rekan-rekan,
saya mau tanya nih.
kalau pelihara ikan arwana atau ikan lohan diperbolehkan gak menurut Agama Buddha?
karena ikan arwana dan ikan lohan kan makanannya makhluk hidup seperti jangkrik, ikan2 kecil, udang, dll.
apa itu bukan berarti membunuh makhluk2 kecil itu.
terus gimana dengan pelihara burung berkicau seperti murai batu, poksai, tekukur, dll?
seharusnya kan burung2 itu bisa hidup bebas di alam terbuka dan bukannya dikurung dalam sangkar kecil.
mohon pendapat dan masukan dari teman2.
anumodana
IMO
pelihara predator menciptakan kondisi, walaupun itu proses alami penekanannya pada pemeliharaan jd sipemelihara menciptakan kondisi membunuh secara tidak lsgs
yang ke dua baiknya dikembalikan ke alamnya..
jawabannya mudah ...
bisa kan tidak di beri makan mahluk hidup??
atau.. untuk apa anda pelihara itu??
alasannya apa? karena cinta kasih atau untuk memuaskan nafsu atau karena ingin menyiksa binatang tersebut?
kadang-kadang serba salah melepaskan binatang, karena kondisi gak cocok malah mati.
tetapi mereka yang bijaksana adalah mereka yang melepaskan...
IMO, binatang yang dipelihara manusia belum tentu lebih menderita dibandingkan dengan binatang yang berada di alam bebas lho.. :)
walaupun tidak memiliki kebebasan, tetapi si binatang peliharaan juga memperoleh manfaat:
1. tidak perlu repot mencari makanan sendiri
2. tidak perlu takut dimangsa oleh predator
dengan catatan, si pemilik memang merawat binatang peliharaan itu dengan baik.. :D
_/\_ sharing aja yah:
1.bukannya ketika kita pelihara lohan yang makanannya jangkrik hidup itu,kita udah sengaja mengumpankan makhluk hidup untuk menuju kematiannya?
2.sebenarnya pelihara lohan atau ga pelihara lohan,apakah kehidupan anda sangat terganggu dalam artian apakah ini "urgent' untuk memelihara binatang itu?
3.dengan memelihara seperti itu,apakah kita mengganggu keseimbangan alam karena satu hal,lohan akan terus dibiakkan dngan jumlah banyak trus makanannya akan selalu berupa makhluk hidup (pelet juga dibikin dari makhluk hidup setau gw,cacing dikeringin,trus beberapa gado2 makhluk hidup jadis ebutir pelet)
Menurut gw kalo seandainya memelihara lohan memang tidak menjadi sebuah barang kebutuhan pokok,well ada baiknya kita memfokuskan keuangan kita untuk yang lebih berguna seperti melepas makhluk hidup,berdana dsb tapi kembali lagi ,apakah berguna atau tidak berguna memelihara lohan? saya kembalikan lagi kepada anda
QuoteIkan di Akuarium
Disadur dari:
Opening the Door of Your Heart
Oleh Ajahn Brahm
dengan sedikit perubahan
Adalah 2 pendapat mengenai Ikan di akuarium:
Pendapat pertama mengatakan ini bertentangan dengan prinsip belas kasih. Itu bagai memenjarakan mereka. Apa sih yang mereka lakukan sehingga mereka harus dikurung dalam penjara tembok kaca? Mereka seharusnya berenang di sungai atau danau, bebas pergi kemana pun mereka suka.
