Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain => Topic started by: Deva19 on 04 July 2010, 02:59:59 PM

Title: Eksperimen Logika dan Ilmiah
Post by: Deva19 on 04 July 2010, 02:59:59 PM
Experimen Logika dan Ilmiah

X.1.logika adalah yang dibangun diatas pilar-pilar pemikiran yang tidak logis.

kenapa demikian ?

jika suatu pernyataan mengandung argumentasi. dan setiap argumentaisnya berargumenasi lagi, maka akan berujung kepada "tiadanya argumentasi"

sebagai contoh, berikut ini anggaplah argumentasi dari dari X.1 :

X.1.1. Logika adalah X
X.1.2. X adalah yang dibangun diatas pilar-pilar pemikiran yang tidak logis.

Disitu terdapat variabel X. apa itu artinya? Artinya tidak dapat ditemukan. Dengan demikian argumentasi tersebut "tidak logis" kenapa makna dari variabel x tidak dapat ditemukan? Karena argumentasi logis telah habis, disebabkan kalimat X.1 tersebut tidak lagi bersifat logika, melainkan bersifat ilmiah. Oleh karena itu tidak diperlukan lagi argumentasi logic, melainkan perlu dibuktikan oleh suatu pembuktian ilmiah.

Bagaimana cara membuktikan X.1 secara ilmiah? Yaitu dengan melakukan eksperimen seperti yang saya lakukan, yakni dengan menguji cobakan piramida logika itu sendiri. Dengan demikian eksperimen piramida logika tersebut merupakan eksperimen Logika dan juga Ilmiah. Tinggal kita saja yang memilah, mana yang dikategorikan sebagai ilmiah dan mana yang perlu di kategorikan sebagai Logika.

Akhirnya kita memahami bahwa yang dimaksud "tidak logis" belum tentu merupakan sesuatu yang salah. Karena tidak logis, bisa jadi berarti "ilmiah".

seputar persoalan ilmiah

Kenapa ilmiah disebut tidak logis?

"tidak logis" yang dimaksud dalam pengertian diatas adalah "bukan sesuatu yang bersifat logis" atau bukan hanya kesimpulan-kesimpulan yang dibangun oleh logika deduktif.

il.   ilmiah adalah sesuatu yang bukan logis

il.1.   ilmiah adalah yang tidak menggunakan kaidah-kaidah logika
il.2.   yang tidak menggunakan kaidah-kaidah logika adalah sesuatu yang bukan logis

il.1.   ilmiah adalah yang tidak menggunakan kaidah-kaidah logika
il.1.1.   ilmiah adalah yang menggunakan metoda ilmiah
il.1.2.   yang menggunakan metoda ilmiah adalah yang tidak menggunakan kaidah-kaidah logika

mungkin sebagian orang membantah il.1. kenapa? Karena menganggap bahwa dalam suatu penelitian ilmiah ilmuwan menggunakan kaidah-kaidah logika untuk membentuk hipotesa. Hal tersebut benar. Akan tetapi, hipotesa itu sendiri belumlah disebut ilmiah. Hipotesa merupakan praduga ilmiah. Bila praduga tersebut terbukti benar, maka barulah disebut ilmiah. Selama hipotesa tersebut masih berstatus praduga, berarti masih dinamakan logika dan bukan ilmiah.

Bagaimana bila suatu pernyataan ilmiah sesuai dengan suatu pernyataan logika? Bukankah itu berarti sesuatu yang ilmiah itu logis juga? Bila dipandang dari sisi ini, ya memang benar bahwa sesuatu yang ilmiah itu logis juga. Tetapi, apabila kita memandang dari sudut seni berkomunikasi, kita harus membedakan mana pernyataan-pernyataan ilmiah dan mana pernyataan-pernyataan logika. Sebab, apabila keduanya dicampur atau dianggap satu, bisa menimbulkan kekacauan dan tidak efektifnya suatu komunikasi/diskusi.

