BODHI-WATAK DIRI
"Seratus tujuh puluh tahun kemudian akan lahirlah seorang Bodhisatva Ragawi (Bodhisatva Hidup) di bawah pohon Bodhi ini, yang akan menguraikan Dharma tertinggi untuk menyeberangkan umat manusia yang tak terkira dari tabir kegelapan samsara. Dialah Maha Guru Pengurai Dharma TRANSMISI JIWA BUDDHA!"
Demikianlah ramalan Guru Tripitaka JNANABHAISAJYA(A.D.502) yang telah datang dari India untuk kelahiran Maha Guru Hui Neng Patriach ke-Enam.
Dalam sutra Altar tercatat bahwa pada suatu ketika, Patriat Hui Neng tiba di Vihara Pao-Lin untuk memberikan bimbingan Dharma. Pada saat setelah Patriat duduk di atas mimbar, pertemuan yang dihadiri oleh 30 orang lebih pejabat-pejabat, 30 orang cendekiawan Konfusius dan lebih dari seribu orang yang terdiri dari para Bhikku-bhikkuni, kaum Taois dan orang-orang awam, bersama-sama memberikan hormat dan mohon mendengarkan uraian tentang Essensi Dharma(Inti Dharma yang penting)
Lalu Patriat berujar:"Saudara-saudara yang budiman, sesungguhnya BODHI WATAK DIRI (Self Nature Bodhi) adalah Suci-Murni(Pasatika). Gunakanlah Bodhi yang suci murni ini, maka serta-merta engkau akan mencapai KESEMPURNAAN KEBUDDHAAN!"
Catatan:
Patriat berkata dengan tegas:"SESUNGGUHNYA BODHI WATAK DIRI(DASAR DIRI TERDALAM) DARI SEMUA UMAT MANUSIA tak terkecuali mereka yang bermoral bejat(Berhati iblis) yang hidup penuh dengan gelimangan dosa, pada dasarnya yang terdalam adalah SUCI dan MURNI! Inilah kalimat pertama yang disabdakan oleh Patriat pada pertemuan itu, dan yang sekaligus merupakan Essensi Utama dari Sutra Altar ini bahkan juga merupakan essensi utama dari seluruh khotbahan Sang Buddha selama empat puluh sembilan tahun itu.
Bodhi Watak Diri adalah dasar diri terdalam yang jauh ada di bawah lapisan kuat Panca Skhanda. Dasar yang terdalam ini ibarat kain kanvas dari sebuah lukisan yang penuh dengan warna-warni. Sehingga susah sekali bagi kita untuk melihat sampai ke dalam dasar kain kanvas yang putih itu. Karena kita hanya condong melihat secara permukaan yaitu cat yang berwarna-warni itu, bahkan kita condong beranggapan bahwa tidak ada kain kanvas atau sekalipun ada itu bukan putih bersih.
Kita hanya condong melihat dan terikat pada segala yang berwujud dan berarus(proses timbul dan tenggelam dsb). Dan mengabaikan sesuatu yang telah menjadi dasarnya. Seperti hal lukisan tadi, kita hanya mengutamakan segala wujud dan warna di permukaan, dan ini memang wajar sekali, karena cat-cat itu telah membungkus kain kanvas yang putih secara sangat ketat dan menyeluruh. Tetapi kita jangan lupa, bagaimanapun jika tiada kain kanvas yang telah bertindak sebagai dasar, kemanakah cat-cat itu harus bergantung? dan diatas manakah gambar itu harus terwujud?
Demikian juga dalam hal membina ke-Buddhaan, orang umumnya hanya berhasil mencapai ke dalam pengenalan di atas lapisan Vijanana (kesadaran/persepsi], sedangkan lapisan Vijanana ini masih merupakan salah-satu lapisan khayal dari Panca Skhanda(Lima Kelompok Kehidupan), dan Bodhi Watak diri itu justru ada di bawah Panca Skhanda ini. Tetapi banyak orang yang akan mempertentangkan hukum ini, hal ini karena sekalipun banyak yang berjuang tetapi sedikit sekali yang benar-benar telah menembus lapisan kokoh Panca Skhanda itu, atau walaupun mereka berhasil melewatinya tetapi mereka tidak menemukan apa-apa(yang dikatakan sbg Bodhi itu) sehingga bnyk yang mengatakan sesungguhnya tiada sesuatu apapun yang kekal termasuk yang namanya Bodhi Watak diri ini. Lalu banyak yang menghubung-hubungkannya dengan teori Anatta bahwa Sang Buddha mengatakan tiada sesuatu apapun yang abadi termasuk segala Bodhi. Sehingga bagi mereka, membina ke-Buddhaan berarti perjuangan untuk menceraikan gabungan unsur Panca Skhanda setelah itu berhentilah segala-galanya dan tiada sesuatu apapun yang tertinggal, lalu mereka menganggap inilah Nirwana.
