Sutta ini terdapat dalam Anguttaranikāya, bagian empat (catukkanipata), sutta no. 232. Sutta ini menjelaskan ada kamma yang menghasilkan kebahagiaan, ada kamma yang menghasilkan penderitaaan, dan yang terakhir, ada kamma yang mengarah kepada lenyapnya kamma. Pertanyaanya, perbuatan apakah yang bisa dikategorikan ke dalam kamma terakhir ini? 
			
			
			
				samadhi?
			
			
			
				Quote from: No Pain No Gain on 20 February 2011, 09:09:20 AM
samadhi?
Katanya, samādhi menghasilkan kelahiran di alam Brahma. Jika demikian, kamma ini termasuk kamma yang menghasilkan kebahagiaan. Apakah mungkin ada samādhi macam lainnya?
			
 
			
			
				Menjaga pikiran?
Jadi misalnya di kehidupan lampau kita melakukan kamma buruk yang mengakibatkan kita akan merasa sakit hati luar biasa karena ditinggal pasangan di masa yang akan datang.
Lalu pada saat kamma tersebut berbuah di masa sekarang, kita diselingkuhi pasangan, tetapi karena mampu menjaga pikiran, rasa sakit hati itu hanya sekilas lewat, tidak sampai bersedih berlarut-larut.
			
			
			
				Quote from: Peacemind on 20 February 2011, 09:19:38 AM
Katanya, samādhi menghasilkan kelahiran di alam Brahma. Jika demikian, kamma ini termasuk kamma yang menghasilkan kebahagiaan. Apakah mungkin ada samādhi macam lainnya?
vipassana bhavana?
			
 
			
			
				Quote from: No Pain No Gain on 20 February 2011, 09:24:59 AM
vipassana bhavana?
Untuk sementara saya juga berpendapat vipassanabhavana sebagai cara melenyapkan kamma. Menjaga pikiran yang dikatakan Mr. Wei juga harus dikategorikan ke dalam Vipassana kaitannya dengan ini. 
			
 
			
			
				Dasa parami????
			
			
			
				vote: Vipassana
			
			
			
				Vipassana Bhavana menuju pada lenyapnya/tidak berakibatnya kamma (ahosi) terutama setelah mencapai Nibbana tak bersisa.
			
			
			
				kekna dah pernah baca deh dulu. jawabannya Jalan Mulia Berunsur Delapan. nanti ta' cari ref nya
			
			
			
				Quote from: AN 4.235: Ariyamagga Sutta - The Noble Path
...
"And what is kamma that is neither dark nor bright with neither dark nor bright result, leading to the ending of kamma? right view, right resolve, right speech, right action, right livelihood, right effort, right mindfulness, right concentration. This is called kamma that is neither dark nor bright with neither dark nor bright result, leading to the ending of kamma."
			 
			
			
				bukannnya JMB8 memang menuntun pada peraihan nibbana ya?
			
			
			
				ending of kamma => nibbana
			
			
			
				Quote from: Sumedho on 20 February 2011, 10:43:22 AM
...
"And what is kamma that is neither dark nor bright with neither dark nor bright result, leading to the ending of kamma? right view, right resolve, right speech, right action, right livelihood, right effort, right mindfulness, right concentration. This is called kamma that is neither dark nor bright with neither dark nor bright result, leading to the ending of kamma."
Tapi bagaimana JMBD bisa melenyapkan kamma jika sammāsamādhi mengacu kepada jhana yang mana sering dikatakan mnghasilkan kelahiran di alam Brahma? Bisa dijelaskan lebih lanjut? 
			
