"Diperkirakan, 500 juta hingga satu miliar kantong plastik digunakan di dunia tiap tahunnya. Jika sampah ini dibentangkan maka, dapat membungkus permukaan bumi setidaknya hingga 10 kali lipat."KOMPAS.com - Bahaya limbah plastik bukan omong kosong. Telah banyak penelitian membuktikan dahsyatnya limbah plastik mendatangkan bahaya termasuk potensi negatifnya dalam mendegradasi lingkungan. 
Hal yang pasti adalah dampak negatif sampah plastik tidak sebesar fungsinya. Butuh waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai oleh tanah secara terdekomposisi atau terurai dengan sempurna. 
Saat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah. Jika dibakar, sampah plastik akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu jika proses pembakarannya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin. 
Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf, dan memicu depresi. 
Bagi lingkungan, kantong plastik juga mengakibatkan banjir, karena menyumbat saluran-saluran air dan tanggul sehingga mengakibatkan banjir bahkan yang terparah merusak turbin waduk. 
Setiap tahun, sekitar 500 miliar hingga satu triliun kantong plastik digunakan di seluruh dunia. Diperkirakan setiap orang menghabiskan 170 kantong plastik setiap tahunnya dan lebih dari 17 miliar kantong plastik dibagikan secara gratis oleh supermarket di seluruh dunia setiap tahunnya.
QuoteSaat ini berbagai negara di dunia mulai melarang dan merespon bahaya penggunaan kantong plastik, seperti di Kenya dan Uganda yang sudah secara resmi melarang penggunaan kantong plastik. 
Sejumlah negara lain juga mulai mengurangi penggunaan kantong plastik di antaranya Filipina, Australia, Hongkong, Taiwan, Irlandia, Skotlandia, Prancis, Swedia, Finlandia, Denmark, Jerman, Swiss, Tanzania, Bangladesh, dan Afrika Selatan. 
Singapura, sejak April 2007 telah berlangsung kampanye "Bring Your Own Bag" (bawa langsung kantong Anda sendiri), digelar oleh The National Environment Agency (NEA). 
Pemerintahan China juga telah mengeluarkan rancangan undang-undang (RUU) mengatasi kantong plastik dan reaksi yang telah disiapkan antara lain pelarangan penggunaan tas plastik di departement store. 
Para pembeli akan dikenakan bayaran untuk kantong plastik dan akan diberlakukan standardisasi produksi tas plastik. 
Perubahan iklimKantong plastik juga menjadi salah satu penyebab perubahan iklim utama di mana sejak proses produksi hingga tahap pembuangan, sampah plastik mengemisikan gas rumah kaca ke atmosfer. 
Kegiatan produksi plastik membutuhkan sekitar 12 juta barel minyak dan 14 juta pohon setiap tahunnya. Proses produksinya sangat tidak hemat energi. Pada tahap pembuangan di lahan penimbunan sampah (TPA), sampah plastik juga mengeluarkan gas rumah kaca.
sumber (http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/10/17/15020598/Inilah.Bahaya.Kantong.Plastik.-3)
			
 
			
			
				Kadang dipikir proses gabung dan urai ini unik sekali.
Kantong plastik / plastik bahan bakunya adalah minyak bumi.
Sedangkan minyak bumi sendiri berasal dari sisa2 makhluk hidup (plankton, dinosaurus dan kita -manusia yg tlh mati).
Terus terang, sy sendiri kurang paham bagian mana dari plastik ini yg tidak bisa diurai?
Apakah molekul yg berasal dari minyak bumi itu sendiri yg sulit diurai krn telah melalui proses kimiawi tertentu, ataukah ada campuran zat lain yg -memang dari sono-nya sulit diurai?
::
			
			
			
				Quote from: williamhalim on 22 November 2010, 12:49:19 PM
Terus terang, sy sendiri kurang paham bagian mana dari plastik ini yg tidak bisa diurai?
Apakah molekul yg berasal dari minyak bumi itu sendiri yg sulit diurai krn telah melalui proses kimiawi tertentu, ataukah ada campuran zat lain yg -memang dari sono-nya sulit diurai?
kalau soal kenapanya kurang tau jg...
tapi kalau kita lihat di alat sehari2 aja...
logam/besi bisa berkarat (terurai oleh udara), kayu bisa dimakan rayap (terurai), batu/bangunan bisa diurai oleh akar tanaman.
dalam pikiranku, bahan yg tidak terurai (setidaknya lebih tahan terurai) adalah plastik & kaca.
benda dari bahan plastic & kaca bisa rusak (pecah) tapi belum terurai.
			
 
			
			
				Quote from: tesla on 22 November 2010, 01:29:06 PM
kalau soal kenapanya kurang tau jg...
tapi kalau kita lihat di alat sehari2 aja...
logam/besi bisa berkarat (terurai oleh udara), kayu bisa dimakan rayap (terurai), batu/bangunan bisa diurai oleh akar tanaman.
dalam pikiranku, bahan yg tidak terurai (setidaknya lebih tahan terurai) adalah plastik & kaca.
benda dari bahan plastic & kaca bisa rusak (pecah) tapi belum terurai.
dari postingan Bro Tesla ini... baru kepikiran, untuk 'mengurai' yg berperan adalah: bakteri pengurai..
Jadi disini (kemungkinan) masalahnya, bakteri2 tsb tidak suka makan plastik. Padahal logikanya, masih mending makan plastik yah dibanding makan besi karatan? 
Okelah, kenyataannya begitu.. bakteri nggak mau makan plastik... sehingga di film2 sering dikhayalkan diciptakan bakteri baru yg mau makan plastik, bakteri ini diperebutkan, dsbnya...
::
			
 
			
			
				Quote from: williamhalim on 22 November 2010, 03:08:16 PM
dari postingan Bro Tesla ini... baru kepikiran, untuk 'mengurai' yg berperan adalah: bakteri pengurai..
Jadi disini (kemungkinan) masalahnya, bakteri2 tsb tidak suka makan plastik. Padahal logikanya, masih mending makan plastik yah dibanding makan besi karatan? 
Okelah, kenyataannya begitu.. bakteri nggak mau makan plastik... sehingga di film2 sering dikhayalkan diciptakan bakteri baru yg mau makan plastik, bakteri ini diperebutkan, dsbnya...
::
kL bEsi diuraikan oleh udara (ter-oksidasi). 
utk bahan lain yg alami memang diuraikan oleh mahkluk hidup seperti bakteri, rayap, lumut, dll...
imo sih, bahan sintetis ini yg susah diurai oleh mahkluk hidup lain, sebab bukan nutrisi (makanan), dan bahan demikian emg di-rancang utk tahan lama.
imo lagi, solusi terbaik utk saat ini utk plastic adalah recycle (& use it wisely)...
(atau senjata microorganisme yg dipersenjatai seperti dalam film GI JOE seperti ide ko Will ya )
oh ya, mau OOT sedikit soal kertas...
kan 1 batang pohon = 15 rim kertas...
namun, di KL kemaren saya lihat ada poster di tiap tiang2 mono rail yg menuliskan kira2 gini:
"Setiap penggunaan 1 rim kertas A4 merk ***, anda turut dalam merevitalisasi lingkungan. setiap 1 rim = 3 pohon baru"....
hmmm... kalau gini berguna ga?
			
 
			
			
				Quote from: williamhalim on 22 November 2010, 03:08:16 PM
dari postingan Bro Tesla ini... baru kepikiran, untuk 'mengurai' yg berperan adalah: bakteri pengurai..
Jadi disini (kemungkinan) masalahnya, bakteri2 tsb tidak suka makan plastik. Padahal logikanya, masih mending makan plastik yah dibanding makan besi karatan? 
Okelah, kenyataannya begitu.. bakteri nggak mau makan plastik... sehingga di film2 sering dikhayalkan diciptakan bakteri baru yg mau makan plastik, bakteri ini diperebutkan, dsbnya...
::
Pengurai di sini bukan hanya bakteri. Proses penguraian zat bisa terjadi karena panas, tekanan, air/kelembaban, keasaman, radiasi (matahari) dan lain-lain. Kalau dilihat cuma dari pembentuknya saja, memang semua juga harusnya bisa diuraikan. Tapi sebetulnya bukan hanya zat penyusunnya, tapi bagaimana ikatan antar zat itu. Contoh sangat sederhana, es dan air sama-sama H2O juga, tapi tentu saja sifat dan reaksinya beda jauh. 
			
 
			
			
				Quote from: tesla on 22 November 2010, 03:36:13 PM
[...]
oh ya, mau OOT sedikit soal kertas...
kan 1 batang pohon = 15 rim kertas...
namun, di KL kemaren saya lihat ada poster di tiap tiang2 mono rail yg menuliskan kira2 gini:
"Setiap penggunaan 1 rim kertas A4 merk ***, anda turut dalam merevitalisasi lingkungan. setiap 1 rim = 3 pohon baru"....
hmmm... kalau gini berguna ga?
Maksudnya setiap 1 rim, ditanam 3 pohon baru? 
			
 
			
			
				Quote from: tesla on 22 November 2010, 03:36:13 PM
imo lagi, solusi terbaik utk saat ini utk plastic adalah recycle (& use it wisely)...
Bisa juga bawa tas sendiri. Di carrefour ada jual tas kain, katanya sih kalo rusak boleh tukar gratis. Mudah-mudahan sekarang masih berlaku.
Quote from: tesla on 22 November 2010, 03:36:13 PM
oh ya, mau OOT sedikit soal kertas...
kan 1 batang pohon = 15 rim kertas...
namun, di KL kemaren saya lihat ada poster di tiap tiang2 mono rail yg menuliskan kira2 gini:
"Setiap penggunaan 1 rim kertas A4 merk ***, anda turut dalam merevitalisasi lingkungan. setiap 1 rim = 3 pohon baru"....
hmmm... kalau gini berguna ga?
wah, berarti kalo pake kertas A4 merek *** boleh boros dong? Kalo begitu, A4 *** akan makin laku di pasaran? padahal apakah benar mereka menanam pohon segitu banyaknya?
saya jadi teringat stiker di botol madu merek ***, berbunyi "tidak 100% murni, uang kembali.". Jauh akan lebih banyak orang yang terpengaruh untuk beli, dibandingkan orang yang mau repot-repot mengurus sekian puluh ribunya agar dikembalikan ;D
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 22 November 2010, 03:40:28 PM
Maksudnya setiap 1 rim, ditanam 3 pohon baru? 
ok, maaf kan saya atas ingatan detail yg buruk...
ingatan saya adalah lokasi saya melihat di sana (tiang monorail KL), warna iklan biru-tua & biru muda.
saya udah search di google, paper brand di malaysia... rasanya ini barangnya:
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fwww.bridgat.com%2Ffiles%2FDouble_A_A4_Copy_Paper_80gsm.jpg&hash=9cb0cdcff61b15f819c97d81057d5424fde690c3)
saya telusuri lebih lanjut, ternyata bukan menanam 3 pohon (maafkan saya), melainkan 1 rim membantu mengurangi 12.5kg CO2 (kilograms utk gas kan besar sekali cmiiw)
Quote from: Mayvise on 22 November 2010, 03:53:10 PM
wah, berarti kalo pake kertas A4 merek *** boleh boros dong? Kalo begitu, A4 *** akan makin laku di pasaran? padahal apakah benar mereka menanam pohon segitu banyaknya?
saya jadi teringat stiker di botol madu merek ***, berbunyi "tidak 100% murni, uang kembali.". Jauh akan lebih banyak orang yang terpengaruh untuk beli, dibandingkan orang yang mau repot-repot mengurus sekian puluh ribunya agar dikembalikan ;D
maaf saya salah ingat... itu udah saya koreksi...
jadi slogannya adalah:
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fimg638.imageshack.us%2Fimg638%2F646%2F61359451.gif&hash=7ed035b822f0cac39ac9b59a23f6ff65bd473fda)
jadi... gimana nih? jadinya pakai kertas *** = reduce global warming?
			