Misalnya, jika si A memberikan suatu pernyataan ilmiah kepada si B. lalu si B mempertanyakan Argumentasi Deduktif nya. Maka tentu hal tersebut bisa menimbulkan kebingungan, karena suatu pernyataan ilmiah bisa merupakan pernyataan non argumen. Seperti si A menyatakan  "tinggi tubuh saya adalah 167 CM". Adalah tidak relevan bila si B bertanya, "apa argumentasinya?" karena untuk pembuktian kebenaran kalimat si A tersebut, tidak diperlukan argumentasi, atau lebih sulit dibuktikan dengan argumentasi logic dan justru lebih mudah dibuktikan dengan praktik pengukuran secara langsung." sebaliknya, pernyataan-pernyataan logika, harus dibuktikan dengan argumentasi logis, bukan dengan eksperimen atau pembukian ilmiah. Dengan menempatkan masing-masing pernyataan pada bidangnya masing-masing akan membantu mewujudkan suatu komunikasi/diskusi yang efektif.
Title: Re: Eksperimen Logika dan Ilmiah
Post by: FZ on 04 July 2010, 03:10:22 PM
nice post..
terus suatu logika yang tidak ilmiah bisa dikatakan suatu kebenaran / tidak

kalau bro pernah belajar S1, dan pernah bikin skripsi. maka ada dikenal dengan metoda penelitian..
di mana sebenarnya logika yang membangun hipotesa memang hanya berupa dugaan..
dan agar dugaan / hipotesa itu benar.. maka harus dibutuhkan experiment ilmiah..
dengan ini jelas bahwa logika dan penelitian ilmiah HARUS BERJALAN SEIRING.. agar kebenaran logika itu BISA DIPERTANGGUNGJAWABKAN.

Quote from: Deva19 on 04 July 2010, 02:59:59 PM
Misalnya, jika si A memberikan suatu pernyataan ilmiah kepada si B. lalu si B mempertanyakan Argumentasi Deduktif nya. Maka tentu hal tersebut bisa menimbulkan kebingungan, karena suatu pernyataan ilmiah bisa merupakan pernyataan non argumen. Seperti si A menyatakan  "tinggi tubuh saya adalah 167 CM". Adalah tidak relevan bila si B bertanya, "apa argumentasinya?" karena untuk pembuktian kebenaran kalimat si A tersebut, tidak diperlukan argumentasi, atau lebih sulit dibuktikan dengan argumentasi logic dan justru lebih mudah dibuktikan dengan praktik pengukuran secara langsung." sebaliknya, pernyataan-pernyataan logika, harus dibuktikan dengan argumentasi logis, bukan dengan eksperimen atau pembukian ilmiah. Dengan menempatkan masing-masing pernyataan pada bidangnya masing-masing akan membantu mewujudkan suatu komunikasi/diskusi yang efektif.

dan kalau sibuk berargumentasi, kapan selesainya ? =))
seperti secara logika kita melihat matahari mengelilingi bumi.. karena terbukti matahari seolah2 bergerak dari timur ke barat..
namun setelah dibuktikan secara ilmiah.. maka pandangan geosentris terbukti salah bukan..
dengan berkembangnya iptek, dan para ilmuwan seperti galileo "beraksi" menemukan teori heliosentris berdasarkan PENELITIAN ILMIAH..

intinya : secara pribadi.. peduli setan ama ilmiah.. peduli setan ama logika.. yang penting apakah yang diomongkan itu BENAR ? kalau GAK BENAR.. WASTING TIME SAJA.. =))
mau berteori logika sepanjang 1000000000000 character namun gak benar.. sama saja membuang2 bandwith internet :P
Title: Re: Eksperimen Logika dan Ilmiah
Post by: FZ on 04 July 2010, 03:19:12 PM
 [at]  asep aka deva19
kalau sudah selesai keluh kesahnya di thread ini.. tolong balik ya ke thread sebelumnya..
jangan terlalu banyak bikin thread baru.. ;D
Title: Re: Eksperimen Logika dan Ilmiah
Post by: Deva19 on 04 July 2010, 03:36:39 PM
Quote from: Forte on 04 July 2010, 03:10:22 PM
nice post..
terus suatu logika yang tidak ilmiah bisa dikatakan suatu kebenaran / tidak

bisa. tetapi tidak bisa disebut kebenaran ilmiah, melainkan kebenaran logika.

