Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Meditasi => Topic started by: Sumedho on 19 August 2010, 09:01:00 AM

Title: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Sumedho on 19 August 2010, 09:01:00 AM
Ada yang sudah baca buku itu? http://sayadawutejaniya.org/wp-content/uploads/2008/08/Awareness-Alone-Is-Not-Enough.pdf (http://sayadawutejaniya.org/wp-content/uploads/2008/08/Awareness-Alone-Is-Not-Enough.pdf)
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Indra on 19 August 2010, 11:14:49 AM
dari judulnya aja udah cukup.

ada seseorang yg mengaku ajarannya sama seperti yang diajarkan oleh Sayadaw ini, namun menekankan bahwa dalam meditasi cukup "eling" saja, saya pengen tau apakah orang itu akan meralat ajarannya setelah membaca buku ini.
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Sumedho on 19 August 2010, 11:26:45 AM
bisa lebih explisit siapa yg dimaksud?
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: adi lim on 19 August 2010, 11:27:01 AM
Quote from: Indra on 19 August 2010, 11:14:49 AM
dari judulnya aja udah cukup.

ada seseorang yg mengaku ajarannya sama seperti yang diajarkan oleh Sayadaw ini, namun menekankan bahwa dalam meditasi cukup "eling" saja, saya pengen tau apakah orang itu akan meralat ajarannya setelah membaca buku ini.


tidak akan pernah !
karena masih melekat 'pandangan salah' :whistle:

_/\_
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Hendra Susanto on 19 August 2010, 11:28:56 AM
"pembunuhan karakter" jika di'explisit'kan
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Indra on 19 August 2010, 11:29:03 AM
Quote from: Sumedho on 19 August 2010, 11:26:45 AM
bisa lebih explisit siapa yg dimaksud?

you know, i know, we all know, Pak Hudoyo dalam MMDnya
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Hendra Susanto on 19 August 2010, 11:30:01 AM
Quote from: Indra on 19 August 2010, 11:29:03 AM
Quote from: Sumedho on 19 August 2010, 11:26:45 AM
bisa lebih explisit siapa yg dimaksud?

you know, i know, we all know, Pak Hudoyo dalam MMDnya

maka karakternya dibunuh...
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Indra on 19 August 2010, 11:33:23 AM
Quote from: Hendra Susanto on 19 August 2010, 11:30:01 AM
Quote from: Indra on 19 August 2010, 11:29:03 AM
Quote from: Sumedho on 19 August 2010, 11:26:45 AM
bisa lebih explisit siapa yg dimaksud?

you know, i know, we all know, Pak Hudoyo dalam MMDnya

maka karakternya dibunuh...

bukan membunuh, hanya undangan dalam bentuk lain
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Hendra Susanto on 19 August 2010, 11:34:21 AM
Quote from: Indra on 19 August 2010, 11:33:23 AM
Quote from: Hendra Susanto on 19 August 2010, 11:30:01 AM
Quote from: Indra on 19 August 2010, 11:29:03 AM
Quote from: Sumedho on 19 August 2010, 11:26:45 AM
bisa lebih explisit siapa yg dimaksud?

you know, i know, we all know, Pak Hudoyo dalam MMDnya

maka karakternya dibunuh...

bukan membunuh, hanya undangan dalam bentuk lain

undangan apa nich? 'pesta'?
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Indra on 19 August 2010, 11:39:00 AM
Quote from: Hendra Susanto on 19 August 2010, 11:34:21 AM
Quote from: Indra on 19 August 2010, 11:33:23 AM
Quote from: Hendra Susanto on 19 August 2010, 11:30:01 AM
Quote from: Indra on 19 August 2010, 11:29:03 AM
Quote from: Sumedho on 19 August 2010, 11:26:45 AM
bisa lebih explisit siapa yg dimaksud?

you know, i know, we all know, Pak Hudoyo dalam MMDnya

maka karakternya dibunuh...

bukan membunuh, hanya undangan dalam bentuk lain

undangan apa nich? 'pesta'?

undangan untuk meramaikan thread ini
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Hendra Susanto on 19 August 2010, 11:39:41 AM
Quote from: Indra on 19 August 2010, 11:39:00 AM
Quote from: Hendra Susanto on 19 August 2010, 11:34:21 AM
Quote from: Indra on 19 August 2010, 11:33:23 AM
Quote from: Hendra Susanto on 19 August 2010, 11:30:01 AM
Quote from: Indra on 19 August 2010, 11:29:03 AM
Quote from: Sumedho on 19 August 2010, 11:26:45 AM
bisa lebih explisit siapa yg dimaksud?

you know, i know, we all know, Pak Hudoyo dalam MMDnya

maka karakternya dibunuh...

bukan membunuh, hanya undangan dalam bentuk lain

undangan apa nich? 'pesta'?

undangan untuk meramaikan thread ini

mariii... link ke fb biar cepet... hhehhehe
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Sumedho on 21 August 2010, 07:53:05 AM
hayo klik recommend di atas :)
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: ryu on 21 August 2010, 08:01:06 AM
Quote from: Sumedho on 21 August 2010, 07:53:05 AM
hayo klik recommend di atas :)
done
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: fabian c on 21 August 2010, 08:45:50 AM
Esensi dari berlatih meditasi Vipassana bukan terletak pada cara melakukan aktivitas, tapi pada perhatian, kewaspadaan dan konsentrasinya, sesuai dengan Jalan Ariya Berunsur Delapan.
Bila cara melakukan aktifitas yang dijadikan persoalan maka meditator tersebut belum menyelami bagaimana seharusnya melakukan kegiatan dalam berlatih Vipassana.

Bila meditator hanya menekankan pada eling/waspada saja, maka dikatakan bahwa meditator tersebut belum mendalami meditasi Vipassana dan belum menyelami inti dari meditasi Vipassana, mereka dikatakan belum menyelami kaitan dari berbagai faktor dalam Jalan Ariya Berunsur Delapan.

Meditator yang tak menjalankan Jalan Ariya Berunsur Delapan sulit mendapatkan kemajuan, dan tak mungkin mencapai kesucian.

_/\_
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Sumedho on 21 August 2010, 08:46:45 AM
sorry yg tadi udah recommend/sarankan mohon diulang yah :) ada kesalahan teknis

Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: ryu on 21 August 2010, 09:45:09 AM
Quote from: Sumedho on 21 August 2010, 08:46:45 AM
sorry yg tadi udah recommend/sarankan mohon diulang yah :) ada kesalahan teknis


dutiyampi done =))
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: fabian c on 24 August 2010, 07:03:39 PM
Quote from: Indra on 19 August 2010, 11:14:49 AM
dari judulnya aja udah cukup.

ada seseorang yg mengaku ajarannya sama seperti yang diajarkan oleh Sayadaw ini, namun menekankan bahwa dalam meditasi cukup "eling" saja, saya pengen tau apakah orang itu akan meralat ajarannya setelah membaca buku ini.

Bro Indra yang baik, Sayadaw U Tejaniya adalah murid dari Alm. Shwe Oo Min Sayadaw. Shwe Oo Min Sayadaw adalah murid dari Alm. Mahasi Sayadaw, tentu saja ilmu beliau dengan ilmu yang dipelajari oleh murid-murid Mahasi Sayadaw tak akan berbeda secara prinsipil.

Barusan saya membaca e-booknya, banyak poin-poin yang di bagian belakang sangat bermanfaat, bila dicamkan sebagai pedoman dalam latihan pengembangan batin, seperti buku living in the moment yang disusun oleh Joseph Goldstein (terjemahannya, pengalaman pandangan terang diposting oleh bro. Virya)

_/\_
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Sumedho on 24 August 2010, 07:54:51 PM
 [at] all
secara baru diperbaiki koneksi ke fb nya, silahkan di "sarankan" kembali :)
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Jerry on 25 August 2010, 03:20:30 AM
Quote from: fabian c on 24 August 2010, 07:03:39 PM
Quote from: Indra on 19 August 2010, 11:14:49 AM
dari judulnya aja udah cukup.

ada seseorang yg mengaku ajarannya sama seperti yang diajarkan oleh Sayadaw ini, namun menekankan bahwa dalam meditasi cukup "eling" saja, saya pengen tau apakah orang itu akan meralat ajarannya setelah membaca buku ini.

Bro Indra yang baik, Sayadaw U Tejaniya adalah murid dari Alm. Shwe Oo Min Sayadaw. Shwe Oo Min Sayadaw adalah murid dari Alm. Mahasi Sayadaw, tentu saja ilmu beliau dengan ilmu yang dipelajari oleh murid-murid Mahasi Sayadaw tak akan berbeda secara prinsipil.

Barusan saya membaca e-booknya, banyak poin-poin yang di bagian belakang sangat bermanfaat, bila dicamkan sebagai pedoman dalam latihan pengembangan batin, seperti buku living in the moment yang disusun oleh Joseph Goldstein (terjemahannya, pengalaman pandangan terang diposting oleh bro. Virya)

_/\_
Demikian pula ajaran Shwe U Min Sayadaw, tidak persis hanya mengajarkan bahwa "eling saja sudah cukup tidak perlu yang lainnya." Soalnya saya nemuin beberapa khotbah lainnya yang bahkan menganjurkan misalnya perlunya berbuat meritorious deed seperti berdana.
Setelah diselidiki, memang tidak berbeda jauh ajaran Shwe U Min Sayadaw dari Mahasi Sayadaw.
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Sumedho on 25 August 2010, 05:26:39 AM
grp sent, for ryu, maap, bulan depan ;D
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: ryu on 25 August 2010, 06:45:24 AM
Quote from: Sumedho on 21 August 2010, 08:46:45 AM
sorry yg tadi udah recommend/sarankan mohon diulang yah :) ada kesalahan teknis


Tatiyampi =))
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: kur0bane on 26 August 2010, 03:31:53 PM
wah2 ini sayadaw yang sering di sebut pak hudoyo ya?
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Indra on 26 August 2010, 05:33:06 PM
Quote from: Sumedho on 25 August 2010, 05:26:39 AM
grp sent, for ryu, maap, bulan depan ;D

gue juga done
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Indra on 26 August 2010, 06:36:58 PM
Quote from: kur0bane on 26 August 2010, 03:31:53 PM
wah2 ini sayadaw yang sering di sebut pak hudoyo ya?

