Indra on 26 April 2011, 04:26:46 PM
ya saya setuju di situ, apakah sebelum umur 80.000 akan muncul seorang Buddha atau tidak, hal ini diluar diskusi kita, bukan?
itu di dalam wilayah diskusi kita.
Quote from: Satria on 26 April 2011, 04:29:23 PM
itu di dalam wilayah diskusi kita.
1. anda mengatakan bahwa tidak ada zaman di mana tidak ada Tathagatha.
2. saya jawab ada.
3. anda meminta rujukan.
4. saya memberikan rujukan
4. tiba2 anda mengatakan "bukan berarti sebelum 80rb tidak ada buddha muncul" -> OOT pak
Quote from: william_phang on 26 April 2011, 04:28:46 PM
Setelah Buddha Gotama parinibbana tidak akan muncul lagi sammasambuddha sebelum umur manusia menanjak lagi mencapai 80.000 tahun..dan akan muncul buddha metteya... tapi dimasa antara ini bisa muncul pacekka buddha tetapi tidak mempunyai kapasitas untuk memutar roda dhamma...
Nah, betul. itu yang saya maksud.
sebenarnya antara paceka buddha dan sammasambudha memiliki batin dengan kualitas pencerahan yang sama, yakni "tiada bandingannya". seperti halnya, dimana ketika sang Buddha terlahir, maka tidak akan ada satu orang atau satu makhluk pun yang menyamai tingkat kesuciannya.
pada saat sammasambuddha parinibbana, paceka Buddha tetap hadir dan terus hadir dari zaman ke zaman tanpa henti. hanya satu paceka Buddha untuk satu zaman. dan setiap zamannya, kesucian buddha ini tidak tertandingi oleh makhluk lainnya.
Quote from: Satria on 26 April 2011, 04:27:54 PM
tepat sekali bro Rooney. Pencerahan sang Buddha adalah penerimaan Firman Tuhan.
nah, setelah ini, sebentar lagi anda akan mengatakan bahwa "Sang Buddha menyetujui pembunuhan tertentu." ini kan sudah pernah terjadi, mas?
Quote from: Satria on 26 April 2011, 04:33:13 PM
Nah, betul. itu yang saya maksud.
sebenarnya antara paceka buddha dan sammasambudha memiliki batin dengan kualitas pencerahan yang sama, yakni "tiada bandingannya". seperti halnya, dimana ketika sang Buddha terlahir, maka tidak akan ada satu orang atau satu makhluk pun yang menyamai tingkat kesuciannya.
pada saat sammasambuddha parinibbana, paceka Buddha tetap hadir dan terus hadir dari zaman ke zaman tanpa henti. hanya satu paceka Buddha untuk satu zaman. dan setiap zamannya, kesucian buddha ini tidak tertandingi oleh makhluk lainnya.
dalam Buddhism, Paccekabuddha bukan Tathagatha
Quote from: Indra on 26 April 2011, 04:32:22 PM
1. anda mengatakan bahwa tidak ada zaman di mana tidak ada Tathagatha.
2. saya jawab ada.
3. anda meminta rujukan.
4. saya memberikan rujukan
4. tiba2 anda mengatakan "bukan berarti sebelum 80rb tidak ada buddha muncul" -> OOT pak
tidak OOT.
kita kan membicarakan "setiap zaman", apakah disitu hadir atau tidak budha yang sepenuhnya tercerahkan.
zaman tidak hanya ditandai dengan tahun masehi. tapi bisa pula dengan umur manusia.
pada zaman "umur 80.000 tahun" disitu hadir buddha bernama Matteya.
pada zaman "umur 70.000 tahun" disitu haidr buddha dengan nama....
gitu lho bro....!!
Quote from: Indra on 26 April 2011, 04:34:12 PM
dalam Buddhism, Paccekabuddha bukan Tathagatha
masa sih bro....???
ada referensinya bro?
Quote from: Satria on 26 April 2011, 04:39:07 PM
masa sih bro....???
ada referensinya bro?
hanya seorang Sammasambuddha yg disebut sebagai Tathagatha, bukan Paccekabuddha atau Savakabuddha. anda tentu sudah mengetahui bahwa ada beberapa jenis Buddha dalam Buddhisme.
Saya bisa memberikan segudang referensi, tapi saya pikir tidak ada gunanya, jadi saya persilakan anda untuk mencari sendiri.
Quote from: Satria on 26 April 2011, 04:36:47 PM
tidak OOT.
kita kan membicarakan "setiap zaman", apakah disitu hadir atau tidak budha yang sepenuhnya tercerahkan.
zaman tidak hanya ditandai dengan tahun masehi. tapi bisa pula dengan umur manusia.
pada zaman "umur 80.000 tahun" disitu hadir buddha bernama Matteya.
pada zaman "umur 70.000 tahun" disitu haidr buddha dengan nama....
gitu lho bro....!!
yg kita bicarakan sebelumnya adalah mengenai zaman di mana tidak ada TATHAGATHA, saya tidak ingat anda sudah meralat pernyataan anda.
Quote from: Satria on 26 April 2011, 04:27:54 PM
tepat sekali bro Rooney. Pencerahan sang Buddha adalah penerimaan Firman Tuhan.