 
			
			
				 [at]  tesla
Jadi tambah ga ngerti nih. Pohonnya *** (Double A) itu reduce CO2. Lalu kertasnya dibikin dari pohon ***, berarti pohon *** ditebang 'kan? Kok malah dibilang mengurangi CO2??
			
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 22 November 2010, 04:26:06 PM
 [at]  tesla
Jadi tambah ga ngerti nih. Pohonnya *** (Double A) itu reduce CO2. Lalu kertasnya dibikin dari pohon ***, berarti pohon *** ditebang 'kan? Kok malah dibilang mengurangi CO2??
iya ditebang, mungkin maksudnya nanam lagi, mungkin lagi... 12,5kg itu semasa hidup pohon itu (12,5kg x 15 kalau 1 pohon = 15 rim)
			
 
			
			
				Quote from: tesla on 22 November 2010, 04:28:08 PM
iya ditebang, mungkin maksudnya nanam lagi, mungkin lagi... 12,5kg itu semasa hidup pohon itu (12,5kg x 15 kalau 1 pohon = 15 rim)
Ya, saya juga tangkap mungkin maksudnya "ditanam lagi". Tapi ini adalah akal-akalan saja. Intinya demi tersedianya kertas itu, berarti sudah ada pohon ditebang. Walaupun ditanam lagi, tetap saja butuh waktu. Tidak mungkin mengurangi global warming dengan memakai kertas merk tertentu. Yang ada, mengurangi global warming dengan mengurangi pemakaian kertas (apa pun merknya). 
			
 
			
			
				iya sih sepertinya itu hanya akal-akalan aja, makanya dia juga gak berani bilang kalo dia mau tanam pohon lagi. Jadi kita juga gak bisa menuntut pembuktiannya.
OOT dikit, di plastik kreseknya Hero, ada tulisan yang isinya berbunyi himbauan pengurangan plastik & katanya plastik Hero itu terurai dalam waktu kurang dari 2 tahun. Lucunya, tulisannya itu pake bahasa inggris yang agak rumit. Wah... berapa banyak orang indonesia yang ngerti?
			
			
			
				Quote from: Mayvise on 22 November 2010, 04:48:07 PM
iya sih sepertinya itu hanya akal-akalan aja, makanya dia juga gak berani bilang kalo dia mau tanam pohon lagi. Jadi kita juga gak bisa menuntut pembuktiannya.
OOT dikit, di plastik kreseknya Hero, ada tulisan yang isinya berbunyi himbauan pengurangan plastik & katanya plastik Hero itu terurai dalam waktu kurang dari 2 tahun. Lucunya, tulisannya itu pake bahasa inggris yang agak rumit. Wah... berapa banyak orang indonesia yang ngerti?
Memang sekarang ini dibuat plastik yang bisa terurai sendiri dengan cepat. Ada yang dengan air, ada yang dengan oksigen. 
			
 
			
			
				iya, ada yang bilang tentang "plastik ramah lingkungan", mungkin sama dengan plastik yang cepat terurai ini. Tapi gak dijelaskan se-ramah apakah plastik itu. Apakah hasil penguraiannya itu gak ada pengaruh negatifnya sama sekali(misalnya thd tanah atau air)?
			
			
			
				Quote from: Mayvise on 22 November 2010, 04:59:51 PM
iya, ada yang bilang tentang "plastik ramah lingkungan", mungkin sama dengan plastik yang cepat terurai ini. Tapi gak dijelaskan se-ramah apakah plastik itu. Apakah hasil penguraiannya itu gak ada pengaruh negatifnya sama sekali(misalnya thd tanah atau air)?
Ini memang ga mungkin dijelaskan di plastiknya sendiri. Plastik itu dalam proses pembuatannya, ditambahkan metal supaya dalam penguraiannya di alam, lebih mudah teroksidasi, dan waktunya pun dari ratusan tahun, bisa menjadi hanya dalam beberapa bulan karena katalisasi oleh logam tersebut. 
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 22 November 2010, 04:35:29 PM
Ya, saya juga tangkap mungkin maksudnya "ditanam lagi". Tapi ini adalah akal-akalan saja. Intinya demi tersedianya kertas itu, berarti sudah ada pohon ditebang. Walaupun ditanam lagi, tetap saja butuh waktu. Tidak mungkin mengurangi global warming dengan memakai kertas merk tertentu. Yang ada, mengurangi global warming dengan mengurangi pemakaian kertas (apa pun merknya). 
Bukan, sebaliknya...
demi mendapatkan kertas itu harus tanam dulu
gitu maksudnya.
jadi dari awal ga ada ganggu pohon di hutan.
kalau mau kertas, mereka produksi dari mulai tanam pohon. (benarkah?)
			
 
			
			
				bakteri kesulitan menguraikan plastik karena bentuk polimer yang sulit dipecah..
polimer dalam hal ini memang sulit terurai.. serat saja termasuk polimer.. dan sistem pencernaan manusia tidak bisa menguraikannya.. yang bisa seperti hewan 4 perut dengan bantuan enzim2. 
ini sekedar menggambarkan bahwa polimer memang susah dipecah dibanding yang non polimer.. 
makanya untuk membantu penguraian, dibikinlah bio-polimer, yang katanya lebih ramah lingkungan karena lebih cepat terurai walau juga tetep susah dibanding yang non-bio (dalam hal ini plastik biasa)
			
			
			
				untuk kertas, sebenarnya juga bisa didaur ulang.. 
kertas jangan dibakar, selain menimbulkan polusi karena terbentuk karbon dioksida dan juga karbon monoksida untuk pembakaran tak sempurna.. sebenarnya bisa dibuat lagi menjadi kertas dengan low grade.. 
tipsnya adalah dengan menjadikan kertas yang mau didaur menjadi serpihan halus, lalu dijadikan bubur kertas.. dan dicetak kembali dalam "loyang" dan ditumpuk2.. ;D
			
			
			
				Quote from: tesla on 22 November 2010, 05:52:22 PM
Bukan, sebaliknya...
demi mendapatkan kertas itu harus tanam dulu
gitu maksudnya.
jadi dari awal ga ada ganggu pohon di hutan.
kalau mau kertas, mereka produksi dari mulai tanam pohon. (benarkah?)
Iya, mungkin juga begitu. Jadi setiap rim *** diambil dari pohon yang memang ditanam khusus untuk kertas, jadi tidak menebang yang memang untuk penghijauan. 
			
 
			
			
				Bagaimana dengan plastik tahan panas yang biasa di gunakan rumah makan untuk membungkus sup panas. Apakah benar aman di gunakam?  atau ada suhu2 panas tertentu yang dapat melumerkan bahan plastik anti panas. Trims
			
			
			
				Quote from: Ocean Heart on 12 February 2011, 06:14:22 AM
Bagaimana dengan plastik tahan panas yang biasa di gunakan rumah makan untuk membungkus sup panas. Apakah benar aman di gunakam?  atau ada suhu2 panas tertentu yang dapat melumerkan bahan plastik anti panas. Trims
harus cari yang sifatnya food grade seh bro.. 
			
 
			