benar, sayadaw ini sering dijadikan perisai pelindung bagi pak hudoyo, sayang sekali perisai itu ternyata malah menyerang balik
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Sumedho on 26 August 2010, 07:13:52 PM
lah, khotbah Sang Buddha aja di depak dan diplintirkan apalagi cuma sayadaw :)
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Indra on 26 August 2010, 07:17:02 PM
Quote from: Sumedho on 26 August 2010, 07:13:52 PM
lah, khotbah Sang Buddha aja di depak dan diplintirkan apalagi cuma sayadaw :)

ajaran Sang Buddha sudah banyak yg tau jadi agak sulit dibantah, tapi sayadaw ini kan sebelumnya gak populer, hanya tiba2 ada orang kurang kerjaan yg bongkar2 tulisan sayadaw ini, maka kebohongannya jadi tambah terungkap
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Sumedho on 26 August 2010, 07:20:36 PM
Quote from: Indra on 26 August 2010, 07:17:02 PM

ajaran Sang Buddha sudah banyak yg tau jadi agak sulit dibantah, tapi sayadaw ini kan sebelumnya gak populer, hanya tiba2 ada orang kurang kerjaan yg bongkar2 tulisan sayadaw ini, maka kebohongannya jadi tambah terungkap
:))
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: kur0bane on 26 August 2010, 07:58:22 PM
hahahah hudoyo sih memang terkenal. dolo wa kenal dia pas debat ama romo cunda di wall fb ki ananda:d
wakkwakawkwa
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Nevada on 27 August 2010, 10:20:25 AM
Quote from: Sumedho on 26 August 2010, 07:20:36 PM
Quote from: Indra on 26 August 2010, 07:17:02 PM

ajaran Sang Buddha sudah banyak yg tau jadi agak sulit dibantah, tapi sayadaw ini kan sebelumnya gak populer, hanya tiba2 ada orang kurang kerjaan yg bongkar2 tulisan sayadaw ini, maka kebohongannya jadi tambah terungkap
:))

ad hominem
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: kur0bane on 27 August 2010, 03:00:30 PM
Quote from: upasaka on 27 August 2010, 10:20:25 AM
Quote from: Sumedho on 26 August 2010, 07:20:36 PM
Quote from: Indra on 26 August 2010, 07:17:02 PM

ajaran Sang Buddha sudah banyak yg tau jadi agak sulit dibantah, tapi sayadaw ini kan sebelumnya gak populer, hanya tiba2 ada orang kurang kerjaan yg bongkar2 tulisan sayadaw ini, maka kebohongannya jadi tambah terungkap
:))

ad hominem
:)) hhahaha kata2 favorit pak hudoyo neh
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Nevada on 27 August 2010, 03:15:30 PM
Quote from: kur0bane on 27 August 2010, 03:00:30 PM
:)) hhahaha kata2 favorit pak hudoyo neh

Tuh, Bro kur0bane ikutan ad hominem.
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: kur0bane on 27 August 2010, 04:14:22 PM
kwakakwkwakaw ga sadar neh. huahahaha
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: ryu on 17 November 2010, 11:18:07 AM
bukti pa hud melihat thread ini ;D

(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fimg576.imageshack.us%2Fimg576%2F8434%2Fhudoyo2.jpg&hash=281af8942c7ef11be86adf942b88b29b36f47e65)
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Indra on 17 November 2010, 11:33:05 AM
bisa tolong tampilkan yg bagian "lihat selengkapnya"?
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: ryu on 17 November 2010, 11:35:38 AM
Quote from: Indra on 17 November 2010, 11:33:05 AM
bisa tolong tampilkan yg bagian "lihat selengkapnya"?
sudah di edit :D
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Indra on 17 November 2010, 11:51:37 AM
kalo gue yg ada di sana, dan jadi penerjemahnya, mungkin Sayadaw juga akan bilang, "If you have any problem, you can ask Dr. Indra" ....


kalo bisa tolong di forrward ke halaman FB itu, berhubung gue tidak bisa melihat halaman itu karena ....
-----------------------------------
*credit goes to someone*
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: ryu on 17 November 2010, 12:08:11 PM
Quote from: Indra on 17 November 2010, 11:51:37 AM
kalo gue yg ada di sana, dan jadi penerjemahnya, mungkin Sayadaw juga akan bilang, "If you have any problem, you can ask Dr. Indra" ....


kalo bisa tolong di forrward ke halaman FB itu, berhubung gue tidak bisa melihat halaman itu karena ....
-----------------------------------
*credit goes to someone*
menurut aye, hasil dari eling itu seperti ini, oleh karena itu selalu eling lah biar terlihat eling karena keelingan bisa mencapai keelingan dari keelingan itu sendiri =))
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: kullatiro on 17 November 2010, 03:56:24 PM
http://www.sacred-texts.com/bud/j1/j1006.htm (http://www.sacred-texts.com/bud/j1/j1006.htm)

dalam cerita ke tiga jataka di jelaskan bahwa untuk mempelajari dhamma tidak hanya membutuhkan jarum (awareness) tapi juga di butuh kan timbangan (morality /sila) juga tas ( kemampuan menampung pengetahuan/ dhamma) juga uang 8 keping ( jalan mulia berunsur delapan).

duh lagi ketularan cerita jataka nihh jadi setiap kali omong cerita jataka jadi terbawa bawa. ;)
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: char101 on 17 November 2010, 05:29:22 PM
Praktek dari "aliran" awareness alone itu seperti apa ya?
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: kur0bane on 17 November 2010, 05:41:51 PM
hasil copast:p

Di forum Dhammacitta.org--dimulai dengan posting Benny Sumedho--orang sibuk bergunjing mempertentangkan ajaran vipassana Sayadaw U Tejaniya dengan ajaran vipassana saya (MMD). (http://dhct.org/f17726.0)
hasil copast:P
Saya telusuri "diskusi" itu, dan tidak satu pun saya temukan posting yg berbobot di situ. Seperti biasanya di Dhammacitta.org, isinya hanyalah pergunjingan orang-orang yg tidak pernah bermeditasi vipassana sama sekali.

Malah Sumedho Benny--pimpinan Dhammacitta.org--sempat memelintir kata-kata saya sehingga menjurus kepada fitnah terhadap saya: "Lah, khotbah Sang Buddha aja di depak dan diplintirkan apalagi cuma sayadaw." - Jelas sekali debat dengan saya di waktu lampau tidak menghasilkan pencerahan apa-apa baginya tentang apa itu vipassana.

Yang paling konyol adalah posting Fabian Chandra, tokoh praktisi vipassana Mahasi yg "sangat senior".. Dengan logika yg sangat naif ("Guru A = murid Guru B; jadi ajaran Guru A tidak terlalu berbeda dengan ajaran murid-murid Guru B lainnya"), Fabian menyimpulkan: "Sayadaw U Tejaniya adalah murid dari Alm. Shwe Oo Min Sayadaw. Shwe Oo Min Sayadaw adalah murid dari Alm. Mahasi Sayadaw, tentu saja ilmu beliau dengan ilmu yang dipelajari oleh murid-murid Mahasi Sayadaw tak akan berbeda secara prinsipil." Tampaknya sejak Fabian berdebat dengan saya beberapa tahun lalu, tidak ada kemajuan sedikit pun dalam pemahamannya tentang vipassana. (http://meditasi-mengenal-diri.org/mmd_download_ebooks.html)

Kemudian Jerry membebek Fabian: "Setelah diselidiki, memang tidak berbeda jauh ajaran Shwe U Min Sayadaw dari Mahasi Sayadaw." -- 'Setelah diselidiki'? Bagaimana cara "menyelidiki"? Tentu bukan dengan menjalani retret bersama Sayadaw U Tejaniya, bukan? :-)

Baik Fabian maupun Jerry--entah lupa entah tidak--tidak ingat bahwa Shwe Oo Min menolak ketika diminta oleh murid-murid Mahasi yg lain untuk menjadi "pengajar utama" di pusat meditasi Mahasi setelah Mahasi meninggal dunia. Alih-alih, beliau meninggalkan pusat itu, lalu mengajarkan teknik vipassana yg khas Shwe Oo Min di pusatnya sendiri yg sederhana. Belakangan ternyata bahwa teknik Shwe Oo Min berbeda secara mendasar dengan teknik Mahasi.

Kesimpulan Fabian & Jerry itu menggelikan bagi para praktisi vipassana Shwe Oo Min/MMD, karena jelas-jelas teknik Shwe Oo Min berbeda dari teknik Mahasi. Ini sangat kental terasa dalam diskusi & wawancara dengan Sayadaw U Tejaniya baru-baru ini di Bali, baik selama retret 10-hari di Brahmavihara-arama, maupun retret 1-hari di Vihara Asokarama. (Semua ceramah & diskusi dalam kedua retret itu direkam secara profesional dan kini tengah diedit untuk diterbitkan sebagai DVD dan MP3.)

Kedua retret itu diikuti oleh banyak praktisi Mahasi yg senior! Mereka mengaku menghadapi suatu teknik vipassana yg sama sekali baru, yg membutuhkan beberapa lama untuk beradaptasi. Beberapa orang mengalami kebingungan.

Perbedaan yg mendasar antara teknik Shwe Oo Min & teknik Mahasi adalah, dalam teknik Shwe Oo Min:
(1) tidak ada konsentrasi pada "objek utama" (naik-turunnya dinding perut, sentuhan pada bantal & langkah kaki);
(2) tidak ada pencatatan/labeling;
(3) tidak ada perlambatan semua gerakan tubuh, karena tidak alamiah;
sebagaiman terdapat dalam teknik Mahasi.

Mulai saat ini ke depan, sejak kunjungan Sayadaw U Tejaniya ke Bali pada awal November kemarin, akan semakin banyak praktisi vipassana di Indonesia yg mengadopsi teknik Shwe Oo Min, baik yg formalnya disebut MMD, maupun yg diajarkan langsung oleh Sayadaw U Tejaniya. Pada bulan Juni tahun 2011 beliau akan datang lagi ke Indonesia mengajar di dua tempat  [at]  seminggu di Bali. Begitulah rencananya setiap tahun, beliau akan mengajar retreat di Indonesia. Maka komen-komen Fabian Chandra akan tampak semakin kedodoran saja.

***

Yang dipersoalkan oleh Benny Sumedho adalah ucapan Sayadaw U Tejaniya, "kesadaran saja tidak cukup", yg seolah-olah bertentangan dengan pernyataan saya: "Kembangkan sadar/eling terhadap semua pikiran & si aku (termasuk ritual, kepercayaan, doktrin agama dsb)."

Apakah yg dimaksud Sayadaw dengan pernyataan itu? Dalam ceramah dhamma bersama Sri Pannyavaro Mahathera di Vihara Buddha Sakyamuni baru-baru ini, terlontar pula pertanyaan tentang "kesadaran saja tidak cukup". (lihat bawah) Jelas yg dimaksud adalah kesadaran harus disertai pengertian, kebijaksanaan, panna. Tanpa panna orang akan masuk ke dalam samatha, ketenangan.

Lalu apa yg dimaksud dengan panna? Bukan rumusan panna sebagaimana dimaksud dalam JMB8, bukan teori atau pemikiran intelektual, melainkan adalah 'sikap sadar tanpa memegang dan tanpa menolak apa pun yg muncul dalam batin'.

Jadi pernyataan "kesadaran saja tidak cukup" bukan berarti harus kembali kepada doktrin-doktrin Buddhisme, melainkan harus mengembangkan panna, menyadari segala sesuatu tanpa melekat & tanpa menolak.

Pernyataan "kesadaran saja tidak cukup" sesungguhnya ditujukan kepada para pemeditasi samatha, yg menggunakan konsentrasi kuat terhadap satu objek, yg mengira dengan sati saja, tanpa panna sudah cukup.

Para pembaca, silakan menyimak transkrip dari ceramah kedua Bhante yg bersangkutan dengan hal ini di bawah ini.

***

Pada retret 1-hari di vihara Asokarama tgl 8 Nov 2010 baru-baru ini, Sayadaw kebetulan harus meninggalkan tempat retret. Beliau berkata pada para yogi, "If you have any problem, you can ask Dr. Hudoyo."