Quote
kalau bro pernah belajar S1, dan pernah bikin skripsi. maka ada dikenal dengan metoda penelitian..
di mana sebenarnya logika yang membangun hipotesa memang hanya berupa dugaan..
dan agar dugaan / hipotesa itu benar.. maka harus dibutuhkan experiment ilmiah..
dengan ini jelas bahwa logika dan penelitian ilmiah HARUS BERJALAN SEIRING.. agar kebenaran logika itu BISA DIPERTANGGUNGJAWABKAN.

betul bro...

tapi, praduga ilmiah dengan status masih belum menjadi "kebenaran ilmiah", ia sudah bisa berstatus sebagai "kebenaran logika", apabila praduga ilmiah tersebut disusun atas dasar-dasar logika deduktif. dengan demikian kebenaran ilmiah, memiliki wilayah unik yang berbeda dengan kebenaran ilmiah, walaupun dalam suatu penelitian ilmiah Logika dan Ilmiah seringkali di kolaborasikan. selain itu, penelitian ilmiah bisa tanpa logika deduktif sama sekali. ia bisa hanya menggunakan logika induktif, yang sebenarnya itu bukan logika. akan tetapi, pada zaman sekarang ini metoda induktif tersebut disebut sebagai "logika ilmiah" oleh banyak kalangan.

Quote
dan kalau sibuk berargumentasi, kapan selesainya ? =))
seperti secara logika kita melihat matahari mengelilingi bumi.. karena terbukti matahari seolah2 bergerak dari timur ke barat..
namun setelah dibuktikan secara ilmiah.. maka pandangan geosentris terbukti salah bukan..

saya mengerti yang bro Forte katakan. Aristoteles, sang guru Besar dan Pencipta Logika itu sendiri telah melahirkan kesimpulan yang salah secara Ilmiah, dimana kesalahan tersebut telah dibuktikan oleh Galilei Galileo. Aristoteles menyimpulkan bahwa dua buah batu yang besar dan kecil, apabila dijatuhkan dari ata menara, maka batu yang lebih besar itulah yang kan duluan sampai di bumi. tetapi Galilei telah melakukan percobaa ilmiah. dan dihadapan masyarakta banyak, ia menjatuhkan dua buah batu yang berbeda ukuran dari atas menara. ternyata keduanya sampai ke bumi secara bersamaan. dan terbuktilah, hipotesa Aristoteles itu salah.

kebenaran yang terpenting adalah kebenaran ilmiah. saya setuju itu. tetapi, dalam suatu metoda penelitian ilmiah, dalam membentuk hipotesa-hipotesa, apakah kita akan menggunakan norma-norma ataukah tidak? apaka kita akan membuat hipotesa semau-mau kita, atau dengan aturan yang jelas? tentulah kita butuh suatu aturan yang jelas dalam membuat hipotesa. dan bila hipotesa tersebut menggunakan logika deduktif, bukan logika induktif, berarti kita harus tunduk pada kaidah-kaidah logika deduktif tersebut. bukan begitu, bro Forte?

dalam memahami dhamma, usaha "melihat secara langsung segala sesuatu sebagai mana adanya" merupakan hal yang lebih utama dari pada membuat kesimpulan-kesimpulan logika. tetapi, ketika dua orang umat berkomunikasi, sperti yang banyak terjadi di forum diskusi ini, seringkali umat tersebut membuat kesimpulan-kesimpulan logika. di sinilah permsalahan mulai muncul. karena seringkali melanggar kaidah-kaidah penyimpulan itu sendiri. seharusnya, mereka tetapa pada wilayah "sesuatu sebagaimana adanya", dan tidak membuat kesimpulan-kesimpulan. tetapi, kalau sudah membuat kesimpulan, berarti tidak ada pilihan lain, seharusnya mereka tunduk pada hukum berpikir tepat. sebab, menolak kaidah logika itu adalah mustahil.