			
				Artikel menarik. Bagi yang tidak suka baca terlalu panjang, spoiler-nya tidak perlu dibaca.
Dicekik Plastik
Penulis: Dewi Lestari
Sabtu pagi. Akhir pekan. Keramaian manusia di pusat perbelanjaan. Sungguh bukan pemandangan baru. Tapi saya baru tahu, mengantre di kasir supermarket di hari Sabtu pagi bisa menjadi pengalaman yang begitu miris dan mengiris.
Pagi itu saya belanja di Carrefour sendirian. Sambil menunggu pembelanja sebelum saya yang belanjaannya sampai dua troli, saya mengamati sesuatu. Lewat pengeras suara, beberapa kali terdengar imbauan untuk mengurangi sampah plastik, bahwa Bumi sedang mengalami pemanasan global, dan sudah tersedianya kantong belanja ramah lingkungan yang bisa dibeli dengan harga terjangkau (ada dua pilihan: dua ribu perak berbahan plastik daur ulang dan sepuluh ribu perak untuk yang berbahan polyethylene).
Lalu di dekat kasir, tertempel sebuah stiker yang bunyinya kira-kira begini: petugas kasir diharuskan untuk menawarkan isi ulang pulsa dan kantong belanja ramah lingkungan pada para pembeli. Saya memperhatikan kiri-kanan, termasuk pada saat giliran saya membayar tiba. Memang betul saya ditawari pulsa. Tapi tidak kantong belanja tadi.
Dan, berbarengan dengan pengumuman yang bergaung di seantero toko mengenai pemanasan global, saya mengamati bagaimana belanjaan demi belanjaan dimasukkan ke kantong-kantong kresek oleh tangan-tangan gesit yang sudah bergerak terampil bagai robot. Tak sampai penuh, bahkan kadang setengah pun tidak, mereka mengambili kantong plastik baru. Yang belanja pun tenang-tenang saja menyaksikan. Kenapa tidak? Berapa pun kantong plastik yang dipakai, itu sepenuhnya terserah pihak supermarket. Gratisan pula.
Sambil mengamati gerakan tangan gesit petugas, dalam hati saya bertanya: haruskah seboros itu? Barangkali memang kebijakan dari toko yang mengharuskan berbagai jenis barang untuk tidak digabung dalam satu kantong. Tapi kenyataannya, kantong-kantong plastik setengah penuh itu hanya berfungsi sebagai alat angkut dari kasir menuju troli, lalu dari troli menuju bagasi mobil, lalu dari mobil menuju rumah. Kalaupun beberapa barang beda kategori tersebut harus digabung, asal tidak terkocok-kocok di mesin pengaduk semen, seriously, what harm can possibly be done with those stuffs?
Saat saya harus maju, memang saya terlihat lebih repot dari yang lain. Saya mengeluarkan tiga kantong yang saya bawa dari rumah, lalu mengisinya sendiri. Bukan apa-apa. Kadang-kadang akibat pelatihan yang mengharuskan para petugas supermarket untuk memilah-milah barang membuat mereka seringkali tampak canggung dan melambat ketika harus menggabungkan santan kotak dengan kapas, atau piring dengan brokoli, atau pasta gigi dengan selai. Sementara bagi saya itu bukan masalah. Tiga kantong yang saya bawa dari rumah tampak gendut dan sesak. Beberapa barang besar seperti beras dan deterjen tiga kiloan saya biarkan di troli tanpa plastik.
Melajulah troli saya yang jadinya tampak aneh di tengah troli-troli lain yang didominasi tumpukan kresek putih. Rata-rata orang keluar dari sana membawa 4-6 kantong kresek. Belum termasuk plastik-plastik yang membungkusi buah dan sayur. Jika semua ini direkam dalam video, lalu satu demi satu gambar dihilangkan dan dibiarkan gambar plastiknya saja, niscaya kita akan melihat buntelan-buntelan putih licin yang mengalir bagai sungai dari supermarket menuju parkiran.
[spoiler]Superindo punya kebijakan yang selangkah lebih mending. Jika belanjaan kita cukup banyak maka petugas di kasir akan menawarkan pemakaian dus. Dan sudah ada dus-dus yang disediakan dalam jangkauan, hingga tak perlu tunggu lama untuk cari-cari ke gudang. Beberapa kali saya mengantre di kasir Superindo, saya menemukan banyak pembeli yang menolak pakai kardus meski belanjaan mereka banyak. Entah apa alasannya. Mungkin menurut mereka kurang praktis. Atau tidak terbiasa. Seperti Carrefour, Superindo juga menjual green bag, kantong belanja yang bisa dipakai berkali-kali. Green bag tersebut pun bisa didapat dengan gratis. Caranya? Mengumpulkan 70 stiker. Satu stiker didapat dengan belanja 10 ribu, dan stiker berikutnya di kelipatan 50 ribu. Jadi belanjalah dulu 10 ribu sebanyak 70 kali, atau belanja 3,5 juta untuk mendapatkan tas itu secara cuma-cuma. Wow.
Kasir di Ranch Market selalu bertanya pada pembeli: "Apakah struknya perlu dicetak?" dan ketika kita menjawab 'tidak' (karena seringnya memang tidak dilihat lagi juga), maka dia tidak akan mencetakkan struk yang berarti penghematan kertas. 'Saudara'-nya Ranch Market, yakni Farmer's Market, secara rutin mengadakan hari "Belanja Tanpa Kantong Plastik", di mana setiap Selasa minggu ke-2 Farmer's tidak menyediakan kantong plastik sama sekali. Sama seperti Carrefour dan Superindo, jaringan ini juga menjual green bag dari bahan kain seharga 10 ribu-an. Sedang dilaksanakan pula kegiatan adopsi pohon dengan biaya 95 ribu, di mana kita akan mendapatkan satu kantong belanja bahan kain goni yang ukurannya cukup besar dan satu pohon akan ditanam atas nama kita di Gunung Rinjani.
Memang, dibandingkan beberapa tahun yang lalu, inisiatif dari pihak supermarket/hipermarket memang sudah jauh lebih baik dan kreatif. Namun, apakah tidak bisa kita bergerak lebih cepat, lebih tajam, dan lebih langsung? Dan, mungkinkah perspektif yang digunakan pun sebetulnya terbalik? Jika benar-benar ingin mengurangi sampah plastik, kenapa justru pembeli yang tidak ingin menggunakan kantong kresek malah menjadi pihak yang harus mengeluarkan biaya ekstra dan tidak mendapat insentif apa pun? Sementara yang pakai kantong kresek tetap melenggang kangkung tanpa sanksi apa-apa? Tidakkah ini jadi mengimplikasikan bahwa gerakan go-green itu 'lebih mahal' dan 'repot', sementara yang sebaliknya justru 'gratis' dan 'praktis'? Di mata saya, penjualan kantong-kantong ramah lingkungan tersebut pun, selama masih menggunakan bahan baku baru dan bukan hasil daur ulang, akhirnya cuma jadi komoditas biasa. Seperti halnya jualan sabun atau sayur. Sementara yang paling penting adalah BERHENTI memproduksi barang baru dan menggunakan ulang apa yang ada. Yang paling penting bukanlah mencetak tulisan "Selamatkan Bumi" di selembar kain kanvas atau di kain polyethylene lalu menjudulinya tas ramah lingkungan, melainkan membuat kebijakan yang benar-benar realistis dan berpihak pada lingkungan.
Dari data yang saya baca, di jaringan Superindo sendiri, penggunaan kantong kresek bisa mencapai 300.000 lembar per hari. 700 ton sampah plastik diproduksi hanya oleh Jakarta saja. Dan menurut Kementrian Lingkungan Hidup, komposisi sampah plastik di kota-kota besar seperti Surabaya dan Bandung meningkat sejak tahun 2000 dari 50% ke 70%. Kita benar-benar sudah dicekik plastik.
Pikiran saya terus berandai-andai: jika memang pemerintah tidak berbuat sesuatu untuk menekan produksi dan penggunaan kantong plastik, dan andai saya adalah pengambil keputusan di rantai supermarket tadi, maka saya akan menetapkan harga 2000-5000 rupiah untuk satu kantong kresek, yang barangkali akan lebih efektif untuk 'memaksa' orang membawa kantong sendiri ketimbang menjual kantong ramah lingkungan seharga 10 ribu. Dana dari 'sanksi' kantong kresek tersebut lalu disalurkan untuk kegiatan penghijauan dan aktivitas lingkungan hidup lainnya. Di sebagian negara di Eropa, ternyata pengenaan biaya pada kantong belanja telah berhasil menurunkan sampah kantong plastik hingga 90%.
Saya cukup salut dengan keberanian Makro. Barangkali cuma di Makro berlaku peraturan tegas di mana konsumen harus mengeluarkan uang 2000 rupiah untuk setiap kantong belanja. Setiap pembeli yang pergi ke sana mau tak mau harus siap mental untuk membawa kantong belanja sendiri atau berebut dus-dus kosong yang memang disiapkan di sana. Kebijakan seperti itu dapat dimaklumi karena Makro memang menjual barang-barang berukuran dan berkuantitas besar, jadi alasannya tidak melulu lingkungan. Namun bukannya tidak mungkin jaringan supermarket dan hipermarket lainnya mengikuti jejak Makro dengan mengusung alasan lingkungan, sebagaimana yang digaungkan lewat pengeras suaranya.[/spoiler]
Saya keluar dari aliran sungai plastik tadi menuju mobil. Hati masih miris dan teriris. Sesekali bertanya, apakah khayalan saya ketinggian? Apakah realistis jika berharap pihak produsenlah yang berani muncul dengan kebijakan tegas, sementara para konsumennya sendiri tidak mau belajar mengedukasi dan melatih dirinya? Namun, sampai kapan kita bertahan di balik sekat-sekat kaku yang memisahkan pembeli dan penjual, pemerintah dan masyarakat? Sementara belitan plastik yang mencekik tanah dan air Indonesia sudah terlihat jelas di depan mata.
			
			
			
				plastik2 tsb adalah barang yg dpt didaur ulang, bisa dipakai lagi..
asal tidak sembarang buang atau kecampur... sehingga sampai ke tanah...
plastik2 tsb sangat berguna sebagai bahan baku pembuatan 
ROLL sebuah konveyor dan barang2 lainnya.
selama dikumpulkan dgn baik dan didaur ulang... 
   tidak usah dicekik plastik dehhh
solusi lain adalah plastik biodegradeable...
pemulung melihat plastik itu duit koq.... 
   jadi gak sembarang mencekik orang dehhhhhhhhhhhhhhh
			
			
			
				Selama ini saya terheran-heran, mengapa hanya sedikit orang yang peduli tentang isu (sampah plastik) ini  :-?  Saya heran, karena mayoritas orang melihat sampah tapi bersikap seolah-olah sampah itu urusan pemerintah saja. Apalagi waktu banjir parah beberapa saat yang lalu, saya liat gubernur Jakarta dijadikan bahan olok-olokan karena dipandang tidak serius bekerja...
Di superindo dekat rumah saya, saya cukup terkenal di antara para kasir karena saya adalah SATU-SATUNYA pembeli yang membawa plastik/tas sendiri. Saya heran, begitu beratkah atau menderitakah membawa tas sendiri?
Quote from: johan3000 on 28 September 2011, 10:46:43 AM
plastik2 tsb adalah barang yg dpt didaur ulang, bisa dipakai lagi..
asal tidak sembarang buang atau kecampur... sehingga sampai ke tanah...
Mayoritas orang tidak peduli. Jadi, mayoritas plastik akan dibuang sembarangan, tercampur, dst.
Btw, selain recycle, juga perlu diketahui tentang reduce (mengurangi penggunaan) dan reuse (menggunakannya kembali/berulang-ulang). Recycle seharusnya menjadi tahap akhir.
Quote
plastik2 tsb sangat berguna sebagai bahan baku pembuatan 
ROLL sebuah konveyor dan barang2 lainnya.
selama dikumpulkan dgn baik dan didaur ulang... 
   tidak usah dicekik plastik dehhh
solusi lain adalah plastik biodegradeable...
Seperti di postingan bro daimond (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20663.0), plastik biodegradable adalah sama berbahayanya dengan plastik kresek biasa. Plastik tersebut mudah hancur, 
bukan mudah terurai. Pengertian "hancur", adalah berubah menjadi potongan-potongan kecil.
Quote
pemulung melihat plastik itu duit koq.... 
   jadi gak sembarang mencekik orang dehhhhhhhhhhhhhhh
Setau saya, yang dikumpulkan pemulung adalah jenis plastik seperti botol/cup bekas minum (bukan kresek). Lagipula, kantong plastik kresek itu betebaran di mana-mana, bukan hanya di TPA (tempat pembuangan akhir), tapi juga di selokan depan rumah kita, di jalanan, atau sungai. Jadi jumlah peningkatan sampah plastik pastilah tidak sebanding dengan usaha membersihkannya.
			
				mengenai plastik sebagai masalah lingkungan.. sebenarnya gw ada ide sinting juga bahan apa yang menggantikan plastik..
terpikir dari ketika bangun pagi dan lagi batuk.. dan mengeluarkan dahak yang ternyata sudah menjadi kering ternyata bisa berbentuk (anak TK juga tahu toh) tapi dipikirin lagi bahwa lendir memiliki daya elastis dan misalnya bisa ditekan kadar airnya sedemikian rupa sehingga kering dan berbentuk kantong.. mungkin bisa digunakan sebagai bahan pengganti plastik.. ;D
			
			
			
				Quote from: Forte on 28 September 2011, 07:42:33 PM
mengenai plastik sebagai masalah lingkungan.. sebenarnya gw ada ide sinting juga bahan apa yang menggantikan plastik..
terpikir dari ketika bangun pagi dan lagi batuk.. dan mengeluarkan dahak yang ternyata sudah menjadi kering ternyata bisa berbentuk (anak TK juga tahu toh) tapi dipikirin lagi bahwa lendir memiliki daya elastis dan misalnya bisa ditekan kadar airnya sedemikian rupa sehingga kering dan berbentuk kantong.. mungkin bisa digunakan sebagai bahan pengganti plastik.. ;D
=))
ide paling konyol...
wkwkwkwkwk....
mana ada orang yang mau pegang bro???
bro mau pegang lendir orang lain??
=))
			
 
			
			
				Quote from: will_i_am on 28 September 2011, 08:36:34 PM
=))
ide paling konyol...
wkwkwkwkwk....
mana ada orang yang mau pegang bro???
bro mau pegang lendir orang lain??
=))
hm.. ternyata agak susah ditangkap bagi orang awam ya.. karena langsung beranggapan lendir = ingus = jorok..
saya jelasin dikit.. lendir yang gw maksud di atas tentunya bukan berasal dari manusia.. / hasil sekret manusia.. 
lendir yang terpikir oleh saya.. mungkin bisa dibikin dari gelatin sapi.. atau bisa juga dibikin dari polimer selulosa.. let say seperti carboxymethylcellulosa / turunan lainnya.. yang mana bisa menghasilkan warna transparant..
ini baru sekedar ide.. karena belum tahu juga ketahanan lendir tersebut terhadap beban.. kan jika digunakan sebagai kantong .. idealnya bisa menahan beban sedemikian rupa..
			
