Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Studi Sutta/Sutra => Topic started by: tesla on 05 March 2008, 08:17:42 AM

Title: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: tesla on 05 March 2008, 08:17:42 AM
mudah2an diskusi ini bukan jadi ajang menghina...

saya mewakilin El Sol, membawakan isi sutra yg dimaksud:

Quote from: El Sol on 10 October 2007, 09:50:16 PM
lage di bas..gk ada kerjaan...kluarin 1 buku kecil yg isine Diamond Sutra dan Prajna Paramita Sutra...Iseng ajah pengen tao isine ape....trus bukane ngacak...kebuka halaman 13...liat sesuatu yg meng-kagetkan...

Inilah yg gw baca di Halaman Tersebut :

"Subhuti, To Sum up, the merits resulting from this Sutra are inconceivable, inestimable and without limit. The Tathagata expounds it to those initiated into the Mahayana and the Supreme Yana. If they are able to receive, hold (in mind), read and recite it and expound it widely to others, the Tathagata will know and will see that they will achieve inexpressible and inconceivable merits that are without measure or limit. They will bear (responsibility for) the Tathagata's supreme Enlightenment (Anuttara-samyak-sambodhi) Why? Because, Subhuti, those who take delight in the Hinayana and hold the view of an ego, a personality, a being and a life, cannot listen to, receive, hold (in mind), read and recite this Sutra and explain it to others."

dari halaman ke-13(my lucky number)

Liat yg di bold boss??? pada zaman sang Buddha jelas2 belum ada yg namanya perpecahan Sangha...

silahkan leave comments....^^



nah... apakah Mahayana di sutra tersebut berarti sebuah aliran/tradisi?
dan apakah Hinayana tsb jg berarti sebuah aliran/tradisi?

:lotus:

_/\_
Title: Diamond Sutra
Post by: bond on 05 March 2008, 09:03:22 AM
Quote from: tesla on 05 March 2008, 08:17:42 AM
mudah2an diskusi ini bukan jadi ajang menghina...

saya mewakilin El Sol, membawakan isi sutra yg dimaksud:

Quote from: El Sol on 10 October 2007, 09:50:16 PM
lage di bas..gk ada kerjaan...kluarin 1 buku kecil yg isine Diamond Sutra dan Prajna Paramita Sutra...Iseng ajah pengen tao isine ape....trus bukane ngacak...kebuka halaman 13...liat sesuatu yg meng-kagetkan...

Inilah yg gw baca di Halaman Tersebut :

"Subhuti, To Sum up, the merits resulting from this Sutra are inconceivable, inestimable and without limit. The Tathagata expounds it to those initiated into the Mahayana and the Supreme Yana. If they are able to receive, hold (in mind), read and recite it and expound it widely to others, the Tathagata will know and will see that they will achieve inexpressible and inconceivable merits that are without measure or limit. They will bear (responsibility for) the Tathagata's supreme Enlightenment (Anuttara-samyak-sambodhi) Why? Because, Subhuti, those who take delight in the Hinayana and hold the view of an ego, a personality, a being and a life, cannot listen to, receive, hold (in mind), read and recite this Sutra and explain it to others."

dari halaman ke-13(my lucky number)

Liat yg di bold boss??? pada zaman sang Buddha jelas2 belum ada yg namanya perpecahan Sangha...

silahkan leave comments....^^



nah... apakah Mahayana di sutra tersebut berarti sebuah aliran/tradisi?
dan apakah Hinayana tsb jg berarti sebuah aliran/tradisi?

:lotus:

_/\_

Thanks El Sol untuk referensi sutranya, juga Tesla yg bantuin posting isinya.

IMO. Itu sih mengandung arti bukan sebagai  aliran secara harfiah, tetapi lebih kepada bagaimana interaksi seseorang dalam menjalankan Dhamma yg seharusnya dan yg bukan seharusnya (CMIIW).

Mungkin mengenai sutta Mahayana, khususnya sutra Intan bisa di bahas di thread tersendiri di forum Mahayana, biar lebih spesifik. _/\_
Title: Diamond Sutra
Post by: El Sol on 05 March 2008, 12:35:15 PM
 [at] atas
ini dah pernah dibahas..tapi..menurut para pakar...Hinayana dan Mahayana disini itu bukan merujuk pada aliran..

but yg ngeselin gw sampe skarang itu...

yg cetak buku Mahayana itu sengaja ato tidak sengaja menjelek2an Hinayana...

Hinayana=kendaraan kecil/orang2 yg ingin mencapai tingkat Arahat...

dan kalo emank ada yg bisa bahasa sansekerta..alangkah bagusnya kalo bisa menjelaskan secara detil translation tersebut...

kalo emank dalam sang Buddha ada mention tentang Hinayana dan Mahayana..maka Sutra intan itu palsu...karena perpecahan aliran baru ada setelah sang Buddha meninggal...dan gk mungkin donk sang Buddha mao Sanghanya terpisah dan ribut...tul gk? ^-^

_/\_
Title: Diamond Sutra
Post by: El Sol on 05 March 2008, 12:37:06 PM
Quote from: hengki on 05 March 2008, 06:13:09 AM
Orang gila lagi ceramah =))
Baru belajar Dhamma secara teori aja udah bangga banget dan udah sok ngajarin orang. Ngaca oi ngaca......

Mendingan loe ceramah di pinggir jalan aja....palingan sebentaran udah bonyok loe.
Orang kaya loe mah gak ada nyali....cuma berkoar-koar di internet aja :))
:)
maaf yak orang miskin...aku males debat yg gk guna ama loe...

jangan iri donk ama gw...

kalo gw bisa ke Malaysia belajar..

kalo gw banyak temen...

kalo gw ada internet yg cepet..

trus..trus...bisa jalan2 keluar negri trus trus...

dalam segi Dhamma...aku lebih hebat

jangan iri yak...

iri itu tanda tak mampu... ^-^

_/\_

oh iyah tambahan...

trus...aku gk kayak banci...^^

jangan iri yak...

iri itu tanda tak mampu...
Title: Re: Diamond Sutra
Post by: tesla on 05 March 2008, 03:41:29 PM
Quote from: El Sol on 05 March 2008, 12:35:15 PM
yg cetak buku Mahayana itu sengaja ato tidak sengaja menjelek2an Hinayana...

Hinayana=kendaraan kecil/orang2 yg ingin mencapai tingkat Arahat...

Sol, coba u kasih contoh, buku judul apa, karangan siapa yg membuat statement hinayana = orang yg ingin mencapai arahat.

baru kita tanyakan ke pakar mahayana.
Title: Re: Diamond Sutra
Post by: gajeboh angek on 05 March 2008, 03:50:21 PM
dan dibahas juga dari sudut theravada, biar diskusi sehat, bukan saling menghina
Title: Re: Diamond Sutra
Post by: El Sol on 05 March 2008, 09:42:55 PM
 [at] tesla
Quote from: wikipediaHīnayāna is used by Mahayanists as a name to refer variously to one or more doctrines, traditions, practitioners or thoughts that are generally concerned with the achievement of Nirvana as an Arahant or a Pratyeka-Buddha, as opposed to the achievement of liberation as a Samyaksambuddha, wherein the Samyaksambuddha (according to Mahayana lore) is deemed to operate from a basis of vowing to effect the spiritual liberation of all beings and creatures from the suffering of samsara (not just himself or a small number of others).
hxxp://en.wikipedia.org/wiki/Hinayana

dan selain dari Wikipedia..banyak aye denger dari anak2 Mahayana yg menghina Hinayana karena motivasinya untuk menjadi Arahat...
Title: Re: Diamond Sutra
Post by: bond on 05 March 2008, 10:53:11 PM
 [at] atas
Saya masih ingat ada yg bertanya ttg Hinayana ke Bhante Upaseno, dan jawaban beliau cukup bijak yg mana, dia balik bertanya Theravada aliran apa?
Nah yg saya tangkap pengertian penjelasan dari pertanyaan beliau adalah para Theravadin tidak menanggap Theravada sebagai Hinayana.

Saya pribadi melihat perselisihan ini ataupun jika memang ada dalam sutta, terjadi pada jaman dahulu kala setelah Sang Buddha parinibbana. Dimana perselisihan ini masuk kedalam area politik.

Bagaimana jika kita melihat keadaan sekarang dimana seluruh anggota Sangha dari Mahayana ataupun dari Theravada sudah tidak lagi mempermasalahkan perbedaan2 lagi tetapi mengutamakan keharmonisan. Dan saya pernah baca sekilas dalam pertemuan di PBB(kalau tidak salah) bahwa seluruh umat agama Buddha dari berbagai aliran mulai menyamakan persepsi dalam suatu keharmonisan, ini mengapa Bhante Ashin Jinarakhita membentuk Ekayana.

Walaupun beberapa Bhikkhu Theravada tetap mempertahankan tradisi, tetap mereka menjaga tali silahturami dengan Almarhum YM. Bhikkhu Ashin Jinarakhita.

IMO sudah saatnya kita melihat kekinian dalam konteks keharmonisan dalam keragaman tanpa menghilangkan kemurnian Dhamma itu sendiri. 

Saya juga ingin bertanya kepada Mahayanist, agar semua bisa jelas dari sebuah kebuntuan dari sebuah pertanyaan yaitu, apakah jalan Bodhisatva atau Arahat yg lebih mulia?

Atau meniadakan salah satu diatas?
Bagaimana dengan Arahat yg ada pada jaman Sang Buddha, apakah mereka mulia?

Semoga jawaban kekinian yg singkat padat dan jelas dapat memecahkan suatu kebuntuan, dan kitab adalah  kitab. Dhamma adalah Dhamma.

_/\_



Title: Re: Diamond Sutra
Post by: El Sol on 06 March 2008, 12:03:58 AM
 [at] atas
ekayana? itu...isinya pasti aneh yak? aku gk gitu jelas sama Ekayana...

tapi...gw pernah pergi ke Vihara Ekayana..dan dalam vandananya ada Adi Buddha...

Ekayana yg dimaksud apakah seperti itu? jika iya..

gw tolak mentah2...itu seperti mencemarkan ajaran Theravada dengan ajaran2 Vajra dan Maha..
Title: Re: Diamond Sutra
Post by: EVO on 06 March 2008, 06:26:48 AM
mungkin begini yah awal mula terjadi nya perbedaan...
pertentangan dalam perbedaan pandangan...yang berlandaskan kebenaran...
kebenaran menurut masing masing persepsi...

untung juga dah aku bodoh...engak ngerti aliran...sutra,etc
hihihi udah bodoh masih bilang untung.....kegelapan batin nih :)
makanya di samsara terus aku  :(
Title: Re: Diamond Sutra
Post by: Sumedho on 06 March 2008, 08:20:34 AM
hayo :backtotopic:

diamond sutra gitu loh
Title: Re: Diamond Sutra
Post by: bond on 06 March 2008, 08:26:10 AM
Quote from: El Sol on 06 March 2008, 12:03:58 AM
[at] atas
ekayana? itu...isinya pasti aneh yak? aku gk gitu jelas sama Ekayana...

tapi...gw pernah pergi ke Vihara Ekayana..dan dalam vandananya ada Adi Buddha...

Ekayana yg dimaksud apakah seperti itu? jika iya..

gw tolak mentah2...itu seperti mencemarkan ajaran Theravada dengan ajaran2 Vajra dan Maha..

Kalau saya melihat Ekayana lebih kepada sebuah wadah dan bukan sebuah aliran. Karena kebaktian di Vihara mereka ada yg berbahasa Pali dan Mahayana. Dan umat tinggal memilih apakah mereka mau ikut yg Theravada atau Mahayana. Tujuannya adalah keharmonisan. Bahkan saya pernah ikut ceramah Bhante yg dari Theravada yg mengajarkan meditasi di Vihara Ekayana.

Masalah Adi Buddha muncul dalam Vandana, ini dikarenakan politik di jaman orba, dimana ketika agama Buddha diperjuangkan agar menjadi agama yg diakui oleh pemerintah, harus ada penyebutan kata "Tuhan", nah muncullah Adi Buddha ini (lengkapnya Sang Hyang Adi Buddha), yg memang juga telah disepakati bersama oleh Sangha dari aliran agama Buddha yg ada di Indonesia. Dan memang membuahkan hasil , dan terdaftar resmi di departemen agama.

ngomong2 Subbhuti yg ada di Diamond sutra itu, ada sebutan Subhuti...dia itu umat awam atau Bhikkhu ya?


Title: Re: Diamond Sutra
Post by: tesla on 06 March 2008, 08:27:00 AM
Quote from: wikipediaHīnayāna is used by Mahayanists as a name to refer variously to one or more doctrines, traditions, practitioners or thoughts that are generally concerned with the achievement of Nirvana as an Arahant or a Pratyeka-Buddha, as opposed to the achievement of liberation as a Samyaksambuddha, wherein the Samyaksambuddha (according to Mahayana lore) is deemed to operate from a basis of vowing to effect the spiritual liberation of all beings and creatures from the suffering of samsara (not just himself or a small number of others).

:( oh...
pendapat ini...

... yg mengatakan apakah Pacceka Buddha/SammasamBuddha??
AFAIK, semua Buddha mencapai tingkat kesucian arahat...
so kalau yg belum mencapai arahat, mencela pencapaian arahat itu hal kecil, setuju dg El Sol: "***** tanda tak mampu..." :hammer: :hammer: :hammer: :P

Quote from: bond on 05 March 2008, 10:53:11 PM
Saya masih ingat ada yg bertanya ttg Hinayana ke Bhante Upaseno, dan jawaban beliau cukup bijak yg mana, dia balik bertanya Theravada aliran apa?
Nah yg saya tangkap pengertian penjelasan dari pertanyaan beliau adalah para Theravadin tidak menanggap Theravada sebagai Hinayana.

yup, Hinayana bukan men-refer ke suatu tradisi/aliran. (ntar suruh Bhante Upaseno tantangin Mahayana lore itu ^-^ )

dalam Theravada sendiri (CMIIW, saya masih newbie), sebenarnya tidak ada yg mengharuskan utk mencapai arahat. yg diajarkan adalah jalan menuju Nirvana. kalau mau ke neraka dulu, atau mau langsung, atau mau ke surga, terserah pilihan masing2. mo jadi Boddhisatva dulu trus jadi Buddha, ataupun mau jadi Arahat aja itu juga pilihan masing2. tidak ada yg memaksa kita. semua yg kita lakukan adalaha pilihan kita. kalau salah jalan, jgn salahkan orang/mahkluk lain. salahkanlah diri sendiri :))

:lotus:
with metta
Title: Re: Diamond Sutra
Post by: Sumedho on 06 March 2008, 08:32:01 AM
:backtotopic:
Title: Re: Diamond Sutra
Post by: bond on 06 March 2008, 08:36:52 AM
Bagaimana yg Mahayana melihat kata Hinayana yg ada di Diamond sutra, pada era sekarang, apakah masih melihat sebagai aliran, atau memiliki arti secara tersirat?

_/\_
Title: Re: Diamond Sutra
Post by: gajeboh angek on 06 March 2008, 08:42:04 AM
Saya mau nanggapin tentang Hinyana dari sudut pandang Theravada, tapi gak di thread ini, udah diperingatin suhu.
Title: Re: Diamond Sutra
Post by: tesla on 06 March 2008, 08:47:22 AM
^ topiknya Hinayana kok :P
Title: Re: Diamond Sutra
Post by: gajeboh angek on 06 March 2008, 08:49:47 AM
Hmmm, ok deh kalo suhu gak keberatan. Nanti siang/malam saya coba usahakan, soalnya lagi kurang waktu.
Title: Re: Diamond Sutra
Post by: morpheus on 06 March 2008, 08:58:07 AM
*masih nunggu jawaban komplit dan konsisten dari mahayanis* |-)
Title: Re: Diamond Sutra
Post by: Sumedho on 06 March 2008, 09:04:34 AM
buka thread baru aja suhu karuna
Title: Re: Diamond Sutra
Post by: tesla on 06 March 2008, 10:42:14 AM
ampun suhu ^:)^

saya kira mo bahas masalah hinayana nya (diamond sutra cuma barang bukti) :P ... kan topik diamond sutra sudah ada juga di The Vajracchedika Prajna Paramita Sutra ( Diamon Sutra) *SUTRA PALSU?* (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=735.0)

^:)^ ^:)^ ^:)^
Title: Re: Diamond Sutra
Post by: Sumedho on 06 March 2008, 11:11:06 AM
hmm boleh jg yah.... diganti deh.... hinayana dalam diamond sutra..

thanks
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 06 March 2008, 12:24:33 PM
Quote from: tesla on 06 March 2008, 08:27:00 AM
Quote from: wikipediaHīnayāna is used by Mahayanists as a name to refer variously to one or more doctrines, traditions, practitioners or thoughts that are generally concerned with the achievement of Nirvana as an Arahant or a Pratyeka-Buddha, as opposed to the achievement of liberation as a Samyaksambuddha, wherein the Samyaksambuddha (according to Mahayana lore) is deemed to operate from a basis of vowing to effect the spiritual liberation of all beings and creatures from the suffering of samsara (not just himself or a small number of others).

:( oh...
pendapat ini...

... yg mengatakan apakah Pacceka Buddha/SammasamBuddha??
AFAIK, semua Buddha mencapai tingkat kesucian arahat...
so kalau yg belum mencapai arahat, mencela pencapaian arahat itu hal kecil, setuju dg El Sol: "***** tanda tak mampu..." :hammer: :hammer: :hammer: :P

Quote from: bond on 05 March 2008, 10:53:11 PM
Saya masih ingat ada yg bertanya ttg Hinayana ke Bhante Upaseno, dan jawaban beliau cukup bijak yg mana, dia balik bertanya Theravada aliran apa?
Nah yg saya tangkap pengertian penjelasan dari pertanyaan beliau adalah para Theravadin tidak menanggap Theravada sebagai Hinayana.

yup, Hinayana bukan men-refer ke suatu tradisi/aliran. (ntar suruh Bhante Upaseno tantangin Mahayana lore itu ^-^ )

dalam Theravada sendiri (CMIIW, saya masih newbie), sebenarnya tidak ada yg mengharuskan utk mencapai arahat. yg diajarkan adalah jalan menuju Nirvana. kalau mau ke neraka dulu, atau mau langsung, atau mau ke surga, terserah pilihan masing2. mo jadi Boddhisatva dulu trus jadi Buddha, ataupun mau jadi Arahat aja itu juga pilihan masing2. tidak ada yg memaksa kita. semua yg kita lakukan adalaha pilihan kita. kalau salah jalan, jgn salahkan orang/mahkluk lain. salahkanlah diri sendiri :))

:lotus:
with metta
bagi Mahayana dan Vajrayana itu...arahat itu cuma merujuk kepada Savaka Buddha...

sedangkan kalo dalam Theravada...Arahat itu busa merujuk kepada setiap Buddha... ;)

Quote from: bond on 06 March 2008, 08:36:52 AM
Bagaimana yg Mahayana melihat kata Hinayana yg ada di Diamond sutra, pada era sekarang, apakah masih melihat sebagai aliran, atau memiliki arti secara tersirat?

_/\_
kalo menurut gw seh..

mereka suka ganti2 jawapan...kadang bilang itu merujuk pada tradisi..kadang bilang itu merujuk kepada interaksi seseorang dalam menjalankan Dhamma

bagi mereka..yg penting menang dah cukup, biarpun Dhamma harus diubah2 itu OK OK ajah...

wong...di Vajra..pembunuhan Makhluk hidup dan minum arak kadang2 dihalalkan...abis bunuh..baca mantra 1000 kale...ato gk nungging2 sehari 100 kale...<--lebih parah dari selam!

Quote from: Sumedho on 06 March 2008, 08:20:34 AM
hayo :backtotopic:

diamond sutra gitu loh
aku OOT gk yak? -_-"

Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: chingik on 06 March 2008, 05:28:51 PM
kalo menurut gw seh..

Quotemereka suka ganti2 jawapan...kadang bilang itu merujuk pada tradisi..kadang bilang itu merujuk kepada interaksi seseorang dalam menjalankan Dhamma

bagi mereka..yg penting menang dah cukup, biarpun Dhamma harus diubah2 itu OK OK ajah...

Dengan mengambil kesimpulan seperti di atas, apakah menurut saudara2 diskusi ini masih bisa dilanjutkan?

Karena jika saya menjelaskan A, anda hanya akan mengatakan "toh ada yang ngomong B"
sementara saya sedang memberi penjalasan lain, mungkin anda hanya tiada henti-hentinya mencurigai bhw saya sedang berusaha utn menjadi pemenang. Bagaimana diskusi demikian bisa berlanjut?  ???












Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: bond on 06 March 2008, 05:33:43 PM
Quote from: chingik on 06 March 2008, 05:28:51 PM
kalo menurut gw seh..

Quotemereka suka ganti2 jawapan...kadang bilang itu merujuk pada tradisi..kadang bilang itu merujuk kepada interaksi seseorang dalam menjalankan Dhamma

bagi mereka..yg penting menang dah cukup, biarpun Dhamma harus diubah2 itu OK OK ajah...

Dengan mengambil kesimpulan seperti di atas, apakah menurut saudara2 diskusi ini masih bisa dilanjutkan?

Karena jika saya menjelaskan A, anda hanya akan mengatakan "toh ada yang ngomong B"
sementara saya sedang memberi penjalasan lain, mungkin anda hanya tiada henti-hentinya mencurigai bhw saya sedang berusaha utn menjadi pemenang. Bagaimana diskusi demikian bisa berlanjut?  ???




Lanjut aja bro , ngak apa2. prasangka dan tidak, ngak masalah . Karena diskusi kan ngak dengan satu org aja. Jadi bisa dibilang forum ini multidiskusi. _/\_
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 06 March 2008, 05:41:45 PM
Quote from: chingik on 06 March 2008, 05:28:51 PM
kalo menurut gw seh..

Quotemereka suka ganti2 jawapan...kadang bilang itu merujuk pada tradisi..kadang bilang itu merujuk kepada interaksi seseorang dalam menjalankan Dhamma

bagi mereka..yg penting menang dah cukup, biarpun Dhamma harus diubah2 itu OK OK ajah...

Dengan mengambil kesimpulan seperti di atas, apakah menurut saudara2 diskusi ini masih bisa dilanjutkan?

Karena jika saya menjelaskan A, anda hanya akan mengatakan "toh ada yang ngomong B"
sementara saya sedang memberi penjalasan lain, mungkin anda hanya tiada henti-hentinya mencurigai bhw saya sedang berusaha utn menjadi pemenang. Bagaimana diskusi demikian bisa berlanjut?  ???













wong..

kalian kayak ular berlidah 2...
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: FZ on 06 March 2008, 05:59:11 PM
Quote from: bond on 06 March 2008, 05:33:43 PM
Quote from: chingik on 06 March 2008, 05:28:51 PM
kalo menurut gw seh..

Quotemereka suka ganti2 jawapan...kadang bilang itu merujuk pada tradisi..kadang bilang itu merujuk kepada interaksi seseorang dalam menjalankan Dhamma

bagi mereka..yg penting menang dah cukup, biarpun Dhamma harus diubah2 itu OK OK ajah...

Dengan mengambil kesimpulan seperti di atas, apakah menurut saudara2 diskusi ini masih bisa dilanjutkan?

Karena jika saya menjelaskan A, anda hanya akan mengatakan "toh ada yang ngomong B"
sementara saya sedang memberi penjalasan lain, mungkin anda hanya tiada henti-hentinya mencurigai bhw saya sedang berusaha utn menjadi pemenang. Bagaimana diskusi demikian bisa berlanjut?  ???




Lanjut aja bro , ngak apa2. prasangka dan tidak, ngak masalah . Karena diskusi kan ngak dengan satu org aja. Jadi bisa dibilang forum ini multidiskusi. _/\_
Ada baiknya belajar melepas.
Tujuan Anda adalah menjelaskan.
Dan ada baiknya Anda melepas keinginan agar pendapat Anda diterima.
Jadi Anda sendiri juga tidak sakit :)
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 06 March 2008, 08:15:15 PM
 [at] atas
bener tuh ^^
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: chingik on 08 March 2008, 10:32:40 AM
 
QuoteAda baiknya belajar melepas.
Tujuan Anda adalah menjelaskan.
Dan ada baiknya Anda melepas keinginan agar pendapat Anda diterima.
Jadi Anda sendiri juga tidak sakit


Bukan masalah ingin pendapat kita diterima atau tidak.
Coba kita telaah, pola diskusi bro El Sol bukan bertujuan mencari jawaban dari setiap penjelasan yang ada. Ada kesan bahwa sebenarnya penjesalan apapun percuma, karena mindset telah setting bahwa Mahayana bukan ajaran asli Buddha. Dengan pola pikir begitu, utk apalagi bertanya ini dan itu sementara setelah kita menjelaskan, jawabannya hanya begini: "ah.. ajaran palsu".
Cara demikian yang tidak ingin kita harapkan. Tentu ini hanya prasangka saja, mudah2an tidak seperti itu, dan tentu mohon koreksinya jika anggapan saya ini salah.

Oke, mengenai Sutra Intan yang mengatakan ttg Hinayana, itu tidak ada maksud menghina sama sekali, kecuali orang yang berpikiran picik merasa dihina. Sama seperti halnya dalam Sutta, Buddha mengkritik kaum brahmana, jika ada kaum brahmana yg berpikiran picik maka akan merasa telah dihina Sang Buddha bahkan ingin membalasnya.
Buddha tidak pernah mendiskreditkan aliran/kelompok manapun, bahkan kepada kaum brahmana sekalipun. Ini terbukti dari Buddha mengajarkan bagaimana menjadi brahmana yang sesungguhnya.
Mahayana juga tidak ada maksud menghina Hinayana, kecuali Hinayana picik yang merasa terhina (sama seperti kasus brahmana picik yang merasa terhina atas kritikan Buddha).






Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Kelana on 08 March 2008, 06:00:37 PM
Dari apa yang saya tangkap, sebenarnya yang dimasalahkan bukanlah Diamond Sutra, tetapi pemahaman Mahayanis mengenai istilah Hinayana. Sehingga membuat El Sol kesal. ^-^

1. Bagaimana dan dimana istilah Hinayana ini sering muncul dan digunakan?
2. Benarkah Mahayanis menggunakan istilah Hinayana untuk menamakan aliran yang ada di luar Mahayana termasuk Theravada? ( sepertinya ini yang dipermasalahkan oleh El Sol).
3. Benarkah ada aliran Hinayana?

Sebenarnya thread ini hanya seputar pertanyaan-pertanyaan di atas.

1. Bagaimana dan dimana istilah Hinayana ini sering muncul dan digunakan?
Jelas hanya ada dan sering digunakan dalam teks-teks sutra Mahayana. Diamond Sutra tidaklah bisa dijadikan acuan didalam menemukan istilah Hinayana dalam teks sutra Mahayana, karena tidak ada istilah Hinayana dalam teks tersebut. Lalu dimana? Nah, ini silakan rekan-rekan mencari dulu. Selamat mencari :D

2. Benarkah Mahayanis menggunakan istilah Hinayana untuk menamakan aliran yang ada di luar Mahayana termasuk Theravada? Pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh Mahayanis sendiri, karena istilah Hinayana hanya ditemukan dalam teks-teks sutra Mahayana. Dan jawabannya tergantung pernah atau tidak membaca teks-teks sutra Mahayana yang didalamnya terdapat istilah Hinayana, serta tergantung "bisikan" dari apa yang didengar dari orang lain.
Jika jawabannya bukan, lalu mengacu pada apakah Hinayana itu?

3. Benarkah ada aliran Hinayana? Dari 11 – 18 aliran Buddhism pada masa kerajaan Asoka, tidak ditemukan aliran yang bernama Hinayana. Jadi lagi, mengacu pada apakah Hinayana itu sehingga dalam sutra-sutra sering disejajarkan (diperbandingkan) dengan Mahayana (Kendaraan Agung/Besar)?

Tulisan diatas adalah tanggapan saya yang mungkin bisa menajdi bahan diskusi yang lebih terarah lagi.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: gajeboh angek on 08 March 2008, 07:04:15 PM
Sebenarnya nama Sutra yang tepat adalah Diamond Cutter Sutra ;D
Karena pengaruh perkembangan agama Buddha yang berbeda di tempat yang berbeda, Mahayana mengacu kepada aliran-aliran yang ada di India, sementara Theravada berkembang di Sri Lanka. Jadi sebenarnya istilah tersebut mengacu kepada aliran-aliran yang ada di India. Terlepas dari klaim masing-masing aliran apakah Sutra-sutra Mahayana asli atau tidak, pendapat ahli-ahli sejarah mengatakan bahwa dari gaya bahasa dan lain-lain bisa disimpulkan bahwa Sutra-Sutra Mahayana sendiri mengalami evolusi, sama seperti sebagian Sutta-Sutta Theravada. Tetapi apakah Sutra-Sutra tersebut bukan Buddha Vacana? Saya kira masing-masing pihak berniat baik untuk mempertahankan Dhamma. Kalau dilihat dari evolusi Sutra-Sutra Mahayana, Sutra-Sutra Mahayana awal berusaha agar tidak terlalu merendahkan Hinayana.

Permasalahannya adalah istilah Hinayana digunakan oleh Sang Buddha ketika memutar Roda Dhamma pertama kali, Dhammacakkappavattana. Di Sutta tersebut Sang Buddha menggunakan istilah hinayana untuk mengacu kepada jalan pemuasan nafsu dan jalan kesengsaraan. Istilah tersebut memang mengacu kepada sesuatu yang "rendah", "kecil", tidak berguna. Istilah "kecil" tanpa konotasi negatif yang benar adalah "culla". Istilah "hina" ini telah saya konfirmasi memang menganggap rendah orang yang ingin terlepas dari Dukkha tanpa menjadi Sammasambuddha, termasuk di forum-forum Buddhist lain. Dari para ahli Mahayana dan Tantrayana yang sangat-sangat menguasai Agama, dan Sutra-Sutra Mahayana. Mereka sangat-sangat mempertahankan pandangan bahwa jalan menjadi Arahat adalah lebih rendah dari jalan menjadi Sammasambuddha. Tantrayana menerjemahkan istilah "hina" menjadi sesuatu yang sinonim dalam bahasa Tibet bukan tanpa pertimbangan.

