Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain => Topic started by: JackDaniel on 25 November 2010, 06:00:46 PM

Title: Tuhan sudah Murka
Post by: JackDaniel on 25 November 2010, 06:00:46 PM
ada yg copy di status FB nya
buat referensi deh

Bencana datang karena TUHAN sudah tidak tahan melihat dosa manusia dan karenaTuhan mau menghukum manusia.... BULLSHIT dan NGACO... Berikut adalahpandangan Alkitab mengenai Bencana dan hubungannya dengan amarah Tuhan.Yang pasti, WRATH OF GOD IS SATISFIED.baca ini...

            Ketika bencana datang menimpa Indonesia, maka ada banyak Pendeta yang tiba-tiba dapat penglihatan bahwa waktunya sudah semakin dekat dan amarah Tuhan sudah melanda. Ini juga merupakan tanda bahwa cawan murka Allah sedang ditumpahkan dan All............ah sedang meluapkan amarahnya karena manusia yang tidak kunjung bertobat.Data mencatat ada 110 orang tewas akibat banjir bandang di Wasior (Papua), 445 orang tewas akibat tsunami di Mentawai (Sumatra Barat) dan 89 orang tewas akibat meletusnya Gunung Merapi dan korban diperkirakan akan terus bertambah.Benarkah semua ini terjadi karena Tuhan marah dan sudah tidak tahan melihat dosa manusia yang tidak kunjung bertobat?

            TUHAN TIDAK MARAH LAGI
            Saya ingin anda memperhatikan teks Yesaya 54:9-10 "Keadaan ini bagi-Ku seperti pada zaman Nuh: seperti Aku telah bersumpah kepadanya bahwa air bah tidak akan meliputi bumi lagi, demikianlah Aku telah bersumpah bahwa Aku tidak akan murka terhadap engkau dan tidak akan menghardik engkau lagi.Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani engkau."

            Ayat diatas merupakan nubuatan yang disampaikan oleh Tuhan akan masa depan yaitu ketika Yesus digantung diatas kayu salib (anda bisa baca di ayat sebelumnya). Ketika Yesus mati diatas kayu salib maka MURKA BAPA SUDAH DIPUASKAN.

            Mengapa murka Bapa sudah dipuaskan? Ingat, satu hal yang Bapa marah dari manusia adalah dosa. Dan dosa itu seudah ditanggung oleh Yesus diatas kayu salib dan saat itu Bapa menumpahkan amarah dan murkaNya ketika Yesus berada diatas kayu salib; itulah sebabnya Bapa sampai memalingkan wajahNya dari Yesus. Dan ketika Yesus berkata "Sudah Selesai" itu berarti semua harga dosa sudah dibayar dan AMARAH TUHAN SUDAH TERPUASKAN ketika dia melihat AnakNya sendiri diremukkan karena dosa.

            Seandainya saja saat ini Tuhan masih menghukum manusia dan masih marah dengan cara menuangkan bencana, maka pengorbanan Yesus diatas kayu salib sama sekali tidak berarti. Mengapa? Karena tidak ada gunanya Yesus mati jika Allah masih menumpahkan amarahNya. Buat apa Yesus mati kalau saja Allah masih menghukum manusia dengan cara seperti itu.

            TUHAN PERNAH MARAH?? YA, SEBELUM YESUS MATI DI KAYU SALIB
            Hanya sesaat lamanya Aku meninggalkan engkau, tetapi karena kasih sayang yang besar Aku mengambil engkau kembali. Dalam murka yang meluap Aku telah menyembunyikan wajah-Ku terhadap engkau sesaat lamanya, tetapi dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihani engkau, firman TUHAN, Penebusmu. (Yesaya 54:7-8)

            Ya, Tuhan memang pernah marah. Setelah Tuhan menumpahkan Air Bah memang Tuhan berjanji tidak akan menghukum bumi lagi, tapi apakah Tuhan masih penuh amarah kepada manusia setelah Air Bah? Sekali lagi jawabannya adalah ya. Mengapa? Karena setelah itu Tuhan memberikan TAURAT. "Karena hukum Taurat membangkitkan murka, tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran." (Roma 4:15).Melalui Taurat, Tuhan memberikan batasan mengenai apa yang salah dan apa yang benar. Siapapun yang melanggar Taurat berarti melakukan dosa, dan Tuhan sangat benci terhadap dosa, itu sebabnya manusia harus mempersembahkan darah kurban untuk mendamaikan.