 
			
			
				ohhh...
saya kira lendir yang "itu"...  
maafkan kebodohan saya...  :P :P :P
emang masih kurang ngerti dengan statement anda tadi, tapi sekarang udah dapat pencerahannya...
			
			
			
				no prob bro..
mungkin bro ada ide untuk bikin pengganti plastik silakan diutarakan..
			
			
			
				 [at]  Forte: Waww.. saya sama dengan will_i_am, awalnya saya kira Forte sedang becanda.. Dan walaupun sudah baca penjelasan seriusnya, tetep gak ngerti istilah-istilahnya :|
Iya, sepertinya bagus juga kalo ada alternatif plastik. Coba diposting di situs-situs tentang ide penghijauan bro.. saya googling, ternyata ada banyak juga tuh situsnya, siapa tau idenya bisa dikembangkan..
			
			
			
				pas iseng2 google di wikipedia.. ternyata ada.. cellulose based plastic.. walau bukan pake CMC kali ya.. (sorry karena dari background gw, hanya tahu seputar CMC dan kawan2 aja..)  
Cellulose-based plastics
Packaging blister made from cellulose acetate, a bioplastic
Cellulose bioplastics are mainly the cellulose esters, (including cellulose acetate and nitrocellulose) and their derivatives, including celluloid.
dan ini yang cukup menarik.. bahannya disekitar kita juga.. yaitu starch.. 
Bioplastics are a form of plastics derived from renewable biomass sources, such as vegetable fats and oils, corn starch, pea starch,[1] or microbiota,[2] rather than fossil-fuel plastics which are derived from petroleum. Some, but not all, bioplastics are designed to biodegrade.
Starch itu bisa dikatakan pati.. rekan2 tentu tahu tepung kanji.. tepung kanji biasa dipake sebagai lem.. yang pas waktu dimasak menyerupai lendir.. mungkin lendirnya bisa seperti itu.. CMIIW..
dan tambahan lain, gw pernah baca di forum sebelah, ada air yang dicampur dengan tanah liat, dan 1 lagi bahannya lupa.. ternyata bisa menyebabkan air itu berbentuk seperti gel padat.. dan bisa dibentuk.. katanya seh penelitian dari jepang.. namun belum menemukan link dan source journalnya..
			
			
			
				^ ^ ^ Belum kebayang, ntar kalo lagi gak ada kerjaan, tak' search deh... :)
			
			
			
				saya belum dapat ide yang pas...
mungkin nanti kalau sudah dapat baru saya post...
 :) :) :)
			
			
			
				note: kalau males baca panjang-panjang, baca tanya-jawabnya aja ;D
Sumber: Kompas (Ekstra September - Oktober 2011): Senin, 26 September 2011
Dialog bersama Sandrayati Moniaga
 
MEMULAI DARI DIRI SENDIRI
Membaca buku "The Limits to Growth" dari Club of Rome membuat Sandra Moniaga merenung. Saat itu ia baru saja lulus sekolah hukum dan mulai bergabung dengan lembaga swadaya masyarakat bidang advokasi lingkungan. Semangat mudanya untuk menyelamatkan Bumi langsung tergerak. "Saya bisa menyumbang apa?"
Buku yang terbit tahun 1972 itu memang bercerita tentang interaksi Bumi dengan sistem kehidupan umat manusia. Menggunakan lima variabel: populasi, industrialisasi, polusi, produksi, pangan, dan penyusutan sumber daya alam, tim penulis menyimpulkan bahwa Bumi memiliki keterbatasan untuk menyangga kehidupan, kecuali manusia mengembangkan pola hidup berkelanjutan yang mengubah tren pertumbuhan.
Sandra sadar, bergerak di bidang advokasi berarti juga harus bisa menjalaninya sendiri. Tekadnya makin kuat setelah bertemu Ibu Gedong Bagoes Oka, tokoh kemanusiaan dan perdamaian dari Bali. "Ibu Gedong menjalankan ajaran Mahatma Gandhi yang sangat dekat dengan perspektif lingkungan. Ia menunjukkan teladan bagaimana kepedulian itu tidak hanya dilakukan dengan protes dan aksi, tetapi dengan sikap hidup," kata Sandra.
Kini, setelah lebih dari 20 tahun, sikap hidup yang bersahabat dengan lingkungan itu makin menjadi keseharian. Sandra mempraktikkannya bersama suami, kedua anak, bahkan para asisten di rumah dan sopirnya.
__________________
Apa hal paling dasar yang bisa dilakukan untuk melestarikan lingkungan? 
Kita perlu meyakini bahwa apa pun yang kita lakukan selalu ada implikasinya. Semakin banyak menggunakan kertas, misalnya, berarti semakin banyak pula pohon yang ditebang.
Berpartisipasi melestarikan lingkungan tidak berarti hidup menjadi susah. Kita bisa memulainya dengan melakukan hal-hal yang membahagiakan. Ada yang menghemat energi dengan bersepeda, ada yang mengoleksi tas lucu-lucu untuk berbelanja.
Hal-hal sederhana itu kemudian ditingkatkan. Tanyakan kepada diri sendiri, apalagi yang bisa dikontribusikan agar lingkungan hidup kita menjadi semakin baik.
___________________
Apa yang sudah anda lakukan? 
Ada dua tataran, pertama internal dan kedua eksternal. Prinsip yang diterapkan tidak hanya reduce, reuse, dan recycle  (mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang), tetapi juga mencoba memahami asal-usul produk yang kita butuhkan dan kemudian memilih yang paling tidak merusak lingkungan.
Di rumah, kami mengurangi penggunaan tisu, plastik, sampai listrik. Kami sekeluarga membiasakan diri membawa saputangan, kecuali kalau lagi pilek.
Plastik dalam arti tas keresek tidak ada lagi di rumah. Tetapi saya masih menyimpan plastik gula untuk tamu agar bisa membawa makanan pulang kalau pas ada acara.
Rumah yang kebetulan didesain kakak saya tinggi dan banyak jendelanya. Rumah terang dan sirkulasi udaranya baik, jadi hemat lampu dan AC.
_______________
Ada ideologi dalam memilih makanan?
Ha-ha-ha... tentu saja. Beras dan sayur saya beli dari teman petani organik. Kami juga tidak makan daging, jadi protein disuplai dari hasil laut. Saya memesan khusus dari Laut Selatan, yang saya tahu belum overfishing. Ada teman saya, tukang ikan di Palabuhanratu, yang suka membawa ikan lebih untuk saya saat menyuplai ikan ke restoran Jepang di Jakarta.
Makanan di rumah tidak digoreng, tetapi lebih banyak dibakar, direbus, dan dikukus. Kalau sampai terpaksa pakai minyak goreng, saya memakai minyak kelapa, bukan minyak sawit.
____________
Sampai segitunya ya? 
Begitulah konsekuensinya. Kalau saya tahu ekspansi sawit merusak hutan, membuat orangutan merana, dan jutaan plasma nutfah hilang, mengapa pula saya ikut mengonsumsi produknya. Minyak kelapa jelas lebih bersahabat dengan lingkungan karena sudah puluhan tahun ditanam di kebun-kebun penduduk.
________________
Anda mengolah sampah juga? 
Tentu saja. Sampah di rumah dipilah menjadi sampah basah dan sampah kering. Tetapi sampah basah sisa sayuran dan buah dipisahkan lagi untuk makanan ikan. Saya punya ikan koi dengan gurami di satu kolam, makanannya kulit pisang ha-ha-ha...
Lalu sampah basah sisanya dibuat kompos. Para asisten dan sopir di rumah sudah jago membuat kompos. Mereka selalu ikut kalau saya kursus pengomposan.
Sampah kering dipilah-pilah lagi. Yang bisa diberikan ke pemulung, seperti kaleng, botol, koran, dan kertas, disisihkan. Jadi, yang dibuang ke pembuangan sampah benar-benar minimal.
_________________
 
Suami dan anak-anak tak pernah protes? 
Wah, kalau suami malah lebih gila dari saya. Dia itu paling rajin mengurus sampah. Tetapi, anak-anak memang kadang bingung. Misalnya mereka susah menolak wadah makanan dari styrofoam di sekolah. Mau bawa dari rumah repot.
Tetapi, persoalan ini berhasil diatasi dengan mengajak sekolah mereka kampanye "no styrofoam". Jadi, di sekolah anak-anak tidak ada lagi kemasan styrofoam.
_________________
Para asisten?
Ha-ha-ha... memang ini yang kadang susah. Mereka adakalanya bilang tidak enak makan nasi organik. Belanja di tukang sayur. Tetapi, jangan salah. Mereka sangat andal mengelola sampah.
_________________
Bagaimana dengan program eksternal? 
Selain di sekolah anak-anak, saya juga mengadvokasi para tetangga. Anak-anak sekolah di Pangudi Luhur yang punya tradisi, lulusan harus meninggalkan "warisan". Maka, waktu lulus SD dan saya jadi panitia, warisannya adalah pemilahan sampah, penghematan air, dan kampanye "no styrofoam" itu.
Dengan lingkungan rumah, saya suka mengingatkan, jangan sediakan makanan pakai styrofoam, misalnya saat perayaan kemerdekaan. Tapi, mengenalkan sikap yang sama kepada ibu-ibu arisan tidak selalu mudah. Saya serius menjelaskan pengolahan sampah, ibu-ibunya malah ngobrol.
________________
Tidak frustasi dengan situasi yang tidak banyak berubah? 
Saya akui memang banyak kesalnya. Tetapi saya menghibur diri dengan melihat titik-titik yang membahagiakan. Saya senang membaca ada sekelompok ibu-ibu mendaur ulang plastik atau orang-orang yang memilih bersepeda ke kantor. Saya bangga, kami sekeluarga ikut berkontribusi.
Selalu ada harapan. Itu yang membuat saya bertahan.
			
			
			
				Gmn dengan detergen?  ;D
			
			
			
				^ ^ ^ pertanyaan bagus, sayangnya saya belum punya jawaban bagus.
Saya pernah posting di thread lain tentang Ekoenzim: Larutan Ajaib dari Sampah Organik (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18234.0). Katanya bisa digunakan untuk mencuci pakaian, mengepel lantai, menyiram tanaman (tanaman akan tumbuh subur), dst.
Saya sudah bikin ekoenzim ini. Baru jadi, dan belum diuji-coba. Jadi, saya belum bisa kasih komentar. Kemarin saya bikin dua jenis. Pertama pake kulit apel, kedua pake kulit pepaya. Yang apel rada wangi, yang pepaya agak bau. Nanti deh ya, kesaksiannya kalo uda dicoba.
Akan saya posting juga, kalo dapet alternatif lain selain ekoenzim..
			