Saya beri contoh, saya ingin pergi naik busway ke Gading. Hal yang pertama harus saya lakukan tentu saja adalah menanyakan jalannya kepada teman, kerabat, saudara, dll. Setelah itu baru saya coba tes untuk jalan yang sudah diberitahu. Apakah menurut anda teman, kerabat, dan saudara saya dapat melewatkan jalan tersebut untuk saya, kemudian tiba-tiba saya ada di Gading ? atau cukup dengan memberitahu maka artinya saya telah tercerahkan untuk bisa sampai ksana ? Tentu saja tidak, yang membuat saya bisa sampai kesana adalah diri saya sendiri dengan usaha saya sendiri dan pemahaman yang saya kembangkan berdasarkan informasi yang saya peroleh.
Hal ini prinsipnya sama dengan pencapaian keBuddhaan. Diri sendiri adalah pewaris karma sendiri. Pandangan terang adalah buah yang didapatkan oleh usaha sendiri berdasarkan rekoleksi pengalaman dan pengetahuan yang diolah oleh diri sendiri.
Quote from: Indra on 26 April 2011, 04:44:56 PM
yg kita bicarakan sebelumnya adalah mengenai zaman di mana tidak ada TATHAGATHA, saya tidak ingat anda sudah meralat pernyataan anda.
saya maksudkan Tathagata atau Buddha. saya tidak terlalu memahami perbedaannya. Tapi yang ingin saya nyatakan adalah "pada setiap zaman, selalu terlahir seorang manusia suci, yang kesuciannya tidak tertandingi oleh makhluk lainnya. Apakah makkhluk suci itu bergelar Tathagatha ataukah Buddha, entahlah".
Quote from: Satria on 26 April 2011, 05:23:47 PM
saya maksudkan Tathagata atau Buddha. saya tidak terlalu memahami perbedaannya. Tapi yang ingin saya nyatakan adalah "pada setiap zaman, selalu terlahir seorang manusia suci, yang kesuciannya tidak tertandingi oleh makhluk lainnya. Apakah makkhluk suci itu bergelar Tathagatha ataukah Buddha, entahlah".
perbedaan sebutan itu ternyata dapat merubah esensi dari diskusi ini.
ada orang suci yang memutar roda dhamma dan ada orang suci yang menjaga roda dhamma.
orang suci yang memutar roda dhamma itu tidak lahir pada setiap zaman.
tapi, orang suci yang menjaga perputaran roda dhamma itu lahir pada setiap zaman.
Quote from: Indra on 26 April 2011, 05:25:09 PM
perbedaan sebutan itu ternyata dapat merubah esensi dari diskusi ini.
itulah, mengapa kita perlu berkomunikasi. karena kita memiliki perbedaan bahasa dan istilah yang digunakan. walaupn kadang maksudnya sama, tapi cara menyebutnya berbeda. maka diskusi adalah usaha untuk saling memahami. bukankah begitu, bro Indra?
Quote from: rooney on 26 April 2011, 05:10:09 PM
Saya beri contoh, saya ingin pergi naik busway ke Gading. Hal yang pertama harus saya lakukan tentu saja adalah menanyakan jalannya kepada teman, kerabat, saudara, dll. Setelah itu baru saya coba tes untuk jalan yang sudah diberitahu. Apakah menurut anda teman, kerabat, dan saudara saya dapat melewatkan jalan tersebut untuk saya, kemudian tiba-tiba saya ada di Gading ? atau cukup dengan memberitahu maka artinya saya telah tercerahkan untuk bisa sampai ksana ? Tentu saja tidak, yang membuat saya bisa sampai kesana adalah diri saya sendiri dengan usaha saya sendiri dan pemahaman yang saya kembangkan berdasarkan informasi yang saya peroleh.
Hal ini prinsipnya sama dengan pencapaian keBuddhaan. Diri sendiri adalah pewaris karma sendiri. Pandangan terang adalah buah yang didapatkan oleh usaha sendiri berdasarkan rekoleksi pengalaman dan pengetahuan yang diolah oleh diri sendiri.
sebaliknya, apakah anda bisa sampai ke Gading tanpa ada sangkut pautnya dengan jasa orang lain?
bagaimana bila tidak ada yang memberi petunjuk jalan, bagaimana bila tidak ada supir busway, dan bagiamana bila tidak ada yang menyebut tempat itu sebagai Gading? bagaimana caranya anda sampai ke sana?
Demikian pula dengan pencapaian sang Buddha. Apa yang ia capai, tentu karena hasil dari Karmanya sendiri, tapi sang Buddha tidak pernah menyatakan bahwa dalam pencapaiannnya tidak ikut serta sedikitpun "jasa orang lain". sudah pasti, ada faktor-faktor lain, slain dirinya sendiri yang menjadi sebab tercapainya pencerahan sang Buddha.
Quote from: Satria on 26 April 2011, 05:28:15 PM
itulah, mengapa kita perlu berkomunikasi. karena kita memiliki perbedaan bahasa dan istilah yang digunakan. walaupn kadang maksudnya sama, tapi cara menyebutnya berbeda. maka diskusi adalah usaha untuk saling memahami. bukankah begitu, bro Indra?
benar sekali, tapi dalam berdiskusi kita hendaknya menggunakan bahasa yg sama, bukan? oleh karena itu, agar diskusi dapat berjalan dengan baik, alangkah baiknya jika kita masing2 mau berusaha untuk belajar menggunakan bahasa yg sama yg digunakan oleh forum, dalam hal ini bahasa Buddhism, dan tidak memaksakan bahasa lain ke dalam diskusi.
