Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: Tan on 22 December 2010, 02:06:49 PM

Title: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: Tan on 22 December 2010, 02:06:49 PM
Namo Buddhaya,

Dewasa ini saya melihat adanya krisis buku-buku Buddhis. Oleh karena itu, nampaknya umat Buddha di Indonesia perlu membangkitkan para penulis2 Buddhis agar mulai bersemangat menulis buku2 tentang Buddhadharma. Jadi kita jangan hanya menerjemahkan saja buku2 dari luar, melainkan juga menuangkan karya-karyanya sendiri. Tentu saja harapan saya agar karya-karya tersebut dapat bersifat sistematis dan lengkap, dalam artiap mengupas sesuatu dari tingkat dasar hingga mendalam, disertai penunjang dari Tipitaka/ Tripitaka. Dengan demikian, literatur Buddhis Indonesia akan semakin maju.
Semoga kita dapat membangkitkan lagi khazanah kajian Buddhis seperti yang pernah berjaya di Nalanda dulu. Semoga....

Tan
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: ryu on 22 December 2010, 04:15:27 PM
sebaiknya pembuatan buku tipitaka/tripitaka dulu di utamakan, karena sangat sedikit sekali orang2 yang mengetahui isi tipitaka/tripitaka.
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: adi lim on 22 December 2010, 04:23:26 PM
sebaiknya pembuatan buku tipitaka/tripitaka dulu di utamakan, karena sangat sedikit sekali orang2 yang mengetahui isi tipitaka/tripitaka.

betul sekali !
Tipitaka bahasa Indonesia belum lengkap ! ^:)^
masih sebagian kecil :'(
 _/\_
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: dhammasiri on 22 December 2010, 06:59:22 PM
Saya mendukung keduanya. Keduanya perlu digalakkan. Sementara ini, jangankan orang awan para sarjana Buddhist, mereka yang telah lulus dari STAB juga masih belum benar-benar menguasai Tipitaka. Kalau tidak percaya, coba tanya kepada mereka yang telah lulus STAB, berapa sutta yang mereka ketahui. Kalau mereka mampu menyebutkan sepuluh sutta dari Dīgha Nikāya, sepuluh sutta dari Majjhima Nikāya, sepuluh sutta dari Saṃyutta Nikāya itu benar-benar luar biasa. Saya sudah pernah test. Hasilnya sungguh sangat mengecewakan. Ini bukan sebagai cemoohan melainkan sebagai rasa kekecewaan saya. Dalam prinsip saya, mereka yang lulusan STAB adalah yang kita harapkan untuk maju, mendidik anak-anak kita, tetapi mereka masih belum benar-benar menguasai apa yang harus mereka kuasai. Karena itu, saya merasa penting juga untuk menerjemahkan Tipitaka ke dalam bahasa Indonesia.
Untuk kemampuan menulis, memang saya melihat ada suatu titik kelemahan di Indonesia. Tidak banyak yang sanggup menulis. Tidak banyak yang sanggup mengolah kata. Kadang saya melihat, banyak yang sanggup bicara tetapi mereka tidak sanggup menuangkan apa yang mereka ucapkan ke dalam tulisan. Seni menulis berbeda dengan seni berbicara. Karena alasan ini, mungkin banyak orang yang enggan untuk menuangkan gagasan yang mereka miliki ke dalam tulisan.
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: Tan on 23 December 2010, 12:01:57 AM
Namo Buddhaya,

Sebenarnya Tipitaka/ Tripitaka dalam bahasa Indonesia sudah dalam proses penerjemahan. Ini merupakan usaha yang positif. Sebenarnya sudah banyak diterjemahkan, hanya saja dilakukan sendiri2 dan tanpa konsolidasi yang memadai. Akibatnya masing-masing pihak jalan sendiri2, sehingga terkesan kok terjemahannya masih sedikit/ belum lengkap. Ada juga yang menerjemahkannya tetapi tidak dipublikasikan secara meluas.
Oleh karena itu, demi menanggulangi permasalahan ini, masing-masing pihak perlu saling bekerja sama. Saya melihat terkadang ada terjemahan yang dobel2. Jadi pihak A sudah menerjemahkannya dan pihak juga. Ini ada positif dan negatifnya. TErdapatnya beberapa terjemahan bagi naskah yang sama bisa dijadikan bahan perbandingan dan saling memperbaiki. Namun negatifnya, waktu yang dapat dipergunakan menerjemahkan naskah Tipitaka lain jadi tersia-siakan. Semoga ini dapat menjadi bahan masukan.
Sebagai catatan, kalau saya pribadi lebih fokus menerjemahkan teks2 Mahayana. Hanya karena kesibukan waktu kerap tertunda. Terjemahan Karandavyuha Sutra saja tertunda selama bertahun2. Belum lagi Manjushri Nama Samghiti.. baru selesai sebagian saja.

