4 LANDASAN MENUJU PEMBEBASAN
Persis sobat, inilah JASMANI.
JASMANI memang ada, tapi hanya jasmani semata.
Tak lebih dari jasmani yang teramati ini dengan segala sifat-sifatnya.
Beginilah jasmani adanya..
Benar sobat, inilah PERASAAN.
PERASAAN memang ada, tapi tapi hanya perasaan semata.
Tak lebih dari perasaan yang teramati ini dengan segala sifat-sifatnya.
Beginilah perasaan adanya..
Tentu saja sobat, inilah PIKIRAN.
PIKIRAN memang ada, tapi hanya pikiran semata.
Tak lebih dari pikiran yang teramati ini dengan segala sifat-sifatnya.
Beginilah pikiran adanya..
Pasti sobat, inilah FENOMENA.
FENOMENA memang ada, tapi hanya fenomena semata.
Tak lebih dari fenomena yang teramati ini dengan segala sifat-sifatnya.
Beginilah fenomena adanya..
*Selalu berada dalam perubahan, timbul-ada-lenyap, tak bisa diandalkan, bukan suatu diri/ruh/atta, kosong dari (tanpa) suatu diri/ruh/atta, bukan milik suatu diri/ruh/atta, dengan sifat alami yang khas, mekanisme, perilaku, kondisi-kondisi penunjang & hukumnya masing-masing*
Ah, apa yg bisa diharapkan, diandalkan, digantungi, digenggam, dilekati dari semua ini?
NOTE:
1. PIKIRAN/CITTA adalah:
Aktivitas bersama persepsi (sañña), bentuk-bentuk pikiran (sankhara), dan kesadaran (viññana).
2. FENOMENA/DHAMMA adalah: Fenomena apapun (dhamma) baik fenomena jasmani/fisik, fenomena batin, maupun fenomena pemadaman atau tak terbentuknya kembali jasmani dan batin yaitu Nibbana. Dalam Mahasatipatthana Sutta, ada fenomena bentuk-bentuk batin seperti 5 Rintangan Batin dan 7 Faktor Pencerahan sebagai objek pengamatan; atau juga fenomena batin jasmani baik dalam kerangka Pancakhandha maupun dalam kerangka Ayatana (enam indera internal dan enam objek eksternal) & belenggu yang menyertainya, dan juga 4 Kesunyataan Mulia sebagai objek perenungan yang berupa fenomena adanya dukkha, fenomena asal mulanya, fenomena berhentinya, serta fenomena yang mengkondisi lenyapnya. Semua dapat diamati sebagai semata fenomena yang bukan suatu diri/ruh/atta, tidak mengandung suatu diri/ruh/atta, bukan milik suatu diri/ruh/atta, dan tak berhubungan dengan suatu diri/ruh/atta; yang memilikii sifat, karakter, corak, mekanisme, prilaku, kondisi-kondisi penunjang dan/atau hukumnya masing-masing.
Inspirasi:
DN 22. Mahasatipatthana Sutta
Di catatan kaki Digha Nikaya (tentang lima rintangan), ada tulisan "mengatasi kelambanan dan ketumpulan dengan persepsi cahaya". Persepsi cahaya artinya apa?
Quote from: Mayvise on 13 January 2011, 03:51:37 PM
Di catatan kaki Digha Nikaya (tentang lima rintangan), ada tulisan "mengatasi kelambanan dan ketumpulan dengan persepsi cahaya". Persepsi cahaya artinya apa?
Sis Melia yang baik, setahu saya pada waktu meditasi apabila kelambanan dan ketumpulan (sloth & torpor / thinamidha /kemalasan dan keengganan) muncul, cara mengatasinya adalah dengan persepsi cahaya.
Maksudnya disini meditator berusaha menimbulkan cahaya dipikirannya. Caranya yaitu dengan membuka mata melihat sinar lampu, atau bisa juga dengan cara lain, yaitu tanpa membuka mata ia membayangkan cahaya, membayangkan seolah-olah ia berada di bawah matahari siang yang terik.