            Ketika Taurat diberikan, tidak ada satu manusiapun yang dapat mentaatinya secara penuh. Artinya semua manusia jadi berdosa karena Taurat dan Tuhan benci terhadap hal itu dan sangat marah.

            ALLAH SEBENARNYA TIDAK INGIN MARAH KARENA ITU BUKAN SIFATNYA
            "Hanya sesaat lamanya Aku meninggalkan engkau, tetapi karena kasih sayang yang besar Aku mengambil engkau kembali. Dalam murka yang meluap Aku telah menyembunyikan wajah-Ku terhadap engkau sesaat lamanya, tetapi dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihani engkau, firman TUHAN, Penebusmu." (Yesaya 54:7-8)

            Jadi walaupun Bapa marah, Dia juga ingin mencari cara agar Dia tidak lagi dapat menghukum manusia akibat apa yang manusia perbuat. Dia marah, namun hanya sesaat sampai ketika Yesus mati di atas kayu salib.

            DAMAI SEJAHTERA
            Ada satu pujian yang dinaikkan oleh para Malaikat Sorga ketika Yesus lahir, yaitu ""Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." (Lukas 2:14).

            Malaikat bernyanyi seperti itu karena para Malaikat tahu bahwa Yesus yang lahit itu akan membawa damai dan menyelesaikan permusuhan antara Bapa dengan manusia yang berdosa. Bukan hanya itu, para malaikat juga tahu bahwa Yesus yang lahir itu akan membawa kedamaian antara pihak sorga dan bumi dan karena para malaikat juga tahu bahwa MURKA BAPA AKAN DIPUASKAN melalui YESUS.

            PENUTUP
            Dia bukanlah tipikal pribadi yang penuh dengan amarah. Seringkali kita bernyanyi dan berkata "YESUS ITU BAIK". Tapi sering banyak orang yang percaya bahwa "Yesus itu baik kalau kita menjaga hidup dari dosa". Kalau memang seperti itu, lalu apa bedanya Yesus dengan allah di agama lainnya, karena mereka juga percaya bahwa allah mereka baik selama mereka hidup suci.

            Saya percaya Yesus itu baik sampai selama-lamanya bukan karena kita hidup benar melainkan karena dia datang untuk membawa damai. Jadi jangan punya pikiran lagi bahwa Bapa sedang marah kepadamu atau tangan Bapa sedang teracung kepada kita dan siap menumpahkan amarahNya. TIDAK. Anda tahu mengapa? Karena ketika Bapa melihat saya, maka Dia tidak melihat saya dengan segala kekurangan saya (karena saya tidak akan pernah cukup layak bagiNya) tetapi Dia melihat Yesus dan karyaNya dalam hidup saya.

            Tersenyumlah, karena Bapa tidak marah lagi. Tersenyumlah karena bukan kita lagi yang hidup, tetapi Yesus yang hidup dalam kita.
Title: Re: Tuhan sudah Murka
Post by: Mr.Jhonz on 25 November 2010, 07:00:42 PM
Pertamax?!!

Thread propaganda ni..
MOD close please..:P
Title: Re: Tuhan sudah Murka
Post by: yanfei on 25 November 2010, 11:12:08 PM
kalo gw jadi TUHAN, ngapain gw ngorbanin anak sendiri, gw kan maha kuasa dan maha pencipta, gw bikin aja tuh manusia baik semua

tapi sudahlah, toh itukan kepercayaan mereka, biarkanlah mereka dengan kepercayaannya, kalo mereka berjodoh dengan buddha dan dhamma mereka akan berpikir kembali tentang dongeng diatas _/\_
Title: Re: Tuhan sudah Murka
Post by: Ruenis on 26 November 2010, 06:28:13 AM
Berati Tuhan Bukan maha penyayang,tapi maha murka,Bukan Maha kuasa tapi Maha penonton.heheheeh,kok Tuhannya terkesan seperti penonton yang hanya bisa ngamuk
Title: Re: Tuhan sudah Murka
Post by: Elin on 26 November 2010, 09:49:05 AM
Tuhan medho..??
Title: Re: Tuhan sudah Murka
Post by: yanfei on 26 November 2010, 09:36:24 PM
Quote from: Ruenis on 26 November 2010, 06:28:13 AM
Berati Tuhan Bukan maha penyayang,tapi maha murka,Bukan Maha kuasa tapi Maha penonton.heheheeh,kok Tuhannya terkesan seperti penonton yang hanya bisa ngamuk
itu tandanya Tuhan itu seperti bonek dan Jackmania =))
Title: Re: Tuhan sudah Murka
Post by: Satria on 26 November 2010, 09:59:31 PM
lebih baik kita tidak membicarakan apa yang tidak kita lihat!
Title: Re: Tuhan sudah Murka
Post by: Indra on 26 November 2010, 11:25:18 PM
Quote from: Satria on 26 November 2010, 09:59:31 PM
lebih baik kita tidak membicarakan apa yang tidak kita lihat!