Lalu apakah terbebas dari Dukkha adalah hal yang "hina"? Sang Buddha hanya mengajarkan Dukkha dan lenyapnya Dukkha. Dan pada banyak kesempatan beliau mengatakan berjuanglah sebaik mungkin. Yang terbaik adalah terbebas dari Dukkha,

Theravada sendiri mengakui ada Bodhisattva, dan ada jalan bagi mereka yang ingin menjadi Bodhisattva. Hal ini berarti Theravada bukan hinayana. Theravada adalah jalan yang lengkap, meliputi 4 kebenaran muliasebagaimana 4 kebenaran mulia, Dhamma telah lengkap dibabarkan Sang Buddha.
Saya sendiri tidak keberatan ada sumpah Bodhisattva, terlepas dari bisa atau tidaknya orang biasa bisa begitu saja menjadi Bodhisattva. Yang jadi masalah adalah kalau setiap makhluk harus mengambil sumpah Bodhisattva. Yang jadi masalah adalah kalau tidak mengambil sumpah Bodhisattva berarti "hina", termasuk para suciwan.

Saya kira memang 2 pandangan ini tidak bisa didamaikan. Jika memang kita merasa tidak benar, akan lebih baik jika kita mengatakan itu bukan Dhamma yang diajarkan Sang Buddha. Bukan malah marah-marah dan emosi.
Akan lebih baik jika kita menjalankan Dharma sebagai sesama pengikut ajaran Sang Buddha. Bukan saling meng"hina"..

Sebagai contoh, berikut pandangan yang salah menurut Theravada :
1. Parihāni micchādiṭṭhi — that an arahant may fall away from arahantship - Arahat bisa jatuh dari tingkat kesuciannya
2. Aññāṇa micchādiṭṭhi — that an arahant lacks knowledge - Arahat kurang pengetahuannya.
3. Kaṅkhā micchādiṭṭhi — that an arahant may have doubts - Arahat punya keragu-raguan.
4. Paravitāraṇa micchādiṭṭhi — that an arahant is excelled by others - Arahat bisa diungguli oleh yang lain.
5. Vohāra micchādiṭṭhi — that the Buddha's everday speech was supramundane - Pembicaraan sehari-hari Sang Buddha menyangkut hal-hal metafisik
6. Niyāmokkanti micchādiṭṭhi — that a Bodhisatta becomes an ariyan before his final life - Bodhisattva bisa menjadi suciwan sebelum kehidupan terakhirnya.
7. Paṭuppanna micchādiṭṭhi — that all present events may be simultaneously known - semua keadaan sekarang bisa diketahui secara simultan.
8. Paribhogamayapuñña micchādiṭṭhi — that merit increases with utility - bahwa kebajikan meningkat dengan penggunaan.
9. Pathavī kammavipākoti micchādiṭṭhi — that the earth is kamma-produced - Bahwa bumi dihasilkan oleh karma (Amitabha?)
10.. Chagati micchādiṭṭhi — that there are six realms - Ada 6 alam kehidupan (Theravada memandang ada lima, Mahayana memandang ada enam).
11. Antarābhava micchādiṭṭhi — that there is an intermediate state - Ada alam antara (Bardho)
12. Amatārammaṇa micchādiṭṭhi — that the Deathless may be an object of attachment for an arahant - Bahwa Nibanna bisa menjadi obyek kemelekatan Arahat.
13. Iddhibala micchādiṭṭhi — that through the power of psychic mastery one may live for an aeon - dengan penguasaan kekuatan adiduniawi (manusia) seseorang bisa hidup lebih  dari satu kalpa.
14. Kamma micchādiṭṭhi — that all kamma gives rise to vipāka - semua kamma menghasilkan buah
15. Saddo vipākoti micchādiṭṭhi — that sound is the result of kamma - suara adalah hasil dari kamma.
16. Saḷāyatana micchādiṭṭhi — that the six sense-bases are the result of kamma - enam indera adalah hasil dari kamma
17. Jīvitā voropana micchādiṭṭhi — that one of right view may take life - seseorang dengan pandangan benar bisa mencabut nyawa
18. Tathatā micchādiṭṭhi — that there is a 'thusness' that is the fundamental character of all things - ada sifat "thusness" yang menjadi karakter fundamental semua hal
19. Sāsana micchādiṭṭhi — that the Buddha's Dispensation may be improved - Ajaran Sang Buddha bisa ditingkatkan
20. Saṃyojana micchādiṭṭhi — that after arahantship some fetters may remain - Arahat mempunyai belenggu yang tersisa
21. Buddha micchādiṭṭhi — that Buddhas differ from one another in grades - para Buddha berbeda tingkatannya
22. Sabbadisā micchādiṭṭhi — that the Buddhas persist in all directions - para Buddha ada di semua arah
23. Parinibbāna micchādiṭṭhi — that an arahant's final Nibbāna may be attained without all fetters having been cast off - Parinibanna Arahat bisa dicapai tanpa semua belenggu telah dihancurkan
24. Issariyakāma micchādiṭṭhi — that Bodhisattas may be voluntarily reborn in hell or other evil states - Para Bodhisattva bisa dengan sukarela terlahir di neraka atau keadaan buruk lain

Sebenarnya masih banyak pandangan lain yang dianggap tidak benar, tapi gak semuanya berhubungan dengan Mahayana ;D contohnya kotoran sang Buddha berbau cendana
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Kelana on 08 March 2008, 09:06:28 PM
Quote from: karuna_murti on 08 March 2008, 07:04:15 PM

Permasalahannya adalah istilah Hinayana digunakan oleh Sang Buddha ketika memutar Roda Dhamma pertama kali, Dhammacakkappavattana. Di Sutta tersebut Sang Buddha menggunakan istilah hinayana untuk mengacu kepada jalan pemuasan nafsu dan jalan kesengsaraan.

Sorry Sdr. Karuna, saya tidak sependapat karena saya tidak menemukan istilah Hinayana dalam Dhammacakkappavattana Sutta. Sekali lagi istilah Hinayana. Dalam Dhammacakkappavattana Sutta memang ada kata hina, hino tetapi kata ini adalah kata yang sifatnya umum yang berarti rendah. Akan berbeda pengertiannya jika disandingkan dengan kata 'yana'. Jadi adalah berbeda antara kata hina dengan hinayana. Sama berbeda dengan kata "menyapu" dengan kata "menyapu lantai".
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 08 March 2008, 09:31:39 PM
 [at] kelana

nice nice...^^ ;D
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: gajeboh angek on 09 March 2008, 11:15:49 AM
Hīna

Hīna [pp. of jahati] 1. inferior, low; poor, miserable; vile, base, abject, contemptible, despicable Vin i.10; D i.82, 98; S ii.154 (hīnaŋ dhātuŋ paṭicca uppajjati hīnā saññā);

yāna (-- yāyinī) Th 2, 389 (=aṭṭhangika-- magga-- sankhāta ariya-- yāna ThA 257); and brahma-- yāna dhamma-- yāna "the very best & excellent carriage" as Ep. of magga S v.5, cp. J iv.100. Cp. the later terms mahā and hīna-- yāna. See also yānikata.   -- ugghata shaking or jolting of the carriage Vin ii.276; DhA iii.283. -- gata having ascended the carriage D i.126. -- puṭosā

The myth of Hinayana
Kåre A. Lie

In the centuries around the birth of Christ there was a radical development going on in Buddhism. A new school was born, and its adherents called it Mahayana. How this new school differed from the earlier schools, can be found in any history of Buddhism. Here we will concentrate on one of the results of this schism: the term Hinayana.

The adherents of the older schools criticized the Mahayanists, especially for creating new sutras, forging the word of the Buddha. The Mahayanists on the other side reacted to that critique by accusing their opponents of not understanding the teaching of the Buddha at all and for beeing narrowminded egoists. The debate got heated, and accusations flowed from both sides. Then some brilliant person at the Mahayana side of the debate created the word pair Mahayana/Hinayana, and it stuck. They called their opponents Hinayana, and this word worked excellently as an insult – with a simplicity and a parallellity to Mahayana that any fool could grasp.

Hinayana, or, more correctly, hiinayaana, is a highly derogatory term. It does not simply mean "Lesser vehicle" as one often can see stated. The second element of hiina-yaana – that is yaana – means vehicle. But hiina very seldom has the simple meaning of "lesser" or "small". If that had been the case, the Pali (or Sanskrit) texts would have used it in other connections as an opposite of mahaa – big. But they don't. The opposite of mahaa is cuu.la, so this is the normal word for "small".

The term Hinayana is an echo of a debate long dead – or rather a debate where the one party is dead and the other one is shouting to the winds.

Who were the opponents who were labeled Hinayana? Theravada? Probably not. At the time when Mahayana was born, Theravada had mainly "emigrated" to Sri Lanka, and could hardly be counted among the dominating schools on the Indian mainland – where the Mahayana/Hinayana debate took place. Theravadins are only sporadically mentioned in Mahayana works. In Karmasiddhiprakarana Vasubandhu respectfully calls them "the honorable Tamraparniyas" (Tamraparni was a name for Sri Lanka), and he does not call them "Hinayana". The most influential of the old schools at that time, was Sarvastivada, so they were the most probable – but hardly the only – target for the "Hinayana"-invectives.

Now the Sarvastivada and the other early schools of India at that time are long dead, except Theravada, but the debate and the arguments found their way into the Mahayana sutras, as for instance is apparent from the anti-Hinayana propaganda in the Lotus sutra – and keep echoing in the Mahayana and Vajrayana teaching.

Today there is confusion, for the Mahayanists/Vajrayanists use the term Hinayana in three different ways:
1) In the historical sense: Pre-Mahayanist schools are called Hinayana.
2) Modern Theravada is confused with Hinayana.
3) The term Hinayana is used for an internal part of the Mahayana/Vajrayana teaching.

Let's have a closer look on these three usages.

1) Some assert that the word Hinayana as a term for the earlier schools is a usage that belongs to the distant past only. This is not correct. It can be found in several modern reference works, and in more specialist literature it can for instance be found in H.V. Guenther, Buddhist Philosophy In Theory and Practice, citing Tibetan works from the 18th and the 20th century.

2) As an example of confusing Hinayana with Theravada, I will quote from the Bibliography of Jane Hope (Jane Hope studied with Chogyam Trungpa Rinpoche.), Buddha for beginners, printed in 1995 (I only have the Norwegian version available, so I hope my retranslation back into English will not be too inaccurate): "Hinayana Buddhism. A good introduction to the traditional Hinayana Buddhism is What the Buddha Taught, Walpola Rahula ... From a present point of view and written by two Westerners trained in the Theravada tradition, is ... Seeking the Heart of Wisdom, by Joseph Goldstein & Jack Kornfield ..."

3) Now for a persistent confusion that has its basis in Tibetan Buddhism. Some say that Hinayana and Mahayana from very early on are two terms used to describe two different spiritual attitudes, and quote from the 7th chapter ("Loving Kindness and Compassion") of the Tibetan classic The Jewel Ornament of Liberation written in the 10th century, where the author, Jé Gampopa refers to Hinayana as "lower capacity" ("theg pa dman pa"). The paragraph reads as follows: "'Clinging to the well-being of mere peace(1)' signifies the lower capacity attitude(2) wherein the longing to transcend suffering is focused on oneself alone. This precludes the cherishing of others and hence there is little development of altruism. [...] When loving kindness and compassion become part of one, there is so much care for other conscious beings that one could not bear to liberate oneself alone. [...] Master Manjushriikiirti has said: 'A Mahaayaana follower should not be without loving kindness and compassion for even a single moment', and 'It is not anger and hatred but loving kindness and compassion that vouchsafe the welfare of others'."

The footnotes to this passage read as follows: (1) The Tibetan zhi.ba means "peace". It is translated as "mere peace" in this section of the book, since it is used by Gampopa to denote the relatively compassionless peace that results from developing only concentration meditation. (2) Hinayana: "lesser capacity" often translated as "lesser vehicle". The term implies the ability to carry a burden. In this case the burden is oneself since one's commitment is to bring oneself to liberation, not everyone (as is the case in the Mahayana, the "greater capacity").

The problem and confusion here is of course that this analysis does not refer directly to the Pali/Sanskrit word hiinayaana, but to its Tibetan translation "theg pa dman pa". This is a key issue, as will be shown below.

The word Hinayana is not Tibetan, it is not Chinese, English or Bantu. It is Pali and Sanskrit. Therefore, the only sensible approach for finding the meaning of the word, is to study how the word hiinayaana is used in the Pali and Sanskrit texts.

The second element, -yaana, means vehicle. There is no dissent about this.

How then is "hiina" used in the canonical Pali texts?

Every Buddhist knows the first recorded sermon of the Buddha, the Dhammacakkappavattanasutta spoken to the five ascets who became the first five bhikkhus. There the Buddha says: "These two extremes, monks, are not to be practised by one who has gone forth from the world. What are the two? That conjoined with the passions and luxury, low (hiina), coarse, vulgar, ignoble and harmful ..."

Knowing that the sutta style often use strings of synonyms this way, so that they strengthen and define each other, one can regard "coarse, vulgar, ignoble and harmful" as auxiliary definitions of "hiina" in this case.

Here the Buddha clearly denotes the path not to be practised, as hiina.

In other Pali texts and commentaries hiina often occurs in the combination hiina-majjhima-pa.niita, that is: bad - medium - good. In the context of hiina - majjhima - pa.niita (or sometimes only hiina - pa.niita) the word hiina is always used as a term for undesirable qualities, like for instance hatred, greed and ignorance. It obviously means "low, undesirable, despicable" – and not "small" or "lesser".

The commentary Mahaniddesa-atthakatha, one of the texts where this triad occurs, defines the word thus: hiinattike hiinaati laamakaa (In the hiina-triad "hiina" is "laamakaa"). Now laamaka is defined by the PTS Dictionary in this way: "insignificant, poor, inferior, bad, sinful. The usual synonym is paapa". And paapa means "bad, evil". So it seems the definitions go from bad to worse here. The commentary then gives examples, and explains that desires that cause rebirth in niraya (hell, purgatory) are hiina.

Now for Sanskrit texts. In Lalitavistara we find a version of the Dhammacakkappavattanasutta, where the word "hiina" is used exactly as in the above citation from the Pali-version of that sutta.

In Mahayanasutralankara by Asanga, which is a very representativ Mahayana text, we find something of interest for our quest. Asanga says: "There are three groups of people: hiina-madhyama-vishishta ...(bad – medium – excellent)." This expression is parallell to the Pali: hiina-majjhima-pa.niita, and goes to show that the Mahayanists who coined the therm "hiinayaana", regarded "hiina" as a derogatory term, with the same meaning as in the Pali texts.

A very interesting text is an edition of the Catushparishatsutra where the text is presented in four parallell columns: Sanskrit, Pali (Mahavagga), Tibetan and a German translation from a Chinese version. Here, again, we find the Dhammacakkappavattanasutta. We have already looked into the Sanskrit and Pali. The German version from the Chinese says: "Erstens: Gefallen zu finden an und anzunehmen die niedrigen und üblen Sitten der gewöhnliche Personen ..." It is a little unclear wether it here is "niedrigen" (despicable) or "üblen" (evil, bad) that corresponds to "hiina". But it at least is clear that the strongly negative connotation of "hiina" was carried over into the Chinese translation. So far nothing had changed from the Pali and Sanskrit meanings.

In the the Tibetan column, we find that the Tibetan word "dman-pa" takes the place corresponding to the Sanskrit "hiina", matching the above quote from Jé Gampopa. And here we have the cause of later confusions and misunderstandings of the term hiinayaana. Let us see what Tibetan-English dictionaries say about "dman-pa": Sarat Chandra Das' Dictionary says: "dman-pa: low, in reference to quantity or quality, little". Jäschke's Dictionary is even more enlightening: "dman-pa: 1. low, in reference to quantity, little. 2. in reference to quality: indifferent, inferior (Ssk: hiina)."

It thus seems that the Sanskrit word hiina, which without any reasonable doubt means "of low quality", came to be translated by the Tibetan word dman-pa, which has the double meaning "low quality" and "low quantity". And the above quote from Jé Gampopa seems to indicate that many Tibetans henceforth read only the latter of those two meanings into it, as "lesser capacity", "lower capacity", so that the meaning was distorted from "low quality" to "low quantity".

Thus we see that the confusion arose from the fact that dman-pa has two meanings in Tibetan. Hinayana – originally meaning "vehicle of despicable quality" – thus acquired the new meaning "vehicle of lower capacity". But this is a result of a wrong method. It is of course wrong to project the new Tibetan meaning back onto the Sanskrit/Pali word, and say that "this is the meaning of Hinayana, because this is how the Tibetan masters explain it." What the Tibetan masters explain, is the Tibetan word dman-pa, not the Sanskrit word hiina.

Therefore it is clear that one can not assert that Hinayana has the "mild" meaning that the Tibetan tradition has given it, via the Tibetan word dman-pa. Hinayana is not Tibetan, it is Sanskrit/Pali, and its harsh, derogatory meaning is unchanged by any attempts of mitigation.

What then, is Hinayana? Is it Theravada buddhism? No, that is both insulting and probably also historically wrong. Is it a spiritual attitude inside the Mahayana and Vajrayana system? No, that is the Tibetan "theg pa dman pa", the lower capacity attitude, and not the Sanskrit Hinayana, "the inferior vehicle". Therefore, there is no Hinayana. Hinayana is nothing but a myth, although a confused and disruptive one, and wise Buddhists ought to lay that word at rest on the shelves of the Museum of Schisms, where it rightly belongs, and find other words to denote those spiritual attitudes that they wish to define.

http://www.lienet.no/hinayan1.htm
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Kelana on 09 March 2008, 04:32:29 PM
Quote from: karuna_murti on 09 March 2008, 11:15:49 AM
Hīna

Hīna [pp. of jahati] 1. inferior, low; poor, miserable; vile, base, abject, contemptible, despicable Vin i.10; D i.82, 98; S ii.154 (hīnaŋ dhātuŋ paṭicca uppajjati hīnā saññā);

yāna (-- yāyinī) Th 2, 389 (=aṭṭhangika-- magga-- sankhāta ariya-- yāna ThA 257); and brahma-- yāna dhamma-- yāna "the very best & excellent carriage" as Ep. of magga S v.5, cp. J iv.100. Cp. the later terms mahā and hīna-- yāna. See also yānikata.   -- ugghata shaking or jolting of the carriage Vin ii.276; DhA iii.283. -- gata having ascended the carriage D i.126. -- puṭosā

Ini menguatkan pendapat saya bahwa kata 'hina' itu sifatnya umum jika berdiri sendiri, begitu juga 'kata yana' . Tapi lain masalahnya jika kedua kata tersebut digabung, akan membentuk kata yang khusus.

QuoteHow then is "hiina" used in the canonical Pali texts?

Every Buddhist knows the first recorded sermon of the Buddha, the Dhammacakkappavattanasutta spoken to the five ascets who became the first five bhikkhus. There the Buddha says: "These two extremes, monks, are not to be practised by one who has gone forth from the world. What are the two? That conjoined with the passions and luxury, low (hiina), coarse, vulgar, ignoble and harmful ..."

Knowing that the sutta style often use strings of synonyms this way, so that they strengthen and define each other, one can regard "coarse, vulgar, ignoble and harmful" as auxiliary definitions of "hiina" in this case.

Here the Buddha clearly denotes the path not to be practised, as hiina.

In other Pali texts and commentaries hiina often occurs in the combination hiina-majjhima-pa.niita, that is: bad - medium - good. In the context of hiina - majjhima - pa.niita (or sometimes only hiina - pa.niita) the word hiina is always used as a term for undesirable qualities, like for instance hatred, greed and ignorance. It obviously means "low, undesirable, despicable" – and not "small" or "lesser".

The commentary Mahaniddesa-atthakatha, one of the texts where this triad occurs, defines the word thus: hiinattike hiinaati laamakaa (In the hiina-triad "hiina" is "laamakaa"). Now laamaka is defined by the PTS Dictionary in this way: "insignificant, poor, inferior, bad, sinful. The usual synonym is paapa". And paapa means "bad, evil". So it seems the definitions go from bad to worse here. The commentary then gives examples, and explains that desires that cause rebirth in niraya (hell, purgatory) are hiina.

Sangat jelas bukan, bahwa artikel dari Sdr. Karuna ini menekankan bahwa yang ada dalam Dhammacakkappavattana Sutta adalah kata 'hina' yang berdiri sendiri dan sifatnya umum, bukan kata 'hinayana'.

Dari artikel yang disampaikan oleh Sdr.Karuna nampaknya memang telah terjadi penggunaan kata yang bersifat negatif yaitu 'hina' yang digabung dengan kata 'yana' oleh Mahayanis untuk mengacu pada kelompok tertentu.

Dan sepertinya jelas bahwa Hinayana adalah Sebuah Mitos Kuno http://bhagavant.com/home.php?link=naskah_dhamma_article&n_id=61
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 09 March 2008, 05:48:14 PM
mari kita bocorkan kebusukan Mahayana...

selama ini...mereka berlindung dengan "Brand" tapi qualitynya...quality pasar malam!
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: chingik on 12 March 2008, 10:09:39 AM
Sudah berkali-kali sudah dijelaskan bahwa istilah Hinayana hanya mengacu pada orang yang berprilaku rendah dan egois. Di sini kok malah berkesan teman2 seperti bro Elsol ngotot mengklaim sendiri berprilaku rendah dan merasa diri sendiri dihina, pada jelas2 dalam Sutra Mahayana tidak ada satu kata pun yang menghina Theravada apalagi mengatakan Theravada berprilaku rendah, dan tidak ada satu kata pun yang menyebutkan Hinayana adalah Theravada.  Jika ada, itu hanya pendapat dari segelintir orang yang tidak mengkaji Theravada secara mendalam. Mengapa gitu aja kok repot ribut2 bahwa Mahayana menghina Theravada, padahal pendapat segelintir orang tidak berarti ucapan mereka mewakili komunitas itu secara keseluruhan.
Cape deh...
Contoh kasus:
Seseorang mencuri. Kemudian saya mengatakan jangan jadi pencuri karena itu adalah prilaku buruk. Adalah aneh jika ada yang marah dengan nasihat ini, kecuali dia benar2 pencuri yang sesungguhnya.
Nah, apakah Theravada adalah Hinayana, silahkan anda menilainya sendiri. (Mumpung anda2 sering lupa, saya tekankan sekali lagi Mahayana tidak pernah menghina Theravada, jika pun ada itu hanya pendapat dari kaum Mahayana yang belum paham ttg Theravada dan makna Hinayana yg sesungguhnya).


Kalo soal kualitas, ah... Buddhisme kini begitu dihargai oleh skolar barat, tidak dapat dipungkiri lagi bhw kontribusi dari Buddhisme Mahayana juga tidak kecil lho.. :P
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: gajeboh angek on 12 March 2008, 11:12:44 AM
QuoteSudah berkali-kali sudah dijelaskan bahwa istilah Hinayana hanya mengacu pada orang yang berprilaku rendah dan egois.
Masalah terletak pada istilah ini yang mengacu kepada jalan Arahat. Hal tersebut tidak bisa diterima semua orang, bukan hal yang universal. Sdr Chingik juga tidak bisa memaksakan pendapat satu aliran kepada orang lain. Apa Sdr Chingik mau jadi selevel dengan el sol?  ;D
Bahkan di dunia internasional istilah tersebut dianggap hal yang tabu untuk diucapkan. Bukan karena benar/tidak benar, tapi karena toleransi.

Theravada akan terus menganggap Mahayana adalah tambahan belakangan, dan Sutra-Sutra Mahayana adalah tambahan belakangan dan bukan Buddha Vacana. Theravada berpandangan bahwa Dhamma Sang Buddha yang dikumpulkan oleh Ariya Sangha dalam Pali Kanon dan kitab-kitab komentar tambahan yang dibuat oleh Ariya Sangha adalah lebih benar daripada pandangan puthujana, orang-orang yang belum mencapai tingkat kesucian, termasuk Bodhisattva.

Mahayana akan terus menganggap Theravada tidak paham, tidak mengerti asal-usul Sutra-Sutra Mahayana. Bahwa Sutra-Sutra Mahayana memang diceritakan oleh Sang Buddha sendiri, tapi tidak diakui oleh Theravada. Dharma yang dibabarkan Sang Buddha tergantung pada kesempatan yang berbeda, karena itu ada jalan Mahayana, dan jalan lainnya. Sebagai contoh, vegetarian memang tidak diatur dalam kitab-kitab agama, tetapi di Sutra-Sutra Mahayana disebutkan sebaiknya dihindari. Karena itu Bhiksu-Bhiksu Mahayana menghindari makan daging.

Dan Vajrayana akan menganggap Mahayana tidak mengerti tentang Tantra...

Belum lagi tiap-tiap aliran sendiri mempunyai turunannya lagi yang mempunyai penafsiran yang berbeda-beda.

Waktu saya berdiskusi dengan seseorang yang beraliran Vajrayana, saya berkata saya akan terus menganggap Vajrayana sebagai tambahan belakangan. Yang Vajrayana berkata dia akan terus menganggap Theravada sebagai Hinayana, karena memang itulah yang diajarkan pada kesempatan yang berbeda. Kita terus berdiskusi dengan mengambil sumber-sumber naskah-naskah, penelitian-penelitian, dan lain-lain. Yang beraliran Vajrayana tersebut menguasai agama (Pali Kanon) dengan sangat baik, bahkan mungkin lebih baik dari el sol sendiri. Kami terus berdiskusi sampai Raja Asoka, bahkan mungkin lebih awal lagi. Kesimpulannya memang pandangan masing-masing berbeda.

Tidak apa-apa, itu namanya perbedaan. Tetapi kadang-kadang kita terus meributkan perbedaan-perbedaan itu, karena alasan yang salah. Kita terus berusaha memajukan ego sendiri, kita terus menanam benih-benih kebencian, pertengkaran.

Akan lebih baik jika kita berdiskusi dengan hati yang penuh cinta kasih. Akan lebih baik kita mengatakan sesuatu hal itu memang tidak benar, karena kita telah meneliti Dhamma/Dharma yang telah dibabarkan Sang Buddha  karena kecintaan kita kepada Tiga Permata, karena kita ingin orang lain menjadi lebih baik lagi. Dengan terus berusaha berjuang di jalan mulia beruas delapan, dan berdiskusi dengan sehat, kita bisa terus membantu orang lain berpandangan benar juga.

Saya kira Dhamma/Dharma sejati hanya bisa ditelusuri mereka yang telah mempraktekkan dengan sebaik mungkin, bukan cuma oleh diskusi/teori saja. Di aliran manapun, selama ada jalan mulia beruas delapan, di sana akan ditemukan pemebebasan.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 12 March 2008, 05:00:11 PM
Quote
Apa Sdr Chingik mau jadi selevel dengan el sol?
WEEEEEIIII!!!!... ~X(  Level gw lebih tinggi dari diaaaa(dibagian positip)... :))
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: bond on 12 March 2008, 06:58:51 PM
 :)) :))
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Kelana on 13 March 2008, 11:39:58 AM
Quote from: chingik on 12 March 2008, 10:09:39 AM
Sudah berkali-kali sudah dijelaskan bahwa istilah Hinayana hanya mengacu pada orang yang berprilaku rendah dan egois. Di sini kok malah berkesan teman2 seperti bro Elsol ngotot mengklaim sendiri berprilaku rendah dan merasa diri sendiri dihina, pada jelas2 dalam Sutra Mahayana tidak ada satu kata pun yang menghina Theravada apalagi mengatakan Theravada berprilaku rendah,....

Masalahnya bukan ngotot mengklaim sendiri berprilaku rendah dan merasa diri sendiri dihina, Sdr. Chingik, tetapi seperti yang disampaikan oleh Sdr. Karuna, ini terletak pada istilah Hinayana yang sering dijabarkan sebagai 'yana' kendaraan yang bertujuan mencapai ke-Arahat-an sebagai tujuan yang rendah (hina). So, aliran apapun di luar Mahayana yang berjuang mencapai ke-Arahat-an disebut Hinayana atau yang Sdr. Chingik istilahkan sebagai orang yang berprilaku rendah dan egois. Padahal kita tahu bersama bahwa seorang Sammasambuddha pun adalah seorang Arahat, termasuk dalam konsep Mahayana. Kontradiksi bukan?