Pendapat kedua tidak setuju dengan hal tersebut, memang benar ikan-ikan itu tidak bebas menuruti kehendaknya, tetapi hidup dalam akuarium membebaskan mereka dari begitu banyak marabahaya. Yaitu:
Pernahkah anda melihat orang memancing ikan di akuarium di rumah seseorang? Tidak! Jadi, kebebasan pertama bagi ikan-ikan dalam akurium adalah kebebasan dari ancaman para pemancing. Bayangkan apa jadinya bagi ikan di alam bebas. Ketika melihat seekor cacing lezat atau seekor lalat sedap, mereka tak pernah yakin apakah itu aman dimakan atau tidak. Mereka, tak diragukan lagi, telah menyaksikan banyak teman dan kerabat mereka menaplok seekor cacing yang tampak lezat, tiba-tiba lenyap dari pandangan mereka untuk selamanya. Bagi ikan di alam bebas, makan itu terancam bahaya dan sering berakhir dengan tragedi. Makan malam bisa menjadi traumatik. Ikan di alam bebas bisa-bisa menderita gangguan pencernaan kronis karena hilangnya nafsu makan, dan ikan di alam bebas yang paranoid bisa dipastikan akan mati kelaparan. Ikan di alam bebas mungkin saja menderita tekanan batin, tetapi ikan di akuarium terbebas dari bahaya semacam ini.
Ikan di alam bebas juga harus mencemaskan ancaman ikan lebih besar yang akan memangsa mereka. Dewasa ini, di beberapa sungai yang rusuh, para ikan tidak lagi merasa aman untuk keluyuran pada malam hari! Bagaimanapun, tak ada pemilik akurium yang akan mengisi akuarium dengan jenis ikan yang akan memangsa ikan lainnya. Jadi, ikan dalam akuarium terbebas dari bahaya ikan kanibal!
Dalam daur alamiahnya, Ikan di alam bebas kadang tak memperoleh makanan. Namun bagi ikan di akuarium, hidup itu bagai tinggal di sebelah restauran. Dua kali sehari, makanan bergizi diantarkan ke depan pintu mereka, bahkan lebih nyaman dari jasa antar pizza, karena mereka tidak perlu membayar. Jadi ikan dalam akuarium terbebas dari bahaya kelaparan.
Selama perubahan musim, sungai dan danau mengalami perubahan suhu yang ekstrem. Sungai dan danau menjadi sangat dingin pada musim dinginm sampai permukaannya tertutupi es. Pada musim panas, air bisa menjadi terlalu hangat untuk ikan, kadang bahkan sampai mengering. Namun, ikan dalam akuarium memiliki sistem pengaturan dara dan suhu. Suhu air dalam akuarium terjaga ajek dan hangat, sepanjang hari sepanjang tahun. Jadi, ikan dalam akuarium terbebas dari bahaya kedinginan dan kepanasan.
Di alam bebas, bila seekor ikan jatuh sakit, tak ada yang akan merawatnya. Namun, ikan dalam akuarium punya asuransi kesehatan gratis. Pemiliknya akan memanggil dokter ikan untuk datang kapan pun ada ikan yang sakit; mereka bahkan tidak harus pergi sendiri ke klinik. Jadi, ikan dalam akuarium terbebas dari bahaya ketiadaan perlindungan kesehatan.
Pendapat kedua, menyimpulkan. Ada banyak keuntungan menjadi seekor ikan dalam akuarium, katanya. Memang benar, mereka tidak bebas menuruti kehendaknya dan berenang ke sana ke mari, tetapi mereka terbebas dari begitu banyak bahaya dan ketidaknyamanan.
Hal itu sama dengan kehidupan yang bajik. Benar, mereka tidak bebas mengikuti nafsunya dan seenaknya ke sana ke mari, tetapi mereka terbebas dari begitu banyak bahaya dan ketidaknyamanan.
Jenis kebebasan mana yang anda sukai?
Sebaiknya dibebaskan ke alam yang jauh lebih nyaman. yaitu habitatnya..
kasihan pada jangkrik, ikan2 kecil, udang, dll yang dibeli hanya untuk menjadi santapan ikan..
dan kasihan pada ikan itu sendiri terkurung dalam aquarium dan tidak ada teman..
kadang kala kita pernah dengar dan lihat lohan dapat sress dan berubah warna.. ;D
kita pun tidak mau di kurung dalam suatu penjara,
yang hanya di beri makan tiap harinya,
tidak ada teman,
pemandangan penjara begitu2 saja,
stress dan berubah warna.. ^-^
seumur hidup ditempat seperti itu.. ^-^
jauh lebih senang dan indah ketika hidup di alam bebas..
maapkan jika ada kata2 yang salah y.. ;D
_/\_
Memelihara binatang hanya menambah kemelekatan saja deh.