Sayadaw U Tejaniya baru mengenal saya selama 11 hari sebelumnya. Tetapi dari interaksi yg sangat intens--terutama ketika saya menjalankan tugas saya menerjemahkan semua ceramah, diskusi & wawancara beliau, dari sejak ceramah dhamma bersama Sri Pannyavaro Mahathera di Vihara Buddha Sakyamuni di Denpasar, pada waktu retret 10-hari di Brahmavihara-arama, dan pada waktu retret 1-hari di vihara Asokarama di Denpasar, dan juga dari diskusi-diskusi empat mata dengan saya--beliau mengenal betul bagaimana pemahaman saya mengenai meditasi vipassana yg murni. Beliau tahu betul bahwa saya telah mengajarkan MMD selama 10 tahun, dan bahwa MMD telah bergeser dari teknik Mahasi yg saya ajarkan pada awal tahun 2000-an, sampai identik dengan teknik Shwe Oo Min sejak 3 tahun terakhir. Beliau telah membaca artikel saya "Introduction to MMD". Beliau membaca pula buku Krishnamurti, "Freedom from the Known" yg saya berikan kepada beliau. "He doesn't like organizations; I like that guy," kata Sayadaw sambil tertawa.

Kepercayaan yg diberikan oleh Sayadaw kepada saya untuk menjelaskan kepada para yogi teknik vipassana yg beliau ajarkan itu cukup untuk menepiskan gunjingan orang-orang di Dhammacitta.org yg sama sekali tidak tahu apa-apa tentang teknik vipassana Shwe Oo Min maupun MMD, bahkan mungkin tidak pernah bermeditasi vipassana sama sekali.

***

Saran saya kepada para penggunjing, cobalah dulu mengikuti retret vipassana menurut teknik Shwe Oo Min/MMD sebelum bicara yg bukan-bukan tentang MMD. Kalau tidak, kalian akan tetap terliput moha, tidak memahami vipassana yg murni, dan tidak akan pernah bebas, selalu menyerang sesuatu yg tidak Anda pahami, yg Anda rasakan mengancam kenyamanan pribadi Anda.

Kepada Sumedho Benny--pimpinan Dhammacitta.org--saya serukan, hentikan pendiskreditan MMD di forum Anda. Selama ini Anda & teman-teman Andalah yg selalu mulai menyerang saya dan MMD lebih dulu, bukan? Bahkan setelah saya Anda depak dari DC, Anda masih mengunjingkan saya dan MMD di forum Anda.

Vipassana Shwe Oo Min/MMD akan semakin meluas di kalangan praktisi meditasi di Indonesia--Buddhis maupun non-Buddhis--tanpa dapat Anda bendung lagi, sekalipun Anda memiliki forum Buddhis yg populer. Semua argumentasi Anda, apalagi argumentasi Fabian, akan semakin tidak mempan dan menyedihkan. Dan Anda hanya akan berhasil menyebarluaskan permusuhan di kalangan umat Buddha.

Menurut saya, satu-satunya sikap terbaik yg dapat Anda ambil adalah menerima vipassana Shwe Oo Min/MMD sebagai satu pilihan alternatif dari praktik-praktik vipassana yg ada di masyarakat. Tidak perlu permusuhan diteruskan berlarut-larut, seperti permusuhan antara Mahayana & Theravada di masa lampau.

Sayadaw U Tejaniya berkali-kali mengatakan: "Pikiran adalah pikiran, bukan baik, bukan buruk; sadari saja, jangan dipegang, jangan ditolak."

Saya berkali-kali mengatakan: "Sadari pikiran & si aku--termasuk pikiran tentang doktrin agama yg Anda anut--sampai pikiran/si aku itu diam dengan sendirinya."

Jelas tidak berbeda pemahaman Sayadaw U Tejaniya dan pemahaman saya mengenai vipassana yg murni. Itulah MMD.

Hudoyo


=========================================

[Dari ceramah dhamma di Vihara Buddha Sakyamuni, Denpasar, 28 Oktober 2010.
Transkrip ceramah ini selengkapnya dapat diunduh di http://www.facebook.com/note.php?note_id=453523691639 ]

PENANYA:

Sayadaw, mohon dijelaskan lebih rinci pernyataan "kesadaran saja tidak cukup".

SAYADAW U TEJANIYA:

Di dalam meditasi vipassana, kita perlu memahami, bukan?...
Pemahaman perlu muncul...
Jadi kita harus melatih kearifan...
bukan hanya kesadaran...
itu tidak cukup.

Ada 'sati-sampajanna' ...
sadar, tapi tidak sadar secara membuta...
kita perlu sadar secara cerdas...
jadi kita perlu menggunakan kearifan bersama dengan kesadaran...
Itulah sebabnya pemahaman yang lebih dalam dapat muncul...
Itulah sebabnya kesadaran saja tidak cukup.

Sesungguhnya, dalam meditasi yang disebut kesadaran sesungguhnya terdiri dari  5 kualitas batin yang bekerja bersama...
kesadaran, konsentrasi, usaha, keyakinan dan kearifan...
kelima kualitas ini harus bekerja sama secara seimbang...
Bukan hanya terpaku pada kesadaran saja.

Nah, orang bermeditasi sering menggunakan banyak usaha...
mereka tidak tahu bagaimana menggunakan kearifan...

Bila Anda berlatih 'samatha', usaha ini boleh-boleh saja...
Tetapi bila Anda berlatih vipassana...
meditasi pencerahan...
usaha saja tidak cukup...
Anda membutuhkan lebih banyak kearifan...
itulah sebabnya saya menjelaskan ini.


SRI PANNYAVARO MAHATHERA:

Beliau menjelaskan, di dalam meditasi 'samatha', memang viriya, memfokus,  konsentrasi, menyatu pada objek, itu
perlu sekali...
Tetapi di dalam meditasi vipassana berbeda...
di dalam vipassana, viriya harus seimbang dengan panna, kearifan,  kebijaksanaan.

Bukan berarti
—ini yang sering salah tangkap di masyarakat Indonesisa—kalau panna atau  wisdom itu harus muncul, harus seimbang, lalu Anda mengingat-ingat teori...
Tidak!...
"Khotbah bhante itu bagaimana, khotbah bhante ini bagaimana... catatan ini  bagaimana... sutta itu bagaimana.
Kalau itu diingat-ingat, berarti kebijaksanaan atau panna ikut muncul, tidak  hanya semangat saja."
Bukan itu... panna di sini bukan itu!

Panna di dalam vipassana adalah
jangan ikut campur dengan batin yang muncul...
jangan mengontrol...
Jangan melekat...
kalau yang muncul itu mengenakkan, menyenangkan, menggiurkan...
Juga jangan menolak...
kalau yang muncul dalam pikiran, dalam ingatan itu yang kotor, yang jelek,  yang membuat kita tidak senang...
Jangan menolak...
jangan melekat...
Tugas kita menyadari...

Kalau Anda tidak menolak, tidak melekat...
kemudian Anda menyadari...
di situ ada wisdom...

Bukan berarti kalau yang muncul itu menyenangkan, lalu
"Oh, ini saya harus pegang"...
dengan viriya...
kemudian dikembangkan...
diperhatikan sungguh-sungguh...
di situ tidak ada wisdom...
dan Anda melekat ke situ...
meskipun yang dilekati itu baik...
konsep yang baik, yang mulia.
Di dalam vipassana, itu jangan dilekati...
"O, sekadar tahu"...
Yang muncul tidak menyenangkan, yang buruk,
"O, sekadar tahu"...
Itulah yang beliau sebut panna, wisdom.

Bukan kemudian lalu dicocok-cocokkan dengan catatan, dicocokkan dengan waktu  saya dulu kursus dulu: "Bagaimana ya, termasuk yang mana ya"...
Bukan itu wisdom...
Itu nanti teori... pikiran jalan...
putar-putar...
Apalagi kalau ingatannya itu agak lupa...
"Aduh, gimana, lupa ini..."
Nah, itu timbul nanti kemarahan pada dirinya sendiri...
penyesalan pada dirinya sendiri...

Berbeda, berbeda, sangat berbeda dengan vipassana...
wisdom di dalam vipassana itu memperhatikan saja...
tidak melekat, tidak menolak...
semua objek yang muncul...
dengan kesadaran.

Jadi tadi beliau mengatakan,
kesadaran saja memang tidak cukup...
karena kalau hanya kesadaran saja...
"Pokoknya saya menyadari nafas saya saja... ini kan sudah ada kesadaran, sudah  cukup"...
Tidak cukup!

Beliau mengatakan, kita tidak hanya fisik, kita juga punya mind...
Mengapa Anda tidak menyadari mind Anda...
perasaan Anda yang muncul...
gejolak pikiran yang muncul.
Kalau Anda menyadari itu semua...
ada wisdom di sana.

Beliau juga mengatakan, pada akhir khotbah beliau,
rileks tetapi tahu objek.

Bukan tahu objek dengan viriya yang kuat,
tetapi juga tidak rileks saja...
Kalau Anda rileks saja, nanti tidur...
Rileks dengan tidak tahu objek...
rileks tapi tahu objek.

Jadi yang dimaksud dengan 'sampajanna',
yang dimaksud dengan panna di dalam vipassana itu begitu...
Semua harus diperhatikan, semua menjadi objek...
bukan teori intelektual...

Karena agak sulit, karena kata-kata 'bijaksana', 'pengertian benar' itu  langsung kita akan berpikir,
"O, berapa banyak buku yang pernah saya baca"...
"Pengertian benar saya sudah lengkap? masih sedikit-sedikit?"...
"Saya jadi umat Buddha baru berapa bulan, jadi pengertian benar belum banyak,  panna belum..."
Bukan... bukan... bukan itu!

Dalam meditasi, yang disebut panna atau 'sampajanna' itu:
semua disadari tanpa ditolak, tanpa dilekati...

Kalau Anda melekat, tidak ada panna...
Kalau Anda menolak, "Aku tidak mau ini", "Ingatan ini membuat aku tidak enak",  "AKu sudah tidak mau mengingat-ingat ini, kenapa muncul lagi", "O ini pikiran  jahat, aku tidak mau"...
tidak ada panna di situ.

Tetapi kalau Anda melekat pada memori yang menyenangkan...
juga tidak ada panna di situ.

Melekat pada satu objek...
juga tidak ada panna di situ.

Karena itu, vipassana adalah seimbang
antara sati, perhatian, semangat, panna...
melihat semua, menyadari semua...
dengan netral...
samadhi... dan saddha.

Jadi ini hanya sekadar persoalan bahasa, karena 'pengertian benar',  'kebijaksanaan' itu amat berbeda...
kalau itu dimasukkan dalam meditasi, jangan sampai meditasinya jadi  mikir-mikir...
karena pengertian 'panna', 'sampajanna', di dalam meditasi berbeda dengan  'kebijaksanaan', 'pengertian benar' di dalam bahasa Indonesia.

Terima kasih.
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: char101 on 17 November 2010, 06:48:20 PM
Quote from: kur0bane on 17 November 2010, 05:41:51 PM
Perbedaan yg mendasar antara teknik Shwe Oo Min & teknik Mahasi adalah, dalam teknik Shwe Oo Min:
(1) tidak ada konsentrasi pada "objek utama" (naik-turunnya dinding perut, sentuhan pada bantal & langkah kaki);
(2) tidak ada pencatatan/labeling;
(3) tidak ada perlambatan semua gerakan tubuh, karena tidak alamiah;
sebagaiman terdapat dalam teknik Mahasi.