Btw, ada baiknya kita mencari referensi mengenai istilah Mahayana dan Hinayana dalam sutra Mahayana. Disana kita akan temukan penjabaran dari Hinayana itu apa saja.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Tan on 13 March 2008, 06:40:44 PM
Rekan-rekan yang terkasih dalam Dharma,

Saya merasa bahwa diskusi mengenai Sutra Intan ini sangat menarik, karena itu saya ikut nimbrung. Saya mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk menjadi moderator di forum ini. Saya harap bahwa di forum ini jangan menjadi ajang untuk saling ngotot dan merasa diri paling benar. Saya akan memberikan sedikit komentar bagi diskusi mengenai sutra Intan. Saya kira penjelasan Bro Chingik sudah sangat bagus. Saya hanya ingin menambahkan sedikit. Sikap saling menjelekkan atau ngotot antar sekte jelas bukan teladan yang baik bagi mereka yang ingin belajar Buddhadharma. Ini akan memberikan suatu kesan negatif. Dahulu ada teman dari agama lain yang protes pada saya, dengan mengatakan bahwa milis Buddhis itu "mengerikan." Semoga kita semua dapat saling berubah dan menjalankan kasih sebagaimana yang diajarkan oleh Sang Buddha.
Baik mari kita masuk ke topik. Benar sekali seperti yang telah diungkapkan oleh Sdr. Chingik, bahwa penyebutan kata Hinayana dalam Sutra Intan tidaklah mengacu pada Theravada. Hinayana dan Mahayana sebenarnya berada di pikiran (mind). Orang Mahayana juga bisa bersikap "Hinayana." Sedangkan orang Theravada dapat pula bersikap "Mahayana." Jadi Hinayana dan Mahayana mengacu pada mindset. Seperti yang dikatakan YM. Bhikkhu Dhammananda dalam buku "Keyakinan Umat Buddha," maka Hinayana sebagai suatu sekte sudah punah. Jadi Theravada tidak identik dengan Mahayana. Jika kita menelaah sejarah, maka Theravada juga mengajarkan orang untuk menempuh jalan bodhisatta. Banyak raja-raja Srilanka dan negara-negara Theravadin lainnya menyatakan dirinya sebagai bodhisatta. Oleh karenanya sekali lagi, Hinayana pada kata di atas tidak mengacu pada sekte apalagi merendahkan Theravada. Di dalam Theravada juga terdapat apa yang disebut dengan Dasaparami. Ini adalah parami yang dikultivasi seorang bodhisatta, termasuk Bodhisatta Sumedha, yang kelak menjadi Buddha Gottama. Meskipun terdapat perbedaan antara parami Theravada dengan paramita Mahayana, tetapi tetap saja isinya tidak bertentangan; terutama dalam praktek metta serta karuna.
Jadi tidak benar bahwa Theravada mengajarkan keselamatan diri sendiri saja. Adanya kisah-kisah Jataka juga mengajarkan bahwa Theravada tidaklah kekurangan teladan tentang cinta kasih.
Apakah Sutra Intan adalah sutra palsu hanya karena di dalamnya disebutkan kata Hinayana dan Mahayana? Saya kira tidak demikian, karena di dalam Buddhisme Mahayana ada kriteria tersendiri mengenai keontentikan suatu sutra. Ini dalam dibaca dalam buku The Origin of Buddhist Sutra karya Kogen Mizuno. Jadi otentisitas suatu sutra Mahayana tidaklah dilihat dari kronologi atau kritik teks di dalamnya. Buddhisme sesungguhnya adalah agama pikiran yang mencerahkan batin kita masing-masing. Diskusi "asli" ataupun "palsu" tidaklah berguna. Yang "asli" dapat pula menjadi kilesha apabila kita melekat padanya dan menggunakannya untuk mendiskreditkan aliran atau sekte lain. Yang "palsu" dapat pula mencerahkan seseorang. Jadi sesungguhnya "asli" dan "palsu" hanyalah dua sisi dari pandangan ekstrem. Umat Buddha hendaknya memegang Jalan Tengah (Majjhimapatipadda) - tidak condong ke kiri ataupun ke kanan.
Sikap saling merendahkan merupakan wujud tiada atau kurangnya metta dan karuna dalam diri kita masing-masing. Apabila kita tidak memiliki metta ataupun karuna, apakah gunanya berdiskusi masalah Dharma? Buddha pernah memberikan perumpamaan mengenai menghitung sapi milik orang lain. Apakah kita selamanya sudah puas dengan menghitung sapi milik orang lain? Marilah kita semua renungkan.
Dengan demikian, marilah kita tanya kepada diri kita masing-masing, sudahkah kita melimpahkan cinta kasih pada sesama rekan seDharma kita? Apakah cinta kasih ini hanya sekedar "lip sing" semata? Marilah kita berpraktik metta karuna dengan sesama rekan diskusi di forum ini dahulu. Buktikan bahwa tidak ada di antara kita yang pantas disebut "Hinayana." Demikian sekedar uraian dari saya.

Mohon maaf jika ada kata yang salah.

Metta,

Tan
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 13 March 2008, 07:49:28 PM
tetep ajah aye dipanggil Hinayana ama yg Mahayana...
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: chingik on 14 March 2008, 03:24:21 PM
 
[at] Tan
_/\_penjelasan yg bijak..
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 24 March 2008, 03:24:52 PM
 _/\_ silahkan belajar Buddhadhamma atas penilaian maasing-masing diolah dengan kebijaksanaan dan dilihat dengan cinta kasih. hinayana atau mahayana hanyalah dualitas sama seperti berbicara ini gelap ini terang ini baik ini buruk ini begini ini begitu.yang paling penting pengembangan batin setiap orang menjadi lebih baik,itulah tujuan belajar Buddhadhamma
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: chingik on 26 March 2008, 10:07:04 AM
Quotesilahkan belajar Buddhadhamma atas penilaian maasing-masing diolah dengan kebijaksanaan dan dilihat dengan cinta kasih. hinayana atau mahayana hanyalah dualitas sama seperti berbicara ini gelap ini terang ini baik ini buruk ini begini ini begitu.yang paling penting pengembangan batin setiap orang menjadi lebih baik,itulah tujuan belajar Buddhadhamma

sip.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Lily W on 26 March 2008, 11:03:32 AM
Quote from: chingik on 26 March 2008, 10:07:04 AM
Quotesilahkan belajar Buddhadhamma atas penilaian maasing-masing diolah dengan kebijaksanaan dan dilihat dengan cinta kasih. hinayana atau mahayana hanyalah dualitas sama seperti berbicara ini gelap ini terang ini baik ini buruk ini begini ini begitu.yang paling penting pengembangan batin setiap orang menjadi lebih baik,itulah tujuan belajar Buddhadhamma
sip.

Kalo mau lebih sip agi....cobalah belajar Abhdihamma (paramattha dhamma) sambil menyelam ke dalam bathin.... ;D

_/\_ :lotus:
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 26 March 2008, 11:20:09 AM
 _/\_ Abhidhamma memiliki pokok bahasan yang mendalam yang mungkin bagi para pemula akan bingung.Abhidhamma sebaiknya dikenalkan ketika seseorang telah mengenal ajaran Buddha melewati Sutta dan Vinaya, takutnya salah konsepsi bisa menyebabkan salah pemahaman atas Dhamma.versi Palinya saya ada mereview dan memang Dhamma itu mantap. Posisi kita saat ini memperkenalkan pemula kepada Sutta dan Vinaya,semoga ketika kebijaksanaannya bertambah,ia bisa belajar Abhidhamma.
Kalo tiba2 belajar Abhiddhamma hmm terkandung kondisi batin seseorang,ia bisa menyerap atau malah membalikkan prosesnya.Hal ini cenderung bagi yang tidak mengenal agama Buddha atau mengatasnamakan Buddhism untuk memutarbalikkan ini itu.
_/\_
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Lily W on 26 March 2008, 11:39:15 AM
Anumodana atas penjelasan Bro Nyanadhana....

Saya ga pernah belajar sutta dan vinaya...  Saat belajar dhamma (saya termasuk pemula jg)...saya langsung belajar Abdhidhamma dan saya bisa menyerapnya.
Contoh lain : di kelas Abhidhamma yg saya ikuti itu tidak hanya buddhist aja yg belajar Abhidhamma tapi juga ada yang dari agama K & I bahkan ada calon pastor yg ikut (mereka bisa menyerapnya jg). Kalo begitu...apakah mereka (yg bukan buddhist) jg harus di ajari sutta & vinaya dulu? Dhamma itu kan universal.....benar ga?  ;D

Apakah Bro Nyanadhana pernah mengikuti kelas Abhidhamma? kalo Bro Nyanadhana berkenan...cobalah sekali2 ikut kelas/diskusi Abhidhamma.... ^:)^ ...ingat ehipasiko... ;D

_/\_ :lotus:   
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: morpheus on 26 March 2008, 11:52:34 AM
paramattha dhamma? hmmmm...  :-? :-? :-?
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 26 March 2008, 01:08:59 PM
Aku belajar Abhidhamma juga kok,kan aku ada bilang,semua bergantung pada kemampuan seseorang,cuma tadi saranin aja untuk pemula yang ga mengenal Buddhist dihadapkan Abhidhamma bisa jadi puyeng,bisa juga dia ngerti.
Abhidhamma kalo ci Lily mau,saya ada Pitaka Palinya,bisa dipelajari,cuman belajar gituan cari guru yang tepat dulu.di Indonesia,hanya sedikit guru yang qualified sisanya suka coar-coar macem2 apalagi yang bukan bhikkhu,mantep deh ngajar abhidhamma ntah sertifikasi dari siapa juga gajelas.
Saran saya untuk pemula.Silahkan pelajari Abhidhamma dengan guru yang tepat yang senior dalam hal ini kalo ngga,Abhidhamma bisa disalah praktekan.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 26 March 2008, 01:16:43 PM
 _/\_ mohon penerangannya,Ci Lily belajar Abhidhamma siapakah gurunya?
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Lily W on 26 March 2008, 01:30:03 PM
Quote from: nyanadhana on 26 March 2008, 01:08:59 PM
Aku belajar Abhidhamma juga kok,kan aku ada bilang,semua bergantung pada kemampuan seseorang,cuma tadi saranin aja untuk pemula yang ga mengenal Buddhist dihadapkan Abhidhamma bisa jadi puyeng,bisa juga dia ngerti.
Abhidhamma kalo ci Lily mau,saya ada Pitaka Palinya,bisa dipelajari,cuman belajar gituan cari guru yang tepat dulu.di Indonesia,hanya sedikit guru yang qualified sisanya suka coar-coar macem2 apalagi yang bukan bhikkhu,mantep deh ngajar abhidhamma ntah sertifikasi dari siapa juga gajelas.
Saran saya untuk pemula.Silahkan pelajari Abhidhamma dengan guru yang tepat yang senior dalam hal ini kalo ngga,Abhidhamma bisa disalah praktekan.

Kalo gitu....yang Bro punya Pitaka Palinya ada berapa buku? boleh juga nih...buat koleksi....  ;D (soalnya ga gerti bhs pali  :)) )

Anumodana atas kebaikannya... _/\_

_/\_ :lotus:
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 26 March 2008, 01:34:12 PM
Pitaka Pali sekarang udah dijadikan versi digitalnya kok, contohnya keluaran Catthasanghayana Thailand, dan beberapa edisi online lainnya,yang saya punya sudah di zip terdiri atas 7 Bab Abhidhamma dari Dhammasangani sampai Patthana cuman belum ada versi terjemahan Inggrisnya,jadi mesti mati2an buka kamus Pali  _/\_
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 26 March 2008, 01:36:57 PM
kalao tertarik lagi,ci lily ngerti mandarin,di www.cbeta.org bisa didownload Tipitaka Pali dan Mahayana Sutra lengkap.cuman filenya gede sekali.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Lily W on 26 March 2008, 01:40:20 PM
Quote from: nyanadhana on 26 March 2008, 01:16:43 PM
_/\_ mohon penerangannya,Ci Lily belajar Abhidhamma siapakah gurunya?

Guru Abhidhamma saya adalah Bpk. Selamat Rodjali dan gurunya Bpk. Selamat Rodjali adalah Bpk. Pandit J. Kaharuddin dan gurunya Bpk. Pandit J. Kaharuddin adalah Mrs. Nina Van Gorkom dan gurunya Mrs. Nina Van Gorkom adalah Khun_Sujin_Boriharnwanaket dan gurunya Khun_Sujin_Boriharnwanaket adalah ......yang jelas guru kami adalah Sang Buddha :)

_/\_ :lotus:
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 26 March 2008, 01:44:40 PM
okay,yang penting Ehipassiko saja terhadap Abhidhamma yang diajarkan. kalo Pak Pandit keatasnya saya sudah tahu,karena Pak Pandit ada belajar ke Thailand dan memiliki sertifikatnya,jadi no worry
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Lily W on 26 March 2008, 01:49:22 PM
Quote from: nyanadhana on 26 March 2008, 01:36:57 PM
kalao tertarik lagi,ci lily ngerti mandarin,di www.cbeta.org bisa didownload Tipitaka Pali dan Mahayana Sutra lengkap.cuman filenya gede sekali.

Anumodana atas kebaikannya....

Sori nih... sy ga gerti mandarin... :(

Buku Dhamma saya dan CD Abhidhamma saya agi antri untuk di baca & tonton.  ;D

Kalo Bro berkenan bisa juga buka web
http://www.dhammastudy.com/
Ini web nya Nina van Gorkom

_/\_ :lotus:
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 26 March 2008, 01:53:55 PM
 _/\_ okay,btw anumodana hanya diucapkan seorang bhikkhu kepada umat awam, jadi aku ganti terima kasih aja yah.
emang ada CD Abhidhamma yah,ceramah or apa?
btw kembali ke topik,Sutra Intan memiliki persamaan dengan beberapa section dalam Abhidhamma,mungkin hanya penggunaan tata bahasa agak berbeda,yang satu pake cerita ,yang satu pake penjabaran.gitu deh
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Lily W on 26 March 2008, 01:57:16 PM
Quote from: nyanadhana on 26 March 2008, 01:34:12 PM
Pitaka Pali sekarang udah dijadikan versi digitalnya kok, contohnya keluaran Catthasanghayana Thailand, dan beberapa edisi online lainnya,yang saya punya sudah di zip terdiri atas 7 Bab Abhidhamma dari Dhammasangani sampai Patthana cuman belum ada versi terjemahan Inggrisnya,jadi mesti mati2an buka kamus Pali  _/\_

Saya ada 1 hardcopy kitab Vibhanga (dlm bhs inggris) yg saya copy dari mentor saya (guru saya py tripitaka yg lengkap ada yg bhs pali & inggris), tebalnya lumayan... kalo tertimpa tikus...mungkin tikusnya bisa mati lho :)) :)) :))

_/\_ :lotus:
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 26 March 2008, 02:03:05 PM
 _/\_ 1 bab Pitaka digital lebih dari seribu halaman lebih,untunglah jaman udah canggih,jadi ga perlu habis2in kertas,lagi juga lebih awet bisa dibawa2 hehehehe.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 26 March 2008, 02:04:35 PM
<jokes mode on>kalo tikusnya ketimpa pitaka,jodoh baik masuk sorga,heheheh atau lebih kurang terlahir kembali jadi manusia untuk belajar Pitaka <canda lho>
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Lily W on 26 March 2008, 02:33:51 PM
Quote from: nyanadhana on 26 March 2008, 01:53:55 PM
_/\_ okay,btw anumodana hanya diucapkan seorang bhikkhu kepada umat awam, jadi aku ganti terima kasih aja yah.

Di dalam literatur apa disebutkan hanya oleh Bhikkhu?
Setau saya (dengar dari mentor saya)....anumodana adalah artinya turut bahagia atas kebaikanmu.
Bahkan Mentor saya di ajarkan ucapkan "anumodana" ini oleh para bhikkhu dalam dan luar negeri.

Quote from: nyanadhana on 26 March 2008, 01:53:55 PM
emang ada CD Abhidhamma yah,ceramah or apa?

Rekaman Penjelasan/pembahasan materi Abhidhamma di kelas Abhidhamma  ;D

Quote from: nyanadhana on 26 March 2008, 01:53:55 PM
btw kembali ke topik,Sutra Intan memiliki persamaan dengan beberapa section dalam Abhidhamma,mungkin hanya penggunaan tata bahasa agak berbeda,yang satu pake cerita ,yang satu pake penjabaran.gitu deh

Oh ya....
Sori...Saya ga tau tentang sutra ini...  ;D
Anumodana atas penjelasannya... _/\_

_/\_ :lotus:
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Lily W on 26 March 2008, 02:36:13 PM
Quote from: nyanadhana on 26 March 2008, 02:04:35 PM
<jokes mode on>kalo tikusnya ketimpa pitaka,jodoh baik masuk sorga,heheheh atau lebih kurang terlahir kembali jadi manusia untuk belajar Pitaka <canda lho>

:)) :)) :))

Seperti kisah sang kodok  :)

_/\_ :lotus:
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Lily W on 26 March 2008, 02:41:29 PM
Quote from: nyanadhana on 26 March 2008, 01:44:40 PM
okay,yang penting Ehipassiko saja terhadap Abhidhamma yang diajarkan. kalo Pak Pandit keatasnya saya sudah tahu,karena Pak Pandit ada belajar ke Thailand dan memiliki sertifikatnya,jadi no worry

Apakah sertifikat itu begitu penting? itu hanya selembar kertas kok.... ;D
Yang penting adalah prakteknya.... :)

_/\_ :lotus:
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 26 March 2008, 02:49:46 PM
 _/\_ well,sertifikat dan semacamnya cukup mengambil peran bahwa orang itu bisa dipercaya atau tidak,masalahnya saat sekarang ini ,banyak orang yang belajar sedikit Buddhism akhirnya berkoar-koar ngajarin orang yang belum tentu dia praktekkan.
Pertanyaan ci lily saya balikkan dengan perandaian,kalo cici lily seorang hrd,pilih mana yang punya sertifikat lulus atau dia ijazah sma tapi punya skill sedangkan kita belum tahu pasti dia benar2 ada skill apa tidak.

yah,selembar kertas menurut saya cukup berarti bahwa dia diakui.meskipun ada banyak faktor lagi.jujurm,saat ini banyak pembicara Buddhist tapi sayang tong kosong nyaring bunyinya,mau motivator atau segala macamnya,fiuh...Ujung-ujungnya duit
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Lily W on 26 March 2008, 03:25:26 PM
Kalo saya seorg HRD.... saya tentu memilih ijazah sma tapi punya skill...(soalnya sy jg bukan lulusan universitas)  :)) :)) :))
Saya jadi ingat waktu kedua kali saya melamar perkerjaan...hanya dg ijazah sma dan pengalaman kerja (1 thn tanpa ada surat keterangan kerja)... saya di terima bekerja di perusahaan besar ( oli ). tentu ini melalui test dulu & ternyata saya lulus test tsb. ;D

Sekarang di Indonesia...Ijazah/Sertifikatpun bisa dipalsukan... ;D

Kalo Pembicara yg kayak gitu (UUD/Ujung2 duit) berarti mereka salah praktek. Biarin aja... Vipakanya pasti akan berbuah & mereka yg tanggung. ;D

_/\_ :lotus:
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 26 March 2008, 03:37:51 PM
 _/\_ weheheh ini tentunya telah melalui tes bukan,dan tes itu menunjukkan ci lily punya skill bagus baru diterima. maksud aye,sekarang ini banyak pembicara yang ga jelas asal usulnya yang baru saja mendengar sebait kata Dhamma langsung ngajar ini itu dan blm tentu ia sudah mengaplikasikan Dhamma dalam ucapan,perbuatan,dan pikiran. kayaknya untuk jadi pembicara perlu dilakukan screening terlebih dahulu.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Lily W on 26 March 2008, 03:44:57 PM
Balik lagi ke batin masing-masing... ;D

_/\_ :lotus:
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: F.T on 26 March 2008, 03:55:57 PM
:outoftopic:

jika ingin di bahas lebih lanjut mengenai pentingnya sertifikat pembicara, silahkan di buka thread baru ... _/\_

:backtotopic:
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Lily W on 26 March 2008, 04:03:50 PM
 ^:)^ ^:)^ ^:)^

Oce Dech.... Pak Moderator.... :)) :)) :))
Kok baru sekarang munculnya (peringatannya)  :)) :)) :))

Anumodana....

:backtotopic:

_/\_ :lotus:
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 27 March 2008, 12:34:42 AM
ok back to TOPIC...

I have proof kalo HINAYANA = THERAVADA

QuoteThe Buddha's Dharma, can be divided to two vehicles, the Hinayana and the Mahayana. The Hinayana itself can be divided into the vehicle of the shravakas and the vehicle of the pratyekabuddhas. The shravakas and pratyekabuddhas can be differentiated according to the relative inferiority and superiority of their faculties and the results they obtain, but the doctrinal features of the paths they follow are basically the same. People with a propensity to follow these two Hinayana vehicles take them up for the sake of merely their own emancipation, because they turn their backs on bearing the burden of the aims of others. Since the main cause of bondage in samsara is grasping at a self, the main cause of obtaining the freedom of liberation is the wisdom that realizes the meaning selflessness. Thus, shravakas and pratyekabuddhas, like bodhisattvas, realize selflessness. They meditate on is accompanied by the other paths of moral conduct, meditative concentration and so forth, and thus extinguish all their passions, greed, hatred, ignorance and so forth.

aku kutip dari website DALAI LAMA..

hxxp://www.dalailama.com/page.22.htm

neh...

CHINGIKKKK..WHERE ARE YOU??????

apakah Chingik lebih hebat dari murid2 Dalai Lama dan Dalai Lama?   

ato selama ini salah interpretasi?

berarti emank tepat kalo sang Buddha gk mungkin menghina Hinayana..

1.karena sang Buddha yg mengajarkan jalan Arahat
2.karena term Hinayana dan Mahayana belum ada pada saat sang Buddha masih idup..

oleh sebab itu..

Diamond Sutra palsu..
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 27 March 2008, 08:31:25 AM
 _/\_ untuk proof begitu,silahkan lihat di Vinaya Pitaka Pali dan Sanskrit,dua-duanya memuat catatan historikal mulai dari dikumpulnya 500 Arahat untuk membentuk kembali ajaran Buddha secara lisan dan tertulis sampai terciptanya aliran-aliran Buddhist purbakala.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 27 March 2008, 12:27:06 PM
 [at] atas
jgn OOT please..-_-"

eniwei, Sutta palsu itu bisa dilihat dari make sense ato gk sutta tersebut..

liat ajah Diamond Sutra yg menghina Theravada(dan yg sejenisnya)...

apakah sutra seperti itu patut diikuti?

apakah pantas kita mengikuti dan menyutujui sutra yg menyuruh kita untuk menolak Buddha Dhamma versi Arahat?

apakah pantas kita mengikuti dan mengakui sutra yg mengatakan sang Buddha mengdiskreditkan jalan Arahat?

padahal..sang Buddha sendiri yg mengajarkan jalan arahat..dan sangat tidak make sense kalo Arahat dipanggil egois..karena seorang yg egois tidak akan bisa merealisasikan Nibbana..tul gk?

dan lagepula seseorang mencapai tingkat Arahat jelas sekali bukan hanya untuk dirinya sendiri..tapi untuk makhluk lain juga..

seperti seorang yg kotor..dan akhirnya setuju untuk mandi hingga wangi bersih..lalu megajarkan dan menyeru yg lain untuk mandi jg..itulah Arahat..

bgaimana dengan Boddhisatva? seperti seorang yg kotor yg tidak pernah mandi..tapi ingin mengajarkan dan menyeru orang lain untuk mandi...

sangat jelas banyak orang tertipu oleh cara marketing Mahayana...karena mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya seorang Arahat lebih banyak menolong makhluk lain untuk merealisasikan Nibbana..dibandingkan orang2 yg MENGAKU mengikuti jalan Boddhisatva..yg sebenarnya sangat jauh ato tidak pernah dekat secuilpun pada perealisasian Boddhisatva
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 27 March 2008, 12:50:19 PM
 _/\_ mohon penerangannya yaph.
kalo aku perhatikan,pembahasan Hinayana di beberapa Sutra sebenarnya letaknya di kalimat awal aja kok,kalo ke dalam-dalamnya tidak disebutkan lagi,dugaan sementara yah itu bisa-bisanya org aja tambah-tambahin. :))
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: tesla on 27 March 2008, 02:50:28 PM
^walau ditemukan di tengah, di akhir ataupun ada di mana-mana tetap saja bisa dibilang "org aja tambah-tambahin".

masalahnya adalah sutra itu (terlepas dari masih seperti awalnya atau telah ditambah2kan) dipakai sekarang dalam bentuk yg demikian oleh khalayak umum mahayana ;D

note+: deskripsi "Hinayana" sendiri yg dikatakan oleh sdr. chingik juga berbeda pada deskripsi pakar lain.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 27 March 2008, 05:17:59 PM
 [at] atas

Agree with you~~  ;D
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: chingik on 27 March 2008, 11:22:57 PM
Quote from: El Sol on 27 March 2008, 12:34:42 AM
ok back to TOPIC...

I have proof kalo HINAYANA = THERAVADA

QuoteThe Buddha's Dharma, can be divided to two vehicles, the Hinayana and the Mahayana. The Hinayana itself can be divided into the vehicle of the shravakas and the vehicle of the pratyekabuddhas. The shravakas and pratyekabuddhas can be differentiated according to the relative inferiority and superiority of their faculties and the results they obtain, but the doctrinal features of the paths they follow are basically the same. People with a propensity to follow these two Hinayana vehicles take them up for the sake of merely their own emancipation, because they turn their backs on bearing the burden of the aims of others. Since the main cause of bondage in samsara is grasping at a self, the main cause of obtaining the freedom of liberation is the wisdom that realizes the meaning selflessness. Thus, shravakas and pratyekabuddhas, like bodhisattvas, realize selflessness. They meditate on is accompanied by the other paths of moral conduct, meditative concentration and so forth, and thus extinguish all their passions, greed, hatred, ignorance and so forth.

aku kutip dari website DALAI LAMA..

hxxp://www.dalailama.com/page.22.htm

neh...

CHINGIKKKK..WHERE ARE YOU??????

apakah Chingik lebih hebat dari murid2 Dalai Lama dan Dalai Lama?  

ato selama ini salah interpretasi?

berarti emank tepat kalo sang Buddha gk mungkin menghina Hinayana..

1.karena sang Buddha yg mengajarkan jalan Arahat
2.karena term Hinayana dan Mahayana belum ada pada saat sang Buddha masih idup..

oleh sebab itu..

Diamond Sutra palsu..
Saya dari awal slalu mengatakan bhw saya bersandar langsung pada Sutra, bukan pada skolar. Jika teman2 slalu merujuk pada kata2 mereka bahwa mayoritas Mahayanis mengatakan A, berarti mewakili ucapan Mahayanis, maka saya tidak bisa berkata apa2 lagi. Dalam Mahaparinirvana Sutra , Buddha menganjurkan kita utk menjadikan 4 hal sebagai sandaran:
1. Bersandar pada dharma, jangan bersandar pada individu
2. Bersandar pada kearifan, jangan bersandar pada kesadaran
3. Bersandar pada makna [tersirat] , jangan bersandar pada kata-kata [harafiah]
4. Bersandar pada makna ultimit, jangan bersandar pada makna yang tidak ultimit.

Saya bersandar pada makna dharma, tidak bersandar pada individu (seperti pendapat para pakar Mahayana).
Mengapa saya katakan bahwa dalam Sutra Mahayana, kata2 Hinayana tidaklah slalu merujuk pada Jalan Arahat. Saya tegaskan kembali, tolong dibaca ulang pendapat saya sebelumnya, bahwa Theravada lebih merujuk pada Sravakayana. Bukan Hinayana, jadi tidak ada relevan jika mengatakan Hinayana bagian dari Mahayana.
Salah satu bukti adalah setiap Pembukaan Sutra Mahayana, banyak sekali ditemukan apresiasi kepada para Arahat. Jadi mana mungkin menghina Arahat sementara masih memberi apresiasi pada Arahat. Jadi jangan slalu mencerna isi sutra secara gamblang. Sutta Pali pun butuh penjelasan, seperti Atthakattha. Jika tidak maka akan slalu salah interpretasi.

Jadi term Mahayana dan Hinayana sudah ada pada masa kehidupan Buddha, dan Hinayana tidak ada relevan dengan Jalan Arahat, Jalan Arahat pada masa kehidupan Buddha disebut Sravakayana.
Saya merujuk pada Sutra, dan memang betul pendapat saya tidak sama dengan pakar Mahayana. Tapi saya konsisten saja, karena sandaran saya adalah Sutra. Bukan individu, jadi walaupun reputasi sekelas Dalai Lama juga tidak berarti kita harus mengikuti pendapat mereka. Saya kan  juga mengikuti anjuran Kalama Sutta.   :)

Sutra Intan mau palsu atau tidak, yang jelas  Master Huineng telah mendapatkan manfaat dari filosofi Sutra tersebut, salah satu bukti konkrit adalah Relik Tubuhnya yang masih utuh dan tersimpan di vihara Tiongkok.  _/\_   
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: chingik on 27 March 2008, 11:28:27 PM
Quote from: El Sol on 27 March 2008, 12:34:42 AM
ok back to TOPIC...

I have proof kalo HINAYANA = THERAVADA

QuoteThe Buddha's Dharma, can be divided to two vehicles, the Hinayana and the Mahayana. The Hinayana itself can be divided into the vehicle of the shravakas and the vehicle of the pratyekabuddhas. The shravakas and pratyekabuddhas can be differentiated according to the relative inferiority and superiority of their faculties and the results they obtain, but the doctrinal features of the paths they follow are basically the same. People with a propensity to follow these two Hinayana vehicles take them up for the sake of merely their own emancipation, because they turn their backs on bearing the burden of the aims of others. Since the main cause of bondage in samsara is grasping at a self, the main cause of obtaining the freedom of liberation is the wisdom that realizes the meaning selflessness. Thus, shravakas and pratyekabuddhas, like bodhisattvas, realize selflessness. They meditate on is accompanied by the other paths of moral conduct, meditative concentration and so forth, and thus extinguish all their passions, greed, hatred, ignorance and so forth.

aku kutip dari website DALAI LAMA..

hxxp://www.dalailama.com/page.22.htm

neh...

CHINGIKKKK..WHERE ARE YOU??????

apakah Chingik lebih hebat dari murid2 Dalai Lama dan Dalai Lama?   

ato selama ini salah interpretasi?

berarti emank tepat kalo sang Buddha gk mungkin menghina Hinayana..

1.karena sang Buddha yg mengajarkan jalan Arahat
2.karena term Hinayana dan Mahayana belum ada pada saat sang Buddha masih idup..

oleh sebab itu..