Quote from: Dimitri Mahayana
Kaidah-kaidah berfikir dalam logika bersifat niscaya atau mesti. Penolakan terhadap kaidah berfikir ini mustahil (tidak mungkin). Bahkan mustahil pula dalam semua khayalan yang mungkin (all possible intelligebles). Contohnya, sesuatu apapun pasti sama dengan dirinya sendiri, dan tidak sama dengan yang bukan dirinya. Prinsip berfikir ini telah tertanam secara niscaya sejak manusia lahir. Tertanam secara spontan. Dan selalu hadir kapan saja fikiran digunakan. Dan harus selalu diterima kapan saja realitas apapun dipahami. Bahkan, lebih jauh, prinsip ini sesungguhnya adalah satu dari watak niscaya seluruh yang maujud (the very property of being). Tidak mengakui prinsip ini, yang biasa disebut dengan prinsip non-kontradiksi, akan menghancurkan seluruh kebenaran dalam alam bahasa maupun dalam semua alam lain. Tidak menerimanya berarti meruntuhkan seluruh bagunan agama, filsafat, sains dan teknologi, dan seluruh pengetahuan manusia. (Dimitri Mahayana, http://filsafatislam.net/?p=44)

mudah-mudahan bro Forte mengerti apa yang saya maksudkan.


Quote from: forte
dengan berkembangnya iptek, dan para ilmuwan seperti galileo "beraksi" menemukan teori heliosentris berdasarkan PENELITIAN ILMIAH..

betul, bro! setuju itu.

dalam soal memahami dan mempratikan ajaran Sang Budha, bisa jadi logika tidak diperlukan sama sekali. dalam mengembangkan IPTEK logika deduktif, bisa jadi tidak diperlukan sama sekali. banyak programer yang tidak kenal Logika Aristoteles sama sekali, tetapi mereka mampu menciptakan program-program komputer yang canggih.

tapi, bro... Logika diperlukan terutama untuk menghindari kesimpulan-kesimpulan yang salah. Logika membantu untuk tercapainya penempuan ilmiah secara lebih dinamis. Logika bukan suatu ilmu untuk menemukan jawaban-jawaban ilmiah, tetapi untuk bisa menemukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat dan mengena, serta menyingkap persoalan-persoalan yang belum tersingkap.
Title: Re: Eksperimen Logika dan Ilmiah
Post by: Shining Moon on 04 July 2010, 04:34:46 PM
cogito ergo sum
Title: Re: Eksperimen Logika dan Ilmiah
Post by: johan3000 on 04 July 2010, 05:29:38 PM
di Indonesia banyak jalan berlubang, rusak, berombak yg sangat mudah membunuh pemakai motor,
tapi tidak diperbaikin.... nah itu LOGIKA nya DIMANA ?........................

apakah suatu instansi tidak melakukan kewajibannya bisa dikatakan MEMBUNUH ?

apakah harga beras naik terus sehingga orang miskin gak sanggup membeli itu juga merupkan MEMBUNUH ?

yg gitu2 aja bro.... trus gimana mengatasin masalah tsb ? sistem LOGIKA apakah yg perlu disusun di suatu negara sehingga rakyaknya bisa lebih nyaman kehidupannya ?

begitu ada anak kecil kekurangan gizi dan bertanya apa solusinya.....
   anda mulai dgn ......... pilar, dugaan, diduksi, pernyataan, dst, dst..... =))
Quote
tapi, bro... Logika diperlukan terutama untuk menghindari kesimpulan-kesimpulan yang salah. Logika membantu untuk tercapainya penempuan ilmiah secara lebih dinamis. Logika bukan suatu ilmu untuk menemukan jawaban-jawaban ilmiah, tetapi untuk bisa menemukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat dan mengena, serta menyingkap persoalan-persoalan yang belum tersingkap.
apakah LOGIKA (atau berlogika) membuat negara Indonesia ini lebih baik ? (jln yg bolong diperbaikin) :'( :'( :'(

jadi apa hasil nyata dari experiman logika tsb diatas bro ? mohon jabarkan....
Title: Re: Eksperimen Logika dan Ilmiah
Post by: Deva19 on 05 July 2010, 07:08:33 AM
Quote from: johan3000 on 04 July 2010, 05:29:38 PM
di Indonesia banyak jalan berlubang, rusak, berombak yg sangat mudah membunuh pemakai motor,
tapi tidak diperbaikin.... nah itu LOGIKA nya DIMANA ?........................

apakah suatu instansi tidak melakukan kewajibannya bisa dikatakan MEMBUNUH ?