Dalam satipatthana memang tidak ada objek utama, sedangkan pencatatan dan pelambatan itu optional, jadi masalahnya di mana... :p
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: ryu on 17 November 2010, 10:00:41 PM
Quote from: kur0bane on 17 November 2010, 05:41:51 PM
hasil copast:p

Di forum Dhammacitta.org--dimulai dengan posting Benny Sumedho--orang sibuk bergunjing mempertentangkan ajaran vipassana Sayadaw U Tejaniya dengan ajaran vipassana saya (MMD). (http://dhct.org/f17726.0)
hasil copast:P
Saya telusuri "diskusi" itu, dan tidak satu pun saya temukan posting yg berbobot di situ. Seperti biasanya di Dhammacitta.org, isinya hanyalah pergunjingan orang-orang yg tidak pernah bermeditasi vipassana sama sekali.
ternyata suka ngintip toh =))

QuoteMalah Sumedho Benny--pimpinan Dhammacitta.org--sempat memelintir kata-kata saya sehingga menjurus kepada fitnah terhadap saya: "Lah, khotbah Sang Buddha aja di depak dan diplintirkan apalagi cuma sayadaw." - Jelas sekali debat dengan saya di waktu lampau tidak menghasilkan pencerahan apa-apa baginya tentang apa itu vipassana.
oh jadi bapak sudah ada kemajuan ya dalam vipasana, selamat deh =))

QuoteYang paling konyol adalah posting Fabian Chandra, tokoh praktisi vipassana Mahasi yg "sangat senior".. Dengan logika yg sangat naif ("Guru A = murid Guru B; jadi ajaran Guru A tidak terlalu berbeda dengan ajaran murid-murid Guru B lainnya"), Fabian menyimpulkan: "Sayadaw U Tejaniya adalah murid dari Alm. Shwe Oo Min Sayadaw. Shwe Oo Min Sayadaw adalah murid dari Alm. Mahasi Sayadaw, tentu saja ilmu beliau dengan ilmu yang dipelajari oleh murid-murid Mahasi Sayadaw tak akan berbeda secara prinsipil." Tampaknya sejak Fabian berdebat dengan saya beberapa tahun lalu, tidak ada kemajuan sedikit pun dalam pemahamannya tentang vipassana. (http://meditasi-mengenal-diri.org/mmd_download_ebooks.html)

Kemudian Jerry membebek Fabian: "Setelah diselidiki, memang tidak berbeda jauh ajaran Shwe U Min Sayadaw dari Mahasi Sayadaw." -- 'Setelah diselidiki'? Bagaimana cara "menyelidiki"? Tentu bukan dengan menjalani retret bersama Sayadaw U Tejaniya, bukan? :-)

Baik Fabian maupun Jerry--entah lupa entah tidak--tidak ingat bahwa Shwe Oo Min menolak ketika diminta oleh murid-murid Mahasi yg lain untuk menjadi "pengajar utama" di pusat meditasi Mahasi setelah Mahasi meninggal dunia. Alih-alih, beliau meninggalkan pusat itu, lalu mengajarkan teknik vipassana yg khas Shwe Oo Min di pusatnya sendiri yg sederhana. Belakangan ternyata bahwa teknik Shwe Oo Min berbeda secara mendasar dengan teknik Mahasi.

Kesimpulan Fabian & Jerry itu menggelikan bagi para praktisi vipassana Shwe Oo Min/MMD, karena jelas-jelas teknik Shwe Oo Min berbeda dari teknik Mahasi. Ini sangat kental terasa dalam diskusi & wawancara dengan Sayadaw U Tejaniya baru-baru ini di Bali, baik selama retret 10-hari di Brahmavihara-arama, maupun retret 1-hari di Vihara Asokarama. (Semua ceramah & diskusi dalam kedua retret itu direkam secara profesional dan kini tengah diedit untuk diterbitkan sebagai DVD dan MP3.)

Kedua retret itu diikuti oleh banyak praktisi Mahasi yg senior! Mereka mengaku menghadapi suatu teknik vipassana yg sama sekali baru, yg membutuhkan beberapa lama untuk beradaptasi. Beberapa orang mengalami kebingungan.

Perbedaan yg mendasar antara teknik Shwe Oo Min & teknik Mahasi adalah, dalam teknik Shwe Oo Min:
(1) tidak ada konsentrasi pada "objek utama" (naik-turunnya dinding perut, sentuhan pada bantal & langkah kaki);
(2) tidak ada pencatatan/labeling;
(3) tidak ada perlambatan semua gerakan tubuh, karena tidak alamiah;
sebagaiman terdapat dalam teknik Mahasi.

Mulai saat ini ke depan, sejak kunjungan Sayadaw U Tejaniya ke Bali pada awal November kemarin, akan semakin banyak praktisi vipassana di Indonesia yg mengadopsi teknik Shwe Oo Min, baik yg formalnya disebut MMD, maupun yg diajarkan langsung oleh Sayadaw U Tejaniya. Pada bulan Juni tahun 2011 beliau akan datang lagi ke Indonesia mengajar di dua tempat  [at]  seminggu di Bali. Begitulah rencananya setiap tahun, beliau akan mengajar retreat di Indonesia. Maka komen-komen Fabian Chandra akan tampak semakin kedodoran saja.

wah sekarang malah sudah bisa membaca batin orang =))


QuoteYang dipersoalkan oleh Benny Sumedho adalah ucapan Sayadaw U Tejaniya, "kesadaran saja tidak cukup", yg seolah-olah bertentangan dengan pernyataan saya: "Kembangkan sadar/eling terhadap semua pikiran & si aku (termasuk ritual, kepercayaan, doktrin agama dsb)."

Apakah yg dimaksud Sayadaw dengan pernyataan itu? Dalam ceramah dhamma bersama Sri Pannyavaro Mahathera di Vihara Buddha Sakyamuni baru-baru ini, terlontar pula pertanyaan tentang "kesadaran saja tidak cukup". (lihat bawah) Jelas yg dimaksud adalah kesadaran harus disertai pengertian, kebijaksanaan, panna. Tanpa panna orang akan masuk ke dalam samatha, ketenangan.

Lalu apa yg dimaksud dengan panna? Bukan rumusan panna sebagaimana dimaksud dalam JMB8, bukan teori atau pemikiran intelektual, melainkan adalah 'sikap sadar tanpa memegang dan tanpa menolak apa pun yg muncul dalam batin'.

Jadi pernyataan "kesadaran saja tidak cukup" bukan berarti harus kembali kepada doktrin-doktrin Buddhisme, melainkan harus mengembangkan panna, menyadari segala sesuatu tanpa melekat & tanpa menolak.

Pernyataan "kesadaran saja tidak cukup" sesungguhnya ditujukan kepada para pemeditasi samatha, yg menggunakan konsentrasi kuat terhadap satu objek, yg mengira dengan sati saja, tanpa panna sudah cukup.

Para pembaca, silakan menyimak transkrip dari ceramah kedua Bhante yg bersangkutan dengan hal ini di bawah ini.

***

Pada retret 1-hari di vihara Asokarama tgl 8 Nov 2010 baru-baru ini, Sayadaw kebetulan harus meninggalkan tempat retret. Beliau berkata pada para yogi, "If you have any problem, you can ask Dr. Hudoyo."

Sayadaw U Tejaniya baru mengenal saya selama 11 hari sebelumnya. Tetapi dari interaksi yg sangat intens--terutama ketika saya menjalankan tugas saya menerjemahkan semua ceramah, diskusi & wawancara beliau, dari sejak ceramah dhamma bersama Sri Pannyavaro Mahathera di Vihara Buddha Sakyamuni di Denpasar, pada waktu retret 10-hari di Brahmavihara-arama, dan pada waktu retret 1-hari di vihara Asokarama di Denpasar, dan juga dari diskusi-diskusi empat mata dengan saya--beliau mengenal betul bagaimana pemahaman saya mengenai meditasi vipassana yg murni. Beliau tahu betul bahwa saya telah mengajarkan MMD selama 10 tahun, dan bahwa MMD telah bergeser dari teknik Mahasi yg saya ajarkan pada awal tahun 2000-an, sampai identik dengan teknik Shwe Oo Min sejak 3 tahun terakhir. Beliau telah membaca artikel saya "Introduction to MMD". Beliau membaca pula buku Krishnamurti, "Freedom from the Known" yg saya berikan kepada beliau. "He doesn't like organizations; I like that guy," kata Sayadaw sambil tertawa.

Kepercayaan yg diberikan oleh Sayadaw kepada saya untuk menjelaskan kepada para yogi teknik vipassana yg beliau ajarkan itu cukup untuk menepiskan gunjingan orang-orang di Dhammacitta.org yg sama sekali tidak tahu apa-apa tentang teknik vipassana Shwe Oo Min maupun MMD, bahkan mungkin tidak pernah bermeditasi vipassana sama sekali.
iya deh bapak memang hebat kok, iya deh tehnik bapak sama sayadaw memang sama.

QuoteSaran saya kepada para penggunjing, cobalah dulu mengikuti retret vipassana menurut teknik Shwe Oo Min/MMD sebelum bicara yg bukan-bukan tentang MMD. Kalau tidak, kalian akan tetap terliput moha, tidak memahami vipassana yg murni, dan tidak akan pernah bebas, selalu menyerang sesuatu yg tidak Anda pahami, yg Anda rasakan mengancam kenyamanan pribadi Anda.
oh jadi bapak sudah terlepas dari moha ya? sudah memahami vipasana murni? sudh bebas? sudah tidak menyerang sesuatu yang tidak bapak pahami, yang bapak rasakan mengancam kenyamanan pribadi bapak? selamat deh kalau bapak sudah terbebas dari semua itu berarti anda lebih hebat =))

QuoteKepada Sumedho Benny--pimpinan Dhammacitta.org--saya serukan, hentikan pendiskreditan MMD di forum Anda. Selama ini Anda & teman-teman Andalah yg selalu mulai menyerang saya dan MMD lebih dulu, bukan? Bahkan setelah saya Anda depak dari DC, Anda masih mengunjingkan saya dan MMD di forum Anda.
suhu jawab nih =))

QuoteVipassana Shwe Oo Min/MMD akan semakin meluas di kalangan praktisi meditasi di Indonesia--Buddhis maupun non-Buddhis--tanpa dapat Anda bendung lagi, sekalipun Anda memiliki forum Buddhis yg populer. Semua argumentasi Anda, apalagi argumentasi Fabian, akan semakin tidak mempan dan menyedihkan. Dan Anda hanya akan berhasil menyebarluaskan permusuhan di kalangan umat Buddha.

Menurut saya, satu-satunya sikap terbaik yg dapat Anda ambil adalah menerima vipassana Shwe Oo Min/MMD sebagai satu pilihan alternatif dari praktik-praktik vipassana yg ada di masyarakat. Tidak perlu permusuhan diteruskan berlarut-larut, seperti permusuhan antara Mahayana & Theravada di masa lampau.

Sayadaw U Tejaniya berkali-kali mengatakan: "Pikiran adalah pikiran, bukan baik, bukan buruk; sadari saja, jangan dipegang, jangan ditolak."

Saya berkali-kali mengatakan: "Sadari pikiran & si aku--termasuk pikiran tentang doktrin agama yg Anda anut--sampai pikiran/si aku itu diam dengan sendirinya."

Jelas tidak berbeda pemahaman Sayadaw U Tejaniya dan pemahaman saya mengenai vipassana yg murni. Itulah MMD.