Inilah yg dikatakan sebgai hati nurani dalam aliran maitreya. . .
Krna hati nurani maha sempurna, maha sejati, maha bajik, maha indah, dan lain2. Hati nurani adalah satu hakekat dngan LaoMU. Dan mrupakan bagian dari LaoMU. Di mahayana, disbt alayavijjana, bagian dr Tathagatagharba.
Alayavijjana terlepas dr knsep ke akuan panca khanda. Suatu hal yg melampaui akal pikiran, tp hanya dpat diselami oleh Yg bijaksana, Buddha dan Arhat, dan org2 ngelmu
udh maksa, tetep maksa lagi...Bodhi nature hanyalah istilah..Makanya kalo mo belajar sutra mahayana, belajarlah sutra hati yang ASLI! bukan yang ada embel2 lao mu.. Oknum2 dari aliran u cma isa copy, edit n paste sesuai dengan konsep propaganda lao mu lu!
Jika lao mu memank bodhi nature, apakah bodhi nature bisa menciptakan seperti hakekat versi lao mu lu?
Sesuai dengan prinsip dualitas, jika ada maha sempurna, maha bajik, maha indah, bearti ada juga yang maha cacat, maha bodoh, dan maha jelek!Jadi apakah itu?
Jhonson, karena gw baik, nih gw kasih link soal konsep lao mu u yang kaga jelas itu...
http://www.dhammacitta.org/forum/index.php?topic=493.msg8756#msg8756
dan
http://www.dhammacitta.org/forum/index.php?topic=493.msg9525#msg9525
Itu dalam bahasa indo, jadi jgn jadi alesan bwt kaga ngarti bahasa!
Ada yang punya terjemahan Sutra Altar ini?
Setahu saya di Sutra Altar membicarakan Bodhicitta, yang berhubungan erat dengan Tathagatagarbha, dan tidak ada hubungan sama sekali dengan hati nurani dan lao mu. Gak usah dihubung-hubungkan Bodhicitta dengan aliran Maitreya lar. Maksa sekali.
Bahkan Tathagatagarba sendiri tidak universal diakui di semua Aliran Mahayana. Ada yang bisa menjelaskan bagaimana penerimaan sekolah-sekolah Mahayana yang ada terhadap Sutra Altar ini? Karena diketahui Sutra Altar dikarang oleh Patriach ke enam, bukan Buddhavacana.
afaik tathagathagarbha itu berada disudut yg berbeda dengan konsep shunyata. eniwe buswe, it'g got nothing to do with laumu
Inilah kenapa gw sangat kesal sama Jhonson, di Indonesia, terjemahan sutra2 mahayana yang versi lengkap sangat sedikit. Sutra mahayana menjadi sangat mudah untuk diselewengkan agar sesuai dengan konsep lao mu.Mesti tanya sama bro mangkok nih, soalny beberapa minggu lalu sempet komunikasi via japri di lagi mau terjemahin sutra2 mahayana..
Ok, pertanyaan lagi (Sorry ini topik Mahayana, kalau masalah dipindahkan saja).
1. Bagaimana merekonsiliasi pandangan Tathagatagarbha yang tidak universal di antara sekolah-sekolah Mahayana?
2. Bagaimana menanggapi komentar Theravada kalau hal ini adalah eternalis? Apakah karena hal ini tidak dapat dipahami dan seharusnya tidak dipermasalahkan mereka yang belum suci? Hal ini menarik, karena tidak terdapat dalam Agama, selain itu hal ini terdapat dalam Sutra-Sutra Mahayana yang tidak universal di semua sekolah Mahayana. Tentu saja jika tidak terdapat dalam Agama bisa ditanggapi dengan Sutra-Sutra Mahayana, tetapi Sutra-Sutra Mahayana yang cukup tua umurnya dan jarang dikenal luas tidak semuanya setuju dengan Tathagatagarba.