			
			
				 [at]  M14ka: sedikit kesaksian tentang ekoenzim:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18234.15
			
			
			
				(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fsharetv.org%2Fimages%2Fsaving_planet_earth_uk-show.jpg&hash=093e49c0670889bc5316cdc11f664cb874326641)
The planet is doing great. Been here four and a half billion years. 
Did you ever think about the arithmetic? 
The planet has been here 
four and a half billion years. 
We've been here, what, 
a hundred thousand? Maybe 
two hundred thousand? 
And we've only been engaged in 
heavy industry for a little over 
two hundred years. 
Two hundred years versus 
four and a half billion. 
And we have the CONCEIT to think that somehow we're a threat? 
That somehow we're gonna put in jeopardy this beautiful little blue-green ball that's just a-floatin' around the sun?
The planet has been through a lot worse than us. Been through all kinds of things worse than us. 
Been through 
earthquakes, volcanoes, plate tectonics, continental drift, solar flares, sun spots, magnetic storms, the magnetic reversal of the poles...
hundreds of thousands of years of bombardment by 
comets and 
asteroids and 
meteors, worldwide floods, tidal waves, worldwide fires, erosion, cosmic rays, recurring ice ages...
And we think some 
plastic bags... ?, 
and some 
aluminum cans...? are going to make a difference?
[spoiler="Translasi menurut gw"]
Planet ini baik-baik aja, udagh begini selama 4,5 miliar taon,
Pernah ente coba perbandingkan ?
Negh planet sudah nongkrong selama 4,5 miliar tahun,
Sedang kan kita (manusia) ? seratus ribu taon ? atau... dua ratus ?
dan kita baru memulai era industri sekitar 2 ratus taon yang lalu.
Bandingkan,
Dua ratus tahun dengan 4,5 miliar taon
dan kita berbesar kepala kalau manusia merupakan ancaman bagi planet ?
yang mana kita bakalan membawa bencana bagi negh planet bulet yg bergelatungan ngiterin matahari ?
Negh planet telah mengalami yang lebih parah. telah menjalani yang lebih ganas dari manusia.
Telah digoncang gempa, gunung berapi, ngesot'nya lempeng tektonik, pergeseran benua, dibakar matahari, badai magnet, kutub magnet bolak-balik, 
Telah dihantam berkali-kali oleh komet, asteroid, meteor, banjir, kebakaran, erosi, sinar kosmik, zaman es berulang-ulang.
dan elo kira kantong plastik ?
dan beberapa Kaleng aluminium ?
bakalan memberikan perbedaan ?[/spoiler]
[spoiler="full version"]
transcript (http://gospelofreason.wordpress.com/2007/05/24/george-carlin-the-planet-is-fine/)
[/spoiler]
			
 
			
			
				saya lihat di kantong plastik dari salah satu supermarket itu ada gambar proses penguraian kantong plastik itu, bulan pertama, kedua, ketiga, .... hingga bulan ke 24, kantong plastiknya udah hampir habis terurai.
terus ada tulisan ramah lingkungan.
apakah itu benar ramah lingkungan?
atau mungkin ini ya yang dimaksud om forte dengan kantong platik yang terbuat dari bio-polimer.
oh iya, biasanya kan kalau pemulung2 ditengah gunung sampah itu mencari kantong2 plastik juga kan.
ada yang tau, itu kantong plastiknya dikemanakan?  ;D
			
			
			
				Quote from: hemayanti on 29 November 2011, 04:58:28 PM
oh iya, biasanya kan kalau pemulung2 ditengah gunung sampah itu mencari kantong2 plastik juga kan.
ada yang tau, itu kantong plastiknya dikemanakan?  ;D
yang saya tahu dijual ke penampungan barang bekas atau langsung ke pabrik yang memproduksi bijih plastik dari plastik bekas ;D.
			
 
			
			
				Quote from: bawel on 29 November 2011, 08:52:59 PM
yang saya tahu dijual ke penampungan barang bekas atau langsung ke pabrik yang memproduksi bijih plastik dari plastik bekas ;D.
hmm.. artinya plastik bekas bisa dioleh kembali kan, tidak harus menjadi sampah yang menumpuk.
bijih plastik itu fungsinya untuk apa comel?
mungkin juga mereka bisa diajari untuk memanfaatkan kantong plastik bekas menjadi wadah baru yang bermanfaat, jadi bisa dipakai kembali.  ;D
			
 
			
			
				Quote from: hemayanti on 29 November 2011, 10:32:33 PM
hmm.. artinya plastik bekas bisa dioleh kembali kan, tidak harus menjadi sampah yang menumpuk.
bijih plastik itu fungsinya untuk apa comel?
mungkin juga mereka bisa diajari untuk memanfaatkan kantong plastik bekas menjadi wadah baru yang bermanfaat, jadi bisa dipakai kembali.  ;D
bisa diolah tapi sebaiknya jangan ;D.
karena, pertama, plastik yang dikumpulkan itu harus dicuci kembali, ini memboroskan air dan menyebabkan pencemaran juga, karena mungkin ada sisa bahan kimia atau mungkn sudah terlampau kotor ;D.
yang kedua, untuk mengolah mennjadi plastik kembali harus menggunakan bahan kimia juga, ini juga rawat pencemaran dan juga bisa berakibat sesuatu bagi kesehatan ;D.
bijih plastik itu serpihan plastik, jadi dari berbagai macam bentuk plastik diproses hingga menjadi serpihan ;D. gunanya untuk mempermudah pembuatan plastik daur ulang ;D.
dibanding memanfaatkan wadah plastik, lebih baik diganti aja dengan wadah dari besi, kaca atau tanah karena bisa digunakan hingga puluhan tahun dan bila terkena panas atau dingin ngak masalah ;D. kalo plastik kan rawan kalo terkena panas atau dingin ;D.
			
 
			
			
				emm.. begitu yah.
sebelum kotor seharusnya dipisahkan memang untuk diolah.
			
			
			
				Quote from: hemayanti on 02 December 2011, 09:43:48 PM
emm.. begitu yah.
sebelum kotor seharusnya dipisahkan memang untuk diolah.
seharusnya begitu, tapi berapa persen plastik yang tidak kotor setelah dipakai? ;D
			
 
			
			
				Quote from: bawel on 02 December 2011, 09:50:51 PM
seharusnya begitu, tapi berapa persen plastik yang tidak kotor setelah dipakai? ;D
saya g tau kalo diluar yah, tapi kalau dirumah saya kebanyakan masih bisa dipakai lagi. :)
kantong kresek bisa dipakai kembali.
sebenarnya termasuk bungkus gulu, sabun, dll itu juga masih bisa diolak kembali kan, dan g kotor, tapi kalo udah masuk tong sampang, diangkut hingga sampai ke TPA, pasti modelnya udah lain.
hmm.. tapi itukan idealnya begitu, hanya penerapannya mungkin berbanding terbalik.
			
 
			
			
				Quote from: hemayanti on 02 December 2011, 10:04:28 PM
saya g tau kalo diluar yah, tapi kalau dirumah saya kebanyakan masih bisa dipakai lagi. :)
kantong kresek bisa dipakai kembali.
sebenarnya termasuk bungkus gulu, sabun, dll itu juga masih bisa diolak kembali kan, dan g kotor, tapi kalo udah masuk tong sampang, diangkut hingga sampai ke TPA, pasti modelnya udah lain.
hmm.. tapi itukan idealnya begitu, hanya penerapannya mungkin berbanding terbalik.
kalo kantong kresek sih iya, tapi kalo untuk bungkus makanan, apalagi yang berminyak kan mesti dicuci lagi ;D.
gulu itu apa? ;D
			
 
			
			
			
			
				Quote from: bawel on 02 December 2011, 10:15:19 PM
kalo kantong kresek sih iya, tapi kalo untuk bungkus makanan, apalagi yang berminyak kan mesti dicuci lagi :D.
gulu itu apa? :D
iya gula.  ;D
nah emonya salah, harusnya kan  ;D
			
 
			
			
				Quote from: hemayanti on 02 December 2011, 10:18:07 PM
iya gula.  ;D
nah emonya salah, harusnya kan  ;D
iya salah :P. udah diedit ;D.
*gara-gara ketularan emo di fb :)).
			
 
			
			
				iya nih...
baca2 thread om bawel kok tiba2 ganti emonya jadi  :D
biasanya  ;D
			
			
			
				Quote from: will_i_am on 02 December 2011, 10:21:36 PM
iya nih...
baca2 thread om bawel kok tiba2 ganti emonya jadi  :D
biasanya  ;D
hahaha.. iya lagi kurang konsen ;D.
			
 
			
			
				selama tidak ada product alternatif yg lebih efektif dan efisien dari 
segi penggunaan, kemasan,bentuk dan ke -flexibilitasan-nya.
maka plastik/kantong kresek, akan tetap jadi primadona
			
			
			
				Quote from: hemayanti on 29 November 2011, 04:58:28 PM
saya lihat di kantong plastik dari salah satu supermarket itu ada gambar proses penguraian kantong plastik itu, bulan pertama, kedua, ketiga, .... hingga bulan ke 24, kantong plastiknya udah hampir habis terurai.
terus ada tulisan ramah lingkungan.
apakah itu benar ramah lingkungan?
atau mungkin ini ya yang dimaksud om forte dengan kantong platik yang terbuat dari bio-polimer.
di sini ada bahasannya sih:
Plastik Oxium: Inovasi yang Absurd (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20663.0)
Dari thread itu, intinya plastik itu hancur menjadi pecahan kecil (bukan terurai). IMHO, justru plastik tersebut lebih cepat menambah sampah (karena kadang saya mau pake kembali, eh plastiknya sudah bolong-bolong. Jadi saya buang saja).
Quoteoh iya, biasanya kan kalau pemulung2 ditengah gunung sampah itu mencari kantong2 plastik juga kan.
ada yang tau, itu kantong plastiknya dikemanakan?  ;D
Kantong plastik kresek memang (katanya) bisa didaur-ulang. Tapi sejauh ini, dari kenyataan yang saya liat sehari-hari, plastik-plastik tersebut menumpuk di tempat sampah atau sungai. 
Tentang pemulung yang kamu liat, mungkin aja sih kalo dia mengumpulkannya untuk didaur-ulang atau sekadar dipakai kembali.
Tapi kalo pemulung yang saya temui selama ini, biasanya tidak mengumpulkan plastik kresek (melainkan botol/cup plastik, kaleng, dst). Plastik kresek biasanya berakhir di tempat sampah atau parit. Bahkan saya dengan sengaja mencari tempat penampungan plastik kresek bekas, dan sampai saat ini belum ketemu.
Quote from: hemayanti on 02 December 2011, 10:04:28 PM
saya g tau kalo diluar yah, tapi kalau dirumah saya kebanyakan masih bisa dipakai lagi. :)
kantong kresek bisa dipakai kembali.
 :jempol: Ya, kalo belanja, bawa aja plastik kresek bekas (reduce, reuse, recycle).
Quote
sebenarnya termasuk bungkus gula, sabun, dll itu juga masih bisa diolak kembali kan, dan g kotor, tapi kalo udah masuk tong sampang, diangkut hingga sampai ke TPA, pasti modelnya udah lain.
hmm.. tapi itukan idealnya begitu, hanya penerapannya mungkin berbanding terbalik.
Iya plastik-plastik kemasan bisa diolah menjadi tas, jas hujan, payung, dll. Kalau yang ini, saya sudah ketemu tempat penampungannya (tapi saya belum tau apakah dia berkenan kalo infonya disebar-luaskan). 
Memang tidak bisa sempurna/ideal, tapi semaksimal/semampu kita aja ;D
			
 
			
			
				kalau dari pemikiran.. 
reuse : mungkin plastik2 yang dikumpulkan bisa di-hot-press sehingga menjadi raw plastic yang bisa dibentuk ke bentuk yang lebih berguna dari sekedar plastik kresek.. 
recycle : dikembangkan bakteri dengan bio-teknologi, sehingga memiliki kemampuan u/ memecah polimer hidrokarbon.. 
			