Namaste,

Tan
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: dhammasiri on 23 December 2010, 12:29:01 AM
Saya melihat juga banyak terjemahan yang rancu dan tidak sesuai konteksnya. Saya juga melihat masih terlalu sedikit yang diterjemahkan. Banyak yang tersisa. Lihat saja, buku-buku dari Kuddhaka Nikāya masih banyak yang belum diterjemahkan. Buku-buku dari Abhidhamma juga belum diterjemahkan. Saya rasa buku-buku tersebut perlu diterjamahkan kalau memang kita ingin umat Buddha Indonesia mempelajari agama Buddha dengan baik mengingat tidak semua umat Buddha yang dapat berbahasa Inggris apalai berbasa Pali atau Sanskrit.
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: adi lim on 23 December 2010, 06:22:04 AM
Namo Buddhaya,

Sebenarnya Tipitaka/ Tripitaka dalam bahasa Indonesia sudah dalam proses penerjemahan. Ini merupakan usaha yang positif. Sebenarnya sudah banyak diterjemahkan, hanya saja dilakukan sendiri2 dan tanpa konsolidasi yang memadai. Akibatnya masing-masing pihak jalan sendiri2, sehingga terkesan kok terjemahannya masih sedikit/ belum lengkap. Ada juga yang menerjemahkannya tetapi tidak dipublikasikan secara meluas.
Oleh karena itu, demi menanggulangi permasalahan ini, masing-masing pihak perlu saling bekerja sama. Saya melihat terkadang ada terjemahan yang dobel2. Jadi pihak A sudah menerjemahkannya dan pihak juga. Ini ada positif dan negatifnya. TErdapatnya beberapa terjemahan bagi naskah yang sama bisa dijadikan bahan perbandingan dan saling memperbaiki. Namun negatifnya, waktu yang dapat dipergunakan menerjemahkan naskah Tipitaka lain jadi tersia-siakan. .

Namaste,

Tan

terjemahan Tipitaka bahasa Indon dikumpulin beberapa penterjemah juga hanya sebagian kecil ^-^
Sutta aja belum lengkap, Vinaya ?, Abhidhamma ?
 _/\_
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: purnama on 23 December 2010, 10:11:02 AM
memang sudah saatnya regenerasi kok
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: ryu on 23 December 2010, 10:22:49 AM
Namo Buddhaya,

Sebenarnya Tipitaka/ Tripitaka dalam bahasa Indonesia sudah dalam proses penerjemahan. Ini merupakan usaha yang positif. Sebenarnya sudah banyak diterjemahkan, hanya saja dilakukan sendiri2 dan tanpa konsolidasi yang memadai. Akibatnya masing-masing pihak jalan sendiri2, sehingga terkesan kok terjemahannya masih sedikit/ belum lengkap. Ada juga yang menerjemahkannya tetapi tidak dipublikasikan secara meluas.
Oleh karena itu, demi menanggulangi permasalahan ini, masing-masing pihak perlu saling bekerja sama. Saya melihat terkadang ada terjemahan yang dobel2. Jadi pihak A sudah menerjemahkannya dan pihak juga. Ini ada positif dan negatifnya. TErdapatnya beberapa terjemahan bagi naskah yang sama bisa dijadikan bahan perbandingan dan saling memperbaiki. Namun negatifnya, waktu yang dapat dipergunakan menerjemahkan naskah Tipitaka lain jadi tersia-siakan. Semoga ini dapat menjadi bahan masukan.
Sebagai catatan, kalau saya pribadi lebih fokus menerjemahkan teks2 Mahayana. Hanya karena kesibukan waktu kerap tertunda. Terjemahan Karandavyuha Sutra saja tertunda selama bertahun2. Belum lagi Manjushri Nama Samghiti.. baru selesai sebagian saja.

Namaste,

Tan
mau ambil rujukan dari tripitaka bagaimana, sedangkan tripitakanya saja belum tersedia lengkap, nanti asal ambil saja bisa menyesatkan pembaca.
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: andry on 23 December 2010, 11:45:07 AM
memang sudah saatnya regenerasi kok
yg muda2 harus bangkit ya?
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: Tan on 23 December 2010, 11:45:49 AM
Namo Buddhaya,

Mengenai Vinaya, sudah ada terjemahannya. Saya yang menerjemahkannya dari buku Vinaya Mukha buah karya seorang Bhikkhu Thailand. Dalam bahasa Indonesia diterbitkan dalam dua jilid, yakni jilid 1A dan 1B karena cukup tebal. Isinya tentang aturan2 pathimokha bagi para bhikkhu lengkap dengan penjelasannya. Jilid 2 dan 3 masih dalam proses penerjemahan, hanya saja isinya aturan2 minor.  Buku jilid 1A dan 1B (terbit 2008) sudah habis dibagikan.
Mengenai Abhidhamma memang belum ada terjemahannya dalam bahasa Indo, tetapi buku2 tentang Abhidhamma sudah ada banyak. Ya. Abhidhamma memang sulit terjemahannya. Banyak kata-kata teknis yang perlu dicari padanan maknanya dalam bahasa Indo. Ini masih perlu perjalanan panjang. Tapi untuk sementara boleh membaca dulu buku2 karya Pandit. J. Kaharuddin tentang Abhidhamma.
Memang kerancuan dalam penerjemahan bisa saja terjadi. Karena sebagian besar penerjemahan berpedoman pada buku bahasa Inggris dan bukannya Pali. Karena itu, butuh peran serta aktif para pembaca dalam memberikan kritik dan sarannya (khususnya yang paham Pali). Tentu saja kritik yang membangun dan harus ada dasarnya sesuai pengetahuan bahasa yang dimiliki.
Mengenai Tripitaka (Mahayana), sutra2 utama sudah ada bahasa Indonesianya. Coba cari buku Dharma Pitaka, terbitan Sangha Mahayana Indonesia. Lalu ada juga kumpulan sutra Mahayana I dan II (bisa diunduh di dhammacitta. Terjemahan2 lain menyusul. Sementara waktu kalau mau rujukan boleh diambil dari terjemahan sutra2 utama yang sudah ada. Saya kira itu sementara waktu cukup. Lebih baik lagi, kalau paham bahasa Mandarin klasik bisa juga ambil dari cbeta.org.