Quote from: Indra on 26 April 2011, 05:44:39 PM
benar sekali, tapi dalam berdiskusi kita hendaknya menggunakan bahasa yg sama, bukan? oleh karena itu, agar diskusi dapat berjalan dengan baik, alangkah baiknya jika kita masing2 mau berusaha untuk belajar menggunakan bahasa yg sama yg digunakan oleh forum, dalam hal ini bahasa Buddhism, dan tidak memaksakan bahasa lain ke dalam diskusi.
saya juga telah berusaha menggunakan bahasa Budhism sebisa mungkin. Bahkan saya tidak melihat seorang umat lain yang bersungguh belajar budhism dan berupaya menggunakan bahasa budhism ketika berbicara dengan budhis, selain diri saya sendiri.
Quote from: Satria on 26 April 2011, 05:32:01 PM
sebaliknya, apakah anda bisa sampai ke Gading tanpa ada sangkut pautnya dengan jasa orang lain?
bagaimana bila tidak ada yang memberi petunjuk jalan, bagaimana bila tidak ada supir busway, dan bagiamana bila tidak ada yang menyebut tempat itu sebagai Gading? bagaimana caranya anda sampai ke sana?
Demikian pula dengan pencapaian sang Buddha. Apa yang ia capai, tentu karena hasil dari Karmanya sendiri, tapi sang Buddha tidak pernah menyatakan bahwa dalam pencapaiannnya tidak ikut serta sedikitpun "jasa orang lain". sudah pasti, ada faktor-faktor lain, slain dirinya sendiri yang menjadi sebab tercapainya pencerahan sang Buddha.
Yup, ada petunjuk dari orang, tetapi tetap saja yang berusaha mecari adalah diri saya sendiri, yang berusaha memahami adalah diri saya sendiri, yang melewati jalannya adalah diri saya sendiri. Kalo tidak ada kendaraan saya akan jalan kaki, kalo tidak ada petunjuk jalan akan saya coba semua jalan yang menuju kesana. Faktor lain ya hanya seperti sanak keluarga, teman, kerabat, masyarakat sekitar, buku, papan, petunjuk, dll. Semua faktor saling bergantungan dan semuanya ada dalam samsara. Dimanakah ketergantungan pada satu sosok tertinggi itu ???
Quote from: Satria on 26 April 2011, 05:51:06 PM
saya juga telah berusaha menggunakan bahasa Budhism sebisa mungkin. Bahkan saya tidak melihat seorang umat lain yang bersungguh belajar budhism dan berupaya menggunakan bahasa budhism ketika berbicara dengan budhis, selain diri saya sendiri.
saya tidak bisa membantah hal ini, dari beberapa kelahiran anda di forum ini, saya memang melihat spt apa yg anda katakan di atas. hanya saja, maafkan saya jika harus berkata terus terang, anda kadang2 lepas kendali dan menggunakan bahasa non-Buddhism yg tidak selaras atau bahkan bertentangan dengan Buddhism.
Quote from: rooney on 26 April 2011, 05:54:54 PM
Yup, ada petunjuk dari orang, tetapi tetap saja yang berusaha mecari adalah diri saya sendiri, yang berusaha memahami adalah diri saya sendiri, yang melewati jalannya adalah diri saya sendiri. Kalo tidak ada kendaraan saya akan jalan kaki, kalo tidak ada petunjuk jalan akan saya coba semua jalan yang menuju kesana. Faktor lain ya hanya seperti sanak keluarga, teman, kerabat, masyarakat sekitar, buku, papan, petunjuk, dll. Semua faktor saling bergantungan dan semuanya ada dalam samsara. Dimanakah ketergantungan pada satu sosok tertinggi itu ???
kebergantungan pada sosok yang tertinggi itu seperti halnya kebergantungan sang Buddha kepada yang "tidak bergantung".
segala sesuatu yang dilihat sang Buddha di dalam "diri", apaka itu tubuh maupun batin, semuanya tidak ada yang memuaskan dan tidak ada yang kekal. semua itu adalah "yang terkondisi". Tapi sang buddha tidak akan mengajarkan dhamma seandainya ia tidak melihat "Yang Tidak Terkondisi", sang Buddha tidak akan berikan jalan keluar dari penderitaan ini bila tidak melihat "Yang Tidak Berawal" dan "Yang Tidak Bergantung". kepada "Yang Tidak Terkondisi" itulah sang Buddha (sebagai kumpulan yang terkondisi) bergantung.
Quote from: Indra on 26 April 2011, 05:59:04 PM
saya tidak bisa membantah hal ini, dari beberapa kelahiran anda di forum ini, saya memang melihat spt apa yg anda katakan di atas. hanya saja, maafkan saya jika harus berkata terus terang, anda kadang2 lepas kendali dan menggunakan bahasa non-Buddhism yg tidak selaras atau bahkan bertentangan dengan Buddhism.
ya. maafkanlah saya, bila saya "lepas kendali" dan sering menggunakan bahasa non-budhism. selanjutnya, saya akan belajar untuk bisa berkomunikasi secara lebih baik lagi. terima kasih atas kesabaran anda dalam membimbing saya.