 
			
			
				sam, kalo mengintip ke rujukan (Janavasabha Sutta) dikatakan bahwa dari sammaditthi sebagai prasyarat utk berikutnya sampai sammasati sebagai prasyarat utk sammāsamādhi lalu membawa pada sammāñāṇaṁ lalu sammavimutti.
dalam jhana sutta (AN 9.36) dikatakan bahwa ending of mental fermentations are depend on jhana...
nah, tapi ini pertanyaan mantep sih, bagaimanakah syarat terlahir dialam brahma? ta' cari jg deh rujukan suttanya
			
			
			
				Snp 1.7 Vasala Sutta ada menyinggung tentang
 reached the Brahma realm having given up sense desires.
---------
Kâmarâgam virâjetva - Brahman-lokûpago ahû
and driving along the passion-free high road, Sopâka (now a monk),
reached the Brahma realm, having given up sense desires.
continuing....
			
			
			
				AN 4.123 Jhana Sutta
Quote"Monks, there are these four types of individuals to be found existing in the world. Which four?
"There is the case where an individual, withdrawn from sensuality, withdrawn from unskillful qualities, enters & remains in the first jhana: rapture & pleasure born from withdrawal, accompanied by directed thought & evaluation. He savors that, longs for that, finds satisfaction through that. Staying there — fixed on that, dwelling there often, not falling away from that — then when he dies he reappears in conjunction with the devas of Brahma's retinue. The devas of Brahma's retinue, monks, have a life-span of an eon. A run-of-the-mill person having stayed there, having used up all the life-span of those devas, goes to hell, to the animal womb, to the state of the hungry shades. But a disciple of the Blessed One, having stayed there, having used up all the life-span of those devas, is unbound right in that state of being. This, monks, is the difference, this the distinction, this the distinguishing factor, between an educated disciple of the noble ones and an uneducated run-of-the-mill person, when there is a destination, a reappearing.
"Again, there is the case where an individual, with the stilling of directed thoughts & evaluations, enters & remains in the second jhana: rapture & pleasure born of composure, unification of awareness free from directed thought & evaluation — internal assurance. He savors that, longs for that, finds satisfaction through that. Staying there — fixed on that, dwelling there often, not falling away from that — then when he dies he reappears in conjunction with the Abhassara[1] devas.[2] The Abhassara devas, monks, have a life-span of two eons. A run-of-the-mill person having stayed there, having used up all the life-span of those devas, goes to hell, to the animal womb, to the state of the hungry shades. But a disciple of the Blessed One, having stayed there, having used up all the life-span of those devas, is unbound right in that state of being. This, monks, is the difference, this the distinction, this the distinguishing factor, between an educated disciple of the noble ones and an uneducated run-of-the-mill person, when there is a destination, a reappearing.
"Again, there is the case where an individual, with the fading of rapture, he remains equanimous, mindful, & alert, and senses pleasure with the body. He enters & remains in the third jhana, of which the Noble Ones declare, 'Equanimous & mindful, he has a pleasant abiding.' He savors that, longs for that, finds satisfaction through that. Staying there — fixed on that, dwelling there often, not falling away from that — then when he dies he reappears in conjunction with the Subhakinha[3] devas. The Subhakinha devas, monks, have a life-span of four eons. A run-of-the-mill person having stayed there, having used up all the life-span of those devas, goes to hell, to the animal womb, to the state of the hungry shades. But a disciple of the Blessed One, having stayed there, having used up all the life-span of those devas, is unbound right in that state of being. This, monks, is the difference, this the distinction, this the distinguishing factor, between an educated disciple of the noble ones and an uneducated run-of-the-mill person, when there is a destination, a reappearing.
"Again, there is the case where an individual, with the abandoning of pleasure & stress — as with the earlier disappearance of elation & distress — enters & remains in the fourth jhana: purity of equanimity & mindfulness, neither-pleasure-nor-pain. He savors that, longs for that, finds satisfaction through that. Staying there — fixed on that, dwelling there often, not falling away from that — then when he dies he reappears in conjunction with the Vehapphala[4] devas. The Vehapphala devas, monks, have a life-span of 500 eons. A run-of-the-mill person having stayed there, having used up all the life-span of those devas, goes to hell, to the animal womb, to the state of the hungry shades. But a disciple of the Blessed One, having stayed there, having used up all the life-span of those devas, is unbound right in that state of being. This, monks, is the difference, this the distinction, this the distinguishing factor, between an educated disciple of the noble ones and an uneducated run-of-the-mill person, when there is a destination, a reappearing.
"These are four types of individuals to be found existing in the world."
			