Demikian semoga bermanfaat adanya.

Namaste,

Tan
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: Tan on 23 December 2010, 11:48:23 AM
Yang muda-muda memang mau tidak mau harus bangkit. Organisasi2 Buddhis sendiri harus mampu menyemangati kaum mudanya. Kalau perlu berikan insentif seperti di agama tetangga. Insentif ini tak harus uang, tetapi bisa juga penghargaan dan lain sebagainya. Kalau generasi "tua" dan "muda" bisa bangkit bersama tentunya sinergi ini akan mampu menghasilkan banyak hal. Terus maju!

Namaste,

Tan
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: purnama on 23 December 2010, 12:03:52 PM
mau ambil rujukan dari tripitaka bagaimana, sedangkan tripitakanya saja belum tersedia lengkap, nanti asal ambil saja bisa menyesatkan pembaca.

Hmm.
bukan itu permasalahanya, Pemasalahannya ada tidaknya yang berani melakukannya, salah terjemahan itu bisa dieditorial, atau bisa dirembukan kembali, penulis itu tulisannya tidak 100 % benar, masih ada kesalahan, dan masih ada kesimpang siuran, tidak bisa total sempurna, tapi kadar permasalahanya penulis budhis sudah menurun, semenjak berdirinya forum Buddhis dimana mana, tapi mulai jarang ada nya penulis yang memberikan kadar dharma masih bisa dihitung oleh jari, sisanya comentar dan perdebatan, tapi penulis yang sungguh sungguh bekerja bisa terlihat hanya beberapa orang saja, yang ada laris laku debat kontroversial, kontribusi untuk melengkapi sejarah, dhamma, sutta, dsbnya. Hanya dilakukan sebagian orang, dan sekarang orang orang tersebut, kehilangan waktu untuk mendidikasikan dirinya karena waktu, bahan, pekerjaan yang lain, kadang pekerjaan organisasi, yang bisa lakukan adalah generasi yang muda, fresh, waktunya masih banyak, satu satu nya jalan adalah regenerasi
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: purnama on 23 December 2010, 12:06:44 PM
yg muda2 harus bangkit ya?


Saya rsa bro tan sudah benar, yang udah senior membimbing yang junior ,memang yang junior kadang nyeleneh, mesti diingatkan, tapi kasih kesempatan mereka untuk perbaikan, tidak diadili habis habisan.
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: adi lim on 23 December 2010, 12:46:01 PM
Yang muda-muda memang mau tidak mau harus bangkit. Organisasi2 Buddhis sendiri harus mampu menyemangati kaum mudanya. Kalau perlu berikan insentif seperti di agama tetangga. Insentif ini tak harus uang, tetapi bisa juga penghargaan dan lain sebagainya. Kalau generasi "tua" dan "muda" bisa bangkit bersama tentunya sinergi ini akan mampu menghasilkan banyak hal. Terus maju!

Namaste,

Tan

pakai apa maju ? kalau tidak didukung dana yang kuat ! 8)
teori sih bagus 'potensi anak muda' tetapi 'potensi dana tidak ada' :'(
kalau Tipitaka bahasa Thailand sudah lengkap karena didukung Sangha dan Pemerintah Thai. ^:)^
 _/\_
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: Tan on 23 December 2010, 01:40:36 PM
Namo Buddhaya,

Siapa bilang dana umat Buddha tidak kuat? Banyak konglomerat2 Buddhis. Kita lihat vihara-vihara juga mentereng. Kalau kita lihat acara kebaktian, umatnya juga rata-rata bermobil. Jelas menilik dari hal itu, umat Buddha itu sebenarnya punya potensi keuangan bagus. Tentu saja ga semua umat Buddha kaya. Ini juga benar. Namun kalau hanya untuk mendukung generasi muda saya kira LEBIH dari mampu. Masalahnya mau apa tidak? Maaf mungkin ada yang tersinggung dengan hal ini. Tetapi saya hanya mengungkapkan faktanya saja. Jadi masalahnya bukan terletak pada dana, melainkan pada mau atau tidak umat Buddha menyisihkan miliknya demi kemajuan generasi muda dan penulis Buddhis.

