(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2F3.bp.blogspot.com%2F_qU4p6Hg_DFA%2FTOLTQetyXGI%2FAAAAAAAACMQ%2FfUBchNp6zd0%2Fs400%2FCOREA_DEL_SUD_%252528F%252529_1109_-_film_su_missionario.jpg&hash=186ad3a934bcc4932249d8f12bc285b93512fb3a)
Pastor Tae-Suk Lee (48), lebih sayang dikenal oleh Tonj Sudan sebagai Romo John. Orang menakjubkan telah saya menangis ember dalam sepuluh menit pertama menonton. iman-Nya, tidak mementingkan diri sendiri, dan kapasitas besar untuk mencintai dan menyembuhkan, baik secara fisik dan mental, meninggalkan aku benar-benar terdiam dan lebih dari sedikit malu pada diri sendiri.
Pastor John adalah anak ke-9 dari sepuluh dan dibesarkan dalam kemiskinan ekstrim. Ia kehilangan ayahnya pada usia yang sangat muda dan ibunya nyaris tak mampu memenuhi kebutuhan dengan mengambil pekerjaan menjahit aneh. Setelah keinginan ibunya, ia akhirnya pergi ke sekolah kedokteran dan menjadi dokter, tetapi menyerah bahwa profesi untuk menjadi seorang imam. Tak lama setelah ditahbiskan, ia berangkat Tonj, sebuah wilayah yang dilanda perang di Sudan selatan, untuk membantu penduduk desa di sana.
Saya bahkan tidak bisa mulai untuk menggambarkan semua kebaikan yang dia lakukan di Tonj. Dia menyediakan pelayanan medis, membangun sebuah klinik medis dengan tangannya sendiri, mendirikan sekolah, memberikan pelajaran musik, menciptakan sebuah band kuningan dengan anak-anak, dan banyak lagi. Namun, hal yang paling menyentuh saya adalah ministrations lembut di atas koloni lepra Tonj. Kusta (atau, lebih tepatnya, penyakit Hansen) adalah lazim di wilayah tertentu dan Romo John menghabiskan banyak waktu membersihkan luka, perban kaki busuk, mengemudi keluar untuk melakukan kunjungan pribadi kepada mereka yang tidak bisa bergerak, dan pengadaan obat-obatan untuk meringankan pasien rasa sakit. Dia bekerja tanpa lelah untuk menyelamatkan kehidupan orang-orang lain telah ditinggalkan, sementara memberikan orang harapan Tonj melalui musik dan pendidikan.
Pater John meninggal awal tahun ini di bulan Januari kanker usus besar tetapi tidak sebelum meninggalkan warisan benar-benar indah dan memotivasi ribuan orang untuk melakukan hal yang sama seperti dia, terutama, merasa dan menunjukkan kasih tanpa syarat terhadap mereka yang kurang beruntung dan tahu kebahagiaan yang ada di mana-mana , bahkan di negara yang menderita dari perang, kemiskinan, dan penyakit.
Staf di markas besar Orde Jogye Buddhisme Korea di Seoul mengatakan mereka telah terinspirasi dan tergerak oleh pekerjaan misionaris Pastor Salesian seok John Lee Tae-.
Para pekerja dari denominasi Buddha terbesar di Korea Selatan bicara setelah menonton "Don't Cry, Tonj," sebuah film tentang kehidupan para misionaris Salesian Korea yang bekerja di Tonj, di Sudan yang dilanda perang.
200 biksu dan pekerja awam nonton bersama dgn YM Jaseung
"Saya menonton film ini dua kali dan berada di dua pikiran mengenai apakah saya harus menunjukkan kepada staf,"katanya.
"Ini menggambarkan kehidupan yang baik dari misionaris ka****k dan saya khawatir beberapa dari kami akan menjadi ka****k setelah dipindahkan oleh film," tambahnya.
"Ayah Lee yang tinggal hidup tidak egois dan peduli untuk orang kurang mampu bisa menjadi teladan baik bagi kita. Jika kita bisa memiliki satu Buddhist ulama seperti dia, semakin baik akan bagi Buddhisme, "katanya.
bagaimana menurut anda ? apakah dia juga seorang Buddhist ?
google translate yg ancur habis
Para biksu menonton film ini dalam rangka apa ya ?
Apakah tidak ada kegiatan lain yang lebih bermanfaat daripada menonton film ini ?
Don't Cry For Me Sudan - 울지마 톤즈 [2010]
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2F3.bp.blogspot.com%2F_qU4p6Hg_DFA%2FTOLTQetyXGI%2FAAAAAAAACMQ%2FfUBchNp6zd0%2Fs400%2FCOREA_DEL_SUD_%252528F%252529_1109_-_film_su_missionario.jp&hash=adf0dc39ed93e20bc3c120a6cfa59fa740d517df)g
Release Date: 9 September 2010
Origin : South Korea
Genre: Documentary
Director : Koo Soo-Hwan
Starring: Lee Tae-Suk,Lee Keum-Hee
Synopsis
"Don't Cry For Me Sudan" covers the life of Catholic Father John Lee who worked as a father, doctor, teacher, conductor, and architect in the small Sudan village of Tonj. Father John Lee died of colorectal cancer in 2010. A funeral was held for him by the local dinka tribe in Tonj, with many of the tribal warriors in tears ...