			
			
				yg gw tau and punya productnya itu botol PET didaur ulang jadi kaos
			
			
			
				Kalau males baca panjang, tidak perlu baca yang di-spoiler.
[spoiler]Diet Kantong Plastik, Solusi Ngurangi Sampah
Sumber:
http://www.beritalingkungan.com/berita/2011-02/diet-kantong-plastik-cara-sederhana-ngurangi-sampah/
Tak hanya berat badan perlu diet agar terhindar dari penyakit. Perilaku kita dalam menggunakan kantong plastik perlu juga dikendalikan, supaya lingkungan tidak tercemari oleh sampah plastik.
Masih ingat malapetaka Tempat Penampungan Akhir  (TPA) Sampah di Leuwigajah longsor pada tanggal 21 Februari 2005, yang menelan ratusan korban jiwa terkubur sampah ketika gunung sampah  tiba-tiba longsor. Lalu disusul dengan Bandung Lautan Sampah (2006),  ini semua berawal dari rendahnya kesadaran warga Bandung dan kacaunya pengelolaan sampah Kota Bandung, timbunan sampah menggunung di pinggir jalan, di tempat umum, menyebar bau busuk dan mengundang lalat yang berpotensi menyebarkan penyakit.
Apa yang terjadi di Bandung, bukan tidak mungkin bisa menimpah kota Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.  Apalagi jumlah penduduk Jakarta termasuk terpadat di dunia dan terus bertambah, yang pasti akan berpengaruh signafikan pada penggunaan kantong plastik. Berdasarkan data yang dihimpun diacara Green Festival, konon setiap harinya warga Jakarta menghasilkan 6.000 ton sampah, dalam seminggu sampah warga Jakarta bisa memenuhi Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan.
Sampah kantong plastik merupakan salah satu jenis sampah yang perlu mendapat perhatian. Mengingat pola hidup masyarakat modern dan serba 'instan' yang mendorong tingginya tingkat konsumsi kantong plastik di masyarakat. Sampah kantong plastik bila tidak dikendalikan akan membawa dampak yang berbahaya bagi lingkungan seperti plastik sulit terurai, dibutuhkan waktu hingga 1000 tahun agar plastik dapat terurai secara sempurna di tanah.[/spoiler]
Plastik yang terurai di tanah tersebut dapat mencemari tanah dan air tanah. Selain itu, kantong plastik yang dibakar akan menghasilkan asap yang mengandung dioksin, salah satu senyawa yang beracun dan berbahaya bagi kesehatan. Dan sampah kantong plastik yang dibuang tidak pada tempatnya akan menyebabkan banjir karena menyumbat saluran air, tanggul, mencemari perairan, dan sebagainya.
Terlebih lagi sekitar 500 juta hingga 1 milyar kantong plastik digunakan di dunia setiap tahunnya. Jumlah yang sangat fantastis, mengingat lebih dari 17 milyar kantong plastik juga dibagikan secara gratis di seluruh dunia setiap tahunnya!
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan Greeneration Indonesia, sebuah komunitas lingkungan di Bandung yang konsen pada upaya daur ulang sampah melaporkan, jumlah pemakaian kantong plastik per orang per tahun sekitar 350 lembar. Bila jumlah tersebut dikumpulkan dalam satu tempat, banyaknya dan bahayanya benar-benar menakutkan bak Monster Kresek yang tercipta akibat prilaku warga bumi yang masih menggunakan kantong plastik secara berlebihan.
[spoiler]Sampah kantong plastik juga berperan dalam fenomena pemanasan global karena menjadi salah satu penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca di atmosfer. Alur perjalanan plastik dari proses produksi hingga pembuangannya membutuhkan sekitar 11 juta barrel minyak mentah dengan kandungan gas alam dan bahan bakar minyak dan 14 juta pohon setiap tahunnya.
Hanya 1 persen yang kemudian bisa didaur ulang baru akan terurai dalam 500- 1.000 tahun.  Sekitar 3 persen plastik di dunia berakhir sebagai sampah yang terapung-apung  di laut yang kemudian akan membunuh mahluk laut yang tak sengaja memakannya. Karenanya kita harus berpikir ulang untuk menggunakan sampah plastik, setidaknya kita mengurangi penggunaan plastik.[/spoiler]
Mungkin sebaiknya kita mengikuti saran M. Bijakasana, Junerosano, ST, Koordinator Greeneration Indonesia  yang selama ini aktif mempromosikan 'Diet Kantong Plastik'
Cara 'Diet Kantong Plastik' antara lain:
1.    REDUCE (PENGURANGAN) yaitu dengan meminimasi (mengurangi) pemakaian kantong plastik terutama ketika berbelanja. Barang belanja dapat kita bawa dengan mempergunakkan tas pribadi atau kantong khusus dari bahan non-plastik yang dapat dipakai berulang-ulang.
2.    Perilaku REUSE (PENGGUNAAN KEMBALI) dilakukan jika pemakaian kantong plastik tidak dapat dihindari, maka kantong plastik yang telah dimiliki dapat digunakan kembali sehingga tidak terus menambah sampah (kantong) plastik yang dibuang ke lingkungan.
3.    Sedangkan untuk RECYCLE (PENDAURULANGAN) dapat dilakukan dengan mengoptimalkan serta mendorong kegiatan pendaurulangan kantong plastik yang berjalan di masyarakat.
Mudah dilakukan, bukan?
			
			
			
				^ ^ ^
Saya tidak tau tentang keakuratan riset tersebut (yang warna ungu), tapi setiap hari juga kelihatan berapa banyak plastik yang dibuang setiap hari. 
Bukan hanya kantong kresek saat belanja, bahkan saat beli makan siang di kantor pun, berapa banyak kantong kresek yang dibuang? Di kantor saya (yang dulu), dalam satu hari, satu orang pasti membuang - minimal - satu kantong kresek hitam. Belum lagi kalo dia beli rujak. Apalagi kalo beli jus juga.
Hari minggu kemarin saya ke Carrefour. Satu pembeli rata-rata menggunakan 8 kantong kresek. Bayangkan, berapa ribu pembeli dalam satu hari. Dan ini dilakukan selama bertahun-tahun. Sungguh kerjasama yang luar biasa dari para manusia, untuk menghasilkan sampah.
Btw, pada umumnya plastik yang dibagikan di supermarket ditulis sebagai plastik ramah lingkungan. Seberapa ramah sih? Baca reply #54
Dan sekali lagi saya bertanya-tanya, apa sih susahnya bawa tas sendiri saat berbelanja?
Note: sori, entah kenapa saya suka emosi mikirin limbah dan ketidakpedulian manusia.
			
			
			
				keknya bisnis kantong kresek masih cerah, pasarnya masih potensial
			
			
			
				Quote from: Indra on 17 April 2012, 01:27:38 PM
keknya bisnis kantong kresek masih cerah, pasarnya masih potensial
tidak bisa di hilangkan malah akan bertambah terus, manusia bertambah banyak sih
			
 
			
			
				kira-kira, sampah kantong plastik dan sampah-sampah lain yang bisa terbakar itu bisa menggantikan batu bara sebagai salah satu bahan pembangkit listrik ngak yah? ;D
kalo bisa kan lumayan, hutan-hutan yang dibotaki untuk tambang bisa dihutankan lagi dan sampah yang menggung dimana-mana bisa dilenyapi dari permukaan bumi ;D
			
			
			
				Quote from: bawel on 19 April 2012, 11:28:15 AM
kira-kira, sampah kantong plastik dan sampah-sampah lain yang bisa terbakar itu bisa menggantikan batu bara sebagai salah satu bahan pembangkit listrik ngak yah? ;D
kalo bisa kan lumayan, hutan-hutan yang dibotaki untuk tambang bisa dihutankan lagi dan sampah yang menggung dimana-mana bisa dilenyapi dari permukaan bumi ;D
pertanyaannya :
berapa kkal yang dihasilkan dari pembakaran plastik ?
bagaimana dengan hasil sisa pembakaran plastik ?
bagaimana menanggulangi hasil pembentukan CO dan CO2 yang juga merusak lingkungan ? ;D
			
 
			
			
				Who would have thought that choosing between paper and plastic at the checkout would present such a dilemma? For a while the environmentally conscious were convinced that paper was the more ecological choice. (It certainly seems more natural, as a renewable, recyclable plant product.) Some communities have even banned the ubiquitous plastic shopping bag. Research hasn't exactly confirmed the ecological superiority of paper, however. In fact, some experts provide solid evidence that plastic is sometimes the more ecological choice.
Of course, both plastic and paper bags impact the environment, using natural resources and contributing to greenhouse gas production in their manufacture, transportation, and disposal. Life cycle analysis is what scientists do to figure out the environmental impact of an item. Plenty of these have been conducted on plastic and paper bags, but the information generated can be tricky to compare. For example, when fully assessing the impact of a bag, you need to know if it's made from recycled or virgin materials (and if paper, whether the timber was harvested from a sustainable forest), how far the manufacturing supplies will travel, and how many miles the bag will travel to the final consumer. To assess the carbon footprint of production, you need to know the manufacturer's environmental policies. And when gauging the long-term impact of the product, it depends in part on whether the bag will be reused or recycled or composted or dumped in the landfill.
Keeping the fact that such variables exist in mind, here is just some of the key information about both plastic and paper bags:
Plastic Bags
Cause less global warming pollution and have less of an impact on biodiversity and water, according to scientists at the National Resources Defense Council (NRDC). For example, plastic bags use 40 percent less energy during production and less than 4 percent of the water used to make paper bags. And plastic bags generate 79 percent fewer greenhouse gas emissions than composted paper bags.
Cost less to transport, saving on fuel costs. In fact, it would take about seven trucks to transport the same number of paper bags as a single truck of plastic bags, according to The Environmental Literary Council.
Take up less landfill space. Plastic bags account for about 9 to 12 percent of waste volume, while paper occupies about half of overall landfill volume.
Take less energy to recycle. It takes 91% less energy to recycle a pound of plastic than it takes to recycle a pound of paper.
On the other hand:
Ninety percent of grocery bags are plastic, which is made from petroleum. It takes 12 million barrels of oil to make a year's worth of plastic bags (100 billion of them) for Americans.
Five of the top six chemicals that produce the most hazardous waste (according to EPA rankings) are used in plastics production.
Less than 5 percent of plastic bags are recycled. About 4 billion plastic bags are thrown away -- littered throughout the world -- each year. Tied end to end, they could circle the earth 63 times. Instead they hang from fences and trees, blow across streets and fields.
Because recycling plastic is expensive and time-consuming, many of the plastic bags collected for recycling are shipped for incineration to countries with lax environmental laws.
When improperly disposed of, plastic bags cause problems in coastal areas, where they threaten sea life for as long as 1,000 years while the plastic remains in the water. Sea turtles mistake them for jellyfish and as many as one million sea creatures are killed each year by plastic bags, which also clog sewer pipes and cause stagnant, unhealthful water for humans.
Plastic does not break down in the landfill. It will always be there. Even biodegradable plastic -- which is made of wood fibers mixed with plastic fibers -- leaves tiny plastic pieces in the earth.
Paper Bags
Can hold more than plastic bags, if packed well.
Are more often recycled than plastic bags. According to the EPA, Americans currently recycle 19.4% of paper bags but only 0.6 percent of plastic bags. (Granted, both numbers are too low!)
Are biodegradable. While modern landfills don't allow for this process to occur as it should (the bags are buried and receive no air and sunlight for decomposition), paper bags do naturally break down -- as mulch in the garden, for example.
Do not rely on petrochemical production.
Can be produced from sustainable forests.
On the other hand:
The paper industry has an enormous environmental footprint. It takes more than four times as much energy (2,511 BTUs) to produce a paper bag as it does a plastic bag (594 BTUs). And paper bag production generates 50 times more water pollutants and 70 percent more air pollutants than the plastic bag production.
About 14 million trees were used in 1999 to make 10 billion paper bags for Americans. And when forests are cut down to make paper, major absorbers of greenhouse gases are eliminated.
A paper bag generates greater methane emissions in the landfill than a plastic bag.
For strength, most paper grocery bags are made from virgin pulp, not recycled materials.
What to Do
All this research may make you feel like you're caught between a paper mill and a petrochemical plant. But this is one environmental dilemma that has a fairly easy solution: BYOB. Make a small investment in reusable bags and keep them in your home, your car, and/or your office. You can find bags made of all kinds of materials; look for those that are sturdy (heavy canvas is one good choice) and roomy enough to haul your groceries (string cotton bags expand greatly but can also be easily tucked into a purse or backpack). If you're the least bit crafty you might even want to try to make your own out of fun fabrics. Another option is storage crates, which make loading and unloading groceries especially easy. And make sure you get in the habit of toting your own bag for all kinds of shopping expeditions, not just groceries.
When you're caught without your own bag:
Chose whichever bag -- plastic or paper -- you are most likely to recycle.
Use as few bags as necessary. Buy less, pack each bag more fully, don't double bag.
Skip the bag altogether when you have only an item or two to carry.
When you get the paper or plastic bag home, make sure you reuse it: for lining trash cans and diaper pails, for packing materials, composting (paper), craft projects and wrapping paper (paper). Re-use it on your next shopping trip. Or take it to a nearby Goodwill or consignment shop that can reuse bags.
sumber: https://www.ncga.coop/newsroom/paper-or-plastic
			