:)) berbicara terus mengenai menambah dan mengurangi kemelekatan juga adalah bentuk kemelekatan. remember Jalan Tengah.
Quote from: nyanadhana on 17 April 2008, 11:32:35 AM
:)) berbicara terus mengenai menambah dan mengurangi kemelekatan juga adalah bentuk kemelekatan. remember Jalan Tengah.
Ok bos . Hehehehe
Quote from: ryu on 17 April 2008, 11:28:04 AM
Memelihara binatang hanya menambah kemelekatan saja deh.
Yap.
Menurutku kembali ke batin masing2.
Kadang memelihara binatang malah menimbulkan kejengkelan, karena terikat. Hasilnya penderitaan.
Kadang memelihara binatang menimbulkan tanggung jawab, cinta kasih dan kesabaran. Hasilnya adalah kebahagiaan.
Jadi, kembali ke 'reaksi batin' masing2 kita.
-----
Mengenai arwana dan sejenisnya,
memelihara binatang predator mengkondisikan kita untuk melakukan pembunuhan. Bagi yg bertekad melatih 'menghindari pembunuhan', tentu tidak tepat untuk memelihara binatang2 ini.
::
dr td ngabahas soal kemelekatan, apa sich sebenarnya kemelekatan itu?
:yes: :yes: :yes: :yes: :yes:
Kemelekatan itu apa?
prakteknya susah banget ya... :'( :'( :'(
ajarin dong cara prakteknya...
thx...
Kemelekatan itu = nempel
:)) Kemelekatan itu = nempel, bro ryu apanya yang nempel :)) :)) ;D
Batin kita nempel ama tuh objek, misalkan pelihara ikan, ya jadi ada perasaan melekat, gimana kalo sakit, gimana kalo mati, gimana cara ngerawatnya, gimana cara kasi makannya, gimana dll :)
misalkan pelihara ikan, ya jadi ada perasaan melekat, gimana kalo sakit, gimana kalo mati, gimana cara ngerawatnya, gimana cara kasi makannya
pelihara anak sama aja toh ya? :P
Quote from: nyanadhana on 18 April 2008, 09:28:37 AM
misalkan pelihara ikan, ya jadi ada perasaan melekat, gimana kalo sakit, gimana kalo mati, gimana cara ngerawatnya, gimana cara kasi makannya
pelihara anak sama aja toh ya?
Sama, bahkan kemelekatannya lebih kuat.
Gotama bahkan menamai anaknya: Rahula (Rantai)
::
Quote from: willibordus on 18 April 2008, 09:31:27 AM
Quote from: nyanadhana on 18 April 2008, 09:28:37 AM
misalkan pelihara ikan, ya jadi ada perasaan melekat, gimana kalo sakit, gimana kalo mati, gimana cara ngerawatnya, gimana cara kasi makannya
pelihara anak sama aja toh ya?
Sama, bahkan kemelekatannya lebih kuat.
Gotama bahkan menamai anaknya: Rahula (Rantai)
::
tulll.....
makanya tidak melekat itu susah :(
nah lho kembali lagi pada pertanyaan topik , Pelihara Arwana, Ikan Lohan,Burung Berkicau boleh apa ngga,jadi jawabannya adalah.........................? _/\_
Quote from: nyanadhana on 18 April 2008, 09:33:32 AM
nah lho kembali lagi pada pertanyaan topik , Pelihara Arwana, Ikan Lohan,Burung Berkicau boleh apa ngga,jadi jawabannya adalah.........................? _/\_
Boleh aja asal siap menanggung akibatnya, Nah lho :))
Quote from: ryu on 18 April 2008, 09:23:25 AM
Batin kita nempel ama tuh objek, misalkan pelihara ikan, ya jadi ada perasaan melekat, gimana kalo sakit, gimana kalo mati, gimana cara ngerawatnya, gimana cara kasi makannya, gimana dll :)
contoh lain :
Ibarat goreng daging....kualinya tidak dikasih minyak dan dagingnya nempel di kuali. Susah kan untuk melepaskannya? :-?
