Forum Dhammacitta

Buddhisme dan Kehidupan => Kesehatan => Topic started by: johan3000 on 07 April 2011, 08:10:25 PM

Title: [ask]gimana supaya tidak ngantuk
Post by: johan3000 on 07 April 2011, 08:10:25 PM
mendengar samaneri pada siang hari lagi berjalanannya ceramah bisa ngantuk,
gw ingin menanyakan dari sisi medis zat apakah yg diperlukan supaya seseorang tidak ngantuk pada jam kerja/produktif  (9 to 4)

katanya melatonin yg membuat manusia ngantuk, adakah caranya memanupulasi jumlah melatonin yg beredar dalam tubuh? adakah obat utk menetralisir melatonin tsb?

apakah wajar setelah makan siang, terasa ngantuk ?
Title: Re: [ask]gimana supaya tidak ngantuk
Post by: Lex Chan on 07 April 2011, 08:16:11 PM
cara aye:
1. minum kopi
2. minum air putih banyak2
3. cuci muka
4. tarik nafas dalam2
5. jalan2 cari udara segar

bisa salah satu saja atau kombinasi beberapa cara..
Title: Re: [ask]gimana supaya tidak ngantuk
Post by: johan3000 on 07 April 2011, 08:21:57 PM
minum kopi atau tidak, gw selalu tidur nyenyak... rasanya kopi ini tidak begitu berpengaruh... (tapi itu kopi instant, soalnya gak suka kopi bubuk asli)...

kalau obat/herbal gimana ?
Title: Re: [ask]gimana supaya tidak ngantuk
Post by: lobsangchandra on 07 April 2011, 08:27:01 PM
Quote from: johan3000 on 07 April 2011, 08:10:25 PM
mendengar samaneri pada siang hari lagi berjalanannya ceramah bisa ngantuk,
gw ingin menanyakan dari sisi medis zat apakah yg diperlukan supaya seseorang tidak ngantuk pada jam kerja/produktif  (9 to 4)

katanya melatonin yg membuat manusia ngantuk, adakah caranya memanupulasi jumlah melatonin yg beredar dalam tubuh? adakah obat utk menetralisir melatonin tsb?

apakah wajar setelah makan siang, terasa ngantuk ?
Melantonin adalah salah satu hormon yg diproduksi otak, efeknya tubuh menjadi lebih rileks dan tenang...akhirnya ngantuk...

otak yg kekurangan oksigen juga bisa berkakibat ngantuk...

lawan nya Melantonin adalah hormon Adrenalin yg berefek pada jantung berdebar, gelisah, dsb. biasanya meningkat jumlahnya bila kita lagi stress, tegang, ketakutan, marah, sangat bersemangat,...yang akhirnya bisa melawan kantuk.

obat ngantuk ya tidur aja...atau ~o) =)) :>-

Title: Re: [ask]gimana supaya tidak ngantuk
Post by: Mr.Jhonz on 07 April 2011, 08:59:51 PM
*Minum yg dingin
*berjalan sebantar

Tergantung tekad dan karakter juga,orang yang malas biasanya cenderung mengikuti rasa kantuknya, ;D
Title: Re: [ask]gimana supaya tidak ngantuk
Post by: kullatiro on 07 April 2011, 09:03:39 PM
tusuk ujung jari dengan kuku oleh jari lain atau jari tangan yang lain biar sedikit sakit dalam interval tertentu.

bisa juga menggunakan kuku jempol untuk menekan ke empat ujung jari lain bergantian.

titik akupuntur yang biasa di gunakan untuk merangsang kesaadaran bila orang pingsan adalah berada di ujung ujung jari tangan. dan di bawah antara hidung dan mulut.