apakah harga beras naik terus sehingga orang miskin gak sanggup membeli itu juga merupkan MEMBUNUH ?

yg gitu2 aja bro.... trus gimana mengatasin masalah tsb ? sistem LOGIKA apakah yg perlu disusun di suatu negara sehingga rakyaknya bisa lebih nyaman kehidupannya ?

begitu ada anak kecil kekurangan gizi dan bertanya apa solusinya.....
   anda mulai dgn ......... pilar, dugaan, diduksi, pernyataan, dst, dst..... =))
Quote
tapi, bro... Logika diperlukan terutama untuk menghindari kesimpulan-kesimpulan yang salah. Logika membantu untuk tercapainya penempuan ilmiah secara lebih dinamis. Logika bukan suatu ilmu untuk menemukan jawaban-jawaban ilmiah, tetapi untuk bisa menemukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat dan mengena, serta menyingkap persoalan-persoalan yang belum tersingkap.
apakah LOGIKA (atau berlogika) membuat negara Indonesia ini lebih baik ? (jln yg bolong diperbaikin) :'( :'( :'(

jadi apa hasil nyata dari experiman logika tsb diatas bro ? mohon jabarkan....

instansi yang tidak menjalankan kewajibannya tidak bisa disebut membunuh karena tidak melaksanakan kewajibannya. pertanyaannya, apakah setiap yang tidak melaksanakan kewajiban itu disebut membunuh?

selain itu, variabel x, belum ditemukan sehingga isi kesimpulan belum bisa dibenarkan.

4000   . instansi yang tidak melaksanakan kewajibannya adalah instansi yang membunuh

4100   . instansi yang tidak melaksanakan kewajibannya adalah x
4200   . x adalah instansi yang membunuh

sedangkan x di situ belumlah dapat diketahui. apa itu?

adapun tentang anak kecil yang kekurangan gizi, maka jelas itu perlu asupan gizi. adapun perangkat untuk mengatasi kemiskinan rakyat adalah cukup banyak, tidak hanya satu faktor. setiap bidang ilmu dipelajari untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dalam hidup. matematika untuk menyelsaikan persoalan-persoalan matematis, psikologi untuk mengatasi masalah-masalah psikologi, ilmu gizi untuk menyelesaikan persoalan-persoalan gizi. tapi kalo orang berusaha membuktikan bahwa Logika tidak mampu mengatasi kemiskina, maka itu namanya AGL alias Agak Gila.

saya jadi ingat diskusi saya di mesjid setahun yang lalu dengan seorang ustadz. ustadz itu mendengar dari murid-murid saya bahwa saya memiliki kemampuan indra ke enam. oleh karena itu, pada saat ceramah di mesjid si ustadz nyindir saya,"kalau ada orang yang mengaku memiliki indra keenam, maka semua itu bohong. indra itu hanya ada 5, bukan 6. kalau memang dia benar-benar memiliki indra ke 6, sekarang juga saya menantang dia untuk mengeringkan lumpur lapindo."

mendengar perkataan itu, saya berdiri dan berkata, "adapun di tengah-tengah masyarakat ini, satu-satunya yang menyatakan manusia memiliki indra ke enam adalah saya."

semua orang terperanjat, karena perbuatan saya dianggap lancang.

"saya nyatakan bahwa semua manusia punya indra keenam, bukan diri saya saja. fungsi indra ke enam itu untuk menangkap pengetahuan-pengetahuan yang tidak tertangkap oleh panca indra, dan bukan untuk mengeringkan Lapindo." dan ku katakan dalam hati "bodoh sekali kau ini!"
Title: Re: Eksperimen Logika dan Ilmiah
Post by: K.K. on 05 July 2010, 09:34:33 AM
Quote from: Deva19 on 05 July 2010, 07:08:33 AM
instansi yang tidak menjalankan kewajibannya tidak bisa disebut membunuh karena tidak melaksanakan kewajibannya.
Ini kesalahan pertama karena kesimpulan ditarik tanpa mendefinisikan kriteria membunuh terlebih dahulu.