_/\_ :lotus:
Tadi Fuki tls:
"Pendapat pertama mengatakan ini bertentangan dengan prinsip belas kasih. Itu bagai memenjarakan mereka. Apa sih yang mereka lakukan sehingga mereka harus dikurung dalam penjara tembok kaca? Mereka seharusnya berenang di sungai atau danau, bebas pergi kemana pun mereka suka.
Pendapat kedua tidak setuju dengan hal tersebut, memang benar ikan-ikan itu tidak bebas menuruti kehendaknya, tetapi hidup dalam akuarium membebaskan mereka dari begitu banyak marabahaya. Yaitu:
Pernahkah anda melihat orang memancing ikan di akuarium di rumah seseorang? Tidak! Jadi, kebebasan pertama bagi ikan-ikan dalam akurium adalah kebebasan dari ancaman para pemancing. Bayangkan apa jadinya bagi ikan di alam bebas. Ketika melihat seekor cacing lezat atau seekor lalat sedap, mereka tak pernah yakin apakah itu aman dimakan atau tidak. Mereka, tak diragukan lagi, telah menyaksikan banyak teman dan kerabat mereka menaplok seekor cacing yang tampak lezat, tiba-tiba lenyap dari pandangan mereka untuk selamanya. Bagi ikan di alam bebas, makan itu terancam bahaya dan sering berakhir dengan tragedi. Makan malam bisa menjadi traumatik. Ikan di alam bebas bisa-bisa menderita gangguan pencernaan kronis karena hilangnya nafsu makan, dan ikan di alam bebas yang paranoid bisa dipastikan akan mati kelaparan. Ikan di alam bebas mungkin saja menderita tekanan batin, tetapi ikan di akuarium terbebas dari bahaya semacam ini.
Ikan di alam bebas juga harus mencemaskan ancaman ikan lebih besar yang akan memangsa mereka. Dewasa ini, di beberapa sungai yang rusuh, para ikan tidak lagi merasa aman untuk keluyuran pada malam hari! Bagaimanapun, tak ada pemilik akurium yang akan mengisi akuarium dengan jenis ikan yang akan memangsa ikan lainnya. Jadi, ikan dalam akuarium terbebas dari bahaya ikan kanibal!
Dalam daur alamiahnya, Ikan di alam bebas kadang tak memperoleh makanan. Namun bagi ikan di akuarium, hidup itu bagai tinggal di sebelah restauran. Dua kali sehari, makanan bergizi diantarkan ke depan pintu mereka, bahkan lebih nyaman dari jasa antar pizza, karena mereka tidak perlu membayar. Jadi ikan dalam akuarium terbebas dari bahaya kelaparan.
Selama perubahan musim, sungai dan danau mengalami perubahan suhu yang ekstrem. Sungai dan danau menjadi sangat dingin pada musim dinginm sampai permukaannya tertutupi es. Pada musim panas, air bisa menjadi terlalu hangat untuk ikan, kadang bahkan sampai mengering. Namun, ikan dalam akuarium memiliki sistem pengaturan dara dan suhu. Suhu air dalam akuarium terjaga ajek dan hangat, sepanjang hari sepanjang tahun. Jadi, ikan dalam akuarium terbebas dari bahaya kedinginan dan kepanasan.
Di alam bebas, bila seekor ikan jatuh sakit, tak ada yang akan merawatnya. Namun, ikan dalam akuarium punya asuransi kesehatan gratis. Pemiliknya akan memanggil dokter ikan untuk datang kapan pun ada ikan yang sakit; mereka bahkan tidak harus pergi sendiri ke klinik. Jadi, ikan dalam akuarium terbebas dari bahaya ketiadaan perlindungan kesehatan.