Namaste,

Tan
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: Indra on 23 December 2010, 01:44:28 PM
Namo Buddhaya,

Sebenarnya Tipitaka/ Tripitaka dalam bahasa Indonesia sudah dalam proses penerjemahan. Ini merupakan usaha yang positif. Sebenarnya sudah banyak diterjemahkan, hanya saja dilakukan sendiri2 dan tanpa konsolidasi yang memadai. Akibatnya masing-masing pihak jalan sendiri2, sehingga terkesan kok terjemahannya masih sedikit/ belum lengkap. Ada juga yang menerjemahkannya tetapi tidak dipublikasikan secara meluas.
Oleh karena itu, demi menanggulangi permasalahan ini, masing-masing pihak perlu saling bekerja sama. Saya melihat terkadang ada terjemahan yang dobel2. Jadi pihak A sudah menerjemahkannya dan pihak juga. Ini ada positif dan negatifnya. TErdapatnya beberapa terjemahan bagi naskah yang sama bisa dijadikan bahan perbandingan dan saling memperbaiki. Namun negatifnya, waktu yang dapat dipergunakan menerjemahkan naskah Tipitaka lain jadi tersia-siakan. Semoga ini dapat menjadi bahan masukan.
Sebagai catatan, kalau saya pribadi lebih fokus menerjemahkan teks2 Mahayana. Hanya karena kesibukan waktu kerap tertunda. Terjemahan Karandavyuha Sutra saja tertunda selama bertahun2. Belum lagi Manjushri Nama Samghiti.. baru selesai sebagian saja.

Namaste,

Tan
Quote
Mengenai Vinaya, sudah ada terjemahannya. Saya yang menerjemahkannya dari buku Vinaya Mukha buah karya seorang Bhikkhu Thailand. Dalam bahasa Indonesia diterbitkan dalam dua jilid, yakni jilid 1A dan 1B karena cukup tebal. Isinya tentang aturan2 pathimokha bagi para bhikkhu lengkap dengan penjelasannya. Jilid 2 dan 3 masih dalam proses penerjemahan, hanya saja isinya aturan2 minor.  Buku jilid 1A dan 1B (terbit 2008) sudah habis dibagikan.


Bro Tan,

Pada quote pertama di atas, anda mengatakan bahwa permasalahan dalam terjemahan tipitaka yg tidak saling bekerja sama antara beberapa penerjemah. setau saya ITC dari medan juga telah menerbitkan Vinaya Pitaka dari PTS dan lengkap. Apakah anda sudah mencoba untuk bekerja sama dengan lembaga tersebut?
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: Tan on 23 December 2010, 01:52:45 PM
Ya saya memang pernah dengar ITC Medan juga kenal beberapa anggotanya. Saya jelaskan dulu kronologinya. Saya menerima tugas penerjemahan dari YA. Bhante Sudhammacaro. Jadi ketuanya adalah Bhante. Ketika terjemahan saya terbit terjemahan mereka juga terbit dan bahkan saya dikirimi satu kopi oleh teman. Jadinya pararel. Itu berlangsung tahun 2008. Makanya saya menganggap ini adalah "kesalahan" yang perlu diperbaiki. Di masa mendatang semoga ada koordinasi yang lebih baik... Tetapi bagaimana caranya? Ini yang perlu dipikirkan. Kendala jarak? Kendala komunikasi? Nah ini yang lebih penting kita cari solusinya. BAgaimana menyatukan para penerjemah ke dalam satu wadah?
Barangkali Bro Indra. bisa memberikan masukan membangun?

Namaste,

Tan
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: Tan on 23 December 2010, 01:55:31 PM
O ya saya lupa tambahkan. Yang saya terjemahkan bukan Vinaya Pali Text Society. Tapi buku Vinaya Mukha 3 jilid karya seorang bhikkhu Thailand. Jadi ada pengantar dan ulasan dari Beliau. Oleh karena itu, terjemahan saya mungkin tidak dapat dikatakan pararel dengan ITC Medan. Buku atau naskah asli yang diterjemahkan beda. Demikian penjelasan saya.