Quotepertanyaannya, apakah setiap yang tidak melaksanakan kewajiban itu disebut membunuh?
Kesalahan ke dua, tidak semua kewajiban berkaitan dengan nyawa manusia. Mengaitkan kewajiban dan pembunuhan adalah menggiring pada sesuatu yang tidak relevan. Misalnya peneliti di laboratorium kimia diwajibkan cuci tangan & pakai sarung tangan sebelum memproses spesimen. Jika ia lalai dengan kewajiban tersebut, hasilnya adalah kerusakan spesimen. Berbeda dengan misalnya dokter bedah yang lalai dengan kewajiban cuci tangan & pakai sarung tangan sebelum bedah.



Quoteselain itu, variabel x, belum ditemukan sehingga isi kesimpulan belum bisa dibenarkan.

4000   . instansi yang tidak melaksanakan kewajibannya adalah instansi yang membunuh

4100   . instansi yang tidak melaksanakan kewajibannya adalah x
4200   . x adalah instansi yang membunuh

sedangkan x di situ belumlah dapat diketahui. apa itu?

Kesalahan ke tiga. Kita tidak menentukan siapa subjeknya, tetapi menentukan apakah sebuah subjek dikatakan membunuh, ditinjau dari tanggung jawabnya.


Quoteadapun tentang anak kecil yang kekurangan gizi, maka jelas itu perlu asupan gizi. adapun perangkat untuk mengatasi kemiskinan rakyat adalah cukup banyak, tidak hanya satu faktor. setiap bidang ilmu dipelajari untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dalam hidup. matematika untuk menyelsaikan persoalan-persoalan matematis, psikologi untuk mengatasi masalah-masalah psikologi, ilmu gizi untuk menyelesaikan persoalan-persoalan gizi. tapi kalo orang berusaha membuktikan bahwa Logika tidak mampu mengatasi kemiskina, maka itu namanya AGL alias Agak Gila.
Logika bisa dipakai di mana pun. Tetapi keterbatasan adalah tergantung dari si pengguna. Kalau penggunanya tidak mengetahui atau mengabaikan banyak faktor, maka logikanya walaupun benar, hanya sebatas inferensinya saja, tetapi tidak akan benar dalam inferensi yang melibatkan lebih banyak faktor, yang lebih sesuai dengan kenyataan.
Saya beri contoh.
Logika 1
-Massa jenis yang lebih besar, tenggelam di "lingkungan" bermassa jenis lebih kecil.
Massa jenis yang sama besar dengan "lingkungan" akan melayang.
Massa jenis yang lebih kecil dari "lingkungan" akan terapung.

-Massa jenis pesawat terbang jauh lebih besar dari massa jenis "lingkungan" (udara).
-> Pesawat terbang tidak bisa terapung (melayang/terbang).

Ini adalah logika yang benar, namun tidak sesuai kebenaran karena mengabaikan banyak sekali faktor lainnya. Si dungu akan mengatakan perkataannya benar karena berdasarkan logika yang sudah 100% benar. Yah, itulah si dungu yang logikanya hanya sebatas itu saja.


Quotesaya jadi ingat diskusi saya di mesjid setahun yang lalu dengan seorang ustadz. ustadz itu mendengar dari murid-murid saya bahwa saya memiliki kemampuan indra ke enam. oleh karena itu, pada saat ceramah di mesjid si ustadz nyindir saya,"kalau ada orang yang mengaku memiliki indra keenam, maka semua itu bohong. indra itu hanya ada 5, bukan 6. kalau memang dia benar-benar memiliki indra ke 6, sekarang juga saya menantang dia untuk mengeringkan lumpur lapindo."

mendengar perkataan itu, saya berdiri dan berkata, "adapun di tengah-tengah masyarakat ini, satu-satunya yang menyatakan manusia memiliki indra ke enam adalah saya."

semua orang terperanjat, karena perbuatan saya dianggap lancang.

"saya nyatakan bahwa semua manusia punya indra keenam, bukan diri saya saja. fungsi indra ke enam itu untuk menangkap pengetahuan-pengetahuan yang tidak tertangkap oleh panca indra, dan bukan untuk mengeringkan Lapindo." dan ku katakan dalam hati "bodoh sekali kau ini!"
Ini satu-satunya yang benar. Indra ke enam yang dibicarakan, belum tentu adalah untuk mengeringkan Lapindo. Sayangnya saya tidak menemukan relevansi antara kasus ini dengan kasus tidak menunaikan kewajiban & membunuh.