Nah, berarti karena Sang Buddha mampu mampu melihat, memahami, dan menemukan jalan menuju kekosongan itu kan ? Bukan karena ada "wasiat" dari kekosongan :P
Quote from: rooney on 26 April 2011, 06:09:34 PM
Nah, berarti karena Sang Buddha mampu mampu melihat, memahami, dan menemukan jalan menuju kekosongan itu kan ? Bukan karena ada "wasiat" dari kekosongan :P
"wasiat" itu bahasa Budhis bukan?
Anda telah menggunakan bahasa "agama orang lain". berarti saya juga boleh donk?
jadi, soal "wasiat" itu adalah soal bagaimana menafsirkannya.
misalnya begini, ada orang bijaksana berkata kepada umat "Janganlah kalian menebani hutan secara sembarangan, karena itu akan membuat gunung murka kepadamu!"
orang bijksana ini telah mempersonifikasi "Gunung" seakan-akan gunung itu berakarakter seperti manusia yang bisa marah-marah. tentu saja, yang dimaksud dengan "gunung marah" itu adalah banjir dan erosi, bila umat menebangi pohon sembarangan di hutan.
kendatipun itu adalah "kosong", tapi yang Maha Kosong itu telah menjelaskan segala kepada sang Buddha, dari dari kekosongan itulah muncul segala ilmu yang diajarkan sang Buddha kepada umat. dan kekosongn itulah yang menjadi segala sebab dan tujuan seluruh makhluk.
dengan cara yang sama, para nabi telah melihat kekosongan itu. Sebagaimana alam semesta telah dapat memberi penjelasan yang sejelas-jelasnya kepada umat manusia tentang segala ilmu, kendatipun alam semesta tidak berbicara dengan "kata-kata", tapi manusialah yang menafsirkannya, seperti itu pulalah para nabi telah melihat kekosongan. kendatipun kekosongan itu tidak berbicara, tetapi tidak ada yang dapat memahami tentang apa yang dimaksud oleh kekosongan itu, kecuali nabi itu sendiri. Adapun malaikat, hanyalah pekerja yang mengkonversi bahasa alam ke dalam bahasa manusia.
Quote from: Satria on 26 April 2011, 06:22:13 PM
"wasiat" itu bahasa Budhis bukan?
Anda telah menggunakan bahasa "agama orang lain". berarti saya juga boleh donk?
jadi, soal "wasiat" itu adalah soal bagaimana menafsirkannya.
misalnya begini, ada orang bijaksana berkata kepada umat "Janganlah kalian menebani hutan secara sembarangan, karena itu akan membuat gunung murka kepadamu!"
orang bijksana ini telah mempersonifikasi "Gunung" seakan-akan gunung itu berakarakter seperti manusia yang bisa marah-marah. tentu saja, yang dimaksud dengan "gunung marah" itu adalah banjir dan erosi, bila umat menebangi pohon sembarangan di hutan.
kendatipun itu adalah "kosong", tapi yang Maha Kosong itu telah menjelaskan segala kepada sang Buddha, dari dari kekosongan itulah muncul segala ilmu yang diajarkan sang Buddha kepada umat. dan kekosongn itulah yang menjadi segala sebab dan tujuan seluruh makhluk.
dengan cara yang sama, para nabi telah melihat kekosongan itu. Sebagaimana alam semesta telah dapat memberi penjelasan yang sejelas-jelasnya kepada umat manusia tentang segala ilmu, kendatipun alam semesta tidak berbicara dengan "kata-kata", tapi manusialah yang menafsirkannya, seperti itu pulalah para nabi telah melihat kekosongan. kendatipun kekosongan itu tidak berbicara, tetapi tidak ada yang dapat memahami tentang apa yang dimaksud oleh kekosongan itu, kecuali nabi itu sendiri. Adapun malaikat, hanyalah pekerja yang mengkonversi bahasa alam ke dalam bahasa manusia.
Wasiat itu bahasa Indonesia :P
Kalo dalam Buddhist, malaikat itu dewa tingkat rendah loh ;D
Nabi = utusan/ orang yang terpilih kan ? Apakah semua orang bisa jadi nabi ?
Quote from: rooney on 26 April 2011, 06:30:48 PM
Wasiat itu bahasa Indonesia :P
Kalo dalam Buddhist, malaikat itu dewa tingkat rendah loh ;D
Nabi = utusan/ orang yang terpilih kan ? Apakah semua orang bisa jadi nabi ?
Tentu saja, setiap orang bisa menjadi nabi.
dan supaya lebih faham, mungkin anda harus menjawab pertanyaan ini :
"Apakah setiap orang bisa menjadi Buddha?"
Quote from: Satria on 26 April 2011, 06:38:03 PM
Tentu saja, setiap orang bisa menjadi nabi.
dan supaya lebih faham, mungkin anda harus menjawab pertanyaan ini :
"Apakah setiap orang bisa menjadi Buddha?"