kalau orang pingsan bisa bangun, masa orang yang mau tertidur tidak bisa. 
Title: Re: [ask]gimana supaya tidak ngantuk
Post by: wang ai lie on 07 April 2011, 11:52:34 PM
pernah coba kopi di kasih sedikit garam kk?
Title: Re: [ask]gimana supaya tidak ngantuk
Post by: dipasena on 07 April 2011, 11:54:08 PM
jawaban terampuh... untuk mengobati bagaimana agar kita tidak ngantuk... tidurrr... :))
Title: Re: [ask]gimana supaya tidak ngantuk
Post by: johan3000 on 08 April 2011, 02:10:33 PM
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2F3.bp.blogspot.com%2F_znTqSDMQXdk%2FSP1PwGmP-PI%2FAAAAAAAAACw%2FOtT8GRntpk0%2Fs400%2FBagianTubuhKitaBMSD.jpg&hash=fcdfc3e4c6c704c80cb7943914b4309547535f78)

coba cubit/tarik urat dibelakang lengan bakal tidak ngantuk.

silahkan dibuktikan ya, n sharing disini

:P :P
Title: Re: [ask]gimana supaya tidak ngantuk
Post by: bodhi on 08 April 2011, 02:14:35 PM
jgn makan karbo kebanyakan  :P
Title: Re: [ask]gimana supaya tidak ngantuk
Post by: M14ka on 08 April 2011, 02:23:27 PM
Tujuh hari setelah ditahbiskan menjadi bhikkhu, Kolita menyepi di Desa Kallavalamuttagama di kota Magadha. Di tempat itu Kolita giat melatih meditasi untuk memperoleh Pandangan Terang. Pada suatu ketika ia merasa ngantuk sekali. Sang Buddha menghampirinya dan memberikan petunjuk untuk menanggulangi perasaan ngantuk,
"Apa pun pencerapanmu pada waktu kamu diserang perasaan mengantuk, Moggallana (Kolita di kemudian hari terkenal dengan nama ini yang berarti : anak Moggalli), kamu harus terus menyadari pencerapan tersebut. Cara ini dapat menolong untuk mengusir perasaan mengantuk."

"Kalau cara ini tidak menolong, kamu harus memusatkan pikiranmu kepada Dhamma yang pernah kamu dengar atau pelajari. Cara ini dapat menolong untuk mengusir perasaan mengantuk."

"Kalau cara ini masih belum menolong, kamu harus mengulang dengan suara keras Dhamma yang pernah kamu dengar atau pelajari. Cara ini dapat menolong untuk mengusir perasaan mengantuk."

"Kalau cara ini masih belum menolong, kamu harus menggosok-gosok kupingmu dengan jeriji dan mengusap-usap tubuhmu dengan tangan. Cara ini dapat menolong untuk mengusir perasaan mengantuk."

"Kalau cara ini masih belum menolong, kamu harus bangun dan mencuci matamu dengan air, kemudian memandang ke sekelilingmu dan mengamat-amati bintang di langit. Cara ini dapat menolong untuk mengusir perasaan mengantuk."

"Kalau cara ini masih belum menolong, kamu harus memusatkan pikiranmu kepada pencerapan dari cahaya terang, dan pikiranmu selalu membayangkan 'cahaya siang hari' baik pada waktu siang hari maupun pada waktu malam hari, membuka batinmu dari selubung yang menutupinya dan mengembangkan batinmu bermandi cahaya terang. Cara ini dapat menolong untuk mengusir perasaan mengantuk."

"Kalau cara ini masih belum menolong, kamu harus berbaring dengan 'sikap seekor singa', yaitu miring ke kanan dengan kaki kiri di atas kaki kanan, batin dalam keadaan 'sadar' dan pikiran terpusat kepada saat kamu ingin bangun. Setelah bangun kamu harus segera bangkit sambil merenung 'Aku tidak ingin memanjakan diriku dengan berbaring, menyender atau tidur'. Ini Moggallana, yang kamu harus selalu ingat."

"Selanjutnya, Moggallana, kamu harus selalu ingat 'aku tidak boleh merasa ingin terlalu dihormat kalau masuk ke rumah seorang umat biasa'. Sebab kalau seorang bhikkhu masuk ke rumah seorang umat biasa dengan perasaan ingin terlalu dihormat dan pada waktu itu mungkin ada urusan rumah tangga yang sangat penting yang harus diselesaikan terlebih dulu sehingga bhikkhu itu 'terlupakan', maka akan timbul pikiran dalam batin bhikkhu tersebut, "Siapakah yang menghasut orang ini terhadap diriku? Orang ini kelihatannya sekarang 'acuh tak acuh'. Karena merasa tak diacuhkan lagi timbul perasaan malu, karena malu pikirannya kacau, karena pikirannya kacau ia tidak dapat mengendalikan dirinya dengan baik, karena tidak dapat mengendalikan diri dengan baik, ia gagal melakukan meditasi."