Namaste,

Tan
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: Indra on 23 December 2010, 02:01:29 PM
Saya rsa bro tan sudah benar, yang udah senior membimbing yang junior ,memang yang junior kadang nyeleneh, mesti diingatkan, tapi kasih kesempatan mereka untuk perbaikan, tidak diadili habis habisan.
Bro Purnama, anda masih ditunggu di sini http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18087.0 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18087.0)
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: purnama on 23 December 2010, 02:07:33 PM
pakai apa maju ? kalau tidak didukung dana yang kuat ! 8)
teori sih bagus 'potensi anak muda' tetapi 'potensi dana tidak ada' :'(
kalau Tipitaka bahasa Thailand sudah lengkap karena didukung Sangha dan Pemerintah Thai. ^:)^
 _/\_
Persoalan bukan soal dana, tapi ada komintmen, masih ada cara tanpa mengunakan modal dulu, justru semangkin kuat komintment anda semangkin ada orang yang interest dengan anda, dengan begitu faktor dana mudah anda dapat
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: purnama on 23 December 2010, 02:27:21 PM
Bro Purnama, anda masih ditunggu di sini http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18087.0 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18087.0)
Pemasalahan si nyanadasa orang nya keluar kota.
G sendiri udah jarang ke ekayana, cukup sibuk kerja dilapangan.
terus pemasalahannya tunggu dimana. wawacara dia
g udah sampaikan ke dia masalah itu?.
Dia jawab "biarkan saja" yah sudah, cuman satu hal aja daripada coment di belakang dia, u aja yang ke ekayana, protes sama sagin, sama orangnya didepan dia, ngak usah dibelakangnya, g mah bukan orang organisasi lagi, dari pada cuman bisa coment atau menghina dibelakangnya itu namanya Pengecut.
Selesai kan masalahnya
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: Indra on 23 December 2010, 03:03:00 PM
Ya saya memang pernah dengar ITC Medan juga kenal beberapa anggotanya. Saya jelaskan dulu kronologinya. Saya menerima tugas penerjemahan dari YA. Bhante Sudhammacaro. Jadi ketuanya adalah Bhante. Ketika terjemahan saya terbit terjemahan mereka juga terbit dan bahkan saya dikirimi satu kopi oleh teman. Jadinya pararel. Itu berlangsung tahun 2008. Makanya saya menganggap ini adalah "kesalahan" yang perlu diperbaiki. Di masa mendatang semoga ada koordinasi yang lebih baik... Tetapi bagaimana caranya? Ini yang perlu dipikirkan. Kendala jarak? Kendala komunikasi? Nah ini yang lebih penting kita cari solusinya. BAgaimana menyatukan para penerjemah ke dalam satu wadah?
Barangkali Bro Indra. bisa memberikan masukan membangun?

Namaste,

Tan

ini memang sulit kalau bukan mustahil. seingat saya DC juga pernah mencoba untuk bekerja sama dengan salah satu penerbit dan ditolak.
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: Indra on 23 December 2010, 03:07:59 PM
Pemasalahan si nyanadasa orang nya keluar kota.
G sendiri udah jarang ke ekayana, cukup sibuk kerja dilapangan.
terus pemasalahannya tunggu dimana. wawacara dia
g udah sampaikan ke dia masalah itu?.
Dia jawab "biarkan saja" yah sudah, cuman satu hal aja daripada coment di belakang dia, u aja yang ke ekayana, protes sama sagin, sama orangnya didepan dia, ngak usah dibelakangnya, g mah bukan orang organisasi lagi, dari pada cuman bisa coment atau menghina dibelakangnya itu namanya Pengecut.
Selesai kan masalahnya

agar tidak semakin OOT, saya jawab di sini http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18087.msg313721;topicseen#msg313721 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18087.msg313721;topicseen#msg313721)
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: Indra on 23 December 2010, 03:10:23 PM
Persoalan bukan soal dana, tapi ada komintmen, masih ada cara tanpa mengunakan modal dulu, justru semangkin kuat komintment anda semangkin ada orang yang interest dengan anda, dengan begitu faktor dana mudah anda dapat


pernahkah bro purnama telibat dalam proyek penerbitan? mungkin boleh berbagi pengalaman tetang bagaimana "dana mudah anda dapat" itu. dan mungkin boleh juga sekalian mempromosikan karya2 yg pernah diterbitkan.
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: ryu on 23 December 2010, 03:21:13 PM
Namo Buddhaya,

Siapa bilang dana umat Buddha tidak kuat? Banyak konglomerat2 Buddhis. Kita lihat vihara-vihara juga mentereng. Kalau kita lihat acara kebaktian, umatnya juga rata-rata bermobil. Jelas menilik dari hal itu, umat Buddha itu sebenarnya punya potensi keuangan bagus. Tentu saja ga semua umat Buddha kaya. Ini juga benar. Namun kalau hanya untuk mendukung generasi muda saya kira LEBIH dari mampu. Masalahnya mau apa tidak? Maaf mungkin ada yang tersinggung dengan hal ini. Tetapi saya hanya mengungkapkan faktanya saja. Jadi masalahnya bukan terletak pada dana, melainkan pada mau atau tidak umat Buddha menyisihkan miliknya demi kemajuan generasi muda dan penulis Buddhis.

Namaste,

Tan
masalahnya susah cari panutan yang baik, sedangkan biku di indo saja tidak ada yang berbudaya apalagi umatnya yang mengekor pada biku2 itu, yang ada jadinya masing2 punya kepentingan sendiri makanya bisa terjadi penerbita tipitaka berbeda versi, tidak ada yang mau kerjasama. apalagi kalau sudah di bisniskan maka makin susahlah urusan kerjasamanya.
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: Mr. Wei on 23 December 2010, 03:58:47 PM
ini memang sulit kalau bukan mustahil. seingat saya DC juga pernah mencoba untuk bekerja sama dengan salah satu penerbit dan ditolak.

Inisial E?