Hudoyo


=========================================

[Dari ceramah dhamma di Vihara Buddha Sakyamuni, Denpasar, 28 Oktober 2010.
Transkrip ceramah ini selengkapnya dapat diunduh di http://www.facebook.com/note.php?note_id=453523691639 ]

PENANYA:

Sayadaw, mohon dijelaskan lebih rinci pernyataan "kesadaran saja tidak cukup".

SAYADAW U TEJANIYA:

Di dalam meditasi vipassana, kita perlu memahami, bukan?...
Pemahaman perlu muncul...
Jadi kita harus melatih kearifan...
bukan hanya kesadaran...
itu tidak cukup.

Ada 'sati-sampajanna' ...
sadar, tapi tidak sadar secara membuta...
kita perlu sadar secara cerdas...
jadi kita perlu menggunakan kearifan bersama dengan kesadaran...
Itulah sebabnya pemahaman yang lebih dalam dapat muncul...
Itulah sebabnya kesadaran saja tidak cukup.

Sesungguhnya, dalam meditasi yang disebut kesadaran sesungguhnya terdiri dari  5 kualitas batin yang bekerja bersama...
kesadaran, konsentrasi, usaha, keyakinan dan kearifan...
kelima kualitas ini harus bekerja sama secara seimbang...
Bukan hanya terpaku pada kesadaran saja.

Nah, orang bermeditasi sering menggunakan banyak usaha...
mereka tidak tahu bagaimana menggunakan kearifan...

Bila Anda berlatih 'samatha', usaha ini boleh-boleh saja...
Tetapi bila Anda berlatih vipassana...
meditasi pencerahan...
usaha saja tidak cukup...
Anda membutuhkan lebih banyak kearifan...
itulah sebabnya saya menjelaskan ini.


SRI PANNYAVARO MAHATHERA:

Beliau menjelaskan, di dalam meditasi 'samatha', memang viriya, memfokus,  konsentrasi, menyatu pada objek, itu
perlu sekali...
Tetapi di dalam meditasi vipassana berbeda...
di dalam vipassana, viriya harus seimbang dengan panna, kearifan,  kebijaksanaan.

Bukan berarti
—ini yang sering salah tangkap di masyarakat Indonesisa—kalau panna atau  wisdom itu harus muncul, harus seimbang, lalu Anda mengingat-ingat teori...
Tidak!...
"Khotbah bhante itu bagaimana, khotbah bhante ini bagaimana... catatan ini  bagaimana... sutta itu bagaimana.
Kalau itu diingat-ingat, berarti kebijaksanaan atau panna ikut muncul, tidak  hanya semangat saja."
Bukan itu... panna di sini bukan itu!

Panna di dalam vipassana adalah
jangan ikut campur dengan batin yang muncul...
jangan mengontrol...
Jangan melekat...
kalau yang muncul itu mengenakkan, menyenangkan, menggiurkan...
Juga jangan menolak...
kalau yang muncul dalam pikiran, dalam ingatan itu yang kotor, yang jelek,  yang membuat kita tidak senang...
Jangan menolak...
jangan melekat...
Tugas kita menyadari...

Kalau Anda tidak menolak, tidak melekat...
kemudian Anda menyadari...
di situ ada wisdom...

Bukan berarti kalau yang muncul itu menyenangkan, lalu
"Oh, ini saya harus pegang"...
dengan viriya...
kemudian dikembangkan...
diperhatikan sungguh-sungguh...
di situ tidak ada wisdom...
dan Anda melekat ke situ...
meskipun yang dilekati itu baik...
konsep yang baik, yang mulia.
Di dalam vipassana, itu jangan dilekati...
"O, sekadar tahu"...
Yang muncul tidak menyenangkan, yang buruk,
"O, sekadar tahu"...
Itulah yang beliau sebut panna, wisdom.

Bukan kemudian lalu dicocok-cocokkan dengan catatan, dicocokkan dengan waktu  saya dulu kursus dulu: "Bagaimana ya, termasuk yang mana ya"...
Bukan itu wisdom...
Itu nanti teori... pikiran jalan...
putar-putar...
Apalagi kalau ingatannya itu agak lupa...
"Aduh, gimana, lupa ini..."
Nah, itu timbul nanti kemarahan pada dirinya sendiri...
penyesalan pada dirinya sendiri...

Berbeda, berbeda, sangat berbeda dengan vipassana...
wisdom di dalam vipassana itu memperhatikan saja...
tidak melekat, tidak menolak...
semua objek yang muncul...
dengan kesadaran.

Jadi tadi beliau mengatakan,
kesadaran saja memang tidak cukup...
karena kalau hanya kesadaran saja...
"Pokoknya saya menyadari nafas saya saja... ini kan sudah ada kesadaran, sudah  cukup"...
Tidak cukup!

Beliau mengatakan, kita tidak hanya fisik, kita juga punya mind...
Mengapa Anda tidak menyadari mind Anda...
perasaan Anda yang muncul...
gejolak pikiran yang muncul.
Kalau Anda menyadari itu semua...
ada wisdom di sana.

Beliau juga mengatakan, pada akhir khotbah beliau,
rileks tetapi tahu objek.

Bukan tahu objek dengan viriya yang kuat,
tetapi juga tidak rileks saja...
Kalau Anda rileks saja, nanti tidur...
Rileks dengan tidak tahu objek...
rileks tapi tahu objek.

Jadi yang dimaksud dengan 'sampajanna',
yang dimaksud dengan panna di dalam vipassana itu begitu...
Semua harus diperhatikan, semua menjadi objek...
bukan teori intelektual...

Karena agak sulit, karena kata-kata 'bijaksana', 'pengertian benar' itu  langsung kita akan berpikir,
"O, berapa banyak buku yang pernah saya baca"...
"Pengertian benar saya sudah lengkap? masih sedikit-sedikit?"...
"Saya jadi umat Buddha baru berapa bulan, jadi pengertian benar belum banyak,  panna belum..."
Bukan... bukan... bukan itu!

Dalam meditasi, yang disebut panna atau 'sampajanna' itu:
semua disadari tanpa ditolak, tanpa dilekati...

Kalau Anda melekat, tidak ada panna...
Kalau Anda menolak, "Aku tidak mau ini", "Ingatan ini membuat aku tidak enak",  "AKu sudah tidak mau mengingat-ingat ini, kenapa muncul lagi", "O ini pikiran  jahat, aku tidak mau"...
tidak ada panna di situ.

Tetapi kalau Anda melekat pada memori yang menyenangkan...
juga tidak ada panna di situ.

Melekat pada satu objek...
juga tidak ada panna di situ.

Karena itu, vipassana adalah seimbang
antara sati, perhatian, semangat, panna...
melihat semua, menyadari semua...
dengan netral...
samadhi... dan saddha.

Jadi ini hanya sekadar persoalan bahasa, karena 'pengertian benar',  'kebijaksanaan' itu amat berbeda...
kalau itu dimasukkan dalam meditasi, jangan sampai meditasinya jadi  mikir-mikir...
karena pengertian 'panna', 'sampajanna', di dalam meditasi berbeda dengan  'kebijaksanaan', 'pengertian benar' di dalam bahasa Indonesia.

Terima kasih.
semoga bapak bisa mempraktekkan ini bukan teori saja, sehingga tidak ada pikiran dia menghinaku, dia menggunjingkan aku, dia menetangku =))
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: The Ronald on 17 November 2010, 11:02:08 PM
Sebelumnya bilang
QuoteSeperti biasanya di Dhammacitta.org, isinya hanyalah pergunjingan orang-orang yg tidak pernah bermeditasi vipassana sama sekali

Trus kemudian bilang
QuoteYang paling konyol adalah posting Fabian Chandra, tokoh praktisi vipassana Mahasi

Setau saya seh ..yg namanya praktisi vipassana itu paling gak pernah berlatih vipassana.. Paling tidak sekali... Entah apa maksud pak hundoyo
Sila ke 4 pak..
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: EVO on 18 November 2010, 07:15:15 AM
at: ryu
ati-ati tuh perut kram
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: kur0bane on 18 November 2010, 09:45:08 AM
niat amat nanggepinnya bro.
wakakwaw
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: morpheus on 18 November 2010, 10:06:32 AM
nunggu...
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: ryu on 18 November 2010, 10:21:44 AM
harusnya kalau ada yang ikut retreatnya bisa sharing di sini nih :D
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: K.K. on 18 November 2010, 10:26:48 AM
Dari dulu saya paling alergi raungan singa "saya praktisi meditasi, anda bukan", "saya lebih paham intinya, anda cuma kulitnya." Tidaklah perlu katakan siapa yang lebih pengalaman, siapa lebih bijaksana, siapa lebih maju dalam meditasi, sebaliknya berperilakulah yang bijaksana di mana orang bisa nyaman dan menjadi lebih baik. 

Saya pikir meditasi adalah pengalaman pribadi seseorang yang sangat subjektif, tidak bisa dibenturkan secara intelektual, juga tidak ada gunanya. Silahkan promosi meditasi sendiri dan membandingkan secara objektif, tapi jangan mendiskreditkan punya orang lain.

Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: ryu on 18 November 2010, 10:36:39 AM
ada pepatah semakin tua semakin berisi, semakin menunduk keknya kaga berlaku yak ;D
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: K.K. on 18 November 2010, 10:49:30 AM
Quote from: ryu on 18 November 2010, 10:36:39 AM
ada pepatah semakin tua semakin berisi, semakin menunduk keknya kaga berlaku yak ;D
Salah, semakin berisi semakin menunduk, namun tidak selalu semakin tua semakin berisi.
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: johan3000 on 18 November 2010, 11:34:56 AM
Quote from: Indra on 26 August 2010, 06:36:58 PM
benar, sayadaw ini sering dijadikan perisai pelindung bagi pak hudoyo, sayang sekali perisai itu ternyata malah menyerang balik
bro Indra,
koq perisai itu bisa menyerang balik? mohon detailnya dunng....

Quote from: Kainyn_Kutho on 18 November 2010, 10:49:30 AM
Salah, semakin berisi semakin menunduk, namun tidak selalu semakin tua semakin berisi.
utk lebih yakin, gimana kalau MENGUNDANG ... =))
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: morpheus on 18 November 2010, 12:37:48 PM
gak ada yg membahas esensi tulisannya ketimbang "pribadinya"?

Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Adhitthana on 19 November 2010, 01:04:01 AM
Quote from: ryu on 18 November 2010, 10:21:44 AM
harusnya kalau ada yang ikut retreatnya bisa sharing di sini nih :D
Harusnya papa bond .... ikut niee  ;D
biar bisa sharing disini ....