Title: Re: Eksperimen Logika dan Ilmiah
Post by: johan3000 on 05 July 2010, 11:51:32 AM
Kalau anak kita meninggal bukan karna ngebut, tapi karna kerusakan jalan dan penerangan jalan...

gw kira anda2 baru bisa berpikir jernih dehhhhh................................

bukan logika2 melulu, tapi juga sistem, SOP, dan tanggung jawab masing2 element yg berhubungan dgn jalan...

kemarin gw lihat di Basuki Rachmad (belalakng gedung Wisma TIara).... 4 penutup saluan air nya gak ada...
penutup tsb berupa persegi panjang.... nah kalau malam hari sepeda motor masuk ke lubang itu.....
ya bakal luka parah dehhhh.........

jadi pembunuh itu bisa terjadi dari
   design (kenapa tutupnya mudah dilepas orang umum)
   pelaporan (gimana sistem pelaporannya)
   perbaikan (setelah laporan diterima berapa lama diperbaikin)
   pengontrolan (setiap hari ada yg mengontrol bila ada jalan yg rusak...)

kira2 begitulah... gak perlu terlalu logic dehhhh
apapun pemikiran kalau belum menjadi action... ya hanya pemikiran aja...

nah dari pada berdebat jelimet begitu...
bisa juga melihat bagai mana negara lain menanganin masalah ini..............

:'( :'( :'( :'( :'( :'( :'(
Title: Re: Eksperimen Logika dan Ilmiah
Post by: johan3000 on 05 July 2010, 11:56:48 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 05 July 2010, 09:34:33 AM
Quote from: Deva19 on 05 July 2010, 07:08:33 AM
instansi yang tidak menjalankan kewajibannya tidak bisa disebut membunuh karena tidak melaksanakan kewajibannya.
Ini kesalahan pertama karena kesimpulan ditarik tanpa mendefinisikan kriteria membunuh terlebih dahulu.

Kenapa tidak ? defenisi disini membunuh adalah meninggalnya seorang (beberapa) manusia..
(bisa juga dimasukan luka parah....)



Quotepertanyaannya, apakah setiap yang tidak melaksanakan kewajiban itu disebut membunuh?
Kesalahan ke dua, tidak semua kewajiban berkaitan dengan nyawa manusia. Mengaitkan kewajiban dan pembunuhan adalah menggiring pada sesuatu yang tidak relevan. Misalnya peneliti di laboratorium kimia diwajibkan cuci tangan & pakai sarung tangan sebelum memproses spesimen. Jika ia lalai dengan kewajiban tersebut, hasilnya adalah kerusakan spesimen. Berbeda dengan misalnya dokter bedah yang lalai dengan kewajiban cuci tangan & pakai sarung tangan sebelum bedah.
Quoteselain itu, variabel x, belum ditemukan sehingga isi kesimpulan belum bisa dibenarkan.

4000   . instansi yang tidak melaksanakan kewajibannya adalah instansi yang membunuh

4100   . instansi yang tidak melaksanakan kewajibannya adalah x
4200   . x adalah instansi yang membunuh

sedangkan x di situ belumlah dapat diketahui. apa itu?

Kesalahan ke tiga. Kita tidak menentukan siapa subjeknya, tetapi menentukan apakah sebuah subjek dikatakan membunuh, ditinjau dari tanggung jawabnya.
Quoteadapun tentang anak kecil yang kekurangan gizi, maka jelas itu perlu asupan gizi. adapun perangkat untuk mengatasi kemiskinan rakyat adalah cukup banyak, tidak hanya satu faktor. setiap bidang ilmu dipelajari untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dalam hidup. matematika untuk menyelsaikan persoalan-persoalan matematis, psikologi untuk mengatasi masalah-masalah psikologi, ilmu gizi untuk menyelesaikan persoalan-persoalan gizi. tapi kalo orang berusaha membuktikan bahwa Logika tidak mampu mengatasi kemiskina, maka itu namanya AGL alias Agak Gila.
Logika bisa dipakai di mana pun. Tetapi keterbatasan adalah tergantung dari si pengguna. Kalau penggunanya tidak mengetahui atau mengabaikan banyak faktor, maka logikanya walaupun benar, hanya sebatas inferensinya saja, tetapi tidak akan benar dalam inferensi yang melibatkan lebih banyak faktor, yang lebih sesuai dengan kenyataan.
Saya beri contoh.
Logika 1
-Massa jenis yang lebih besar, tenggelam di "lingkungan" bermassa jenis lebih kecil.
Massa jenis yang sama besar dengan "lingkungan" akan melayang.
Massa jenis yang lebih kecil dari "lingkungan" akan terapung.