Diamond Sutra palsu..
Saya dari awal slalu mengatakan bhw saya bersandar langsung pada Sutra, bukan pada skolar. Jika teman2 slalu merujuk pada kata2 mereka bahwa mayoritas Mahayanis mengatakan A, berarti mewakili ucapan Mahayanis, maka saya tidak bisa berkata apa2 lagi. Dalam Mahaparinirvana Sutra , Buddha menganjurkan kita utk menjadikan 4 hal sebagai sandaran:
1. Bersandar pada dharma, jangan bersandar pada individu
2. Bersandar pada kearifan, jangan bersandar pada kesadaran
3. Bersandar pada makna [tersirat] , jangan bersandar pada kata-kata [harafiah]
4. Bersandar pada makna ultimit, jangan bersandar pada makna yang tidak ultimit.

Saya bersandar pada makna dharma, tidak bersandar pada individu (seperti pendapat para pakar Mahayana).
Mengapa saya katakan bahwa dalam Sutra Mahayana, kata2 Hinayana tidaklah slalu merujuk pada Jalan Arahat. Saya tegaskan kembali, tolong dibaca ulang pendapat saya sebelumnya, bahwa Theravada lebih merujuk pada Sravakayana. Bukan Hinayana, jadi tidak ada relevan jika mengatakan Hinayana bagian dari Theravada atau sebaliknya.
Salah satu bukti adalah setiap Pembukaan Sutra Mahayana, banyak sekali ditemukan apresiasi kepada para Arahat. Jadi mana mungkin menghina Arahat sementara masih memberi apresiasi pada Arahat. Jadi jangan slalu mencerna isi sutra secara gamblang. Sutta Pali pun butuh penjelasan, seperti Atthakattha. Jika tidak maka akan slalu salah interpretasi.

Jadi term Mahayana dan Hinayana sudah ada pada masa kehidupan Buddha, dan Hinayana tidak ada relevan dengan Jalan Arahat, Jalan Arahat pada masa kehidupan Buddha disebut Sravakayana.
Hinayana memang memilih jalur Arahat, tetapi mereka tidak berjalan pada jalur yang benar, maka disebut Hinayana. Ini bukan berarti Hinayana sama degnan Theravada, kecuali umat Theravada yang suka ugal2an, maka tentu saja kita baru boleh bilang Hinayana, tetapi hal ini berlaku juga utk uamt Mahayana, sama saja.
Saya merujuk pada Sutra, dan memang betul pendapat saya tidak sama dengan pakar Mahayana. Tapi saya konsisten saja, karena sandaran saya adalah Sutra. Bukan individu, jadi walaupun reputasi sekelas Dalai Lama juga tidak berarti kita harus mengikuti pendapat mereka.

Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: chingik on 27 March 2008, 11:41:46 PM
Quote from: El Sol on 27 March 2008, 12:27:06 PM
[at] atas
jgn OOT please..-_-"

eniwei, Sutta palsu itu bisa dilihat dari make sense ato gk sutta tersebut..

liat ajah Diamond Sutra yg menghina Theravada(dan yg sejenisnya)...

apakah sutra seperti itu patut diikuti?

apakah pantas kita mengikuti dan menyutujui sutra yg menyuruh kita untuk menolak Buddha Dhamma versi Arahat?

apakah pantas kita mengikuti dan mengakui sutra yg mengatakan sang Buddha mengdiskreditkan jalan Arahat?

padahal..sang Buddha sendiri yg mengajarkan jalan arahat..dan sangat tidak make sense kalo Arahat dipanggil egois..karena seorang yg egois tidak akan bisa merealisasikan Nibbana..tul gk?

dan lagepula seseorang mencapai tingkat Arahat jelas sekali bukan hanya untuk dirinya sendiri..tapi untuk makhluk lain juga..

seperti seorang yg kotor..dan akhirnya setuju untuk mandi hingga wangi bersih..lalu megajarkan dan menyeru yg lain untuk mandi jg..itulah Arahat..

bgaimana dengan Boddhisatva? seperti seorang yg kotor yg tidak pernah mandi..tapi ingin mengajarkan dan menyeru orang lain untuk mandi...

sangat jelas banyak orang tertipu oleh cara marketing Mahayana...karena mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya seorang Arahat lebih banyak menolong makhluk lain untuk merealisasikan Nibbana..dibandingkan orang2 yg MENGAKU mengikuti jalan Boddhisatva..yg sebenarnya sangat jauh ato tidak pernah dekat secuilpun pada perealisasian Boddhisatva

Sekali lagi (padahal udah sering kali) saya jelaskan, Mahayana tidak pernah menghina Theravada. (Silahkan cari di Sutra). Orang picik saja yang slalu merasa curiga dan terhina.
Coba lihat dalam Sutta Pali, Apakah Buddha seorang penghina? Buktinya kaum Brahmana dihina habis2an. Ya..bisa aja kita menampik bahw Buddha tidak menghina melainkan meluruskan pandangan salah kaum Brahmana. Tetapi tetap saja ada kaum brahmana yg merasa terhina, ya kalo pikiran mereka picik dan saling curiga. Begitu juga halnya umat Theravada yang jika berpikir picik akan slalu curiga dan merasa dihina, padahal Theravadin ada juga yang arif dan tidak merasa demikian.

Jalan bodhisatva adalah jalan yang dipraktik oleh semua calon Buddha. Lebih aneh lagi jika Buddha hanya mengajar orang jalan Arahat, dan tidak mengajarkan jalan Bodhisatva, padahal Jalan itulah yang ditempuh oleh semua Buddha. 

Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 28 March 2008, 08:04:37 AM
 _/\_ pembahasan seperti ini sepertinya harus disudahi sampai disini karena tidak membawa perkembangan batin lebih lanjut malah menaikkan dosa(amarah),lobha(keinginan untuk menyerang),moha(ketidaktahuan akan ajaran).
Mahayana bagi praktisi memiliki kualitas sama halnya Theravada yang menitikberatkan pada praktik meditasi. Bagi saya sendiri,setiap manusia punya jalan penembusan yang berbeda-beda dan mungkin hanya mereka yang belajar dhamma sedikit langusng berkobar-kobar untuk mengejek Hinayana.ini cuma pandangan yang salah paham saja sejak dulu kala.
Chingik dan El Sol, kalian punya jalan yang berbeda dalam pemahaman Buddhism,namun kalau tetap pada jalur sila,samadhi,dan panna.ini akan lebih bagus untuk perkembangan kalian.
saya juga terkadang tidak setuju dengan beberapa praktisi Mahayanist yang salah,atau juga Theravada yang menganggap Mahayana tidak ada ajarannya hanya nempel2.gitu deh,sebuah sisi yang ga bisa didamaikan dari dulu.jadi cukup sudahi saja.
Pahami buddhadhamma bukan soal aliran tapi perkembangan batin seseorang
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: gajeboh angek on 28 March 2008, 08:27:09 AM
Kalau merujuk kepada Sutta, terutama dari Nikaya, Savaka meliputi semua murid Sang Buddha, termasuk Ariya Sangha, Sangha, dan Umat Awam. Di sini Bodhisatta termasuk Savaka, karena ada seorang Bodhisatta yang akan menjadi Metteya yang menjadi Bhikkhu Sangha. Savaka artinya murid, atau pendengar.

Istilah Savakayana itu dianggap mengalami pergeseran makna.

Istilah Hinayana dan Mahayana itu dianggap Theravada adalah tambahan belakangan.

Kelihatannya Chingkik tidak bisa menerima pandangan orang lain ya. Pendapat orang lain belum tentu sama dengan pendapat Chingik, pendapat saya belum tentu sama dengan orang lain.

Padahal kalau yang satu bisa menerima orang lain belum tentu punya pandangan yang sama...

Saya bisa menerima kenapa Chingik bisa berpandangan seperti sekarang, tapi belum tentu saya setuju sama Chingik.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: tesla on 28 March 2008, 08:41:53 AM
pandangan bro chingik berbeda dg mayoritas...  (tidak terbawa arus, salut...) :jempol:

tapi... jadi ga tepat (salah sasaran) jg menanyakan masalah Hinayana ini kepada sdr. chingik... mungkin kita harus menanyakan pada pakar Mahayana lain (Dalai Lama mungkin... :)) )
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: chingik on 28 March 2008, 10:28:09 PM
 


Quote from: karuna_murti on 28 March 2008, 08:27:09 AM
Kalau merujuk kepada Sutta, terutama dari Nikaya, Savaka meliputi semua murid Sang Buddha, termasuk Ariya Sangha, Sangha, dan Umat Awam. Di sini Bodhisatta termasuk Savaka, karena ada seorang Bodhisatta yang akan menjadi Metteya yang menjadi Bhikkhu Sangha. Savaka artinya murid, atau pendengar.

Istilah Savakayana itu dianggap mengalami pergeseran makna.

Istilah Hinayana dan Mahayana itu dianggap Theravada adalah tambahan belakangan.
Ya konsep Savaka memang berbeda dalam Mahayana dan Theravada.
Tetapi dalam pemahaman Mahayana, Savaka tidaklah berkonotasi negatif seperti halnya Hinayana, dan tidak pernah sekalipun dalam Sutra menyebutkan Hinayana adalah Theravada. Theravada lebih tepat merujuk pada sravakayana. Sedangkan Hinayana bukan ditujukan pada aliran manapun, hanya perkembangan belakangan saja mempolitisasinya karena terjadinya perpercahan.   
Quote

Kelihatannya Chingkik tidak bisa menerima pandangan orang lain ya. Pendapat orang lain belum tentu sama dengan pendapat Chingik, pendapat saya belum tentu sama dengan orang lain.

Padahal kalau yang satu bisa menerima orang lain belum tentu punya pandangan yang sama...

Saya bisa menerima kenapa Chingik bisa berpandangan seperti sekarang, tapi belum tentu saya setuju sama Chingik.

Maaf , saya bukan tidak menerima pendapt orang lain. Jadi sementara ini, pendapat individu (walau mereka disebut pakar) tidak saya terima maupun tolak.  Tetapi saya masih perlu melakukan penyelidikan lanjutan. Bukankah ini adalah nasihat dalam Kalama Sutta?   :)

Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: chingik on 28 March 2008, 11:47:44 PM
Quote from: nyanadhana on 28 March 2008, 08:04:37 AM
_/\_ pembahasan seperti ini sepertinya harus disudahi sampai disini karena tidak membawa perkembangan batin lebih lanjut malah menaikkan dosa(amarah),lobha(keinginan untuk menyerang),moha(ketidaktahuan akan ajaran).
Mahayana bagi praktisi memiliki kualitas sama halnya Theravada yang menitikberatkan pada praktik meditasi. Bagi saya sendiri,setiap manusia punya jalan penembusan yang berbeda-beda dan mungkin hanya mereka yang belajar dhamma sedikit langusng berkobar-kobar untuk mengejek Hinayana.ini cuma pandangan yang salah paham saja sejak dulu kala.
Chingik dan El Sol, kalian punya jalan yang berbeda dalam pemahaman Buddhism,namun kalau tetap pada jalur sila,samadhi,dan panna.ini akan lebih bagus untuk perkembangan kalian.
saya juga terkadang tidak setuju dengan beberapa praktisi Mahayanist yang salah,atau juga Theravada yang menganggap Mahayana tidak ada ajarannya hanya nempel2.gitu deh,sebuah sisi yang ga bisa didamaikan dari dulu.jadi cukup sudahi saja.
Pahami buddhadhamma bukan soal aliran tapi perkembangan batin seseorang

Nasihat yg sangat baik, semoga dapat tertanam dalam batin saya utk mengembangkan sila, samadhi dan panna. Trims.  ^:)^
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana (sedikit OOT)
Post by: nyanabhadra on 30 March 2008, 11:42:20 PM
Istilah Hinayana dan Mahayana


Istilah Hinayana (Theg-dman, Kendaraan Kecil) dan Mahayana (Theg-chen, Kendaraan Besar) muncul pertama kali dalam Sutra Prajnaparamita (Sher-phyin mdo, Sutra tentang kemampuan kesadaran yang sanggup menjangkau lebih dalam atas pemahanan terhadap perbedaan-perbedaan, Sutra tentang peyempurnaan kemahiran dalam pemahaman tepat) pada abad ke-2 pada zaman modern ini. Sutra ini merupakan naskah Mahayana yang muncul paling awal, istilah Hinayana dan Mahayana untuk menyatakan wawasan dan tingkat kedalaman ajaran yang lebih luas daripada aliran buddhis yang berkembang sebelumnya.

Walaupun dua istilah ini sarat dengan konotasi sektarian dan muncul secara ekslusif dalam naskah Mahayana, perlu diketahui bahwa sulit untuk menemukan istilah yang mumpuni untuk sebagai penggantinya. "Hinayana" menjadi istilah umum untuk 18 sekte buddhis, Theravada merupakan salah satu dari 18 sekte yang masih bisa ditemukan. "Mahayana" juga terdiri dari beberapa sekte. Ketika tradisi Indo-Tibetan mempelajari dan mendiskusikan sistem filsafat Hinayana, yang mereka maksud adalah Vaibhashika dan Sautrantika, yang mana Sarvastivada merupakan salah satu dari 18 sekte tersebut. Berhubungan dengan beberapa aliran Hinayana muncul belakangan setelah Mahayana, jadi kita tidak bisa menyebut "Ajaran Buddha awal" Hinayana atau "Ajaran Buddha orisinal" dan "Ajaran Buddha belakangan" Mahayana.

Theravada bisa ditemukan di Sri Lanka dan Asia Tenggara. Dharmagupta merupakan salah satu dari 18 sekte Hinayana, yang menyebar di Asia sentral dan China. Tradisi monastik China mengiktui aturan disiplin (Skt. Vinaya) versi Dharmagupta. Mahayana pernah menyebar ke Indonesia, walaupun saat ini sudah tidak ada lagi. Menyebut Hinayana dengan istilah "Ajaran Buddha Selatan" dan Mahayana "Ajaran  Buddha Utara" juga kurang memadai.

Hinayana dan Mahayana merupakan jalur secara umum untuk shravaka (mereka yang mendengar ajaran Buddha) dan pratyekabuddhas (realisasi diri) untuk mencapai keadaan murni arhat (makhluk yang telah bebas), dan bodhistwa menuju pencerahan sempurna Buddha. Dengan demikian, cukup membinggungkan kalau menyebut Hinayana "Shravakayana" dan Mahayana "Bodhisatwayana".

Sebagai konsekuensinya, walaupun praktisi Theravada merasakan bahwa istilah Hinayana dan Mahayana memberikan kesan ofensif, kita perlu membatasi penggunaan istilah itu hanya untuk kejelasan klasifikasi atas aliran dalam ajaran Buddha, walaupun kita dihadapkan pada ketidak-tepatan istilah yang dipaparkan di atas secara politis, namun istilah itu lebih tepat apa adanya.

bow and respect,
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 31 March 2008, 12:03:18 AM
 [at] atas
Bhante,tidakkah Bhante merasakan keganjilan jika sang Buddha memojokkan Hinayana dalam Diamond Sutra? Bukankah pada zaman sang Buddha hanya ada 1 aliran? Dan sang Buddha sendiri yg mengajarkan jalan kearahatan,mengapa beliau malah merendahkannya?
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 31 March 2008, 08:58:31 AM
 :)) sebeanrnya jgn terbawa pada isu Hinayana yang tertulis pada sutra,bisa saja itu tambahan dari beberapa org toh sutra bukan tulisan tangan Sang buddha kan,jgn terprovokasi aja atau paling bagus,kalo menurut bro El Sol ga sesuai,jgn dibaca,bacalak sutra2 yang menurut Bro El Sol membawa perkembangan batin diri sendiri.
Kalo terprovokasi,berarti yang mengajak provokasi itu sukses.so biarin aja
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 31 March 2008, 09:02:20 AM
 [at] atas
hanya bertanya sahaja...~~

curiosity beats eperyting...
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 31 March 2008, 09:17:46 AM
 :)) curiosity kills the cat,hohohohoho,kalo curious,aye bisa share tripitakanya.huehehheh biar bro El Sol pelajari Triptaka Mandarin ampe hoeks hoeks hahahhaha.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: gajeboh angek on 31 March 2008, 09:25:38 AM
suruh hapalin Dhammapada aja dulu, tapi bahasa pali  ^-^
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 31 March 2008, 09:27:52 AM
 :| :| :| :| :| :| :| :| :| :| :| :| :| :| :| :| :| :| :| :| :| :| :| :| :|
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: chingik on 31 March 2008, 11:29:36 AM
[at] bro el sol,

Sekali lagi (padahal udah sering kali) saya jelaskan, Mahayana tidak pernah menghina Theravada. (Silahkan cari di Sutra). Orang yg berpikiran picik saja yang slalu merasa curiga dan terhina (bukan menunjuk siapa2 lho,  ^:)^)
Coba lihat dalam Sutta Pali, Apakah Buddha seorang penghina? Buktinya kaum Brahmana dihina habis2an. Ya..bisa aja kita menampik bahw Buddha tidak menghina melainkan meluruskan pandangan salah kaum Brahmana. Tetapi tetap saja ada kaum brahmana yg merasa terhina, ya kalo pikiran mereka picik dan saling curiga. Begitu juga halnya umat Theravada yang jika berpikir picik akan slalu curiga dan merasa dihina, padahal Theravadin ada juga yang arif dan tidak merasa demikian.

Mohon bro El sol menanggapi ini, mudah2an bisa jadi masukan berharga buat saya juga.  _/\_
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 31 March 2008, 11:48:05 AM
 _/\_ jangan terpancing dengan menambah dan membangkitkan dosa,lobha dan moha. sebenarnya tulisan dalam Sutra juga sendiri sudah dipertanyakan oleh banyak orang ,mengapa ada anggapan Hinayana yang akhirnya oleh beberapa yang setengah2 belajar Mahayana menguncarkan bahwa semua aliran di luar Mahayana adalah Hinayana,hal ini juga berimbas kepada praktek non Bodhisatva atau kita kenal sebagai pencapaian Arhat dan Paccekabuddha.

Hal ini tentunya sudah berlangsung selama 2000 tahun lebih sampai ke saat ini ditambah zaman edan dimana Buddhadhamma mulai disalahpahami konsepnya.

hal ini cuman terjadi di beberapa yang tidak mantap dalam Buddhism. well,ribut2 beginihanya akan membuat kemunduran batin biarpun embel2nya menegaskan apa yang salah dan benar.kita sudah terjebak dalam perdebatan tiada akhir.Dimanakah praktek Dhamma kita?

Mahayana yang baik harusnya mengetahui Jalan Bodhisatva adalah mempraktekkan paramitanya sampai menjadi Sammasambuddha namun perkembangannya membuat orang lupa dan angkat debat soal Jalan Arhat atau sebaliknya.Hal konyol seperti itu yang harus kita hindari.
Anda suka jadi Bodhisatva ya pelajari langkahnya,yang mau jadi Arhat silahkan monggo,Sang Buddha sudah menjelaskan jalannya,mengenai Sutra mengatakan Hinayana,let it be,kita juga ga tahu gatelnya siapa yang edit tulisan kayak gitu ke dalam Sutra,semoga ia tersadarkan agar tidak terjatuh dalam kegelapan

Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 12 May 2008, 07:08:20 PM
gw naikin ah thread ini..

up up up....

lanjutttt...
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: K.K. on 13 May 2008, 09:03:24 AM
El Sol,

Tidak perlu merasa terhina dengan sebutan "Hinayana" kalau anda memang merasa Theravada yang menggunakan Tipitaka Pali. Dalam Tipitaka Pali sendiri tidak ada yang namanya "Theravada", "Hinayana" atau apapun istilah2 'rekaan' manusia itu.
Entah darimana juga terkesan Bodhisatvayana adalah 'milik aliran Mahayana', padahal dalam tradisi Theravada, sama sekali tidak pernah disebutkan bahwa jalan yang dianjurkan adalah 'bukan Samma Sambuddha'. Bahkan saya pernah baca bahwa pada zaman Buddha Gotama saja sudah ada sedikitnya 6 Bodhisatta yang menerima niyata vivaranam. Jadi tidak perlu merasa aliran anda itu adalah "Hinayana" atau apapun istilah2nya yang membuat anda tersinggung.

Setau saya (=sangat mungkin salah), istilah "Mahayana" muncul sebagai 'protes' karena ada beberapa sekte yang 'tidak mau mengajar' perumah tangga dan memisahkan diri dari masyarakat. Dari situ, maka istilah "bodhisatvayana" mulai ditekankan. Rasanya istilah "Mahayana" tidak ada maksud untuk 'memegahkan diri' ataupun 'mengecilkan aliran lain'. Mungkin itu hanya perkataan oknum yang kurang mengerti saja. Dan ada baiknya anda juga jangan menjadi oknum yang terpancing emosinya.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 19 May 2008, 08:39:20 AM
Perkataan itu dimulai oleh Mahadeva dari Mahasanghika kalo ga salah yaph untuk menunjuk sejumlah bhikkhu yang puas dengan istilah menjadi Arahat. namun perkembangan zaman malah menyulut pertengkaran antara "Mahayana" dengan aliran Buddhism lain dan dicap sebagai Hinayana , apapun itu pokoknya diluar dari aspirasi Mahayana yaitu Bodhisattva.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Mr. Wei on 26 June 2008, 10:36:46 PM
_/\_
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: dilbert on 20 July 2008, 01:38:08 PM
Kalaupun Theravada adalah Hinayana... Ada apa dengan Hinayana ?? Nothing Wrong... Apa karena Mahayana = kendaraan besar ?? Hinayana = kendaraan kecil ???

Besar dan kecil kegunaannya relatif ?? DAlam keadaan tertentu, besar bisa sangat berguna, tetapi dalam keadaan lainnya, mungkin kecil yang sangat berguna... hehehehehe...

Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: adi lim on 29 July 2008, 04:00:18 PM
Bro El Sol, Cool Down .......
Jangan terpancing emosi, santai aja.
TIPITAKA is the Best

_/\_
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Tuhan on 22 August 2008, 11:18:52 AM
Artikel ttg Hinayana, monggo dibaca
http://samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=1334&multi=T&hal=0
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: gajeboh angek on 22 August 2008, 11:20:16 AM
Salam kenal Tuhan
Mohon pencerahannya
^:)^
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: pujianto on 21 November 2008, 06:48:43 PM
Quote from: dilbert on 20 July 2008, 01:38:08 PM
Kalaupun Theravada adalah Hinayana... Ada apa dengan Hinayana ?? Nothing Wrong... Apa karena Mahayana = kendaraan besar ?? Hinayana = kendaraan kecil ???

Besar dan kecil kegunaannya relatif ?? DAlam keadaan tertentu, besar bisa sangat berguna, tetapi dalam keadaan lainnya, mungkin kecil yang sangat berguna... hehehehehe...



tapi coba perhatikan juga terjemahan lain

Mahayana = kendaraan agung

Hinayana = kendaraan rendah (hina)


kalo keci bukan "hina" tapi "cula"

SSBS
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: waliagung on 21 November 2008, 06:57:11 PM
ikut nimbrung nih.
yg pasti mahayana yang aku tahu adalah suatu aliran dan bisa dipastikan itu ada setelah buddha wafat
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Edward on 22 November 2008, 05:21:44 PM
 [at]  atas : Semua aliran juga baru ada setelah Siddharta parinibbana
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Satria_Bergincu on 22 November 2008, 05:40:55 PM
[at] atas

saya sangat setuju bro egar,

mau kendaraan besar, mau kendaraan kecil (atau "hina") ada setelah sang buddha parinibbana
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: GandalfTheElder on 22 November 2008, 05:46:35 PM
Saya copy dari postingan saya sebelumnya.

The Monier-Williams Sanskrit-English Dictionary (Oxford, 1899), gives a translation of 'Hīna' as: "deficient, defective, faulty, isufficient, short, incomplete, poor, little, low, vile, bad, base, mean.". According to Pali Text Society Dictionary, the word hina in sanskrit and pali has much derogatory meaning. Hina: 1. inferior, low; poor, miserable; vile, base, abject, contemptible, despicable 2. deprived of, wanting, lacking

Oleh karena itu "Hina" tidak selalu berarti "amoral" atau hina, bisa juga berarti kecil (little), rendah (low, inferior), kurang (lacking) maupun tidak lengkap (incomplete).

Rendah karena pencapaian Arhat belumlah sempurna. Para Arhat hanya mencapai Nirvana satu sisi atau Nirvana yang egosentris – berpusat pada diri [bukan egois lo, nggak ada Arhat egois], sedangkan Samyaksambuddha telah mencapai Non-Abiding Nirvana.

_/\_
The Siddha Wanderer

Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Sumedho on 24 November 2008, 06:14:15 AM
yah masing2x tradisi memiliki rujukan masing2x, kalau yg dari mahayana seperti kata bro gandalf.

Kalau dari rujukan pada sutta2x di tipitaka yah dikatakan seorang arahant adalah seorang yang telah selesai tidak ada yang perlu dilakukan lagi.

yah demikianlah kalau rujukannya beda.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Kelana on 24 November 2008, 07:58:01 PM
Quote from: GandalfTheElder on 22 November 2008, 05:46:35 PM
Saya copy dari postingan saya sebelumnya.

The Monier-Williams Sanskrit-English Dictionary (Oxford, 1899), gives a translation of 'Hīna' as: "deficient, defective, faulty, isufficient, short, incomplete, poor, little, low, vile, bad, base, mean.". According to Pali Text Society Dictionary, the word hina in sanskrit and pali has much derogatory meaning. Hina: 1. inferior, low; poor, miserable; vile, base, abject, contemptible, despicable 2. deprived of, wanting, lacking



Nah, di sinilah kerancuan ini bermula, Sdr. Gandalf. Jika kita mau fair, kita harus melihat ke belakang bahwa kamus Sanskrit-English maupun Pali-English dalam penyusunannya tentunya harus berdasar.  Apa dasarnya? Seharusnya dasar yang digunakan adalah definisi dan penggunaannya yang ada di dalam literatur Sanskerta maupun Pali itu sendiri dalam hal ini di dalam kitab "suci".

Pertanyaannya adalah apa dasar dan dari mana Monier-Williams Sanskrit-English Dictionary menentapkan bahwa kata "hina" dapat diartikan juga sebagai "kecil"? Ini yang perlu dijawab oleh kaum Mahayanis.

Jadi Monier-Williams Sanskrit-English bukanlah sumber tertinggi untuk menyimpulkan bahwa kata "hina" bisa berarti "kecil"

Dalam topik Bhavaviveka "vs" Hinayana telah saya berikan artikelnya, dimana dalam literatur Sanskrit seperti Dharmacakrapavartana sutra yang ada di dalam Lalitavistara, Mahayanasutralankara karya Asanga, Catushparishatsutra, semuanya memberikan jabaran bahwa kata "hina" sebagai hal yang negatif yaitu amoral atau hina, itu saja dan tidak didefinisikan sebagai "kecil". Hal ini juga setara dengan penjabaran dalam literatur-literatur Pali.

Nah, sekarang tinggal kaum Mahayanis yang menunjukkan dalam karya mana (kitab "suci" tentunya) kata "hina" dijabarkan sebagai kata "kecil". Sampai sekarang saya belum menemukan. Bahkan saya mengawatirkan bahwa kaum Mahayanis sekarang menerjemahkan kata "hina" yang ada dalam sutra berdasarkan perkiraan saja, rekaan, dicocok-cocokkan sehingga definisinya diperhalus sehingga tidak menimbulkan kesan kasar.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Kelana on 24 November 2008, 08:14:13 PM
Quote from: Sumedho on 24 November 2008, 06:14:15 AM
yah masing2x tradisi memiliki rujukan masing2x, kalau yg dari mahayana seperti kata bro gandalf.

Kalau dari rujukan pada sutta2x di tipitaka yah dikatakan seorang arahant adalah seorang yang telah selesai tidak ada yang perlu dilakukan lagi.

yah demikianlah kalau rujukannya beda.

Jika rujukannya seperti yang dilakukan Sdr. Gandalf, ya tentu saja tidak akan ketemu, Suhu Medho. Berbeda jika rujukan kita adalah sutra itu sendiri seperti penjelasan yang saya sampaikan kepada Sdr. Gandalf, dimana dalam sutra Mahayana sendiri dijabarkan kata "hina" sebagai "amoral" bukan kecil.

Selain itu kita jangan lupa (ini sering dilupakan mungkin juga belum diketahui oleh kaum Mahayanis sendiri) bahwa dalam literatur Mahayana terdapat kumpulan sutra bernama Agama Sutra. Agama Sutra adalah kumpulan sutra yang hampir menyerupai kumpulan sutta Pali. Saya belum bisa membuka semua literatur Agama Sutra karena kesulitan bahasa. Namun, jika kita bisa membongkar semua, maka ada kemungkinan persoalan definisi arahat akan lebih jelas.


Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Riky_dave on 24 November 2008, 08:53:26 PM
Haiya..Intinya Theravada=Hinayana bukan?

Salam hangat,
Riky
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Edward on 24 November 2008, 10:04:47 PM
 [at]  atas,bukan
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Sumedho on 24 November 2008, 10:07:56 PM
Quote from: Kelana on 24 November 2008, 08:14:13 PM
Quote from: Sumedho on 24 November 2008, 06:14:15 AM
yah masing2x tradisi memiliki rujukan masing2x, kalau yg dari mahayana seperti kata bro gandalf.

Kalau dari rujukan pada sutta2x di tipitaka yah dikatakan seorang arahant adalah seorang yang telah selesai tidak ada yang perlu dilakukan lagi.

yah demikianlah kalau rujukannya beda.