Pendapat kedua, menyimpulkan. Ada banyak keuntungan menjadi seekor ikan dalam akuarium, katanya. Memang benar, mereka tidak bebas menuruti kehendaknya dan berenang ke sana ke mari, tetapi mereka terbebas dari begitu banyak bahaya dan ketidaknyamanan.
Hal itu sama dengan kehidupan yang bajik. Benar, mereka tidak bebas mengikuti nafsunya dan seenaknya ke sana ke mari, tetapi mereka terbebas dari begitu banyak bahaya dan ketidaknyamanan."
Menurut gw pandangan 1 lbh baek krn alasan kedua tdk begitu logis,mank benar seperti dikatakan oleh pendpt ke 2 yakni si ikan terbebas dr byk marabahaya.
Tp mesti dicamkan "Sesuai dengan benih yg ditabur itu buah yg akan dirasakannya"
Bukankah apabila dialam bebas sang ikan mati ditangkap pemancing,predator laen atau apapun itu adalah karmanya???
Pandangan 1 untuk melepas ke alam bebas lebih baek,krn kita tidak melekat kepada sang makhluk lage(Batin kita nempel ama tuh objek, misalkan pelihara ikan, ya jadi ada perasaan melekat, gimana kalo sakit, gimana kalo mati, gimana cara ngerawatnya, gimana cara kasi makannya, gimana dll)...
Dan lage si ikan seharusnya punya kehendak untuk khdpannya sendiri,tdk etis lah jika hdp mati sang ikan berada ditangan org laen...
Mati hidup semua makhluk ditangannya masing2....
Tdk etis jika ketika merebut kebahagian sang ikan dialam bebas,Menurut gw,jika gw jd ikan gw lebih senang di
alam terbuka,melakukan segala hal sesuai dengan cetana gw dan takdir gw ditangan gw sndr bukan ditangan sang pemelihara.
Sehingga mati pun tdk menyesal bknkah gw sudah bertahan hdp dialam bebas dan melakukan hal yg terbaik dlm hdp gw???
SO menurut gw pendapat 1 lebih bagus deh...
Mohon sharing dari anda2 sekalian.... :lotus:
_/\_
kl belum piara ya mending jangan :whistle:
kl mo piara / ud punya ya piaralah yg baik ;D
Quote from: mushroom_kick on 03 May 2008, 04:02:36 PM
kl belum piara ya mending jangan :whistle:
kl mo piara / ud punya ya piaralah yg baik ;D
Setuju,
memang seharusnya beginilah sikap yg sesuai Buddhism.
Bukan masalah boleh / tidak boleh, tetapi kita harus lebih berfokus pada:"bagaimana reaksi batin kita dalam menanggapi suatu keadaan"
Jika belum pelihara, lebih baik memanage batin kita dengan menjauhi sikap lobha / ingin memiliki, dsbnya.
Jika sudah terbeli / terpelihara, peliharalah dengan baik dan bertanggung jawab, batin jangan bimbang dengan boleh / tidak boleh.
Oh ya, khususnya ikan carnivor, lebih baik dipulangkan ke toko ikan, daripada batin was2 melulu.
::
Makanan ikan carnivor yang dijual itu cacing hidup atau cacing mati ya?
Kalau cacing hidup, berarti mirip dengan beli ayam hidup di pasar tradisional..