kelomopk batin, ie. perasaan, persepsi, pikiran, dan kesadaran juga tidak bisa kita lihat, apakah ini juga tidak boleh dibicarakan?
Title: Re: Tuhan sudah Murka
Post by: Alucard Lloyd on 27 November 2010, 12:32:09 AM
tuhan ada lah saya dan saya ada lah tuhan,...
bencana datang dan pergi suka datang berganti sedih
hehehe,... ini namanya samsara
Title: Re: Tuhan sudah Murka
Post by: Satria on 27 November 2010, 10:10:43 PM
Quote from: Indra on 26 November 2010, 11:25:18 PM
kelomopk batin, ie. perasaan, persepsi, pikiran, dan kesadaran juga tidak bisa kita lihat, apakah ini juga tidak boleh dibicarakan?

tidak. saya tidak menyebut semua itu sebagai sesuatu yang tidak bisa dilihat. itu semua adalah dhamma. dan dhamma itu adalah "Ajaran yang bisa dilihat". apakah melihat dhamma selalu harus dengan indra mata?


tentang tuhan itu, masalahnya begini :

sebagian orang merasa dirinya "dapat melihat tuhan". Dan ia bersikukuh bahwa "tuhan itu ada", karena ia melihatnya. ia berpikir, bahwa karena ia melihatnya sendiri, maka pasti semua orang juga bisa melihat tuhan. maka ia berpikir "seharusnya semua orang percaya akan adanya tuhan".

sedangkan sebagian orang merasa "tidak pernah melihat tuhan". Dan ia bersikukuh bahwa "tuhan itu tidak ada", karena ia tidak pernah melihatnya. ia berpikir, bahwa karena dia tidak pernah melihatnya, maka pasti semua orang juga tak bisa melihat tuhan. karena itu, ia berpikir bahwa tuhan itu tak pernah ada. dan ia berpikir "seharusnya semua orang percaya akan tidak adanya tuhan".

itulah mengapa, perdebatan mengenai tuhan tidak pernah berujung. seharusnya, mereka yang merasa bisa melihat tuhan, menunggu orang lain untuk terlebih dahulu sama sperti dirinya, yakni melihat tuhan. baru bicarakan bersama soal tuhan itu. kalau orang lain lom bisa melihat tuhan, lebih baik ia diam. dan seharusnya, mereka yang merasa tidak bisa melihat tuhan, menunjukan kebenaran yang bisa dilihat dirinya dan orang lain, bukan memperdebatkan sesuatu yang hanya karena ia tidak melihatnya.
Title: Re: Tuhan sudah Murka
Post by: Indra on 27 November 2010, 10:19:35 PM
Quote from: Satria on 27 November 2010, 10:10:43 PM
tidak. saya tidak menyebut semua itu sebagai sesuatu yang tidak bisa dilihat. itu semua adalah dhamma. dan dhamma itu adalah "Ajaran yang bisa dilihat". apakah melihat dhamma selalu harus dengan indra mata?


tentang tuhan itu, masalahnya begini :

sebagian orang merasa dirinya "dapat melihat tuhan". Dan ia bersikukuh bahwa "tuhan itu ada", karena ia melihatnya. ia berpikir, bahwa karena ia melihatnya sendiri, maka pasti semua orang juga bisa melihat tuhan. maka ia berpikir "seharusnya semua orang percaya akan adanya tuhan".

sedangkan sebagian orang merasa "tidak pernah melihat tuhan". Dan ia bersikukuh bahwa "tuhan itu tidak ada", karena ia tidak pernah melihatnya. ia berpikir, bahwa karena dia tidak pernah melihatnya, maka pasti semua orang juga tak bisa melihat tuhan. karena itu, ia berpikir bahwa tuhan itu tak pernah ada. dan ia berpikir "seharusnya semua orang percaya akan tidak adanya tuhan".

itulah mengapa, perdebatan mengenai tuhan tidak pernah berujung. seharusnya, mereka yang merasa bisa melihat tuhan, menunggu orang lain untuk terlebih dahulu sama sperti dirinya, yakni melihat tuhan. baru bicarakan bersama soal tuhan itu. kalau orang lain lom bisa melihat tuhan, lebih baik ia diam. dan seharusnya, mereka yang merasa tidak bisa melihat tuhan, menunjukan kebenaran yang bisa dilihat dirinya dan orang lain, bukan memperdebatkan sesuatu yang hanya karena ia tidak melihatnya.