Jika rujukannya seperti yang dilakukan Sdr. Gandalf, ya tentu saja tidak akan ketemu, Suhu Medho. Berbeda jika rujukan kita adalah sutra itu sendiri seperti penjelasan yang saya sampaikan kepada Sdr. Gandalf, dimana dalam sutra Mahayana sendiri dijabarkan kata "hina" sebagai "amoral" bukan kecil.

Selain itu kita jangan lupa (ini sering dilupakan mungkin juga belum diketahui oleh kaum Mahayanis sendiri) bahwa dalam literatur Mahayana terdapat kumpulan sutra bernama Agama Sutra. Agama Sutra adalah kumpulan sutra yang hampir menyerupai kumpulan sutta Pali. Saya belum bisa membuka semua literatur Agama Sutra karena kesulitan bahasa. Namun, jika kita bisa membongkar semua, maka ada kemungkinan persoalan definisi arahat akan lebih jelas.



Oh tentang kata "hina" yah. aye komentarin tentang arahantnya dari bro gandalf. maap lupa di quote

Quote from: gandalf
Rendah karena pencapaian Arhat belumlah sempurna. Para Arhat hanya mencapai Nirvana satu sisi atau Nirvana yang egosentris – berpusat pada diri [bukan egois lo, nggak ada Arhat egois], sedangkan Samyaksambuddha telah mencapai Non-Abiding Nirvana.

mahayana -> arahant masih perlu lanjut (belum sempurna)
theravada -> seorang arahant tidak ada yang perlu dilakukan lagi *sudah sempurna*

Ini juga bagian yg sulit tentang agama sutra. Konon katanya nyaris sama cuma beda minor saja. ada yang punya akses dan bisa mengerti ke agama sutra tidak teman2x?
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: dilbert on 25 November 2008, 09:04:01 AM
Apakah ada kemungkinan bahwa para pendiri MAHAYANA ketika akan memisahkan diri, berusaha membuat jargon baru yang "KELIHATAN"-nya lebih eksklusif dan lebih tinggi dibandingkan dengan ajaran yang sudah ada pada waktu itu... yaitu dengan menambahkan konsep DASABHUMI BODHISATVA dan ARAHAT (orang suci-nya kaum THERAVADA) dianggap masih rendah, karena masih setara dengan BODHISATVA tingkat 7... Dan hanya melalui MAHAYANA-lah diajarkan pencapaian ANNUTARA SAMMASAMBUDDHA...

Berarti dari dahulu BUDDHA GOTAMA (Petapa SUMEDHA) adalah MAHAYANIS... Kok kenapa tidak dari dulu dulu BUDDHA GOTAMA langsung membabarkan jalan BODHISATVA (jalan ANNUTARA SAMMASAMBUDDHA) ?? Apakah tidak ada individu yang bisa mengerti ajaran semacam ini, sehingga AJARAN semacam ini harus "DITITIPKAN" di alam NAGA ??????
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Riky_dave on 25 November 2008, 09:11:22 AM
Quote from: dilbert on 25 November 2008, 09:04:01 AM
Apakah ada kemungkinan bahwa para pendiri MAHAYANA ketika akan memisahkan diri, berusaha membuat jargon baru yang "KELIHATAN"-nya lebih eksklusif dan lebih tinggi dibandingkan dengan ajaran yang sudah ada pada waktu itu... yaitu dengan menambahkan konsep DASABHUMI BODHISATVA dan ARAHAT (orang suci-nya kaum THERAVADA) dianggap masih rendah, karena masih setara dengan BODHISATVA tingkat 7... Dan hanya melalui MAHAYANA-lah diajarkan pencapaian ANNUTARA SAMMASAMBUDDHA...

Berarti dari dahulu BUDDHA GOTAMA (Petapa SUMEDHA) adalah MAHAYANIS... Kok kenapa tidak dari dulu dulu BUDDHA GOTAMA langsung membabarkan jalan BODHISATVA (jalan ANNUTARA SAMMASAMBUDDHA) ?? Apakah tidak ada individu yang bisa mengerti ajaran semacam ini, sehingga AJARAN semacam ini harus "DITITIPKAN" di alam NAGA ??????
good question...

Salam hangat,
Riky
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 25 November 2008, 09:13:36 AM
yang nitipin siapakah? Sang Buddhanya sendiri?kan di jaman Sang Buddha belum ada penulisan kanon2.sesudah Parinibbana baru ada "kisah" ditulisnya kanon Pitaka.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: chingik on 25 November 2008, 02:48:36 PM
Quote from: Kelana on 24 November 2008, 07:58:01 PM
Quote from: GandalfTheElder on 22 November 2008, 05:46:35 PM
Saya copy dari postingan saya sebelumnya.

The Monier-Williams Sanskrit-English Dictionary (Oxford, 1899), gives a translation of 'Hīna' as: "deficient, defective, faulty, isufficient, short, incomplete, poor, little, low, vile, bad, base, mean.". According to Pali Text Society Dictionary, the word hina in sanskrit and pali has much derogatory meaning. Hina: 1. inferior, low; poor, miserable; vile, base, abject, contemptible, despicable 2. deprived of, wanting, lacking



Nah, di sinilah kerancuan ini bermula, Sdr. Gandalf. Jika kita mau fair, kita harus melihat ke belakang bahwa kamus Sanskrit-English maupun Pali-English dalam penyusunannya tentunya harus berdasar.  Apa dasarnya? Seharusnya dasar yang digunakan adalah definisi dan penggunaannya yang ada di dalam literatur Sanskerta maupun Pali itu sendiri dalam hal ini di dalam kitab "suci".

Pertanyaannya adalah apa dasar dan dari mana Monier-Williams Sanskrit-English Dictionary menentapkan bahwa kata "hina" dapat diartikan juga sebagai "kecil"? Ini yang perlu dijawab oleh kaum Mahayanis.

Jadi Monier-Williams Sanskrit-English bukanlah sumber tertinggi untuk menyimpulkan bahwa kata "hina" bisa berarti "kecil"

Dalam topik Bhavaviveka "vs" Hinayana telah saya berikan artikelnya, dimana dalam literatur Sanskrit seperti Dharmacakrapavartana sutra yang ada di dalam Lalitavistara, Mahayanasutralankara karya Asanga, Catushparishatsutra, semuanya memberikan jabaran bahwa kata "hina" sebagai hal yang negatif yaitu amoral atau hina, itu saja dan tidak didefinisikan sebagai "kecil". Hal ini juga setara dengan penjabaran dalam literatur-literatur Pali.

Nah, sekarang tinggal kaum Mahayanis yang menunjukkan dalam karya mana (kitab "suci" tentunya) kata "hina" dijabarkan sebagai kata "kecil". Sampai sekarang saya belum menemukan. Bahkan saya mengawatirkan bahwa kaum Mahayanis sekarang menerjemahkan kata "hina" yang ada dalam sutra berdasarkan perkiraan saja, rekaan, dicocok-cocokkan sehingga definisinya diperhalus sehingga tidak menimbulkan kesan kasar.


Bicara soal terminologi? Seluruh kitab Tripitaka yg diterjemahkan ke bahasa Tiongkok , semuanya menuliskan kata Hinayana sebagai 小乘 (Xiao= Kecil, Cheng=Kendaraan).  Tidak ada tuh ditulis 贱乘 (贱(Jian)= hina), atau 鄙乘(鄙(bi)=hina, rendah).

Kalo amoral, mohon referensinya di manakah tertulis Arahat sebagai amoral? soalnya pengertian saya tentang amoral itu adalah orang yang tidak bermoral, tidak sopan , tidak memiliki etika. Sama seperti pembunuh, pembohong, pencuri, itu adalah orang yg amoral.
Lebih memungkinkan Arahat itu egosentris. Ada yg mengartikannya individualistis, dan anonimnya adalah altruis. Tapi apapun itu, semua berbalik pada persepsi. Jika anda mengatakan Arahat tidak individualistis, maka silakan berlaku altruis, dan sebaliknya. JIka tidak altruis, ya berarti individualistis.  ;D


Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Kelana on 25 November 2008, 05:58:09 PM
Quote from: chingik on 25 November 2008, 02:48:36 PM

Bicara soal terminologi? Seluruh kitab Tripitaka yg diterjemahkan ke bahasa Tiongkok , semuanya menuliskan kata Hinayana sebagai 小乘 (Xiao= Kecil, Cheng=Kendaraan).  Tidak ada tuh ditulis 贱乘 (贱(Jian)= hina), atau 鄙乘(鄙(bi)=hina, rendah).

Nah, pertanyaannya, apa dasarnya para penerjemah ke bahasa Tiongkok tersebut menerjemahkan hina dengan xiao (kecil)?
Sekali lagi saya mengawatirkan bahwa kaum Mahayanis termasuk dan khususnya dari Tiongkok menerjemahkan kata "hina" yang ada dalam sutra berdasarkan perkiraan saja, rekaan, dicocok-cocokkan sehingga definisinya diperhalus sehingga tidak menimbulkan kesan kasar.

Quote
Kalo amoral, mohon referensinya di manakah tertulis Arahat sebagai amoral? soalnya pengertian saya tentang amoral itu adalah orang yang tidak bermoral, tidak sopan , tidak memiliki etika. Sama seperti pembunuh, pembohong, pencuri, itu adalah orang yg amoral.
Lebih memungkinkan Arahat itu egosentris. Ada yg mengartikannya individualistis, dan anonimnya adalah altruis. Tapi apapun itu, semua berbalik pada persepsi. Jika anda mengatakan Arahat tidak individualistis, maka silakan berlaku altruis, dan sebaliknya. JIka tidak altruis, ya berarti individualistis.  ;D

Yang jelas bukan saya yang mengatakan bahwa Arahat sebagai amoral, Sdr. Chingik  ;D. Dan saat ini saya tidak sedang membahas mengenai arahat itu hina atau apa, tapi mengenai etimologi kata "hina"
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: chingik on 27 November 2008, 01:39:25 PM
Quote from: Kelana on 25 November 2008, 05:58:09 PM
Quote from: chingik on 25 November 2008, 02:48:36 PM

Bicara soal terminologi? Seluruh kitab Tripitaka yg diterjemahkan ke bahasa Tiongkok , semuanya menuliskan kata Hinayana sebagai 小乘 (Xiao= Kecil, Cheng=Kendaraan).  Tidak ada tuh ditulis 贱乘 (贱(Jian)= hina), atau 鄙乘(鄙(bi)=hina, rendah).

Nah, pertanyaannya, apa dasarnya para penerjemah ke bahasa Tiongkok tersebut menerjemahkan hina dengan xiao (kecil)?
Sekali lagi saya mengawatirkan bahwa kaum Mahayanis termasuk dan khususnya dari Tiongkok menerjemahkan kata "hina" yang ada dalam sutra berdasarkan perkiraan saja, rekaan, dicocok-cocokkan sehingga definisinya diperhalus sehingga tidak menimbulkan kesan kasar.

Quote
Kalo amoral, mohon referensinya di manakah tertulis Arahat sebagai amoral? soalnya pengertian saya tentang amoral itu adalah orang yang tidak bermoral, tidak sopan , tidak memiliki etika. Sama seperti pembunuh, pembohong, pencuri, itu adalah orang yg amoral.
Lebih memungkinkan Arahat itu egosentris. Ada yg mengartikannya individualistis, dan anonimnya adalah altruis. Tapi apapun itu, semua berbalik pada persepsi. Jika anda mengatakan Arahat tidak individualistis, maka silakan berlaku altruis, dan sebaliknya. JIka tidak altruis, ya berarti individualistis.  ;D

Yang jelas bukan saya yang mengatakan bahwa Arahat sebagai amoral, Sdr. Chingik  ;D. Dan saat ini saya tidak sedang membahas mengenai arahat itu hina atau apa, tapi mengenai etimologi kata "hina"


Justru yg harus dipertanyakan adalah atas dasar apa kita2 yg hidup di jaman sekarang dapat menafsirkan terjemahan para penerjemah masa lalu , padahal terjadi banyak pergeseran makna sebuah istilah seiring dengan perubahan waktu lebih dari seribu tahun.
Contoh sederhana saja, tahukah bro tentang kata "nona" utk bahasa mandarin? Yaitu 小姐(XiaoJie). XiaoJie adalah panggilan hormat kepada seorang perempuan. Tapi ini adalah Panggilan hormat hanya utk masa kini lho ya. Bagaimana dengan masa dinasti Song? Ternyata sebutan XiaoJie pada masa dinasti Song adalah panggilan utk seorang wanita rendah dan hina, dan sangat malu bila seorang wanita dipanggil demikian.
Dari hal ini sudah jelas sekali bahwa semakin tidak layak kita yang hidup di jaman sekarang utk menafsirkan secara harfiah atau dari sudut pandang masa kini utk menafsirkan ucapan orang di masa lalu. Setidaknya kita perlu mempertimbangkan sebuah istilah tidak melulu dari satu sisi.

Jika Mahayana memiliki konotasi buruk terhadap kata Hinayana, maka praktisi Mahayana secara alami tidak akan mengalami kemajuan dalam pelatihan batin. Apakah mungkin seorang praktisi Mahayana sebegitu picik dan bodoh? Tentu persepsi seorang Mahayanis tidak sampai serendah itu, kecuali kalo memang ada praktisi Mahayana yang benar2 melekat pada istilah dan penafsiran secara serampangan maka itu lain cerita lagi.
Jika menafsirkan dari segi Theravada, tentu tidak akan pernah matching dan saya rasa sia-sia saja. Term Hinayana hanya dikenal dalam Mahayana maka dari sudut pandang Mahayana-lah yang paling memahaminya. Oleh karena itu tentu perlu mendengar secara seksama dari apa yang dijelaskan oleh praktisi Mahayana. 
Sama seperti halnya Agama Buddha akan selalu ditafsirkan secara salah oleh para penganut agama lain, karena mereka bukan memahaminya dari perspektif agama Buddha sendiri. Hanya praktisi Buddha-lah yang lebih memahami apa yang tersurat dan tersirat dalam ajarannya sendiri. Dan para penganut agama lain perlu mendengar secara seksama dari apa yang dijelaskan oleh para praktisi Buddha.






Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 27 November 2008, 03:01:57 PM
Quote from: Edward on 22 November 2008, 05:21:44 PM
[at]  atas : Semua aliran juga baru ada setelah Siddharta parinibbana
setelah ada Mahayana barulah...mereka menghina2 aliran Buddhist yg non-Mahayana sebagai kendaraan kecil ato bla bla..


Sang Buddha khan mengajarkan ke-3 yana..

dan di Theravada juga mengajarkan ke-3 yana..

yg ngebeda2in aliran sebenarnya..menurut gw seh so called Mahayana dulu..
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: dilbert on 27 November 2008, 09:43:14 PM
Quote from: nyanadhana on 25 November 2008, 09:13:36 AM
yang nitipin siapakah? Sang Buddhanya sendiri?kan di jaman Sang Buddha belum ada penulisan kanon2.sesudah Parinibbana baru ada "kisah" ditulisnya kanon Pitaka.

good question... siapa yang nitipin ?? apa mungkin gak ada titipan sebenarnya... tetapi dibuat cerita reka-rekaan...
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Kelana on 27 November 2008, 11:16:15 PM
Quote from: chingik on 27 November 2008, 01:39:25 PM

Justru yg harus dipertanyakan adalah atas dasar apa kita2 yg hidup di jaman sekarang dapat menafsirkan terjemahan para penerjemah masa lalu , padahal terjadi banyak pergeseran makna sebuah istilah seiring dengan perubahan waktu lebih dari seribu tahun.
Contoh sederhana saja, tahukah bro tentang kata "nona" utk bahasa mandarin? Yaitu 小姐(XiaoJie). XiaoJie adalah panggilan hormat kepada seorang perempuan. Tapi ini adalah Panggilan hormat hanya utk masa kini lho ya. Bagaimana dengan masa dinasti Song? Ternyata sebutan XiaoJie pada masa dinasti Song adalah panggilan utk seorang wanita rendah dan hina, dan sangat malu bila seorang wanita dipanggil demikian.
Dari hal ini sudah jelas sekali bahwa semakin tidak layak kita yang hidup di jaman sekarang utk menafsirkan secara harfiah atau dari sudut pandang masa kini utk menafsirkan ucapan orang di masa lalu. Setidaknya kita perlu mempertimbangkan sebuah istilah tidak melulu dari satu sisi.

Sederhana, Sdr. Chingik.
Pertama. Kata "hina" jelas bukan kata yang berasal dari bahasa negara Tiongkok (mandarin atau sejenisnya), tetapi dari bahasa Sanskerta dan Pali. Sehingga acuan yang dipakai untuk mendefinisikannya bukanlah dengan bahasa Tiongkok. Jadi kita singkirkan dulu sementara kamus mandarin, karena bahasa ini hanyalah bahasa untuk penerjemahan. Sedangkan kita ingin mencari makna sesungguhnya dari suatu kata dalam bahasa Sanskerta maupun Pali.

Kedua. Seperti yang pernah saya sampaikan, yaitu dengan melihat penjabaran dan penggunaan kata "hina" di dalam sutra maupun sutta. Dalam hal ini sutra yang menggunakan bahasa Sanskerta dan sutta yang menggunakan bahasa Pali.

Sebagai contoh: Dalam Dharmachakrapavartana sutra (maupun dalam bahasa Pali) disana penggunaan kata "hina" (di tulis dengan kata hino)diucapkan oleh Sang Buddha untuk 2 hal ekstrim yang tidak patut atau amoral yang perlu dihindari yang diperjelas dengan keberadaan rincian berupa perihal apa saja 2 hal tersebut, yaitu kesenangan napsu dan penyiksaan diri. Dengan melihat adanya rincian ini tidak mungkin kata "hina" di sini berarti kecil. Jadi keberadaan rincian berupa sifat-sifat buruk yang mengikuti kata "hina" inilah yang menjelaskan kata "hina", sehingga dipastikan kata "hina" berarti hal yang buruk.

Nah, cara ini juga kita terapkan dalam sutra lain. Beberapa sutra dan literatur Mahayana yang ada kata "hina" akan disusul oleh penjelasan mengenai hal-hal yang buruk, kecuali sutra-sutra yang terdapat kata "hinayana" (seperti Saddharmapundarika Sutra). Sutra-sutra yang terdapat kata "hinayana" tidak dapat kita jadikan acuan karena tidak ada penjelasan yang merinci definisi kata "hina" itu sendiri, yang ada justru penggantian istilah dengan istilah-istilah lain seperti Sravaka-yana


Semoga bisa memahaminya.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: GandalfTheElder on 28 November 2008, 06:27:35 AM
Hahaha..... bro. kelana, bro. kelana...

Apa hanya karena beberapa kata "hina" dari Sutra Mahayana yang berarti buruk, anda menterjemahkan Hinayana juga dengan arti demikian?

Ketika dalam Sutra-sutra Mahayana menulis kata "Arahat", maka yang dimaksud adalah Sravaka, bukan Samyaksambuddha.

Tapi di lain tempat, Sutra Mahayana menyebutkan gelar Samyaksambuddha sebagai seorang Arahat.

Di sini kita dapat dengan jelas bahwa kata "Arahat" saja dapat digunakan dalam artian yang berbeda. Satu sebutan merujuk pada Sravaka dan yang satunya lagi merujuk pada Samyaksambuddha.

Dan juga misalnya ada orang yang bertanya pada saya. "Kamu cinta pacarmu?" Saya jawab, "Aku cinta dong."

Lalu ada orang lain yang bertanya pada saya, 'Kamu cinta orang tuamu?" Saya jawab, "Tentu saya cinta dong!"

Nah... tapi apakah cinta pada pacar dan cinta pada orang tua yang saya sebutkan ini sama? Kalau menurut anda sama,, ihhh ngeriii abis deh....

Kita tentu sayang sama orang tua dan pacar kita..... bedanya kalau sama pacar kan cintanya itu ketambahan nafsu birahi toh!! Jadi cinta pada orang tua ya tentu nggak mungkin sampai ke birahi segala........

Hal ini sama dengan kata "Hina" dalam Hinayana, artinya lebih ke kecil dan rendah, namun tidak sampai merujuk pada amoral.

Ketika anda memisahkan Hinayana dan Arahat, ini sangat tidak mungkin terjadi. Karena bagaimanapun Hinayana ini mendeskripsikan Arahat dan Arahat mendeskripsikan Hinayana. Maka dari itu apabila Hinayana amoral, maka ini mendeskripsikan Arahat sebagai amoral. SUATU HAL YANG JELAS-JELAS TIDAK DAPAT DITERIMA OLEH MAHAYANA SEKALIPUN.

Jelas Sutra Mahayana juga memuji dan mengagungkan kualitas batin seorang Arahat, apakah mungkin Sang Buddha menyebut Hinayana dalam artian amoral? Tidak mungkin toh.

Lantas juga kenapa ya terjemahan Tionghoa (Xiaocheng) dan Tibet (thegchung) dari Hinayana nggak ada yang berarti amoral? Semuanya berarti kecil atau lebih rendah (lesser).

Apakah penerjemah zaman dahulu itu pada g****k-g****k semua? Bahkan penerjemahnya ada yang berasal dari India. La sesuatu yang sederhana gini aja nggak ngerti ya nggak mungkin toh.

Padahal para penerjemah tersebut juga diakui sebagai master-master Buddhis yang agung dan tingkat pencapaiannya tidak diragukan lagi.

Rendah ini pun juga bukan buruk, yang dimaksud rendah karena pencapaian Arhat belumlah sempurna. Para Arhat hanya mencapai Nirvana satu sisi atau Nirvana yang egosentris – berpusat pada diri [bukan egois lo, nggak ada Arhat egois], sedangkan Samyaksambuddha telah mencapai Non-Abiding Nirvana.

Kalau boleh saya bilang, penulis tulisan "Mitos Hinayana" (Kare A. Lie) itu masih memiliki celah kelengahan yang cukup besar.

_/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: GandalfTheElder on 28 November 2008, 07:04:06 AM
Quote from: dilbert on 27 November 2008, 09:43:14 PM
good question... siapa yang nitipin ?? apa mungkin gak ada titipan sebenarnya... tetapi dibuat cerita reka-rekaan...

Para Bhiksu yang bergelar Bodhisattva yang nitipin. Mahayana Sutra ditulis sekitar abad 1 M, ketika Konsili Ke-Empat Sarvastivada diadakan di Kashmir. Namun sutra Astasahasrika Prajnaparamita tampaknya ditulis sebelum Konsili Ketiga.

_/\_
The Siddha wanderer
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 28 November 2008, 08:24:22 AM
Quote from: GandalfTheElder on 28 November 2008, 07:04:06 AM
Quote from: dilbert on 27 November 2008, 09:43:14 PM
good question... siapa yang nitipin ?? apa mungkin gak ada titipan sebenarnya... tetapi dibuat cerita reka-rekaan...

Para Bhiksu yang bergelar Bodhisattva yang nitipin. Mahayana Sutra ditulis sekitar abad 1 M, ketika Konsili Ke-Empat Sarvastivada diadakan di Kashmir. Namun sutra Astasahasrika Prajnaparamita tampaknya ditulis sebelum Konsili Ketiga.

_/\_
The Siddha wanderer

di satu pihak Bro mengatakna bahwa Sutra ini oleh Sang Buddha sendiri berkata akan sangat sulit memahami jadi mesti dititipkan dulu. pertanyaan saya sebenarnya apakah Sang Buddha sendiri pada saat itu sudah tau mengenai penulisan Tipitaka dalam bentuk Sutta-Sutra?
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: GandalfTheElder on 28 November 2008, 08:40:42 AM
Quote from: nyanadhana on 28 November 2008, 08:24:22 AM
di satu pihak Bro mengatakna bahwa Sutra ini oleh Sang Buddha sendiri berkata akan sangat sulit memahami jadi mesti dititipkan dulu. pertanyaan saya sebenarnya apakah Sang Buddha sendiri pada saat itu sudah tau mengenai penulisan Tipitaka dalam bentuk Sutta-Sutra?

Yap... kira-kira begitulah... kalau Sang Buddha bisa meramalkan kedatangan Bodhisattva Maitreya atau bahkan kiamat dunia, lah kenapa Sang Buddha nggak bisa meramalkan kalau ajaran-Nya nanti ditulis di kitab-kitab?

Sama dengan Manjusri Pariprccha Sutra, di mana Sang Buddha sendiri tahu bahwa ajaran-Nya akan terbagi menjadi 18 sekte.

_/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 28 November 2008, 08:55:00 AM
Sama dengan Manjusri Pariprccha Sutra, di mana Sang Buddha sendiri tahu bahwa ajaran-Nya akan terbagi menjadi 18 sekte.

terkadang saya agak bingung dengan apakah menambahkan kata Buddha berkata maka jadilah kitab Buddhisme atau Buddha yang berkata sendiri.tapi harusnya orang suci tidak ada motivasi untuk berbohong bukan?
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: GandalfTheElder on 28 November 2008, 09:06:52 AM
Quote from: nyanadhana on 28 November 2008, 08:55:00 AM
Sama dengan Manjusri Pariprccha Sutra, di mana Sang Buddha sendiri tahu bahwa ajaran-Nya akan terbagi menjadi 18 sekte.

terkadang saya agak bingung dengan apakah menambahkan kata Buddha berkata maka jadilah kitab Buddhisme atau Buddha yang berkata sendiri.tapi harusnya orang suci tidak ada motivasi untuk berbohong bukan?

Yah... kita kan nggak tahu mana yang asli.....  Kalama Sutta aja juga nggak ada buktinya kalau Sang Buddha yang ngomong, demikian juga dengan seabrek Tipitaka Pali, Tripitaka Taisho, Kangyur dan Tengyur......

Kalau orang suci tidak ada motivasi untuk berbohong. Tentu para Bodhisattva yang mengucapkan ulang serta menulis Sutra-sutra Mahayana juga tidak mungkin berbohong bukan? Bahkan tidak dipungkiri bahwa ada Tripitakadhara Mahayana bukan?

Syarat untuk agar kitab tersebut diterima sebagai kitab suci agama Buddha adalah harus bersesuaian dengan Empat Kebenaran Mulia dan Delapan Jalan Utama, atau dengan kata lain ajaran yang menuju pada Pembebasan Sejati, jadi bukan karena "Buddha"-nya, walaupun faktor demikian turut diperhitungkan juga.

_/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 28 November 2008, 09:26:03 AM
saya lebih mengerti. Thanks Gandalf.
di dalam Mahayana sendiri terdapat banyak orang menemukan Pembebasan sama seperti di Theravada,ini dinamakan upaya kausalya Dhamma dan juga kecocokan seseorang mengerti Dhamma.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: dilbert on 28 November 2008, 12:11:10 PM
Quote from: GandalfTheElder on 28 November 2008, 07:04:06 AM
Quote from: dilbert on 27 November 2008, 09:43:14 PM
good question... siapa yang nitipin ?? apa mungkin gak ada titipan sebenarnya... tetapi dibuat cerita reka-rekaan...

Para Bhiksu yang bergelar Bodhisattva yang nitipin. Mahayana Sutra ditulis sekitar abad 1 M, ketika Konsili Ke-Empat Sarvastivada diadakan di Kashmir. Namun sutra Astasahasrika Prajnaparamita tampaknya ditulis sebelum Konsili Ketiga.

_/\_
The Siddha wanderer

Sama seperti pertanyaan sdr.nyana... Apakah BUDDHA GOTAMA sendiri yang mengetahui dan mengatakan bahwa ajaran MAHAYANA itu sulit diterima sehingga harus dititipkan atau seperti kata sdr.gandalf bahwa para bhiksu Bodhisatva yang menitipkan ajaran tersebut ?
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: dilbert on 28 November 2008, 12:14:54 PM
Quote from: GandalfTheElder on 28 November 2008, 08:40:42 AM
Quote from: nyanadhana on 28 November 2008, 08:24:22 AM
di satu pihak Bro mengatakna bahwa Sutra ini oleh Sang Buddha sendiri berkata akan sangat sulit memahami jadi mesti dititipkan dulu. pertanyaan saya sebenarnya apakah Sang Buddha sendiri pada saat itu sudah tau mengenai penulisan Tipitaka dalam bentuk Sutta-Sutra?

Yap... kira-kira begitulah... kalau Sang Buddha bisa meramalkan kedatangan Bodhisattva Maitreya atau bahkan kiamat dunia, lah kenapa Sang Buddha nggak bisa meramalkan kalau ajaran-Nya nanti ditulis di kitab-kitab?

Sama dengan Manjusri Pariprccha Sutra, di mana Sang Buddha sendiri tahu bahwa ajaran-Nya akan terbagi menjadi 18 sekte.

_/\_
The Siddha Wanderer

Apakah BUDDHA GOTAMA bisa mengetahui semua hal yang terjadi dimasa mendatang ? Saya rasa tidak... ketika BUDDHA GOTAMA meramalkan Maitreya karena Maitreya sudah dalam JALUR PENCAPAIAN KEBUDDHAAN, sehingga lebih mudah diramalkan...