"Selain dari itu, Moggallana, kamu harus selalu ingat, 'aku tidak ingin mengucapkan sesuatu yang dapat menimbulkan pertengkaran atau mencari-cari kesalahan orang lain'. Sebab kalau orang berbicara tentang sesuatu yang dapat menimbulkan pertengkaran atau mencari-cari kesalahan orang lain, maka hal itu mengakibatkan perdebatan yang panjang. Dengan adanya perdebatan yang panjang, ia tak dapat memusatkan pikirannya. Karena tak dapat memusatkan pikirannya, ia tak dapat mengendalikan diri, karena ia tak dapat mengendalikan diri, ia gagal melakukan meditasi."

"Sekarang, Moggallana, aku tidak selalu memujikan orang berkumpul dan juga aku tidak selalu menolaknya. Aku tidak memujikan berkumpul dengan orang banyak, baik itu bhikkhu atau orang biasa. Tetapi kalau ada tempat sunyi dan tidak terganggu oleh suara berisik dari orang yang lalu lalang, cocok sekali untuk seorang pertapa yang menyukai kesunyian, cocok untuk dipakai sebagai tempat menyepi oleh mereka yang lebih menyukai hidup menyendiri, maka berdiam di tempat demikian itu selalu aku pujikan."

Setelah diberikan petunjuk di atas, Moggallana menanyakan tentang kesimpulan terakhir bagi orang yang sudah cenderung untuk menyingkirkan nafsu-nafsu keinginan dan sudah siap untuk memperoleh hasil 'di luar duniawi'. Sang Buddha menjawab,
"Moggallana, seorang bhikkhu yang melaksanakan Dhamma ini, tahu bahwa tidak ada sesuatu pun yang berharga untuk dilekati. Setelah tahu hal tersebut, ia kemudian mengamat-amati benda-benda itu dengan Kebijaksanaan Tinggi, setelah mengamat-amati benda-benda itu dengan Kebijaksanaan Tinggi, ia dapat menyelami hakekat benda-benda tersebut, maka sewaktu mengalami perasaan menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral ia memandangnya sebagai sesuatu yang tidak kekal. Jadi, ia memandangnya dengan perasaan jemu untuk kemudian menyingkir dan melepaskan diri dari perasaan tersebut.

Dengan merenung seperti itu, ia tidak melekat lagi kepada apa pun dalam dunia ini, karena tidak lagi melekat, ia tidak dapat lagi diganggu, karena tidak dapat lagi diganggu, ia dapat rnenyingkirkan semua kekotoran batin dan mengetahui bahwa ini adalah kehidupannya yang terakhir, kehidupan suci telah dilaksanakan dan selesailah tugas yang harus dikerjakan dan tidak ada sesuatu apa pun yang masih harus dikerjakan untuk memperoleh Penerangan Agung. Dengan kesimpulan terakhir inilah, Moggallana, seorang bhikkhu dapat dipandang sudah cenderung untuk menyingkirkan nafsu-nafsu keinginannya dan sudah siap untuk memperoleh hasil 'di luar duniawi'."