menurut anda kenapa Sang Buddha mengajarkan Dhamma yg sudah Beliau capai kepada orang2 yg belum melihat Dhamma? bukankah jika menuruti statement anda maka seharusnya Sang Buddha menunggu agar orang2 juga sudah melihat Dhamma baru membicarakan Dhamma kepada mereka?
Title: Re: Tuhan sudah Murka
Post by: Satria on 27 November 2010, 10:44:59 PM
Quote from: Indra on 27 November 2010, 10:19:35 PM
menurut anda kenapa Sang Buddha mengajarkan Dhamma yg sudah Beliau capai kepada orang2 yg belum melihat Dhamma? bukankah jika menuruti statement anda maka seharusnya Sang Buddha menunggu agar orang2 juga sudah melihat Dhamma baru membicarakan Dhamma kepada mereka?

beliau memulainya dari apa yang bisa dilihat oleh "orang-orang".  dengan cara itu beliau "ber-ehipasiko". oleh karena itu, beliau sendiri berpesan agar dhamma disampaikan secara "Bertahap".

ada orang yang cenderung berdebat, gemar berbantah-batahan, sombong dan gemar mengejek orang lain. kepada orang ini, tidak layak menyampaikan "ajaran yang tidak bisa dilihatnya", karena hanya akan menimbulkan perdebatan yang tidak berujung.  bila membicarakan apa yang bisa dia lihat, maka ia tidak bisa membantahnya lagi.

ada orang yang cenderung menghindari masalah, tidak ingin berkonflik, tak ingin disalahkan, menghindari perdebatan, maka orang ini tak peduli dengan ajaran-ajaran yang ia tak bisa melihatnya sendiri. tapi  ia tidak suka menentang. oleh karna, ajaran apapun yang disampaikan kepadanya, selama ia tidak  melihatnya sendiri, ia hanya akan mendengar, tapi ia melihatnya sebagai "omong ksong"

ada orang yang cenderung fanatik. apapun yang dikatakan orang kepercayaannya, ia segera meyakininya. ia akan berbuat seolah "melihat" padahal ia "tidak melihat". ia akan berbuat seolah mengerti. padahal ia "tidak mengerti".
Title: Re: Tuhan sudah Murka
Post by: Indra on 27 November 2010, 10:48:05 PM
Quote from: Satria on 27 November 2010, 10:44:59 PM
beliau memulainya dari apa yang bisa dilihat oleh "orang-orang".  dengan cara itu beliau "ber-ehipasiko". oleh karena itu, beliau sendiri berpesan agar dhamma disampaikan secara "Bertahap".

ada orang yang cenderung berdebat, gemar berbantah-batahan, sombong dan gemar mengejek orang lain. kepada orang ini, tidak layak menyampaikan "ajaran yang tidak bisa dilihatnya", karena hanya akan menimbulkan perdebatan yang tidak berujung.  bila membicarakan apa yang bisa dia lihat, maka ia tidak bisa membantahnya lagi.

ada orang yang cenderung menghindari masalah, tidak ingin berkonflik, tak ingin disalahkan, menghindari perdebatan, maka orang ini tak peduli dengan ajaran-ajaran yang ia tak bisa melihatnya sendiri. tapi  ia tidak suka menentang. oleh karna, ajaran apapun yang disampaikan kepadanya, selama ia tidak  melihatnya sendiri, ia hanya akan mendengar, tapi ia melihatnya sebagai "omong ksong"

ada orang yang cenderung fanatik. apapun yang dikatakan orang kepercayaannya, ia segera meyakininya. ia akan berbuat seolah "melihat" padahal ia "tidak melihat". ia akan berbuat seolah mengerti. padahal ia "tidak mengerti".