Jika dipandang dari konsep KEBEBASAN BERKEHENDAK SETIAP MAKHLUK, setiap makhluk tentunya memiliki jalannya masing-masing, Dan di setiap waktu/persimpangan jalan, semua hal bisa terjadi (sesuai dengan konsep Anicca yaitu perubahan dan ketidakkekalan). Saya tidak yakin BUDDHA GOTAMA bisa meramalkan perpecahan ajaran BUDDHA menjadi 18 sekte.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: chingik on 28 November 2008, 12:57:26 PM
Pada dasarnya Arahat tidak semata-mata adalah Hinayana. Arahat juga banyak tipenya. Para Siswa Utama bukan Arahat yang Hinayanis. Arahat yang Hinayanis tidak sanggup menerima ajaran yg lebih tinggi dari pencapaian Arahat yakni Samyaksambuddha. Makanya mereka meninggalkan pesamuan saat Buddha akan membabarkan Saddharmapundarika.
Para Arahat di masa itu saja tidak percaya bahwa mereka masih ada ruang utk mencapai Samyaksambuddha. Mengapa? Mereka sendiri mendengar dari mulut SAng Buddha sendiri bahwa Arahat merupakan pencapaian tertinggi. Tetapi mereka tidak mau mendengar penjelasan lanjutan dari Sang Buddha.
Dari hal inilah, maka memang ada Arahat yg Hinayanis ada yang tidak.
Anda mau jadi Arahat jenis apa, ya terserah ,itu 'kan Buddha sudah ngomong apa adanya. Tinggal kalian mau terima apa tidak saja.  ;D

Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: dilbert on 28 November 2008, 03:57:39 PM
Quote from: chingik on 28 November 2008, 12:57:26 PM
Pada dasarnya Arahat tidak semata-mata adalah Hinayana. Arahat juga banyak tipenya. Para Siswa Utama bukan Arahat yang Hinayanis. Arahat yang Hinayanis tidak sanggup menerima ajaran yg lebih tinggi dari pencapaian Arahat yakni Samyaksambuddha. Makanya mereka meninggalkan pesamuan saat Buddha akan membabarkan Saddharmapundarika.
Para Arahat di masa itu saja tidak percaya bahwa mereka masih ada ruang utk mencapai Samyaksambuddha. Mengapa? Mereka sendiri mendengar dari mulut SAng Buddha sendiri bahwa Arahat merupakan pencapaian tertinggi. Tetapi mereka tidak mau mendengar penjelasan lanjutan dari Sang Buddha.
Dari hal inilah, maka memang ada Arahat yg Hinayanis ada yang tidak.
Anda mau jadi Arahat jenis apa, ya terserah ,itu 'kan Buddha sudah ngomong apa adanya. Tinggal kalian mau terima apa tidak saja.  ;D

Lha... kalau ajaran yang SALAH, siapa yang mau terima ?
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: chingik on 28 November 2008, 04:34:48 PM
Quote from: dilbert on 28 November 2008, 03:57:39 PM
Quote from: chingik on 28 November 2008, 12:57:26 PM
Pada dasarnya Arahat tidak semata-mata adalah Hinayana. Arahat juga banyak tipenya. Para Siswa Utama bukan Arahat yang Hinayanis. Arahat yang Hinayanis tidak sanggup menerima ajaran yg lebih tinggi dari pencapaian Arahat yakni Samyaksambuddha. Makanya mereka meninggalkan pesamuan saat Buddha akan membabarkan Saddharmapundarika.
Para Arahat di masa itu saja tidak percaya bahwa mereka masih ada ruang utk mencapai Samyaksambuddha. Mengapa? Mereka sendiri mendengar dari mulut SAng Buddha sendiri bahwa Arahat merupakan pencapaian tertinggi. Tetapi mereka tidak mau mendengar penjelasan lanjutan dari Sang Buddha.
Dari hal inilah, maka memang ada Arahat yg Hinayanis ada yang tidak.
Anda mau jadi Arahat jenis apa, ya terserah ,itu 'kan Buddha sudah ngomong apa adanya. Tinggal kalian mau terima apa tidak saja.  ;D

Lha... kalau ajaran yang SALAH, siapa yang mau terima ?
Tuduhan tidak berdasar.  :whistle:
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: GandalfTheElder on 28 November 2008, 09:06:08 PM
Quote from: dilbert on 28 November 2008, 12:14:54 PM

Apakah BUDDHA GOTAMA bisa mengetahui semua hal yang terjadi dimasa mendatang ? Saya rasa tidak... ketika BUDDHA GOTAMA meramalkan Maitreya karena Maitreya sudah dalam JALUR PENCAPAIAN KEBUDDHAAN, sehingga lebih mudah diramalkan...

Jika dipandang dari konsep KEBEBASAN BERKEHENDAK SETIAP MAKHLUK, setiap makhluk tentunya memiliki jalannya masing-masing, Dan di setiap waktu/persimpangan jalan, semua hal bisa terjadi (sesuai dengan konsep Anicca yaitu perubahan dan ketidakkekalan). Saya tidak yakin BUDDHA GOTAMA bisa meramalkan perpecahan ajaran BUDDHA menjadi 18 sekte.

Hmmpphh....  ^-^  ^-^

La Sang Buddha kok bisa tahu kalau Dhamma-nya akan lenyap 5000 tahun kemudian setelah beliau Parinibbana? Siapa tahu malah berkembang? Kan Anicca (berubah)??

La kenapa Sang Buddha tahu bahwa kiamat nanti akan muncul tujuh matahari? Kan anicca.... siapa tahu cuman muncul enam matahari?

La kenapa Sang Buddha dapat meramalkan bahwa moralitas manusia akan semakin merosot? Siapa tahu yang terjadi malah naik? Kan anicca (perubahan)?  ^-^  ^-^

La kenapa Sang Buddha dalam satu sutta bisa yakin ketika Ia membabarkan Dhamma pada seseorang, maka seseorang tersebut akan mencapai alam Surga, karena ia teringat oleh Dhamma Sang Buddha?

Kalau alasan anda semuanya Anicca, maka bisa saja setelah mendengar Dhamma, orang tersebut bukannya malah teringat terus, namun di tengah perjalanan malah lupa. Tapi Sang Buddha tahu persis bahwa orang tersebut akan ingat terus, jadi tepat ketika orang itu meninggal, pikirannya masih berbahagia karena teringat akan Dhamma dan ini menyebabkannya terlahir di alam Surga.

Dan inilah yang menyebabkan Sang Buddha memutuskan untuk memberikan pembabaran Dhamma pada orang tersebut.

Jadi Sang Buddha tahu dengan persis arah kebebasan berkehendak dari para makhluk.

Anda berkata:
"ketika BUDDHA GOTAMA meramalkan Maitreya karena Maitreya sudah dalam JALUR PENCAPAIAN KEBUDDHAAN, sehingga lebih mudah diramalkan"

La... kalau begitu, meskipun sulit diramalkan, tetapi tetap DAPAT meramalkan bukan?? Jadi tentu, perpecahan 18 sekte adalah TETAP DAPAT DIRAMALKAN, WALAUPUN MUNGKIN SULIT.

Bahkan Guru Padmasambhava berkata dalam Bhiksuvarsagraprccha bahwa ajaran Sang Buddha terpecah menjadi 18 sekte adalah disebabkan oleh karena karma buruk Beliau sendiri.

Maka dari itu Sang Buddha tahu persis akan karma buruk Beliau yang akan berbuah di masa depan.

Lagipula dalam Sumagadhavadana disebutkan, bahwa sejak zaman dahulu, Kasyapa Buddha telah mengetahui bahwa ajaran Sakyamuni akan terbagi menjadi 18 sekte.

_/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: dilbert on 29 November 2008, 06:20:20 PM
kalau anda mengatakan bahwa semua bisa diramalkan, anda pasti salah, buddha bisa mengatakan berbagai ramalan, mulai dari kisah kiamat bumi ini, karena kecenderungan perulangan kiamat "bumi-bumi" di alam semesta ini.
Buddha bisa menyatakan bahwa maitreya akan lahir pada kondisi begini begitu, krn maitreya sudah dalam jalur sammasambuddha.

Buddha bisa mengetahui kenapa seseorang bisa dilahirkan dialam apa, krn buddha mengetahui karma org tsb.

Tetapi meramalkan individu yg blm masuk jalur (minimal sotapanna, dan dikatakan sotapanna tdk bakal jatuh lagi ke samsara spt dlm ratana sutta), gak bisa bro, krn dalam perjalanan hidup, seseorang puthujana masih bisa berubah rubah.

Dimana buddha pernah menyatakan dharma akan bertahan pasti 5000 tahun? Dalam penerimaan mahapajapati sbg bhikhuni, buddha hanya menyatakan bahwa dgn penerimaan pajapati, buddha dharma yg bisa bertahan 1000 tahun, menjadi berkurang 1/2 menjadi 500 tahun, tetapi skrg sudah bertahan selama 2500 tahun..

Buddha hanya meramalkan buddha dharma akan merosot dan akan hilang esensinya, tetapi tdk mungkin meramalkan secara pasti bahwa akan tercipta 18 sekte.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Edward on 29 November 2008, 06:30:04 PM
 :)) :)) :)) :)) :)) :))

ergh....Memperkirakan kualitas dari seorang sammasambuddha, bukankan termasuk dari hal yg tidak terpikirkan ???
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: chingik on 01 December 2008, 11:16:32 AM
QuoteDimana buddha pernah menyatakan dharma akan bertahan pasti 5000 tahun? Dalam penerimaan mahapajapati sbg bhikhuni, buddha hanya menyatakan bahwa dgn penerimaan pajapati, buddha dharma yg bisa bertahan 1000 tahun, menjadi berkurang 1/2 menjadi 500 tahun, tetapi skrg sudah bertahan selama 2500 tahun..
Maksud anda, Buddha telah salah meramal?? :o :o

QuoteBuddha bisa mengetahui kenapa seseorang bisa dilahirkan dialam apa, krn buddha mengetahui karma org tsb.

Tetapi meramalkan individu yg blm masuk jalur (minimal sotapanna, dan dikatakan sotapanna tdk bakal jatuh lagi ke samsara spt dlm ratana sutta), gak bisa bro, krn dalam perjalanan hidup, seseorang puthujana masih bisa berubah rubah.
Paragraf atas sama bawah bukannya saling bertolak belakang?
Buddha bisa mengetahui kenapa seseorang bisa dilahirkan dialam apa, krn buddha mengetahui karma org tsb.---> bukankah pikiran orang itu (puthujana) juga tetap berubah?

Lihat Sutra Intan: "Subhuti, bagaimana menurut kamu?, terdapat sungai gangga yg jumlahnya sebanyak jumlah semua pasir di sungai gangga, dari semua jumlah pasir sungai gangga itu, begitu juga jumlah tanah Buddha. Apakah itu sangat banyak? "sungguh banyak, Bhagava!"   Buddha berkata pada Subhuti, "Dari semua tanah Buddha tersebut, Tathagata mengetahui pikiran-pikiran semua makhluk hidupnya. Mengapa? Tathagata lalu berkata, "pikiran-pikiran itu bukanlah pikiran, maka disebut pikiran. Mengapa? Oh Subhuti, pikiran masa lalu tidak dapat digenggam, pikiran masa kini tidak dapat digenggam, pikiran masa mendatang tidak dapat digenggam". 

Buddha bisa mengetahui pikiran semua makhluk karena tidak melekat pada pikiran masa lalu,sekarang dan akan datang. Jadi mana mungkin hanya bisa mengetahui hal-hal tertentu, dan tidak mengetahui hal-hal lain seperti anggapan anda? Dalam 18 avenikadharma menyebutkan :Setiap Buddha memiliki pandangan terang yang tak terhalangi akan masa yang akan datang (tapi ini menurut Mahayana sih.. :P)

Mengenai Buddha tidak dapat meramal pikiran makhluk puthujana, di manakah referensinya? Tampaknya teks Pali juga tidak ada tuh.., kalo ada tolong dipost ya.. :P
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: dilbert on 01 December 2008, 06:01:30 PM
Quote from: chingik on 01 December 2008, 11:16:32 AM
QuoteDimana buddha pernah menyatakan dharma akan bertahan pasti 5000 tahun? Dalam penerimaan mahapajapati sbg bhikhuni, buddha hanya menyatakan bahwa dgn penerimaan pajapati, buddha dharma yg bisa bertahan 1000 tahun, menjadi berkurang 1/2 menjadi 500 tahun, tetapi skrg sudah bertahan selama 2500 tahun..
Maksud anda, Buddha telah salah meramal?? :o :o

Coba sdr.chingik quote sumber yang menyatakan bahwa dharma itu diramalkan oleh BUDDHA GOTAMA bakal bertahan hanya 5000 tahun ??


Quote from: chingik on 01 December 2008, 11:16:32 AM
QuoteBuddha bisa mengetahui kenapa seseorang bisa dilahirkan dialam apa, krn buddha mengetahui karma org tsb.
Tetapi meramalkan individu yg blm masuk jalur (minimal sotapanna, dan dikatakan sotapanna tdk bakal jatuh lagi ke samsara spt dlm ratana sutta), gak bisa bro, krn dalam perjalanan hidup, seseorang puthujana masih bisa berubah rubah.
Paragraf atas sama bawah bukannya saling bertolak belakang?
Buddha bisa mengetahui kenapa seseorang bisa dilahirkan dialam apa, krn buddha mengetahui karma org tsb.---> bukankah pikiran orang itu (puthujana) juga tetap berubah?

Buddha biasanya mengetahui seseorang (yang belum mencapai kesucian arahat) akan terlahir dimana berdasarkan ketika seseorang itu sudah meninggal. Dengan kekuatan abhinna (BUDDHA-BALA) yang bisa mengetahui karma seseorang, BUDDHA mengetahui dengan pasti seseorang itu terlahir di alam apa... Tetapi pengetahuan ini bukan ramalan, karena BUDDHA telah tahu pasti dimana orang itu terlahirkan. Tetapi mengenai apakah pada kehidupan kehidupan berikutnya, seseorang itu bisa terlahir atau menjadi apa, itu masih diluar pengetahuan BUDDHA sepanjang kekuatan karma orang tersebut masih ada, maka BUDDHA masih bisa mengetahui, tetapi kan di dalam kehidupan yang mendatang tersebut, individu tersebut pasti berbuat karma lagi (sesuai dengan konsep KEBEBASAN BERKEHENDAK), maka bisa saja jalan yang harus dijalani (sesuai dengan karma sekarang) ini bisa berubah karena perbuatan/karma dimasa mendatang yang diperbuat orang tersebut.


Quote from: chingik on 01 December 2008, 11:16:32 AM
Lihat Sutra Intan: "Subhuti, bagaimana menurut kamu?, terdapat sungai gangga yg jumlahnya sebanyak jumlah semua pasir di sungai gangga, dari semua jumlah pasir sungai gangga itu, begitu juga jumlah tanah Buddha. Apakah itu sangat banyak? "sungguh banyak, Bhagava!"   Buddha berkata pada Subhuti, "Dari semua tanah Buddha tersebut, Tathagata mengetahui pikiran-pikiran semua makhluk hidupnya. Mengapa? Tathagata lalu berkata, "pikiran-pikiran itu bukanlah pikiran, maka disebut pikiran. Mengapa? Oh Subhuti, pikiran masa lalu tidak dapat digenggam, pikiran masa kini tidak dapat digenggam, pikiran masa mendatang tidak dapat digenggam". 

Buddha bisa mengetahui pikiran semua makhluk karena tidak melekat pada pikiran masa lalu,sekarang dan akan datang. Jadi mana mungkin hanya bisa mengetahui hal-hal tertentu, dan tidak mengetahui hal-hal lain seperti anggapan anda? Dalam 18 avenikadharma menyebutkan :Setiap Buddha memiliki pandangan terang yang tak terhalangi akan masa yang akan datang (tapi ini menurut Mahayana sih.. :P)

Mengenai Buddha tidak dapat meramal pikiran makhluk puthujana, di manakah referensinya? Tampaknya teks Pali juga tidak ada tuh.., kalo ada tolong dipost ya.. :P

Sdr.Chingik... yang anda katakan BUDDHA bisa mengetahui pikiran makhluk adalah kondisi PIKIRAN MAKHLUK PADA SAAT SEKARANG. Jika konsep KEBEBASAN BERKEHENDAK itu dikedepankan, maka apa yang dipikirkan oleh MAKHLUK TERSEBUT pada 10 tahun mendatang, 20 tahun mendatang, dan bahkan 50 tahun mendatang, belum bisa digenggam, seperti kata BUDDHA, karena memang hal itu belum terjadi, dan masih bisa terjadi kecenderungan untuk berubah.

Apa yang kita pikirkan sekarang, apa yang kita lakukan sekarang, mungkin tidak akan sama ketika 20 tahun mendatang. Apakah kita bisa memastikan kita tidak berubah ? Kita bisa berubah menjadi lebih baik, atau bahkan bisa berubah menjadi lebih buruk ? semuanya kan tergantung kepada bagaimana kita berlatih dan belajar.

Apa yang kita lakukan sekarang, menentukan kita di masa mendatang... Lantas apakah kita SEKARANG bisa menentukan apa yang bakal kita lakukan dimasa mendatang ? Bisa, kalau kita tetap konsisten terhadap apa yang kita tetapkan sekarang... tetapi KEBEBASAN BERKEHENDAK menyebabkan ada banyak kemungkinan kita tidak konsisten terhadap apa yang kita tetapkan sekarang. Jadi bahasa keren-nya MASA DEPAN MASIH MISTERI kecuali anda tetapkan sendiri. APAKAH ORANG LAIN BISA MENETAPKAN BUAT ANDA ?
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: chingik on 01 December 2008, 11:16:59 PM
QuoteCoba sdr.chingik quote sumber yang menyatakan bahwa dharma itu diramalkan oleh BUDDHA GOTAMA bakal bertahan hanya 5000 tahun ??
Maaf, yang aku tanyakan adalah pernyataan yang ini: "buddha hanya menyatakan bahwa dgn penerimaan pajapati, buddha dharma yg bisa bertahan 1000 tahun, menjadi berkurang 1/2 menjadi 500 tahun, tetapi skrg sudah bertahan selama 2500 tahun.."
Buddha mengatakan hanya bertahan 500 tahun, dan anda mengatakan bahwa skrg sudah bertahan selama 2500 tahun, apakah Buddha telah salah meramal? Atau penafsiran kita yg salah tentang ucapan Buddha ?.

Quote
Buddha biasanya mengetahui seseorang (yang belum mencapai kesucian arahat) akan terlahir dimana berdasarkan ketika seseorang itu sudah meninggal. Dengan kekuatan abhinna (BUDDHA-BALA) yang bisa mengetahui karma seseorang, BUDDHA mengetahui dengan pasti seseorang itu terlahir di alam apa... Tetapi pengetahuan ini bukan ramalan, karena BUDDHA telah tahu pasti dimana orang itu terlahirkan. Tetapi mengenai apakah pada kehidupan kehidupan berikutnya, seseorang itu bisa terlahir atau menjadi apa, itu masih diluar pengetahuan BUDDHA sepanjang kekuatan karma orang tersebut masih ada, maka BUDDHA masih bisa mengetahui, tetapi kan di dalam kehidupan yang mendatang tersebut, individu tersebut pasti berbuat karma lagi (sesuai dengan konsep KEBEBASAN BERKEHENDAK), maka bisa saja jalan yang harus dijalani (sesuai dengan karma sekarang) ini bisa berubah karena perbuatan/karma dimasa mendatang yang diperbuat orang tersebut.


Quote from: chingik on Today at 11:16:32 AM
Lihat Sutra Intan: "Subhuti, bagaimana menurut kamu?, terdapat sungai gangga yg jumlahnya sebanyak jumlah semua pasir di sungai gangga, dari semua jumlah pasir sungai gangga itu, begitu juga jumlah tanah Buddha. Apakah itu sangat banyak? "sungguh banyak, Bhagava!"   Buddha berkata pada Subhuti, "Dari semua tanah Buddha tersebut, Tathagata mengetahui pikiran-pikiran semua makhluk hidupnya. Mengapa? Tathagata lalu berkata, "pikiran-pikiran itu bukanlah pikiran, maka disebut pikiran. Mengapa? Oh Subhuti, pikiran masa lalu tidak dapat digenggam, pikiran masa kini tidak dapat digenggam, pikiran masa mendatang tidak dapat digenggam". 

Buddha bisa mengetahui pikiran semua makhluk karena tidak melekat pada pikiran masa lalu,sekarang dan akan datang. Jadi mana mungkin hanya bisa mengetahui hal-hal tertentu, dan tidak mengetahui hal-hal lain seperti anggapan anda? Dalam 18 avenikadharma menyebutkan :Setiap Buddha memiliki pandangan terang yang tak terhalangi akan masa yang akan datang (tapi ini menurut Mahayana sih.. )

Mengenai Buddha tidak dapat meramal pikiran makhluk puthujana, di manakah referensinya? Tampaknya teks Pali juga tidak ada tuh.., kalo ada tolong dipost ya..

Sdr.Chingik... yang anda katakan BUDDHA bisa mengetahui pikiran makhluk adalah kondisi PIKIRAN MAKHLUK PADA SAAT SEKARANG. Jika konsep KEBEBASAN BERKEHENDAK itu dikedepankan, maka apa yang dipikirkan oleh MAKHLUK TERSEBUT pada 10 tahun mendatang, 20 tahun mendatang, dan bahkan 50 tahun mendatang, belum bisa digenggam, seperti kata BUDDHA, karena memang hal itu belum terjadi, dan masih bisa terjadi kecenderungan untuk berubah.

Apa yang kita pikirkan sekarang, apa yang kita lakukan sekarang, mungkin tidak akan sama ketika 20 tahun mendatang. Apakah kita bisa memastikan kita tidak berubah ? Kita bisa berubah menjadi lebih baik, atau bahkan bisa berubah menjadi lebih buruk ? semuanya kan tergantung kepada bagaimana kita berlatih dan belajar.

Apa yang kita lakukan sekarang, menentukan kita di masa mendatang... Lantas apakah kita SEKARANG bisa menentukan apa yang bakal kita lakukan dimasa mendatang ? Bisa, kalau kita tetap konsisten terhadap apa yang kita tetapkan sekarang... tetapi KEBEBASAN BERKEHENDAK menyebabkan ada banyak kemungkinan kita tidak konsisten terhadap apa yang kita tetapkan sekarang. Jadi bahasa keren-nya MASA DEPAN MASIH MISTERI kecuali anda tetapkan sendiri. APAKAH ORANG LAIN BISA MENETAPKAN BUAT ANDA ?

Wah...kalo ini tunggu saya jadi Buddha dulu deh baru lebih jelas.. :P
Tetapi saya cenderung setuju dengan  18 avenikadharma yg menyebutkan :Setiap Buddha memiliki pandangan terang yang tak terhalangi akan masa yang akan datang.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: dilbert on 02 December 2008, 09:34:21 AM
Quote from: chingik on 01 December 2008, 11:16:59 PM
QuoteCoba sdr.chingik quote sumber yang menyatakan bahwa dharma itu diramalkan oleh BUDDHA GOTAMA bakal bertahan hanya 5000 tahun ??
Maaf, yang aku tanyakan adalah pernyataan yang ini: "buddha hanya menyatakan bahwa dgn penerimaan pajapati, buddha dharma yg bisa bertahan 1000 tahun, menjadi berkurang 1/2 menjadi 500 tahun, tetapi skrg sudah bertahan selama 2500 tahun.."
Buddha mengatakan hanya bertahan 500 tahun, dan anda mengatakan bahwa skrg sudah bertahan selama 2500 tahun, apakah Buddha telah salah meramal? Atau penafsiran kita yg salah tentang ucapan Buddha ?.

Pada saat itu, Y.M. Ananda pergi menemui Sang Bhagava. Setelah duduk disalah satu sisi, Ia berkata kepada Sang Bhagava, "Yang Mulia, Mahaprajapati Gautami menerima Delapan Kewajiban Berat. Sekarang bibi dari  Yang Mulia telah ditahbiskan." Sang Bhagava berkata kepada Ananda, " Ananda, apabila wanita tidak diizinkan untuk meninggalkan kehidupan duniawi dan memasuki kehidupan suci dengan menjalani Ajaran dan Peraturan yang dipimpin oleh Sang Tathagata, Kehidupan Suci akan berlangsung dalam masa yang lama sekali dan Dhamma Yang Mulia akan bertahan seribu tahun lamanya. Tetapi sejak wanita diizinkan meninggalkan kehidupan duniawi, maka Kehidupan Suci tidak akan berlangsung lama dan Dhamma Yang Mulia hanya akan bertahan selama lima ratus tahun. Ananda dalam agama manapun ketika kaum wanitanya ditahbiskan, maka agama tersebut tidak akan bertahan lama. Seperti perumpamaan ini, Ananda, rumah yang dihuni oleh lebih banyak wanita dan laki-lakinya sedikit akan mudah dirampok. Demikian pula dimana Ajaran dan Peraturan yang mengizinkan wanita meninggalkan Kehidupan Suci tidak akan bertahan lama. Dan seperti seorang laki-laki yang akan membangun terlebih dahulu sebuah bendungan yang besar sehingga dapat menampung air, demikian pula Tathagata membentenginya dengan Delapan Peraturan Utama untuk Sangha Bhikkhuni, yang tidak boleh dilanggar selama hidup mereka." (Vin. II, 256)

ini adalah referensi rujukan tentang konsekuensi yang "DIRAMALKAN" oleh BUDDHA GOTAMA ketika menerima MahaPajapati menjadi Bhikkhuni.

Tetapi ada penafsiran baru mengapa Dharma bisa bertahan sampai sekarang (sudah 2500 tahun) adalah dengan pengulangan Tipitaka pada konsili Sangha 1 oleh MahaKassapa dilanjutkan dengan konsili konsili sangha ke-2 s/d ke-4 dimana Tipitaka sudah didokumentasikan, maka dikatakan Buddha Dharma bisa bertahan lagi 5000 tahun (karena adanya dokumentasi tersebut)... Inilah sebabnya juga Mengapa BUDDHA GOTAMA mewariskan JUBAH-nya kepada MahaKassapa (karena MahaKassapa memiliki umur yang lebih panjang dari BUDDHA sendiri) supaya MahaKassapa akan melakukan usaha untuk memperpanjang "AJARAN/SASANA"

Lagian sekarang ini secara RESMI sudah tidak ada lagi Sangha Bhikkhuni (Theravada) lagi...
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: K.K. on 02 December 2008, 01:30:21 PM
Quote from: chingik on 01 December 2008, 11:16:59 PM
Maaf, yang aku tanyakan adalah pernyataan yang ini: "buddha hanya menyatakan bahwa dgn penerimaan pajapati, buddha dharma yg bisa bertahan 1000 tahun, menjadi berkurang 1/2 menjadi 500 tahun, tetapi skrg sudah bertahan selama 2500 tahun.."
Buddha mengatakan hanya bertahan 500 tahun, dan anda mengatakan bahwa skrg sudah bertahan selama 2500 tahun, apakah Buddha telah salah meramal? Atau penafsiran kita yg salah tentang ucapan Buddha ?.

Menurut Milinda Panha, 500 tahun adalah maksud dari umur agama dan doktrin yang murni, di mana tidak ada penambah-kurangan atau penafsiran yang berbeda dari dhamma-vinaya. 500 tahun itu sudah berlalu, dan seperti sudah diramalkan Buddha, sekarang sudah tidak ada lagi keturunan "langsung" dari Sangha Buddha, bahkan tidak lama setelah masa 500 tahun itu berakhir, muncul 2 aliran yang memiliki dhamma, vinaya dan penafsiran yang berbeda.

Walaupun sekarang sudah tidak ada "keturunan langsung" dan "ajaran murni", bukan berarti lalu Buddha Dhamma ga ada yang bener. Buddha Dhamma akan terus bertahan dan orang-orang tetap akan mencapai kesucian selama menjalankan dhamma tersebut.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: dilbert on 02 December 2008, 04:01:21 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 02 December 2008, 01:30:21 PM
Quote from: chingik on 01 December 2008, 11:16:59 PM
Maaf, yang aku tanyakan adalah pernyataan yang ini: "buddha hanya menyatakan bahwa dgn penerimaan pajapati, buddha dharma yg bisa bertahan 1000 tahun, menjadi berkurang 1/2 menjadi 500 tahun, tetapi skrg sudah bertahan selama 2500 tahun.."
Buddha mengatakan hanya bertahan 500 tahun, dan anda mengatakan bahwa skrg sudah bertahan selama 2500 tahun, apakah Buddha telah salah meramal? Atau penafsiran kita yg salah tentang ucapan Buddha ?.

Menurut Milinda Panha, 500 tahun adalah maksud dari umur agama dan doktrin yang murni, di mana tidak ada penambah-kurangan atau penafsiran yang berbeda dari dhamma-vinaya. 500 tahun itu sudah berlalu, dan seperti sudah diramalkan Buddha, sekarang sudah tidak ada lagi keturunan "langsung" dari Sangha Buddha, bahkan tidak lama setelah masa 500 tahun itu berakhir, muncul 2 aliran yang memiliki dhamma, vinaya dan penafsiran yang berbeda.

Walaupun sekarang sudah tidak ada "keturunan langsung" dan "ajaran murni", bukan berarti lalu Buddha Dhamma ga ada yang bener. Buddha Dhamma akan terus bertahan dan orang-orang tetap akan mencapai kesucian selama menjalankan dhamma tersebut.


bagaimana pun MILINDA PANHA merupakan hasil pembicaraan antara Nagasena dan raja Milinda. Karena dianggap karya yang bermutu, maka Milinda Panha diangkat menjadi kitab Tipitaka pada konsili Sangha di Myanmar.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 03 December 2008, 10:05:51 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 02 December 2008, 01:30:21 PM
Quote from: chingik on 01 December 2008, 11:16:59 PM
Maaf, yang aku tanyakan adalah pernyataan yang ini: "buddha hanya menyatakan bahwa dgn penerimaan pajapati, buddha dharma yg bisa bertahan 1000 tahun, menjadi berkurang 1/2 menjadi 500 tahun, tetapi skrg sudah bertahan selama 2500 tahun.."
Buddha mengatakan hanya bertahan 500 tahun, dan anda mengatakan bahwa skrg sudah bertahan selama 2500 tahun, apakah Buddha telah salah meramal? Atau penafsiran kita yg salah tentang ucapan Buddha ?.