Dengan melaksanakan petunjuk tesebut, Moggallana berhasil mencapai tingkat Arahat hari itu juga.
Lima belas hari setelah ditahbiskan, Upatissa (yang kemudian terkenal sebagai Sariputta, anak Sari), berdiam bersama-sama Sang Buddha di Goa Sukarakhata dari Gunung Gijjhakuta (Puncak Burung Nasar) di kota Rajagaha.
Title: Re: [ask]gimana supaya tidak ngantuk
Post by: bodhi on 08 April 2011, 02:30:45 PM
[spoiler]
Quote from: M14ka on 08 April 2011, 02:23:27 PM
Tujuh hari setelah ditahbiskan menjadi bhikkhu, Kolita menyepi di Desa Kallavalamuttagama di kota Magadha. Di tempat itu Kolita giat melatih meditasi untuk memperoleh Pandangan Terang. Pada suatu ketika ia merasa ngantuk sekali. Sang Buddha menghampirinya dan memberikan petunjuk untuk menanggulangi perasaan ngantuk,
"Apa pun pencerapanmu pada waktu kamu diserang perasaan mengantuk, Moggallana (Kolita di kemudian hari terkenal dengan nama ini yang berarti : anak Moggalli), kamu harus terus menyadari pencerapan tersebut. Cara ini dapat menolong untuk mengusir perasaan mengantuk."

"Kalau cara ini tidak menolong, kamu harus memusatkan pikiranmu kepada Dhamma yang pernah kamu dengar atau pelajari. Cara ini dapat menolong untuk mengusir perasaan mengantuk."

"Kalau cara ini masih belum menolong, kamu harus mengulang dengan suara keras Dhamma yang pernah kamu dengar atau pelajari. Cara ini dapat menolong untuk mengusir perasaan mengantuk."

"Kalau cara ini masih belum menolong, kamu harus menggosok-gosok kupingmu dengan jeriji dan mengusap-usap tubuhmu dengan tangan. Cara ini dapat menolong untuk mengusir perasaan mengantuk."

"Kalau cara ini masih belum menolong, kamu harus bangun dan mencuci matamu dengan air, kemudian memandang ke sekelilingmu dan mengamat-amati bintang di langit. Cara ini dapat menolong untuk mengusir perasaan mengantuk."

"Kalau cara ini masih belum menolong, kamu harus memusatkan pikiranmu kepada pencerapan dari cahaya terang, dan pikiranmu selalu membayangkan 'cahaya siang hari' baik pada waktu siang hari maupun pada waktu malam hari, membuka batinmu dari selubung yang menutupinya dan mengembangkan batinmu bermandi cahaya terang. Cara ini dapat menolong untuk mengusir perasaan mengantuk."

"Kalau cara ini masih belum menolong, kamu harus berbaring dengan 'sikap seekor singa', yaitu miring ke kanan dengan kaki kiri di atas kaki kanan, batin dalam keadaan 'sadar' dan pikiran terpusat kepada saat kamu ingin bangun. Setelah bangun kamu harus segera bangkit sambil merenung 'Aku tidak ingin memanjakan diriku dengan berbaring, menyender atau tidur'. Ini Moggallana, yang kamu harus selalu ingat."

"Selanjutnya, Moggallana, kamu harus selalu ingat 'aku tidak boleh merasa ingin terlalu dihormat kalau masuk ke rumah seorang umat biasa'. Sebab kalau seorang bhikkhu masuk ke rumah seorang umat biasa dengan perasaan ingin terlalu dihormat dan pada waktu itu mungkin ada urusan rumah tangga yang sangat penting yang harus diselesaikan terlebih dulu sehingga bhikkhu itu 'terlupakan', maka akan timbul pikiran dalam batin bhikkhu tersebut, "Siapakah yang menghasut orang ini terhadap diriku? Orang ini kelihatannya sekarang 'acuh tak acuh'. Karena merasa tak diacuhkan lagi timbul perasaan malu, karena malu pikirannya kacau, karena pikirannya kacau ia tidak dapat mengendalikan dirinya dengan baik, karena tidak dapat mengendalikan diri dengan baik, ia gagal melakukan meditasi."


"Selain dari itu, Moggallana, kamu harus selalu ingat, 'aku tidak ingin mengucapkan sesuatu yang dapat menimbulkan pertengkaran atau mencari-cari kesalahan orang lain'. Sebab kalau orang berbicara tentang sesuatu yang dapat menimbulkan pertengkaran atau mencari-cari kesalahan orang lain, maka hal itu mengakibatkan perdebatan yang panjang. Dengan adanya perdebatan yang panjang, ia tak dapat memusatkan pikirannya. Karena tak dapat memusatkan pikirannya, ia tak dapat mengendalikan diri, karena ia tak dapat mengendalikan diri, ia gagal melakukan meditasi."