Sayadaw U Tejaniya pernah datang ke Indonesia tahun 2009
dan membimbing retreat meditasi ..... jadi yg Di bali itu bukan pertama kali datang dan membimbing di Indonesia
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: dhammasiri on 19 November 2010, 10:16:36 AM
Kalau saya harus mengambil filsafat padi, setiap padi yang muncul akan akan berdiri tegak, seolah menunjukkan dia adalah perkasa, yang paling sanggup menunjukkan diri, yang paling sanggup berdiri. Akan tetapi setelah berisi, padi itu akan menunduk, menikmati isinya, menikmati warna keemasan yang dia miliki. Padi yang berisi tidak lagi akan show off. Seandainya ada padi yang keluar dan selalu tegak hingga mati, tidak pernah menunduk hingga mati, itu menandakan padi itu diserang wereng, tidak berisi. Dalam perkembangan psikologi seseorang, kita akan tampak arogan, sombong setelah kita mengetahui sesuatu. Kita percaya bahwa kita tahu. Kita percaya bahwa kita memahami. Kita merasa lebih mengerti daripada orang lain, bahkan sering kali kita merasa lebih pandai daripada guru kita. Akibatnya, kita akan menjadi over-talkative. Akan tetapi, setelah kondisi psikologi menjadi lebih dewasa, kesombongan itu akan turun. Kesombongan itu akan lenyap berdasarkan pemahaman sifat kehidupan ini. Seandainya, kesombongan itu tidak turun, tidak berkurang, tidak lenyap hingga akhir hidupnya, berarti ada kesalahan: Padi terserang wereng; komputer terserang virus.
Saya sangat senang melihat practical philosophynya Zen. Saat seseorang diterima menjadi murid, dia akan diberi koan untuk dijadikan objek meditasi. Setelah mendapatkan koan, umumnya sang murid akan berusaha keras memberikan jawaban, memecahkan koan itu. Ribuan kali, mungkin dia akan datang kepada gurunya untuk memberikan jawaban. Tetapi, ribuan kali juga gurunya akan menolak. Namun, saat dia telah menemukan jawaban atas koan yang diberikan, dia akan diam. Sering kali, dia tidak akan menemui gurunya lagi. Dari sini kita bisa melihat bagaimana kesombongan, keinginan untuk dipuji, keinginan untuk dikatakan bahwa dia sukses menemukan jawaban atasa koan yang diberikan, muncul pada tahap awal praktik. Setelah sukses, ego telah luluh, tidak ada lagi yang perlu ditunjukkan. Keinginan untuk dikatakan sukses, tidak ada lagi. Keinginan untuk dikatakan dia bisa memberikan jawaban, bisa menjelaskan tidak ada lagi.
Secara pribadi saya melihat, orang-orang yang show off, orang-orang yang menunjukkan dirinya sebagai orang yang tahu, orang-orang yang ingin mendapatkan rekognisi dari yang lain, sesungguhnya adalah orang-orang yang tidak mempunyai self-confidence. Kalau memang kita mempunyai self-confidence, untuk apa show off? Untuk apa kita perlu mendapatkan rekognisi dari yang lain? Singkat kata, hanya ember yang kosong yang perlu diisi. Kalau sudah penuh, untuk apa diisi?
Just sharing nonsense words.
Ayo maju semuanya. Jangan terlelap dalam buaian kesombongan.
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: inJulia on 25 November 2010, 07:26:21 PM
Quote from: morpheus on 18 November 2010, 12:37:48 PM
gak ada yg membahas esensi tulisannya ketimbang "pribadinya"?
sadhu... sadhu... sadhu...

Ayo... siapa yg mampu membantah argumen pak Hud?
:)
_/\_
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: inJulia on 25 November 2010, 07:26:36 PM
Maaf, opera mini kadang mabok. :)
Posting ku jadi kacau. maaf..
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: K.K. on 26 November 2010, 08:18:03 AM
Quote from: inJulia on 25 November 2010, 07:26:21 PM
sadhu... sadhu... sadhu...

Ayo... siapa yg mampu membantah argumen pak Hud?
:)
_/\_
Beberapa argumen Pak Hud (yang diambil dari Mulapariyaya & Bahiya sutta) menurut saya benar kok.
Title: "True but not right, right but not true."
Post by: hendrako on 26 November 2010, 11:27:18 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 26 November 2010, 08:18:03 AM
Beberapa argumen Pak Hud (yang diambil dari Mulapariyaya & Bahiya sutta) menurut saya benar kok.
Sesuatu yang benar bisa menjadi salah pada tempat dan hubungan yang tidak tepat.

At one time I went to see a teacher who said that we don't need the discipline or the Vinaya rules: "All you have to do is be mindful. Mindfulness is enough." So I went back and told Ajahn Chah, and he said: "True but not right, right but not true!" Because, ultimately, we don't need rules, just being mindful is the Way. But most of us don't start from the enlightened experience, we more or less have to use expedient means to contemplate and to develop mindfulness. So the meditation techniques, disciplinary rules and so on are tools for reflection and mindfulness.

..............................

There are different ideas about enlightenment: instant or gradual. Some may say: "Enlightenment is now", while others say that it has to be done gradually, stage by stage, lifetime by lifetime. Both these are true - but not right, right but not true. They are just different ways of contemplating and reflecting on the experience of the moment. The idea of instant enlightenment is very appealing to the modern mind: one LSD tablet and we're there - without having to go through a monastic training or give up anything at all; instant enlightenment!

Sumber:
Who We Really Are
From Forest Sangha Newsletter, October 1996, Number 38
Ajahn Sumedho
abhayagiri.org/main/article/216/
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: K.K. on 26 November 2010, 11:47:16 AM
Quote from: hendrako on 26 November 2010, 11:27:18 AM
Sesuatu yang benar bisa menjadi salah pada tempat dan hubungan yang tidak tepat.
Betul sekali. Karena itu saya hanya menilai pembahasan sebatas sutta tersebut dan tidak menilai MMD-nya sendiri, karena saya belum pernah ikut (jadi tidak tahu aplikasinya).


QuoteAt one time I went to see a teacher who said that we don't need the discipline or the Vinaya rules: "All you have to do is be mindful. Mindfulness is enough." So I went back and told Ajahn Chah, and he said: "True but not right, right but not true!" Because, ultimately, we don't need rules, just being mindful is the Way. But most of us don't start from the enlightened experience, we more or less have to use expedient means to contemplate and to develop mindfulness. So the meditation techniques, disciplinary rules and so on are tools for reflection and mindfulness.

..............................

There are different ideas about enlightenment: instant or gradual. Some may say: "Enlightenment is now", while others say that it has to be done gradually, stage by stage, lifetime by lifetime. Both these are true - but not right, right but not true. They are just different ways of contemplating and reflecting on the experience of the moment. The idea of instant enlightenment is very appealing to the modern mind: one LSD tablet and we're there - without having to go through a monastic training or give up anything at all; instant enlightenment!

Sumber:
Who We Really Are
From Forest Sangha Newsletter, October 1996, Number 38
Ajahn Sumedho
abhayagiri.org/main/article/216/
Mengenai ini, saya pernah tulis tapi lupa entah di mana. Benar moralitas dan disiplin sama sekali tidak perlu jika anda bisa menjalankan satipatthana/perhatian benar tanpa terputus sepanjang hidup.

Sama seperti jika anda tanya saya apakah dalam main alat musik tidak perlu indera penglihatan; saya akan jawab bahkan indera pendengaran pun tidak diperlukan. Hanya perlu indera pikiran yang menguasai lagu dan alat musik, dan indera tubuh (tangan/kaki) untuk mengoperasikan alat musik. Tapi kalau anda tanya apakah perlu indera tersebut dalam belajar, maka jawabannya sangat relatif, tergantung siapa yang belajar.

Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: fabian c on 13 December 2010, 12:58:49 PM
Quote from: kur0bane on 17 November 2010, 05:41:51 PM
hasil copast:p

Di forum Dhammacitta.org--dimulai dengan posting Benny Sumedho--orang sibuk bergunjing mempertentangkan ajaran vipassana Sayadaw U Tejaniya dengan ajaran vipassana saya (MMD). (http://dhct.org/f17726.0)
hasil copast:P
Saya telusuri "diskusi" itu, dan tidak satu pun saya temukan posting yg berbobot di situ. Seperti biasanya di Dhammacitta.org, isinya hanyalah pergunjingan orang-orang yg tidak pernah bermeditasi vipassana sama sekali.

Malah Sumedho Benny--pimpinan Dhammacitta.org--sempat memelintir kata-kata saya sehingga menjurus kepada fitnah terhadap saya: "Lah, khotbah Sang Buddha aja di depak dan diplintirkan apalagi cuma sayadaw." - Jelas sekali debat dengan saya di waktu lampau tidak menghasilkan pencerahan apa-apa baginya tentang apa itu vipassana.

Yang paling konyol adalah posting Fabian Chandra, tokoh praktisi vipassana Mahasi yg "sangat senior".. Dengan logika yg sangat naif ("Guru A = murid Guru B; jadi ajaran Guru A tidak terlalu berbeda dengan ajaran murid-murid Guru B lainnya"), Fabian menyimpulkan: "Sayadaw U Tejaniya adalah murid dari Alm. Shwe Oo Min Sayadaw. Shwe Oo Min Sayadaw adalah murid dari Alm. Mahasi Sayadaw, tentu saja ilmu beliau dengan ilmu yang dipelajari oleh murid-murid Mahasi Sayadaw tak akan berbeda secara prinsipil." Tampaknya sejak Fabian berdebat dengan saya beberapa tahun lalu, tidak ada kemajuan sedikit pun dalam pemahamannya tentang vipassana. (http://meditasi-mengenal-diri.org/mmd_download_ebooks.html)

Kasihan pak Hudoyo... setelah tak bisa menjawab pernyataan saya "bila ingin menghentikan pikiran cukup pergi tidur saja, yang mudah kok dibuat sulit" lalu mem-blok saya, sekarang dia tak bisa melihat jawaban saya di facebook, lalu ngedumel sendiri di forumnya.

QuoteKemudian Jerry membebek Fabian: "Setelah diselidiki, memang tidak berbeda jauh ajaran Shwe U Min Sayadaw dari Mahasi Sayadaw." -- 'Setelah diselidiki'? Bagaimana cara "menyelidiki"? Tentu bukan dengan menjalani retret bersama Sayadaw U Tejaniya, bukan? :-)

Baik Fabian maupun Jerry--entah lupa entah tidak--tidak ingat bahwa Shwe Oo Min menolak ketika diminta oleh murid-murid Mahasi yg lain untuk menjadi "pengajar utama" di pusat meditasi Mahasi setelah Mahasi meninggal dunia. Alih-alih, beliau meninggalkan pusat itu, lalu mengajarkan teknik vipassana yg khas Shwe Oo Min di pusatnya sendiri yg sederhana. Belakangan ternyata bahwa teknik Shwe Oo Min berbeda secara mendasar dengan teknik Mahasi.

Pak Hudoyo ini kasihan banget, ia tidak tahu bahwa U Janaka Sayadaw juga menolak mengajar di Mahasi Centre karena sudah punya Centre sendiri.

QuoteKesimpulan Fabian & Jerry itu menggelikan bagi para praktisi vipassana Shwe Oo Min/MMD, karena jelas-jelas teknik Shwe Oo Min berbeda dari teknik Mahasi. Ini sangat kental terasa dalam diskusi & wawancara dengan Sayadaw U Tejaniya baru-baru ini di Bali, baik selama retret 10-hari di Brahmavihara-arama, maupun retret 1-hari di Vihara Asokarama. (Semua ceramah & diskusi dalam kedua retret itu direkam secara profesional dan kini tengah diedit untuk diterbitkan sebagai DVD dan MP3.)

Kedua retret itu diikuti oleh banyak praktisi Mahasi yg senior! Mereka mengaku menghadapi suatu teknik vipassana yg sama sekali baru, yg membutuhkan beberapa lama untuk beradaptasi. Beberapa orang mengalami kebingungan.

Inilah pernyataan orang yang tak mengerti esensi dari Vipassana, yang dipersoalkan malah gerakan-gerakan tubuh yang sifatnya remeh, bukan faktor-faktor batin seperti perhatian (sati), konsentrasi (samadhi), semangat (viriya), kesenangan/kegiuran (piti) dan ketenangan (passadhi) sesuai dengan "Tujuh Faktor Pencerahan (Satta Bhojanga).