bagaimana pendapat anda tentang Saccaka Sutta yg meceritakan bagaimana Sang Buddha berdebat dengan Saccaka si ahli debat, dan beberapa sutta yg lain dengan kisah serupa yg berakhir dengan si lawan debat menjadi pengikut Sang Buddha.
Title: Re: Tuhan sudah Murka
Post by: Satria on 27 November 2010, 11:03:09 PM
saya tidak terlalu ingat kisah saccaka tersebut. tetapi setau saya, sang Buddha tidak hanya berdebat dengan kata-kata, melainkan disertai dengan kekuatan batin yang beliau miliki. dengan kekuatan batin yang dimiliki sang Buddha, maka sang Buddha mampu membantu lawan debatnya "untuk melihat". sang Buddha mempelajari hal-hal yang nyata dari dalam dirinya dan juga dari alam semesta. lalu mengajak orang lain untuk sama melihatnya. sang Buddha sibuk mengajarkan dhamma, bukan sibuk menyangkal ajaran agama orang lain. sang Buddha menunjukan tiadanya atta kepada para pengikutnya, bukan sibuk menyangkal keberadaan atta kepada orang-orang yang meyakini keberadaannya.
Title: Re: Tuhan sudah Murka
Post by: Indra on 27 November 2010, 11:08:20 PM
Quote from: Satria on 27 November 2010, 11:03:09 PM
saya tidak terlalu ingat kisah saccaka tersebut. tetapi setau saya, sang Buddha tidak hanya berdebat dengan kata-kata, melainkan disertai dengan kekuatan batin yang beliau miliki. dengan kekuatan batin yang dimiliki sang Buddha, maka sang Buddha mampu membantu lawan debatnya "untuk melihat". sang Buddha mempelajari hal-hal yang nyata dari dalam dirinya dan juga dari alam semesta. lalu mengajak orang lain untuk sama melihatnya. sang Buddha sibuk mengajarkan dhamma, bukan sibuk menyangkal ajaran agama orang lain. sang Buddha menunjukan tiadanya atta kepada para pengikutnya, bukan sibuk menyangkal keberadaan atta kepada orang-orang yang meyakini keberadaannya.

beberapa kali tercatat dalam Sutta bahwa Sang Buddha perlu mengerahkan kesaktiannya, misalnya dalam Ambattha Sutta. tapi saya tidak membaca adanya pengerahan kesaktian tercatat dalam kasus Saccaka.

Untuk menyegarkan ingatan anda tentang kisah ini, silahkan baca sutta lengkapnya dalam Majjhima Nikaya 35 dan 36, ada dalam board Dhammacitta Press thread Majjhima Nikaya
Title: Re: Tuhan sudah Murka
Post by: Satria on 27 November 2010, 11:24:07 PM
Quote from: Indra on 27 November 2010, 11:08:20 PM
beberapa kali tercatat dalam Sutta bahwa Sang Buddha perlu mengerahkan kesaktiannya, misalnya dalam Ambattha Sutta. tapi saya tidak membaca adanya pengerahan kesaktian tercatat dalam kasus Saccaka.

Untuk menyegarkan ingatan anda tentang kisah ini, silahkan baca sutta lengkapnya dalam Majjhima Nikaya 35 dan 36, ada dalam board Dhammacitta Press thread Majjhima Nikaya

terima kasih.

saya telah membacanya barusan. tapi mohon maaf, sementara saya tidak akan memberikan komentar tambahan . silahkan anda melanjutkan diskusi dengan yang lain. saya akan menyimak dulu.
Title: Re: Tuhan sudah Murka
Post by: Udyata-sahanubhuti on 28 November 2010, 08:53:28 AM
Quote from: Satria on 27 November 2010, 10:10:43 PM
tidak. saya tidak menyebut semua itu sebagai sesuatu yang tidak bisa dilihat. itu semua adalah dhamma. dan dhamma itu adalah "Ajaran yang bisa dilihat". apakah melihat dhamma selalu harus dengan indra mata?


tentang tuhan itu, masalahnya begini :

sebagian orang merasa dirinya "dapat melihat tuhan". Dan ia bersikukuh bahwa "tuhan itu ada", karena ia melihatnya. ia berpikir, bahwa karena ia melihatnya sendiri, maka pasti semua orang juga bisa melihat tuhan. maka ia berpikir "seharusnya semua orang percaya akan adanya tuhan".

sedangkan sebagian orang merasa "tidak pernah melihat tuhan". Dan ia bersikukuh bahwa "tuhan itu tidak ada", karena ia tidak pernah melihatnya. ia berpikir, bahwa karena dia tidak pernah melihatnya, maka pasti semua orang juga tak bisa melihat tuhan. karena itu, ia berpikir bahwa tuhan itu tak pernah ada. dan ia berpikir "seharusnya semua orang percaya akan tidak adanya tuhan".

itulah mengapa, perdebatan mengenai tuhan tidak pernah berujung. seharusnya, mereka yang merasa bisa melihat tuhan, menunggu orang lain untuk terlebih dahulu sama sperti dirinya, yakni melihat tuhan. baru bicarakan bersama soal tuhan itu. kalau orang lain lom bisa melihat tuhan, lebih baik ia diam. dan seharusnya, mereka yang merasa tidak bisa melihat tuhan, menunjukan kebenaran yang bisa dilihat dirinya dan orang lain, bukan memperdebatkan sesuatu yang hanya karena ia tidak melihatnya.
_/\_
Dear Bro Satria,
Sebagian org dapat melihat tuhan? melihat tuhan dengan indera apa?