Dulu setahu saya pernah dibuat forum publikasi buddhis Indonesia (FPBI) yang diprakarsai oleh Ehipassiko dan Karaniya, dengan anggota penerbit buku2 buddhis di Indonesia dan pemerhati buku2 buddhis. Tapi sekarang uda gak ada kabarnya lagi. Sebenarnya dari FPBI itu bisa saja diidekan untuk bersinergi menerjemahkan Tipitaka dan Tripitaka agar terjemahan yang ada tidak saling paralel seperti sekarang.
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: Tan on 23 December 2010, 04:04:47 PM
Namo Buddhaya,

Kalau menurut saya, mau dibisniskan silakan saja. Itu hak masing-masing penerbit. Tentunya itu bukan porsi saya mengomentarinya. Sebenarnya mau dibisniskan pun bukan halangan untuk bekerja sama. Mengapa alasan bisnis menjadi halangan dalam bekerja sama? Semuanya terpulang pada pribadi dan kepentingan masing-masing. Belajar dari pengalaman yang sudah2, saya lebih memusatkan diri pada penerjemahan teks-teks Mahayana saja, karena untuk teks2 Theravada sudah ada lembaganya yang menerjemahkan. Karena itu biar tidak dobel2 ya saya fokus saja di sutra2 Mahayana, karena penerjemahnya masih jarang. AGar maksimal sudah saya share lewat milis atau dhammacitta. Jadi kendala kerja sama atau biaya tidak lagi berlaku. Kalau ada yang mau ambil atau cetak sutra2 terjemahan itu ya silakan saja. Gratis alias tidak dipungut biaya. Tetapi alangkah baiknya kalau dicantumkan lengkap dan tidak dirubah. Alangkah baiknya juga kalau memberitahu dahulu, baik jika ingin mengambil atau merubahnya. Mau diprint dan dibagi2kan silakan. Tidak perlu bayar royalti... gratis!
Milis dan forum tempat saya menaruh hasil terjemahan itu juga bisa diakses dan terbuka bagi semua orang. Hasil tulisan saya juga sudah saya share ke dhammacitta. Silakan saja didownload bila memerlukan.

Namaste,

Tan
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: Tan on 23 December 2010, 04:10:11 PM
Faktor dana sebenarnya benar seperti yang dikatakan Bro. Purnama, tidaklah sulit dikumpulkan. Sejujurnya kalau masalah dana, saya tinggal sms saja dan berikan proposal yang jelas mau dipakai buat apa. Boleh dibilang 80 - 90 persen pasti goal. Lagipula cetak itu ga mahal. SAtu buku kecil bisa Rp.3000 - 5000. minim cetak 1000 buku jadi Rp. 5 juta. Mengumpulkan uang segitu sesungguhnya tidak begitu susah. Patungan sebentar saja sudah terkumpul. Cuman saya biasa tidak mau mengurusi masalah uang. Kalau mau cetak ya silakan cetak saja sendiri. Saya tinggal kasih filenya. Mengurusi uang itu bisa menimbulkan fitnah.

Namaste,

Tan
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: dhammasiri on 23 December 2010, 04:32:51 PM
Quote
Mengenai Vinaya, sudah ada terjemahannya. Saya yang menerjemahkannya dari buku Vinaya Mukha buah karya seorang Bhikkhu Thailand. Dalam bahasa Indonesia diterbitkan dalam dua jilid, yakni jilid 1A dan 1B karena cukup tebal. Isinya tentang aturan2 pathimokha bagi para bhikkhu lengkap dengan penjelasannya. Jilid 2 dan 3 masih dalam proses penerjemahan, hanya saja isinya aturan2 minor.  Buku jilid 1A dan 1B (terbit 2008) sudah habis dibagikan.
Antara Vinaya Pitaka dan Vinaya Mukha saya yakin ada perbedaan. Vinaya Mukha dikarang oleh seorang bhikkhu Thailand. Ini lebih bersifat komentar. Sedangkan Vinaya Pitaka adalah Peraturan monastik yang ditetapkan oleh Sang Buddha lengkap dengan kronologinya.
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: Tan on 23 December 2010, 08:52:16 PM
Betul seperti yang dikatakan Sdr. Dhammasiri. Memang demikian adanya. Isinya tidak sama, walau sama-sama mengulas Vinaya.

Namaste,

Tan
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: Tan on 23 December 2010, 08:52:33 PM
Betul seperti yang dikatakan Sdr. Dhammasiri. Memang demikian adanya. Isinya tidak sama, walau sama-sama mengulas Vinaya.