Kalau cacing mati, berarti mirip dengan beli ayam yang sudah dipotong di supermarket..
kalau ada seekor anjing dijalan kita lihat kasihan bangat..
masi kecil tidak punyah apa2, kalau kita membiarkannya belum tentu dipungut orang ataupun dikasi makan
kalau kita mangsain pungut, kita tidak ada waktu untuk merawatnya
paling juga tiap hari dikandang, setelah dewasa.. kalau dilepasin dia maunya pulang lagi.. dilepasin agak jauh dari rumah juga pulang lagi
jadinya tiap hari kerjanya yah dikandang aja.. tidak dirawat cuma dikasih makan saja
jadi bagaimana??
sayangilah dia, tidak mungkin tidak ada waktu apa cuma 1/2 jam tidak punya? imposibble...
saya juga meluangkan waktu untuk maen dengan anjing saya walaupun 1/2 jam / hari paling dikit.
tiap pagi saya sayang-sayang dia dulu, saat pulang kerja maen bola dengan anjing saya, saat mau bobo sayang dia lagi.
semua orang maupun binatang butuh kasih sayang _/\_ :lotus: :)
justru sekarang gw takut ama tuh anjing :))
terlalu lama dikurung yah kayanya..
dekat aja gak berani ;D
diusir takut dipotong ama orang
disimpan... T_T
Quote from: 7 Tails on 20 December 2008, 11:19:51 AM
justru sekarang gw takut ama tuh anjing :))
terlalu lama dikurung yah kayanya..
dekat aja gak berani ;D
diusir takut dipotong ama orang
disimpan... T_T
coba kasih dia makan tiap hari dulu, dia pasti akan jinak loh :)
[at] 7 Tails
Yah berarti anjingnya merasa kesepian. Dia merasa tidak disayang lagi, ditinggalkan dalam kesendirian... ;D
Mungkin selain kasih sayang dari manusia, dia juga butuh kasih sayang dari sesamanya... :P
:))
di pikir2 dulu ha.. :hammer:
Kalo memelihara arwana biasanya diberi makanan berupa jangkrik hidup.
Dalam prosesnya, tidak jarang kakinya diputusin karena takut arwana kesayangan terluka oleh durinya, namun hal ini merupakan tindakan penyiksaan,
Setelah kaki diputuskan, jangkrik di lepas di akuarium untuk disantap oleh si arwana, menyebabkan kematian si Jangkrik, hal ini merupakan pembunuhan.
Jadi kegiatan diatas melibatkan 2 perbuatan, penyiksaan dan pembunuhan bagi si jangkrik.
Untuk arwana, terdapat tindakan memberi makan dari pemilik, namun bobot memberinya keknya kurang deh, karena arwana tersebut terkondisi untuk harus diberi karena kondisinya sebagai binatang piaraan.
Saya lumayan belajar tentang ikan yang sebelumnya memang hobi saya.
Sebaiknya hindari ikan yang berasal dari alam. Karena biasanya ikan tersebut mempunyai tingkat adaptasi yang sangat kurang terhadap lingkungan yang berbeda dari habitat aslinya. Tidak jarang spesies2 ikan harus dipelihara dalam kondisi yang mirip dengan habitat aslinya. Apabila tidak, maka secara perlahan ikan tersebut akan mati. Misalnya tingkat keasaman dan oksigen di dalam air.
Melepaskan ikan piaraan ke alam bebas harus dengan kebijaksanaan. Contoh ekstrim adalah melepaskan ikan piaraan dari spesies piranha, yang bisa memangsa ikan lainnya di area dimana ikan ini dilepaskan.
Banyak ikan yang bersifat predator dan mempunyai daya tahan dan adaptasi tinggi terhadap lingkungan baru, misalnya ikan chiclid dari afrika, seperti nila, mujair, dan lain2 termasuk ikan luohan yang merupakan hybrid dari beberapa spesies chiclid. Ikan ini dapat menjadi predator dominan di lingkungan baru, sehingga bisa berpotensi kepunahan spesies asli, baik ikan2 kecil yang merupakan mangsa, maupun ikan besar yang kalah bersaing, baik dalam tingkat keagresifan dan tingkat reproduksi. Apabila ikan kecil habis dan predator asli terdesak, maka bisa menyebabkan kepunahan bagi ikan yang terintroduksi itu sendiri karena sumber pangan sudah habis.