Setiap orang bisa menjadi Buddha :)
Gimana caranya jadi nabi ? ;D
Quote from: Satria on 26 April 2011, 04:33:13 PM
Nah, betul. itu yang saya maksud.
sebenarnya antara paceka buddha dan sammasambudha memiliki batin dengan kualitas pencerahan yang sama, yakni "tiada bandingannya". seperti halnya, dimana ketika sang Buddha terlahir, maka tidak akan ada satu orang atau satu makhluk pun yang menyamai tingkat kesuciannya.
pada saat sammasambuddha parinibbana, paceka Buddha tetap hadir dan terus hadir dari zaman ke zaman tanpa henti. hanya satu paceka Buddha untuk satu zaman. dan setiap zamannya, kesucian buddha ini tidak tertandingi oleh makhluk lainnya.
Kualitas batin seorang sammasambuddha adalah 100 kali lipat seorang paccekkabuddha.
Kualitas batin seorang sammasambuddha adalah 1000 kali lipat seorang Savakabuddha (para arahatta, murid2 Sang Buddha)
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=15307.msg248212#msg248212 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=15307.msg248212#msg248212) <<== kualitas batin menentukan manfaat kepada pemberi dana
ada banyak paccekkabuddha pada suatu waktu dimana tidak ada sammasambuddha <<== baca RAPB, jilid 3. Disana diceritakan pada jaman banyak pacceka buddha, tanpa ada cerita satupun mengenai sammasambuddha
salam,
Quote from: rooney on 26 April 2011, 06:41:11 PM
Setiap orang bisa menjadi Buddha :)
Gimana caranya jadi nabi ? ;D
Dalam pengertian agama samawi, nabi adalah manusia yang memperoleh wahyu dari Tuhan tentang agama dan misinya. Lebih khusus lagi terdapat istilah rasul yang dalam agama Islam dibedakan bahwa rasul memiliki kewajiban untuk menyampaikan ajaran yang diterima dari Tuhan.
Intinya nggak semua orang bisa jadi nabi, karena harus menerima wahyu dari tuhan.... tapi sekali lagi menurut kitab2 samawi tuhan tidak pernah berfirman secara langsung, berkata-kata secara langsung... melainkan menggunakan jasa kurir ( malaikat ) dalam hal ini malaikat Gabriel/jibril ....
Quote from: Mas Tidar on 26 April 2011, 08:50:02 PM
Kualitas batin seorang sammasambuddha adalah 100 kali lipat seorang paccekkabuddha.
Kualitas batin seorang sammasambuddha adalah 1000 kali lipat seorang Savakabuddha (para arahatta, murid2 Sang Buddha)
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=15307.msg248212#msg248212 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=15307.msg248212#msg248212) <<== kualitas batin menentukan manfaat kepada pemberi dana
ada banyak paccekkabuddha pada suatu waktu dimana tidak ada sammasambuddha <<== baca RAPB, jilid 3. Disana diceritakan pada jaman banyak pacceka buddha, tanpa ada cerita satupun mengenai sammasambuddha
salam,
TERIMA KASIH ATAS PENJELASANNYA.
nanti referensinya yang anda tunjukan itu akan saya pelajari.
sebenarnya saya tidak cukup mengerti perbedaan sammasambuddha, pacekkabuddha tathagatha. dan saya ingin belajar tentang semua itu.
saya hanya ingin menyampaikan keyakinan saya sendiri, bahwa pada setiap zaman, tentu ada orang yang berhasil mencapai kesucian, apakah itu namanya pacekka buddha, sammasambuddha atau tathagatha.
dan seandainya dalam satu zaman ada banyak pacekkabuddha, itu mungkin saja. dan saya meyakini, seandainya di zaman ini ada 100 paccekkabuddha, maka hanya ada satu yang mencapai kesucian yang tertinggi diantara pacekkabuddha yang ada, dan karena ia yang tertinggi, maka ia adalah "yang tiada bandingannya" pada zaman ini.
adapun keyakinan saya itu belum tentulah benar. tapi juga, mungkin saja benar.
semoga bisa difahami.
Quote from: Satria on 26 April 2011, 06:03:00 PM
kebergantungan pada sosok yang tertinggi itu seperti halnya kebergantungan sang Buddha kepada yang "tidak bergantung".
segala sesuatu yang dilihat sang Buddha di dalam "diri", apaka itu tubuh maupun batin, semuanya tidak ada yang memuaskan dan tidak ada yang kekal. semua itu adalah "yang terkondisi". Tapi sang buddha tidak akan mengajarkan dhamma seandainya ia tidak melihat "Yang Tidak Terkondisi", sang Buddha tidak akan berikan jalan keluar dari penderitaan ini bila tidak melihat "Yang Tidak Berawal" dan "Yang Tidak Bergantung". kepada "Yang Tidak Terkondisi" itulah sang Buddha (sebagai kumpulan yang terkondisi) bergantung.
emang ada sosok yg lebih tinggi dari Buddha? ada referensinya om?
Quote from: M14ka on 27 April 2011, 09:11:00 AM
emang ada sosok yg lebih tinggi dari Buddha? ada referensinya om?
SOSOK YANG LEBIH TINGGI DARI BUDDHA ITU ADALAH NIBBANA
bukankah dalam budhism disebutkan bahwa nibbana itu merupakan realitas tertinggi. dan tak pernah disebutkan bahwa buddha itulah yang merupakan realitas tertinggi.