				IMO, JMB 8 hanya bisa melenyapkan kamma jika sudah terpenuhi seluruhnya, dengan kata lain, Arahat. kalau cuma sukses di samma samadhi, ya tetap aja Brahma
			
			
			
				atau yg membedakan adalah 7 komponen lainnya?
Quote from: MN 117 Mahācattarisaka Sutta
...
3. "Apakah, para bhikkhu, konsentrasi benar yang mulia dengan pendukung serta perlengkapannya, yaitu, pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, dan perhatian benar? Keterpusatan pikiran yang dilengkapi dengan ketujuh faktor ini disebut konsentrasi benar yang mulia dengan pendukung serta perlengkapannya.
...
Jadi tanpa 7 komponen sisanya itu, jadinya nda dapat sammananna lalu sammavimutti. tanpa itu masuk ke alam brahma sahaja
			
				Masak sih? Berarti anagami gak komplit jmb8?
			
			
			
				Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 20 February 2011, 09:01:55 PM
Masak sih? Berarti anagami gak komplit jmb8?
kalo dah kumplit dan sempurna, masak cuma anagami sih?
			
 
			
			
				4 macam karma : Yakni kamma gelap berbuah gelap, kamma terang berbuah terang, kamma terang dan gelap berbuah terang dan gelap, kamma yang tidak terang pula tidak gelap berbuah tidak terang pula tidak gelap.
			
			
			
				Vipasana Bhavana  :yes:
			
			
			
				Ada tiga sumber asal dari tindakan seseorang. Apa yang tiga itu? Keserakahan, kebencian dan kegelapan batin. Setiap tindakan yang dilahirkan, berasal dan timbul dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin akan berbuah, dimanapun dia terlahir kembali; dimanapun tindakan itu berbuah, dia akan mengalami hasilnya, pada kehidupan ini ataupun dikehidupan mendatang.
Ada tiga sumber asal dari tindakan seseorang. Apa yang tiga itu? Bebas dari keserakahan, kebencian dan kegelapan-batin. Setiap tindakan yang dilahirkan, berasal dan timbul dari keadaan terbebas dari keserakahan, kebencian dan kegelapan-batin oleh karena keserakahan, kebencian dan kegelapan-batin tiada lagi kamma terhenti, terpotong pada akarnya, seperti sisa potongan pohon palma yang tak dapat tumbuh lagi di kemudian hari.
			
			
			
				Quote from: Peacemind on 20 February 2011, 08:56:48 AM
Sutta ini terdapat dalam Anguttaranikāya, bagian empat (catukkanipata), sutta no. 232. Sutta ini menjelaskan ada kamma yang menghasilkan kebahagiaan, ada kamma yang menghasilkan penderitaaan, dan yang terakhir, ada kamma yang mengarah kepada lenyapnya kamma. Pertanyaanya, perbuatan apakah yang bisa dikategorikan ke dalam kamma terakhir ini? 
bhante suka kali jadi guru yaa... \:D/
			
 
			
			
			
			
				sepengetahuan ku sang Buddha mempunyai semacam abninna yaitu uphagathaka kamma (kalau tidak salah ingat) yang mampu menghancurkan kamma buruk seseorang. Entah manusia biasa mampu mempunyai abinna semacam ini?
			
			
			
				Quote from: daimond on 05 March 2011, 04:10:09 PM
sepengetahuan ku sang Buddha mempunyai semacam abninna yaitu uphagathaka kamma (kalau tidak salah ingat) yang mampu menghancurkan kamma buruk seseorang. Entah manusia biasa mampu mempunyai abinna macam ini?
ada referensi? kenapa Sang Buddha tidak menggunakan kekuatan itu untuk menolong Devadatta?
			