Bicara diperbolehkan atau tidaknya memang rumit. Kalo tidak diperbolehkan, kepada siapa ditujukan, umat awam atau bhikhu/bhikhuni?
Memang baiknya lihat dulu, apa ikannya harus mutlak makan serangga hidup ? Sy pernah juga lihat kasus serupa, ada teman papa sy pelihara ular, dikasih makan tikus putih hidup. Waktu itu sy belum kenal Buddhism, tapi hati sy udah eneg lihatnya, jadi ga berani lihat. Yang lebih garingnya, dia nampak menikmati ritual kasih makan tikus hidup itu. Tampak enjoy menyaksikan tikusnya gemetar lari ke sana ke mari. Satu kali sy lihat orang lain pelihara ular (kalo ga salah sy tempo hari liat di pet shop) sama empunya dikasih makan telur, mau tuh. Sy kan jadi mikir, oh, berarti mau ya, ga harus tikus hidup.. Atau coba aja liat dokumenter di tv, sering juga kan ular curi telur burung.
Sekarang di sisi lain, bicara soal melepas, misalnya pas acara fangshen ikan. Biasanya anak2 yang ga punya itu udah nungguin ikan2 yang mau dilepas itu. Udah siap2 dengan jala buat tangkepin ikan2 itu lagi. Bingung kan. Atau burung, sama aja. Misal kita lepas burung2 itu, nanti penjual burung nangkepin burung2 itu buat dijual ke orang yang mau fangshen. Pusing kan? Burung2 yang bukan kategori burung mahal aja ditangkepin lagi apalagi burung2 eksotis begitu.
Memelihara memang merepotkan, tapi setidaknya, kalo sy boleh sarankan, selama memelihara hewan2 kesayangan kita, sering2lah disetelkan CD Dharani, atau pelimpahan jasa buat mereka. Atau sy cukup sering pasang pelita buat mereka. Memang, ada pendapat kalo pelihara itu menimbulkan kemelekatan, tapi kalo kasus sperti burung atau ikan yang dilepas juga, sy bingung. Lha, sy lepas malah mampus?
Atau kalo di luar negeri yang ada kesadaran penyelamatan hewan langka, ada orang yang khusus mendedikasikan hartanya untuk menolong harimau2/ cheetah/ singa yang udah cacat atau lagi sakit yang kalo ga ditolong ya mereka mati. Nah, selama dalam perawatan itu, kan mau ga mau dikasih daging. Bgaimana kalo kasusnya begini?
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fk53.pbase.com%2Fo4%2F50%2F294250%2F1%2F53944830._X9Z6262.jpg&hash=ec0a60d08a014af939d8a117d138c1bdaf5174b9)
kalo pelihara ini ?
;D
7Tails, kok bisa pas ya. Sy jg dari tadi udah kepikir komunitas bhikkhu yang turut merawat macan sebagai bagian konservasi di Thailand. Makanya, sy bilang juga rumit (karena sy jg ga gt tau secara mendalam). Mungkin kalo keadaannya kaya sekarang, banyak hewan diburu sampai hampir punah, ada Sangha yang memutuskan ikut ambil bagian. Why not?
Sy juga pernah lihat salah satu Vihara di Burma gitu ya (di siaran tv) yang kalo bhikkhu2nya lagi makan, kucing2nya pada duduk sebelah bhikkhu, nunggu jatah, hehehehe.
QuoteAtau kalo di luar negeri yang ada kesadaran penyelamatan hewan langka, ada orang yang khusus mendedikasikan hartanya untuk menolong harimau2/ cheetah/ singa yang udah cacat atau lagi sakit yang kalo ga ditolong ya mereka mati. Nah, selama dalam perawatan itu, kan mau ga mau dikasih daging. Bgaimana kalo kasusnya begini?
yah pas lah sendiri yg bilang =))
berapa banyak daging yang harus dikeluarkan untuk para harimau itu untuk sehari saja T_T
ada yang mau pelihara saya?? ?? ;D