Beberapa misionaris agama tertentu mendatangi umat Buddha dan berkata bahwa Sang Buddha bukanlah Tuhan, beliau adalah manusia. Beliau telah mati dan menghilang. Bagaimana seseorang mendapatkan manfaat dari menyembah orang yang sudah mati? Tetapi kita perlu memahami bahwa Sang Buddha disebut sebagai Satthā deva-manussānaṃ, guru para dewa dan manusia. Kapan saja para dewa memiliki masalah, mereka mendatangi Sang Buddha untuk mendapatkan nasihatnya. Kemudian para misionaris tersebut mengklaim Tuhan mereka adalah Tuhan yang hidup dan itulah kenapa setiap orang harus menyembahnya. Menurut ilmu pengetahuan, memerlukan jutaan tahun bagi kita untuk mengembangkan pikiran dan pemahaman kita. Ketika pikiran manusia belum sepenuhnya berkembang, mereka menyadari akan adanya kekuatan-kekuatan yang membuat alam bekerja. Karena mereka tidak dapat memahami bagaimana persisnya alam itu bekerja, mereka mulai berpikir pastilah ada seseorang yang menciptakan dan memelihara peristiwa ini. Untuk membantu yang lain memahami konsep ini, mereka mengubah energi ini menjadi suatu bentuk dan mewakilinya secara fisik sebagai patung-patung dan lukisan-lukisan. "Roh-roh" atau kekuatan-kekuatan ini begitu penting untuk membuat manusia melakukan sesuatu yang baik dan tidak melakukan sesuatu yang buruk dan untuk memberi mereka pahala jika mereka melakukan hal yang baik. Kita selalu memiliki rasa takut, khawatir, curiga, ketidakamanan, sehingga kita membutuhkan seseorang untuk bergantung padanya, untuk melindungi kita. Seringkali kekuatan ini dirubah menjadi tuhan yang tunggal. Sekarang sebagian orang bergantung pada tuhan untuk segalanya. Demikianlah mengapa mereka mencoba memperkenalkan ide mengenai roh yang kekal yang pergi dari sini dan tinggal di surga yang abadi. Hal itu memuaskan kehausan akan kehidupan kekal. Sang Buddha mengatakan bahwa segala sesuatu yang muncul dalam suatu keberadaan adalah subjek dari perubahan, kehancuran dan kelapukan.

Beberapa orang mengklaim bahwa tuhan mereka telah memberikan pesan kepada umat manusia. Jika pesan itu adalah untuk semua umat manusia di dunia ini, mengapa tuhan tidak menyatakan pesannya kepada orang banyak, tetapi justru menyatakannya kepada satu orang. Sang Buddha tidak mendorong siapapun untuk percaya apapun atau mengklaim bahwa beliau di perintahkan oleh kekuatan tertinggi untuk melakukan sesuatu.

Suatu hari, seorang pendeta kr*****ni datang menemui saya bersama dengan pengikutnya untuk berdiskusi mengenai Buddhisme dan bertanya, "Sebenarnya dapatkah anda mengatakan kepada saya apa yang umat Buddha percayai?" Kemudian saya mengatakan kepadanya yang sebenarnya bahwa umat Buddha tidak "percaya" apapun. Kemudian ia menunjuk pada buku saya "What Buddhists Believe" (Apa yang Umat Buddha Percaya) dan ia bertanya "Mengapa anda menulis buku ini?" Saya mengatakan kepadanya, "Itulah mengapa saya menulis buku ini, untuk anda membacanya, untuk melihat apakah ada sesuatu yang anda percayai." Saya mengatakan kepadanya, Sang Buddha telah memberikan jawaban atas pertanyaan itu, Sang Buddha telah menasihati kita apa yang sebaiknya kita lakukan. Daripada mempercayai, seseorang seharusnya berlatih pariyatti, paṭipatti dan paṭivedha.1 Ada tiga cara untuk berlatih. Pertama kita harus mencoba untuk memahami karena kita tidak seharusnya mempercayai secara membuta apapun yang tidak dapat kita pahami. Sang Buddha mengatakan bahwa pertama anda harus mencoba untuk memahami.