Menurut Milinda Panha, 500 tahun adalah maksud dari umur agama dan doktrin yang murni, di mana tidak ada penambah-kurangan atau penafsiran yang berbeda dari dhamma-vinaya. 500 tahun itu sudah berlalu, dan seperti sudah diramalkan Buddha, sekarang sudah tidak ada lagi keturunan "langsung" dari Sangha Buddha, bahkan tidak lama setelah masa 500 tahun itu berakhir, muncul 2 aliran yang memiliki dhamma, vinaya dan penafsiran yang berbeda.

Walaupun sekarang sudah tidak ada "keturunan langsung" dan "ajaran murni", bukan berarti lalu Buddha Dhamma ga ada yang bener. Buddha Dhamma akan terus bertahan dan orang-orang tetap akan mencapai kesucian selama menjalankan dhamma tersebut.


kebaca yg aliran sesat Maitreya..pada nyegir tuh...
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: dilbert on 03 December 2008, 10:09:29 PM
Quote from: El Sol on 03 December 2008, 10:05:51 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 02 December 2008, 01:30:21 PM
Quote from: chingik on 01 December 2008, 11:16:59 PM
Maaf, yang aku tanyakan adalah pernyataan yang ini: "buddha hanya menyatakan bahwa dgn penerimaan pajapati, buddha dharma yg bisa bertahan 1000 tahun, menjadi berkurang 1/2 menjadi 500 tahun, tetapi skrg sudah bertahan selama 2500 tahun.."
Buddha mengatakan hanya bertahan 500 tahun, dan anda mengatakan bahwa skrg sudah bertahan selama 2500 tahun, apakah Buddha telah salah meramal? Atau penafsiran kita yg salah tentang ucapan Buddha ?.

Menurut Milinda Panha, 500 tahun adalah maksud dari umur agama dan doktrin yang murni, di mana tidak ada penambah-kurangan atau penafsiran yang berbeda dari dhamma-vinaya. 500 tahun itu sudah berlalu, dan seperti sudah diramalkan Buddha, sekarang sudah tidak ada lagi keturunan "langsung" dari Sangha Buddha, bahkan tidak lama setelah masa 500 tahun itu berakhir, muncul 2 aliran yang memiliki dhamma, vinaya dan penafsiran yang berbeda.

Walaupun sekarang sudah tidak ada "keturunan langsung" dan "ajaran murni", bukan berarti lalu Buddha Dhamma ga ada yang bener. Buddha Dhamma akan terus bertahan dan orang-orang tetap akan mencapai kesucian selama menjalankan dhamma tersebut.


kebaca yg aliran sesat Maitreya..pada nyegir tuh...

bro el sol lagi lirik siapa ?  ^-^
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 03 December 2008, 10:09:51 PM
Quote from: dilbert on 02 December 2008, 04:01:21 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 02 December 2008, 01:30:21 PM
Quote from: chingik on 01 December 2008, 11:16:59 PM
Maaf, yang aku tanyakan adalah pernyataan yang ini: "buddha hanya menyatakan bahwa dgn penerimaan pajapati, buddha dharma yg bisa bertahan 1000 tahun, menjadi berkurang 1/2 menjadi 500 tahun, tetapi skrg sudah bertahan selama 2500 tahun.."
Buddha mengatakan hanya bertahan 500 tahun, dan anda mengatakan bahwa skrg sudah bertahan selama 2500 tahun, apakah Buddha telah salah meramal? Atau penafsiran kita yg salah tentang ucapan Buddha ?.

Menurut Milinda Panha, 500 tahun adalah maksud dari umur agama dan doktrin yang murni, di mana tidak ada penambah-kurangan atau penafsiran yang berbeda dari dhamma-vinaya. 500 tahun itu sudah berlalu, dan seperti sudah diramalkan Buddha, sekarang sudah tidak ada lagi keturunan "langsung" dari Sangha Buddha, bahkan tidak lama setelah masa 500 tahun itu berakhir, muncul 2 aliran yang memiliki dhamma, vinaya dan penafsiran yang berbeda.

Walaupun sekarang sudah tidak ada "keturunan langsung" dan "ajaran murni", bukan berarti lalu Buddha Dhamma ga ada yang bener. Buddha Dhamma akan terus bertahan dan orang-orang tetap akan mencapai kesucian selama menjalankan dhamma tersebut.


bagaimana pun MILINDA PANHA merupakan hasil pembicaraan antara Nagasena dan raja Milinda. Karena dianggap karya yang bermutu, maka Milinda Panha diangkat menjadi kitab Tipitaka pada konsili Sangha di Myanmar.

yg dimaksud kayakne bukan Milinda panha deh..

gw seh setuju sama si kutu..

kalo menurut gw personal..

Theravada gk pure karena Tipitaka sendiri beberapa ada yg ngaco...dah ditambah2in...

Ajahn Brahm pernah bilank.."kitab suci agama Buddha adalah Meditasi.."

gw setuju banget..Tipitaka sebagai map..bukan sebagai kitab suci..

dari semua map(vajra, Hinayana(mahayana) dan Theravada)..menurut gw yg palink bisa diikutin yah masih tetep Theravada...

palink deket sama KEBENARAN..bisa dibuktikan oleh mereka yg pakar dalam meditasi...;D
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: dilbert on 03 December 2008, 10:14:51 PM
Quote from: El Sol on 03 December 2008, 10:09:51 PM
Quote from: dilbert on 02 December 2008, 04:01:21 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 02 December 2008, 01:30:21 PM
Quote from: chingik on 01 December 2008, 11:16:59 PM
Maaf, yang aku tanyakan adalah pernyataan yang ini: "buddha hanya menyatakan bahwa dgn penerimaan pajapati, buddha dharma yg bisa bertahan 1000 tahun, menjadi berkurang 1/2 menjadi 500 tahun, tetapi skrg sudah bertahan selama 2500 tahun.."
Buddha mengatakan hanya bertahan 500 tahun, dan anda mengatakan bahwa skrg sudah bertahan selama 2500 tahun, apakah Buddha telah salah meramal? Atau penafsiran kita yg salah tentang ucapan Buddha ?.

Menurut Milinda Panha, 500 tahun adalah maksud dari umur agama dan doktrin yang murni, di mana tidak ada penambah-kurangan atau penafsiran yang berbeda dari dhamma-vinaya. 500 tahun itu sudah berlalu, dan seperti sudah diramalkan Buddha, sekarang sudah tidak ada lagi keturunan "langsung" dari Sangha Buddha, bahkan tidak lama setelah masa 500 tahun itu berakhir, muncul 2 aliran yang memiliki dhamma, vinaya dan penafsiran yang berbeda.

Walaupun sekarang sudah tidak ada "keturunan langsung" dan "ajaran murni", bukan berarti lalu Buddha Dhamma ga ada yang bener. Buddha Dhamma akan terus bertahan dan orang-orang tetap akan mencapai kesucian selama menjalankan dhamma tersebut.


bagaimana pun MILINDA PANHA merupakan hasil pembicaraan antara Nagasena dan raja Milinda. Karena dianggap karya yang bermutu, maka Milinda Panha diangkat menjadi kitab Tipitaka pada konsili Sangha di Myanmar.

yg dimaksud kayakne bukan Milinda panha deh..

gw seh setuju sama si kutu..

kalo menurut gw personal..

Theravada gk pure karena Tipitaka sendiri beberapa ada yg ngaco...dah ditambah2in...

Ajahn Brahm pernah bilank.."kitab suci agama Buddha adalah Meditasi.."

gw setuju banget..Tipitaka sebagai map..bukan sebagai kitab suci..

dari semua map(vajra, Hinayana(mahayana) dan Theravada)..menurut gw yg palink bisa diikutin yah masih tetep Theravada...

palink deket sama KEBENARAN..bisa dibuktikan oleh mereka yg pakar dalam meditasi...;D

dgn sgt terpaksa... hayus saya dukung pernyataan bro el sol...

_/\_
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 03 December 2008, 10:46:48 PM
 [at] atas

:hammer:..

kok harus seh...

:hammer:
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: dilbert on 03 December 2008, 10:52:09 PM
Quote from: El Sol on 03 December 2008, 10:46:48 PM
[at] atas

:hammer:..

kok harus seh...

:hammer:

Tonjokkin kepala saya buat pencerahan... hehehehe...
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: K.K. on 04 December 2008, 08:46:49 AM
Quote from: El Sol on 03 December 2008, 10:09:51 PM
yg dimaksud kayakne bukan Milinda panha deh..

gw seh setuju sama si kutu..

kalo menurut gw personal..

Theravada gk pure karena Tipitaka sendiri beberapa ada yg ngaco...dah ditambah2in...

Ajahn Brahm pernah bilank.."kitab suci agama Buddha adalah Meditasi.."

gw setuju banget..Tipitaka sebagai map..bukan sebagai kitab suci..

dari semua map(vajra, Hinayana(mahayana) dan Theravada)..menurut gw yg palink bisa diikutin yah masih tetep Theravada...

palink deket sama KEBENARAN..bisa dibuktikan oleh mereka yg pakar dalam meditasi...;D


Quote from: El Sol on 03 December 2008, 10:05:51 PM
kebaca yg aliran sesat Maitreya..pada nyegir tuh...

Badut ini mengatakan paling cocok dengan Theravada, tetapi terobsesi dan mengembangkan kebencian terhadap Aliran Maitreya. Betul-betul memalukan Buddhist Theravadin.


Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: chingik on 04 December 2008, 09:21:20 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 04 December 2008, 08:46:49 AM
Quote from: El Sol on 03 December 2008, 10:09:51 PM
yg dimaksud kayakne bukan Milinda panha deh..

gw seh setuju sama si kutu..

kalo menurut gw personal..

Theravada gk pure karena Tipitaka sendiri beberapa ada yg ngaco...dah ditambah2in...

Ajahn Brahm pernah bilank.."kitab suci agama Buddha adalah Meditasi.."

gw setuju banget..Tipitaka sebagai map..bukan sebagai kitab suci..

dari semua map(vajra, Hinayana(mahayana) dan Theravada)..menurut gw yg palink bisa diikutin yah masih tetep Theravada...

palink deket sama KEBENARAN..bisa dibuktikan oleh mereka yg pakar dalam meditasi...;D


Quote from: El Sol on 03 December 2008, 10:05:51 PM
kebaca yg aliran sesat Maitreya..pada nyegir tuh...

Badut ini mengatakan paling cocok dengan Theravada, tetapi terobsesi dan mengembangkan kebencian terhadap Aliran Maitreya. Betul-betul memalukan Buddhist Theravadin.


Jangan lupa ya: Yang melihat Dhamma, melihat Buddha
Bukan : Yang melihat Theravada (juga Mahayana/Tantrayana), melihat Buddha
;D

Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 04 December 2008, 10:49:16 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 04 December 2008, 08:46:49 AM
Quote from: El Sol on 03 December 2008, 10:09:51 PM
yg dimaksud kayakne bukan Milinda panha deh..

gw seh setuju sama si kutu..

kalo menurut gw personal..

Theravada gk pure karena Tipitaka sendiri beberapa ada yg ngaco...dah ditambah2in...

Ajahn Brahm pernah bilank.."kitab suci agama Buddha adalah Meditasi.."

gw setuju banget..Tipitaka sebagai map..bukan sebagai kitab suci..

dari semua map(vajra, Hinayana(mahayana) dan Theravada)..menurut gw yg palink bisa diikutin yah masih tetep Theravada...

palink deket sama KEBENARAN..bisa dibuktikan oleh mereka yg pakar dalam meditasi...;D


Quote from: El Sol on 03 December 2008, 10:05:51 PM
kebaca yg aliran sesat Maitreya..pada nyegir tuh...

Badut ini mengatakan paling cocok dengan Theravada, tetapi terobsesi dan mengembangkan kebencian terhadap Aliran Maitreya. Betul-betul memalukan Buddhist Theravadin.



gw bilank khan paling cocok..tapi bukan berarti gw jalanin..lol..

gw merasa dokter gigi itu profesi yg baek..tapi gw gk pernah pengen belajar jadi dokter gigi..gw setuju yg laen belajar...
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 04 December 2008, 10:53:46 AM
Quote from: chingik on 04 December 2008, 09:21:20 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 04 December 2008, 08:46:49 AM
Quote from: El Sol on 03 December 2008, 10:09:51 PM
yg dimaksud kayakne bukan Milinda panha deh..

gw seh setuju sama si kutu..

kalo menurut gw personal..

Theravada gk pure karena Tipitaka sendiri beberapa ada yg ngaco...dah ditambah2in...

Ajahn Brahm pernah bilank.."kitab suci agama Buddha adalah Meditasi.."

gw setuju banget..Tipitaka sebagai map..bukan sebagai kitab suci..

dari semua map(vajra, Hinayana(mahayana) dan Theravada)..menurut gw yg palink bisa diikutin yah masih tetep Theravada...

palink deket sama KEBENARAN..bisa dibuktikan oleh mereka yg pakar dalam meditasi...;D


Quote from: El Sol on 03 December 2008, 10:05:51 PM
kebaca yg aliran sesat Maitreya..pada nyegir tuh...

Badut ini mengatakan paling cocok dengan Theravada, tetapi terobsesi dan mengembangkan kebencian terhadap Aliran Maitreya. Betul-betul memalukan Buddhist Theravadin.


Jangan lupa ya: Yang melihat Dhamma, melihat Buddha
Bukan : Yang melihat Theravada (juga Mahayana/Tantrayana), melihat Buddha
;D



Dhamma Theravada palink bener..in sense bahwa tidak mengajarkan yg aneh2..contohnya Trikaya..

ato simbol2 Sex..kayak di Vajra...

ato menggunakan ritual2 dan mantra2 yg sebenarnya ajaran2 Hindhu untuk pencapaian Nibbana..

dimana sang Buddha sendiri tidak setuju dengan ritual2 apapun juga karena ritaual2 tidak bisa membebaskan seseorang dari Kilesa...

lalu..dimana Hinayana(baca:Mahayana) banyak nge-ciptain kitab2 palsu..yah emank berbobot seh kitabne...tapi yah tetep ajah palsu = palsu...biarpun isinya bener...
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: K.K. on 04 December 2008, 11:16:45 AM
Quote from: El Sol on 04 December 2008, 10:53:46 AM
Dhamma Theravada palink bener..in sense bahwa tidak mengajarkan yg aneh2..contohnya Trikaya..

ato simbol2 Sex..kayak di Vajra...

ato menggunakan ritual2 dan mantra2 yg sebenarnya ajaran2 Hindhu untuk pencapaian Nibbana..

dimana sang Buddha sendiri tidak setuju dengan ritual2 apapun juga karena ritaual2 tidak bisa membebaskan seseorang dari Kilesa...

lalu..dimana Hinayana(baca:Mahayana) banyak nge-ciptain kitab2 palsu..yah emank berbobot seh kitabne...tapi yah tetep ajah palsu = palsu...biarpun isinya bener...


Memangnya kamu sudah terbebas dari kilesa?
Kamu seperti orang yang belum pernah ke satu kota, tapi teriak2 jalan tertentu adalah salah, sedangkan jalan yang kamu lewati adalah benar.

Kitab palsu? Memangnya kamu ikut andil dalam nulis kitab asli? Kok tahu?





Quote from: El Sol on 04 December 2008, 10:49:16 AM
gw bilank khan paling cocok..tapi bukan berarti gw jalanin..lol..

gw merasa dokter gigi itu profesi yg baek..tapi gw gk pernah pengen belajar jadi dokter gigi..gw setuju yg laen belajar...

Setuju ga yang laen belajar aliran Maitreya?
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 04 December 2008, 11:28:02 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 04 December 2008, 11:16:45 AM
Quote from: El Sol on 04 December 2008, 10:53:46 AM
Dhamma Theravada palink bener..in sense bahwa tidak mengajarkan yg aneh2..contohnya Trikaya..

ato simbol2 Sex..kayak di Vajra...

ato menggunakan ritual2 dan mantra2 yg sebenarnya ajaran2 Hindhu untuk pencapaian Nibbana..

dimana sang Buddha sendiri tidak setuju dengan ritual2 apapun juga karena ritaual2 tidak bisa membebaskan seseorang dari Kilesa...

lalu..dimana Hinayana(baca:Mahayana) banyak nge-ciptain kitab2 palsu..yah emank berbobot seh kitabne...tapi yah tetep ajah palsu = palsu...biarpun isinya bener...


Memangnya kamu sudah terbebas dari kilesa?
Kamu seperti orang yang belum pernah ke satu kota, tapi teriak2 jalan tertentu adalah salah, sedangkan jalan yang kamu lewati adalah benar.

Kitab palsu? Memangnya kamu ikut andil dalam nulis kitab asli? Kok tahu?





Quote from: El Sol on 04 December 2008, 10:49:16 AM
gw bilank khan paling cocok..tapi bukan berarti gw jalanin..lol..

gw merasa dokter gigi itu profesi yg baek..tapi gw gk pernah pengen belajar jadi dokter gigi..gw setuju yg laen belajar...

Setuju ga yang laen belajar aliran Maitreya?

gk usah bersiin kelisa untuk ngelihat mana yg benar mana yg bukan..

make sense = logical = truth..

Scientist gk pernah bersiin kilesa..but they know the truth..Technology adalah salah satu prove dari keberhasilan Scientist dalam menguak kebenaran..

kalo kita baca sutra2 Mahayana dan Theravada, bisa diliat differences dan similaritiesnya..

differences yg palink ketara adalah..dalam sutra2 Hinayana(baca:mahayana) isinya itu kayak rujak..banyak teori2 Hindhu ato taoism yg dimasukin ke dalam Buddhism...dari sini jelas sekale it's not PURE..

something that is not pure is fake..

it's logical, no?..kalo loe perlu sampe ilangin kelisa  untuk ngebedain ini..gw rasa loe either retarted or down syndrom..

...

gw gk stuju makhluk2 yg tidak mengenal Buddhism ato Buddhist KTP berlajar aliran Maitreya..

alasan tertinggi gw gk setuju karena mereka akan menyebarkan ajaran2 yg palsu..yg tidak sesuai dengan Buddha Dhamma...

boleh ajah mereka berkembang dan maju..tapi gunakanlah nama yg laen..

Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: K.K. on 04 December 2008, 11:53:55 AM
Quote from: El Sol on 04 December 2008, 11:28:02 AM
gk usah bersiin kelisa untuk ngelihat mana yg benar mana yg bukan..

make sense = logical = truth..

Scientist gk pernah bersiin kilesa..but they know the truth..Technology adalah salah satu prove dari keberhasilan Scientist dalam menguak kebenaran..

kalo kita baca sutra2 Mahayana dan Theravada, bisa diliat differences dan similaritiesnya..

differences yg palink ketara adalah..dalam sutra2 Hinayana(baca:mahayana) isinya itu kayak rujak..banyak teori2 Hindhu ato taoism yg dimasukin ke dalam Buddhism...dari sini jelas sekale it's not PURE..

something that is not pure is fake..

it's logical, no?..kalo loe perlu sampe ilangin kelisa  untuk ngebedain ini..gw rasa loe either retarted or down syndrom..

...

gw gk stuju makhluk2 yg tidak mengenal Buddhism ato Buddhist KTP berlajar aliran Maitreya..

alasan tertinggi gw gk setuju karena mereka akan menyebarkan ajaran2 yg palsu..yg tidak sesuai dengan Buddha Dhamma...

boleh ajah mereka berkembang dan maju..tapi gunakanlah nama yg laen..


Bukannya menghina ajaran lain juga dilarang sama Buddha yah? Atau saya terlalu "retarded/down syndrome" untuk mengerti bahwa maksud Buddha sebenarnya adalah untuk menyatakan diri yang paling asli/benar dan menghakimi orang lain yah?
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 04 December 2008, 11:57:27 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 04 December 2008, 11:53:55 AM
Quote from: El Sol on 04 December 2008, 11:28:02 AM
gk usah bersiin kelisa untuk ngelihat mana yg benar mana yg bukan..

make sense = logical = truth..

Scientist gk pernah bersiin kilesa..but they know the truth..Technology adalah salah satu prove dari keberhasilan Scientist dalam menguak kebenaran..

kalo kita baca sutra2 Mahayana dan Theravada, bisa diliat differences dan similaritiesnya..

differences yg palink ketara adalah..dalam sutra2 Hinayana(baca:mahayana) isinya itu kayak rujak..banyak teori2 Hindhu ato taoism yg dimasukin ke dalam Buddhism...dari sini jelas sekale it's not PURE..

something that is not pure is fake..

it's logical, no?..kalo loe perlu sampe ilangin kelisa  untuk ngebedain ini..gw rasa loe either retarted or down syndrom..

...

gw gk stuju makhluk2 yg tidak mengenal Buddhism ato Buddhist KTP berlajar aliran Maitreya..

alasan tertinggi gw gk setuju karena mereka akan menyebarkan ajaran2 yg palsu..yg tidak sesuai dengan Buddha Dhamma...

boleh ajah mereka berkembang dan maju..tapi gunakanlah nama yg laen..


Bukannya menghina ajaran lain juga dilarang sama Buddha yah? Atau saya terlalu "retarded/down syndrome" untuk mengerti bahwa maksud Buddha sebenarnya adalah untuk menyatakan diri yang paling asli/benar dan menghakimi orang lain yah?


emank gw pikirin apa yg dilarang oleh sang Buddha..

kalo gw bener2 jalanin..dah jadi bhikkhu gw mah...

loe juga gk jalanin sempurna lar..

kalo Einstein ngajarin 1 + 1= 2...dan ada yg bilank 1+1 =3..

SAPAPUN YG NGERTI 1+1 = 2 BERHAK UNTUK REJECT 1+1 =3

dengan prove...dan bukti2 yg kuat of course...

this has nothing to do with Buddha..

puas?
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: K.K. on 04 December 2008, 12:07:19 PM
Quote from: El Sol on 04 December 2008, 11:57:27 AM
emank gw pikirin apa yg dilarang oleh sang Buddha..

kalo gw bener2 jalanin..dah jadi bhikkhu gw mah...

loe juga gk jalanin sempurna lar..

kalo Einstein ngajarin 1 + 1= 2...dan ada yg bilank 1+1 =3..

SAPAPUN YG NGERTI 1+1 = 2 BERHAK UNTUK REJECT 1+1 =3

dengan prove...dan bukti2 yg kuat of course...

this has nothing to do with Buddha..

puas?


Betul, betul! Yang 1+1 = 2, boleh REJECT paham 1+1=3. Namun yang terlihat di sini adalah "yang bilang 1+1=6" OPPRESS "yang bilang 1+1=3"
Seperti orang yang basah kuyup keujanan, ngomelin orang lain yang basah kuyup keujanan juga, "Bego amat sih loe bisa basah". 
:))

Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: dilbert on 04 December 2008, 12:35:24 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 04 December 2008, 11:16:45 AM

Memangnya kamu sudah terbebas dari kilesa?
Kamu seperti orang yang belum pernah ke satu kota, tapi teriak2 jalan tertentu adalah salah, sedangkan jalan yang kamu lewati adalah benar.

Kitab palsu? Memangnya kamu ikut andil dalam nulis kitab asli?

Saya bersaksi bahwa El Sol sudah terbebas dari kilesa...

Ada yg percaya? Soalnya pertanyaan diatas sulit dijawab...
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 04 December 2008, 01:42:17 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 04 December 2008, 12:07:19 PM
Quote from: El Sol on 04 December 2008, 11:57:27 AM
emank gw pikirin apa yg dilarang oleh sang Buddha..

kalo gw bener2 jalanin..dah jadi bhikkhu gw mah...

loe juga gk jalanin sempurna lar..

kalo Einstein ngajarin 1 + 1= 2...dan ada yg bilank 1+1 =3..

SAPAPUN YG NGERTI 1+1 = 2 BERHAK UNTUK REJECT 1+1 =3

dengan prove...dan bukti2 yg kuat of course...

this has nothing to do with Buddha..

puas?


Betul, betul! Yang 1+1 = 2, boleh REJECT paham 1+1=3. Namun yang terlihat di sini adalah "yang bilang 1+1=6" OPPRESS "yang bilang 1+1=3"
Seperti orang yang basah kuyup keujanan, ngomelin orang lain yang basah kuyup keujanan juga, "Bego amat sih loe bisa basah". 
:))



haha..

menurut loe ajaran2 Theravada itu 1+1=6?..

dalam Theravada mengajarkan Anicca, Anatta, Dukkha...

4 kesunyataan mulia

jalan beruas 8..

itu semua palsu?..tidak benar?...dalam aliran sesat Maitreya..itu semua tidak exist..bagaimana mungkin 4 kesunyataan mulia yg telah terbukti dengan logika dan akal sehat itu bisa dibilang tidak logika/palsu/bukan ajaran para Buddha/kadaluarsa??

yesh, loe bakal tanya lage..di Hinayana(baca:mahayana) ada itu semua juga..trus kenapa gw cela mereka juga...

alasanne karena yesh Hinayana(baca:mahayana) itu emank diconsider Buddhism..tapi ajarannya ada beberapa yg MENURUT GW melenceng ato tambahan dari agama laen..contohne Hinduism ama Taoism..gk usah jauh2 si Guan Gong...tetep sampe skarang gw gk bisa percaya kalo dia itu Dharmapala..

[at] dilbert..

-_-"

aku kalo dah terbebas dari kilesa..maka semua makhluk adalah Buddha...huahua...

Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: K.K. on 04 December 2008, 01:58:18 PM
Quote from: El Sol on 04 December 2008, 01:42:17 PM
haha..

menurut loe ajaran2 Theravada itu 1+1=6?..

dalam Theravada mengajarkan Anicca, Anatta, Dukkha...

4 kesunyataan mulia

jalan beruas 8..

itu semua palsu?..tidak benar?...dalam aliran sesat Maitreya..itu semua tidak exist..bagaimana mungkin 4 kesunyataan mulia yg telah terbukti dengan logika dan akal sehat itu bisa dibilang tidak logika/palsu/bukan ajaran para Buddha/kadaluarsa??

yesh, loe bakal tanya lage..di Hinayana(baca:mahayana) ada itu semua juga..trus kenapa gw cela mereka juga...

alasanne karena yesh Hinayana(baca:mahayana) itu emank diconsider Buddhism..tapi ajarannya ada beberapa yg MENURUT GW melenceng ato tambahan dari agama laen..contohne Hinduism ama Taoism..gk usah jauh2 si Guan Gong...tetep sampe skarang gw gk bisa percaya kalo dia itu Dharmapala..


Di Theravada diajarin tidak percaya sebelum membuktikan. Maka itu diberikan petunjuk dan jalan supaya orang bisa membuktikan sendiri kebenaran (1+1=2), yaitu terhentinya siklus kelahiran, usia tua, dan kematian. Nah, kamu sendiri, tidak mengikuti petunjuk, melakukan 1+1=6, lalu menghina orang lain yang melakukan 1+1=3.
Kalo di perumpamaan tadi, kamu itu maki-maki orang, "Dasar bego, Buddha udah ajarin pake payung supaya ga basah kuyup, malah ikut ajaran laen (baca: SESAT) pake kertas", tapi kamu sendiri ga pake payung dan juga basah kuyup.

Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 04 December 2008, 02:05:42 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 04 December 2008, 01:58:18 PM
Quote from: El Sol on 04 December 2008, 01:42:17 PM
haha..

menurut loe ajaran2 Theravada itu 1+1=6?..

dalam Theravada mengajarkan Anicca, Anatta, Dukkha...

4 kesunyataan mulia

jalan beruas 8..

itu semua palsu?..tidak benar?...dalam aliran sesat Maitreya..itu semua tidak exist..bagaimana mungkin 4 kesunyataan mulia yg telah terbukti dengan logika dan akal sehat itu bisa dibilang tidak logika/palsu/bukan ajaran para Buddha/kadaluarsa??

yesh, loe bakal tanya lage..di Hinayana(baca:mahayana) ada itu semua juga..trus kenapa gw cela mereka juga...

alasanne karena yesh Hinayana(baca:mahayana) itu emank diconsider Buddhism..tapi ajarannya ada beberapa yg MENURUT GW melenceng ato tambahan dari agama laen..contohne Hinduism ama Taoism..gk usah jauh2 si Guan Gong...tetep sampe skarang gw gk bisa percaya kalo dia itu Dharmapala..


Di Theravada diajarin tidak percaya sebelum membuktikan. Maka itu diberikan petunjuk dan jalan supaya orang bisa membuktian sendiri kebenaran (1+1=2), yaitu terhentinya siklus kelahiran, usia tua, dan kematian. Nah, kamu sendiri, tidak mengikuti petunjuk, melakukan 1+1=6, lalu menghina orang lain yang melakukan 1+1=3.
Kalo di perumpamaan tadi, kamu itu maki-maki orang, "Dasar bego, Buddha udah ajarin pake payung supaya ga basah kuyup, malah ikut ajaran laen (baca: SESAT) pake kertas", tapi kamu sendiri ga pake payung dan juga basah kuyup.



Anicca dah ku buktikan..

Anatta dah ku buktikan..

Dukkha dah ku buktikan..

kalo itu semua belum gw buktikan..

loe kira gw berani main nuduh aliran sesat Maitreya sebagai sesat?

dengan pembuktian itu bisa dijelaskan mana yg BENAR mana yg SALAH..

gitu ajah kok repot...haizz...

aku tidak basah kuyup...

hanya El Sol yg basah kuyup...;D
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Ego on 07 January 2009, 09:42:09 PM
Why do you guys spent time arguing your own Ego. Arguing about sutra is the most silly things to do, there is nothing wrong with the sutra, Mahayana or Theravada. duality is just a phenomena from deluded mind.
Good- bad ( Duality),is just a raft to cross you over to other shore, then has to be abandon.
The Dharma has 84 thousand doors, but indeed just only one door which is your own heart.
Go and do meditation or find someone that can show you Buddha heart.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: dilbert on 07 January 2009, 10:41:23 PM
Quote from: Ego on 07 January 2009, 09:42:09 PM
Why do you guys spent time arguing your own Ego. Arguing about sutra is the most silly things to do, there is nothing wrong with the sutra, Mahayana or Theravada. duality is just a phenomena from deluded mind.
Good- bad ( Duality),is just a raft to cross you over to other shore, then has to be abandon.
The Dharma has 84 thousand doors, but indeed just only one door which is your own heart.
Go and do meditation or find someone that can show you Buddha heart.

darimana ada 84.000 pintu dharma... kembali lagi plesetan dan sembarang tafsir... coba baca simsapa sutta tuh... buat Mr.Ego yang quote dalam bahasa inggris... nih gua kasih simsapa sutta dalam bahasa inggris... READ CAREFULLY...