QuoteJika lao mu memank bodhi nature, apakah bodhi nature bisa menciptakan seperti hakekat versi lao mu lu?Quote
Kenapa tidak?
QuoteSesuai dengan prinsip dualitas, jika ada maha sempurna, maha bajik, maha indah, bearti ada juga yang maha cacat, maha bodoh, dan maha jelek!Jadi apakah itu?
jadi menurut lu, sang Buddha maha sempurna gak? Sifatnya maha indah gak? Maha suci gak?
Sesuai dengan prinsip dualitas, jika ada kebahagiaan tertinggi dan kedamaian abadi, suci dan luhur, maka akan ada juga penderitaan tertinggi dan kegelisahan abadi, kotor dan hina.
Jangan hanya bilang "kenapa tidak?" Jelaskan...
jadi menurut lu, sang Buddha maha sempurna gak? Sifatnya maha indah gak? Maha suci gak?
Sesuai dengan prinsip dualitas, jika ada kebahagiaan tertinggi dan kedamaian abadi, suci dan luhur, maka akan ada juga penderitaan tertinggi dan kegelisahan abadi, kotor dan hina.
;D
OK.Justru menurut gw, Sang Buddha sudah tidak terikat pada konsep dualitas.Gw lupa ada di sutta mana, Sang Buddha tidak sempurna dll, karena itu beliau menjadi sempurna dll..Jika Sang Buddha masih menggenggam, maka beliau bukanlah Thatagatha (tulisannya bener ga yah? ::) )
Teks English
http://www.dabase.org/platform.htm
Ini link diskusi anda di
http://www..org/archive/index.php/t-36216.html
Sutra altar merupakan tulisan karya Hui Neng yang digunakan oleh Zen sebagai pembelajaran.
Satu hal, saya yang tidak mengerti atau anda yang tidak mengerti selalu menggunakan semua tulisan yang esensinya hanya sedikit digunakan untuk mendukung bahwa Buddhisme itu mengajarkan adanya Lao Mu, entitas Dia ada atau Tidak ada seperti Wujud adalah Kosong dan Kosong adalah Wujud terus anda menunjuk itu adalah Lao Mu. dikatakan sebagai pribadi iya,sebagai non pribadi juga iya.
Trus anda menggunakan Salib dari Kristiani untuk mendukung pernyataan bahwa titik pertemuan kayu salib = titik Hsien Kun pada pertengahan ke dua mata disebut mata ketiga. Apakah anda cukup untuk tidak mengada-ngada mengenai banyak hal?
Saya juga bisa, saya katakan Lao Mu anda kemungkinan hanya makhluk alam Brahma yang terlalu kesepian dan bo kang co, jadi coba-coba mengurusi dunia manusia dengan menganggap dia Tuhan.saya juga bisa. tapi saya tidak mau karena itu adalah musavada, dan memutar balikkan kebenaran adalah kamma berat untuk saya. namun anda suka memutar balikkan.
Quote from: nyanadhana on 07 July 2008, 08:50:06 AM
Teks English
http://www.dabase.org/platform.htm
Ini link diskusi anda di
http://www..org/archive/index.php/t-36216.html
Sutra altar merupakan tulisan karya Hui Neng yang digunakan oleh Zen sebagai pembelajaran.
Satu hal, saya yang tidak mengerti atau anda yang tidak mengerti selalu menggunakan semua tulisan yang esensinya hanya sedikit digunakan untuk mendukung bahwa Buddhisme itu mengajarkan adanya Lao Mu, entitas Dia ada atau Tidak ada seperti Wujud adalah Kosong dan Kosong adalah Wujud terus anda menunjuk itu adalah Lao Mu. dikatakan sebagai pribadi iya,sebagai non pribadi juga iya.
Trus anda menggunakan Salib dari Kristiani untuk mendukung pernyataan bahwa titik pertemuan kayu salib = titik Hsien Kun pada pertengahan ke dua mata disebut mata ketiga. Apakah anda cukup untuk tidak mengada-ngada mengenai banyak hal?