Namaste,

Tan
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: adi lim on 24 December 2010, 05:50:12 AM
Persoalan bukan soal dana, tapi ada komintmen, masih ada cara tanpa mengunakan modal dulu, justru semangkin kuat komintment anda semangkin ada orang yang interest dengan anda, dengan begitu faktor dana mudah anda dapat


bro Pur, tolong anda yang punya komitmen besar, atau tolong kenalkan donatur yang punya komitmen, di DC PRESS juga perlu dana utk terbitkan Samyutta Nikaya yang masih belum terkumpul sesuai dengan prediksi.
Apakah perlu diragukan komitmen DC PRESS yang sudah menerbitkan beberapa buku Dhamma ?

jangan cuma bisa omong besar alias kongtaiwa  :))

 _/\_
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: adi lim on 24 December 2010, 06:09:57 AM
Namo Buddhaya,

Siapa bilang dana umat Buddha tidak kuat? Banyak konglomerat2 Buddhis. Kita lihat vihara-vihara juga mentereng. Kalau kita lihat acara kebaktian, umatnya juga rata-rata bermobil. Jelas menilik dari hal itu, umat Buddha itu sebenarnya punya potensi keuangan bagus. Tentu saja ga semua umat Buddha kaya. Ini juga benar. Namun kalau hanya untuk mendukung generasi muda saya kira LEBIH dari mampu. Masalahnya mau apa tidak? Maaf mungkin ada yang tersinggung dengan hal ini. Tetapi saya hanya mengungkapkan faktanya saja. Jadi masalahnya bukan terletak pada dana, melainkan pada mau atau tidak umat Buddha menyisihkan miliknya demi kemajuan generasi muda dan penulis Buddhis.

Namaste,

Tan

bro Tan, tolong donk kenalkan orang punya komitmen besar siap utk berdana penerbitan buku Dhamma (kitab suci ) agar para generasi muda siap juga utk bekerja.

dana umat Buddha kuat, tapi yang punya komitmen berdana tidak kuat !
kebanyakan persepsi orang2 bahwa Bangun Vihara lebih bagus dari pada cetak buku Dhamma.
ini masalah klasik

 _/\_
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: BTY on 24 December 2010, 08:16:59 AM
Dalam hal penerjemahan Tipitaka (Pali) ada sejumlah hal yang ingin saya kemukakan :

1.   Memang ada baiknya kalau bisa saling tukar informasi. (Saya menghindari istilah koordinasi karena mempunyai nuansa mengikat.) Tetapi kadang-kadang bagus juga kalau ada beberapa versi terjemahan sehingga pilihan menjadi lebih banyak, dengan konsekuensi bisa terjadi pemborosan sumber daya.

2.   Saya pikir sekarang sudah saatnya bagi kita di Indonesia untuk melakukan penerjemahan langsung dari bahasa aslinya yaitu Bahasa Pali. Karena bagaimanapun juga kalau diterjemahkan dari terjemahan turunannya (entah Inggris atau bahasa lain) sedikit banyak bisa terjadi bias. (Terjemahan Bahasa Inggris masih tetap bisa dijadikan rujukan. Itu saya lakukan dulu saat menerjemahkan Vinaya Pitaka Jilid I yang telah diterbitkan ITC Medan. Ini juga sekaligus menghindari masalah hak cipta.) Sekarang tinggal apakah penerjemah di Indonesia bersedia bersusah-payah mempelajari Bahasa Pali atau tidak? Mungkin salah satu jalan keluarnya adalah insentif untuk penerjemah Pali lebih besar (khusus untuk umat perumah-tangga saja; bagi para pabbajita, insentifnya diambil di “next-life”).

3.   Dalam menerjemahkan kitab Pali, konsistensi penggunaan istilah perlu diperhatikan. Dan umum diketahui bahwa sutta-sutta Buddhis banyak mengandung frasa yang diulang-ulang. Saya pikir, dalam hal ini penggunaan CAT Tools (Computer Aided Translation Tools) akan sangat membantu. Salah satu CAT Tools yang masuk dalam kategori free-source adalah OmegaT. Bahkan antara satu penerjemah dengan penerjemah lainnya bisa saling tukar Translation Memories-nya.

4.   Dari pengalaman pribadi, agar bisa menggunakan istilah terjemahan yang lebih tepat, saat menerjemahkan sutta-sutta ada baiknya pada waktu bersamaan diterjemahkan pula komentar maupun subkomentarnya. Juga menghindari penerjemahan ulang sutta-sutta tersebut apabila kelak mau menerjemahkan komentar maupun subkomentarnya.

5.   Perihal Vinaya-Mukha, sekadar informasi, STI pun sudah menerbitkan jilid II yang diterjemahkan oleh Bhante Dhammadhiro langsung dari versi aslinya (Bahasa Thai).

Terhadap penerjemahan sutra-sutra Mahayana (Tripitaka), saya pun memiliki pandangan yang sama. Dua puluh tahun yang lalu, saat masih umat awam, saya sudah menerjemahkan sejumlah sutra langsung dari naskah Sansekertanya (misalnya Amitabha-Sutra, Bhaisajyaguru-Sutra, dan Vajracchedika-Sutra). Kalau diterjemahkan dari Bahasa Mandarin kadang juga menghadapi masalah mau diterjemahkan dari naskah yang mana kalau ada beberapa versi terjemahan? Misalnya Vajracchedika-Sutra, di dalam Mahapitaka Taisho (大正大藏经) ada enam versi terjemahan. Mau pakai yang mana? Masing-masing ada sedikit perbedaan. Masing-masing ada kekurangannya. Yah memang tidak semua sutra Mahayana masih bisa ditemukan naskah Sansekertanya.
Demikianlah sedikit pendapat yang dapat saya berikan (mungkin agak OOT).
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: wiithink on 25 December 2010, 10:26:10 PM
masalahnya anak anak jaman sekarang lebih rajin main game daripada baca buku.. seperti saya  ;D