Lebih lengkapnya silahkan baca http://dhammacitta.org/dcpedia/Di_Manakah_Sang_Buddha
Title: Re: Tuhan sudah Murka
Post by: Satria on 29 November 2010, 07:05:07 AM
 [at]  Udyata-sahanubhuti

seandainya saya telah melihat tuhan, tapi apakah anda telah melihat juga?

seandainya saya meihat tuhan, sedangkan anda belum, maka saya tak perlu membahas "dengan apa" saya melihat tuhan. lebih baik saya menunggu anda, sampai kelak anda melihat tuhan itu sendiri. barulah saya akan berbicara kepada anda, dengan apa saya melihatnya.

tetapi saat ini saya tidak menyatakan bahwa saya telah melihat tuhan. saya hanya berkata, "marilah kita mendiskusikan hal-hal yang bisa kita lihat bersama, hal-hal yang bisa amati dan kita analisa bersama, seperti misalnya dhamma. bukankah kita bisa melihat dhamma? misalnya "keserakahan". bukankah itu sewaktu-waktu ada di dalam diri anda, dan juga di dalam diri saya? bukankah kita bisa sama-sama mengamati dan menganalisa fakta "keserakahan" ini? dengan cara demikian, kita akan dihantarkan kepada kebenaran yang nyata dan pasti serta tidak berspekulasi. mendiskusikan dhamma adalah jauh lebih baik, dari pada kita membicarakan tuhan yang kita tidak bisa melihatnya.

mereka, umat yang percaya akan adanya tuhan, tidaklah seperti kita, yang berbicara atas fakta-fakta nyata sebagaimana yang diajarkan oleh sang Buddha, "kebenaran yang bisa dilihat secara langsung". tetapi mereka berbicara atas dasar "kepercayaan mereka kepada para nabinya". sesungguhnya mereka tidak melihat tuhan. tapi percaya bahwa tuhan itu ada, karena nabi-nabi mereka mengaku telah melihatnya. tak ubahnya seperti umat buddha, berapa banyak yang percaya bahwa nibbana itu merupakan sesuatu yang nyata, kedantipun mereka sangat jauh kondisinya dari nibbana, tak belum sampai ke sana. tapi mereka percaya bahwa nibbana merupakan tujuan tertinggi dari praktik budhisme, karena mereka percaya dengan kebenaran sabda sang Budha. proses yang sedang dilakukan oleh umat saat ini, adalah proses pembuktian dhamma sebagaimana yang diajarkan oleh sang Buddha. tetapi berapa banyak orang sukses untuk bisa melihat bukti kebenaran itu? tak ubahnya dengan umat agama lain, apa yang mereka lakukan adalah proses pembuktian kebenaran sebagaimana yang diajarkan nabi-nabi mereka. tapi kita tidak tahu, berapa banyak yang sukses dalam proses pembuktian itu.

dengan demikian, saya hanya ingin mengajak umat budhis untuk "marilah kita buktikan bahwa ajaran yang kita anut ini benar, tetapi hindarilah usaha untuk membuktikan bahwa kepercayaan orang lain itu salah". ini semua untuk menciptakan kehidupan yang lebih damai harmonis, sikap saling menghormati antar pemeluk agama.

selalu berusaha untuk membuktikan bahwa tuhan itu tidak ada, kepada mereka yang senantiasa percaya bahwa tuhan itu ada, itu adalah bibit-bibit ketidak harmonisan. tetapi bila kita berusaha mendorong mereka untuk melihat dhamma yang ada di dalam diri mereka sendiri, dan setelah terbukti "apa yang ada sebagai ada" dan "apa yang tidak ada sebagai tidak ada" dan setelah mereka dapat berpikir dengan benar, berkonsentrasi dengan benar, berusaha dengan benar, maka dengan sendirinya mereka akan meninggalkan keyakinannya yang keliru.
Title: Re: Tuhan sudah Murka
Post by: ryu on 29 November 2010, 07:54:53 AM
Quote from: Satria on 29 November 2010, 07:05:07 AM
[at]  Udyata-sahanubhuti

seandainya saya telah melihat tuhan, tapi apakah anda telah melihat juga?

seandainya saya meihat tuhan, sedangkan anda belum, maka saya tak perlu membahas "dengan apa" saya melihat tuhan. lebih baik saya menunggu anda, sampai kelak anda melihat tuhan itu sendiri. barulah saya akan berbicara kepada anda, dengan apa saya melihatnya.