-Massa jenis pesawat terbang jauh lebih besar dari massa jenis "lingkungan" (udara).
-> Pesawat terbang tidak bisa terapung (melayang/terbang).

Ini adalah logika yang benar, namun tidak sesuai kebenaran karena mengabaikan banyak sekali faktor lainnya. Si dungu akan mengatakan perkataannya benar karena berdasarkan logika yang sudah 100% benar. Yah, itulah si dungu yang logikanya hanya sebatas itu saja.

Logika yg benar, tapi tidak lengkap....


Quotesaya jadi ingat diskusi saya di mesjid setahun yang lalu dengan seorang ustadz. ustadz itu mendengar dari murid-murid saya bahwa saya memiliki kemampuan indra ke enam. oleh karena itu, pada saat ceramah di mesjid si ustadz nyindir saya,"kalau ada orang yang mengaku memiliki indra keenam, maka semua itu bohong. indra itu hanya ada 5, bukan 6. kalau memang dia benar-benar memiliki indra ke 6, sekarang juga saya menantang dia untuk mengeringkan lumpur lapindo."

mendengar perkataan itu, saya berdiri dan berkata, "adapun di tengah-tengah masyarakat ini, satu-satunya yang menyatakan manusia memiliki indra ke enam adalah saya."

semua orang terperanjat, karena perbuatan saya dianggap lancang.

"saya nyatakan bahwa semua manusia punya indra keenam, bukan diri saya saja. fungsi indra ke enam itu untuk menangkap pengetahuan-pengetahuan yang tidak tertangkap oleh panca indra, dan bukan untuk mengeringkan Lapindo." dan ku katakan dalam hati "bodoh sekali kau ini!"
Ini satu-satunya yang benar. Indra ke enam yang dibicarakan, belum tentu adalah untuk mengeringkan Lapindo. Sayangnya saya tidak menemukan relevansi antara kasus ini dengan kasus tidak menunaikan kewajiban & membunuh.
Title: Re: Eksperimen Logika dan Ilmiah
Post by: K.K. on 05 July 2010, 12:16:21 PM
Quote from: johan3000 on 05 July 2010, 11:56:48 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 05 July 2010, 09:34:33 AM
Quote from: Deva19 on 05 July 2010, 07:08:33 AM
instansi yang tidak menjalankan kewajibannya tidak bisa disebut membunuh karena tidak melaksanakan kewajibannya.
Ini kesalahan pertama karena kesimpulan ditarik tanpa mendefinisikan kriteria membunuh terlebih dahulu.
Kenapa tidak ? defenisi disini membunuh adalah meninggalnya seorang (beberapa) manusia..
(bisa juga dimasukan luka parah....)

Karena pembunuhan di sini tidak didefinisikan terlebih dahulu, apakah langsung atau tidak langsung. Misalnya, Kerusakan jalan dan kecelakaan bisa jadi berhubungan langsung. Tetapi kematian akibat kecelakaan yang terjadi akibat kerusakan jalan belum tentu. Bisa jadi kecelakaan yang fatal adalah akibat melanggar batas kecepatan di jalanan rusak.
Intinya, tanpa uraian yang detail, tidak bisa mengambil kesimpulan segampang itu.

Tentang logika, premis memang dibatasi. Jadi bukan lengkap/tidak lengkap. Batasan dan cakupan adalah tergantung dari keluasan pengetahuan si pembuat premis. Maka logika bisa benar, namun bisa salah menurut kebenaran faktual karena absennya suatu faktor. Peneliti selalu mencari, mengembangkan dan menyempurnakan faktor-faktor tersebut.