Quote from: Satria on 27 April 2011, 09:58:07 AM
SOSOK YANG LEBIH TINGGI DARI BUDDHA ITU ADALAH NIBBANA
bukankah dalam budhism disebutkan bahwa nibbana itu merupakan realitas tertinggi. dan tak pernah disebutkan bahwa buddha itulah yang merupakan realitas tertinggi.
NIBBANA adalah SOSOK? yg lebih tinggi pulak?
Quote from: Satria on 27 April 2011, 09:58:07 AM
SOSOK YANG LEBIH TINGGI DARI BUDDHA ITU ADALAH NIBBANA
bukankah dalam budhism disebutkan bahwa nibbana itu merupakan realitas tertinggi. dan tak pernah disebutkan bahwa buddha itulah yang merupakan realitas tertinggi.
kl yg di bold itu pertanyaan, saya jawab BUKAN, kl itu pernyataan, gua jawab SALAH.
nb: jgn minta referensi dari gua,, ato penjelasannya.
Quote from: No Pain No Gain on 24 April 2011, 11:01:30 PM
banyak orang yang beragama buddha pindah ke agama tetangga loh..dan budhis lainnya mengklaim kalo mereka sama sekali tidak mengerti ajaran buddhism yang sesungguhnya
sedangkan ada umat tetangga yang berpindah ke buddhis dan umat tetangga lain jg mengkalim kalo mereka tidak memahmai ajaran mereka..
jadi bingung deh kalo gt.. ;D
Kalau belajar ajaran BUDDHA yang "benar".... Guarantee gak bakal pindah ajaran lagi... Kalau ajaran "buddha-buddha-an", itu yang di-sangsi-kan...
Quote from: dilbert on 27 April 2011, 12:03:23 PM
Kalau belajar ajaran BUDDHA yang "benar".... Guarantee gak bakal pindah ajaran lagi... Kalau ajaran "buddha-buddha-an", itu yang di-sangsi-kan...
yang "bener" nya menurut siapa?
Quote from: ryu on 27 April 2011, 12:16:30 PM
yang "bener" nya menurut siapa?
menurut saya...
Quote from: dilbert on 27 April 2011, 03:18:28 PM
menurut saya...
dan yang "bener" menurut bro itu seperti apa?
Quote from: ryu on 27 April 2011, 04:08:12 PM
dan yang "bener" menurut bro itu seperti apa?
Menurut saya ??? TIPITAKA (Pali KANON)...
ada minimal 3 biji temen saya yg belajar buddhism theravada bersumber pada tipitaka pali yg udah pindah kepercayaan...
pindah agama adalah hal yg wajar, ada beberapa kasus bahkan seorang pemuka agama, mis. bhikkhu yg pindah agama, atau pendeta/pastor pindah agama, bahkan Kyai pindah agama. apakah salah agamanya? orangnya? atau tidak ada yg salah?
beberapa kasus ada yg wajar, masalah kecocokan pribadi...
yg gak wajar itu terjadi antara lain karena disinformasi seberang dan mismanagemen sebelah sini.
Quote from: morpheus on 27 April 2011, 05:02:46 PM
beberapa kasus ada yg wajar, masalah kecocokan pribadi...
yg gak wajar itu terjadi antara lain karena disinformasi seberang dan mismanagemen sebelah sini.
disinformasi seberang bisa dimengerti, tapi kasus mismanagemen sebelah sini, contoh kasusnya spt apa, Bang Morph?
Quote from: dilbert on 27 April 2011, 04:12:54 PM
Menurut saya ??? TIPITAKA (Pali KANON)...
Quote from: morpheus on 27 April 2011, 04:55:42 PM
ada minimal 3 biji temen saya yg belajar buddhism theravada bersumber pada tipitaka pali yg udah pindah kepercayaan...
dah ada nih contohnya yg pindah, berarti guaranty nya ga ada =))
Quote from: Indra on 27 April 2011, 04:57:55 PM
pindah agama adalah hal yg wajar, ada beberapa kasus bahkan seorang pemuka agama, mis. bhikkhu yg pindah agama, atau pendeta/pastor pindah agama, bahkan Kyai pindah agama. apakah salah agamanya? orangnya? atau tidak ada yg salah?
contohnya s. dhammika yang pindah dari tera ke maha ya ;D
setau aye kagak dah. dia cuma balik lagi ke samanera, dan belon menentukan pilihannya.
tapi itu kabar beberapa tahun yang lalu.
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 27 April 2011, 06:12:02 PM
setau aye kagak dah. dia cuma balik lagi ke samanera, dan belon menentukan pilihannya.
tapi itu kabar beberapa tahun yang lalu.
oh kalau kabar yg broken buda itu bagaimana? bukannya dia kecewa ama tera?
Quote from: ryu on 27 April 2011, 06:14:49 PM
oh kalau kabar yg broken buda itu bagaimana? bukannya dia kecewa ama tera?
Lebih tepatnya kecewa sama "oknum" ;D
Tapi gw baca di profil blognya kalo dia masih jadi bhikku kok...