tetapi saat ini saya tidak menyatakan bahwa saya telah melihat tuhan. saya hanya berkata, "marilah kita mendiskusikan hal-hal yang bisa kita lihat bersama, hal-hal yang bisa amati dan kita analisa bersama, seperti misalnya dhamma. bukankah kita bisa melihat dhamma? misalnya "keserakahan". bukankah itu sewaktu-waktu ada di dalam diri anda, dan juga di dalam diri saya? bukankah kita bisa sama-sama mengamati dan menganalisa fakta "keserakahan" ini? dengan cara demikian, kita akan dihantarkan kepada kebenaran yang nyata dan pasti serta tidak berspekulasi. mendiskusikan dhamma adalah jauh lebih baik, dari pada kita membicarakan tuhan yang kita tidak bisa melihatnya.

mereka, umat yang percaya akan adanya tuhan, tidaklah seperti kita, yang berbicara atas fakta-fakta nyata sebagaimana yang diajarkan oleh sang Buddha, "kebenaran yang bisa dilihat secara langsung". tetapi mereka berbicara atas dasar "kepercayaan mereka kepada para nabinya". sesungguhnya mereka tidak melihat tuhan. tapi percaya bahwa tuhan itu ada, karena nabi-nabi mereka mengaku telah melihatnya. tak ubahnya seperti umat buddha, berapa banyak yang percaya bahwa nibbana itu merupakan sesuatu yang nyata, kedantipun mereka sangat jauh kondisinya dari nibbana, tak belum sampai ke sana. tapi mereka percaya bahwa nibbana merupakan tujuan tertinggi dari praktik budhisme, karena mereka percaya dengan kebenaran sabda sang Budha. proses yang sedang dilakukan oleh umat saat ini, adalah proses pembuktian dhamma sebagaimana yang diajarkan oleh sang Buddha. tetapi berapa banyak orang sukses untuk bisa melihat bukti kebenaran itu? tak ubahnya dengan umat agama lain, apa yang mereka lakukan adalah proses pembuktian kebenaran sebagaimana yang diajarkan nabi-nabi mereka. tapi kita tidak tahu, berapa banyak yang sukses dalam proses pembuktian itu.

dengan demikian, saya hanya ingin mengajak umat budhis untuk "marilah kita buktikan bahwa ajaran yang kita anut ini benar, tetapi hindarilah usaha untuk membuktikan bahwa kepercayaan orang lain itu salah". ini semua untuk menciptakan kehidupan yang lebih damai harmonis, sikap saling menghormati antar pemeluk agama.

selalu berusaha untuk membuktikan bahwa tuhan itu tidak ada, kepada mereka yang senantiasa percaya bahwa tuhan itu ada, itu adalah bibit-bibit ketidak harmonisan. tetapi bila kita berusaha mendorong mereka untuk melihat dhamma yang ada di dalam diri mereka sendiri, dan setelah terbukti "apa yang ada sebagai ada" dan "apa yang tidak ada sebagai tidak ada" dan setelah mereka dapat berpikir dengan benar, berkonsentrasi dengan benar, berusaha dengan benar, maka dengan sendirinya mereka akan meninggalkan keyakinannya yang keliru.
oh jadi kesimpulannya keyakinan mereka keliru ya?
Title: Re: Tuhan sudah Murka
Post by: Udyata-sahanubhuti on 29 November 2010, 09:15:25 AM
 _/\_
[at] Bro Ryu: kalo bukan mereka yg keliru berarti saya yg keliru  ;D

Selama ini saya mengerahkan segala usaha dengan 5 indera + 1 pikiran untuk melihat Tuhan dan hasilnya tetap tidak menemukan. Mungkin mereka akan mengatakan bahwa usaha saya masih kurang.
Title: Re: Tuhan sudah Murka
Post by: ryu on 29 November 2010, 09:47:39 AM
Quote from: Udyata-sahanubhuti on 29 November 2010, 09:15:25 AM
_/\_
[at] Bro Ryu: kalo bukan mereka yg keliru berarti saya yg keliru  ;D

Selama ini saya mengerahkan segala usaha dengan 5 indera + 1 pikiran untuk melihat Tuhan dan hasilnya tetap tidak menemukan. Mungkin mereka akan mengatakan bahwa usaha saya masih kurang.

ya sama2 orang buta, gak bisa menuntun =))
Title: Re: Tuhan sudah Murka
Post by: tesla on 29 November 2010, 10:50:27 AM
Tuhan adalah jawaban dari ketakutan manusia akan ketidakpastian & saya melihatnya hehe