Nampaknya pak Hudoyo memang tidak mengerti esensi Vipassana, dan ia tidak mendalami, oleh karena itu ia tidak mengetahui bahwa labelling dianjurkan bagi "meditator pemula" karena U Janaka Sayadaw sekalipun membolehkan seorang Yogi untuk tidak me "label" bila mencapai tingkat tertentu. U Rajinda Sayadaw, U Pandita Sayadaw dll juga tidak memaksakan "labelling"

QuotePerbedaan yg mendasar antara teknik Shwe Oo Min & teknik Mahasi adalah, dalam teknik Shwe Oo Min:
(1) tidak ada konsentrasi pada "objek utama" (naik-turunnya dinding perut, sentuhan pada bantal & langkah kaki);
(2) tidak ada pencatatan/labeling;
(3) tidak ada perlambatan semua gerakan tubuh, karena tidak alamiah;
sebagaiman terdapat dalam teknik Mahasi.

Perbedaan mendasar MMD dan Sayadaw U Tejaniya/Shwee Oo Min dan guru Vipassana lainnya adalah:
(1) MMD tak perlu konsentrasi, Shwee Oo Min dan semua guru Vipassana menekankan perlunya konsentrasi sebagai salah satu faktor pencerahan (Satta Bhojanga)
(2) Sayadaw U Tejaniya dan guru Vipassana lainnya tak mengatakan guru-guru penghafal Tipitaka menyimpang seperti Hudoyo.
(3) Hudoyo beranggapan Jalan Ariya berunsur Delapan tak perlu, sementara Sayadaw U Tejaniya dan yang lainnya menganggap perlu.
(4) Sayadaw U Tejaniya tidak menekankan pada cara melangkah sebagai suatu metode, sementara Hudoyo menkankan pada cara melangkah.
(5) Sayadaw U Tejaniya dan para guru meditasi Vipassana lainnya dan bahkan banyak meditator Vipassana pemula yang telah mengalami tilakkhana (anicca, dukkha dan anatta) sementara Hudoyo belum, dan ia menganggap bahwa tilakkhana hanya hafalan.

(6) Bagi teman-teman yang ingin menambahkan silahkan......

QuoteMulai saat ini ke depan, sejak kunjungan Sayadaw U Tejaniya ke Bali pada awal November kemarin, akan semakin banyak praktisi vipassana di Indonesia yg mengadopsi teknik Shwe Oo Min, baik yg formalnya disebut MMD, maupun yg diajarkan langsung oleh Sayadaw U Tejaniya. Pada bulan Juni tahun 2011 beliau akan datang lagi ke Indonesia mengajar di dua tempat  [at]  seminggu di Bali. Begitulah rencananya setiap tahun, beliau akan mengajar retreat di Indonesia. Maka komen-komen Fabian Chandra akan tampak semakin kedodoran saja.

Aih... apakah ia masih punya rasa malu...?

***

QuoteYang dipersoalkan oleh Benny Sumedho adalah ucapan Sayadaw U Tejaniya, "kesadaran saja tidak cukup", yg seolah-olah bertentangan dengan pernyataan saya: "Kembangkan sadar/eling terhadap semua pikiran & si aku (termasuk ritual, kepercayaan, doktrin agama dsb)."

Apakah yg dimaksud Sayadaw dengan pernyataan itu? Dalam ceramah dhamma bersama Sri Pannyavaro Mahathera di Vihara Buddha Sakyamuni baru-baru ini, terlontar pula pertanyaan tentang "kesadaran saja tidak cukup". (lihat bawah) Jelas yg dimaksud adalah kesadaran harus disertai pengertian, kebijaksanaan, panna. Tanpa panna orang akan masuk ke dalam samatha, ketenangan.

Lalu apa yg dimaksud dengan panna? Bukan rumusan panna sebagaimana dimaksud dalam JMB8, bukan teori atau pemikiran intelektual, melainkan adalah 'sikap sadar tanpa memegang dan tanpa menolak apa pun yg muncul dalam batin'.

Jadi pernyataan "kesadaran saja tidak cukup" bukan berarti harus kembali kepada doktrin-doktrin Buddhisme, melainkan harus mengembangkan panna, menyadari segala sesuatu tanpa melekat & tanpa menolak.

Pernyataan "kesadaran saja tidak cukup" sesungguhnya ditujukan kepada para pemeditasi samatha, yg menggunakan konsentrasi kuat terhadap satu objek, yg mengira dengan sati saja, tanpa panna sudah cukup.

Para pembaca, silakan menyimak transkrip dari ceramah kedua Bhante yg bersangkutan dengan hal ini di bawah ini.

Lagu lama... memperalat nama Bhante Panna untuk pembenaran diri.

***

QuotePada retret 1-hari di vihara Asokarama tgl 8 Nov 2010 baru-baru ini, Sayadaw kebetulan harus meninggalkan tempat retret. Beliau berkata pada para yogi, "If you have any problem, you can ask Dr. Hudoyo."

Sayadaw U Tejaniya baru mengenal saya selama 11 hari sebelumnya. Tetapi dari interaksi yg sangat intens--terutama ketika saya menjalankan tugas saya menerjemahkan semua ceramah, diskusi & wawancara beliau, dari sejak ceramah dhamma bersama Sri Pannyavaro Mahathera di Vihara Buddha Sakyamuni di Denpasar, pada waktu retret 10-hari di Brahmavihara-arama, dan pada waktu retret 1-hari di vihara Asokarama di Denpasar, dan juga dari diskusi-diskusi empat mata dengan saya--beliau mengenal betul bagaimana pemahaman saya mengenai meditasi vipassana yg murni. Beliau tahu betul bahwa saya telah mengajarkan MMD selama 10 tahun, dan bahwa MMD telah bergeser dari teknik Mahasi yg saya ajarkan pada awal tahun 2000-an, sampai identik dengan teknik Shwe Oo Min sejak 3 tahun terakhir. Beliau telah membaca artikel saya "Introduction to MMD". Beliau membaca pula buku Krishnamurti, "Freedom from the Known" yg saya berikan kepada beliau. "He doesn't like organizations; I like that guy," kata Sayadaw sambil tertawa.

Kepercayaan yg diberikan oleh Sayadaw kepada saya untuk menjelaskan kepada para yogi teknik vipassana yg beliau ajarkan itu cukup untuk menepiskan gunjingan orang-orang di Dhammacitta.org yg sama sekali tidak tahu apa-apa tentang teknik vipassana Shwe Oo Min maupun MMD, bahkan mungkin tidak pernah bermeditasi vipassana sama sekali.

Dalam salah satu Sutta di Anguttara Nikaya, Sang Buddha mengatakan bahwa seseorang dikenal sifatnya setelah bergaul rapat dalam waktu yang lama..... Maklum Sayadaw U Tejaniya hanya mengenal beberapa hari...

***

QuoteSaran saya kepada para penggunjing, cobalah dulu mengikuti retret vipassana menurut teknik Shwe Oo Min/MMD sebelum bicara yg bukan-bukan tentang MMD. Kalau tidak, kalian akan tetap terliput moha, tidak memahami vipassana yg murni, dan tidak akan pernah bebas, selalu menyerang sesuatu yg tidak Anda pahami, yg Anda rasakan mengancam kenyamanan pribadi Anda.

Kepada Sumedho Benny--pimpinan Dhammacitta.org--saya serukan, hentikan pendiskreditan MMD di forum Anda. Selama ini Anda & teman-teman Andalah yg selalu mulai menyerang saya dan MMD lebih dulu, bukan? Bahkan setelah saya Anda depak dari DC, Anda masih mengunjingkan saya dan MMD di forum Anda.

Vipassana Shwe Oo Min/MMD akan semakin meluas di kalangan praktisi meditasi di Indonesia--Buddhis maupun non-Buddhis--tanpa dapat Anda bendung lagi, sekalipun Anda memiliki forum Buddhis yg populer. Semua argumentasi Anda, apalagi argumentasi Fabian, akan semakin tidak mempan dan menyedihkan. Dan Anda hanya akan berhasil menyebarluaskan permusuhan di kalangan umat Buddha.

Menurut saya, satu-satunya sikap terbaik yg dapat Anda ambil adalah menerima vipassana Shwe Oo Min/MMD sebagai satu pilihan alternatif dari praktik-praktik vipassana yg ada di masyarakat. Tidak perlu permusuhan diteruskan berlarut-larut, seperti permusuhan antara Mahayana & Theravada di masa lampau.

Apakah ia menganggap Dhammacitta bermusuhan dengannya..? Ataukah ia yang memiliki sikap bermusuhan terhadap Dhammacitta...?

QuoteSayadaw U Tejaniya berkali-kali mengatakan: "Pikiran adalah pikiran, bukan baik, bukan buruk; sadari saja, jangan dipegang, jangan ditolak."
Ini pernytaan benar yang disetujui oleh semua guru Vipassana

QuoteSaya berkali-kali mengatakan: "Sadari pikiran & si aku--termasuk pikiran tentang doktrin agama yg Anda anut--sampai pikiran/si aku itu diam dengan sendirinya."

Jelas tidak berbeda pemahaman Sayadaw U Tejaniya dan pemahaman saya mengenai vipassana yg murni. Itulah MMD.

Hudoyo

Nah yang ini hanya MMD yang menganutnya. Jelas berbeda dengan pernyataan diatas.

Menurut Sang Buddha: pikiran adalah pikiran, ia bukan aku, bukan diriku.
Menurut Hudoyo/MMD: pikiran adalah aku yang sedang bekerja.


=========================================

Quote[Dari ceramah dhamma di Vihara Buddha Sakyamuni, Denpasar, 28 Oktober 2010.
Transkrip ceramah ini selengkapnya dapat diunduh di http://www.facebook.com/note.php?note_id=453523691639 ]

PENANYA:

Sayadaw, mohon dijelaskan lebih rinci pernyataan "kesadaran saja tidak cukup".

SAYADAW U TEJANIYA:

Di dalam meditasi vipassana, kita perlu memahami, bukan?...
Pemahaman perlu muncul...
Jadi kita harus melatih kearifan...
bukan hanya kesadaran...
itu tidak cukup.

Ada 'sati-sampajanna' ...
sadar, tapi tidak sadar secara membuta...
kita perlu sadar secara cerdas...
jadi kita perlu menggunakan kearifan bersama dengan kesadaran...
Itulah sebabnya pemahaman yang lebih dalam dapat muncul...
Itulah sebabnya kesadaran saja tidak cukup.

Sesungguhnya, dalam meditasi yang disebut kesadaran sesungguhnya terdiri dari  5 kualitas batin yang bekerja bersama...
kesadaran, konsentrasi, usaha, keyakinan dan kearifan...
kelima kualitas ini harus bekerja sama secara seimbang...
Bukan hanya terpaku pada kesadaran saja.

Inilah yang dikatakan pancabala yang menurut pak Hudoyo tak perlu tapi ternyata Sayadaw menekankan mengenai hal ini disini. Bukan hanya terpaku pada "kesadaran saja" seperti dalam MMD.

QuoteNah, orang bermeditasi sering menggunakan banyak usaha...
mereka tidak tahu bagaimana menggunakan kearifan...