Saya juga bisa, saya katakan Lao Mu anda kemungkinan hanya makhluk alam Brahma yang terlalu kesepian dan bo kang co, jadi coba-coba mengurusi dunia manusia dengan menganggap dia Tuhan.saya juga bisa. tapi saya tidak mau karena itu adalah musavada, dan memutar balikkan kebenaran adalah kamma berat untuk saya. namun anda suka memutar balikkan.
wadau, memutarbalikkan, jika iya maka saya melakukannya dengan tidak sadar..
karena sya bukan secara sengaja memutarbalikkan itu. aku cuma memberitahukan apa yang kutahu.
mengenai laomu ada dan tiada, memang aliran maitreya mengungkapkan id laomu seperti itu.
lambang laomu sebagai nihilisme; nonatta; ketiadaan dan kekosongan; atau sebagai hukum dhammaniyama; atau sebagai hukum kesunyataan; adalah satu lingkaran,
yang disebut aspek transendental
sedangkan lambang laomu sebagai aspek wujud, atta; aspek kepribadian, yang biasa disebut Tuhan maha esa, sang pencipta; daya cipta; maha pengasih; almigthy, dilambangkan sebagai satu titik.
atau disebut juga aspek imannen.
lambang itu digunakan ko yongcheng sebagai picture.
cmiiw
Quote from: JHONSON on 07 July 2008, 09:15:34 PM
Quote from: nyanadhana on 07 July 2008, 08:50:06 AM
Teks English
http://www.dabase.org/platform.htm
Ini link diskusi anda di
http://www..org/archive/index.php/t-36216.html
Sutra altar merupakan tulisan karya Hui Neng yang digunakan oleh Zen sebagai pembelajaran.
Satu hal, saya yang tidak mengerti atau anda yang tidak mengerti selalu menggunakan semua tulisan yang esensinya hanya sedikit digunakan untuk mendukung bahwa Buddhisme itu mengajarkan adanya Lao Mu, entitas Dia ada atau Tidak ada seperti Wujud adalah Kosong dan Kosong adalah Wujud terus anda menunjuk itu adalah Lao Mu. dikatakan sebagai pribadi iya,sebagai non pribadi juga iya.
Trus anda menggunakan Salib dari Kristiani untuk mendukung pernyataan bahwa titik pertemuan kayu salib = titik Hsien Kun pada pertengahan ke dua mata disebut mata ketiga. Apakah anda cukup untuk tidak mengada-ngada mengenai banyak hal?
Saya juga bisa, saya katakan Lao Mu anda kemungkinan hanya makhluk alam Brahma yang terlalu kesepian dan bo kang co, jadi coba-coba mengurusi dunia manusia dengan menganggap dia Tuhan.saya juga bisa. tapi saya tidak mau karena itu adalah musavada, dan memutar balikkan kebenaran adalah kamma berat untuk saya. namun anda suka memutar balikkan.
wadau, memutarbalikkan, jika iya maka saya melakukannya dengan tidak sadar..
karena sya bukan secara sengaja memutarbalikkan itu. aku cuma memberitahukan apa yang kutahu.
mengenai laomu ada dan tiada, memang aliran maitreya mengungkapkan id laomu seperti itu.
lambang laomu sebagai nihilisme; nonatta; ketiadaan dan kekosongan; atau sebagai hukum dhammaniyama; atau sebagai hukum kesunyataan; adalah satu lingkaran,
yang disebut aspek transendental
sedangkan lambang laomu sebagai aspek wujud, atta; aspek kepribadian, yang biasa disebut Tuhan maha esa, sang pencipta; daya cipta; maha pengasih; almigthy, dilambangkan sebagai satu titik.
atau disebut juga aspek imannen.
lambang itu digunakan ko yongcheng sebagai picture.
cmiiw
bro...
jangan nyebut2 soal kesunyataan kalo lum ngerti apa tu sunyata...
konsep sunyata itu ga segampang yg dikira lho...
masa Lao Mu yg dibilang sebagai pengatur & pencipta itu disamakan dengan sunyata?
darimana asal muasalnya tuh?
Lao Mu di satu sisi dikatakan sebagai God Almighty , Creator dan segala macamnya dilain sisi dikatakan sebagai Sunyata, Kosong.
Anda makin pintar memutar balikkan dan mendukung sepertinya Lao Mu ini menelan semua istilah istilah yang ada di setiap agama. Jika dia begitu sakti, saya pikir ada baiknya dia sendiri yang menyelesaikan semua urusan di dunia tanpa perlu menggunakan mediasi dan segala macamnya.