			
			
				Quote from: Forte on 19 April 2012, 01:12:11 PM
pertanyaannya :
berapa kkal yang dihasilkan dari pembakaran plastik ?
bagaimana dengan hasil sisa pembakaran plastik ?
bagaimana menanggulangi hasil pembentukan CO dan CO2 yang juga merusak lingkungan ? ;D
1. bagaimana cara menghitung kkal yah? ;D
2. sisa pembakaran plastik itu berupa apa yah? ;D saya pernah bakar plastik dan tidak bersisa kok ;D.
3. telah saya sebutkan sebelumnya kalo sampah plastik maupun sampah yang bisa terbakar lainnya itu digunakan untuk menggantikan batu bara ;D. dan tambang batu bara yang sudah atau sedang berjalan bisa dihutankan lagi, sedangkan yang belum berjalan kan masih bisa dipertahankan keperawanannya ;D. jadi untuk co dan co2 yah tetap ada (menggantikan co dan co2 dari batu bara) ;D. tapi polusi tanah, polusi air tanah, polusi sungai, polusi samudera dan polusi udara (bau-bauan) bisa semakin ditekan dengan dibakarnya sampah-sampah itu ;D. tentunya juga harus diimbangin dengan gaya hidup yang lebih sehat dan ramah lingkungan dan pengembangan pembangkit energi dari bahan lain yang lebih ramah lingkungan ;D.
			
 
			
			
				http://edukasi.kompas.com/read/2012/02/20/08513643/Sampah.Plastik.Jadi.Minyak (http://edukasi.kompas.com/read/2012/02/20/08513643/Sampah.Plastik.Jadi.Minyak)
Inggried Dwi Wedhaswary | Senin, 20 Februari 2012 | 08:51 WIB
KOMPAS.com - Berawal dari keprihatinan pada sampah plastik yang sulit terurai, siswa SMK Negeri 3 Kimia Madiun mencoba mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak. Dari uji coba sejak tahun 2008 terciptalah "minyak plastik" yang bisa digunakan sebagai bahan bakar lampu tempel, kompor, bahkan motor dan mobil.
Berbekal alat pembakaran dan penyulingan (plastic oil destilator) hasil rakitan sendiri yang dibuat dari tabung elpiji ukuran 3 kilogram, jenis plastik apa pun bisa diolah menjadi bahan bakar minyak. Saat ini yang diprioritaskan plastik dari tas keresek dan botol air kemasan. Ke depannya, direncanakan mengolah ban bekas.
Ide yang lahir dari salah seorang guru, Tri Handoko, itu rupanya efektif mengubah 1 kilogram plastik menjadi 1 liter bahan dasar minyak atau minyak mentah. Ketika diolah menjadi premium atau solar, hasilnya tinggal 0,8-0,9 liter. Kotoran yang melekat pada plastik berpengaruh pada kualitas minyak yang dihasilkan.
"Makin bagus plastiknya, makin bersih minyaknya. Kualitas paling bagus dari gelas air kemasan. Kalau tas keresek kurang jernih," kata Sulistyono, siswa kelas XI Program Keahlian Kimia Industri.
Siswa yang telah diajari proses pengolahan sejak kelas X ini menjelaskan, dengan suhu 250-400 derajat celsius, proses pengolahan hanya membutuhkan waktu 30 menit. Prosesnya, sampah plastik dibakar di dalam tabung gas, lalu disuling melalui pipa tembaga dan dijernihkan di tabung penadah uap (hidrokarbon). Uap ini lalu mengendap menjadi minyak yang digunakan sebagai bahan bakar.
"Kualitas minyak dari plastik ini lebih baik daripada minyak tanah. Nilai oktannya kira-kira 84-85. Namun, masih di bawah premium dan pertamax," kata Sulistyono.
Bekerja sama dengan SMKN 1 Madiun yang telah merakit truk mini Esemka, para siswa telah mengujicobakan minyak plastik itu ke mesin sepeda motor dan mesin Toyota Kijang keluaran tahun 1980-an. Namun, rotation per minute-nya (RPM) naik turun sehingga masih harus disempurnakan.
"Masih tersendat-sendat di kecepatan rendah. Namun, kalau gasnya digeber, lancar. Setelah dicek, emisi gas buangnya didominasi oksigen," kata Nur Wakhid, siswa kelas XII Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Madiun, sambil menggeber mesin sepeda motor seusai diujicoba Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Sabtu (18/2), di Madiun.
Meski telah diuji coba, kata Meidian, rekan sekelas Wakhid, nilai oktannya secara tepat belum dicek karena belum memiliki alatnya. Untuk sementara, hasil uji coba menunjukkan hasil pembakarannya mendekati sempurna. "Memakai alat cek emisi yang ada di sekolah, kapasitas karbon monoksidanya menunjukkan angka 0 terus," ujarnya.
Untuk itu, menurut Sulistyono, minyak plastik itu harus disuling lagi agar kadar airnya berkurang. Baik jenis plastik maupun suhu ruangan selama proses pembuatan ikut berpengaruh pada kualitas minyak. Plastik botol air kemasan lebih mudah terurai daripada tas keresek.
Bank sampah
Kepala SMKN 3 Madiun Sulaksono Tavip Rijanto mengatakan, proses ini sebenarnya hanya mengubah plastik yang terbuat dari minyak untuk kembali menjadi minyak.
Karena kebutuhan sampah plastik yang tinggi, siswa semakin sulit memperoleh sampah plastik. Untuk itu, ia lalu bekerja sama dengan para pemulung agar bersedia menjual sampah plastiknya ke sekolah. Untuk menampung pasokan sampah plastik, rencananya akan dibuat bank sampah plastik di sekolah.
"Sekolah kami fokus ke upaya menjaga lingkungan dengan mengelola limbah. Sudah jadi tradisi di sini," kata Tavip.
Untuk mengajak masyarakat mengelola sampah plastik, sekolah yang memiliki Program Keahlian Kimia Analis, Kimia Industri, dan Pengawasan Mutu Pangan itu membuat 15 alat pengolah model terbaru. Sebelumnya, para siswa telah membuat lima model yang terus dimodifikasi dan disempurnakan. Ke-15 alat itu telah dibagikan Gubernur Jatim ke SMK lain di Jawa Timur,
Selain minyak plastik, para siswa di sekolah yang didirikan pada 25 Agustus 1965 itu juga rutin menerima pesanan produksi virgin coconut oil, nata de coco, sirup buah, keripik buah, sambal tomat, bumbu pecel, pupuk kompos, dan sabun mandi.
"Setiap minggu para siswa rutin memproduksi 70-80 kilogram nata de coco," kata Sunardi dari Humas SMKN 3 Madiun. Tak heran, karena kualitasnya yang bagus, siswa SMKN 3 Madiun umumnya sudah "dipesan" industri sebelum mereka lulus.
			
			
			
				most of plastic bag rumah saya berakhir menjadi plastic pembungkus sampah... dan kebanyakan adalah bekas dari hasil belanja
ada yg punya better solution?
			
			
			
				Quote from: bawel on 21 April 2012, 03:07:50 PM
1. bagaimana cara menghitung kkal yah? ;D 
2. sisa pembakaran plastik itu berupa apa yah? ;D saya pernah bakar plastik dan tidak bersisa kok ;D .
3. telah saya sebutkan sebelumnya kalo sampah plastik maupun sampah yang bisa terbakar lainnya itu digunakan untuk menggantikan batu bara ;D . dan tambang batu bara yang sudah atau sedang berjalan bisa dihutankan lagi, sedangkan yang belum berjalan kan masih bisa dipertahankan keperawanannya ;D . jadi untuk co dan co2 yah tetap ada (menggantikan co dan co2 dari batu bara) ;D . tapi polusi tanah, polusi air tanah, polusi sungai, polusi samudera dan polusi udara (bau-bauan) bisa semakin ditekan dengan dibakarnya sampah-sampah itu ;D . tentunya juga harus diimbangin dengan gaya hidup yang lebih sehat dan ramah lingkungan dan pengembangan pembangkit energi dari bahan lain yang lebih ramah lingkungan ;D .
1. what ? anda kan buka bimbel.. ? perhitungan kkal belum bisa ? come on.. fisika smp itu.. ;D 
2. what lagi..  anda baru mencopas berita di bawahnya.. masih perlu dijawab ? ;D
jelas pasti ada sisa.. kertas aja dibakar ada sisa.. plastic dibakar tentu ada sisa.. masa semua menguap menjadi CO2 :))
Ide yang lahir dari salah seorang guru, Tri Handoko, itu rupanya efektif mengubah 1 kilogram plastik menjadi 1 liter bahan dasar minyak atau minyak mentah. Ketika diolah menjadi premium atau solar, hasilnya tinggal 0,8-0,9 liter. Kotoran yang melekat pada plastik berpengaruh pada kualitas minyak yang dihasilkan.3. serius mode : 
intinya sich gini bro :
saya persingkat pertanyaan yang bukan buat dijawab.. tapi buat bro renungkan.. maka bro akan temukan jawabannya ..
apakah efektif membakar 1 ton sampah dan menghasilkan polusi yang berlipat2 dibanding membakar 1 kg batu bara dengan polusi yang lebih sedikit tentunya.. untuk mendapatkan kalori yang sama ?
dan pembakaran batu bara memang menghasilkan gas seperti CO2 dan juga CO kalau pembakarannya gak sempurna.. namun apakah sama quantity nya ? kalau tidak, tentu bro tidak bisa menyebutnya "menggantikan"
dan sekedar joke.. mudah2an hal2 seperti ini juga diajarkan di bimbelnya bro bawel.. soalnya sangat fatal jika menganggap sama pembakaran sampah dengan pembakaran batu bara.. sehingga bisa untuk "substitusi" ;D 
			