 
			
			
				bukan nya devadata terbantu dengan mengucapkan triratna ( berlindung kepada sang buddha) aku rasa sudah digunakan kepada devadata.
			
			
			
				kalo menurut saya, devadatta bukan terbantu tapi tersadarkan disaat akhir ;D.
oleh karena itulah setelah dari neraka avicci, beliau akan menjadi pacekka buddha ;D.
			
			
			
				Quote from: daimond on 05 March 2011, 04:13:51 PM
bukan nya devadata terbantu dengan mengucapkan triratna ( berlindung kepada sang buddha) aku rasa sudah digunakan kepada devadata.
terbantu dengan terlahir kembali di Avici? mungkin sebaiknya Sang Buddha tidak membantu aja kali ya?
			
 
			
			
				Harus di ingat ajaran sang Buddha tidak semua orang bisa  menerima hanya membantu bagi orang yang mempunyai sedikit kotoran atau debu bukan kah hal ini selalu di ingatkan.
seberapa tebal debu yang ada di devadata kita semua tahu dia telah melakukan kamma berat ( garuka kamma) dengan melukai sang buddha tapi sang Buddha masih mengatakan bahwa pada masa akan datang devadata akan menjadi seorang paceka buddha yang bernama Atisara.
kita bisa bertanya apa bila sesorang telah melakukan kamma buruk sedemikian berat (garuka kamma) bisakah lahir menjadi seorang paceka buddha? tapi devadata bisa menjadi seorang paceka buddha di masa akan datang.
			
			
			
				Sang Buddha hanya menunjukkan jalan saja ;D. 
semuanya tergantung usaha masing-masing ;D.
mau debunya tebal atau tidak, kalo tidak mau menelusuri jalan itu yah percuma ;D.
devadatta menjadi Paceka Buddha juga karena usahanya sendiri, 
dengan datang dan sadar untuk mengakui berlindung berlindung kepada Sang Buddha ;D. 
bukan bantuan siapapun ;D.
			
			
			
				Quote from: daimond on 05 March 2011, 04:30:27 PM
Harus di ingat ajaran sang Buddha tidak semua orang bisa  menerima hanya membantu bagi orang yang mempunyai sedikit kotoran atau debu bukan kah hal ini selalu di ingatkan.
seberapa tebal debu yang ada di devadata kita semua tahu dia telah melakukan kamma berat ( garuka kamma) dengan melukai sang buddha tapi sang Buddha masih mengatakan bahwa pada masa akan datang devadata akan menjadi seorang paceka buddha yang bernama Atisara.
kita bisa bertanya apa bila sesorang telah melakukan kamma buruk sedemikian berat (garuka kamma) bisakah lahir menjadi seorang paceka buddha? tapi devadata bisa menjadi seorang paceka buddha di masa akan datang.
Utk kasus Devadatta, krn beliau telah menjalankan kehidupan suci dengan sangat baik pada awal kebhikkhuannya (bahkan YA Sariputta pernah memuji Devadatta krn hal ini), maka beliau dpt mencapai Pacceka Bodhi pd masa yg akan datang stlh bebas dr Avici.
Menurut komentar (spt yg dpt dibaca dlm RAPB), jk seseorg yg telah matang batinnya tetapi gagal mencapai Savaka Bodhi dlm kehidupan itu jg, maka ia akan mencapai Pacceka Bodhi pd kehidupan mendatang. Cth kasus lain adl Ajatasattu yg telah membunuh ayahnya, seharusnya ia mencapai kesucian Sottapanna ketika mendengar Samannaphalla Sutta, namun krn garuka kamma yg dilakukannya ia hanya bergembira stlh mendengar pembabaran Sang Buddha tsb dan mengakui kesalahannya di hadapan Sang Buddha. Ajatasattu jg akan menjadi Pacceka Buddha pd masa yg akan datang.
Buat TS, sori krn kayaknya udah OOT....
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 05 March 2011, 04:10:09 PM
sepengetahuan ku sang Buddha mempunyai semacam abninna yaitu uphagathaka kamma (kalau tidak salah ingat) yang mampu menghancurkan kamma buruk seseorang. Entah manusia biasa mampu mempunyai abinna semacam ini?
Bro Daimond yang baik, Abhinna yang menghancurkan kekotoran batin adalah 
asavakhaya nana, tetapi yang dimaksud menghancurkan kekotoran batin disini adalah men"
trigger" orang lain sehingga ia berusaha menghancurkan kekotoran batinnya sendiri.
Sang Buddha tak dapat menghancurkan kekotoran batin/men"suci"kan orang lain, hanya orang itu sendiri yang mampu menghancurkan kekotoran batin/men"suci"kan dirinya sendiri.
Seorang Arahat telah menghancurkan kekotoran batinnya sendiri, tapi seorang Arahat belum tentu memiliki 
Abhinna Asavakhayanana.
Mettacittena,
			