QuoteI am not the 5th or 9th reincarnation of a great lama, I have not recived any empowerments or initiations, I am not the holder of any lineage, I am yet to attain any of the jhanas, I am not a widely respected teacher, I am not a stream enterer (at least I don't feel like one)and I do not have many disciples. Nontheless, you may find some of my observations and musings interesting. I have been a Buddhist monk for 32 years and am the spiritual advisor to the Buddha Dhamma Mandala Society in Singapore.
Quote from: morpheus on 27 April 2011, 04:55:42 PM
ada minimal 3 biji temen saya yg belajar buddhism theravada bersumber pada tipitaka pali yg udah pindah kepercayaan...
apakah disebabkan karna buah tetangga lebih segar, padat dan mengiurkan ?
Quote from: Indra on 27 April 2011, 05:05:02 PM
disinformasi seberang bisa dimengerti, tapi kasus mismanagemen sebelah sini, contoh kasusnya spt apa, Bang Morph?
macem2, ada yg secara makro dan mikro...
* kurikulum pengajaran yg monoton, dogmatis, kaku dan teoritis
* pembinaan dhammaduta yg minim
* perebutan umat organisasi dan vihara
* terpecah belahnya puncak otoritas buddhis indonesia
* visi misi pusat yg gak jelas
* vihara tidak mampu memenuhi kebutuhan umat sebagai mahluk inteletual, sosial dan emosional
* penyaluran dana yg gak tepat guna
* dll
Quote from: johan3000 on 27 April 2011, 07:30:03 PM
apakah disebabkan karna buah tetangga lebih segar, padat dan mengiurkan ?
analisa saya mungkin karena agama buddha yg mereka pelajari tidak memberikan manfaat bagi kehidupan mereka secara nyata.
jawaban2 dogmatis yg didengung2kan ditelinga mereka tidak mampu memberikan jawaban bagi problem mereka sehari2.
mungkin juga mereka merasa agama lain membuat mereka merasa tergugah, dihargai, nyaman, percaya diri dan mengembangkan potensi diri mereka.
kalau terpecah belahnya puncak otoritas memang wajar menurut saya.
setahu saya gak ada 1 pun murid yang menjadi pengganti Sang Buddha sebagai otoritas tertinggi.
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 27 April 2011, 09:35:09 PM
kalau terpecah belahnya puncak otoritas memang wajar menurut saya.
setahu saya gak ada 1 pun murid yang menjadi pengganti Sang Buddha sebagai otoritas tertinggi.
bukan itu. saya mengacu pada walubi - kasi.
Quote from: morpheus on 27 April 2011, 04:55:42 PM
ada minimal 3 biji temen saya yg belajar buddhism theravada bersumber pada tipitaka pali yg udah pindah kepercayaan...
Know for sure belajar theravada ?
Quote from: dilbert on 28 April 2011, 09:45:55 AM
Know for sure belajar theravada ?
sangat yakin.
dua orang rajin ke vihara theravada, denger kotbah bhante theravada, pernah jadi event organizer acara vihara.
satu orang dulu meditasi tiap hari di vihara theravada dengan bimbingan bhikkhu theravada selama lebih dari dua bulan.
banyak lagi di luar 3 orang ini, tapi saya gak sebut karena kadar kebuddhisannya lebih tipis...
jadi inget pertanyaan saya waktu kelas 6 SD (waktu masih ka****k), kenapa bukan tuhan je*us yg datang , tapi kenapa harus dewa dari agama buddha . sampai sekarang saya tidak tahu jawaban pasti
Quote from: ryu on 27 April 2011, 05:48:36 PM
contohnya s. dhammika yang pindah dari tera ke maha ya ;D
s dhammika itu shravasti dhammika bukan??
beliau sekarang thera atau maha??
Quote from: No Pain No Gain on 24 April 2011, 11:09:11 PM
walaupun secara teoritis lbh mudah dipahami..tapi apabila anda tidak bisa memahami ikatan antara Tuhan dgn manusia, maka dikatakan anda terjerumus.. ;D
menurut saya ini seperti mobil mati langsung dikasi gigi5 full gas :)
right clik => "create shortcut"
Quote from: Che Yong on 24 April 2012, 03:51:53 AM
menurut saya ini seperti mobil mati langsung dikasi gigi5 full gas :)
Dalam perjalanan samsaraku ini,saya berusaha sedapat mungkin selaras dengan ajaran Budha.Bukan kisah satu dua tahun,cukup lama dan saya tidak perlu menyebutkan sudah berapa lama.Saya mengunakan diriku sendiri untuk menyelidiki mengapa orang budhist ada yang pindah agama.Percaya tidak percaya,mereka yang mengaku budhist dan pindah agama,ternyata kalau mereka mau jujur,jawaban mereka tidak jauh dari KESERAKAHAN,KEBENCIAN DAN KEBODOHAN BATIN.Semua alasan mereka ada di 3 akar samsara ini.Kalau seseorang telah mempelajari budhism dengan benar,maka walau masuk neraka pun,dia akan terima dengan baik,dia tidak meninggalkan dharma karena dia tahu bahwa dirinyalah yang salah,tidak mampu menjalankan ajaran,dia tidak akan cari alasan apapun untuk membela diri.Dalam perjalananku,saya sangat memahami BETAPA SULITNYA MENJALANKAN DHARMA.kebanyakan manusia karena kegelapan batinnya,bisa melakukan apapun untuk kepentingan dirinya.Mereka yang pindah dari Budhism karena 1.karena tidak tahan tubuh seksinya dan gantengnya(ini yang paling banyak). 