Don't Cry for Me Sudan adalah film dokumenter tentang pastur (katholik) John Lee, sebagai seorang ayah, dokter, guru, konduktor music dan aksitektur rumah disebuah kampung kecil yg bernama TONJ, di Sudan. Pastur John Lee meninggal karena kanker usus pada thn 2010. Pemakamannya yg lakukan oleh suku setempat dinka di Tonj benar2 mengharukan. Suku setempat yg terkenal kuat malah nangis tersenduh2...(air matanya berember-ember gitu lhooo)
:)) sorry kalau translatenya brantakan lagi yooo
Quote from: rooney on 05 February 2011, 06:07:07 PM
Para biksu menonton film ini dalam rangka apa ya ?
Apakah tidak ada kegiatan lain yang lebih bermanfaat daripada menonton film ini ?
"Father Lee who lived an unselfish life and cared for underprivileged people can be a good role model for us. If we could have one Buddhist cleric like him, the better it would be for Buddhism," he said.
"I hope our clerics will be encouraged by the film and become clerics of purpose and honesty," he added.
itulah jawaban dari Venerable Jaseung, Jogye Order of Korean Buddhism in Seoul
"Father Lee's story was so moving. His life crosses religious boundaries and his sharing of everything he owned is a good example for all of us," one Buddhist worker said.
menurut gw juga karna pastur dan bhiksu tsb sama2 orang Korea... jadi ya nonton dehhhh
kelihatannya bro kurang "suka" dgn film ini ?
Quote from: johan3000 on 05 February 2011, 06:36:36 PM
"Father Lee who lived an unselfish life and cared for underprivileged people can be a good role model for us. If we could have one Buddhist cleric like him, the better it would be for Buddhism," he said.
"I hope our clerics will be encouraged by the film and become clerics of purpose and honesty," he added.
itulah jawaban dari Venerable Jaseung, Jogye Order of Korean Buddhism in Seoul
menurut gw juga karna pastur dan bhiksu tsb sama2 orang Korea... jadi ya nonton dehhhh
kelihatannya bro kurang "suka" dgn film ini ?
Hahaha... :P
Ga heran film spt ini dikasih nonton ke order Buddhis Korea, mungkin biarawan/ti disana terlalu nyaman hidup membiara sambil baca doa/mantra, bahkan jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitar (Soalnya bisa masak sendiri dan kadang diliput langsung oleh stasiun TV gitu lhoooooooooo)...
Quote from: rooney on 05 February 2011, 06:58:46 PM
Hahaha... :P
Ga heran film spt ini dikasih nonton ke order Buddhis Korea, mungkin biarawan/ti disana terlalu nyaman hidup membiara sambil baca doa/mantra, bahkan jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitar (Soalnya bisa masak sendiri dan kadang diliput langsung oleh stasiun TV gitu lhoooooooooo)...
memang ada perbedaan Biksu Mahayana dgn Bhikkhu Theravada
harap maklum
harus dimaklumi saat ini Buddhis korea masih belum pulih sepenuhnya dari luka perang dunia ke dua dan akibat penjajahan jepang (terutama kuil kuil yang diambil alih oleh aliran Buddha jepang).
Jadi saat ini mereka masih membenahi segala persoalan Buddhis didalam sana, kemungkinan di biarkan para anggota sangha menonton filem ini mungkin sudah saat nya mereka dari perbaikan/berbenah ke dalam ( yang utama kedalam/internal) sekarang juga harus mulai memikirkan faktor external setelah perbaikan kedalam ini selesai.
Quote from: daimond on 06 February 2011, 05:58:57 PM
harus dimaklumi saat ini Buddhis korea masih belum pulih sepenuhnya dari luka perang dunia ke dua dan akibat penjajahan jepang (terutama kuil kuil yang diambil alih oleh aliran Buddha jepang).
Jadi saat ini mereka masih membenahi segala persoalan Buddhis didalam sana, kemungkinan di biarkan para anggota sangha menonton filem ini mungkin sudah saat nya mereka dari perbaikan/berbenah ke dalam ( yang utama kedalam/internal) sekarang juga harus mulai memikirkan faktor external setelah perbaikan kedalam ini selesai.
kok pakai nonton film utk berbenah internal ???
harusnya praktek bhavana ^:)^
Quote from: johan3000 on 05 February 2011, 03:16:48 PM
bagaimana menurut anda ? apakah dia juga seorang Buddhist ?
seseorang yang mempraktekkan hidup untuk mengurangi Dosa, Lobha dan Moha dapat-lah dikatakan sebagai mengikuti ajaran Buddha.
Quote from: dilbert on 07 February 2011, 01:04:52 AM
seseorang yang mempraktekkan hidup untuk mengurangi Dosa, Lobha dan Moha dapat-lah dikatakan sebagai mengikuti ajaran Buddha.
mantep bro jawabannya... tidak tergantung org tsb pakai baju warna apa ya...