 
			
			
				 _/\_
perbuatan menolong diri sendiri.....
karena karma baik berasal dr dirimu......
karena karma buruk berasal dr dirimu.....
diri sendiri = karma yang akan anda tentukan....
 _/\_
			
			
			
				Quote from: Nabixl168 on 24 April 2011, 09:23:12 PM
 _/\_
perbuatan menolong diri sendiri.....
karena karma baik berasal dr dirimu......
karena karma buruk berasal dr dirimu.....
diri sendiri = karma yang akan anda tentukan....
 _/\_
apaan seh? ;D
			
 
			
			
				 _/\_
nanti juga paham......
 _/\_
			
			
			
				angulimala membunuh 999 org. tapi karena beliau mencapai arahat, maka dia tdk akan menerima akibat dari perbuatan membunuhnya.
			
			
			
				Quote from: icykalimu on 13 May 2011, 11:59:17 PM
angulimala membunuh 999 org. tapi karena beliau mencapai arahat, maka dia tdk akan menerima akibat dari perbuatan membunuhnya.
ya makanya bunuhlah 999 orang, kemudian capailah arahat, maka kita tdk akan menerima akibat dari perbuatan membunuhnya.
			
 
			
			
				Quote from: ryu on 14 May 2011, 10:03:40 AM
ya makanya bunuhlah 999 orang, kemudian capailah arahat, maka kita tdk akan menerima akibat dari perbuatan membunuhnya.
jadi akibat dari apa kepalanya sampe berdarah2 kena lemparan batu?
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 14 May 2011, 10:18:22 AM
jadi akibat dari apa kepalanya sampe berdarah2 kena lemparan batu?
karena dia arahat, maka dengan kekuatan batinnya lah sehingga dia membuat seakan2 dia berdarah2 kena lemparan batu =))
			
 
			
			
				Quote from: ryu on 14 May 2011, 10:47:21 AM
karena dia arahat, maka dengan kekuatan batinnya lah sehingga dia membuat seakan2 dia berdarah2 kena lemparan batu =))
jadi MN 86 Angulimala Sutta salah dan menyesatkan ya?
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 14 May 2011, 11:16:25 AM
jadi MN 86 Angulimala Sutta salah dan menyesatkan ya?
bukannya salah, mungkin belum ada penjelasannya, sama seperti makan daging, buda katanya menggunakan kekuatan batinnya untuk menciptakan daging buatan (surangama sutra) ;D
			
 
			
			
				Quote from: Peacemind on 20 February 2011, 08:56:48 AM
Sutta ini terdapat dalam Anguttaranikāya, bagian empat (catukkanipata), sutta no. 232. Sutta ini menjelaskan ada kamma yang menghasilkan kebahagiaan, ada kamma yang menghasilkan penderitaaan, dan yang terakhir, ada kamma yang mengarah kepada lenyapnya kamma. Pertanyaanya, perbuatan apakah yang bisa dikategorikan ke dalam kamma terakhir ini? 
Mengamati dan hanya mengamati muncul - berkembang - lenyap nya Pancakkhandha.