2.karena faktor keuangan(ini juga banyak). 3.karena tidak mampu menjalankan ajaran dharma,maka mencari alasan untuk pindah(ini ada pada mereka yang setelah keluar malah menghujat ajaran dan dapat penghasilan lumayan). 4.mencari selamat di agama lain,karena telah melakukan pelanggaran dalam dharma(ini adalah mereka yang ketakutan akan kematian dan mencoba cari selamat). 5.Karena kebodohan batin mereka,melihat orang-orang budhist yang tidak harmonis malah menganggu pikirannya dan dijadikan alasan pindah(kalau dia mau merenungkan sebentar saja,di organisasi agama mana yang tidak ada ributnya? 6.dan berbagai alasan yang tidak jujur dikeluarkan untuk membela diri dan menjelekan budhism seolah-olah mereka sangat hebat,lebih berjasa dari seorang SANG BUDHA.Padahal dalam hidup mereka,membuat sebuah pondok pun mereka tidak sanggup,menulis sebuah puisi kehidupan pun tidak mampu.Adalah Benar,mereka yang telah belajar budhism dengan baik TIDAK AKAN PINDAH WALAU DIBUNUH SEKALIPUN.Kepada saudara sedharma yang belajar dan menjalankan dharma,kalau kita merasakan 1 hari tidak membaca,merenungkan ajaran dan merasakan ada yang kurang hari itu,maka selamat kepada teman-teman,karena teman-teman ada pada Jalan Yang Benar.Anggaplah kita ini adalah orang yang masih bodoh yang perlu belajar tiap hari.Jujurlah pada diri sendiri akan kekurangan kita,sampai saatnya tiba,dharma adalah sebuah Perahu Yang Berjasa membawa kita menyeberangi lautan samsara ini.
sharing yang cukup menarik
aniwei, keyboard Anda tidak ada Enter & spasi ? ;D
warna merah, tau dari mana ?
Quote from: senbudha on 25 April 2012, 04:44:42 PM
Dalam perjalanan samsaraku ini,saya berusaha sedapat mungkin selaras dengan ajaran Budha.Bukan kisah satu dua tahun,cukup lama dan saya tidak perlu menyebutkan sudah berapa lama. Saya mengunakan diriku sendiri untuk menyelidiki mengapa orang budhist ada yang pindah agama.
Percaya tidak percaya,mereka yang mengaku budhist dan pindah agama, ternyata kalau mereka mau jujur, jawaban mereka tidak jauh dari KESERAKAHAN,KEBENCIAN DAN KEBODOHAN BATIN.
Semua alasan mereka ada di 3 akar samsara ini.Kalau seseorang telah mempelajari budhism dengan benar, maka walau masuk neraka pun, dia akan terima dengan baik, dia tidak meninggalkan dharma karena dia tahu bahwa dirinyalah yang salah, tidak mampu menjalankan ajaran, dia tidak akan cari alasan apapun untuk membela diri. Dalam perjalananku, saya sangat memahami BETAPA SULITNYA MENJALANKAN DHARMA.
kebanyakan manusia karena kegelapan batinnya, bisa melakukan apapun untuk kepentingan dirinya. Mereka yang pindah dari Budhism karena
1.karena tidak tahan tubuh seksinya dan gantengnya(ini yang paling banyak).
2.karena faktor keuangan(ini juga banyak).
3.karena tidak mampu menjalankan ajaran dharma,maka mencari alasan untuk pindah(ini ada pada mereka yang setelah keluar malah menghujat ajaran dan dapat penghasilan lumayan).
4.mencari selamat di agama lain,karena telah melakukan pelanggaran dalam dharma(ini adalah mereka yang ketakutan akan kematian dan mencoba cari selamat). 5.Karena kebodohan batin mereka,melihat orang-orang budhist yang tidak harmonis malah menganggu pikirannya dan dijadikan alasan pindah(kalau dia mau merenungkan sebentar saja,di organisasi agama mana yang tidak ada ributnya?
6.dan berbagai alasan yang tidak jujur dikeluarkan untuk membela diri dan menjelekan budhism seolah-olah mereka sangat hebat,lebih berjasa dari seorang SANG BUDHA.
Padahal dalam hidup mereka,membuat sebuah pondok pun mereka tidak sanggup, menulis sebuah puisi kehidupan pun tidak mampu.Adalah Benar,mereka yang telah belajar budhism dengan baik TIDAK AKAN PINDAH WALAU DIBUNUH SEKALIPUN.
Kepada saudara sedharma yang belajar dan menjalankan dharma, kalau kita merasakan 1 hari tidak membaca, merenungkan ajaran dan merasakan ada yang kurang hari itu,maka selamat kepada teman-teman, karena teman-teman ada pada Jalan Yang Benar.
Anggaplah kita ini adalah orang yang masih bodoh yang perlu belajar tiap hari. Jujurlah pada diri sendiri akan kekurangan kita, sampai saatnya tiba, dharma adalah sebuah Perahu Yang Berjasa membawa kita menyeberangi lautan samsara ini.