Setiap agama selalu berkata ada Tuhan Adi Kuasa tapi dia sendiri tidak mapu mencegah dan merubah semuanya menjadi baik. selalu melalui tangan nabi lah baru bertemu Tuhan,emang birokrasinya kek gitu bro atau anda sendiri yang dipermainkan oleh yang namanya 'nabi' itu sendiri?
Quotewadau, memutarbalikkan, jika iya maka saya melakukannya dengan tidak sadar..
karena sya bukan secara sengaja memutarbalikkan itu. aku cuma memberitahukan apa yang kutahu.
mengenai laomu ada dan tiada, memang aliran maitreya mengungkapkan id laomu seperti itu.
lambang laomu sebagai nihilisme; nonatta; ketiadaan dan kekosongan; atau sebagai hukum dhammaniyama; atau sebagai hukum kesunyataan; adalah satu lingkaran,
yang disebut aspek transendental
sedangkan lambang laomu sebagai aspek wujud, atta; aspek kepribadian, yang biasa disebut Tuhan maha esa, sang pencipta; daya cipta; maha pengasih; almigthy, dilambangkan sebagai satu titik.
atau disebut juga aspek imannen.
lambang itu digunakan ko yongcheng sebagai picture.
cmiiw
YUP, hanya ada di agama versi baru, agama Maitreya. Di aliran Buddhis kaga tuh seperti itu.
FYI :
~Nihilis dan anatta beda arti dan pemahaman.
~Tidak ada tuhan maha esa, tapi ketuhanan yang maha esa.(beda arti dan makna pula)
~Sang pencipta==>tidak terpikirkan
~Daya cipta--> Makanan jenis apaan lg tuh?
~Maha pengasih-->Koq ada org lahir cacat?-->konsep karma-->Krn emank maha, kenapa kaga dihapus aja tuh konsep?Kan sang pencipta??
~Alimighty-->Jim Carey disembah??
Quote from: Edward on 06 July 2008, 12:31:47 PM
Mesti tanya sama bro mangkok nih, soalny beberapa minggu lalu sempet komunikasi via japri di lagi mau terjemahin sutra2 mahayana..
Sori bro, aku juga ga tau banyak tentang sutra2 mahayana, terutama mahayana chinese, jadi kayaknya belum bisa membantu banyak. Bro Nyanadhana kelihatan tau lebih banyak tentang berbagai sutra baik mahayana maupun theravada.
NB: Sori, koreksi dikit, aku lagi bantu terjemahan
Liberation in Ourhands, bukan sutra2 mahayana ;D
Salam :|
Sori OOT ya.
Ohya, sedikit info tentang nihilisme dan sunyata, dalam filosofi madhyamika prasangika, justru dengan pemahaman kesunyataanlah kita mengatasi pandangan salah nihilisme. :D
kalo dah beres, jadiin ebook donk bos biar gampang dikonsumsi publik ;D
Quote from: Sumedho on 08 July 2008, 02:54:43 PM
kalo dah beres, jadiin ebook donk bos biar gampang dikonsumsi publik ;D
Om, saya cuma terlibat sedikit dalam bagian pengeditan (cuma beberapa bagian aja ;D), sedangkan izin dan penerbitannya tidak begitu tahu. Yang saya tahu untuk translate ke Indonesia, kudu beli royalti (?) ke penerbit Inggris (Mahayana Sutra and Tantra Press), trus rencananya setelah diterjemahkan akan diterbitkan oleh Karaniya (dengar2 sudah deal). Jadi, belum tahu memungkinkan ga untuk dijadikan ebook. tapi klo ada kesempatan, akan diusahakan ditanyakan. _/\_
Salam :|
NB: Pengganti ongkos cetak buku sih dah ada Rp80.000,-/jilid (ada 3jilid)
Sori OOT ya ^:)^
kalo karaniya no problemo. nanti setelah mereka tidak jual lagi seharusnya nanti akan dikeluarkan ebooknya jg koq. Kirain terbitin sendiri dan tidak perlu bayar lisensi.
Cia yo.
back to topik deh ;D
Sutra altar karya Hui Neng,saya punya kitab terjemahan dan komentarinya sebanyak 2 buku, kalo mau yah saya danakan untuk DC tapi saya mesti kasih siapa?kopdarnya dah lewat