"Sekarang, Moggallana, aku tidak selalu memujikan orang berkumpul dan juga aku tidak selalu menolaknya. Aku tidak memujikan berkumpul dengan orang banyak, baik itu bhikkhu atau orang biasa. Tetapi kalau ada tempat sunyi dan tidak terganggu oleh suara berisik dari orang yang lalu lalang, cocok sekali untuk seorang pertapa yang menyukai kesunyian, cocok untuk dipakai sebagai tempat menyepi oleh mereka yang lebih menyukai hidup menyendiri, maka berdiam di tempat demikian itu selalu aku pujikan."

Setelah diberikan petunjuk di atas, Moggallana menanyakan tentang kesimpulan terakhir bagi orang yang sudah cenderung untuk menyingkirkan nafsu-nafsu keinginan dan sudah siap untuk memperoleh hasil 'di luar duniawi'. Sang Buddha menjawab,
"Moggallana, seorang bhikkhu yang melaksanakan Dhamma ini, tahu bahwa tidak ada sesuatu pun yang berharga untuk dilekati. Setelah tahu hal tersebut, ia kemudian mengamat-amati benda-benda itu dengan Kebijaksanaan Tinggi, setelah mengamat-amati benda-benda itu dengan Kebijaksanaan Tinggi, ia dapat menyelami hakekat benda-benda tersebut, maka sewaktu mengalami perasaan menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral ia memandangnya sebagai sesuatu yang tidak kekal. Jadi, ia memandangnya dengan perasaan jemu untuk kemudian menyingkir dan melepaskan diri dari perasaan tersebut.

Dengan merenung seperti itu, ia tidak melekat lagi kepada apa pun dalam dunia ini, karena tidak lagi melekat, ia tidak dapat lagi diganggu, karena tidak dapat lagi diganggu, ia dapat rnenyingkirkan semua kekotoran batin dan mengetahui bahwa ini adalah kehidupannya yang terakhir, kehidupan suci telah dilaksanakan dan selesailah tugas yang harus dikerjakan dan tidak ada sesuatu apa pun yang masih harus dikerjakan untuk memperoleh Penerangan Agung. Dengan kesimpulan terakhir inilah, Moggallana, seorang bhikkhu dapat dipandang sudah cenderung untuk menyingkirkan nafsu-nafsu keinginannya dan sudah siap untuk memperoleh hasil 'di luar duniawi'."

Dengan melaksanakan petunjuk tesebut, Moggallana berhasil mencapai tingkat Arahat hari itu juga.
Lima belas hari setelah ditahbiskan, Upatissa (yang kemudian terkenal sebagai Sariputta, anak Sari), berdiam bersama-sama Sang Buddha di Goa Sukarakhata dari Gunung Gijjhakuta (Puncak Burung Nasar) di kota Rajagaha.
[/spoiler]

_/\_ _/\_
Title: Re: [ask]gimana supaya tidak ngantuk
Post by: M14ka on 08 April 2011, 02:32:14 PM
^
haha.... mesti spoiler lg ya?  :P thx....  :) _/\_
Title: Re: [ask]gimana supaya tidak ngantuk
Post by: bodhi on 08 April 2011, 02:34:14 PM
Quote from: M14ka on 08 April 2011, 02:32:14 PM
^
haha.... mesti spoiler lg ya?  :P thx....  :) _/\_

iya, kasian scrollnya kepanjangan klo quote doank hahah..
Title: Re: [ask]gimana supaya tidak ngantuk
Post by: johan3000 on 09 April 2011, 06:15:59 AM
Quote from: M14ka on 08 April 2011, 02:32:14 PM
^
haha.... mesti spoiler lg ya?  :P thx....  :) _/\_

iya dikasih spoiler malah buat org ngantuk,... kan udah ada tombol thanks...

nah kalau chocolate yg gede, baru buat sis M14ka gak ngantuk