pesan ntuk para calon penerus pembuat buku Dhamma.. kalo bisa, bahasanya agak agak ringan dan gampang masuk otak ya, jadi yang bego kayak gw gini, bisa cepat tangkap  ;D
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: dhammasiri on 26 December 2010, 09:41:48 AM
masalahnya anak anak jaman sekarang lebih rajin main game daripada baca buku.. seperti saya  ;D



pesan ntuk para calon penerus pembuat buku Dhamma.. kalo bisa, bahasanya agak agak ringan dan gampang masuk otak ya, jadi yang bego kayak gw gini, bisa cepat tangkap  ;D
Ya, tulisan itu tergantung kepentingan sis. Kalau untuk kepentingan akademik, tentu harus yang kualified, kalau untuk kepentingan pragmatis tentu akan berbeda. Apa yang saya alami memilih suatu tulisan yang dapat dipahami oleh semua kalangan itu perlu skill tersendiri. Jujur saya belum sanggup.
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: pannadevi on 26 December 2010, 10:04:26 AM
Ya, tulisan itu tergantung kepentingan sis. Kalau untuk kepentingan akademik, tentu harus yang kualified, kalau untuk kepentingan pragmatis tentu akan berbeda. Apa yang saya alami memilih suatu tulisan yang dapat dipahami oleh semua kalangan itu perlu skill tersendiri. Jujur saya belum sanggup.

sebelum sy berangkat ke Srilanka sy pernah membaca 3 buku beliau, tp tidak kenal sapa penulisnya, setelah masuk Srilanka saya ketemu beliau saya masih belum menyadari bahwa beliaulah yg menulis 3 buku yg telah sy baca di Vihara wkt pabbajja th.2005, hingga akhirnya suatu ketika saya ngobrol ama beliau ttg buku2 beliau barulah saya ingat dan sy diberi buku oleh beliau persamaan gender wanita, begitu lihat sampul belakang persis banget dg yg saya baca di Vihara. jadi saya mengenal type tulisan beliau yg menurut saya amat mudah dicerna oleh pembaca dari berbagai golongan, karena sayapun membacanya dg enak, padahal pemikiran saya yg juga rada Oon.

mettacittena,
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: johan3000 on 26 December 2010, 10:07:18 AM
sebelum sy berangkat ke Srilanka sy pernah membaca 3 buku beliau, tp tidak kenal sapa penulisnya, setelah masuk Srilanka saya ketemu beliau saya masih belum menyadari bahwa beliaulah yg menulis 3 buku yg telah sy baca di Vihara wkt pabbajja th.2005, hingga akhirnya suatu ketika saya ngobrol ama beliau ttg buku2 beliau barulah saya ingat dan sy diberi buku oleh beliau persamaan gender wanita, begitu lihat sampul belakang persis banget dg yg saya baca di Vihara. jadi saya mengenal type tulisan beliau yg menurut saya amat mudah dicerna oleh pembaca dari berbagai golongan, karena sayapun membacanya dg enak, padahal pemikiran saya yg juga rada Oon.

mettacittena,

sis Pannadevi,

jadi siapa pengarang dan apakah judul ke 3 buku tsb ?
trus kenapa tulisannya mudah dibaca? bisa jelaskan lebih rinci ?

thx sebelumnya...
Title: Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
Post by: pannadevi on 26 December 2010, 10:18:25 AM
Quote
Quote
from: pannadevi on Today at 10:04:26 AM

sebelum sy berangkat ke Srilanka sy pernah membaca 3 buku beliau, tp tidak kenal sapa penulisnya, setelah masuk Srilanka saya ketemu beliau saya masih belum menyadari bahwa beliaulah yg menulis 3 buku yg telah sy baca di Vihara wkt pabbajja th.2005, hingga akhirnya suatu ketika saya ngobrol ama beliau ttg buku2 beliau barulah saya ingat dan sy diberi buku oleh beliau persamaan gender wanita, begitu lihat sampul belakang persis banget dg yg saya baca di Vihara. jadi saya mengenal type tulisan beliau yg menurut saya amat mudah dicerna oleh pembaca dari berbagai golongan, karena sayapun membacanya dg enak, padahal pemikiran saya yg juga rada Oon.

mettacittena,

sis Pannadevi,

jadi siapa pengarang dan apakah judul ke 3 buku tsb ?
trus kenapa tulisannya mudah dibaca? bisa jelaskan lebih rinci ?

thx sebelumnya...

bro Saceng yg baik,
silahkan baca di link ini : http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=2265.msg221028#msg221028


judul buku beliau yg sy baca adalah no.: 1, 3,5, kemudian di Srilanka sy mendapatkan yg no.2.

mettacittena,