Simsapa Sutta
The Simsapa Leaves
Translated from the Pali by
Thanissaro Bhikkhu

Once the Blessed One was staying at Kosambi in the simsapa1 forest. Then, picking up a few simsapa leaves with his hand, he asked the monks, "What do you think, monks: Which are more numerous, the few simsapa leaves in my hand or those overhead in the simsapa forest?"

"The leaves in the hand of the Blessed One are few in number, lord. Those overhead in the simsapa forest are more numerous."

"In the same way, monks, those things that I have known with direct knowledge but have not taught are far more numerous [than what I have taught]. And why haven't I taught them? Because they are not connected with the goal, do not relate to the rudiments of the holy life, and do not lead to disenchantment, to dispassion, to cessation, to calm, to direct knowledge, to self-awakening, to Unbinding. That is why I have not taught them.

"And what have I taught? 'This is stress... This is the origination of stress... This is the cessation of stress... This is the path of practice leading to the cessation of stress': This is what I have taught. And why have I taught these things? Because they are connected with the goal, relate to the rudiments of the holy life, and lead to disenchantment, to dispassion, to cessation, to calm, to direct knowledge, to self-awakening, to Unbinding. This is why I have taught them.

"Therefore your duty is the contemplation, 'This is stress... This is the origination of stress... This is the cessation of stress.' Your duty is the contemplation, 'This is the path of practice leading to the cessation of stress.'"

------------------------

[at] mr.ego

what you called 84.000 dharma doors is like the other leaves in the forest which Buddha didn't mention... The dharma doors is only 1, the essence of liberation is only one. Wrong perceives like this lead to the affirmation of many teachings that wrong and cannot be known as the teaching of all BUDDHA.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: chingik on 08 January 2009, 11:46:23 AM
Quote from: dilbert on 07 January 2009, 10:41:23 PM
Quote from: Ego on 07 January 2009, 09:42:09 PM
Why do you guys spent time arguing your own Ego. Arguing about sutra is the most silly things to do, there is nothing wrong with the sutra, Mahayana or Theravada. duality is just a phenomena from deluded mind.
Good- bad ( Duality),is just a raft to cross you over to other shore, then has to be abandon.
The Dharma has 84 thousand doors, but indeed just only one door which is your own heart.
Go and do meditation or find someone that can show you Buddha heart.

darimana ada 84.000 pintu dharma... kembali lagi plesetan dan sembarang tafsir... coba baca simsapa sutta tuh... buat Mr.Ego yang quote dalam bahasa inggris... nih gua kasih simsapa sutta dalam bahasa inggris... READ CAREFULLY...

Simsapa Sutta
The Simsapa Leaves
Translated from the Pali by
Thanissaro Bhikkhu

Once the Blessed One was staying at Kosambi in the simsapa1 forest. Then, picking up a few simsapa leaves with his hand, he asked the monks, "What do you think, monks: Which are more numerous, the few simsapa leaves in my hand or those overhead in the simsapa forest?"

"The leaves in the hand of the Blessed One are few in number, lord. Those overhead in the simsapa forest are more numerous."

"In the same way, monks, those things that I have known with direct knowledge but have not taught are far more numerous [than what I have taught]. And why haven't I taught them? Because they are not connected with the goal, do not relate to the rudiments of the holy life, and do not lead to disenchantment, to dispassion, to cessation, to calm, to direct knowledge, to self-awakening, to Unbinding. That is why I have not taught them.

"And what have I taught? 'This is stress... This is the origination of stress... This is the cessation of stress... This is the path of practice leading to the cessation of stress': This is what I have taught. And why have I taught these things? Because they are connected with the goal, relate to the rudiments of the holy life, and lead to disenchantment, to dispassion, to cessation, to calm, to direct knowledge, to self-awakening, to Unbinding. This is why I have taught them.

"Therefore your duty is the contemplation, 'This is stress... This is the origination of stress... This is the cessation of stress.' Your duty is the contemplation, 'This is the path of practice leading to the cessation of stress.'"

------------------------

[at] mr.ego

what you called 84.000 dharma doors is like the other leaves in the forest which Buddha didn't mention... The dharma doors is only 1, the essence of liberation is only one. Wrong perceives like this lead to the affirmation of many teachings that wrong and cannot be known as the teaching of all BUDDHA.

84000 pintu dharma itu maksudnya cuma metode, bro. Tujuan tetap satu.
Yang simpel aja kok dibikin ribet.  ^-^
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: dilbert on 08 January 2009, 02:15:58 PM
Quote from: chingik on 08 January 2009, 11:46:23 AM

84000 pintu dharma itu maksudnya cuma metode, bro. Tujuan tetap satu.
Yang simpel aja kok dibikin ribet.  ^-^

Y.M. Walpola Sri Rahula dalam butir rumusan kesepakatan ajaran buddha pada butir ke-9 menyatakan :
9. ...................................................  karena itu bagi mereka semua hanya ada satu Jalan Pemurnian (visuddhi-marga) dan hanya satu Pemurnian (visuddhi) dan tidak ada yang lain............................................


Tujuan satu = Nibbana..., kemudian dikatakan hanya ada satu Jalan Pemurnian menuju tujuan.... apakah ada 84.000  metode ? Apakah ada 84.000 metode di dalam Jalan ?
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: chingik on 08 January 2009, 04:27:27 PM
Quote from: dilbert on 08 January 2009, 02:15:58 PM
Quote from: chingik on 08 January 2009, 11:46:23 AM

84000 pintu dharma itu maksudnya cuma metode, bro. Tujuan tetap satu.
Yang simpel aja kok dibikin ribet.  ^-^

Y.M. Walpola Sri Rahula dalam butir rumusan kesepakatan ajaran buddha pada butir ke-9 menyatakan :
9. ...................................................  karena itu bagi mereka semua hanya ada satu Jalan Pemurnian (visuddhi-marga) dan hanya satu Pemurnian (visuddhi) dan tidak ada yang lain............................................


Tujuan satu = Nibbana..., kemudian dikatakan hanya ada satu Jalan Pemurnian menuju tujuan.... apakah ada 84.000  metode ? Apakah ada 84.000 metode di dalam Jalan ?

iya, pemurnian hanya ada satu, tapi bisa dijabarin juga, seperti  Sila, Samadhi, Panna, 3 ini dijabarin lagi ya 8 jalan kebenaran. kira2 begitulah. dan metode itu ya banyak, ada yg perlu melalui tingkat jhana , ada yg tidak, ada yg menggunakan objek nafas, semua inilah maksud dari metode2 .
Kalo cuma bilang hanya ada satu jalan pemurnian , ya itu ibarat visinya. dan 84000 metode itu adalh misinya. Kalo tanpa 84000 metode, lalu bagaimana bisa menjelaskan satu jalan pemurnian itu? jadi 84000 metode itu adalah pernyataan yg tidak melenceng dari ajaran Buddha, hanya persepsi orang saja yang salah.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: dilbert on 08 January 2009, 05:41:25 PM
Quote from: chingik on 08 January 2009, 04:27:27 PM
Quote from: dilbert on 08 January 2009, 02:15:58 PM
Quote from: chingik on 08 January 2009, 11:46:23 AM

84000 pintu dharma itu maksudnya cuma metode, bro. Tujuan tetap satu.
Yang simpel aja kok dibikin ribet.  ^-^

Y.M. Walpola Sri Rahula dalam butir rumusan kesepakatan ajaran buddha pada butir ke-9 menyatakan :
9. ...................................................  karena itu bagi mereka semua hanya ada satu Jalan Pemurnian (visuddhi-marga) dan hanya satu Pemurnian (visuddhi) dan tidak ada yang lain............................................


Tujuan satu = Nibbana..., kemudian dikatakan hanya ada satu Jalan Pemurnian menuju tujuan.... apakah ada 84.000  metode ? Apakah ada 84.000 metode di dalam Jalan ?

iya, pemurnian hanya ada satu, tapi bisa dijabarin juga, seperti  Sila, Samadhi, Panna, 3 ini dijabarin lagi ya 8 jalan kebenaran. kira2 begitulah. dan metode itu ya banyak, ada yg perlu melalui tingkat jhana , ada yg tidak, ada yg menggunakan objek nafas, semua inilah maksud dari metode2 .
Kalo cuma bilang hanya ada satu jalan pemurnian , ya itu ibarat visinya. dan 84000 metode itu adalh misinya. Kalo tanpa 84000 metode, lalu bagaimana bisa menjelaskan satu jalan pemurnian itu? jadi 84000 metode itu adalah pernyataan yg tidak melenceng dari ajaran Buddha, hanya persepsi orang saja yang salah.

1.890.574.088.123.896.468.214.354
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: chingik on 08 January 2009, 05:52:54 PM
Quote from: dilbert on 08 January 2009, 05:41:25 PM
Quote from: chingik on 08 January 2009, 04:27:27 PM
Quote from: dilbert on 08 January 2009, 02:15:58 PM
Quote from: chingik on 08 January 2009, 11:46:23 AM

84000 pintu dharma itu maksudnya cuma metode, bro. Tujuan tetap satu.
Yang simpel aja kok dibikin ribet.  ^-^

Y.M. Walpola Sri Rahula dalam butir rumusan kesepakatan ajaran buddha pada butir ke-9 menyatakan :
9. ...................................................  karena itu bagi mereka semua hanya ada satu Jalan Pemurnian (visuddhi-marga) dan hanya satu Pemurnian (visuddhi) dan tidak ada yang lain............................................


Tujuan satu = Nibbana..., kemudian dikatakan hanya ada satu Jalan Pemurnian menuju tujuan.... apakah ada 84.000  metode ? Apakah ada 84.000 metode di dalam Jalan ?

iya, pemurnian hanya ada satu, tapi bisa dijabarin juga, seperti  Sila, Samadhi, Panna, 3 ini dijabarin lagi ya 8 jalan kebenaran. kira2 begitulah. dan metode itu ya banyak, ada yg perlu melalui tingkat jhana , ada yg tidak, ada yg menggunakan objek nafas, semua inilah maksud dari metode2 .
Kalo cuma bilang hanya ada satu jalan pemurnian , ya itu ibarat visinya. dan 84000 metode itu adalh misinya. Kalo tanpa 84000 metode, lalu bagaimana bisa menjelaskan satu jalan pemurnian itu? jadi 84000 metode itu adalah pernyataan yg tidak melenceng dari ajaran Buddha, hanya persepsi orang saja yang salah.

1.890.574.088.123.896.468.214.354

:lotus:
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Ego on 10 January 2009, 08:11:37 PM
Hahaha Why are u so deluded, 84.000 and only one door. "The one door is your heart door, once u shut that door then the other 84.000 Dharma doors will be closed". Enter the door without the gate. come without a trace then go without a trace. Discussion on Sutra, Mahayana- Theravada, Good-Bad, Beauty and ugly are out of the 84.000 Dhamma doors. It seems u try to put your head(mind) on the top of your head(mind).
Read carefully, the Diamond Sutra: chapter 18, "The mind at the present can't be grasped, future mind can't be grasped, past mind can't be grasped". so what are you grasping.....?
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: El Sol on 10 January 2009, 08:24:00 PM
Quote from: Ego on 10 January 2009, 08:11:37 PM
Hahaha Why are u so deluded, 84.000 and only one door. "The one door is your heart door, once u shut that door then the other 84.000 Dharma doors will be closed". Enter the door without the gate. come without a trace then go without a trace. Discussion on Sutra, Mahayana- Theravada, Good-Bad, Beauty and ugly are out of the 84.000 Dhamma doors. It seems u try to put your head(mind) on the top of your head(mind).
Read carefully, the Diamond Sutra: chapter 18, "The mind at the present can't be grasped, future mind can't be grasped, past mind can't be grasped". so what are you grasping.....?

when u judge others as XX and YY..u urself is the XX and YY...

just shut up and observe...if u dun like to see other ppl debating..

lol..
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: dilbert on 10 January 2009, 10:12:43 PM
Quote from: El Sol on 10 January 2009, 08:24:00 PM
Quote from: Ego on 10 January 2009, 08:11:37 PM
Hahaha Why are u so deluded, 84.000 and only one door. "The one door is your heart door, once u shut that door then the other 84.000 Dharma doors will be closed". Enter the door without the gate. come without a trace then go without a trace. Discussion on Sutra, Mahayana- Theravada, Good-Bad, Beauty and ugly are out of the 84.000 Dhamma doors. It seems u try to put your head(mind) on the top of your head(mind).
Read carefully, the Diamond Sutra: chapter 18, "The mind at the present can't be grasped, future mind can't be grasped, past mind can't be grasped". so what are you grasping.....?

when u judge others as XX and YY..u urself is the XX and YY...

just shut up and observe...if u dun like to see other ppl debating..

lol..


=))
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: K.K. on 11 January 2009, 11:05:23 AM
Quote from: Ego on 10 January 2009, 08:11:37 PM
Hahaha Why are u so deluded, 84.000 and only one door. "The one door is your heart door, once u shut that door then the other 84.000 Dharma doors will be closed". Enter the door without the gate. come without a trace then go without a trace. Discussion on Sutra, Mahayana- Theravada, Good-Bad, Beauty and ugly are out of the 84.000 Dhamma doors. It seems u try to put your head(mind) on the top of your head(mind).
Read carefully, the Diamond Sutra: chapter 18, "The mind at the present can't be grasped, future mind can't be grasped, past mind can't be grasped". so what are you grasping.....?


If you grasp neither of past/present/future anymore, why bother discussing?
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: ryu on 11 January 2009, 11:54:27 AM
Quote from: Ego on 10 January 2009, 08:11:37 PM
Hahaha Why are u so deluded, 84.000 and only one door. "The one door is your heart door, once u shut that door then the other 84.000 Dharma doors will be closed". Enter the door without the gate. come without a trace then go without a trace. Discussion on Sutra, Mahayana- Theravada, Good-Bad, Beauty and ugly are out of the 84.000 Dhamma doors. It seems u try to put your head(mind) on the top of your head(mind).
Read carefully, the Diamond Sutra: chapter 18, "The mind at the present can't be grasped, future mind can't be grasped, past mind can't be grasped". so what are you grasping.....?

aya naon didieu? ieu teh laen porum inggris, naha nyariosna make inggris, cing atuh nu baleg saeutik kakakakak
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: cunda on 11 January 2009, 03:14:37 PM
Quote from: ryu on 11 January 2009, 11:54:27 AM

aya naon didieu? ieu teh laen porum inggris, naha nyariosna make inggris, cing atuh nu baleg saeutik kakakakak

namaste suvatthi hotu

acek, aya aya wae

thuti
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Indra on 11 January 2009, 04:55:18 PM
Quote from: cunda on 11 January 2009, 03:14:37 PM
Quote from: ryu on 11 January 2009, 11:54:27 AM

aya naon didieu? ieu teh laen porum inggris, naha nyariosna make inggris, cing atuh nu baleg saeutik kakakakak

namaste suvatthi hotu

acek, aya aya wae

thuti

English gue masih bisa terima... ini pake Bahasa Neraka? :o :o :o
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Ego on 11 January 2009, 11:29:49 PM
>>when u judge others as XX and YY..u urself is the XX and YY...

" Then why does the Buddha discourse the Dhamma?"
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: dilbert on 11 January 2009, 11:38:40 PM
Quote from: Ego on 11 January 2009, 11:29:49 PM
>>when u judge others as XX and YY..u urself is the XX and YY...

" Then why does the Buddha discourse the Dhamma?"


Buddha never discourse such a RHETORIC teaching.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Ego on 12 January 2009, 08:03:50 PM
"Buddha never discourse such a RHETORIC teaching."

Very good then why still argue about Hinayana-Mahayana. OR

"Tujuan satu = Nibbana..., kemudian dikatakan hanya ada satu Jalan Pemurnian menuju tujuan.... apakah ada 84.000  metode ? Apakah ada 84.000 metode di dalam Jalan ?"

seems u have answered ur own question.
ok then bye...一切水源。
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: dilbert on 12 January 2009, 09:10:34 PM
Quote from: Ego on 12 January 2009, 08:03:50 PM
"Buddha never discourse such a RHETORIC teaching."

Very good then why still argue about Hinayana-Mahayana. OR

"Tujuan satu = Nibbana..., kemudian dikatakan hanya ada satu Jalan Pemurnian menuju tujuan.... apakah ada 84.000  metode ? Apakah ada 84.000 metode di dalam Jalan ?"

seems u have answered ur own question.
ok then bye...一切水源。

if you read from the beginning, i didn't said that there are 84.000 ways/doors/method to englightment. It's definitely not mine. So you ask from wrong person. What I always said that number 84.000 came from total main discourse in Tipitaka. 21.000 from Vinaya, 21.000 from Sutta dan 42.000 from Abhidhamma.

It seems that you didn't follow our discussion and directly to judge on your own perception.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: 0n3 4 AlL on 14 September 2009, 10:50:52 PM
kyk na baru kemarin (2500 tahun) ada yg ceramah tentang indah nya kebersamaan,,
gemana bsa dalam 1 agama berkembang bila aliran na saling hina2,,
>.<
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: dilbert on 16 September 2009, 03:40:31 PM
Quote from: 0n3 4 AlL on 14 September 2009, 10:50:52 PM
kyk na baru kemarin (2500 tahun) ada yg ceramah tentang indah nya kebersamaan,,
gemana bsa dalam 1 agama berkembang bila aliran na saling hina2,,
>.<

bisa di-tunjukkan di forum ini apakah ada kalimat saling menghina ??
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Sudhana on 29 September 2009, 01:58:59 PM
apa itu mahayana! apa itu hinayana!
....
mau jadi bodhisatva sangat luhur sekali.
mau jadi arahat sangat mulia sekali.
...trus apakah seorang arahat itu egois?
sayangnya aku belum capai arahat, setahuku Buddha juga adalah seorang arahat (arahat kelas tinggi).
klo arahat egois sama halnya dengan Buddha, kayaknya gak kayak gitu dah....
Jelas-jelas Buddha menganjurkan para muridnya untuk bisa mencapai arahat.
sebagai umat awam yg belum capai kesucian, gue sih gak tau apa yang ada dalam batin seorang arahat
cuma gue baca di buku salah satu yg harus diatasi adalah sikap egois klo mau jadi arahat.
.....
Nah klo ada orang mahayana jelek-jelekin hinayana tu berarti dia gak tau ajaran Buddha.
... mahayana adalah mahayana --- hinayana adalah hinayana.
... gak ada yg disebut mahayan & gak ada yg disebut hinayana.
MEMANG SANGAT MEREPOTKAN KLO MASIH TERJEBAK SAMA DUALISME.
...
terus terang aja gue orang mahayana tapi gue sebetulnya gak setuju dengan nama mahayana,
klo itu dipakai sebagai penanda kelompok,.. itu mahayana, .. itu hinayana.
... maha = besar,   hina = kecil, dari menyebutannya aja jelas ada penghinaan.
... (kembali) Apakah jadi seorang arahat itu salah!
JUSTRU MAHAYANA SEKARANG BANYAK DIPENGARUHI OLEH TRADISI CHINA, yang sebetulnya itu bukanlah
INTI AJARAN hanya kulit luarnya saja, yang tidak terlalu penting, tapi oleh sebagian besar orang mahayana
justru dianggap terlalu penting.
contohnya:
- PERSEMBAHAN BUAH DI ALTAR, memang niatnya baik memberikan persembahan makanan untuk para Buddha dan Bodhisatva, tapi akan lebih baik jika buah itu di danakan ke orang yang membutuhkan (kaum duafa). Aku sendiri pernah ambil buah di altar vihara.. ya aku lapar jadi ku makan aja, apakah terus Buddha dan para Bodhisatva marah..
---
terus pelafalan nama Buddha (amitofo), apakah klo tidak melafalkan nama amitofo tidak bisa terlahir ke Sukhawati. Ini sama halnya dengan Tuhan yang gila hormat, gila disembah, gila dipuji.
AMITOFO berasal dari kata AMITHABA yang artinya CAHAYA TANPA BATAS. Semua Buddha memiliki cahaya tanpa batas, ini bukanlah cahaya dalam arti harafiah, tapi merupakan perumpamaan akan sifat-sifat mulia para Buddha, seperti cinta kasih, rasa simpati, kebijaksanaan, keseimbangan batin yg sempurna, pacaran sifat itulah yang akan menerangi seluruh alam semesta ini dan jika itu dipraktekan terus-menerus oleh diri sendiri baru surga Sukhawati akan terbuka untuk kita.
bukannya melafalkan nama Buddha atau pun Bodhisatva sampai mulut kita bengkak (gak akan ada artinya).
... SEKIAN DULU TAR SAMBUNG LAGI KE TOPIK LAINNYA.....
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: darmayasa on 16 October 2009, 09:05:26 PM
Untuk saudara Mercedes:
========================
"sungguh ironis, jadi semua yang agama Isla*, Kriste* , Hind* , Katoli*
yang menentang dan menghina ajaran buddha hidup nya seperti ini?Huh?  ampun dah..  bow bow bow"
=========================

Ini kesimpula dari mana ? Apa mereka pernah menghina ajaran Buddha ? Orang nya atau agamanya yg anda maksud ? Anda mungkin belum pernah membaca kitab Hinddu ya ??? Anda mungkin tidak tahu kalo Sidarta Gautama diramalkan lahir sebagai sebagai Avatara ke-9 yg akan memperbaiki ajaran Hinddu yg di selewengkan oleh para Brahmana yg haus kekuasaaan dan kedudukan, dan kenyataannya betul bukan seperti itu ???? Saya minta anda jgn berkata demikian, karena kalo anda dalami lagu mereka semua berbeda beda memang, tapi semuanya merdu dan ketika lagu itu selesai anada mungkin akan kaget kalo pencipdan juga komposernya sama.....  Shanti
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Xan To on 17 October 2009, 03:24:53 AM
 [at] darmayasa
Sayangnya Sang Buddha tidak pernah mengatakan bahwa dia Avatara ke-9 nya Siva
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: marcedes on 17 October 2009, 03:05:15 PM
Quote from: darmayasa on 16 October 2009, 09:05:26 PM
Untuk saudara Mercedes:
========================
"sungguh ironis, jadi semua yang agama Isla*, Kriste* , Hind* , Katoli*
yang menentang dan menghina ajaran buddha hidup nya seperti ini?Huh?  ampun dah..  bow bow bow"
=========================

Ini kesimpula dari mana ? Apa mereka pernah menghina ajaran Buddha ? Orang nya atau agamanya yg anda maksud ? Anda mungkin belum pernah membaca kitab Hinddu ya ??? Anda mungkin tidak tahu kalo Sidarta Gautama diramalkan lahir sebagai sebagai Avatara ke-9 yg akan memperbaiki ajaran Hinddu yg di selewengkan oleh para Brahmana yg haus kekuasaaan dan kedudukan, dan kenyataannya betul bukan seperti itu ???? Saya minta anda jgn berkata demikian, karena kalo anda dalami lagu mereka semua berbeda beda memang, tapi semuanya merdu dan ketika lagu itu selesai anada mungkin akan kaget kalo pencipdan juga komposernya sama.....  Shanti
yang saya kutip adalah dari kitab sutra agama buddha mahayana....jadi bukan dari kitab weda atau alquran ataupun alkitab.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Jerry on 17 October 2009, 06:41:51 PM
Quote from: Xan To on 17 October 2009, 03:24:53 AM
[at] darmayasa
Sayangnya Sang Buddha tidak pernah mengatakan bahwa dia Avatara ke-9 nya Siva
Bukan Siva yg demen menitis, tapi Wisnu.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: Xan To on 19 October 2009, 05:42:39 AM
 [at] Xuvie

Thank koreksinya
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: nyanadhana on 28 October 2009, 01:38:54 PM
hina dan maha hanyalah produk manusia yang merindukan sesuatu yang besar dengan mencela sesuatu yang kecil.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: seniya on 25 February 2010, 12:02:24 AM
Sy ingin memberi pendpt pribadi sy:
Istilah hinayana (hina = rendah) sbg lawan dr mahayana (maha= besar/agung) tdklah tepat krn lawan kt maha bkn hina,tetapi cula (kecil). Pd awalny mahayana adl istilah yg dgunakan utk menunjuk pd jalan pencerahan yg dtempuh para bodhisattva (yaitu menjd samma sambuddha). Yana/kendaraan lain adl sravakayana (jalan kearahatan) & pratyekabuddhayana (jalan paccekabuddha). Jd mahayana/bodhisattvayana duluny bkn nama aliran. Bibit2 mahayana sudah tampak pd berbagai kanon buddhis awal/pali spt buddhavamsa & jataka yg menggambarkan perjalanan karir bodhisatta gotama. Jika teks buddhis awal hny menggambarkan jalan bodhisatta sbg jalan yg mulia tp sulit & lama (butuh wkt berkalpa2 tak terhitung) shg tdk dianjurkan bg yg ingin segera bebas dr samsara,mk teks2 sanskerta mengembangkan lbh jauh jalan ini dg menggbrknny sbg jalan mulia yg bs menyelamatkan bnyk makhluk terlepas dr sulit & lamany.

Mulany tdk ad yg namany aliran mahayana,tetapi yg ad hanya perbedaan tujuan akhir. Para bhikkhu dlm aliran buddhis awal (yg bercita2 pd jalan kearahatan spt sthraviravada/theravada,sarvastivada,dst) ad yg menganut pandangan mahayana,yaitu tdk ingin jd arahat,melainkan ingin melanjutkan perjalanan dlm samsara utk melaksanakan paramita guna menjd buddha. Lama2 ini menjd tren kemudian menjd aliran tersendiri dg teks2 kitab suci yg mendukung cita2/jalan/yana tsb.

Namun demikian,para mahayanist yg fanatik berlebihan memandang 2 yana lain sbg jalan yg rendah & hrs dhindari shg muncul istilah hinayana. Hal ini pun "menyusup" dlm kitab2 mahayana shg kt membaca bnyk sutra mahayana yg merendahkan 2 yana lain.

Namun sesungguhny jk kt membaca saddharmapundarika sutra/lotus sutra,kt tahu bhw ketiga yana pd dasarny sama,sama2 menuju nirvana yg sama,tdk ad yana yg lebih tinggi/rendah,sama2 bs menyelamatkan bnyk makhluk. Yg dmaksud hinayana dlm berbagai sutra mahayana sesungguhny adl org2 yg merasa diriny berada dlm jalan kebuddhaan tp tdk peduli thd kondisi sekitar yg menderita,mrk mgkn berpikir krn mencapai pencerahan lbh penting mk sibuk mengasingkan diri dlm meditasi,tdk ad wkt utk terlibat dlm kehidupan sosial utk membantu org lain. Oleh sebab itu mrk dsebut rendah krn keegoisanny. Seorg arahat tdk punya keegoisan spt ini krn apakah sdg dlm tahap mencapai (sekha) ataupun sudah mencapai (asekha) mrk tetap pny hati welas asih utk membantu makhluk lain. Cthny arahat mahakassapa membantu org2 miskin dg berkeliling meminta makanan dr org2 miskin segera stlh ia bangkit dr nirodha-samapatti (kebahagiaan buah kearahatan yg drasakan selama meditasi seorg arahat) krn dana yg dberikan kpd arahat yg br keluar dr nirodha-samapatti ini akan membuahkan pahala yg besar.

Seorg mahayanist yg tdk memahami hakekat sesungguhny dr ketiga yana & merendahkan 2 yana lain sbnrny lebih "hinayana" drpd org2 yg drendahkanny krn mrk msh terikat oleh pandangan salah. Seorg theravadin yg bercita2 pd kearahatan & menunjukkan metta karuna yg bsr atas penderitaan mkhlk lain sesungguhny lbh "mahayana" dr kaum mahayana itu sendiri.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: K.K. on 25 February 2010, 12:40:09 PM
Quote from: seniya on 25 February 2010, 12:02:24 AM
Namun sesungguhny jk kt membaca saddharmapundarika sutra/lotus sutra,kt tahu bhw ketiga yana pd dasarny sama,sama2 menuju nirvana yg sama,tdk ad yana yg lebih tinggi/rendah,sama2 bs menyelamatkan bnyk makhluk.
[...]
Dalam Bab III dari Saddharmapundarika Sutra, dikatakan Sravaka bukanlah jalan terakhir, maka pengetahuan itu diperbaharui dan kemudian dinyatakan Sariputra akan menjadi Tathagata di kemudian hari bernama Padmaprabha.
Title: Re: Diamond Sutra dan Hinayana
Post by: seniya on 25 February 2010, 08:28:06 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 25 February 2010, 12:40:09 PM
Dalam Bab III dari Saddharmapundarika Sutra, dikatakan Sravaka bukanlah jalan terakhir, maka pengetahuan itu diperbaharui dan kemudian dinyatakan Sariputra akan menjadi Tathagata di kemudian hari bernama Padmaprabha.

Ya, saya tahu akan hal tersebut.....
Menurut saya hal tsb bukan untuk merendahkan pencapaian Arahat, namun menyiratkan bahwa sesungguhnya Arahat dan Pacceka Buddha juga adalah seorang Samma Sambuddha yang pencapaian Pencerahan/Nirvana-nya sama dan setara, tidak berbeda.