 
			
			
				Quote from: bawel on 21 April 2012, 03:07:50 PM
2. sisa pembakaran plastik itu berupa apa yah? ;D saya pernah bakar plastik dan tidak bersisa kok ;D.
jawab satu aja yah om... ;D
sisa pembakaran plastik itu ya berupa gas CO dan CO2 yang bercampur ke udara...
ketika kita membakar sesuatu, pastinya akan ada asapnya, nah itulah sisa hasil pembakarannya...  ;D
			
 
			
			
				Quote from: will_i_am on 21 April 2012, 10:22:41 PM
jawab satu aja yah om... ;D 
sisa pembakaran plastik itu ya berupa gas CO dan CO2 yang bercampur ke udara...
ketika kita membakar sesuatu, pastinya akan ada asapnya, nah itulah sisa hasil pembakarannya...  ;D 
betul.. bukan hanya gas.. bisa berupa material sisa pembakaran.. contoh simpel.. kertas dibakar, ada gas.. dan ada material sisa pembakaran yaitu abu.. gak mungkin kan abu juga gak ada..
btw.. kalau bro will_i_am berkenan.. bisa ngajar deh di bimbel bawel.. kayaknya kurang guru fisika dan kimia.. :)) 
			
 
			
			
				Quote from: Forte on 21 April 2012, 10:26:31 PM
betul.. bukan hanya gas.. bisa berupa material sisa pembakaran.. contoh simpel.. kertas dibakar, ada gas.. dan ada material sisa pembakaran yaitu abu.. gak mungkin kan abu juga gak ada..
yups, tapi kan katanya om bawel sisa pembakaran plastiknya gak ada (kita anggap aja gak ada ;D), jadi sisa pembakaran ya bisa juga berupa CO dan CO2 dengan air (H2O)
Quote from: Forte on 21 April 2012, 10:26:31 PM
btw.. kalau bro will_i_am berkenan.. bisa ngajar deh di bimbel bawel.. kayaknya kurang guru fisika dan kimia.. :)) 
:hammer: :hammer: :hammer:
om sendiri kenapa gak mau ngajar disana?? hayoo...  ^-^ ^-^
 :)) :)) :))
			
 
			
			
				Quote from: tesla on 21 April 2012, 10:05:38 PM
most of plastic bag rumah saya berakhir menjadi plastic pembungkus sampah... dan kebanyakan adalah bekas dari hasil belanja
ada yg punya better solution?
ini juga menjadi problem.. 
gak bisa dipungkiri.. okelah.. untuk plastik belanja.. bisa dikurangi dengan membeli tas kemasan plastik daur ulang / tas kain.. 
tapi kembali ke masalah sampah.. tiap rumah pasti ada sampah.. dan butuh plastic bag untuk mewadahi sampah tersebut untuk dibuang.. 
dan dari mana datang plastic bag itu ? biasanya kalau abis belanja.. ada plastic bag.. itu yang dipakai ulang.
Di atas adalah uraian problem plastic sebagai pembungkus sekunder.. dan padahal masalah juga ada plastic sebagai pembungkus primer yang kontak langsung dengan product
misal ada roti.. gak mungkin beli roti tanpa dibungkus ? beli minyak goreng.. biar murah.. beli yang kemasan refill.. begitu juga dengan sabun mandi cair, dll
makanya sebenarnya solusi nya bukanlah dengan membakar sampah.. namun dengan mengolah sampah untuk dijadikan produk berikutnya.. 
			
 
			
			
				Quote from: will_i_am on 21 April 2012, 10:30:53 PM
yups, tapi kan katanya om bawel sisa pembakaran plastiknya gak ada (kita anggap aja gak ada ;D ), jadi sisa pembakaran ya bisa juga berupa CO dan CO2 dengan air (H2O)
 :hammer: :hammer: :hammer: 
om sendiri kenapa gak mau ngajar disana?? hayoo...  ^-^ ^-^ 
 :)) :)) :)) 
oh.. bro bawel minta saya jadi murid dia.. 
jadi tidak enak aku.. kalau murid ajari guru :)) 
:backtotopic:
			
 
			
			
				Quote from: bawel on 21 April 2012, 03:09:14 PM
Siswa yang telah diajari proses pengolahan sejak kelas X ini menjelaskan, dengan suhu 250-400 derajat celsius, proses pengolahan hanya membutuhkan waktu 30 menit. Prosesnya, sampah plastik dibakar di dalam tabung gas, lalu disuling melalui pipa tembaga dan dijernihkan di tabung penadah uap (hidrokarbon). Uap ini lalu mengendap menjadi minyak yang digunakan sebagai bahan bakar.
colek me if i'm wrong.
pembakaran plastik dibawah 1000C akan menghasilkan dioxin.
dan dioxin itu akan menyuburkan sel kanker.
kalau saya benar, berarti banyak juga tuh murid2 dah nabung dioxin di body 
kasian...
			
 
			
			
				Quote from: tesla on 21 April 2012, 10:05:38 PM
most of plastic bag rumah saya berakhir menjadi plastic pembungkus sampah... dan kebanyakan adalah bekas dari hasil belanja
ada yg punya better solution?
1. berikan ke penjual sayur keliling atau penjual sayur di pasar (yang mau). Dan saran saya, kalo bisa jangan kresek hitam (mungkin ada efek negatifnya kalo langsung dipake untuk bungkus sayur).
2. tukang sampah atau pemulung juga ada yang mau. Plastik kresek ini kalau sudah sampe ke TPAS (Tempat Pembuangan Akhir Sampah) biasanya sudah kotor dan hancur. Btw, saya pernah ke pemukiman pemulung, mereka juga mengumpulkan kresek. Tapi IMHO, jauh lebih banyak plastik yang tidak bisa mereka kumpulkan karena sudah kotor dan hancur. 
Kalo mau kasih kresek ke tukang sampah atau pemulung, tanya dulu apa dia benar-benar mau dan akan diapakan (mungkin saja dia terima-terima saja tapi nanti langsung dia buang juga). 
3. kresek memang bisa digunakan untuk sampah. Di rumah saya, plastik kresek tidak pernah langsung dibuang. Dulu plastik kresek ini 
hanya digunakan untuk tempat sampah. Akhirnya plastik kresek menumpuk hingga 3 dus karena kami hanya menggunakan satu kresek untuk sampah 2 hari.
4. gunakanlah plastik kresek berulang-ulang untuk berbelanja. Btw, saya kurang setuju dengan plastik oxodegradable yang diklaim sebagai plastik ramah lingkungan. IMHO, dengan klaim ini, pembeli malah akan semakin tidak ragu-ragu untuk menggunakan plastik.
Saya pernah baca di kompas (sudah lama bacanya dan saya googling tapi ga ketemu, jadi CMIIW kalau ada yang salah ingat): ada sebuah pulau baru yang terbentuk dari kumpulan plastik. Jika diperhatikan, air di sekitar pulau ini sangat tercemar karena terdiri dari serpihan-serpihan plastik. Bahkan ikan-ikan di sekitar pulau tersebut pun, perutnya mengandung plastik.
_____________________________
Walaupun penghematan plastik adalah baik, tapi pake tas kain tetap lebih mantep.
a. Kalo penjual sayur menggunakan kresek kita untuk bungkus sayur, kresek itu hanya punya 2 atau 3 nyawa (digunakan hanya 2 atau 3 kali).
b. Kalo tukang sampah atau pemulung langsung menyalurkannya untuk didaur-ulang, kresek itu hanya punya 1 nyawa.
Bahkan kalo saya gunakan sendiri berulang-ulang, plastik kresek bisa lebih berumur panjang. Dan dengan menggunakan tas kain, saya bahkan tidak perlu membuang plastik kresek.
________________
Bulan April ini di ACE Hardware lagi promo produk ramah lingkungan. Ada jual tas kain juga yang menurut saya bagus (ukurannya pas untuk belanja, ringan, bahannya cukup bagus, dan harganya ekonomis (hanya Rp. 6800. Kalo member, hanya 5000-an)). Mudah-mudahan setelah April, masih jual.
			
 
			
			
				cuman tas kain kekurangannya gampang kotor yach.. klo plastik biar kena kotor gampang dibersihin.. :)
			
			
			
				Quote from: Ms. Q on 24 April 2012, 06:09:58 AM
cuman tas kain kekurangannya gampang kotor yach.. klo plastik biar kena kotor gampang dibersihin.. :)
Kalo peginya ke pasar (belanjanya sayur-mayur), biasanya memang cepat kotor karena kena tanah, air, dst dari sayur itu. Tapi inipun ga perlu sering dicuci sih. Setelah beberapa kali ke pasar, baru dicuci. Kalo tas yang dipake untuk belanja di supermarket, jarang kotor.
Km pisahin aja antara tas yang dipake ke pasar dan tas yang dipake ke supermarket.
			
 
			
			
				Quote from: dhammadinna on 02 May 2012, 05:04:54 PM
Kalo peginya ke pasar (belanjanya sayur-mayur), biasanya memang cepat kotor karena kena tanah, air, dst dari sayur itu. Tapi inipun ga perlu sering dicuci sih. Setelah beberapa kali ke pasar, baru dicuci. Kalo tas yang dipake untuk belanja di supermarket, jarang kotor.
Km pisahin aja antara tas yang dipake ke pasar dan tas yang dipake ke supermarket.
okey... thx wat solusinya... :)
			
 
			
			
			
			
				Quote from: Ms. Q on 24 April 2012, 06:09:58 AM
cuman tas kain kekurangannya gampang kotor yach.. klo plastik biar kena kotor gampang dibersihin.. :)
Di superindo ada jual tas belanja. Bahannya itu seperti karung-plastik yang biasanya digunakan sebagai karung beras...  Harganya Rp 12.500. Tas seperti itu mudah dibersihkan.
Kalo ga ketemu tas seperti itu, tapi di rumah ada karung bekas beras, tinggal beli bisban (tali untuk tas). Nanti karungnya bisa dijadikan tas. Kalo ga bisa jahit sendiri, bisa bawa ke tukang jahit. Ongkos jahitnya paling sekitaran Rp 2000 aja.
_____________
Btw, superindo sekarang lagi ada program go green. Kalo belanja ga pake plastik, bisa dapat 1 stempel. Kalo uda dikumpulin dalam jumlah tertentu, dapet hadiah.
1 stempel bisa didapat kalo belanjanya Rp.50.000. Tapi kalo belanjanya ga sampe 50rb, bisa kumpulin aja struk belanjanya. Kalo uda 50rb, boleh minta stempel.
Lumayan juga superindo, dari dulu sering program2 kayak gini. Tapi kali ini ga ada batas waktunya, mungkin bakal jangka panjang. Kasirnya bilang sih, mulai ada pembeli yang belanja ga pake plastik.
			
 
			
			
				Ada yang bagus nih, saya liat di FB... :D
Nonton yaa... hanya 1 menit 1 detik..