Bila Anda berlatih 'samatha', usaha ini boleh-boleh saja...
Tetapi bila Anda berlatih vipassana...
meditasi pencerahan...
usaha saja tidak cukup...
Anda membutuhkan lebih banyak kearifan...
itulah sebabnya saya menjelaskan ini.
Latihan Vipassana juga memerlukan pengembangan kesadaran/perhatian (sati), mengembangkan dan menyeimbangkan antara semangat/usaha (viriya) dengan konsentrasi (samadhi), juga mengembangkan dan menyeimbangkan kebijaksanaan (panna) dengan keyakinan (saddha).
Bukan hanya mengembangkan kesadaran atau kewaspadaan saja, karena tidak cukup. Semoga pak Hudoyo lebih arif dan belajar lagi Vipassana, berusaha menuntun diri ke arah yang benar.

QuoteSRI PANNYAVARO MAHATHERA:

Beliau menjelaskan, di dalam meditasi 'samatha', memang viriya, memfokus,  konsentrasi, menyatu pada objek, itu
perlu sekali...
Tetapi di dalam meditasi vipassana berbeda...
di dalam vipassana, viriya harus seimbang dengan panna, kearifan,  kebijaksanaan.

Bukan berarti
—ini yang sering salah tangkap di masyarakat Indonesisa—kalau panna atau  wisdom itu harus muncul, harus seimbang, lalu Anda mengingat-ingat teori...
Tidak!...
"Khotbah bhante itu bagaimana, khotbah bhante ini bagaimana... catatan ini  bagaimana... sutta itu bagaimana.
Kalau itu diingat-ingat, berarti kebijaksanaan atau panna ikut muncul, tidak  hanya semangat saja."
Bukan itu... panna di sini bukan itu!

Panna di dalam vipassana adalah
jangan ikut campur dengan batin yang muncul...
jangan mengontrol...
Jangan melekat...
kalau yang muncul itu mengenakkan, menyenangkan, menggiurkan...
Juga jangan menolak...
kalau yang muncul dalam pikiran, dalam ingatan itu yang kotor, yang jelek,  yang membuat kita tidak senang...
Jangan menolak...
jangan melekat...
Tugas kita menyadari...

Kalau Anda tidak menolak, tidak melekat...
kemudian Anda menyadari...
di situ ada wisdom...

Bukan berarti kalau yang muncul itu menyenangkan, lalu
"Oh, ini saya harus pegang"...
dengan viriya...
kemudian dikembangkan...
diperhatikan sungguh-sungguh...
di situ tidak ada wisdom...
dan Anda melekat ke situ...
meskipun yang dilekati itu baik...
konsep yang baik, yang mulia.
Di dalam vipassana, itu jangan dilekati...
"O, sekadar tahu"...
Yang muncul tidak menyenangkan, yang buruk,
"O, sekadar tahu"...
Itulah yang beliau sebut panna, wisdom.

Bukan kemudian lalu dicocok-cocokkan dengan catatan, dicocokkan dengan waktu  saya dulu kursus dulu: "Bagaimana ya, termasuk yang mana ya"...
Bukan itu wisdom...
Itu nanti teori... pikiran jalan...
putar-putar...
Apalagi kalau ingatannya itu agak lupa...
"Aduh, gimana, lupa ini..."
Nah, itu timbul nanti kemarahan pada dirinya sendiri...
penyesalan pada dirinya sendiri...

Berbeda, berbeda, sangat berbeda dengan vipassana...
wisdom di dalam vipassana itu memperhatikan saja...
tidak melekat, tidak menolak...
semua objek yang muncul...
dengan kesadaran.

Jadi tadi beliau mengatakan,
kesadaran saja memang tidak cukup...
karena kalau hanya kesadaran saja...
"Pokoknya saya menyadari nafas saya saja... ini kan sudah ada kesadaran, sudah  cukup"...
Tidak cukup!

Beliau mengatakan, kita tidak hanya fisik, kita juga punya mind...
Mengapa Anda tidak menyadari mind Anda...
perasaan Anda yang muncul...
gejolak pikiran yang muncul.
Kalau Anda menyadari itu semua...
ada wisdom di sana.

Beliau juga mengatakan, pada akhir khotbah beliau,
rileks tetapi tahu objek.

Bukan tahu objek dengan viriya yang kuat,
tetapi juga tidak rileks saja...
Kalau Anda rileks saja, nanti tidur...
Rileks dengan tidak tahu objek...
rileks tapi tahu objek.

Jadi yang dimaksud dengan 'sampajanna',
yang dimaksud dengan panna di dalam vipassana itu begitu...
Semua harus diperhatikan, semua menjadi objek...
bukan teori intelektual...

Karena agak sulit, karena kata-kata 'bijaksana', 'pengertian benar' itu  langsung kita akan berpikir,
"O, berapa banyak buku yang pernah saya baca"...
"Pengertian benar saya sudah lengkap? masih sedikit-sedikit?"...
"Saya jadi umat Buddha baru berapa bulan, jadi pengertian benar belum banyak,  panna belum..."
Bukan... bukan... bukan itu!

Dalam meditasi, yang disebut panna atau 'sampajanna' itu:
semua disadari tanpa ditolak, tanpa dilekati...

Kalau Anda melekat, tidak ada panna...
Kalau Anda menolak, "Aku tidak mau ini", "Ingatan ini membuat aku tidak enak",  "AKu sudah tidak mau mengingat-ingat ini, kenapa muncul lagi", "O ini pikiran  jahat, aku tidak mau"...
tidak ada panna di situ.

Tetapi kalau Anda melekat pada memori yang menyenangkan...
juga tidak ada panna di situ.

Melekat pada satu objek...
juga tidak ada panna di situ.

Karena itu, vipassana adalah seimbang
antara sati, perhatian, semangat, panna...
melihat semua, menyadari semua...
dengan netral...
samadhi... dan saddha.

Jadi ini hanya sekadar persoalan bahasa, karena 'pengertian benar',  'kebijaksanaan' itu amat berbeda...
kalau itu dimasukkan dalam meditasi, jangan sampai meditasinya jadi  mikir-mikir...
karena pengertian 'panna', 'sampajanna', di dalam meditasi berbeda dengan  'kebijaksanaan', 'pengertian benar' di dalam bahasa Indonesia.

Terima kasih.

Entah ini mengutip atau memperalat...?
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: rooney on 13 December 2010, 06:35:54 PM
Quote from: fabian c on 13 December 2010, 12:58:49 PM
Pak Hudoyo ini kasihan banget, ia tidak tahu bahwa U Janaka Sayadaw juga menolak mengajar di Mahasi Centre karena sudah punya Centre sendiri.

Kok Chanmay Sayadaw sudah tidak mau mengajar di Mahasi Sasana Yeiktha ? Bukankah itu adalah centre gurunya ya ? Kasihan kan sekarang sudah tidak ada guru besarnya...
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Adhitthana on 13 December 2010, 10:46:16 PM
^
^
Chanmay Sayadaw dan U Janaka Sayadaw adalah orang yg sama ??  ::)
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: rooney on 13 December 2010, 11:57:44 PM
Quote from: Adhitthana on 13 December 2010, 10:46:16 PM
^
^
Chanmay Sayadaw dan U Janaka Sayadaw adalah orang yg sama ??  ::)

Loh, Chanmay Sayadaw itu nama lainnya Sayadaw U Janakabivhamsa kan...
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Adhitthana on 14 December 2010, 12:14:03 AM
Quote from: rooney on 13 December 2010, 11:57:44 PM
Loh, Chanmay Sayadaw itu nama lainnya Sayadaw U Janakabivhamsa kan...

oooh gitu ..... baru tau  ;D
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: fabian c on 14 December 2010, 10:45:25 AM
Quote from: Adhitthana on 14 December 2010, 12:14:03 AM
oooh gitu ..... baru tau  ;D

Iya bro nama upasampada Chanmyay Sayadaw adalah U Janaka. Bhivamsa adalah gelar akademis diatas Dhammacariya.

Seperti juga semua murid Mahasi Sayadaw yang sudah memiliki centre sendiri, mereka memiliki kesibukan mengembangkan dan membimbing di centrenya masing-masing.

Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: rooney on 14 December 2010, 06:51:38 PM
Quote from: fabian c on 14 December 2010, 10:45:25 AM
Iya bro nama upasampada Chanmyay Sayadaw adalah U Janaka. Bhivamsa adalah gelar akademis diatas Dhammacariya.

Seperti juga semua murid Mahasi Sayadaw yang sudah memiliki centre sendiri, mereka memiliki kesibukan mengembangkan dan membimbing di centrenya masing-masing.

Ow, pantes keknya sekarang lebih terkenal Panditarama Monastery sama Chanmyay Yeiktha dibandingkan sama pusat meditasi yang dulu dibangun oleh guru mereka Mahasi Sayadaw...
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Dhamma Sukkha on 16 December 2010, 01:01:50 PM
Sayadaw U tejaniya mantap yaa... ;D ;D ;D
waktu retret ada dibagi kertasnyaa... ;D ;D ;D/
Hasilnyaa....
Ketenangan Yang Luar Biasaa waktu merenungkan setiap bait kalimatnyaa....\>U</

_/\_
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Adhitthana on 16 December 2010, 10:00:16 PM
Quote from: Dhamma Sukkha on 16 December 2010, 01:01:50 PM
Sayadaw U tejaniya mantap yaa... ;D ;D ;D
waktu retret ada dibagi kertasnyaa... ;D ;D ;D/
Hasilnyaa....
Ketenangan Yang Luar Biasaa waktu merenungkan setiap bait kalimatnyaa....\>U</

_/\_
Weks  ;D  ....
Citta udah pernah ikut retreat yg di bimbing Sayadaw U Tejaniya ?
Kapan dan brapa lama ?? ....

Bagi2 share donk ... jgn pelit2  ;)
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Utphala Dhamma on 18 December 2010, 04:43:14 AM
Dalam ceramah lengkap Sayadaw U Tejaniya yang diulas oleh Bhante Pannavaro itu, Sayadaw sebenarnya secara implisit menyatakan bahwa pengertian benar, SAMPAJANA, yang dipakai dalam meditasi Vipassana adalah melihat fenomena batin maupun jasmani sebagai bukan pribadi (anatta).

Dalam Abhidhamma, di bagian yang menjelaskan tentang 4 Satipatthana, sampajana dijelaskan sebagai panna atau samma ditthi.
Title: Re: Sayadaw U Tejaniya -> Awareness Alone is not Enough
Post by: Sien on 18 December 2010, 08:46:13 PM
Quote from: Sumedho on 19 August 2010, 09:01:00 AM
Ada yang sudah baca buku itu? http://sayadawutejaniya.org/wp-content/uploads/2008/08/Awareness-Alone-Is-Not-Enough.pdf (http://sayadawutejaniya.org/wp-content/uploads/2008/08/Awareness-Alone-Is-Not-Enough.pdf)

Hi All.... Salam kenal...

Saya lagi baca buku ini...menurut saya bagus sekali, mungkin karena cocok dengan selera saya kali yah.
Ini post pertama saya di forum ini, gak tahan juga untuk ga komen buku nya Sayadaw Tejaniya.

Kebetulan saya ikut retreas 10 hari dibali, november 2010 kemaren, great teacher, jadi sedikit bisa nyambung dengan bukunya. Hal yang saya ingat cukup beda dengan guru laen : investigation and mind momentum.

I think, this book is one of 'Must Read Book'
Jangan lupa yang ini juga
http://sayadawutejaniya.org/wp-content/uploads/2008/07/dontlookpp1-39.pdf

Namaste
Sien